Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH BOTANI FARMASI

TANAMAN BERKHASIAT OBAT

Dosen Pengampu:
Ema Dewanti, M.Si

Disusun Oleh:

Reghi Aji Saputra 2204015033


Fatima Zahra 2204015034
Nanda Nabila 2204015045

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA
2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ilmiah tentang tanaman obat berkhasiat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang tanaman obat berkhasiat ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 17 Januari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………..…………… ii


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………….………………. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………….……… 2
C. Tujuan …………………………………………………....…...….………... 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Obat …………………………………………………………………. 3
B. Manfaat Tanaman Obat ………………………………………………………... 4
1. Tanaman Genjer……………………………………………………………. 5
A. Klasifikasi ……………………………………………………………… 5
B. Morfologi …………………………………………………….………… 6
C. Kandungan ……………………………………………….…………… 10
2. Tanaman Pare …………………………………………………………….. 12
A. Klasifikasi ……………………………………………………………...13
B. Morfologi ………………………………………………………………13
C. Kandungan ……………………………………………………………..18
3. Tanaman Sirih ……………………………………………….……………..20
A. Klasifikasi ……………………………………………………………...21
B. Morfologi ………………………………………………………………21
C. Kandungan ……………………………………………………………..25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………………….26
B. Saran ………………………...…………………………………………………27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai ramuan dari daun, akar, buah, kayu dan umbi-umbian telah digunakan
sejak lama untuk mendapatkan kesehatan dan menyembuhkan berbagai penyakit, yang
dikenal sebagai pengobatan herbal. Semakin tersohornya istilah back to nature, semakin
mendorong pemanfaatan herbal yang berefek terhadap kesehatan serta semakin sering
dilakukannya kajian atau studi terkait herba oleh para ilmuwan. Menurut Aswarina
Nasution (2018), hutan tropis yang sangat luas beserta keanekaragaman hayati yang ada
di dalamnya merupakan sumber daya alam yang tak ternilai harganya. Indonesia juga
dikenal sebagai gudangnya tumbuhan obat (herbal) sehingga mendapat julukan live
laboratory.

Seperti yang kita ketahui adanya istilah sehat itu mahal, karena dengan sehat itu
tidak ternilai harganya. Pemanfaatan pengobatan tradisiona sebagai alternative layanan
kesehatan tentu sangat tepat menimbang kenyataan semakin melambung biaya kesehatan
seiring dengan kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang hingga kini belum menentu
(Chasanah, 2010)

Kehidupan modern yang memiliki pola kebiasaan yang tidak sehat menyebabkan
manusia lebih mudah terkena suatu penyakit.Tidak semua masyarakat mengunjungi
dokter atau rumah sakit untuk berobat. Masyarakat masih ada yang kekurangan dana
ataupun memiliki rumah yang lokasinya masih jauh dari pusat kesehatan masih
mempercayai bahan alami. Mereka masih menggunakan tumbuhan obat dan banyak
tanaman obat yang ditanam di pekarangan rumah dan dipakai oleh masyarakat karena
tidak banyak efek samping yang didapatkan oleh pengguna tanaman obat tersebut.

1
A. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari tanaman obat?

2. Apa saja pengertian serta ciri ciri dari tanmana obat yang akan dibahas

3. Apa klasifikasi tanaman-tanaman yang akan dibahas

4. Apa saja nama daerah dari tanaman obat yang akan dibahas

5. Apa saja ciri morfologi yang terdapat pada tanaman yang akan diulas

6. Apa saja yang terkandung pada tanaman serta manfaat untuk kesehatan

B. Tujuan
1. Mengetahui keragam tanaman obat
2. Memahami klasifikasi tanaman obat
3. Mengetahui nama daerah dari tanaman obat
4. Mengetahui ciri marfologi pada tanaman obat
5. Mengetahui kandungan kimia dan manfaat untuk kesehatan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Obat

Tanaman obat adalah Jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi dan berkhasiat
sebagai obat dan dipergunakan untuk penyembuhan ataupun maupun mencegah
berbagai penyakit, berkhasiat obat sendiri mempunyai arti mengandung zat aktif yang
bisa mengobati penyakit tertentu atau jika tidak memiliki kandungan zat aktif tertentu
tapi memiliki kandungan efek resultan / sinergi dari berbagai zat yang mempunyai
efek mengobati. Penggunaan tanaman obat sebagai obat bisa dengan cara diminum,
ditempel, dihirup sehingga kegunaannya dapat memenuhi konsep kerja reseptor sel
dalam menerima senyawa kimia atau rangsangan. Tanaman obat yang dapat
digunakan sebagai obat, baik yang sengaja ditanam maupun tumbuh secara liar.
Tumbuhan tersebut digunakan oleh masyarakat untuk diracik dan disajikan sebagai
obat guna penyembuhan penyakit (Hamzari, 2008).

Tumbuhan obat merupakan salah satu ramuan paling utama produkproduk obat
herbal. Tanaman obat adalah bahan yang berasal dari tanaman yang masih sederhana,
murni, belum diolah. tumbuhan obat adalah: Tanaman atau bagian tumbuhan yang
digunakan menjadi bahan obat tradisional atau obat herbal, bagian tanaman yang
dipakai untuk bahan pemula bahan baku obat. Tanaman atau bagian tanaman yang
diekstraksi dan ekstrak tumbuhan tersebut dipakai sebagai obat. Tanaman obat adalah
obat tradisional yang terdiri dari tanaman-tanaman yang mempunyai khasiat untuk
obat atau dipercaya mempunyai khasiat sebagai obat. Di mana khasiatnya diketahui
dari hasil penelitian dan pemakaian oleh masyarakat (Hamzari, 2008).

