Anda di halaman 1dari 31

JURNAL

INDONESIAN TRADITIONAL MEDICINE


(Perilaku Penggunaan Obat Tradisional pada Ibu Nifas di Desa
Sungai Kitano Kecamatan Martapura Timur Kabupaten Banjar)

Disusun Oleh :

Erica Nur Afifah 205401446116


Ericha Septiani R 205401446178
Eni Kholifah 205401446129
Nurjannah Hiku 205401446209
Syifa Fauziah 205401446143
Siti Hasanah F 205401446007
Wa Ida Sarudin 205401446211

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah Swt, Tuhan yang maha
esa, karena atas berkat dan rahmatnya yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang untuk
menyelesaikan tugas kelompok berupa makalah dengan judul ”Perilaku
Penggunaan Obat Tradisional pada Ibu Nifas di Desa Sungai Kitano Kecamatan
Martapura Timur Kabupaten Banjar” ini dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Dalam mengerjakan tugas kelompok ini, tentunya terdapat hambatan yang
telah kami rasakan, oleh sebab itu, kami berterimakasih kepada beberapa pihak
terutama dosen pengajar mata kuliah Ethnomedika Kebidanan yang telah
membantu membina dan mendukung kami.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah tugas kelompok ini dapat
ditemukan banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu, kami benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami
memperbaiki dan kami tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami
menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang
konstruktif. Dan semoga tugas makalah kelompok ini dapat memberikan manfaat.

Jakarta, 15 Oktober 2020


Penyusun

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

JUDUL JURNAL ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB I .........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan ............................................................................................................2

2. Tujuan Khusus ..............................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................3

2. Obat Tradisional ...........................................................................................3

B. Jenis- jenis Obat Tradisional Indonesia......................................................3

1. Jamu ...............................................................................................................3

2. OHT/ Obat Herbal Terstandar ....................................................................8

3. Fitofarmaka ...................................................................................................9

BAB III JURNAL YANG DIAMBIL ...................................................................10

A. Analisa Jurnal Penggunaan Obat Tradisional Indonesia Pada Ibu Nifas


10

B. Jenis Obat yang digunakan ........................................................................11

C. Bentuk Obat Tradisional ............................................................................12

D. Cara Menggunakan Obat Tradisional ......................................................12


ii
E. Alasan Menggunakan Obat Tradisional ...................................................12

F. Khasiat Mengunnakan Obat Tradisional yang Dirasakan .....................13

G. Efek Samping yang Dirasakan saat Menggunakan Obat Tradisional ...14

BAB IV ANALISA JURNAL ................................................................................15

A. Isi Jurnal ......................................................................................................15

B. Hasil ..............................................................................................................16

C. Kelebihan .....................................................................................................17

D. Kelemahan ...................................................................................................17

E. Saran ............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengobatan menggunakan tanaman obat di Nusantara telah
berkembang sejak awal, didukung dengan kondisi geografis yang mana
tanaman beraneka jenis mudah tumbuh di iklim tropis. Seperti halnya
diperadaban lain, pengetahuan itu diperoleh secara empiris dan diwariskan
dari generasi ke generasi sehingga warisan leluhur ini dapat dijaga.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat lengkap.
Anugerah ini membuat Indonesia menjadi negara pengobatan herbal
terbaik di dunia. Beragam jenis tanaman obat dapat tumbuh dengan subur
di negara kita. Tanaman obat menjadi bahan utama dalam pembuatan jamu
dan obat-obatan herbal (Savitri, 2016)
Indonesia dikenal akan kekayaan alamnya yang luar biasa sehingga
negara Indonesia menduduki nomor dua dengan tanaman obat tradisional
terbanyak setelah Brazilia Segala macam hasil tumbuhan yang ada di
Indonesia dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Dimasa lalu,
bangsa Indonesia telah menggunakan berbagai ramuan dari daun, akar,
buah, kayu dan umbi-umbian untuk mendapatkan kesehatan dan
menyembuhkan berbagai penyakit. Berbagai ramuan tradisional tersebut
sering dikenal sebagai pengobatan herbal (Suparni & Wulandari, 2012 )
Berdasarkan data Indikator Kesehatan tahun 2014 menyebutkan
bahwa penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri
menggunakan obat tradisional adalah sebesar 20,99%. Berdasarkan Data
Riset Kesehatan (Riskesdas) 2018 persentase pemanfaatan tanaman obat
keluarga (TOGA) di Indonesia sebesar 24,6% dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan tradisional sebesar 31,4% (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2018).
Masyarakat Indonesia sudah sejak zaman dahulu kala menggunakan
ramuan obat tradisional Indonesia sebagai upaya pemeliharaan kesehatan,

1
pencegahan penyakit, dan perawatan kesehatan. Bagi masyarakat Desa
Sungai Kitano Kecamatan Martapura Timur bahwa tradisi kepercayaan
terhadap penggunaan obat herbal dalam jangka panjang akan menjamin
khasiat dan keamanannya seperti salah satu contoh dalam peggunaan obat
tradisional selama masa nifas.
Jenis obat tradisional yang digunakan oleh ibu nifas didesa Sungai
Kitano terdiri dari berbagai macam bahan tanaman seperti serai, ragi 40,
kencur, kunyit, sirih, pandan, asam jawa, akar kujajing, tembora dan
wadak panas. Jenis fitofarmaka seperti Jamu Sari Ayu dan Jamu Jago.
Menurut masyarakat di Desa Sungai Kitano menggunakan obat
tradisional itu dijadikan kebiasan yang lambat laun tidak hanya dilakukan
oleh perorangan namun menjalar kepada banyak orang sehingga
kebanyakan ibu nifas mengulang kembali pengalaman yang pernah
mereka rasakan pada saat menggunakan obat tradisional pada masa nifas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masyarakat memilih
menggunakan tanaman obat sebagai alternatif pengobatan sederhana untuk
pengobatan ringan. Sehingga penelitian ingin mengetahui tanaman obat
Indonesia yang digunakan sebagai pengobatan pada ibu Nifas.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis jurnal mengenai pengobatan tradisional pada
Perilaku Penggunaan Obat Tradisional pada Ibu Nifas Indonesia.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui mengenai pengobatan tradisional di Indonesia.
b. Untuk Untuk mengetahui khasiat tanaman obat tersebut dan
kandungan kimia sehingga perlu dilakukannya uji fitokimia pada
setiap jenis tanaman obat.
c. Untuk mengetahui cara pemakaian yang benar agar terjamin
keamanan kesehatan pengunanya.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
1. Obat
Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral
maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mencegah,
mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau
menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau
khasiatnya bisa kita dapatkan.
2. Obat Tradisional
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatanberdasarkan pengalaman (BPOM, 2014).
B. Jenis- jenis Obat Tradisional Indonesia
Adapun tahapan dari obat Herbal Indonesia yaitu Jamu, Obat Herbal
Terstandar dan Fitofarmaka. Perbedaan dari ketiga golaongan tersebut adalah
jamu merupakan tanaman yang secara turun temurun digunakan sebagai obat-
obatan di masyarakat berbasis empiris. Bahan baku tidak distandarisasi dan
hanya pengobatan diri sendiri. Lalu Obat herbal terstandar/ OHT merupakan
tingkatan tinggi dari jamu yang sudah dilakukan pengujian preklinik, ada
standarisasi bahan tteapi masih untuk pengobatan diri sendiri. Yang terakhir
yaitu fitofarmaka merupakan OHT yang sudah dilakukan uji klinik,
standarisasi obat dan sudah untuk pelayanan umum.(Dr. dr. EM Sutrisna,
2016)
1. Jamu
a. Pengertian Jamu
Jamu di Indonesia biasa digunakan sebagai obat herbal atau hasil
meramu bahan-bahan yang berasal dari alam dan memiliki khasiat

3
untuk kesehatan. Jamu tidak hanya berfungsi sebagai obat, tetapi juga
untuk menjaga kebugaran tubuh dan mencegah dari penyakit. Jamu juga
biasa digunakan untuk membantu meningkatkan nafsu makan bagi
anak-anak.Jamu juga dapat disebut obat rumahan karena biasanya
dibuat sendiri di rumah dari bahan-bahan yang ada di sekitar, yaitu
kunyit, kencur, jahe, lengkuas, dan jenis rimpang atau tanaman lainnya.
b. Sejarah Jamu
Jamu telah ada sejak zaman nenek moyang, tetapi tidak banyak data
yang didokumentasikan secara tertulis. Selama ini jamu hanya
diwariskan secara lisan. Dalam buku The Power of Jamu proses
dokumentasi jamu dibagi dalam lima periode, yaitu:
1) Periode Prasejarah
Berdasarkan penelitian, ditemukan fosil manusia tertua di
Ethiopia pada tahun 1967. Penemu fosil terbut adalah Arambourg
dan Coppens. Fosil manusia tertua tersebut diberi nama sementara
Paraustralopithecus aethopicus. Diperkirakan manusia jenis ini juga
pernah tinggal di Indonesia. Pada masa selanjutnya ada genus
manusia lebih modern yang pernah mendiami Indonesia, yaitu
Pithecantropus. Di Indonesia jenis manusia ini diwakili oleh
Pithecantropus erectus yang terdiri atas empat laki-laki dan dua
perempuan serta Pithecantropus soloensis yang terdiri atas lima laki-
laki dan tujuh perempuan. Pithecantropus di Indonesia jumlahnya
terlalu sedikit untuk dapat mengetahui penggunaan biomedisin
sebagai terapi pengobatan.Manusia purba pada masanya juga
dijangkiti oleh penyakit yang beraneka ragam. Saat penelitian
ditemukan bahwa Pithecantropus erectus menderita exostosis pada
femurnya yang mungkin didahului oleh inflamasi. Hal itu dapat
disimpulkan bahwa berbagai golongan penyakit juga sudah ada
buktinya sejak zaman Neolitik. Penyakit-penyakit tersebut,antara
lain ialah penyakit genetik dan konginetal, penyakit neoplastis,

