Anda di halaman 1dari 23

Mata Kuliah : Herbal Medicine II

Dosen Pengampu : Rahayu Eryanti. K,S.,ST.,M.Keb

MAKALAH
Penggunaan Obat Herbal dan Pemberian Obat Herbal Oral

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VII

Hasni

Wiwin Astuti

Sri Hardiyanti

Musfirah

Idar Karlina

UNIVERSITAS MEGA REZKY FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN

TAHUN AKADEMIK

2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Puji dan syukur kami panjatkan atas Kehadirat

Allah SWT, karena atas Rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas makalah yang Alhamdulillah tepat pada waktunya, yang

berjudul “Penggunaan Obat herbal dan pemberian obat herbal oral. Tak lupa

kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah kami, Ibu Rahayu Eryanti. K,

S., ST., M.Keb yang telah membimbing kami, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini dengan baik. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh

dari kesempurnaan serta kekurangan baik dalam sistematika penulisan maupun

penggunaan bahasa. Oleh karena itu melalui kesempatan ini kami mengharapkan

saran dan kritik anda teman– teman yang bersifat membangun demi perbaikan di

masa yang akan datang. Keberhasilan dalam makalah ini tidak luput dari bantuan

semua teman-teman, olehnya itu kami mengucapkan banyak terimakasih semoga

kedepannya lebih baik lagi dalam pembuatan makalah ini Amin.

Makassar, 01 Maret 2023

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................II

DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................4

A. Latar Belakang ..........................................................................................4


B. Rumusan Masalah ....................................................................................6
C. Tujuan .......................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................7

A. Penggunaan Obat Herbal...........................................................................7


a. Cara penggnaan obat herbal..........................................................8
b. Pencegahan Untuk Menghindari Bahaya Penggunaan Herbal......12
c. Apa kegunaan obat herbal ............................................................12
d. Apa saja efek samping obat ..........................................................14
B. Pemberian Obat Herbal Oral.....................................................................14

BAB III PENUTUP ............................................................................................22


A. Kesimpulan .................................................................................................22
B. Saran ............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan obat herbal di Indonesia telah berlangsung sejak ribuan

tahun dan salah satunya tercatat dalam relief seperti di Candi Borobudur.

Iklim tropis di Indonesia menjadikan keanekaragaman hayati yang tinggi

terbesar kedua di dunia dengan potensial bahan alam untuk dijadikan obat

tradisional oleh masyarakat di Indonesia. Obat herbal merupakan ramuan

bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral yang secara temurun

digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Dewoto, 2017).

Ada 3 Jenis Obat herbal yang Umum Dikonsumsi Orang Indonesia

sebelum diedarkan, produk herbal harus melalui uji klinis terlebih dahulu

untuk membuktikan keamanannya secara ilmiah. Obat-obatan ini juga harus

melalui uji dosis, cara penggunaan, efektivitas, pemantauan efek samping, dan

interaksinya dengan senyawa obat lain. Fitofarmaka adalah satu-satunya

golongan obat tradisional yang telah lulus semua uji praklinis dan klinis pada

manusia.

Bukti yang menunjukkan khasiat OHT hanya terdapat pada

eksperimen hewan percobaan. Hasil percobaan inilah yang sering kali

dijadikan dasar bahwa obat alami dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Padahal, efek penggunaan obat pada hewan belum tentu sama pada manusia.

Sementara itu, jamu yang biasanya menggunakan racikan resep turun temurun

4
tidak memiliki dosis dan indikasi yang pasti. Jamu bisa menimbulkan manfaat

dan risiko efek samping yang berbeda untuk setiap orang.

Organ tumbuhan yang digunakan dalam komposisi ramuan meliputi

akar, batang, daun, bunga, buah, ataupun biji. Daun adalah organ terbanyak

yang sering dipakai untuk komposisi dalam ramuan ini. Sesuai dengan

penelitian Tsauri & Sofyan (2018), daun merupakan organ penting tempat

fotosintat, berstruktur lunak, memiliki kandungan air yang tinggi, kaya akan

kandungan minyak atsiri, fenol, senyawa kalium, dan klorofil. Kandungan zat

pada daun bermanfaat untuk kesehatan dan memiliki unsur-unsur yang dapat

menyembuhkan penyakit.

