Anda di halaman 1dari 250

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari

indikator Angka Kematian Ibu (AKI), AKI adalah jumlah kematian ibu selama

masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan,

persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab

lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 Kelahiran hidup.

Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu, terlebih lagi

mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya

terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun

kualitas (Kurniawan, 2017).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015 menegaskan

setiap tahun sejumlah 358.000 ibu meninggal saat bersalin dimana 355.000

(99%) berasal dari negara berkembang. AKI di Negara berkembang

merupakan peringkat tertinggi dengan 290 kematian ibu per 100.000

kelahiran hidup jika dibandingkan dengan AKI di negara maju yaitu 14

kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI tahun 2015 di dunia yaitu

303.000 menurun sekitar 44% dibandingkan dengan tahun 1990 (Widia,

2017).

Angka Kematian Bayi (AKB) menurut WHO 2015 di negara ASEAN

(Association of South East Asia Nations) berjumlah 23 per 1000 kelahiran

hidup (Yanti, 2016). Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

menempati urutan AKI tertinggi se-Asia Tenggara pada tahun 2014 yaitu 214
2

per 100.000 KH, diikuti dengan Fhilipina 170, Vietnam 160, Thailand 44,

Brunei 60, dan Malaysia 39 per 100.000 KH (Oktiara, 2017).

Berdasarkan hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2012 sebanyak 359/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2015

angka kematian ibu menurun menjadi 305/100.000 Kelahiran hidup dan

angka kematian bayi mengalami penurunan meskipun masih tergolong tinggi

dari negara di ASEAN pada tahun 2012 terdapat 32/1000 kelahiran hidup

dan turun pada 2017 menjadi 24/1000 kelahiran hidup (Jalasutra, 2019)

Menurut Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2016 tercatat AKI

sebanyak 799 orang (84,78/100.000 KH). Sedangkan jumlah AKB di Jawa

Barat pada tahun 2016 yaitu 3.702 bayi meninggal (3,93/1000) (Suhendar,

2016).

Pada tahun 2017 kasus kematian ibu di Kota Bogor mengalami

penurunan sebanyak 6 kasus dari 20.502 KH, bila dikonversikan ke dalam

angka kematian ibu setara dengan 29,27 per 100.000 KH. Jumlah AKB di

Kota Bogor mengalami peningkatan dari tahun 2016 sebanyak 53 kasus dan

2017 menjadi 74 kasus kematian bayi dari jumlah 20.515 KH (Pinantari,

2017).

Penyebab tingginya AKI di dunia yaitu kematian ibu dengan perdarahan

(25%), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%),

dan komplikasi aborsi tidak aman (13%), serta sebab-sebab lainnya (8%)

(Sitohang, 2016). Dan Penyebab AKB di dunia antara lain bayi lahir

premature (29%), sepsis dan pneumonia (25%) dan (23%) merupakan bayi

baru lahir dengan asiksia dan trauma (Restuwati, 2015).


3

Penyebab kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan

(32%) dan hipertensi dalam kehamilan (25%), diikuti oleh infeksi (5%), partus

lama (5%), dan abortus (1%). Selain penyebab obstetrik, kematian ibu juga

disebabkan oleh penyebab lain-lain (non obstetrik) sebesar 32% (Manurung,

2015). Selain itu penyebab tidak langsung dari kematian ibu adalah faktor

keterlambatan yaitu terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk ke tempat

pelayanan kesehatan, sebagai contohnya adalah terlambat mengenali tanda

bahaya sehingga ibu sampai di tempat pelayanan kesehatan sudah dalam

kondisi darurat (Setyadi, 2016).

Penyebab AKB di Indonesia pada usia 06 hari terbesar yaitu gangguan

pernafasan (37%) dan prematuritas (34%). Dan pada usia 728 hari terbesar

adalah sepsis sebesar (20,5%), kelainan kongenital (19%). Dan penyebab

kematian pada bayi usia 29 hari – 1 tahun terbesar adalah diare sebesar

(42%) dan pneumonia sebesar (24%) (Kholid, 2017).

Menurut Profil Kesahatan Provinsi Jawa Barat tahun 2016 Proporsi

penyebab kematian ibu maternal Pada umumnya terjadi pada saat

melahirkan (60,87%), waktu nifas (30,43%), dan pada waktu hamil (8,70%)

diantaranya yaitu hipertensi dalam kehamilan 254 (31,87%), perdarahan 206

(25,85%), gangguan sistem peredaran darah 129 (16,18%), dan infeksi 33

(4,14%). Sedangkan penyebab AKB diantaranya BBLR (30%), asfiksia

(26%), kelainan bawaan (11%), sepsis (4%), lain-lain (16%) (Suhendar,

2016).

Menurut Profil Kesehatan Kota Bogor Kematian Ibu terjadi pada ibu

hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas, dengan penyebab kematian yaitu

perdarahan 3 kasus (50%), hipertensi dalam kehamilan 1 kasus (16%),


4

penyakit jantung dan perdarahan 0 kasus (0%) penyebab lain 2 kasus

(33%). Dan kematian bayi paling banyak terjadi pada usia 0-28 hari sejumlah

64 kasus. penyebab kematian bayi baru lahir terbanyak adalah BBLR

sebanyak 26 kasus (40,6%), asfiksia 20 kasus (31,2%), kelainan bawaan 7

kasus (11%), ikterus 3 kasus (4,7%) dan penyebab lain 8 kasus (12,5%)

seperti aspirasi, hipotermi, trauma lahir, tersedak ASI, maupun penyakit

penyerta (Pinantari, 2017).

Berdasarkan permasalahan tersebut pemerintah Dunia membentuk

program Sustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan

kelanjutan dari Millenium Development Goals (MDGs) yang berakhir pada

tahun 2015. Menurut Kemenkes RI tahun 2015, terdapat 17 tujuan SDGs

yang salah satu tujuannya adalah Sistem Kesehatan Nasional yaitu pada

Goals ke 3 menerangkan bahwa pada 2030 mengurangi angka kematian ibu

hingga dibawah 70 per 100.000 kelahiran hidup, mengakhiri kematian bayi

dan balita yang dapat dicegah, mengurangi sepertiga kematian prematur

akibat penyakit tidak menular melalui pencegahan dan perawatan serta

mendorong kesehatan dan kesejahteraan mental dan menjamin akses

semesta kepada pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk

keluarga berencana (KB), informasi dan edukasi, serta integrasi kesehatan

reproduksi ke dalama strategi dan program nasional (Dewi, 2017).

Upaya percepatan penurunan AKI maka pada tahun 2012 kementrian

kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival

(EMAS) yang diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan

neonatal sebesar 25%. Program EMAS berupaya menurunkan angka

kematian ibu dan bayi melalui peningkatan kualitas pelayanan emergensi


5

obstetri dan bayi baru lahir minimal 150 Rumah Sakit PONEK dan 300

Puskesmas/Balkesmas PONED. Program EMAS diluncurkan dalam rangka

menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program ini

dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan

neonatal yang besar diharapkan akan dapat menurunkan angka kematian

ibu di Indonesia secara signifikan (Kurniawan, 2017).

Kementerian Kesehatan republik Indonesia (kemenkes RI) (2013)

melakukan upaya dalam mendukung percepatan penurunan AKI dan AKB

adalah melalui penanganan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi

ditingkat pelayanan dasar dengan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi

Dasar (PONED) di puskesmas yang didukung dengan keberadaan rumah

sakit dengan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif

(PONEK) dalam suatu bentuk kerjasama antara PONED dan PONEK dalam

rangka peningkatan perbaikan kualitas pelayanan yang dilaksanakan secara

terpadu dan terintegrasi (Collaborative Improvement) PONED-PONEK (Rey,

2017).