4
penyakit infeksi dan parasit, penyakit traumatis, penyakit
metabolisme dan penyakit degeneratif.
2) Periode Sebelum Kolonial (Sebelum Tahun 1600)
Pada abad ke-8 ditemukan bukti mengenai penggunaan tanaman
secara internal (oral) dan eksternal (topikal). Tahun 825M pada
dinding candi Borobudur terdapat relief pohon Kalpataru, yakni
pohon mitologis yang melambangkan ‘kehidupan abadi’. Pada relief
tersebut di bawah pohon Kalpataru terdapat orang sedang
menghancurkan bahan-bahan untuk pembuatan jamu. Selain itu,
pada dinding candi Borobudur juga ditemukan relief perempuan
yang sedang mencampur tanaman untuk pemulihan dan perawatan
tubuh. Dokumen lama atau naskah kuno lain ditemukan di Bali yang
ditulis pada daun lontar kering. Pada umumnya ditulis dalam bahasa
Sanskerta atau bahasa Jawa kuno. Sebagai contoh istilah usada atau
usadi yang berarti ‘obat’, ditemukan dalam kitab Kakawin
Ramayana, sarga 1–9 tahun 898–910 M. Pada tahun 1460–1550M,
Dan Hyang Dwijendara, seorang yang memiliki pengetahuan tentang
pengobatan tradisional, telah mengembangkan sistem pengobatan
yang disebut Agen Balian Sakti.
3) Periode Kolonial (Tahun 1600-1942)
Masyarakat suku Jawa menulis resep jamu obat tradisional dari
tanaman dan dikenal sebagai Serat atau Primbon. Salah satu yang
terkenal adalah Serat Centhini yang didokumentasikan oleh Kanjeng
Gusti Pangeran Adipati Anom Amengkunegara III, Pangeran Sunan
Pakubuwono IV (1788—1820). Selain itu, ada naskah-naskah kuno
lain yang menceritakan tanaman obat Jawa, seperti Serat Kawruh
Bab “Jampi-Jampi” yang diterbitkan tahun 1831, Serat Wulang
Wanita (Paku Buwono IX), Candra Rini (Mangku Negara IV, 1792),
buku Nawaruci Paraton, dll.
4) Periode Jepang (Tahun 1942-1945)

5
Seminar pertama tentang jamu diselenggarakan di Solo pada
tahun 1940. Setelah itu dilanjutkan dengan pembentukan Panitia
Jamu Indonesia yang dipimpin oleh Prof. Dr. Sato, Kepala Jawatan
Kesehatan Rakyat. Panitia ini bertugas untuk mengimbau para
pengusaha jamu secara sukarela mendaftarkan resep pribadi mereka
untuk diperiksa dan dinilai oleh Jawatan Kesehatan Rakyat. Pada
akhir tahun 1944, diumumkan beberapa tanaman obat terpilih pada
harian Asia Raya, antara lain biji kopi dan daun pepaya untuk
disentri, daun ketepeng, kulit batang pule, daun sirih, bunga
belimbing wuluh, dan cengkih untuk penyakit TBC.
5) Periode Kemerdekaan
Bung Karno memberikan perhatian yang cukup besar dalam
pengembangan obat tradisional. Tahun 1965 ketika berpidato pada
Dies Natalis Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, presiden
memperkenalkan enam orang sinse dari Cina yang khusus
didatangkan untuk mengobati penyakit ginjal yang dideritanya.Pada
tahun 1949, seorang staf pengajar farmakologi di Universitas
Indonesia membuat laporan daftar tanaman berkhasiat pengganti
obat impor, antara lain johar, kecubung, upas raja, kolkisin, dan lidah
buaya. Kemudian pada tahun 1950, Werkgroep voor Minidinale
Plante didirikan untuk memfasilitasi penelitian-penelitian tanaman
obat di Indonesia. (Army, 2018)
c. Ramuan dan Manfaat Jamu
Indonesia memiliki kekayaan hayati melimpah yang biasa
dijadikan bahan-bahan untuk mengolah jamu. Akan tetapi, ada jenis
tanaman yang merupakan bahan utama untuk membuat jamu yang biasa
dikonsumsi. Tanaman tersebut merupakan anggota keluarga
Zingerberaceae. Beberapa jenis tanaman yang termasuk dalam keluarga
ini adalah jahe, kunyit, kencur, dan lengkuas. Tanaman ini memiliki
khasiat masing-masing dan diolah menjadi beberapa jenis jamu yang
berbeda.

6
Tanaman keluarga Zingerberaceae merupakan jenis tanaman yang
mudah ditemukan di sekitar. Beberapa kalangan membudidayakan
jenis-jenis tanaman ini dan disebut sebagai tanaman obat keluarga
(TOGA). Jenis tanaman keluarga Zingerberaceae mudah tumbuh dan
perawatannya tidak sulit. Penanamannya dapat langsung di tanah atau
memanfaatkan wadah seperti pot atau polybag (jenis plastik untuk
menanam tanaman). Keberadaan tanaman obat keluarga yang
mencakup jahe, kunyit, kencur, dan lengkuas menjadikan jamu disebut
juga obat rumahan. Tanaman-tanaman obat tersebut dicampur dengan
bahan-bahan yang tersedia di dalam rumah, seperti garam, gula, dan
berbagai jenis rempah-rempah.
1) Jahe/ Zingiber Officinale
Jahe (Zingiber officinale) merupakan anggota keluarga
Zingerberaceae yang paling terkenal. Sejak lama jahe telah
digunakan untuk menghangatkan tubuh. Masyarakat Indonesia juga
menggunakan jahe untuk meningkatkan nafsu makan, mencegah
mual, dan membantu meringankan reumatisme. Jahe yang ditumbuk
juga dapat digunakan untuk meringankan rasa gatal dan mengobati
luka. Campuran jahe dengan garam dapat digunakan untuk
penangkal racun dari gigitan ular. Jahe untuk menghangatkan tubuh,
di antaranya dibuat minuman. Salah satunya adalah wedang jahe.
Wedang dalam bahasa Jawa berarti ‘minuman’. Mengonsumsi
wedang jahe selain untuk menghangatkan tubuh, juga dapat
bermanfaat untuk meredakan masuk angin. Jahe masuk dalam buku
pengobatan herbal di negara Barat sebagai ramuan untuk mencegah
morning sickness atau rasa mual yang dialami oleh wanita pada
triwulan awal kehamilan.
2) Kunyit/ Curcuma Domestica
Kunyit (Curcuma domestica) merupakan jenis tanaman yang telah
digunakan sejak lama di Indonesia. Ribuan tahun yang lalu
masyarakat telah menggunakan kunyit sebagai bahan memasak.

7
Kunyit memiliki fungsi sebagai pewarna alami, yaitu warna kuning.
Sebagai salah satu bahan untuk membuat jamu, kunyit memiliki
khasiat antibakteri, antijamur, dan antivirus. Kunyit memiliki
kandungan senyawa kimia curcumin yang memiliki khasiat untuk
meredakan inflamasi, seperti bengkak dan nyeri.
3) Kencur/ Kaempferiagalanga
Kencur (Kaempferia galanga) merupakan tanaman yang juga
memiliki fungsi untuk menghangatkan tubuh. Selain itu, kencur
bermanfaat untuk meredakan demam, encok, sakit perut, dan
bengkak.
4) Lengkuas/ Languas Galanga
Lengkuas (Languasgalanga) merupakan salah satu tanaman
yang telah digunakan di dunia pengobatan sejak sekitar abad ke-6.
Tanaman ini masuk ke Indonesia pertama kali di daerah
Palembang, Sumatra Selatan. Menurut penjelasan Marco Pollo,
orang-orang Jawa baru menanam dan memperjualbelikan lengkuas
pada abad ke-13. Lengkuas diolah dalam bentuk jamu yang disebut
kudu laos. Jamu ini memiliki fungsi untuk masalah lambung,
masuk angin, dan untuk meningkatkan nafsu makan. Selain itu,
terdapat juga ramuan yang terdiri atas lengkuas, daun lengkuas, dan
merica putih. Manfaat dari ramuan ini baik digunakan untuk orang
yang memiliki masalah kulit seperti herpes.(Army, 2018)
2. OHT/ Obat Herbal Terstandar
Jamu dapat dinaikkan kelasnya menjadi herbal terstandar dengan
syarat bentuk sediaannya berupa ekstrak dengan bahan dan proses
pembuatan yang terstandarisasi. Disamping itu herbal terstandar harus
melewati uji praklinis seperti uji toksisitas (keamanan), kisaran dosis,
farmakodinamik (kemanfaatan) dan teratogenik (keamanan terhadap
janin). Uji praklinis meliputi in vivo dan in vitro Riset in vivo dilakukan
terhadap hewan uji seperti mencit, tikus ratus-ratus galur, kelinci atau
hewan uji lain. Sedangkan in vitro dilakukan pada sebagian organ yang