Cara meramu bahan-bahan pengobatan tradisional dilakukan dengan

cara ditumbuk menggunakan pipisan, ada yang direbus, diparut, dan diiris.

Ramuan paling banyak dibuat dengan cara ditumbuk. Ramuan yang dibuat

dengan cara ditumbuk menggunakan pipisan, dapat diambil sarinya secara

langsung dan tanpa bahan pengawet. Ramuan ini segera dikonsumsi, saat

setelah diramu. Penggunaan ramuan tradisional untuk pengobatan dan

perawatan kesehatan wanita di lingkup Keraton Surakarta semakin menurun.

Hasil kuisioner tentang tingkat pengetahuan masyarakat lingkup Keraton

Surakarta, yaitu masyarakat Baluwarti menunjukan adanya perbedaan tingkat

penggunaan ramuan tradisional dengan tiga range usia. Kelompok usia

dibedakan dengan usia 15-25 tahun, 26-45 tahun, dan > 46 tahun. Pembagian

5
kategori usia mengacu pada kategori umur menurut Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Penggunaan Obat Herbal Dan Pemberian obat Herbal Oral ?

2. Bagaimana Cara Penggunaan Obat Herbal ?

3. Bagaimana Pencegahan Untuk Menghindari Bahaya Penggunaan Obat

Herbal ?

4. Apa kegunaan obat herbal ?

5. Apa saja efek samping obat ini ?

C. Tujuan

Tujuan Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan kebidanan yang nantinya

harus dimengerti dan dilakukan dalam pemahaman, Penggunaan Obat Herbal Dan

Pemberian obat Herbal Oral.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penggunaan Obat Herbal

Penggunaan Obat Herbal, Obat herbal umumnya lebih aman

dibandingkan dengan obat modern, dikarenakan kandungan dalam obat herbal

dinilai tidak begitu keras daripada obat modern. Hal inilah yang menjadi salah

satu alasan masyarakat memilih menggunakan obat tradisional. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Ismiyana (2018), masyarakat menganggap

obat herbal lebih aman karena dibuat secara sederhana dan tidak

menggandung bahan kimia.

Pada dasarnya prinsip penggunaan obat herbal hampir sama dengan

obat modern, apabila tidak digunakan secara tepat akan mendatangkan efek

yang buruk. Sehingga, meskipun obat herbal dinilai relative lebih aman

dibandingkan obat modern namun tetap perlu diperhatikan kerasionalan

penggunaannya. Karena tidak semua herbal memiliki khasiat dan aman untuk

dikonsumsi (Satria, 2018; Oxorn dan Forte, 2018).

Seperti halnya menggunakan obat modern, penggunaan obat

tradisional harus rasional dan memperhatikan ketepatan penggunaannya. Hal

ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

pasal 104 yang menyatakan bahwa penggunaan obat dan obat herbal harus

dilakukan secara rasional (Anonim, 2016).

7
a. Cara Penggunaan Obat Herbal

Penggunaan obat herbal juga memiliki aturan-aturan yang harus

diperhatikan agar terhindar dari bahaya toksik, baik dalam pembuatannya

maupun penggunaannya, yaitu sebagai berikut (Aprilina, 2018) :

1. Ketepatan bahan

Tidak semua tanaman dapat berkhasiat sebagai pengobatan.

Sehingga dalam pemilihan tanaman obat sangat perlu diperhatikan

ketepatan pemilihan bahan karena akan mempengaruhi keberhasilan

terapi. Setiap tanaman obat memiliki kandungan yang berbeda- beda yang

akan berpengaruh terhadap efek yang ditimbulkan. Sehingga, dalam

pemilihan bahan herbal yang digunakan harus disesuaikan dengan

penyakit yang akan diobati dan efek yang diinginkan (Dewoto, 2017).

Tumbuhan yang berkhasiat obat sebagian besar memiliki aroma

khas. Hal ini karena adanya kandungan minyak atsiri. Kebanyakan

tanaman obat memiliki rasa yang sepat dan pahit karena kandungan

alkaloid yang tinggi dan kandungan senyawa tanin. Selain itu, pada akar

tumbuhan mengandung banyak air dan serat. Tanaman obat terdiri dari

beragam spesies yang kadang-kadang sulit dibedakan. Ketepatan bahan

sangat menentukan tercapai atau tidaknya efek terapi yang diinginkan.