Tanaman obat adalah salah satu bahan utama produk-produk jamu, obat
tradisional yaitu obat yang berdasarkan pengalaman turun-menurun dibuat dari bahan
atau paduan bahan-bahan tanaman. menyatakan bahwa:“tanaman obat adalah bahan
yang berasal dari tanaman yang masih sederhana, murni, belum tercampur atau belum
diolah (Kurdi, Aserani, 2010)

3
Tanaman atau bagian tanaman yang diektradisi dan ektra tanaman tersebut
digunakan sebagai obat. Bagian tanaman yang digunakan oleh masyarakat diramu
sebagai obatan adalah seperti daun, bunga, buah, akar dan kulit, sesuai dengan jenis
tanaman. Bagian-bagian tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diramu
sesuai dengan kebutuhan dan dapat dijadikan sebagai obat tradisional. Penggunaan
tumbuhan obat bagi masyarakat perlu diketahui khasiat dan manfaat dari tumbuhan
tersebut, jika tidak maka banyak sekali dijumpai tumbuhan yang berkhasiat obat
diabaikan oleh masyarakat atau tidak dimanfaatkan, sehingga khasiat dari tanaman
obat tersebut menjadi rendah dikarenakan masyarakat belum memahami meramu
tanaman obat tersebut untuk digunakan sebagai obat penyebut pada bagian-bagian
yang sakit (Lestari, 2017).

B. Manfaat Tanaman Obat


Banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh komunitas dengan adanya tumbuhan
obat. Tanaman obat dapat dibudidayakan berbagai jenis tumbuhan seperti, tumbuhan
obat-obatan, tumbuhan hias seperti bunga dan berbagai jenis sayur mayur dan
tumbuhan buah-buahan. Bahkan tumbuhan obat-obatan dapat dimanfaatkan menjadi
obat kuno bagi komunitas. Meskipun kemajuan dalam bidang teknologi dan ilmu
pengetahuan terus berkembang pesat, namun penggunaan tumbuhan menjadi obat
kuno oleh komunitas terus meningkat dan perkembangannya terus semakin maju.
Hal ini dapat dilihat terpenting dengan semakin banyaknya obat kuno dan jamu-jamu
yang beredar di komunitas yang diolah oleh industri-industri. ada beberapa manfaat
tumbuhan obat seperti menjaga kesehatan, menghijaukan lingkungan, dan
memperbaiki peningakatn gizi (Nursiyah, 2013).

4
1. Tanaman Genjer

Genjer (Limnocharis Flava (L) Buch) yang bernama daerah dengan sebutan
haleyo (batak), eceng (melayu), genjer, saber (sunda), dan centongan (jawa)
merupakan tumbuhan darat liar sama seperti kangkong, Semanggi dan Bopong yang
termasuk pada jenis yang sama, tapi ganjaranya akan tumbuh subur di lahan yang
banyak genangan air tumbuh di lembah sungai Genjer juga mudah ditemui pada
lapisan tanah gembur dan lapisan lumpur yang tergenangnya air dangkal selain itu
lahan Persawahan yang dikandangin air setelah masa siap panen atau di sela tanaman
padi yang masa masih muda (Maria 2001).

Genjer (L. flava) tanaman yang hidup di Rambah atau kolam berlumpur yang
banyak ya tanaman ini berasal dari Amerika, terutama di bagian negara beriklim sub
tropis. Selain Daunnya bunga Genjer mudah juga enak dijadikan masakan. Genjer
cocok di olah menjadi tumisan, lalapan, pecel, atau campuran Gado-gado. Biasanya
ditemukan Bersama sama dengan Eceng Gondok (Nuarisma, 2012).

A. Klasifikasi
Adapun klasifikasi tanaman genjer menurut Plantamor (2008) adalah :

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Devisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Alismatide

Ordo : Alismatales

Famili : Limnocharitaceae

Genus : Limnocharis

Spesies : Limnocharis Flava (L) Buch

5
B. Morfologi

Tanaman genjer merupakan tumbuhan yang hidup bertahun- tahun, tegak tanaman
akuatik hingga rawa-terestrial, memiliki ketinggian 20 cm hingga 100 cm. Batang
tanaman memiliki panjang 5-7,5 cm, tebal, berbentuk segitiga dengan banyak ruang
udara, terdapat pelipis pada bagian dasar. Helaian daun bulat, luasan berbentuk bulat
panjang atau bulat telur berukuran 5-30 cm x 4-25cm, berwarna kuning-hijau,
bergurat, 9-13 gurat utama dengan sejumlah gurat paralel melintang yang bertindak
sebagai gurat sekunder.

C. Daun Genjer

Daun tanaman genjer tersusun atas jaringan epidermis, jaringan dasar (mesofil),
jaringan pengangkut, dan jaringan penguat. Permukaan atas dan bawah daun genjer
dilapisi oleh jaringan epidermis. Sel penyusun epidermis tanaman genjer memiliki
bentuk tidak beraturan dan memanjang serta tersusun dengan rapat. Permukaan
epidermis sering dilapisi oleh kutikula atau rambut halus (pilus), untuk melindungi
daun dari serangan pemangsa, spora jamur atau tetesan air hujan (Wardana 2012).