8
terisolasi, kultur sel atau mikroba. Riset in vitro bersifat parsial, artinya
baru diuji pada sebagian organ atau pada cawan petri. Tujuannya untuk
membuktikan klaim sebuah obat. Setelah terbukti aman dan berkhasiat,
bahan herbal tersebut berstatus herbal terstandar. Berdasarkan keputusan
BPOM obat tradsional yang didaftarkan sebagai Obat HerbalTerstandar
harus memenuhi kriteria sebagai berikut: Aman sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan, Klaim kasiat dibuktikan secara ilmiah/pra klinik, Telah
dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi, Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. (dr. Christyaji
Indradmojo, 2016)
3. Fitofarmaka
Menurut peraturan menteri kesehatan Indonesia Nomor
760/MENKES/PER/IX/1992 tentang fitofarmaka menyebutkan bahwa
Fitofarmaka adalah sediaan obat dan obat tradisional yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan
galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku. Fitofarmaka oleh
pemerintah disetarakan dengan obat modern karena: Proses pembuatannya
yang telah terstandar, Ditunjang bukti ilmiah s/d uji klinik pada manusia
dengan kriteria- memenuhi syarat ilmiah, Protokol uji yang telah disetujui,
Dilakukan oleh pelaksana yang kompeten, Memenuhi prinsip etika,
Tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat. (dr. Christyaji Indradmojo,
2016)

9
BAB III

JURNAL YANG DIAMBIL

A. Analisa Jurnal Penggunaan Obat Tradisional Indonesia Pada Ibu Nifas


Masyarakat Indonesia sudah sejak zaman dahulu kala menggunakan
ramuan obat tradisional Indonesia sebagai upaya pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, dan perawatan kesehatan. Perkembangan pelayanan
kesehatan tradisional menggunakan ramuan ini kian pesat, terbukti dari hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 bahwa persentase penduduk
Indonesia yang pernah mengonsumsi jamu sebanyak 59,12% yang terdapat
pada kelompok umur di atas 15 tahun, baik laki-laki maupun perempuan, di
pedesaan maupun di perkotaan, dan 95,60% merasakan manfaatnya.
Kecenderungan masyarakat memilih ramuan tradisional didasarkan pada
alasan- alasan yaitu sebagai berikut: harganya relatif lebih murah dibanding
obat-obat modern sehingga terjangkau oleh masyarakat luas meskipun obat-
obatan modern terbukti kemanjurannya. Bahan-bahannya mudah diperoleh di
lingkungan sekitar tempat tinggal, proses pembuatan dan peralatan yang
digunakan lebih sederhana, dan efek samping negatif lebih kecil karena tidak
menggunakan bahan kimia. Selain itu obat tradisional juga dapat digunakan
sebagai upaya promotif dan preventif yaitu untuk menjaga maupun mengobati
kondisi badan agar selalu dalam keadaan fit dan prima.
Bagi masyarakat Jawa dan Madura, obat tradisional lebih dikenal dengan
sebutan jamu, baik dalam bentuk rajangan maupun bentuk serbuk siap
diseduh. Jamu merupakan ramuan tradisional sebagai salah satu upaya
pengobatan yang telah dikenal luas dan dimanfaatkan oleh masyarakat
dengan tujuan: mengobati penyakit ringan, mencegah datangnya penyakit,
menjaga ketahanan dan kesehatan tubuh. Kebiasaan minum jamu banyak
ditemukan pada masyarakat jawa baik pada ibu hamil, melahirkan maupun
pasca melahirkan (nifas).

10
Pengunaan obat-obat herbal dan tradisional menimbulkan kekhawatiran
terkait keamanannya. Adanya kekeliruan persepsi pemahaman alami berarti
aman. Tradisi kepercayaan secara umum bahwa penggunaan obat herbal
dalam jangka panjang akan menjamin khasiat dan keamanannya. Pada jurnal
ini, mengatakan mereka masih mempercayai akan khasiat obat tradisional.
Contohnya, tumbuhan serai yang diparut dicampuri dengan air garam
kemudian disiramkan pada bekas luka jalan lahir, daun sirih yang direbus
kemudian didinginkan airnya, jahe yang direbus lalu diminum airnya dan
yang berbentuk jamu racikan yang mereka percaya obat-obataan tradisional
tersebut dapatkan membersihkan rahim dari sisa-sisa bekuan darah yang
tertinggal dan membantu mempercepat proses penyembuhan luka jalan lahir
dan merapatkan bekas luka jalan lahir. Mereka juga percaya obat tersebut
dapat menyegarkan dan menyehatkan tubuh. Untuk melihat bagaimana ibu -
ibu di Desa Sungai Kitano Kecamatan Martapura Timur Kabupaten Banjar
menggunakan obat tradisional selama masa nifas perlu dilakukan penelitian
tentang perilaku penggunaan obat tradisional pada ibu nifas.
B. Jenis Obat yang digunakan
Jenis jamu yang digunakan oleh ibu nifas terbuat dari berbagai macam
bahan tanaman seperti serai, ragi 40, kencur, kunyit, sirih, pandan, asam jawa,
akar kujajing, tembora dan wadak panas. Jenis fitofarmaka seperti Jamu Sari
Ayu dan Jamu Jago.
Menurut masyarakat Desa Sungai Kitano obat tradisional serai berguna
untuk mempercepat masa nifas menyebutkan bahwa tanaman serai juga
bermanfaat untuk anti radang, menghilangkan rasa sakit dan melancarkan
sirkulasi darah. Manfaat lain untuk menghilangkan sakit kepala, otot, nyeri
lambung, haid tidak teratur dan bengkak setelah melahirkan. Akar tanaman
serai digunakan sebagai peluruh air seni, peluruh keringat, peluruh dahak,
penghangat badan. Daun serai digunakan sebagai peluruh angin perut,
penambah nafsu makan, pengobatan pasca persalinan, penurun panas dan
pereda kejang. Menurut masyarakat Desa Sungai Kitano, Ragi berguna untuk

11
menyegarkan badan, menambah nafsu makan, menyembuhkan rasa sakit-
sakit pada badan dan mempercepat masa nifas.
Tentang ramuan pasca persalinan, setiap kebudayaan memiliki
kepercayaan mengenai berbagai ramuan atau bahan obat-obatan yang dapat
digunakan pada saat nifas. Umumnya bahan obat-obatan itu terdiri dari ramu-
ramuan yang diracik dari berbagai tumbuh-tumbuhan, seperti daun- daunan,
akar-akar, atau bahan lainnya yang diyakini berkhasiat sebagai penguat tubuh.
Dari hasil, obat tradisional berbahan kencur di Desa Sungai Kitano mereka
percayai bisa menghangatkan ASI dan menghangatkan perut.
C. Bentuk Obat Tradisional
Ditemukan 3 bentuk obat tradisional yang digunakan masyarakat Desa
Sungai Kitano yaitu Rajangan, Campuran dan Serbuk. Rajangan adalah
bentuk obat tradisional berupa potongan simplisia atau campuran simplisia
dengan sediaan galenik, yang penggunaannya dilakukan dengan pendidihan
atau penyeduhan dengan air panas. Rajangan menjadi bentuk obat tradisional
yang paling banyak digunakan di Desa Sungai Kitano karena memang
merupakan sebagian adat atau tradisi dan sudah terbukti manfaatnya.
D. Cara Menggunakan Obat Tradisional
Pada penggunaan obat tradisional pada ibu nifas ditemukan beberapa cara
menggunakan obat tradisional pada masyarakat sungai kitano yaitu dengan
cara diminum, dan campuran dari cara-cara yang lain seperti disiram, dioles,
dan ditempel. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian Paryono
dalam penelitiannya yang berjudul Kebiasaan Konsumsi Jamu Untuk
Menjaga Kesehatan Tubuh Pada Saat Hamil dan Setelah Melahirkan di Desa
Kajoran Klaten Selatan, bahwa cara menggunakan obat tradisional dengan
diminum sering dilakukan oleh ibu- ibu di Wilayah Desa Kajoran yakni 35
dari 40 orang ibu menyusui dengan maksud untuk meningkatkan ASI.
Berdasarkan wawancara alasan ibu nifas yang menggunakan obat tradisional
di Desa Sungai Kitano cara diminum adalah merupakan cara yang mudah dan
praktis.
E. Alasan Menggunakan Obat Tradisional