Berdasarkan pada diskusi gerakan penyelamatan ibu dan bayi baru lahir

di Jawa Barat yang digelar oleh United States Aids for International

Development (USAID) bersama kementerian kesehatan Di Jawa Barat,

gerakan ini diinisiasi oleh program EMAS yang merupakan program hibah

bantuan dari USAID. Program tersebut bertujuan untuk membantu provinsi

Jawa Barat untuk memperkuat fasilitas kesehatan sehingga dapat menjadi

percontohan untuk peningkatan kualitas pelayanan klinis dan penguatan

sistem rujukan ibu dan bayi baru lahir efektif dan efisien (Asshidiq, 2016)
6

Upaya yang dilakukan Kota Bogor dalam menurunkan AKI dan AKB

adalah meningkatkan deteksi dini dan penanganan komplikasi kebidanan,

termasuk penanganan kegawatdaruratan kebidanan, tindakan pra rujukan,

rujukan efektif dan penanganan di faskes rujukan termasuk fasilitas

perawatan intensif (ICU) (Pinantari, 2017).

Bidan sebagai salah satu tenaga utama dalam percepatan penurunan

AKI dan AKB yang salah satu caranya yaitu harus memberikan asuhan

kebidanan komprehensif pada setiap ibu hamil, bersalin, bayi baru lalir, ibu

nifas dan KB. Bidan dituntut untuk mengantisipasi perubahan tersebut,

sehingga pelayanan yang diberikan lebih bermutu, optimal dan mencapai

tujuan yang diharapkan. Seiring perkembangan dunia medis yang

sedemikian pesatnya, maka pelayanan kebidanan dituntut untuk bisa

mengikuti perkembangan pelayanan medis dan kesehatan lainnya (Dewi,

2016).

Asuhan kebidanan Komprehensif suatu pemeriksaan yang dilakukan

secara lengkap dengan adanya pemeriksaan labolatorium dan konseling.

Asuhan Kebidanan Komprehensif mencakup empat kegiatan pemeriksaan

berkesinambungan diantaranya adalah Asuhan kebidanan kehamilan

(Antenatal Care), Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal Care), Asuhan

Kebidanan Masa Nifas (Postnatal Care), dan Asuhan Kebidanan Bayi Baru

Lahir (Neonatal Care) bertujuan untuk melaksanakan pendekatan

manajemen kebidanan pada kasus kehamilan dan persalinan sehingga

dapat menurunkan AKI dan AKB (Febrianingtyas, 2017).


7

Pelayanan kesehatan ibu hamil dilakukan oleh tenaga kesehatan di

fasilitas kesehatan seperti halnya pemeriksaan kehamilan dilakukan

kunjungan antenatal ke petugas kesehatan minimal 4 kali kunjungan,

standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan

terhadap ibu hamil atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan,

dan komplikasi kehamilan. Penekanan persalinan yang aman adalah

persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan

kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu.

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas

sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai dengan

jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca

persalinan, pada hari keempat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan,

dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Masa nifas

dimulai dari enam jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. KB juga

merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya

ibu dengan kondisi 4T. Selain itu, program KB juga bertujuan untuk

meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan

harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir

dan kebahagiaan batin (Kurniawan, 2017).

Berdasarkan Latar Belakang di atas dapat dilihat bahwa bidan sangat

berperan penting dalam menurunkan AKI dan AKB di Indonesia oleh karena

itu penulis tertarik untuk melakukan “Asuhan Kebidanan Komprehensif

Pada Ny.I di Puskesmas Bogor Tengan Periode Mei - Juli Tahun 2019”

dengan menerapkan manajemen Varney dan SOAP.


8

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif

pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan keluarga

berencana dengan menggunakan pendekatan manajemen Varney

kemudian dilanjutkan dengan pendokumentasian secara SOAP

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu

nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana.

b. Mampu melakukan identifikasi masalah dan kebutuhan actual

kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan

keluarga berencana.

c. Mampu mendiagnosa masalah potensial pada ibu hamil, ibu

bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana.

d. Mampu menetapkan kebutuhan tindakan segera dan kolaborasi

pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan keluarga

berencana.

e. Mampu menyusun rencana asuhan secara menyeluruh pada ibu

hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan keluarga

berencana.

f. Mampu melaksanakan asuhan menyeluruh secara efisien, efektif,

dan aman pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan

keluarga berencana.
9

g. Mampu mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan

pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan keluarga

berencana.

h. Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan dengan metode

varney dan SOAP.

C. Gambaran Kasus

Asuhan kebidanan komprehensif yang dilakukan dimulai dari asuhan

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan KB yang di berikan kepada

Ny.I usia 26 tahun, Suku Sunda, Beragama Islam, Kebangsaan Indonesia,

Pendidikan terakhir SMU, bekerja Karyawan swasta, Nama Suami Tn.Y,

Usia 30 tahun, Suku Sunda, Beragama Islam, Kebangsaan Indonesia,

Pendidikan SMU, bekerja Karyawan swasta, bertempat tinggal di Abesin Rt

05 Rw 04, Kel. Cibogor, Kota Bogor. Ibu melakukan pemeriksaan

kehamilan sebanyak 17x (2x oleh mahasiswa) selama kehamilan saat ini

ibu melakukan suntik TT satu kali yaitu pada usia kehamilan 22 minggu 14

Februari 2019.

1. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil

a. Kunjungan ANC Pertama

Dilakukan pada hari Kamis, 23 Mei 2019 di Puskesmas Bogor

Tengah. Ibu datang karena ingin memeriksakan kehamilannya,

tidak ada keluhan, ini merupakan kehamilan keduanya dan belum

pernah keguguran. HPHT 28-09-2018 TP 05-06-2019. Ibu

mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit yang diderita dan

tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.


10

Dari hasil pemeriksaan didapatkan Keadaan Umum (KU) baik,

Kesadaran composmentis, Berat badan sebelum hamil 42 kg, Berat

Badan sekarang 59 kg. Tinggi Badan (TB) 157 cm, Lingkar Lengan

Atas (LILA) 24,5 cm, Tekanan Darah (TD) 110/80 mmHg, Nadi

80x/menit, Pernafasan 19x/menit, Suhu 36,5°C. Hasil pemeriksaan

fisik dalam batas normal, pemeriksaan abdomen pembesaran

sesuai masa kehamilan, tidak ada luka bekas operasi, ada linea

nigra dan tidak ada striae. pada palpasi Leopold I didapatkan 3 jari

di bawah Processus Xiphoideuse TFU 30 cm, teraba bulat, lunak,

tidak melenting. Leopold II perut ibu sebelah kanan teraba bagian-

bagian terkecil janin, perut ibu sebelah kiri teraba keras,

memanjang, terdapat tahanan. Leopold III teraba bulat, keras, tidak

dapat digoyangkan. Leopold IV divergen, 4/5 bagian. Taksiran berat

janin (30-11) x 155 = 2,945 gram. DJJ 150x/menit teratur, punctum

maksimum terdengar jelas diantara pusat dan simfisis bagian kiri

bawah ibu.

Diagnosa Ny.I usia 26 tahun G2P1AO hamil 38 minggu Janin

tunggal hidup, presentasi kepala.

Memberikan ibu 10 tablet Fe diminum 1x1 dimalam hari

sebelum tidur menggunakan air putih.

b. Kunjungan ANC Kedua

Dilakukan pada hari Senin, 27 Mei 2019 di Puskesmas Bogor

Tengah, ibu mengatakan ingin kontrol memeriksakan

kehamilannya, mengeluh sakit perut bagian bawah Keadaan umum

baik, Kesadaran composmentis, Berat Badan 59 kg, Tekanan darah


11

110/80 mmHg, Nadi 78x/menit, Pernafasan 20x/menit, Suhu

36,6°C. Pemeriksaan fisik normal, pemeriksaan abdomen palpasi

Leopold I didapatkan 3 jari dibawah Processus Xiphoideuse TFU 30

cm, teraba bulat, lunak, tidak melenting. Leopold II perut ibu

sebelah kanan teraba bagian terkecil janin, perut ibu sebelah kiri

teraba keras memanjang ada tahanan. Leopold III teraba bulat,

keras, tidak dapat digoyangkan. Leopold IV divergen, 4/5 bagian.