Daun merupakan salah satu bagian tumbuhan yang penting, dan pada umumnya
setiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Daun ini hanya terdapat pada
batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain dari tumbuhan. Bagian batang
dimana daun itu melekat disebut dengan buku-buku (nodus).

6
D. Batang Genjer

Menurut Wardana (2012), batang genjer tersusun atas satu lapis jaringan
epidermis yang terletak pada bagian luar. Epidermis pada batang genjer bersifat sebagai
pelindung dengan bentuk yang tidak beraturan. Bagian dalam dari epidermis terdapat
korteks yang tersusun tidak beraturan. Jaringan korteks terletak di bagian dalam
epidermis yang tersusun dari beberapa lapis sel berkloroplas serta jaringan pembuluh
pengangkut yang tersebar. Jaringan korteks ke arah tengah daun berkembang dan
membentuk ruang antar sel yang besar sebagai tempat untuk pertukaran dan penyimpanan
udara.

Sebagai bagian tubuh tumbuhan, batang mempunyai tugas untuk:

1. Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada diatas tanah.

2. Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi, dan menempatkan bagian-


bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa, hingga dari segi kepentingan
tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling menguntungkan.

3. Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan jalan pengangkutan
hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah

4. Menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan. Berdasarkan ada tidaknya


batang, tumbuhan genjer ini termasuk pada tumbuhan berbatang jelas, karena batangnya
terlihat dengan jelas. Berbeda dengan acaulis, selain tidak terlihat batangnya biasanya
acaulis letak daun-daunnya sangat merapat.

7
Berdasarkan sifat batang genjer termasuk pada batang basah (herba), karena batang ini
biasanya mengandung air, tidak berkayu dan berwarna hijau. Batang tanaman genjer
berbentuk bundar (globosus). Berdasarkan arah batang di atas tanah genjer memiiki
batang yang tegak (erectus) dengan berarah tegak lurus ke atas.

E. Akar Genjer

Akar adalah bagian pokok yang nomor tiga (disamping batang dan daun) bagi tumbuhan
yang tubuhnya telah merupakan kormus.

Bagi tumbuhan, akar mempunyai tugas untuk:

1. Memperkuat berdirinya tumbuhan

2. Untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air tadi dari dalam
tanah.

3. Mengangkut air dan zat-zat makanan tadi ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang
memerlukan

4. Kadang-kadang sebagai tempat untuk penimbunan makanan. Tumbuhan genjer ini


biasa hidup di air, sawah ataupun rawarawa. Apabila dilihat tanaman ini mempunyai
akarserabut. Akar lembaga dari tanaman ini dalam perkembangan selanjutnya mati atau
kemudian disusul oleh sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar
dari pangkal batang. Akar-akar ini karena bukan berasal dari calon akar yang asli yang
dinamakan akar liar, bentuknya seperti serabut, oleh karena itu dinamakan akar serabut
(radix adventicia).

8
F. Bunga Genjer

Bunga merupakan alat untuk mempertahankan generasi dari suatu tumbuhan, dan
biasa disebut dengan alat perkembangbiakan (organum reproductivum). Genjer memiliki
bunga yang mempunyai sifat seperti daun. Berdasarkan kelengkapan bunga, genjer
memiliki bunga yang lengkap, karena di situ semua daun bunga seperti kelopak, mahkota,
benang sari dan putik terdapat pada bunga genjer. Pada suatu tumbuhan ada kalanya
hanya terdapat satu bunga saja, tetapi umumnya pada suatu tumbuhan dapat ditemukan
banyak bunga. Tumbuhan yang hanya menghasilkan satu bunga saja dinamakan
tumbuhan berbunga tunggal (plantauniflora) sedang lainnya tumbuhan berbunga banyak
(planta multiflora).

Jika suatu tumbuhan hanya mempunyai satu bunga saja, biasanya bunga itu terdapat
pada ujung batang, jika bunganya banyak, sebagian bunga-bunga tadi terdapat pada
ketiak ketiak daun dan sebagian pada ujung batang atau cabang-cabang. Berdasarkan
pada letaknya, bunga pada tanaman genjer ini terdapat di ketiak daun (flos lateralis atau
flos axillaries). Majemuk, bentuk payung, di ketiak daun, terdiri dari 3-15 kuntum,
tangkai panjang 15-25 cm, hijau, kelopak lepas,bentuk kuku, hijau, benang sari 3, tangkaj
putik kuning, kepala putik bulat, mahkota lepas, ujung melengkung ke dalam, kuning.

9
G. Biji dan Buah Gejer

Jika penyerbukan pada bunga telah terjadi dan kemudian diikuti pula oleh
pembuahan, maka bakal buah akan tumbuh menjadi buah, dan bakal biji yang terdapat di
dalam bakal buah akan tumbuh menjadi biji. Buah yang berasal hanya dari bakal buah
disebur dengan buah sejati, dan jika terdapat jaringan tambahan lain yang menyusun buah
maka disebut buah semu. Pada tumbuhan genjer buah yang dimiliki tidak akan mengalami
perkembangan dengan berdaging, makanya buah dari tanaman genjer ini termasuk pada
buah semu. Biji berkembang dari bakal biji yang dibuahi. Biji merupakan alat
perkembangbiakan yang utama, karena pada biji mengandung calom tumbuhan baru
(tembaga). Biji dari genjer berbentuk bulat, kecil, dan berwarna hitam.