12
Menurut para ahli adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang kekal
dan turun temurun dari generasi kegenerasi lain sebagai warisan sehingga
kuat integrasinya dengan pola- pola prilaku masyarakat. Secara harfiah
kebiasaan memiliki arti pengulangan sesuatu secara terus menerus dalam
kegiatan yang sama, kebiasan yang lambat laun tidak hanya dilakukan oleh
perorangan namun menjalar kepada banyak orang bahkan dalam suatu daerah
akan membentuk adat. Keluarga memiliki peran penting dalam memberikan
informasi mengenai obat tradisional. Keluarga merupakan sekumpulan orang
yang hidup bersama dalam tempat tinggal yang sama, keluarga merupakan
pihak terdekat responden sehingga dari keluarga inilah responden mendapat
informasi tentang obat tradisional dan alasan ibu nifas menggunakan obat
tradisional.
Pengalaman dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami, dijalani,
maupun dirasakan baik sudah lama maupun yang baru saja
terjadi.Pengalaman yang baik telah dirasakan oleh ibu nifas di Desa Sungai
Kitano, sehingga kebanyakan ibu nifas mengulang kembali pengalaman yang
pernah mereka rasakan pada saat menggunakan obat tradisional pada masa
nifas.
F. Khasiat Mengunnakan Obat Tradisional yang Dirasakan
Dari hasil wawancara ditemukan bahwa ada 11 macam khasiat yang
dirasakan pada saat menggunakan obat tradisional pada ibu nifas yaitu:
1. Mempercepat masa nifas.
2. Badan terasa enak.
3. Menambah nafsu makan
4. Merapatkan jalan lahir
5. Menghangatkan ASI.
6. Darah nifas tidak berbau
7. Badan terasa hangat.
8. Menyembuhkan bengkak pada kaki.
9. Tidak bau badan.
10. Supaya tidak gatal dan bengkak

13
11. Mengurangi rasa sakit.
Kebiasaan konsumsi jamu untuk menjaga kesehatan tubuh pada saat hamil
dan setelah melahirkan Didesa Kajoran Klaten Selatan diperoleh hasil bahwa
mengkonsumsi jamu berkhasiat untuk menghilangkan gangguan saat hamil
seperti mual dan muntah, dan pada ibu nifas menghilangkan gangguan saat
menyusui.
G. Efek Samping yang Dirasakan saat Menggunakan Obat Tradisional
Ditemukan 3 efek samping yang dirasakan responden pada saat
menggunakan obat tradisional pada ibu nifas, yaitu ada merasakan efek
samping perih pada saat menggunakan obat tradisional daun sirih yang
digunakan dengan cara direbus dengan air kemudian didinginkan lalu
disiramkan pada bekas luka jalan lahir, merasakan efek samping BAB keras
saat menggunakan obat tradisional berbentuk fitofarmaka (sari ayu) dengan
cara diseduh dengan air hangat dan diminum dan merasakan efek samping
mual saat menggunakan obat tradisional serai dengan cara ditumbuk
kemudian diminum airnya.
Efek samping adalah pengaruh atau gejala negatif yang timbul pada saat
menggunakan obat tradisional pada masa nifas. Efek samping perih pada
bekas luka jalan lahir saat menggunakan obat tradisional rebusan daun sirih
yang disiramkan pada bekas luka tersebut, menunjukkan bahwa perih yang
dirasakan bukan berasal dari penggunaan obat tradisional tersebut.
Pada umumnya jamu dianggap tidak beracun dan tidak menimbulkan efek
samping, dan didapatkan hasil gangguan setelah melahirkan oleh ibu-ibu
Desa Kajoran pada umumnya meliputi: mules-mules, nyeri perut, nyeri jalan
lahir, takut, cemas dan perut berkerut.
Dalam kemasan jamu sari ayu tidak didapatkan informasi mengenai efek
samping tersebut. Efek samping BAB keras yang dirasakan oleh 1 responden
bisa disebabkan oleh kurangnya asupan sayuran dan buah pada masa nifas
karena responden mengatakan jarang makan sayur dan buah pada saat nifas.
(Faizah Wardhina, 2019).

14
BAB IV

ANALISA JURNAL

A. Isi Jurnal
Masyarakat Indonesia sudah sejak zaman dahulu kala menggunakan
ramuan obat tradisional Indonesia sebagai upaya pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, dan perawatan kesehatan. Bagi masyarakat Desa
Sungai Kitano Kecamatan Martapura Timur bahwa tradisi kepercayaan
terhadap penggunaan obat herbal dalam jangka panjang akan menjamin
khasiat dan keamanannya seperti salah satu contoh dalam peggunaan obat
tradisional selama masa nifas.
Jenis obat tradisional yang digunakan oleh ibu nifas didesa Sungai
Kitano terdiri dari berbagai macam bahan tanaman seperti serai, ragi 40,
kencur, kunyit, sirih, pandan, asam jawa, akar kujajing, tembora dan wadak
panas. Jenis fitofarmaka seperti Jamu Sari Ayu dan Jamu Jago. Ditemukan 3
bentuk obat tradisional yang digunakan masyarakat di Desa Sungai Kitano
yaitu rajangan, campuran dan serbuk. Dan ditemukannya juga beberapa cara
menggunakan obat tradisional yaitu dengan cara diminum dan campuran dari
cara-cara yang lain seperti disiram, dioles, dan ditempel.
Menurut masyarakat di Desa Sungai Kitano menggunakan obat
tradisional itu dijadikan kebiasan yang lambat laun tidak hanya dilakukan
oleh perorangan namun menjalar kepada banyak orang sehingga kebanyakan
ibu nifas mengulang kembali pengalaman yang pernah mereka rasakan pada
saat menggunakan obat tradisional pada masa nifas.
Dari hasil wawancara masyarakat di Desa Suku Kitano ditemukan
bahwa ada 11 macam khasiat yang dirasakan pada saat menggunakan obat
tradisional pada ibu nifas seperti mempercepat masa nifas, badan terasa enak,
menambah nafsu makan, merapatkan jalan lahir, menghangatkan ASI, darah
nifas tidak berbau, badan terasa hangat, menyembuhkan bengkak pada kaki,
tidak bau badan, supaya tidak gatal dan bengkak dan mengurangi rasa sakit.

15
Ditemukan 3 efek samping yang dirasakan responden pada saat
menggunakan obat tradisional pada ibu nifas, yaitu ada merasakan efek
samping perih pada bekas luka jalan lahir saat menggunakan obat tradisional
rebusan daun sirih yang disiramkan pada bekas luka tersebut, tetapi perih
yang dirasakan bukan berasal dari penggunaan obat tradisional tersebut,
merasakan efek samping mual saat menggunakan obat tradisional serai
dengan cara ditumbuk kemudian diminum airnya ada umumnya jamu
dianggap tidak beracun dan tidak menimbulkan efek samping dan merasakan
efek samping BAB keras saat menggunakan obat tradisional berbentuk
fitofarmaka (sari ayu) dengan cara diseduh dengan air hangat dan diminum,
tetap di dalam kemasan jamu sari ayu tidak didapatkan informasi mengenai
efek samping tersebut. Efek samping BAB keras yang dirasakan oleh 1
responden bisa disebabkan oleh kurangnya asupan sayuran dan buah pada
masa nifas karena responden mengatakan jarang makan sayur dan buah pada
saat nifas.
B. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku penggunaan obat
tradisional pada ibu nifas di Desa Sungai Kitano Kecamatan Martapura
Timur, diperoleh kesimpulan yaitu :
1. Karakteristik Responden seperti yang digunakan sebagaian responden
berumur 20-35 tahun sebanyak 37 orang (80,4%), semua responden
merupakan ibu rumah tangga (100%), sebagian besar responden
merupakan lulusan pendidikan dasar sebanyak 43 orang (93,5%), sebagian
besar responden memiliki jumlah anak 2 – 4 orang anak sebanyak 32
orang (69,6%)
2. Jenis obat tradisional pada ibu nifas yang banyak digunakan adalah jamu
sebanyak 37 orang (80,4%).
3. Bentuk obat tradisional yang banyak digunakan responden adalah rajangan
sebanyak 28 orang (61%).
4. Cara menggunakan obat tradisional yang banyak dipakai adalah dengan
cara diminum sebanyak 31 orang (67,4%).

16
5. Alasan terbanyak responden menggunakan obat tradisional adalah karena
adat/ kebiasaan orang tua sebanyak 28 orang (60,9%).
6. Obat tradisional yang digunakan ibu nifas dianggap memberikan khasiat
kepada 46 orang responden (100%).
7. Obat tradisional yang digunakan ibu nifas tidak menimbulkan efek
samping terhadap 42 orang responden (91,3%)
C. Kelebihan
Masyarakat memilih obat ramuan tradisional didasarkan pada harganya
relatif lebih murah dibanding obat-obat modern sehingga terjangkau oleh
masyarakat luas meskipun obat-obatan modern terbukti kemanjurannya.
Bahan-bahannya mudah diperoleh di lingkungan sekitar tempat tinggal,
proses pembuatan dan peralatan yang digunakan lebih sederhana, dan efek
samping negatif lebih kecil karena tidak menggunakan bahan kimia..