Taksiran berat janin (30-11) x 155 = 2,945 gram. DJJ 146x/menit

teratur, punctum maksimum terdengar jelas diantara pusat dan

simfisis bagian kiri bawah ibu.

Diagnosa G2P1A0 hamil 39 minggu. Janin tunggal hidup,

presentasi kepala.

Memberitahu ibu bahwa nyeri perut bagian bawah adalah

keadaan fisiologis karena bayi semakin besar, mulai memasuki

rongga panggul dan menekan organ sekitar panggul ibu, selain

karena ukuran janin semakin besar, adanya peregangan pada

rahim serta perubahan hormonal juga dapat menyebabkan rasa

sakit perut bagian bawah.

2. Intranatal Care

INC Kala I, Tanggal 02 Juni 2019 Pukul 02.30 WIB

Ibu datang ke Puskesmas diantar suaminya, mengatakan mulas-

mulas sejak pukul 21.00 WIB tanggal 01 Juni 2019, sudah keluar lendir

darah dan belum keluar air-air dari jalan lahir. Keadaan Umum baik,

Kesadaran Composmentis Berat Badan 59 kg, Tekanan Darah 110/80

mmHg, Nadi 78x/menit, Pernafasan 20x/menit, Suhu 36,6°C.


12

Pemeriksaan fisik dalam keadaan normal, pemeriksaan abdomen

palpasi Leopold I didapatkan pertengahan pusat dan Processus

Xiphoideuse TFU 29 cm, teraba bulat, lunak, tidak melenting. Leopold II

perut ibu sebelah kanan teraba bagian terkecil janin, perut ibu sebelah

kiri teraba panjang keras memanjang ada tahanan. Leopold III teraba

bulat, keras, tidak dapat digoyangkan. Leopold IV, 3/5 bagian. DJJ

146x/menit teratur, punctum maksimum terdengar jelas di antara pusat

dan simpisis bagian kiri bawah ibu, His 3x dalam 10 menit lamanya 35

detik, kuat. Pemeriksaann genital vulva vagina tidak ada kelainan, portio

tipis lunak, pembukaan 5 cm, ketuban utuh, presentasi kepala posisi

UUK kiri depan, penurunan hodge II+, tidak ada moulage.

Diagnosa G2PIA0 hamil 40 minggu inpartu kala I fase aktif Janin

tunggal hidup presentasi kepala.

Catatan Perkembangan pukul 06.30 WIB

Keadaan umum baik, Kesadaran Composmentis, Tekanan darah

120/70 mmHg, Nadi 88x/menit, Pernafasan 22x/menit, Suhu 36,6°C,

Pemeriksaan abdomen DJJ 141x/menit, teratur punctum maksimum

diantara pusat dan simpisis, His 4x dalam 10 menit lamanya 45 detik,

kuat, Pemeriksaan genetalia vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis

lunak pembukaan 7cm, ketuban utuh, presentasi kepala, posisi UUK kiri

depan, penurunan Hodge III, tidak ada moulage.

INC Kala II, Tanggal 02 Juni 2019 Pukul 08.00 WIB

Ibu mengatakan mulas semakin sering, merasa ada dorongan

meneran seperti ingin BAB dan terasa keluar air-air. Keadaan Umum

baik, Kesadaran composmentis, Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi


13

88x/menit, Pernafasan 24x/menit, Suhu 36,6°C. Pemeriksaan DJJ

144x/menit teratur, punctum maksimum diantara pusat dan simpisis kiri

bawah ibu, His 5x dalam 10 menit lamanya 50 detik, kuat. Pemeriksaan

genitalia yaitu vulva dan vagina tidak ada kelainan, portio tidak teraba,

pembukaan 10cm, ketuban jernih, berbau khas, presentasi kepala posisi

UUK depan, penurunan Hodge III+, tidak ada moulage.

Diagnosa G2PIA0 hamil 40 minggu inpartu kala II. Pukul 08.30

WIB bayi lahir spontan, jenis kelamin perempuan menangis kuat, tonus

otot baik, kulit kemerahan.

INC Kala III, Tanggal 02 Juni 2019 Pukul 08.31 WIB

Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas dan sedikit lemas.

Berdasarkan hasil pemeriksaan Keadaan Umum baik, abdomen TFU

sepusat, palpasi tidak teraba janin kedua, uterus globuler, kontraksi

uterus baik, kandung kemih kosong, genitalia terdapat semburan darah

tiba-tiba. tali pusat memanjang, pengeluaran darah ±110 cc, dilakukan

manajemen aktif kala III Plasenta lahir pukul 08.37 WIB. Hasil

pemeriksaan, plasenta lahir lengkap dan bayi dilakukan IMD. Diagnosa

P2A0 partus kala III.

INC Kala IV, Tanggal 02 Juni 2019 pukul 08.52 WIB

Ibu mengatakan lelah, mengantuk dan senang atas kelahiran

bayinya, perutnya masih terasa mulas. Keadaan Umum baik, Tekanan

Darah 120/80 mmHg, Nadi 80x.menit, Pernafasan 20x/menit, Suhu

36,5°C. TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih

kosong, pengeluaran darah ±50 cc, tidak terdapat laserasi. Diagnosa

P2A0 partus kala IV.


14

Observasi kala IV dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama

dan 30 menit pada 1 jam kedua. Memberikan obat kepada ibu Tablet FE

10 tablet 1x1, amoxilin 500mg 10 tablet 3x1, Vit A 2 kapsul 1x1

diminum pada jam yang sama dan paracetamol 500mg 10 tablet 3x1

diminum bila ibu merasa demam.

BBL 1 Jam, Tanggal 02 Juni 2019 Pukul 09.30 WIB

Bayi telah IMD dan berhasil menemukan puting, menghisap kuat

dan bayinya sudah BAK belum BAB. Keadaan umum baik, warna kulit

kemerahan, tonus otot baik, menangis kuat, jenis kelamin perempuan,

laju jantung 143x/menit, pernafasan 46x/menit, suhu 36,7°C. Berat

badan 3800 gram, panjang badan 52 cm, Lingkar kepala 33 cm, Lingkar

dada 34 cm. Pada pemeriksaan fisik tidak ada kelainan. Bayi diberi

salep mata Chloramphenicol 1% dan diberikan vitamin K 0,5 ml.

Diagnosa Bayi Ny.I Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan

Usia 1 jam.

3. BBL dan PNC

BBL dan PNC 6 jam, Tanggal 02 Juni 2019 Pukul 14.30

Bayi menyusu dengan baik, sudah BAK tetapi belum BAB.

Pemeriksaan keadaan umum baik, laju jantung 138x/menit, Pernafasan

44x/menit, suhu 36,7°C. Diagnosa Neonatus Cukup Bulan sesuai Masa

Kehamilan usia 6 jam. bayi sudah disuntikan imunisasi HB0.

Ibu mengatakan sedikit mulas, sudah dapat BAK sendiri ke kamar

mandi. Keadaan Umum baik, Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi

81x/menit, Pernafasan 22x/menit. Suhu 36,5°C. Kolostrum sudah

keluar, abdomen TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,


15

kandung kemih kosong, pengeluran darah ±10 cc, lochea rubra.

Diagnosa P2A0 Post Partum 6 jam. Menganjurkan ibu untuk kunjungan

ulang 1 minggu lagi pada tanggal 8 Juni 2019.