H. Kandungan Genjer

Tanaman genjer memiliki 3 kandungan yaitu steroid, flavonoid, dan tanin. Endarini
(2016) mengatakan bahwa steroid merupakan kelompok senyawa bahan alam yang
kebanyakan strukturnya terdiri atas 17 karbon membentuk struktur 1,2-
siklopentenoperhidrofenantren. Steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa yang
didasarkan pada efek fisiologisnya yang dapat ditimbulkan. Steroid adalah sebuah kelas
tanaman metabolit sekunder. Steroid merupakan senyawa organik lemak sterol tidak
terhidrolisis yang merupakan hasil reaksi dari turunan terpena atau skualena.

Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang paling beragam. Sekitar 5-10%
metabolit sekunder tumbuhan berbentuk flavonoid dengan struktur kimia dan peran
biologi yang cukup beragam (Melati, 2019).

10
Flavonoid banyak ditemukan dalam tumbuhan hijau (kecuali alga/ganggan),
khususnya tumbuhan berpembuluh. Istilah flavonoid dipakai untuk menyebut senyawa-
senyawa fenol yang berasal dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu flavonoida yang
terbesar jumlahnya dalam tanaman (Melati, 2019). fungsi flavonoid bagi tumbuhan
penghasilnya adalah sebagai zat pengatur rumbuh, pengatur proses fotosintesis, zat
antimikroba, antivirus, dan antiinsektisida (Endarini,2016) Efek fisiologis tertentu dari
senyawa flavonoid telah diketahui sehingga tumbuhan yang mengandung flavonoid
banyak dipakai dalam pengobatan tradisional.

Tanin adalah senyawa polifenol yang berfungsi mengikat dan mempresipitasi


protein. Pada umumnya tanin terdiri atau molekul oligometrik yangmengandung fenol
bebasdi dalamnya dan bersifat larut dalam air. Tanin mengandung rasa pahit, sepat, dan
bau yang memusingkan yang tidak disukai serangga. Tanin dapat bermanfaat sebagai
antidiare hemostatik (menghentikan pendarahan) dan antiinflamasi (Lenny,2006) Tanin
merupakan komponen yang banyak terdapat dalam ekstrak tanaman, bersifat antioksidan.
Antioksidan berperan dalam perbaikan jaringan karena secara signifikan mencegah
kerusakan jaringan yang merangsang proses penyembuhan luka. Tanin juga berkhasiat
sebagai astringen yang mampu menciutkan luka, memperkeras kulit, menghentikan
eksudut dan pendarahan yang ringan, sehingga mampu menutupi luka dan menghentikan
pendarahan dan mengurangi peradangan

11
2. Tanaman Pare

Tanaman Pare merupakan tanaman yang bukan berasal dari Indonesia. Menurut
Kristiawan et al., (2011) tanaman pare diduga berasal dari daerah beriklim tropis
tepatnya di Asia tropis terutama daerah India bagian barat, yakni Assam dan Burma.
Belum ditemukan informasi terinci kapan tanaman ini mulai masuk ke Indonesia. Hal
ini diperkuat dengan pendapat Gupta et al., (2011) yang juga menjelaskan bahwa
tanaman pare merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis serta banyak
ditanam di India dan bagian lainnya dari benua India, Asia Tenggara, Cina, Afrika,
Karibia, dan Amerika Selatan.

Pare memiliki penyebutan yang berbeda-beda di setiap daerah. Menurut


Dalimartha (2008) berikut ini merupakan penyebutan pare di berbagai daerah.
Sumatera mengenal pare dengan sebutan peria, pepare, prieu, foriakambeh. Jawa
menyebut pare dengan sebutan pare, paria, pepareh, pare pahit. Nusa Tenggara
menyebut pare dengan paria, paita, pariak, pania, paya, pepule, truwuk. Sulawesi
menyebut pare dengan sebutan pentu, pudu, palia, poya, paria, belenggede. Maluku
menyebut pare dengan sebutan papari, pariane, papariane, papariano, popare, pepare
kakariano, taparipong.

Menurut Cahyadi (2009) tanaman pare tumbuh dengan baik di dataran rendah dan
dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, serta dibudidayakan atau
ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar untuk diambil buahnya.
Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur
di tempat-tempat yang sedikit terlindung. Jadi tanaman pare merupakan tanaman yang
cocok di tanam di daerah dataran rendah dan dapat tumbuh pada tempat yang sedikit
terkena cahaya matahari.

12
A. Klasifikasi

Menurut Kumar dan Bhowmik (2010) klasifikasi buah pare adalah sebagai
berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Momordica

Spesies : Momordica charantia

B. Morfologi

Pare memiliki tajuk bergigi kasar sampai berlekuk menyirip, Tajuk merupakan
keseluruhan bagian tanaman yang berada diatas permukaan tanah yang menempel pada
batang utama Bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang,
berwarna kuning. Buah bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil
tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit. Warna buah hijau, bila masak
menjadi oranye yang pecah dengan tiga katup.