Selain itu, pada satu jenis tanaman umumnya dapat ditemukan beberapa

zat aktif yang berkhasiat dalam terapi. Rasio antara keberhasilan terapi

8
dan efek samping yang timbul harus menjadi pertimbangan dalam

pemilihan jenis tanaman obat yang akan digunakan dalam terapi.

2. Ketepatan dosis

Dalam penggunaan obat herbal mempengaruhi khasiat dan

keamanannya. Dalam pemakaian obat herbal tidak diboleh

sembarangannya dan berlebihan. Penentuan dosis yang tepat akan

mempengaruhi proses pengobatan (Herlina, 2018). Untuk mengetahui

mengenai dosis terapi tanaman obat dapat dilihat di FOHAI dan beberapa

literature lainnya. Untuk obat tradisional yang telah dalam bentuk

kemasan jadi seperti Jamu, OHT dan Fitofarmaka harus digunakan sesuai

dosis yan dianjurkan dalam kemasan. Obat herbal yang digunakan tidak

mengikuti aturan dapat memberikan efek yang membahayakan. Seperti

halnya obat buatan pabrik, tanaman obat juga tidak bisa dikonsumsi

sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi. Misalnya, mahkota

dewa hanya boleh dikonsumsi dengan perbandingan 1 buah dalam 1 gelas.

3. Ketepatan waktu penggunaan

Ketepatan waktu penggunaan obat herbal dapat menentukan

keberhasilan dari terapi. Tidak semua tanaman herbal dapat digunakan di

semua kondisi. Contohnya kunyit. Kunyit dapat bermanfaat untuk

mengobati radang amandel, dan dapat digunakan pada saat menstruasi.

Akan tetapi penggunaan kunyit pada masa kehamilan dapat menyebabkan

keguguran (Sari, 2019). Ketepatan waktu penggunaan juga perlu

9
diperhatikan ketika sedang mengkonsumsi obat modern. Penggunaan obat

herbal bersamaan dengan obat modern perlu diberikan jeda waktu, tidak

boleh digunakan bersamaan pada waktu yang sama (Sari, 2019).

Ketepatan waktu penggunaan obat tradisional menentukan tercapai atau

tidaknya efek yang diharapkan. Contohnya, kunyit jika dikonsumsi saat

datang bulan mengurangi nyeri haid, namun jika dikonsumsi pada awal

masa kehamilan, berisiko menyebabkan keguguran.

4. Ketepatan telaah informasi

Informasi yang didapatkan serta ketidakjelasan informasi yang

beredar mengenai obat herbal dapat menyebabkan kesalahpahaman

masyarakat. Kesalahpahaman masyarakat akan obat tradisional akibat

ketidaktahuan dapat menyebabkan obat tradisional yang seharusnya

menyembuhkan tetapi menjadi membahayakan. Oleh karena itu, dalam

penggunaan obat herbal kita perlu menelaah informasi yang benar dan

salah terkait obat herbal yang dikonsumsi agar tidak ada kesalahan dalam

penggunaannya dan dapat meminimalisir efeksamping yang mungkin

muncul (Ismail, 2017; Sari, 2019). Ketidaktahuan mengenai fungsi dan

manfaat tanaman obatbisa menyebabkan obat tradisional berbalik menjadi

bahan membahayakan.

5. Ketepatan cara penggunaan

Cara penggunaan mempengaruhi efek yang akan ditimbulkan.

Penggunaan tanaman obat antara satu dengan yang lainnya tidak boleh

10
disamakan. Cara penggunaan yang kurang tepat akan menimbulkan efek

yang berbeda. Contohnya daun kecubung. Daun kecubung dapat

berkhasiat sebagai bronkodilator jika cara penggunaan dengan cara

dihisap seperti rokok. Akan tetapi, dapat menyebabkan mabuk atau

bersifat beracun apabila cara penggunaannya dengan diseduh dan

diminum (Sari, 2019).

Banyak zat aktif yang berkhasiat didalam satu tanaman obat dan

setiap zat tersebut membutuhkan perlakukan yang berbeda dalam

penggunaanya. Misalnya, daun kecubung jika dihisap seperti rokok bisa

digunakan sebagai obat asma namun, jika diseduh dan diminum dapat

menyebabkan keracunan atau mabuk.