BBL dan PNC 1 minggu, Tanggal 08 Juni 2019 Pukul 09.20 WIB

Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat, terkadang tidak mau

berhenti menyusu, hanya di beri ASI. Tali pusat sudah puput pada hari

ke lima, bayi BAK 6-7 x/hari, BAB 1-2x/hari. Keadaan umum bayi baik,

Berat badan 4000 gram, panjang badan 53 cm, laju jantung 130x/menit,

pernafasan 42x/menit, suhu 36,5°C, mata konjungtiva merah muda,

sklera putih, abdomen tidak kembung, pusar bayi bersih, warna kulit

kemerahan. Diagnosa Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan

usia 6 hari.

Ibu mengatakan tidak mempunyai keluhan, BAK dan BAB lancar,

ASI lancar keluar banyak, masih keluar darah berwarna merah

kecoklatan. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, Berat

badan 53 kg, Tekanan Darah 120/80 mmHg, Nadi 77x/menit,

Pernafasan 20x/menit, Suhu 36,5°C. Pemeriksaan fisik normal,

payudara tidak ada benjolan, terdapat pengeluaran ASI, Abdomen TFU

pertengahan pusat dan simfisis, kandung kemih kosong, lochea

sanguinolenta. Ekstremitas atas dan bawah kuku bersih dan tidak

oedema. Diagnosa Ny. I P2A0 postpartum 6 hari.

BBL dan PNC 2 minggu, Tanggal 16 Juni 2019 Pukul 08.30 WIB

Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan sehat, menyusu kuat,

tidak rewel, BAK 7-8x/hari, BAB 2x/hari. Keadaan umum bayi baik, berat

badan 4300, panjang badan 54 cm, laju jantung 127x/menit, pernafasan


16

42x/menit, suhu 36,8°C. Tidak terdapat tanda-tanda bahaya pada bayi.

Diagnosa neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 minggu.

Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ke PKM Bogor Tengah

tanggal 2 Juli 2019, saat bayi berusia 1 bulan untuk dilakukan imunisasi

BCG, dan Polio 1.

Ibu mengatakan tidak mempunyai keluhan, nafsu makan baik,

BAB dan BAK lancar, ASI keluar lancar. Keadaan umum ibu baik, berat

badan 53 kg, Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 78x/menit,

Pernafasan 20x/menit, Suhu 36,5°C. Pemeriksaan fisik normal,

payudara simetris puting susu menonjol, tidak ada benjolan, terdapat

pengeluaran ASI, Abdomen TFU tidak teraba, kandung kemih kosong.

pada genitalia lochea serosa. Ekstremitas atas dan bawah kuku bersih

dan tidak ada oedema, tidak ada varises, tidak ada tanda homand.

Diagnosa P2A0 Postpartum 2 minggu. Menjelaskan kepada ibu macam-

macam KB beserta keuntungan dan kerugiannya, lalu menanyakan

pada ibu KB apa yang akan ibu pilih, ibu memilih KB jangka panjang

yaitu KB IUD/Spiral. Membuat kesepakatan pada ibu untuk melakukan

kunjungan ulang 6 minggu dan pemasangan KB pada tanggal 17 Juli

2019.

BBL dan PNC 6 minggu, Tanggal 14 Juli 2019 Pukul 10.30 WIB

Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat dan tetap di beri ASI dan

sudah melakukan imunisasi BCG. Keadaan umum bayi baik, berat

badan 4800 gram, panjang badan 56 cm, laju jantung 121x/menit,

Pernafasan 42x/menit, suhu 36,8°C. Pemeriksaan fisik normal.

Diagnosa By.A usia 6 minggu.


17

Ibu mengatakan keadaannya semakin sehat dan sudah merasa

betul-betul pulih, setelah berdiskusi dengan suami, ibu memilih KB

jangka panjang yaitu spiral/IUD tetapi masih merencankan waktu

pemasaangan. Keadaan umum ibu baik, berat badan 52 kg, tekanan

darah 110/80 mmHg, nadi 78x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36,5

°C. Pada pemeriksaan fisik normal. Diagnosa P2A0 post partum 6

minggu.

Memberitahu jika ibu belum mau berKB dianjurkan untuk tidak

melakukan hubungan seksual terlebih dahulu, jika ibu ingin melakukan

dianjurkan untuk melakukan KB alami seperti kondom dan

menganjurkan ibu untuk segera melakukan pemasangan dan membuat

kesepakan untuk dilakukan pemasangan pada tanggal 24 Juli 2019.

KB (keluarga berencana), tanggal 24 Juli 2019 pukul 11.00 WIB

Ibu datang mengatakan ingin be KB, ibu ingin menggunakan KB

jangka panjang, Mengingat penjelasan bidan sebelumnya bahwa KB

jangka panjang sangat efektif tidak perlu pulang pergi ke puskesmas.

Keadaan umum ibu baik, berat badan 51 kg, tekanan darah 120/70

mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 19x/menit, suhu 36,5°C. Pada

pemeriksaan fisik normal, pada genitalita vulva vagina tidak ada

kelainan, panjang rahim 7cm. Diagnosa Ny.I P2A0 calon akseptor Kb

IUD. Memberitahu efek samping KB iud yaitu nyeri perut setelah

pemasangan karena disebabkan terhadap benda asing yang masuk

kedalam rahim ibu.


18

D. Waktu dan Tempat Pengambilan Studi Kasus

Pelaksana studi kasus komprehensif ini dimulai sejak Mei 2019 sampai

Agustus 2019 bertempat di Puskesmas Bogor Tengah. Adapun

pelaksanaannya sebagai berikut :

Kunjungan ANC pertama: Kamis, 23 Mei 2019 di Puskesmas Bogor Tengah.

Kunjungan ANC Kedua : Senin, 27 Mei 2019 di Puskesmas Bogor Tengah.

Pertolongan Persalinan : Minggu, 02 Juni 2019 di Puskesmas Bogor Tengah.

BBL 1 Jam : Minggu, 02 Juni 2019 di Puskesmas Bogor Tengah.

BBL dan Nifas 6 Jam : Minggu, 02 Juni 2019 di Puskesmas Bogor Tengah.

BBL dan Nifas 1 Minggu : Sabtu, 08 Juni 2019 di Puskesmas Bogor Tengah.

BBL dan Nifas 2 Minggu : Minggu, 16 Juni 2019 di Rumah Pasien.

BBL dan Nifas 6 Minggu : Minggu, 14 Juli 2019 di Rumah Pasien.

KB : Rabu, 24 Juli 2019 di Puskesmas Bogor Tengah.

E. Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa

Sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan dan

meningkatkan ilmu pengetahuan serta keterampilan tentang bagaimana

proses pemeriksaan dimulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir,

masa nifas, dan keluarga berencana juga sebagai pembelajaran

menerapkan manajemen Varney dan SOAP pada laporan Tugas Akhir

(LTA) sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan sebagai acuan

untuk menjadi seorang bidan yang berkualitas dengan menerapkan

pelayanan yang berkualitas untuk masyarakat khususnya ibu dan anak.


19

2. Bagi Pasien

Dapat dijadikan sebagai informasi dan motivasi bagi pasien agar

melakukan pemeriksaan sesuai dengan anjuran yang diberikan dan

asuhan secara komprehensif khususnya asuhan kebidanan pada ibu

hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas, dan keluarga berencana (KB).

3. Bagi Institusi Pendidikan

Laporan Tugas Akhir (LTA) ini dapat menjadi tambahan referensi

bacaan di perpustakaan agar dapat meningkatkan pengetahuan

khususnya bagi mahasiswa Akademi Kebidanan Bogor Husada.