Menurut Liani (2016) tanaman pare termasuk dalam anggota famili Cucurbitaceae
yang tergolong tanaman herba berumur satu tahun atau lebih. Tanaman ini tumbuh
menjalar dan memanjat dengan batang yang memiliki alat pembelit di dekat daun, tidak
berkayu, memiliki bulu agak kasar ketika masih muda, namun gundul ketika tua. Bentuk
daunnya menjari, menyerupai kaki dengan tanpa daun penumpu. Bunganya berwarna
kuning muda. Buahnya berwarna hijau, kuning sampai jingga dengan bentuk bulat telur
memanjang dan memiliki rasa pahit jika dimakan. Bijinya keras dan berwarna cokelat
kekuningan.

13
C. Macam-Macam Tanaman Pare

Menurut Sebayang, Yusuf, dan Harahap (2015) ada beberapa jenis pare yang terdapat di
pasaran antara lain pare gajih, pare hijau, pare import dan pare belut. Jenis pare tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Pare gajih
Pare gajih merupakan jenis pare yang paling banyak disukai dan dibudidayakan
oleh masyarakat. Pare ini biasa dikenal dengan sebutan pare putih atau pare
mentega.
Bentuk buahnya panjang dengan ukuran 30-50 cm dengan diameter buah 3-7 cm
serta memiliki berat 200-500 gram/buah.
2. Pare Hijau
Pare hijau merupakan pare yang berwarna hijau berbentuk lonjong, kecil dengan
bintil agak halus pada buahnya. Panjang buah pare hijau 15-20 cm. Daging
buahnya tipis dan rasanya pahit. Pemeliharaan pare hijau ini tergolong mudah,
karena tanpa lanjaran atau para-para tanaman pare hijau ini sudah bisa tumbuh
dengan baik.
3. Pare Import
Pare import merupakan pare yang berasal dari taiwan. Varietas pare import yang
beredar di Indonesia meliputi known-you green, known-you now, dan moonshine
dengan perbedaan yang dapat dilihat dari permukaan kulit, kecepatan tumbuh,
bentuk buah dan ukuran buah. Pare ini sulit dibudidayakan karena benih pare ini
merupakan hybrida yang final stock sehingga jika ditanam tidak dapat
menghasilkan bibit baru dan jika tetap ditanam akan menghasilkan produk yang
jelek.
4. Pare Belut
Pare belut merupakan jenis pare yang kurang populer di masyarakat. Pare ini
berbentuk panjang menyerupai sebuah belut. Panjang pare ini berkisar antara 30-
110 cm dengan diameter sebesar 4-8 cm.

14
D. Daun Pare

Daun pare berbentuk bulat telur, berbulu, dan berlikuk. Susunan tulang daunnya
menjari.Tangkai daun tumbuh dari ketiak daun. Panjang tangkai daun mencapai 7-12 cm.
Daunnya berwarna hijau tua dibagian permukaan atas dan permukaan bawahnya
berwarna hijau muda atau kekuningan, letak daun pare berseling dengan panjag tangkai
1,5-5,3 cm. Daun tunggal,berbentuk membulat dengan pangkal bentuk jantung, garis
tengah 4-7cm.

E. Bunga Pare

15
Bunga pare tumbuh dari ketiak daun dan berwarna kuning menyala. Bunga pare
terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang berduri tempel, halus, dan berambut.
Kelopak bunga berbentuk lonceng dan berusuk banyak. Panjang tangkai bunga jantan
mencapai 2-5.5 cm, sedangkan tangkai bunga betina panjangnya 1-10 cm. Bunga pare
dibedakan menjadi bunga jantan dan bunga betina, bunga jantan memiliki benang sari
berjumlah tiga, kepala sari berwarna orange, semua bergandengan menjadi satu kemudian
menjadi lepas; ruang sari berbentuk seperti huruf S. Bunga betina berbentuk sisik, bakal
buah berparuh panjang, berduri halus, dan berambut panjang; putik berjumlah tiga buah
berlekuk dua ke dalam dan satu diantara nya utuh.

F. Buah Pare

Buah pare berasal dari bunga pare betina yang telah mengalami proses
penyerbukan. Buah ini berbentuk bulat memanjang dengan permukaan berbintil- bintil
dan berasa pahit. Bagian buah yang masak berwarna jingga. Daging buahnya tebal dan di
dalamnya terdapat biji yang banyak.Buah bulat memanjang, berbintil-bintil tidak
beraturan, panjang 8-30 cm, rasa pahit, berwarna hijau, menjadi jingga bila masak.

16
G. Batang Pare

Batang berusuk lima dengan panjang 2-5 cm. Daun tunggal, bertangkai dengan
panjang 1,5-5,3 cm, berbentuk bulat 10 panjang berwarna hijau tua. Berbunga tunggal,
berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang dan berwarna kuning. Batang
tanaman pare memiliki lima rusuk dengan panjang 2- 5 cm, batang yang muda memiliki
rambut cukup rapat.

H. Biji Pare

Biji pare yaitu biji monokotil (berkeping satu). Biji pare umumnya bergerombol
di dalam satu buah. Biji pare bentuknya lebih besar dan kulitnya keras dan bergerigi.
Warna biji pare biasanya putih dan memiliki bentuk bulat hamper persegi serta tidak
memiliki kelancipan.