D. Kelemahan
Ketidakpahaman masyarakat tentang khasiat dari obat yang diminum,
ada yang tidak mengerti dari khasiat yang diminum, sehingga masyarakat
menganggap pengobatan tradisional yang telah digunakan secara turun
remurun terbukti memberikan hasil yang efektif, sehingga sampai saat ini
mereka masih mempertahankan budaya tersebut.

E. Saran
Berdasarkan jurnal penelitian yang saya baca, penulis memberikan saran
agar menjadi bahan evaluasi, sebagai berikut :
1. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui khasiat tanaman obat
tersebut dan kandungan kimia sehingga perlu dilakukannya uji fitokimia
pada setiap jenis tanaman obat.
2. Perlu adanya penelitian mendalam untuk mengetahui cara pemakaian yang
benar agar terjamin keamanan kesehatan pengunanya.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. FAIZAH WARDHINA, F. RUSDIANA 2019. Perilaku Penggunaan Obat


Tradisional Pada Ibu Nifas di Desa Sungai Kitano Kecamatan Martapura
Timur Kabupaten Banjar. Jurkesia, IX.
2. KEMENTRIANKESEHATANRI 2017. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/187/2017 tentang
Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia.
3. Army, Ri. (2018) Jamu Ramuan Tradisional Kaya Manfaat.
4. 4. dr. Christyaji Indradmojo (2016) “PERKEMBANGAN OBAT
TRADISIONAL INDONESIA MENJADI FITOFARMAKAPROBLEM DAN
PENGATASANNYA,” Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
hal. 1689–1699. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
5. 5. Dr. dr. EM Sutrisna, M. K. (2016) Herbal Medicine: Suatu Tujuan
Farmakologis. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Tersedia pada:
https://books.google.com.ua/books?id=ycpqDwAAQBAJ&pg=PA8&dq=Obat
+herbal+terstandar+OHT+adalah&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi5ttKT3IrsAh
XJ3KQKHfBxDBQQ6AEwAHoECAMQAg#v=onepage&q=Obat herbal
terstandar OHT adalah&f=false.

18
LAMPIRAN
Perilaku
Analisis Penggunaan
Faktor Obat
Internal dan Tradisional
Eksternal padaAntenatal
dengan Ibu Nifas Care(ANC)
di Desa Sungai
K4 diKitano
Wilayah
KecamatanTeluk
Kerja Puskesmas Martapura
DalamTimur
Kota Kabupaten
Banjarmasin Banjar
Tahun 2017

Analysis
The Of
Behavior
InternalofAnd
Traditional
ExternalMedicine
Factors With
Use for
Antenatal
Postpartum
Care Women
(ANC) K4 in In
Sungai
Working
Kitano
Area In
Banjarmasin Teluk Dalam
Village Martapura Public
Timur HealthBanjar
Subdistric, Services In 2017
District

Abdullah*,
Faizah Wardhina 1 Norfai 1, Rusdiana2
*, Fakhriyah
Fakultas Kesehatan
1 Masyarakat
Akademi KebidananUniversitas Islam Kalimantan
Martapura
Jl. Adhyaksa No. 2, Kayu
2
Alumni Kebidanan Martapura Kalimantan Selatan
Tangi,Kota Banjarmasin,
*korespondensi
*korespondensi : abdullahmfks@gmail.com
: fwardhina@gmail.com

Abstract
Antenatal Care isMedicine
Traditional a periodic is health service
a natural duringwhich
ingredient pregnancy
is wellof mothers
known andorganized
believed by by people
health
professionals
as such asused
a mild treatment obstetricians, midwives,
in maintenance general
of health and practitioners, midwives
in the prevention and nurses
of illnes and well to
pregnant women and the fetus they have to ensure that pregnant
being. People in Sungai Kitano still utilize that culture, include traditional medicine forwomen can be running
pregnancy, parturition,
postpartum women. This puerperium well and
study aimed survived
to know and desciption
about have healthy of baby. The coverage
behaviour in using
of ANC K4medicine
traditional in Telukamong
Dalampost Public Health
partum womenServices has been
at Sungai Kitanodecreasing
Village. The percentage
study aimed fromto
2015 by 96%
determine the to 85% inof2016.
behavior This study
traditional medicine aimsuseto know and analyze
for postpartum women the relationship
in the Sungai of
mother's
Kitano age, By
Village education, parity, knowledge,
using descriptive pregnant
type of research, themother's
sample inclass visit and
this study werehusband
women
support
who were with Antenatal and
postpartum Carewho (ANC)hadK4postpartum
in workingnot area in Banjarmasin
more than 3 years Teluk
and Dalam
lived inPublicthe
Health Service
Sungai in 2017.Sample
Kitano Village. This research
are 48ispeoples,
an analytical
usingsurvey with cross Postpartum
total population. sectional approach.
women
The sample
who amountmedicine
use traditional is 84 respondents
during theby purposive
puerperal sampling.
period as muchDataaswere collected
(95.83%), using
types of
questionnaires
traditional distributed
medicine that aredirectly
widely to respondents.
used: Data were
herbal medicine analyzed
37 people using aunivariate
(77.08%), rajangan
statistic
form and bivariate
of traditional of Che
medicine thatSquare
is widelytestused:
with 28
alternative
people (58, test33%),
of Fisher Exactwidely
the most test using
used
computer
by drinkingprogram
31 peoplewith(64.58%),
significancethe value ( ) 0,05.
most reason forTheusingresult of this medicine
traditional research because
stated that of
respondents
the customs who do Antenatal
/ habits Care according
of their parents are 28 people to minimum
(62.5%),whostandardfeels(ANC K4) is are
the benefit 53,6% 46
while those
people who do not
(95.83%),and whoconduct
has noAntenatal
side effects:Care42according to minimum
people (86.95%). Poststandard
Partum (ANC)womenK4 in
equal to 46,4%. Variables that were statistically significantly related
Sungai Kitano Village mostly use traditional medicine in rajangan form, which is drank to ANC K4 (p-value ≤
0.05) wereofage,
because the knowledge, maternal
customs / habits of class
their visits andand
parents husband support.
had felt its benefit. Suggested for
women who is using traditional medicine for paying attention in how to use, especially in the
Keywords:
process Analysisinoforder
of making Internal and its
to keep External
cleaning.Factors, ANC K4

Keywords: Behavior, traditional medicine, postpartum women

Pendahuluan pil/ tablet. Data Riskesdas tahun 2013


Masyarakat Indonesia sudah sejak menunjukkan bahwa rumah tangga di
zaman dahulu kala menggunakan ramuan Indonesia yang memanfaatkan pelayanan
obat tradisional Indonesia sebagai upaya kesehatan tradisional 30,4%, diantaranya
pemeliharaan kesehatan, pencegahan memilih jenis pelayanan kesehatan
penyakit, dan perawatan kesehatan. tradisional keterampilan tanpa alat 77,8%,
Perkembangan pelayanan kesehatan dan ramuan 49,0% (1).
tradisional menggunakan ramuan ini kian Kecenderungan masyarakat memilih
pesat, terbukti dari hasil Riset Kesehatan ramuan tradisional didasarkan pada alasan-
Dasar (Riskesdas) tahun 2010 bahwa alasan yaitu sebagai berikut: harganya relatif
persentase penduduk Indonesia yang lebih murah dibanding obat-obat modern
pernah mengonsumsi jamu sebanyak sehingga terjangkau oleh masyarakat luas
59,12% yang terdapat pada kelompok umur meskipun obat-obatan modern terbukti
di atas 15 tahun, baik laki-laki maupun kemanjurannya. Bahan-bahannya mudah
perempuan, di pedesaan maupun di diperoleh di lingkungan sekitar tempat
perkotaan, dan 95,60% merasakan tinggal, proses pembuatan dan peralatan
manfaatnya. Persentase penggunaan yang digunakan lebih sederhana, dan efek
tumbuhan obat berturut-turut adalah jahe samping negatif lebih kecil karena tidak
50,36%, kencur 48,77%, temulawak 39,65%, menggunakan bahan kimia (2). Selain itu
meniran 13,93% dan mengkudu 11,17%. obat tradisional juga dapat digunakan
Bentuk sediaan jamu yang paling banyak sebagai upaya promotif dan preventif yaitu
disukai penduduk adalah cairan, seduhan/ untuk menjaga maupun mengobati kondisi
sebuk, rebusan/rajangan, dan bentuk kapsul/