4. Bagi Lahan Praktik

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan masukan bagi

lahan praktik dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan asuhan

kebidanan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan keluarga

berencana.
20

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan

1. Definisi

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi (implantasi).

Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9

bulan (Prawirohardjo, 2014).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal

akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan

menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester,

dimana trimester 1 berlangsung dari 0-12 minggu, trimester 2

berlangsung dari minggu ke 13-27, trimester 3 berlangsung dari minggu

ke 28-40 (Walyani, 2015).

Kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri

dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan

zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh

kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2014).

Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280 hari

(40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu) (Rukiyah, 2016).

jadi kehamilan adalah hasil konsepsi sperma dan ovum yang

berimplementasi di rahim dalam jangka waktu 40 minggu atau lebih.


21

2. Tanda Kehamilan

a. Tanda kehamilan presumtif/tanda tidak pasti

Tanda presumtif/tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan

yang dirasakan oleh ibu (subyektif) yang timbul selama kehamilan.

1) Amenorhoe (tidak dapat haid)

Pada wanita sehat dengan haid yang teratur, amenorhoe

menandakan kemungkinan kehamilan. Gejala ini sangat penting

karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting

diketahui tanggal hari pertama haid terakhir supaya dapat

ditentukan tuanya kehamilan dan tafsiran tanggal persalinan

dengan memakai rumus dari Naegel, bila HPHT berada pada

bulan 1,2,3 gunakan rumus (hari +7), (bulan +9) dan (tahun +0).

Bila HPHT berada pada bulan 4-12 gunakan rumus (hari +7),

(bulan -3) dan (tahun +1). Kadang – kadang amenorhoe

disebabkan oleh hal-hal lain diantaranya penyakit berat seperti

TBC, typus, anemia, atau karena pengaruh psikis misalnya

karena perubahan lingkungan (dari desa ke asrama) juga

dalaam masa perang sering timbul amenrhoe pada wanita

(Jannah, 2012). Usia kehamilan cukup bulan adalah 37-42

minggu (Moegni, 2013).

2) Nausea (enek) dan emesis (muntah)

Enek terjadi umumnya pada bulan – bulan pertama

kehamilan sampai akhir triwulan pertama disertai kadang -

kadang oleh muntah. Sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak

selalu. Keadaan ini lazim disebut morning sickness. Dalam batas


22

tertentu keadaan ini masih fisiologis. namun bila terlampau

sering dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut

dengan hiperemesis gravidarum (Jannah, 2012).

Penyebab pasti Morning sicknes belum diketahui dengan

jelas, akan tetapi mual muntah dianggap sebagai masalah multi

faktorial. Mual dan muntah merupakan interaksi yang kompleks

dari pengaruh endokrin, pencernaan, faktor festibular,

penciuman, genetik, dan psikologi. Berdasarkan beberapa studi

dikemukakan bahwa mual muntah dalam kehamilan

berhubungan dengan plasenta. Diduga bahwa hormon HCG

(human chorionic gonadotropin) yang memicu mual dan muntah

dengan bekerja pada chemoreseptor trigger zone pada pusat

muntah melalui rangsangan terhadap otot dari poros lambung

(Husin, 2014).

3) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)

Sering terjadi pada bulan – bulan pertama dan menghilang

dengan semakin tuanya kehamilan.

4) Mamae menjadi tegang dan membesar

Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan

progesteron yang merangsang duktus dan alveoli pada mamae

sehingga glandula montglomery tampak lebih jelas.


23

5) Anoreksia (tidak ada nafsu makan)

Terjadi pada bulan – bulan pertama tetapi setelah itu nafsu

makan akan timbul lagi hendaknya dijaga jangan sampai salah

pengertian makan untuk “dua orang” sehingga kenaikan berat

badan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.

6) Sering kencing

Seiring bertambahnya usia kehamilan, masa uterus akan

bertambah dan ukuran uterus mengalami peningkatan,

sehingga uterus membesar kearah luar pintu atas panggul

menuju rongga abdomen. Perubahan tersebut menyebabkan

tertekan kandung kemih yang terletak tepat di depan uterus.

Tertekannya kandung kemih oleh volume uterus yang semakin

bertambah menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang,

akibatnya daya tampung kendung kemih berkurang. Hal

tersebut memicu meningkatnya frekuensi kencing (Husin, 2014).

7) Obstipasi

Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh

pengaruh hormon steroid.

8) Pigmentasi kulit

Terjadi dalam kehamilan 12 minggu keatas. Pada pipi,

hidung, dan dahi kadang – kadang tampak deposit pigmen yang

berlebihan, dikenal sebagai kloasma gravidarum (topeng

kehamilan). Areola mamae juga menjadi lebih hitam karena

didapatkan deposit pigmen yang berlebihan. Daerah leher

menjadi lebih hitam dan linea alba. Hal ini terjadi karna pengaruh
24

hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan

kulit.

9) Epulis

Suatu hipertrofi papilla ginggivae. Sering terjadi pada

triwulan pertama.

10) Varises

Sering dijumpai pada triwulan terakhir. Didapat pada

daerah genetalia eksterna, fossa poptilea, kaki, dan betis. Pada

multigravida kadang - kadang varises ditemukan pada kehamilan

yang terdahulu, kemudian timbul kembali pada triwulan pertama.

Kadang – kadang timbulnya varises merupakan gejala pertama

kehamilan muda.

b. Tanda kemungkinan hamil

Tanda kemungkinan hamil adalah perubahan-perubahan

yang diobservasi oleh pemeriksa (bersifat obyektif), namun berupa

dugaan kehamilan saja. Makin banyak tanda-tanda yang mungkin

kita dapati, makin besar kemungkinan kehamilan.

Yang termasuk tanda kemungkinan hamil yaitu :

1) Uterus membesar

Terjadi perubahan bentuk, besar, dan konsistensi rahim.

Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar

dan makin lama makin bundar bentuknya.


25

2) Tanda hegar

Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak,

terutama daerah isthmus uteri. Pada minggu-minggu pertama

isthmus uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi

isthmus pada triwulan pertama mengakibatkan isthmus menjadi

panjang dan lebih lunak. Sehingga kalau kita letakkan 2 jari

dalam fornix posterior dan tangan satunya pada dinding perut di

atas simpisis maka isthmus ini tidak teraba seolah olah korpus

uteri sama sekali terpisah dari uterus.

3) Tanda Chadwick

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan

vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide), warna

porsiopun tampak livide. Hal ini disebabkan oleh pengaruh

hormone estrogen.

4) Tanda piscaseck

Uterus mengalami pembesaran. Kadang-kadang

pembesaran tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat

tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus membesar ke salah

satu jurusan pembesaran tersebut.

5) Tanda Braxton hicks

Bila uterus dirangsang akan mudah berkontraksi. Waktu

palpasi atau pemeriksaan dalam uterus yang tadinya lunak akan

menjadi keras karena berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus

dalam masa kehamilan.


26

6) Goodell sign

Diluar kehamilan konsistensi serviks keras, kerasnya

seperti kita merasa ujung hidung, dalam kehamilan serviks

menjadi lunak pada perabaan selunak bibir atau ujung bawah

daun telinga.

7) Reaksi kehamilan positif

Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya

human chorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah air

kencing pertama pada pagi hari. Dengan tes ini dapat membantu

menentukan diagnose kehamilan sedini mungkin.

c. Tanda Pasti

Tanda pasti adalah tanda-tanda obyektif yang didapatkan oleh

pemeriksa yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnose pada

kehamilan. Yang termasuk tanda pasti kehamilan yaitu :

1) Terasa garakan janin

Pergerakan janin atau quickening yaitu keadaan dimana

ibu merasakan gerakan janin pertama kali pada masa

kehamilannya. Seorang multigravida biasanya mulai merasakan

gerakan janin pertama kali pada usia kehamilan 16-18 minggu,

sedangkan pada primigravida pergerakan mulai dirasakan pada

minggu ke 18-20 (Husin, 2014).