17
I. Akar Pare

Pare memiliki sistem akar tunggang yang biasanya juga disebut sebagai akar
primer yang berasal dari radikula, dana kar sekunder sebagai cabangnya. Akar pare
merupakan akar tungga bercabang (ramosus) yaitu akar tunggang yang berbentuk kerucut
dan bercabang-cabang, cabangnya bercabang lagi hingga amat luas daerah perakarannya
karena pare berasal dari biji. Akar pare berwarna putih kekuningan. Bentuk akarnya
meruncing hingga lebih mudah untuk menembus tanah. Bagianbagian akar pare yaitu
pangkal akar, ujung akar, batang akar, cabang akar, serabut akar, tudung akar. Akar
cabang memiliki panjang 16 cm (Nugroho, 2006)

J. Kandungan Pare
Pare memiliki rasa pahit terutama pada daun dan buahnya, hal ini disebabkan
karena kandungan zat sejenis glikosida yang disebut momordicin dan charantin. Tetapi
rasa pahit yang dimiliki buah ini dapat berfungsi untuk mencegah beberapa penyakit
seperti luka, demam, campak, hepatitis dan diabetes.
Buah pare mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol, serta glikosida
cucurbitacin, momordicin, dan charantin (Fernandes dkk., 2007). Menurut Wangesteen
et al. (2004), flavonoid, tanin, dan polifenol merupakan golongan senyawa yang
berpotensi sebagai antioksidan. Kandungan dalam buah pare yang berguna dalam
penurunan gula adalah charantin, dan polipeptide-P insulin (polipeptida yang mirip
dengan insulin) yang memiliki komponen yang menyerupai sulfonylurea (obat
antidiabetes paling tua dan banyak dipakai).

18
Kandungan buah pare seperti charantin memiliki manfaat yaitu dapat
menstimulasi sel beta pada kelenjar pankreas tubuh yang dapat memproduksi insulin
lebih banyak. Selain itu, kandungan charantin pada buah pare dapat meningkatkan deposit
cadangan gula glikogen di dalam hati.

Kandungan polypeptida-P insulin pada buah pare juga dapat menurunkan kadar
glukosa darah secara langsung. Buah pare dapat digunakan sebagai peluruh dahak,
menambah nafsu makan, penurun panas dan penyegar badan. Buah pare banyak
mengandung zat bermanfaat, diantaranya karantin, hydrositriptamin, glikosida
kukurbitasin, vitamin A, B, dan C. Kandungan glikosida kukurbitasin pada buah pare
menyebabkan rasa pahit sehingga sebagian masyarakat kurang berminat untuk
mengkonsumsi buah ini.

Kandungan kimia pada tanaman pare yaitu flavonoid dan fenol. Flavonoid
merupakan senyawaan fenol yang dimiliki oleh sebagian besar tumbuhan hijau dan
biasanya terkonsentrasi pada biji, buah, kulit buah, kulit kayu, daun, dan bunga.
Flavonoid memiliki kontribusi yang penting dalam kesehatan manusia. Flavonoid
diketahui berfungsi sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik, selain itu memiliki sifat
sebagai antioksidan, anti peradangan, anti alergi, dan dapat menghambat oksidasi LDL
(Low Density Lipoprotein) (Rahmat, 2009).

Fenol merupakan senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen dengan rumus kimia
C6H5OH. Enam atom karbon pada fenol disusun dalam bentuk cincin, dengan gugus
hidroksil (OH) terikat satu atom karbon dan atom hidrogen terikat pada masing – masing
lima lainnya. Dalam keadaan murni, senyawa fenol berupa zat padat yang tidak berwarna,
tetapi jika teroksidasi akan berubah menjadi gelap. Kelarutan senyawa fenol dalam air
akan bertambah jika gugus hidroksil semakin banyak. Senyawa fenol cenderung mudah
larut dalam air karena umumnya berikatan dengan gula sebagai glikosida. Senyawa fenol
terbukti sebagai sumber antioksidan yang efektif, penangkap radikal bebas dan pengkelat
ion – ion logam.

19
3. Tanaman Sirih
Sirih adalah tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada
batang pohon lain. Sirih memiliki nama daerah seperti Ranub (aceh), sereh (Gayo), Belo
Batak (karo), Burangir (Mandailing), Cabai (Mentawai), Sirih (Palembang,
Minangkabau), Seureuh (Sunda), Sere (Madura), Uwit (Dayak), Nahi (Bima), Malu
(Solor), Mokeh (Alor), Mota (Flores), Bido (Bacan) (Dep. Kes, 1989).

Tanaman sirih atau Piper betle L ini berasal dari ordo Piperales, famili Piperaceae,
dan genus Piper. Tanaman inimerupakan tanaman yang banyak tersebar di daerah tropis
dansubtropis di berbagai belahan dunia, (Chakraborty, 2011), seperti Sri Lanka, India,
Indonesia, Malaysia, Kepulauan Filipina dan Afrika Timur (Arambewela,et al, 2004).

Menurut Guha (2006), meskipun diduga berasal dari Malaysia, tanaman ini paling
banyak ditemukan di India. Di India, kecuali di daerah bagian barat laut yang kering,
dapat ditemukan 40 dari 100 varietas sirih yang ada di dunia. Tanaman sirih memiliki
daun yang berwarna hijau dan berbentuk seperti hati dengan akar yang merambat.