68
Jurkessia, Vol. IX, No. 2, Maret 2019 Faizah Wardhina, dkk.

badan agar selalu dalam keadaan fit dan berbagai macam rempah yang jumlahnya
prima (3). sekitar 40 macam. Ibu nifas dianjurkan
Bagi masyarakat Jawa dan Madura, meminum ramuan ini setiap pagi selama
obat tradisional lebih dikenal dengan masa nifas. Hal ini dimaksudkan untuk
sebutan jamu, baik dalam bentuk rajangan menyehatkan dan memulihkan tenaga ibu
maupun bentuk serbuk siap diseduh (4). nifas setelah melahirkan. Selain
Jamu merupakan ramuan tradisional menggunakan ramuan ragi 40, ibu nifas di
sebagai salah satu upaya pengobatan yang Kecamatan Martapura Timur juga
telah dikenal luas dan dimanfaatkan oleh menggunakan Bedak Panas (Pilis), ibu nifas
masyarakat dengan tujuan: mengobati juga dianjurkan untuk mengoleskan wedak
penyakit ringan, mencegah datangnya panas ke perut, tangan dan kaki. Wedak
penyakit, menjaga ketahanan dan kesehatan panas ini dioleskan setiap pagi sehabis
tubuh. Kebiasaan minum jamu banyak mandi mulai hari pertama hingga hari ke 40
ditemukan pada masyarakat jawa baik pada setelah melahirkan. Hal ini dilakukan untuk
ibu hamil, melahirkan maupun pasca menghilangkan rasa lelah pada badan ibu
melahirkan (nifas) (5). setelah melahirkan (8).
Saat masa nifas, ibu nifas akan Berdasarkan hasil studi pendahuluan
mengalami adaptasi fisiologis, psikologis, yang dilakukan pada bulan Oktober 2017 di
dan adaptasi sosial. Namun tidak semua ibu Desa Sungai Kitano Kecamatan Martapura
nifas bisa melewati adaptasi masa nifas Kabupaten Banjar, dari 8 orang ibu nifas
dengan lancar. Selain penatalaksanaan yang diwawancarai, peneliti menemukan
konvensional, ada pula terapi komplementer bahwa 4 orang masih menggunakan obat
untuk mengatasi keluhan yang dialami ibu tradisional. Mereka masih mempercayai
pada masa nifas. Beberapa terapi akan khasiat obat tradisional tersebut,
komplementer yang diterapkan diantaranya contohnya : tumbuhan serai yang diparut
adalah penggunaan daun katuk, fenugreek dicampur air kemudian airnya dicampur
untuk meningkatkan produksi ASI, Curcumin dengan gula merah, asam jawa yang
untuk mengobati mastitis, serta penggunaan dicampur dengan air garam kemudian
aloe vera dan lavender dalam perawatan disiramkan pada bekas luka jalan lahir, daun
luka bekas episiotomi (6). Tentang ramuan sirih yang direbus kemudian didinginkan
pasca persalinan, setiap kebudayaan airnya, jahe yang direbus lalu diminum
memiliki kepercayaan mengenai berbagai airnya, dan yang berbentuk Jamu racikan
ramuan atau bahan obat-obatan yang dapat yang mereka beli dari penjual jamu. Mereka
digunakan pada saat nifas. Umumnya bahan percaya obat-obat tradisional tersebut dapat
obat-obatan itu terdiri dari ramu-ramuan membersihkan rahim dari sisa-sisa bekuan
yang diracik dari berbagai tumbuh- darah yang tertinggal, dan membantu
tumbuhan, seperti daun-daunan, akar-akar, mempercepat proses penyembuhan luka
atau bahan lainnya yang diyakini berkhasiat jalan lahir dan merapatkan bekas luka jalan
sebagai penguat tubuh (7). lahir, mereka juga percaya obat tersebut
Kalimantan sebagai daerah hujan dapat menyegarkan dan menyehatkan tubuh
tropis menyimpan sekurang-kurangnya si ibu.
4.000 spesies tumbuhan yang dapat menjadi Penggunaan obat-obat herbal dan
sumber temuan obat baru. Masyarakat tradisional menimbulkan kekhawatiran terkait
Kalimantan sudah sangat akrab dengan obat keamanannya. Ada kekeliruan persepsi
tradisional (4). Salah satunya adalah pemahaman alami berarti aman. Ada juga
masyarakat Suku Banjar yang merupakan tradisi kepercayaan secara umum bahwa
penduduk asli yang mendiami sebagian penggunaan obat herbal dalam jangka
besar Wilayah Kalimantan Selatan, salah panjang akan menjamin khasiat dan
satunya di Kabupaten Banjar. keamanannya (9). Untuk melihat bagaimana
Di Kabupaten Banjar Kecamatan ibu - ibu di Desa Sungai Kitano Kecamatan
Martapura Timur masih kental akan adat dan Martapura Timur Kabupaten Banjar
budaya tentang penggunaan obat tradisional menggunakan obat tradisional selama masa
pada masa nifas. Ibu nifas meminum nifas perlu dilakukan penelitian tentang
ramuan ragi 40 khas banjar setiap pagi perilaku penggunaan obat tradisional
selama masa nifas. Ragi 40 terdiri dari pada ibu nifas.

69
Jurkessia, Vol. IX, No. 2, Maret 2019 Faizah Wardhina, dkk.

Metode Penelitian Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat


Metode penelitian ini bersifat kuantitatif dilihat bahwa sebagian besar responden
dengan rancangan deskriptif. Penelitian ini berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 37
dilakukan di Desa Sungai Kitano Kecamatan orang (80,4%), semua responden
Martapura Timur Kabupaten Banjar pada merupakan ibu rumah tangga (100%),
bulan Januari 2018. Populasi dalam sebagian besar responden merupakan
penelitian ini adalah seluruh ibu yang lulusan pendidikan dasar (SD dan SMP)
sedang dalam masa nifas dan ibu yang yaitu sebanyak 43 orang (93,5%), sebagian
pernah nifas, tidak lebih dari 3 tahun yang besar responden memiliki jumlah anak 2 – 4
lalu, berjumlah 48 orang. Sampel diambil orang anak yaitu sebanyak 32 orang
dengan teknik purposive sampling, kriteria (69,6%).
inklusi: ibu yang menggunakan obat
tradisional pada masa nifas, berjumlah 46 b. Perilaku Penggunaan Obat Tradisional
orang. Pengumpulan data pada penelitian ini pada Ibu Nifas
menggunakan panduan wawancara untuk 1) Jenis Obat Tradisional yang
memperoleh data penggunaan obat Digunakan
tradisional yang terdiri dari 6 pertanyaan Disebutkan dalam keputusan Kepala
terbuka, meliputi: jenis obat, bentuk obat, Badan POM RI No.HK.00.05.4.2411. tentang
cara menggunakan, alasan ibu ketentuan pokok pengelompokkan dan
menggunakan, khasiat dan efek samping penandaan obat bahan alam Indonesia,
menggunakan obat tradisional pada masa berdasarkan cara pembuatan serta jenis
nifas. Data yang diperoleh kemudian diolah klaim penggunaan dan tingkat pembuktian
dan dianalisis secara deskriptif. khasiat, obat bahan alam atau obat
tradisional Indonesia dikelompokkan secara
Hasil Penelitian berjenjang menjadi 3 kelompok yaitu jamu,
a. Gambaran Karakteristik Responden obat herbal terstandar, dan fitofarmaka (9).
Berdasarkan penelitian terhadap 46 Jenis obat tradisional yang digunakan oleh
responden, diperoleh data karakteristik ibu nifas di Desa Sungai Kitano dapat dilihat
responden yaitu umur, pekerjaan, pada tabel 2.
pendidikan dan jumlah anak yang dapat
dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 2. Jenis Obat Tradisional yang Digunakan
oleh Ibu Nifas di Desa Sungai Kitano
Tabel 1. Karakteristik Responden No Jenis Obat Tradisional n %
Karakteristik Total 1 Jamu 37 80,4
2 Fitofarmaka 9 19,6
Responden n %
3 Obat Herbal Terstandar 0 0
Kategori Umur Total 46 100
< 20 tahun 2 4,4
20 – 35 tahun 37 80,4
> 35 tahun 7 15,2 Berdasarkan tabel 2, jenis obat
Jumlah 46 100 tradisional yang digunakan oleh responden
Kategori Pekerjaan adalah berupa jamu sejumlah 37 orang
Ibu Rumah Tangga 46 100 (80,4%) dan fitofarmaka sejumlah 9 orang
Bekerja 0 0 (19,6%).
Jumlah 46 100
Kategori Pendidikan 2) Bentuk Obat Tradisional yang
Dasar 43 93,5 Digunakan
Menengah 3 6,5 Bentuk obat tradisional yang
Tinggi 0 0 digunakan oleh ibu nifas di Desa Sungai
Jumlah 46 100 Kitano dapat dilihat pada tabel 3.
Kategori Jumlah
Anak Tabel 3. Bentuk Obat Tradisional yang
1 11 23,9
Digunakan oleh Ibu Nifas di Desa
2–4 32 69,6 Sungai Kitano
>4 3 6,5
Jumlah 46 100