Kesejahteraan janin dalam kandungan perlu dipantau

secara terus menerus agar jika ada gangguan janin dalam

kandungan dapat segera terdeteksi dan ditangani. Salah satu

indikator kesejahteraan janin yang dapat dipantau sendiri oleh


27

ibu adalah gerakannya dalam 24 jam. Gerakan janin dalam 24

jam minimal 10 kali, gerakan ini dirasa dan dihitung oleh ibu

sendiri dengan menghitung “gerakan sepuluh” (Sulistyawati,

2016).

2) Teraba bagian-bagian janin

Bagian–bagian janin secara obyektif dapat diketahui oleh

pemeriksa dengan cara palpasi menurut leopold pada akhir

trimester kedua (Jannah, 2012).

Pada pemeriksaan palpasi dapat menghasilkan

pengukuran tinggi fundus uteri, teraba bagian-bagian janin

seperti punggung bayi, presentasi, sejauh mana bagian

terbawah bayi masuk pintu atas panggul (Prawirohardjo, 2014).

Pemeriksaan palpasi dapat dilakukan secara sistematis

dengan menggunakan empat manuver untuk menegaskan

pertumbuhan janin sesuai dengan usia kehamilan, menilai

perkembangan dan pertumbuhan janin, aukultasi jantung janin,

mengetahui bagian lokasi janin dan mendeteksi adanya

ketidaknormalan (Husin, 2014).

Taksiran berat janin (TBJ) merupakan suatu estimasi atau

perkiraan berat badan berdasar pada hasil perhitungan kasar

pengukuran luar uterus. Taksiran berat badan janin dapat

dihitung dengan menggunakan cara Jhonson TBJ (gram) =155 x

(TFU-K) dimana TFU dalam satuan cm, dihitung dengan

menggunakan pita ukur dan dilakukan 2 kali pengukuran dan K

= 12 jika kepala belum memasuki pintu atas panggul (stasion +),


28

11 jika sudah memasuki pintu atas panggul (stasion 0) (Husin,

2014).

3) Denyut jantung janin (DJJ)

Denyut jantung janin secara obyektif dapat diketahui oleh

pemeriksa dengan menggunakan fetal electrocardiograph pada

kehamilan 12 minggu, sistem Doppler pada kehamilan 12

minggu, stetoskop leanec pada kehamilan 18-20 minggu

(Jannah, 2012).

Denyut jantung normal janin berfrekuensi antara 120-160

per menit. Jika DJJ <120 disebut bradikardi dan takikardi jika

DJJ >160 per menit. Takikardi dan bradikardi disertai adanya

penurunan atau penambahan gerakan janin menandakan bahwa

keadaan janin tidak baik (Husin, 2014).

4) Terlihat kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen.

5) Dengan menggunakan USG (ultrasonografi) dapat terlihat

gambaran janin berupa ukuran kantong janin, panjangnya janin,

dan diameter biparetalis hingga dapat diperkirakan tuanya

kehamilan (Jannah, 2012).

6) Pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi

a) Trimester I

Tahap embrio berlangsung dari hari ke-15 sampai

sekitar 8 minggu setelah konsepsi. Dari gumpalan sel yang

kecil, embrio berkembang dengan pesat menjadi janin : pada

akhir 12 minggu pertama kehamilan jantungnya berdetak,

usus-usus lengkap didalam abdomen, genetalia eksterna


29

mempunyai karakteristik laki-laki atau perempuan, anus

sudah terbentuk dan muka seperti manusia. Janin dapat

menelan, melakukan gerakan pernafasan, kencing,

menggerakkan anggota badan, mengedipkan mata, dan

mengertutkan dahi. Mulutnya membuka dan menutup. Berat

janin sekitar 15-30 gram dan panjang 5-9cm.

b) Trimester II dan III

Pada akhir kehamilan 20 minggu berat janin sekitar 340

gram dan panjang sekitar 16-17 cm. Ibu dapat merasakan

gerakan bayi, sudah terdapat meconium didalam usus dan

sudah terdapat verniks pada kulit. Pada kehamilan 28

minggu berat bayi lebih sedikit dari satu kilogram dan

panjang 23 cm, ia mempunyai periode tidur dan aktivitas

merespon suara dan melakukan gerakan pernafasan. Pada

usia kehamilan 32 minggu berat bayi 1,7 kg dan panjangnya

28 cm, kulitnya mengkerut dan testis sudah turun ke skrotum

pada bayi laki-laki. Pada usia kehamilan 36-40 minggu, jika

ibu mendapat gizi yang cukup, kebanyakan berat bayi antara

2,5-3,5 kg dan panjang 50 cm (Kristi, 2014).

7) Usia Reproduksi sehat

Usia adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan. Umum

sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko

tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan diatas 35

tahun. Usia berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah

kesehatan dan tindakan yang dilakukan (Walyani, 2015).


30

8) Jarak Kehamilan

Jarak persalinan yang baik untuk kesehatan ibu dan anak

adalah >2 tahun sampai 5 tahun, semakin pendek (<2 tahun), ibu

beresiko tinggi untuk mengalami preeklamsia dan komplikasi

kehamilan lain yang sangat berbahaya dan juga bagi bayinya

bisa lahir terlalu cepat, terlalu kecil atau dengan BBLR (Monita,

2016).

3. Perubahan Fisiologis pada Kehamilan

Kehamilan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada tubuh

ibu. Perubahan yang terjadi bukan hanya pada bentuk tubuh ibu, namun

juga terjadi secara fisiologis pada sistem organ ibu. Hal tersebut

merupakan hal yang normal terjadi untuk menunjang tumbuh kembang

janin. Perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu hamil antara lain :

a. Sistem reproduksi

1) Uterus

a) Ukuran

Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x

25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4.000 cc. hal ini rahim

membesar akibat hipertropi dan hiperplasi otot polos rahim,

serabut-serabut kolagennya menjadi higgroskopik, dan

endometrium menjadi desidua.


31

Tabel 2.1
Umur kehamilan berdasarkan TFU

Umur Kehamilan Tinggi Fundus Uteri

12 minggu 1-2 jari di atas simpisis

16 minggu Pertengahaan simpisis-pusat

20 minggu 3 jari dibawah pusat

24 minggu Setinggi pusat

28 minggu 3 jari di atas pusat

32 minggu Pertengahan px – pusat

36 minggu Se-px/2-3 jari dibawah px

40 minggu Pertengahan px – pusat

(Jannah, 2012)

b) Berat

Tabel 2.2
Bentuk Uterus berdasarkan usia kehamilan
Usia kehamilan Bentuk dan Konsistensi Uterus
Seperti buah alpukat. Ismust rahim
menjadi hipertropi dan bertambah
Bulan pertama
panjang sehingga bila diraba terasa
lebih lunak (tanda hegar)
2 bulan Sebesar telur bebek
3 bulan Sebesar telur angsa
4 bulan Berbentuk bulat
Rahim teraba seperti berisi cairan
ketuban, rahim terasa tipis. Itulah
5 bulan sebabnya mengapa bagian-bagian
janin ini dapat dirasakan melalui
perabaan dinding perut.
(Jannah, 2012).
32

c) Posisi rahim dalam kehamilan

(1) Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi

atau retrofleksi

(2) Pada bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam

rongga pelvis

(3) Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam

pembesarannya dapat mencapai batas hati

(4) Pada ibu hamil, rahim biasanya mobile, lebih mengisi

rongga abdomen kanan atau kiri.

d) Vaskularisasi

Arteri uterine dan ovarika bertambah dalam diameter,

panjang dan anak-anak cabangnya, pembuluh darah vena

mengembang dan bertambah (Jannah, 2012).

e) Serviks uteri

Serviks manusia merupakan organ yang komplek dan

heterogen yang mengalami perubahan yang luar biasa

selama kehamilan dan persalinan. Satu bulan setelah

konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan.