Sirih bisa tumbuh subur di daerah tropis dengan ketinggian 300 -1.000 m diatas
permukaan laut (dpl) dan tumbuh subur pada tanah yang kaya akan zat organik dan cukup
air. Kandungan minyak atsiri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan seperti suhu udara,
kelembaban, komposisi mineral dan kandungan air pada tempat tumbuh
(Koensoemardiyah, 2010). Tumbuhan sirih (Piper betle L.) memerlukan iklim sejuk dan
kelembapan tinggi untuk kehidupannya, apabila tanaman sirih dipaparkan pada panas
yang ekstrem, daunnya akan berubah menjadi hijau tua dan renyah. Pada iklim sejuk daun
sirih akan berwarna hijau muda.

20
A. Klasifikasi
Menurut (Andarwulan dan Nuri, 2000), tumbuhan sirih diklasifikasikan sebagai berikut
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Urticales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies :Piper betle L.

B. Morfologi
Sirih adalah nama sejenis tumbuhan merambat yang bersandar pada batang pohon
lain. Tinggi 5-15m. Batang sirih berwarna coklat kehijauan berbentuk bulat, beruas dan
merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung
runcing, tepi rata, tulang daun melengkung, lebar daun 2,5-10 cm, panjang daun 5-18cm,
tumbuh 8 berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas.
Menurut Van Steenis (1997), tanaman sirih memiliki bunga majemuk berkelamin 1,
berumah 1 atau 2. Bulir berdiri sendiri, di ujung dan berhadapan dengan daun. panjang
bulir sekitar 5 - 15 cm dan lebar 2 - 5 cm.

Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm dan terdapat dua benang sari yang
pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar 2,5 - 6 cm dimana terdapat kepala
putik tiga sampai lima buah berwarna putih dan hijau kekuningan. Akar sirih merupakan
akar tunggang yang berbentuk bulat dan berwarna cokelat kekuningan, buah tanaman
sirih merupakan buah buni ynag berbentuk bulat dengan ujung yang tumpul, bulir pada
buah berbulu, tersusun rapat, dan berwarna kelabu. Biji pada tanaman sirih berbentuk
bulat.

21
Tanaman sirih dibedakan atas beberapa jenis berdasarkan bentuk daun, aroma dan
rasa. Jenis rasanya kurang tajam), sirih banda (berdaun besar, berwarna hijau tua dengan
warna kuning di beberapa bagian, dan rasa dan bau lebih kuat), sirih cengke (daun kecil,
lebih kuning dan rasanya seperti cengkeh), sirih dan digunakan sebagai campuran
berbagai obat), dan sirih kuning. Jenis sirih yang dikunyah dengan pinang biasanya
berwarna hijau muda dan rasadnya kurang pedas.

C. Daun Sirih

Sirih memiliki daun tunggal letaknya berseling dengan bentuk bervariasi mulai dari
bundar telur atau bundar lonjong, pangkal berbentuk jantung atau agak bundar berlekuk
sedikit, ujung daun runcing, pinggir daun rata agak menggulung ke bawah, panjang 5-18
cm, lebar 3-12 cm. Daun berwarna hijau, permukaan bawah agak kasar, kusam, tulang
daun menonjol, bau aromatiknya khas, rasanya pedas. Bentuk daunnya pipih menyerupai
jantung, tangkainya agak panjang, tepi daun rata, ujung daun meruncing, pangkal daun
berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging daun tipis. Permukaan daun warna hijau dan
licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek atau hijau agak kecoklatan
dan permukaan kulitnya kasar serta berbuku-buku. Daun sirih yang subur berukuran lebar
antara 8-12 cm dan panjangya 10-15 cm (Damayanti dkk, 2006).

22
D. Batang Sirih

Batang tanaman sirih berwarna hijau tembelek atau hijau agak kecoklatan dan permukaan
kulitnya kasar serta berbuku-buku. Batang bulat memanjang, dengan mencapai
ketinggian 5-15 m, dan tumbuh dengan menjalar atau merambat. Selain itu, batang ini
juga bersulur, beruas, berbuku dengan jarak 5-10 cm, dan memiliki pertunasan yang
banyk dibagian batang. Pada umumnya, batang ini berwarna kecoklatan hingga
kehijauan.

E. Bunga

23
Bunga daun sirih termasuk majemuk, perbungaannya sirih ini termasuk bulir yang
berdiri dengan sendirinya yang terletak pada cabang daun yang berhadapan. Bulir ini
lengkap yaitu bulir jantan dan betina, bulir jantan memiliki panjang mencapai 1-3 cm,
benang sari pendek. Sedangkan bulir betina panjang 2-6 cm dan panjang kepala putik
mencapai 3-5 cm, pada umumnya bunga daun sirih ini berwarna merah muda hingga
kemerahan tua serta keputihan.

F. Akar Sirih

Akar tanaman sirih yaitu akar tunggang, berbentuk bulat memanjang, dengan
tumbuhan tunas baru yang banyak, berwarna kecokaltan hingga kekuningan dan
tumbuh dengan menjalar.

G. Buah Sirih

24
Buah daun sirih ini berbentuk bulat telur kecil, dengan bagian ujung yang gundul,
berwarna abu – abu hingga kehitaman, dan terdapat bulu banyak. Selain itu, dalam buah
memiliki biji yang ada didalamnya berbentuk bulat, pipih dan berwarna kehitaman yang
mencapai sekitar 10-20 biji perbuahnya.