70
Jurkessia, Vol. IX, No. 2, Maret 2019 Faizah Wardhina, dkk.

No Bentuk Obat Tradisional n % 5) Khasiat Menggunakan Obat


1 Rajangan 28 61 Tradisional yang Dirasakan
2 Serbuk 1 2 Khasiat yang dirasakan oleh
3 Pil 1 2 responden pada saat menggunakan obat
4 Koyok 1 2 tradisional pada masa nifas dapat dilihat
5 Campuran 15 33 pada tabel 6.
Total 46 100
Tabel 6. Khasiat Menggunakan Obat Tradisional
Berdasarkan tabel 3, bentuk obat yang Dirasakan oleh Ibu Nifas di Desa
tradisional yang banyak digunakan Sungai Kitano
responden adalah rajangan sebanyak 28 No Khasiat n %
orang (61%). 1 Merasakan khasiat 46 100
2 Tidak merasakan khasiat 0 0
3) Cara Menggunakan Obat Tradisional Total 46 100
Ibu nifas di Desa Sungai Kitano
menggunakan obat tradisional dengan Berdasarkan tabel 6, semua
berbagai cara, bahkan 1 orang responden responden (100%) merasakan khasiat pada
bisa menggunakan lebih dari 1 cara, dan saat menggunakan obat tradisional saat
cara yang biasa digunakan oleh ibu nifas di masa nifas.
Desa Sungai Kitano dapat dilihat pada tabel
4. 6) Efek Samping yang Dirasakan saat
Menggunakan Obat Tradisional
Tabel 4. Cara Menggunakan Obat Tradisional Pada penelitian ini efek samping pada
pada Ibu Nifas di Desa Sungai Kitano penggunaan obat tradisional oleh ibu nifas di
No Cara Menggunakan n %
Desa Sungai Kitano dapat dilihat pada tabel
1 Diminum 31 67,4
7.
2 Dioles 0 0
3 Disiram 0 0
Tabel 7. Efek Samping yang Dirasakan saat
4 Campuran 15 32,6
Menggunakan Obat Tradisional pada
Total 46 100
Ibu Nifas di Desa Sungai Kitano
No Efek Samping n %
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa cara 1 Tidak Ada 42 91,3
yang banyak digunakan responden adalah 2 Ada 4 8,7
diminum sebanyak 31 orang (67,4%). Total 46 100

4) Alasan Menggunakan Obat Tradisional Berdasarkan tabel 7, diketahui bahwa


Tingginya angka penggunaan obat 42 orang responden (91,3%) tidak ada
tradisional di masyarakat disebabkan merasakan efek samping pada saat
beberapa hal. Pada responden alasan atau menggunakan obat tradisional pada masa
sebab menggunakan obat tradisional pada nifas.
ibu nifas dapat dilihat pada tabel 5.
Pembahasan
Tabel 5. Alasan Menggunakan Obat Tradisional 1) Jenis Obat Tradisional yang
pada Ibu Nifas di Desa Sungai Kitano
Digunakan
No Alasan n %
Berdasarkan tabel 2, jenis obat
1 Adat/ kebiasaan orang tua 28 60,9
tradisional yang digunakan oleh responden
2 Pengalaman 18 39,1
adalah berupa jamu sejumlah 37 orang
Total 46 100
(80,4%) dan fitofarmaka sejumlah 9 orang
(19,6%). Dari hasil wawancara yang
Berdasarkan tabel 5 alasan terbanyak
dilakukan, jenis jamu yang digunakan oleh
responden menggunakan obat tradisional
ibu nifas terbuat dari berbagai macam bahan
adalah karena adat/ kebiasaan orang tua
tanaman seperti serai, ragi 40, kencur,
sebanyak 28 orang (60,9%). kunyit, sirih, pandan, asam jawa, akar
kujajing, tembora dan wadak panas. Jenis

71
Jurkessia, Vol. IX, No. 2, Maret 2019 Faizah Wardhina, dkk.

fitofarmaka seperti Jamu Sari Ayu dan Jamu keringat, menambah nafsu makan, infeksi
Jago. bakteri, menghangatkan badan dan
Menurut masyarakat Desa Sungai menyegarkan badan (12).
Kitano obat tradisional serai berguna untuk
mempercepat masa nifas dan menurut 2) Bentuk Obat Tradisional yang
penelitian Sukma Wandani (2008) Digunakan
menyebutkan bahwa tanaman serai juga Berdasarkan tabel 3, bentuk obat
bermanfaat untuk anti radang, tradisional yang banyak digunakan
menghilangkan rasa sakit dan melancarkan responden adalah rajangan sebanyak 28
sirkulasi darah. Manfaat lain untuk orang (61%). Dari wawancara yang
menghilangkan sakit kepala, otot, nyeri dilakukan ditemukan 3 bentuk obat
lambung, haid tidak teratur dan bengkak tradisional yang digunakan masyarakat Desa
setelah melahirkan (10). Akar tanaman serai Sungai Kitano yaitu Rajangan, Campuran
digunakan sebagai peluruh air seni, peluruh dan Serbuk. Rajangan adalah bentuk obat
keringat, peluruh dahak, penghangat badan. tradisional berupa potongan simplisia, atau
Daun serai digunakan sebagai peluruh angin campuran simplisia dengan sediaan galenik,
perut, penambah nafsu makan, pengobatan yang penggunaannya dilakukan dengan
pasca persalinan, penurun panas dan pendidihan atau penyeduhan dengan air
pereda kejang (11). Menurut masyarakat panas. Rajangan menjadi bentuk obat
Desa Sungai Kitano Ragi 40 berguna untuk tradisional yang paling banyak digunakan di
menyegarkan badan, menambah nafsu Desa Sungai Kitano karena memang
makan, menyembuhkan rasa sakit- sakit merupakan sebagian adat / tradisi dan
pada badan dan mempercepat masa nifas. sudah terbukti manfaatnya.
Dari hasil penelitian Lia sari, Husaini Selain itu bahan atau tanaman yang
dan Bahrul Ilmi yang berjudul Kajian Budaya mudah didapatkan dilingkungan mereka, dan
dan Makna Simbolis Perilaku Ibu Hamil dan bahan alami yang aman untuk digunakan
Ibu Nifas, ibu nifas suku Banjar di Martapura (13). Penelitian ini sejalan dengan penelitian
meminum ramuan ragi 40 khas banjar setiap Fariza Ismiana, di mana obat tradisional
pagi selama masa nifas. Ragi 40 terdiri dari yang banyak digunakan adalah berbentuk
berbagai macam rempah yang jumlahnya jamu sebanyak 37 (77,08%). Masyarakat
sekitar 40 macam. Ibu nifas dianjurkan Desa Jimus sendiri lebih banyak
meminum ramuan ini setiap pagi selama menggunakan sediaan berupa jamu karena
masa nifas. Hal ini dimaksudkan untuk jamu mudah didapat yaitu dengan cara
menyehatkan dan memulihkan tenaga ibu menggunakan tanaman yang ada di sekitar
nifas setelah melahirkan (8). ataupun membeli dari penjual jamu gendong
Tentang ramuan pasca persalinan, (14).
setiap kebudayaan memiliki kepercayaan
mengenai berbagai ramuan atau bahan 3) Cara Menggunakan Obat Tradisional
obat-obatan yang dapat digunakan pada Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa cara
saat nifas. Umumnya bahan obat-obatan itu yang banyak digunakan responden adalah
terdiri dari ramu-ramuan yang diracik dari diminum sebanyak 31 orang (67,4%).
berbagai tumbuh-tumbuhan, seperti daun- Berdasarkan wawancara yang dilakukan
daunan, akar-akar, atau bahan lainnya yang pada penggunaan obat tradisional pada ibu
diyakini berkhasiat sebagai penguat tubuh nifas ditemukan beberapa cara
(7). Dari hasil wawancara, obat tradisional menggunakan obat tradisional pada
berbahan kencur di Desa Sungai Kitano masyarakat sungai kitano yaitu dengan cara
mereka percayai bisa menghangatkan ASI diminum, dan campuran dari cara-cara yang
dan menghangatkan perut. lain seperti disiram, dioles, dan ditempel.
Dalam penelitian Tutik Nurhayati yang Hasil penelitian ini serupa dengan hasil
berjudul Uji Efek Sediaan Serbuk Intansi penelitian Paryono dalam penelitiannya yang
Rimpang Kencur (Kaempferia galangal L.) berjudul Kebiasaan Konsumsi Jamu Untuk
Sebagai Tonikum Terhadap Mencit Jantan Menjaga Kesehatan Tubuh Pada Saat Hamil
Galuh diperoleh bahwa kencur berkhasiat dan Setelah Melahirkan di Desa Kajoran
sebagai obat bengkak- bengkak, reumatik, Klaten Selatan, bahwa cara menggunakan
obat batuk, obat sakit perut, menghilangkan obat tradisional dengan diminum sering