Serviks bersikap seperti katub yang bertanggung jawab

menjaga janin di dalam uterus sampai akhir kehamilan dan

selama persalinan. Selama kehamilan, serviks tetap tertutup

rapat, melindungi janin dari kontaminasi eksternal, dan

menahan isi uterus. Panjangnya tetap 2,5 cm selama

kehamilan tapi menjadi lebih lunak dan membengkak di


33

bawah pengaruh estradiol dan progesterone. Peningkatan

vaskularitas membuatnya berwarna kebiruan. (Astuti, 2012)

f) Ovarium

Ovarium adalah tempat memproduksi telur/ovum.

Wanita biasanya memiliki dua ovarium, satu pada setiap sisi

tubuh, dan ditemukan hanya di luar Rahim. Ovarium

mangandung folikel yang matang pada rumah telur. Setiap

bulan, sekitar 20 folikel dirangsang dan mulai

mengembangkan telur. Biasanya hanya satu telur keluar

berhasil dibuat meskipun dalam kasus yang jarang terjadi

karena bisa menghasilkan dua atau lebih telur yang matang.

Ovarium juga bertanggung jawab untuk memproduksi

estrogen dan progesterone, kedua hormone penting yang

diperlukan untuk fungsi reproduksi normal.

g) Vagina dan Vulva

Oleh karena pengaruh estrogen, terjadi

hipervaskularisasi pada vagina dan vulva sehingga pada

bagian tersebut terlihat lebih merah atau kebiruan, kondisi

ini disebut tanda Chadwick (Jannah, 2012).

b. Sistem Kardiovaskular

Pada awal kehamilan curah jantung meningkat sekitar 30-

50% akibat peningkatan denyut jantung. Aliran darah akan

meningkat, namun dipertengahan kehamilan tekanan darah akan

menurun akibat terjadinya vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah

perifer Tekanan darah pada pembuluh vena yang meningkat pada


34

tungkai bawah dapat berakibat edema (pembengkakan akibat

keluarnya cairan intraseluler). Oleh karena itu, disarankan agar ibu

mengurangi makanan yang mengadung natrium (garam).

Perubahan juga terjadi pada volume darah. Selama

kehamilan terjadi peningkatan volume darah sebanyak 50% dan

massa sel darah merah bertambah 20-30%. Sel darah merah akan

meningkat hanya sekitar 18% jika ibu tidak mendapat suplementasi

zat besi dan akan meningkat 30% jika ibu mendapat suplementasi

zat besi. Pada masa kehamilan suplementasi zat besi sangat

dianjurkan karena kebutuhan zat besi meningkat dan sumber zat

besi dari asupan makanan ibu sehari-hari tidak mencukupi

kebutuhan zat besi yang tinggi selama kehamilan (Fikawati, 2018).

c. Sistem Urinaria

Curah jantung berakibat pada peningkatan aliran darah ke

ginjal sebesar 70% pada periode awal kehamilan, dan terus

berkembang hingga akhir masa kehamilan. Saat hamil terjadi

peningkatan laju filtrate glomerulus dan penurunan kadar urea dan

kreatinin. Peningkatan reabsorpsi natrium selama kehamilan juga

terjadi akibat peningkatan hormone aldosteron, estrogen, dan

deoxycorticosteron. Hal ini berakibat pada peningkatan total volume

plasma dalam tubuh ibu.

Rahim yang bersifat elastis akan membesar 10 kali lipat dari

ukuran normalnya akibat pertumbuhan janin. Kondisi ini

berpengaruh pada bentuk dan aktivittas organ lainnya, seperti


35

kandung kemih yang akan cepat terasa penuh sehingga frekuensi

buang air kecil bertambah.

d. Sistem Gastrointestina

Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan

usus bagian bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi.

Sembelit semakin berat karena gerakan otot di dalam usus

diperlambat oleh tingginya kadar progesterone. Wanita hamil sering

mengalami rasa panas di dada (hearthburn) dan sendawa, yang

kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada di dalam

lambung dan arena relaksasi spingter dikerongkongan bagian

bawah yang memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke

kerongkongan. Ulkus gastrikum jarang ditemukan pada wanita

hamil dan jika sebelumnya menderita ulkus gastrikum biasanya

akan membaik karena asam lambung yang dihasilkan lebih sedikit

(Jannah, 2012).

e. Sistem Metabolisme

Pada dasarnya kehamilan mempunyai efek pada

metabolisme, karena itu wanita yang sedang hamil perlu mendapat

makanan yang bergizi dan dalam keadaan yang sehat. Kehamilan

akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan energy dan zat gizi

lainnya. Bertambahnya energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin. Oleh karena itu, jika

seorang wanita kekurangan tertentu saat hamil, maka pertumbuhan

janin tidak sempurna.


36

f. Sistem Muskuloskeletal

Pada kehamilan Trimester I belum terjadi lordosis hanya nyeri

pada punggung. Pada Trimester II sudah terjadi lordosis yang

diakibatkan kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior,

lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua

tungkai. Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat

mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormone dalam

kehamilan yang hormonal yaitu pada peningkatan hormone

estrogen, progesteron, dan elastis dalam kehamilan yang dapat

mengakibatkan kelemahan jaringan ikat dan ketidakseimbangan

persendian dan menyebabkan perubahan sikap ibu dan pada

akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah

punggung terutama pada Trimester III.

g. Sistem integument

Sehubungan dengan tingginya kadar hormonal, terjadi

peningkatan pigmentasi selama kehamilan. Keadaan ini sangat

jelas terlihat pada kelompok wanita dengan warna kulit gelap atau

hitam dan dapat dikenali pada payudara, abdomen, vulva dan

wajah. Ketika terjadi pada kulit muka dikenal sebagai cloasma atau

topeng kehamilan. Bila terjadi pada muka biasanya pada daerah

pipi dan dahi dan dapat mengubah penampilan wanita tersebut.

Linea alba, garis putih tipis yang membentang dari simpisis

pubis sampai umbilicus, dapat menjadi gelap yang biasa disebut

linea nigra. Tingginya kadar hormone yang tersikulasi dalam darah

dan peningkatan regangan pada kulit abdomen, paha, dan


37

payudara bertanggung jawab pada timbulnya garis-garis yang

berwarna merah muda atau kecoklatan pada daerah tersebut, yang

biasa dikenal dengan nama striae gravidarum.

h. Payudara

Karena adanya peningkatan suplai darah di bawah pengaruh

aktivitas hormone, jaringan glandular dari payudara membesar dan

puting menjadi lebih efektif walaupun perubahan payudara dalam

bentuk yang membesar terjadi pada waktu menjelang persalinan.

Estrogen menyebabkan pertumbuhan tubulus lactiferous dan

ductus juga menyebabkan penyimpanan lemak. Progesteron

menyebabkan tumbuhnya lobus, alveoli lebih tervaskularisasi dan

mampu bersekresi. Hormon pertumbuhan dan glukokortikoid juga

mempunyai peranan penting dalam perkembangan ini. Prolaktin

merangsang produksi kolostrum dan air susu ibu (Jannah, 2012).

i. Sistem Endokrin

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran

(ductless) yang menghasilkan hormone yang tersirkulasi di tubuh

melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain.