H. Kandungan

Kandungan dari daun sirih yaitu minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, fenol dan steroid
(Mursito, 2003; Srisadono, 2008). Terdapat pula katekin dan tannin yang termasuk
senyawa polifenol (Damayanti, 2005). Selain itu, daun sirih juga mengandung enzim
diastase dan gula. Biasanya, daun sirih muda mengandung diastase, gula dan minyak atsiri
lebih banyak dibandingkan dengan daun sirih tua. Sementara itu, kandungan taninnya
relatif sama (Moeljanto dan Mulyono, 2003).

Kandungan kimia utama yang memberikan ciri khas daun sirih adalah minyak atsiri.
Selain minyak atsiri, senyawa lain yang menentukan mutu daun sirih adalah vitamin,
asam organik, asam amino, gula, tanin, lemak, pati, dan karbohidrat. Komposisi minyak
atsiri terdiri dari senyawa fenol, turunan fenol propenil (sampai 60%). Komponen
utamanya eugenol (sampai 42,5 %), karvakrol, chavikol, kavibetol, alilpirokatekol,
kavibetol asetat, alilpirokatekol asetat, sinoel, estragol, eugenol, metileter, p-simen,
karyofilen, kadinen, dan senyawa seskuiterpen.

Daun sirih mempunyai khasiat sebagai obat batuk, obat bisul, obat sakit mata, obat
sariawan, dan obat hidung berdarah (Syamsuhidayat dan Hutapea,1991). Khasiat dari
daun sirih ini selain sebagai styptic (penahan darah) dan vulnerary (obat luka pada kulit)
juga berdaya antioksida, antiseptik, fungisida dan bahkan sebagai bakterisidal.

Hal ini juga dikatakan oleh Widarto (1990) bahwa daun sirih mengandung minyak atsiri
yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba. Minyak atsiri dan ekstrak daun sirih
mempunyai aktivitas terhadap beberapa bakteri Gram positif dan Gram negatif (Darwis,
1992). Sebagai obat, seduhan daun sirih dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan bau
mulut, menghentikan pendarahan gusi, menciutkan pembuluh darah serta sebagai obat
batuk. Daun sirih yang masih segar dapat dipergunakan untuk mencuci mata. Demikian
pula dengan penyakit kulit, wasir, keringat bau, sakit gigi, asma, dan produksi air susu
ibu yang berlebihan dapat dicegah dan disembuhkan dengan daun sirih.

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan tentang tanaman obat
berkhasiat, dapat kami simpulkan bahwa tiap tanaman memiliki morfologi dan
kandungan yang berbeda-beda. Pada tanaman genjer yaitu Tanaman genjer merupakan
tumbuhan yang hidupbertahun- tahun, tegak tanaman akuatik hingga rawa-terestrial,
memiliki ketinggian 20 cm hingga 100 cm. Batang tanaman memiliki panjang 5-7,5 cm,
tebal, berbentuk segitiga dengan banyak ruang udara, terdapat pelipis pada bagian dasar.
Helaian daun bulat, luasan berbentuk bulat panjang atau bulat telur berukuran 5-30 cm x
4-25cm, berwarna kuning-hijau, bergurat, 9-13 gurat utama dengan sejumlah gurat
paralel melintang yang bertindak sebagai gurat sekunder.

Pada tanaman pare yaitu pare memiliki tajuk bergigi kasar sampai berlekuk
menyirip, Tajuk merupakan keseluruhan bagian tanaman yang berada diatas permukaan
tanah yang menempel pada batang utama Bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu
pohon, bertangkai panjang, berwarna kuning. Buah bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk
memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit. Warna
buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah dengan tiga katup.

Pada tanaman sirih yaitu Sirih adalah nama sejenis tumbuhan merambat yang
bersandar pada batang pohon lain. Tinggi 5-15m. Batang sirih berwarna coklat kehijauan
berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal
berbentuk jantung, berujung runcing, tepi rata, tulang daun melengkung, lebar daun 2,5-
10 cm, panjang daun 5-18cm, tumbuh 8 berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan
bau yang sedap bila diremas. Tanaman sirih memiliki bunga majemuk berkelamin 1,
berumah 1 atau 2. Bulir berdiri sendiri, di ujung dan berhadapan dengan daun. panjang
bulir sekitar 5 - 15 cm dan lebar 2 - 5 cm.

26
B. Saran

Saran dalam penulisan makalah ini yaitu perlu adanya pengamatan secara detail dan
langsung untuk menggali lebih luas informasi pada tanaman obat berkhasiat ini.
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke
depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat
bagi banyak orang.

27
DAFTAR PUSTAKA

Chasanah. 2010. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional. http://pemanfaatan


tumbuhan obat tradisonal.artikel/2010-kandungantumbuhan-obathtml.

Euis, Utami, Asmaliyah. 2016. Potensi Pemanfaatan Tumbuhan Obatt Oleh Suku
Mang.

Gembong. T. 2004. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Hamzari. 2008. Identifikasi tanaman obat-obatan yang dimanfaatkan oleh


masyarakat sekitar hutan Tabo-tabo. Jurnal hutan dan Masyarakat.

Lestari D, Mohammad J. & Isnaina. 2017. Kajian Pemanfaatan Tanaman Sebagai


Obat Tradisional.

Mulyani,S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakata: Kanisius.

Nugroho,H.,Purnomo.,Sumardi,I. 2005. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.


Penebar Swadaya: Bogor

Sutrian,Y. 2011. Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Jakarta: Rineka cipta.

28

Anda mungkin juga menyukai