6. Mengenal jenis obat tradisional

Obat tradisional seperti jamu, OHT dan fitofarmaka termasuk obat

bebas dimana dapat diperoleh tanpa resep dokter. Oleh karena itu, obat

tradisional tidak boleh mengandung bahan berbahaya dan penggunaannya

tidak boleh disalahgunakan selain untuk tujuan pengobatan (Werner dkk.,

2020) Tiga jenis obat tradisional, yaitu jenis jamu, bahan ekstrak alami,

dan fitofarmaka. Ketiganya memiliki perlakuan, sifar dan khasiat yang

berbeda.

7. Keamanan obat Herbal

Jumlah obat Herbal sangat banyak dan memiliki khasiat yang

berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam pemilihan obat tradisional perlu

11
disesuaikan terhadap gejala dan indikasi penyakitnya (Sari, 2019). Obat

tradisional yang beredar sudah dicampur bahan kimiawi. Maka, perlu

diperhatikan tentang reaksi dan dosis obat tersebut serta tanggal

kadaluarsanya. Dalam skala produksi, perlunya penanganan pasca panen

yang tepat guna menghasilkan bahan yang aman dari mikroba dan

aflatoksin (Sukmono, 2019 dalam Aprilina, 2018).

b. Pencegahan Untuk Menghindari Bahaya Penggunaan Herbal (Pengawas

Obat dan Makanan, 2019)

1. Gunakan obat herbal yang sudah memiliki nomor izin edar BPOM

2. Jangan menggunakan obat herbal bersama dengan obat kimia (resep

dokter)

3. Jika meminum obat herbal menimbilkan efek cepat, patut dicurigai ada

penambahan bahan kimia obat yang memang dilarang penggunaannya

dalam obat herbal

4. Selalu periksa tanggal kadaluarsa

5. Kunjungi website Badan POM untuk mengetahui obat herbal yang

mengandung bahan kimia obat pada bagian public warning

6. Perhatikan informasi “Peringatan/Perhatian”, jangan konsumsi obat

herbal jika ada efek samping yang rentan dengan kondisi kesehatan

7. Baca aturan pakai sebelum mengkonsumsi jamu

12
c. Apa kegunaan obat herbal

Kegunaan atau manfaat utama obat herbal adalah sebagai promosi

kesehatan dan terapi untuk kondisi kronis. Seseorang juga mungkin

menggunakan pengobatan herbal ketika pengobatan konvensional dirasa

tidak efektif untuk mengatasi penyakit tertentu, seperti kanker stadium

lanjut dan penyakit menular baru. Selain itu, rempah-rempah sering kali

digunakan sebagai pengobatan tambahan penyakit akut dan kronis, seperti:

1. penyakit kardiovaskular,

2. gangguan pada prostat, dan

3. inflamasi atau peradangan.

Berikut ini adalah tips yang bisa Anda lakukan untuk memilih obat

herbal yang aman untuk dikonsumsi:

a) Pelajari obat-obatan herbal yang ingin Anda konsumsi dengan sebaik-

baiknya. Konsultasi dengan dokter dan cermati kemasan obat-obatan

yang akan Anda beli.

b) Jika Anda membeli obat herbal di pasaran, ikuti petunjuk pemakaian

pada kemasan dan konsumsi obatnya sesuai dengan dosis yang

ditentukan.

c) Carilah bantuan profesional atau ahli yang punya pengetahuan

mumpuni dalam hal obat-obatan tradisional.