72
Jurkessia, Vol. IX, No. 2, Maret 2019 Faizah Wardhina, dkk.

dilakukan oleh ibu- ibu di Wilayah Desa Mempercepat masa nifas, badan terasa
Kajoran yakni 35 dari 40 orang ibu menyusui enak, menambah nafsu makan, merapatkan
dengan maksud untuk meningkatkan ASI jalan lahir, menghangatkan ASI, darah nifas
(5). Berdasarkan wawancara alasan ibu tidak berbau, badan terasa hangat,
nifas yang menggunakan obat tradisional di menyembuhkan bengkak pada kaki, tidak
Desa Sungai Kitano cara diminum adalah bau badan, supaya tidak gatal dan bengkak
merupakan cara yang mudah dan praktis. dan mengurangi rasa sakit, dengan catatan
khasiat yang berbeda-beda pada 1 orang
4) Alasan Menggunakan Obat Tradisional responden dan bisa lebih dari 1 khasiat yang
Berdasarkan tabel 5 alasan terbanyak dirasakan oleh 1 orang responden.
responden menggunakan obat tradisional Pada penelitian Paryono yang berjudul
adalah karena adat/ kebiasaan orang tua Kebiasaan Konsumsi Jamu Untuk Menjaga
sebanyak 28 orang (60,9%) dan alasan Kesehatan Tubuh Pada Saat Hamil dan
pengalaman terdahulu sebanyak 18 orang Setelah Melahirkan Didesa Kajoran Klaten
(39,1%). Menurut para ahli adat istiadat Selatan diperoleh hasil bahwa
adalah kumpulan tata kelakuan yang kekal mengkonsumsi jamu berkhasiat untuk
dan turun temurun dari generasi kegenerasi menghilangkan gangguan saat hamil seperti
lain sebagai warisan sehingga kuat mual dan muntah, dan pada ibu nifas
integrasinya dengan pola- pola prilaku menghilangkan gangguan saat menyusui
masyarakat. Secara harfiah kebiasaan (5).
memiliki arti pengulangan sesuatu secara
terus menerus dalam kegiatan yang sama, 6) Efek Samping yang Dirasakan saat
kebiasan yang lambat laun tidak hanya Menggunakan Obat Tradisional
dilakukan oleh perorangan namun menjalar Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa
kepada banyak orang bahkan dalam suatu 42 orang responden (91,3%) tidak ada
daerah akan membentuk adat (15). Keluarga merasakan efek samping pada saat
memiliki peran penting dalam memberikan menggunakan obat tradisional pada masa
informasi mengenai obat tradisional. nifas dan 4 orang responden (8,7%) yang
Keluarga merupakan sekumpulan orang merasakan efek samping. Dari hasil
yang hidup bersama dalam tempat tinggal wawancara yang dilakukan ditemukan 3 efek
yang sama, keluarga merupakan pihak samping yang dirasakan responden pada
terdekat responden sehingga dari keluarga saat menggunakan obat tradisional pada ibu
inilah responden mendapat informasi nifas, yaitu ada 2 responden yang
tentang obat tradisional dan alasan ibu nifas merasakan efek samping perih pada saat
menggunakan obat tradisional (14). menggunakan obat tradisional daun sirih
Pengalaman dapat diartikan sebagai yang digunakan dengan cara direbus
sesuatu yang pernah dialami, dijalani, dengan air kemudian didinginkan lalu
maupun dirasakan baik sudah lama maupun disiramkan pada bekas luka jalan lahir. Ada
yang baru saja terjadi (16). Pengalaman 1 responden yang merasakan efek samping
yang baik telah dirasakan oleh ibu nifas di BAB keras saat menggunakan obat
Desa Sungai Kitano, sehingga kebanyakan tradisional berbentuk fitofarmaka (sari ayu)
ibu nifas mengulang kembali pengalaman dengan cara diseduh dengan air hangat dan
yang pernah mereka rasakan pada saat diminum. Ada 1 orang responden yang
menggunakan obat tradisional pada masa merasakan efek samping mual saat
nifas. menggunakan obat tradisional serai dengan
cara ditumbuk kemudian diminum airnya.
5) Khasiat Menggunakan Obat Efek samping adalah pengaruh/ gejala
Tradisional yang Dirasakan negatif yang timbul pada saat menggunakan
Berdasarkan tabel 6, semua obat tradisional pada masa nifas. Efek
responden (100%) merasakan khasiat pada samping perih pada bekas luka jalan lahir
saat menggunakan obat tradisional saat saat menggunakan obat tradisional rebusan
masa nifas. Dari hasil wawancara ditemukan daun sirih yang disiramkan pada bekas luka
bahwa ada 11 macam khasiat yang tersebut, menunjukkan bahwa perih yang
dirasakan pada saat menggunakan obat dirasakan bukan berasal dari penggunaan
tradisional pada ibu nifas yaitu : obat tradisional tersebut. Dalam penelitian

73
Jurkessia, Vol. IX, No. 2, Maret 2019 Faizah Wardhina, dkk.

Paryono disebutkan bahwa pada umumnya Daftar Pustaka


jamu dianggap tidak beracun dan tidak 1. Kementerian Kesehatan RI. 2017.
menimbulkan efek samping, dan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
penelitian Paryono juga didapatkan hasil Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/
gangguan setelah melahirkan oleh ibu-ibu 187/2017 tentang Formularium Ramuan
Desa Kajoran pada umumnya meliputi: Obat Tradisional Indonesia.
mules-mules, nyeri perut, nyeri jalan lahir, 2. Limananti A I dan Triratnawati A. 2003.
takut, cemas dan perut berkerut (5). Ramuan Jamu Cekok sebagai
Dalam kemasan jamu sari ayu tidak Penyembuhan Kurang Nafsu Makan
didapatkan informasi mengenai efek pada Anak: Suatu Kajian Etnomedisin.
samping tersebut. Efek samping BAB keras Jurnal Makara Kesehatan. Vol. 7. No.1:
yang dirasakan oleh 1 responden bisa 11-20.
disebabkan oleh kurangnya asupan sayuran 3. Rahimsyah. 2004. Aneka Resep Obat
dan buah pada masa nifas karena Kuno yang Mujarab. Surabaya: Karya
responden mengatakan jarang makan sayur Gemilang Utama.
dan buah pada saat nifas. 4. Depertemen Kesehatan RI. 2007.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Kesimpulan Indonesia Nomor: 381/Menkes/SK/III/
Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku 2007 tentang Kebijakan Obat
penggunaan obat tradisional pada ibu nifas Tradisional.
di Desa Sungai Kitano Kecamatan 5. Paryono A. 2014. Kebiasaan Konsumsi
Martapura Timur, diperoleh kesimpulan yaitu Jamu Untuk Menjaga Kesehatan Tubuh
: Pada Saat Hamil dan Setelah
1. Jenis obat tradisional pada ibu nifas Melahirkan di Desa Kajo Klaten Selatan.
yang banyak digunakan adalah jamu Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. Vol. 3.
sebanyak 37 orang (80,4%). No 1: 64-72.
2. Bentuk obat tradisional yang banyak 6. Nirwana A.B. 2011. Pisikologi Ibu ,
digunakan responden adalah rajangan Bayi dan Balita. Yogyakarta: Nuha
sebanyak 28 orang (61%). Medika.
3. Cara menggunakan obat tradisional
7. Handayani S. 2010. Aspek Sosial
yang banyak dipakai adalah dengan
Budaya Pada Kehamilan, Persalinan
cara diminum sebanyak 31 orang
dan Nifas di Indonesia. INFOKES:
(67,4%).
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan
4. Alasan terbanyak responden
Informatika Kesehatan. Vol. 1. No. 2: 21-
menggunakan obat tradisional adalah
27.
karena adat/ kebiasaan orang tua
sebanyak 28 orang (60,9%).
8. Lia S, Husaini, Bahrul I. 2016. Kajian
Budaya dan Makna Simbolis Perilaku
5. Obat tradisional yang digunakan ibu
Ibu Hamil dan Nifas. Jurnal Berkala
nifas dianggap memberikan khasiat
Kesehatan. Vol 1. No 2: 78-87.
kepada 46 orang responden (100%).
6. Obat tradisional yang digunakan ibu
9. WHO. 2002. Safety Monitoring of
Medicinal Products; The Importance of
nifas tidak menimbulkan efek samping
Pharmacovigilance, Geneva.
terhadap 42 orang responden (91,3%).
10. Sukma Wandani. 2008. Uji Aktivitas
Saran Minyak Atsiri Daun dan Batang Serai
Kepada ibu-ibu nifas disarankan bagi yang Sebagai Obat Nyamuk Eletrik Terhadap
menggunakan obat tradisional pada masa Nyamuk Aedes Aegypty. Universitas
nifas agar lebih memperhatikan cara Muhammadiyah Surakarta.
penggunaan dalam menggunakan obat 11. Departemen Kesehatan RI. 2000.
tradisional, aturan pakai dan terutama pada Informasi Obat Nasional Indonesia.
proses pembuatan obat tradisional agar Jakarta: Depertemen Kesehatan
selalu menjaga kebersihannya. Republik Indonesia.
12. Departemen Kesehatan RI. 2002.
Pedoman Nasional Penanggulangan

74
Jurkessia, Vol. IX, No. 2, Maret 2019 Faizah Wardhina, dkk.

Tuberkulosis. Jakarta: Depertemen


Kesehatan Republik Indonesia.
13. Yuliarti. N. 2009. Sehat Cantik Dan
Bugar Dengan Herbal dan Obat
Tradisional. Yogyakarta: Andi.
14. Fariza I. 2013. Gambaran Penggunaan
Obat Tradisional Untuk Pengobatan
Sendiri Pada Masyarakat di Desa Jimos
Polanharjo Klaten. Naskah Publikasi
Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
15. Mulyana D R. 2003. Komunikasi antar
Budaya. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
16. Elly M S. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar. Jakarta: Kencana.

75

Anda mungkin juga menyukai