13
d) Perhatikan gejala efek samping setelah minum obat tradisional. Segera

hentikan penggunaan obat jika mengalami gejala yang

mengkhawatirkan.

e) Waspada gejala alergi yang mungkin ditimbulkan setelah minum obat

tradisional.

f) Anda perlu memastikan herbalis yang meracik obat tradisional Anda

sudah memiliki izin praktik dan terdaftar resmi di Dinas Kesehatan.

d. Apa saja efek samping obat

Produsen obat herbal memiliki tanggung jawab untuk memastikan

bahwa klaim yang mereka buat tentang produknya tidak salah atau

menyesatkan. Klaim tersebut pun perlu didukung oleh bukti yang

memadai. Namun, mereka tidak diwajibkan menyerahkan bukti ini ke

BPOM. Oleh karena itu, meski terbuat dari bahan alami, banyak herbal

yang mengandung senyawa kimia alami berpotensi menimbulkan risiko

efek samping merugikan. Efek samping yang mungkin terjadi akibat

konsumsi obat alami, antara lain:

1. Reaksi alergi,

2. Ruam,

3. Asma,

B. Obat Herbal Oral

Obat herbal oral adalah bagian dari pengobatan tradisional yang

memiliki sejarah panjang. Menurut World Health Organization, pengobatan

14
tradisional terbentuk dari pengetahuan, keterampilan, dan praktik berdasarkan

teori, keyakinan, serta pengalaman dari budaya yang berbeda-beda.

Pengobatan tradisional terkadang memiliki penjelasan ilmiah, tetapi ada pula

yang tidak punya bukti ilmiah apa pun. Obat alami ini dapat digunakan untuk

menjaga kesehatan, pencegahan, diagnosis, hingga pengobatan penyakit fisik

ataupun mental. Sementara itu, obat herbal sendiri meliputi jamu yang

mengandung bahan aktif dari bagian-bagian tumbuhan.

Pemberian obat oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini

merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman. Berbagai

bentuk obat dapat di berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul

atau puyer. Untuk membantu absorbsi , maka pemberian obat per oral dapat di

sertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain.

Tanaman herbal dalam cara dan bentuk yang berbeda, seperti:

1. ramuan,

2. teh,

3. sirup,

4. minyak esensial,

5. salep

6. tablet yang mengandung bubuk.

15
Berdasarkan ketentuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), obat

Herbal dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

a. jamu

Jamu adalah obat tradisional berbahan dasar tumbuhan yang

diolah menjadi bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan langsung

minum. Umumnya obat tradisional ini dibuat dengan mengacu pada

resep warisan leluhur. Anda bisa membuat jamu sendiri di rumah

menggunakan tanaman obat keluarga (TOGA) atau dibeli dari penjual

jamu gendong.

Satu macam jamu bisa terbuat dari campuran 5-10 macam

tanaman, bahkan mungkin lebih. Setiap bagian tanaman mulai dari

akar, batang, daun, kulit, buah, dan bijinya bisa dimanfaatkan untuk

menghasilkan jamu. contoh yang paling umum adalah jamu kunyit

asam. Jamu kunyit asam diyakini dapat membantu meredakan nyeri

haid sebab kunyit mengandung kurkumin yang mengurangi produksi

hormon prostaglandin penyebab kejang otot pada rahim. Selain itu,

jamu ini juga cukup sering digunakan sebagai obat pegal-pegal dan

ramuan penghilang bau badan. Contoh jamu umum lainnya adalah

jamu beras kencur dan jamu temulawak. Jamu beras kencur diolah dari

campuran beras, kencur, asam jawa, serta gula merah sering digunakan

sebagai penambah stamina dan nafsu makan. Jamu beras kencur juga

dapat mengatasi masalah pencernaan, sesak napas, pilek, hingga sakit

16
kepala. Sementara itu, jamu temulawak juga berpotensi untuk

mengobati masalah osteoarthritis. contoh yang paling umum adalah

jamu kunyit asam. Jamu kunyit asam diyakini dapat membantu

meredakan nyeri haid sebab kunyit mengandung kurkumin yang

mengurangi produksi hormon prostaglandin penyebab kejang otot pada

rahim. Selain itu, jamu ini juga cukup sering digunakan sebagai obat

pegal-pegal dan ramuan penghilang bau badan.

Contoh jamu umum lainnya adalah jamu beras kencur dan jamu

temulawak. Jamu beras kencur diolah dari campuran beras, kencur,

asam jawa, serta gula merah sering digunakan sebagai penambah

stamina dan nafsu makan. Jamu beras kencur juga dapat mengatasi

masalah pencernaan, sesak napas, pilek, hingga sakit kepala.

Sementara itu, jamu temulawak juga berpotensi untuk mengobati

masalah osteoarthritis.

Kuku bima, Pegal linu, Gemuk sehat, Tolak angin, Tuntas, Rapet

wangi, Kuldon, Strong pas, Tolak Angin, Antangin Mint, Antangin

Jahe merah, Darsi, Enkasari, Batugin elixir, ESHA, Buyung upik,

Susut perut, Selangking singset, Herbakof, Curmino.

Pada jamu tidak boleh ada klaim khasiat menggunakan istilah

farmakologi/medis seperti jamu untuk hipertensi, jamu untuk diabetes,

jamu untuk hiperlipidemia, jamu untuk TBC, jamu untuk asma, jamu

untuk infeksi jamur candida, jamu untuk impotensi dll.

17
b. Obat Herbal Terstandar (OHT)

Obat herbal terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang

terbuat dari ekstrak atau sari bahan alam dapat berupa tanaman obat,

sari binatang, maupun mineral. Berbeda dengan jamu yang biasanya

dibuat dengan cara direbus, cara pembuatan OHT sudah menggunakan

teknologi maju dan terstandar. Produsen OHT harus memastikan

bahwa bahan-bahan baku yang digunakan dan prosedur ekstraksinya

sudah sesuai standar BPOM. Tenaga kerjanya pun harus memiliki

keterampilan dan pengetahuan mumpuni tentang cara membuat

ekstrak. Selain itu, produk OHT juga harus melalui uji praklinis di

laboratorium untuk menguji efektivitas, keamanan, dan toksisitas obat

sebelum diperjual belikan. Sebuah produk obat tradisional komersil

resmi tergolong OHT jika mencantumkan logo dan tulisan “OBAT

HERBAL TERSTANDAR” berupa lingkaran berisi jari-jari daun 3

pasang dan ditempatkan pada bagian atas kiri dari wadah,

pembungkus, atau brosurnya. Contoh produk OHT di Indonesia adalah

Kiranti, Antangin Jrg, Obh Herbal, Mastin, Lelap, Diapet dan Tolak

Angin.

18
c. Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah obat bahan alam yang telah dibuktikan

keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada

hewan percobaan) dan uji klinik (pada manusia), bahan baku dan

produk jadinya sudah distandarisasi.

Fitofarmaka memenuhi kriteria :

1. aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

2. klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ praklinik (pada hewan)

dan klinik (pada manusia).

3. telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang

digunakan dalam produk jadi.

4. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

5. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian

medium dan tinggi.

Contoh fitofarmaka: Stimuno, Tensigard, Xgra, Nodiar,

Inlacin, VipAlbumin plus, Rheumaneer

Memang fitofarmaka merupakan obat herbal yang diresepkan oleh

para dokter mengingat sudah teruji baik pada hewan maupun manusia.

Sesuai peraturan BPOM No. 32 tahun 2019 tanggal 23 Oktober 2019

tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional maka apa

pun bentuk sediaan yang dibuat dan didaftarkan sebagai obat

tradisional, OHT atau fitofarmaka harus memenuhi parameter uji

19
persyaratan keamanan dan mutu obat jadi yaitu : organoleptik, kadar

air, cemaran mikroba (E.coli, Clostridia, Salmonella, Shigella),

aflatoksin total, cemaran logam berat (Arsen, Timbal, Kadmium dan

Merkuri), ditambah dengan keseragaman bobot, waktu hancur, volume

terpindahkan serta kadar alkohol/pH tergantung bentuk sediaannya.

Selain itu untuk OHT dan fitofarmaka harus memenuhi uji kualitatif

dan kuantitatif dalam hal bahan baku (bagi OHT) dan bahan aktif (bagi

fitofarmaka), serta residu pelarut (jika digunakan pelarut selain

etanol).

Pengujian semua parameter harus dilakukan di laboratorium

terakreditasi atau laboratorium internal industri/usaha obat tradisional

yang diakui oleh BPOM. Pada ketentuan peralihan dinyatakan bahwa

izin edar obat tradisional yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan

Badan ini, tetap berlaku dan harus menyesuaikan dengan Peraturan

Badan ini paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak Peraturan Badan ini

diundangkan. Jadi memang bukan BPOM yang melakukan pengujian

tersebut. Untuk menjamin keamanan obat tradisional, BPOM

memberikan daftar bahan apa saja yang dilarang untuk diproduksi

dalam obat tradisional antara lain : biji saga, biji kecubung, herba

efedra, gandarusa, daun tembelekan, daun kratom, daun/buah Nerium

oleander, daun komfre, hewan kodok kerok serta mineral sulfur, arsen

dan merkuri. Sulfur boleh dibuat untuk obat luar.

20
Di dalam lampiran Peraturan BPOM No. 32 tahun 2019

terdapat bahan tambahan yang diperbolehkan untuk ditambahkan

dalam obat tradisional dan pada kadar berapa (bahan pengawet, bahan

pemanis alami dan buatan, bahan pewarna alami dan Sama seperti

OHT, produk fitofarmaka terbuat dari ekstrak atau sari bahan alam

berupa tanaman, sari binatang, maupun mineral. Bedanya, fitofarmaka

adalah jenis obat bahan alam yang efektivitas dan keamanannya sudah

dapat disejajarkan dengan obat modern.

Proses produksinya sama-sama berteknologi maju dan sudah

terstandar seperti OHT, tapi produk fitofarmaka harus melewati satu

lagi tahan proses pengujian tambahan. Setelah melalui proses uji

praklinis, produk OBA fitofarmaka harus menjalani uji klinis langsung

pada manusia guna menjamin keamanannya. Sebuah produk obat

tradisional boleh dipasarkan ke masyarakat jika sudah melewati uji

praklinis dan klinis. Produk fitofarmaka juga harus mencantumkan

logo dan tulisan “FITOFARMAKA” berupa lingkaran berisi jari-jari

daun membentuk bintang dan ditempatkan pada bagian atas kiri dari

wadah, pembungkus, atau brosurnya.

21
PENUTUP

A. Kesimpulan
. Obat herbal merupakan ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan,

mineral yang secara temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman

(Dewoto, 2017). Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan

tingkat pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi

Jamu, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. 3 Jenis Obat Tradisional yang Umum

Dikonsumsi Orang Indonesia sebelum diedarkan, produk herbal harus melalui uji

klinis terlebih dahulu untuk membuktikan keamanannya secara ilmiah. Obat-obatan

ini juga harus melalui uji dosis, cara penggunaan, efektivitas, pemantauan efek

samping, dan interaksinya dengan senyawa obat lain. Fitofarmaka adalah satu-

satunya golongan obat tradisional yang telah lulus semua uji praklinis dan klinis pada

manusia.

B. Saran
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta dapat

memberikan pengetahuan tentang Penggunaan Obat Herbal Dan Pemberian Obat Herbal

Oral. Oleh karena itu, saran dari para pembaca yang bersifat membangun sangat kami

harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik di masa yang akan datang.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ismiyana, 2018. Gambaran Penggunaan Obat Tradisional Untuk Pengobatan Sendiri Pada
Masyarakat Di Desa Jimus Polanharjo Klaten. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anonim,2016. https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/15699/08%20naskah
%20publikasi.pdf?sequence=15&isAllowed=y

Aprilina, F. (2013). Profil Penggunaan Obat Tradisional Masyarakat Di Kabupaten Tabalong


Kalimantan Selatan Tahun 2018, Skripsi

Dewoto, H. R. 2017. Pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi fitofarmaka”. Majalah


Kedokteran Indonesia, 57(7): 205-211.

Herlina & Muchtaridi, 2018, Penggunaan Metode Defined Daily Dose dalam Penelitian Pola
Pemanfaatan Obat-obat Antihipertensi, Jurnal Farmaka, 16, 159-168

Dewoto, R, Hedi. 2017. Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Fitofarmaka.


Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Tsauri Sofyan. 2018 Manajemen Sumber Daya Manusia. Jember: STAIN Jember
Press.

Topics, H. (2021). Herbal Medicine: MedlinePlus. Retrieved 8 March 2021, from


https://medlineplus.gov/herbalmedicine.html

Wachtel-Galor, S., & Benzie, I. (2011). Herbal Medicine. CRC Press/Taylor &
Francis. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK92773/

Herbal Medicine. (2021). Retrieved 8 March 2021, from


https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/herbal-medicine

Sari; Lusia O. R. K. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan


Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2019: 3 (1)

Anda mungkin juga menyukai