Hormone bertindak sebagai “pembawa pesan” dan dibawa oleh

aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan

menerjemahkan “pesan” tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem

endokrin tidak memasukkan kelenjar eksorin seperti kelenjar ludah,

kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dari saluran

gastroinstesin.
38

Perubahan-perubahan hormone endokrin selama kehamilan

antara lain:

1) Kelenjar hipofisis ibu

Kelenjar ini sendiri bertambah besar kira-kira sepertiga

dimana unsur utama pertambahan besar ini adalah hyperplasia

laktotrof sebagai respons terhadap kadar estrogen plasma yang

tinggi. PRL yaitu produk dari laktotrof, merupakan satu-satunya

hormone hipofisis anterior yang meningkat progresif selama

kehamilan, yaitu dengan kontribusi dari hipofisis anterior dan

desidua.

2) Kelenjar tiroid ibu

Tiroid teraba membesar selama trimester pertama dan

dapat didengarkan adanya bruit. Perubahan-perubahan ini

sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya bersihan iodida

ginjal yang menyebabkan suatu defisiensi iodium relatif.

3) Kelenjar paratiroid ibu

Kebutuhan akan kalsium untuk perkembangan kerangka

janin diperkirakan sekitar 30 gr menjelang aterm. Kebutuhan ini

dapat dipenuhi melalui hiperplasia kelenjar paratiroid dan

peningkatan kadar serum hormone paratiroid. Kadar kalsium

serum ibu menurun mencapai nadir pada kehamilan 28-32

minggu, terutama karena hipoalbuminemia kehamilan. Kalsium

ion dipertahankan dalam keadaan normal selama kehamilan.


39

4) Pakreas ibu

Ukuran pulau-pulau pankreas bertambah, dan sel-sel

penghasil insulin mengalami hyperplasia. Kadar insulin basal

lebih rendah atau tidak berubah pada awal kehamilan, namun

meningkat pada trimester kedua (Astuti, 2012).

j. Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Berat Badan

Peningkatan berat badan optimal untuk rata – rata kehamilan

12,5 – 9 kg diperoleh pada 20 minggu terakhir. Berat badan yang

optimal ini berkaitan dengan risiko komplikasi terendah selama

kehamilan persalinan serta berat badan bayi lahir rendah.

Banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan berat badan.

Tingkat oedema, laju metabolic, asupan diet, muntah atau diare,

merokok, jumlah cairan amniotic dan ukuran janin, semuanya harus

diperhitungan. Usia maternal, ukuran tubuh perkehamilan, paratis,

ras etenisitas, hipertensi dan diabetes juga mempengarui pola

peningkatan berat badan maternal.

Peningkatan berat badan yang tepat bagi setiap ibu hamil saat

ini didasarkan pada indeks masa tubuh sebelum kehamilan yang

menggambarkan perbandingan berat badannya lebih sedikit dari

pada ibu yang memasuki kehamilan dengan berat badan sehat.

Peningkatan berat badan optimal untuk rata-rata kehamilan

adalah 12,5 kg, 9 kg diperoleh pada 20 minggu terakhir. Berat

badan yang optimal ini berkaitan dengan risiko komplikasi terendah

selama kehamilan dan persalinan serta berat badan bayi lahir

rendah.
40

1) Trimester I

Seorang wanita yang sedang hamil sudah mengalami

penambahan berat badan, namun penambahan tersebut masih

tergolong rendah, kira-kira 1-2 kg. karena pada masa ini saat

dimana otak, alat kelamin, dan panca indra janin sedang

dibentuk.

2) Trimester II

Pada Trimester II ini seorang wanita yang sedang hamil

akan mengalami penambahan berat badan 0,35-0,4 kg

perminggu. Kenaikan berat badan yang baik ini secara bertahap

dan continu. Bisa jadi catatan bahwa adanya penambahan berat

badan yang berebih dan secara cepat bisa jadi indikasi awal

keracunan kehamilan atau diabetes.

3) Trimester III

Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg penambahan BB

dari mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11-12

kg. kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg

(Walyani, 2015).

Perhitungan berat badan berdasarkan indeks massa tubuh :

IMT = 2

Dimana : IMT = Indeks massa tubuh

BB = Berat Badan (kg)

TB = Tinggi badan (m)


41

Tabel 2.3
Kategori Indeks Masa Tubuh
Kategori IMT Rekomendasi
Rendah <19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas >29 >7
Gimeli 16 – 20,5
(Walyani, 2015)

k. Sistem Pernafasan

Saat hamil terjadi perubahan pada sistem respirasi yang

berfungsi untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen ibu dan janin.

Selain itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang

membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi

terjadinya desakan rahim dan kebutuhan oksigen yang meningkat,

ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25%

dibandingkan saat ibu tidak hamil (Fikawati,2018).

4. Perubahan dan Adaptasi Psikologis pada Kehamilan

Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, ibu akan

mengalami perubahan psikologis dan pada saat ini pula wanita akan

mencoba untuk beradaptasi terhadap peran barunya melalui tahapan

sebagai berikut:

a. Tahap Antisipasi

Dalam tahap ini wanita akan mengawali adaptasi perannya

dengan merubah peran sosialnya melalui latihan formal (misalnya

kelas khusus kehamilan). Dan informal melalui model peran (role


42

model). Meningkatnya frekuensi interaksi dengan wanita hamil dan

ibu muda lainnya akan mempercepat proses adaptasi untuk

mencapai peran barunya sebagai seorang ibu.

b. Tahap Honeymoon (menerima peran, mencoba menyesuaikan diri).

Pada tahap ini wanita sudah mulai menerima peran barunya

dengan cara mencoba menyesuaikan diri. Secara internal wanita

akan mengubah posisinya sebagai penerima kasih sayang dari

ibunya menjadi pemberi kasih sayang terhadap bayinya. Untuk

memenuhi kebutuhan akan kasih sayang, wanita akan menuntut

dari pasangannya. Ia akan mencoba menggambarkan figur ibunya

dimasa kecilnya dan membuat suatu daftar hal-hal yang positif dari

ibunya untuk kemudian ia adaptasi dan terapkan kepada bayinya

nanti. Aspek lain yang berpengaruh dalam tahap ini adalah seiring

sudah mapannya beberapa persiapan yang berhubungan dengan

kelahiran bayi, termasuk dukungan semangat dari orang-orang

terdekatnya.

c. Tahap Stabil (bagaimana mereka dapat melihat penampilan dalam

peran)

Tahap sebelumnya mengalami peningkatan tanpa ia

mengalami suatu titik stabil dalam penerimaan peran barunya. Ia

akan melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat positif dan berfokus

untuk kehamilannya, seperti mencaritahu tentang informasi seputar

persiapan kelahiran, cara mendidik dan merawat anak, serta hal

yang berguna untuk menjaga kondisi kesehatan keluarga.


43

d. Tahap Akhir (Perjanjian)

Meskipun ia sudah cukup stabil dalam menerima perannya,

namun ia tetap mengadakan “perjanjian” dengan dirinya sendiri

untuk sedapat mungkin “menepati janji” mengenai kesepakatan-

kesepakatan internal yang telah ia buat berkaitan dengan apa yang

akan ia perankan sejak saat ini sampai bayinya lahir kelak

(Sulistyawati, 2016).

Perubahan Psikologis Trimester I (Periode Penyesuaian)

1) Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan

kehamilannya.

2) Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan

kesedihan. Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil

saja.

3) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil.

Hal ini sekedar untuk meyakinkan dirinya.

4) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat

perhatian dengan seksama.

5) Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia

seorang ibu yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang

lain atau malah mungkin dirahasiakannya.

6) Hasrat untuk melakukan hubungan seksual berbeda-beda pada

setiap wanita, tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan.

Perubahan Psikologis Trimester II (Periode Kesehatan Yang Baik)


44

1) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon

yang tinggi.

2) Ibu sudah bisa menerima kahamilannya.

3) Merasa gerakan anak.

4) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.

5) Libido meningkat.

6) Menuntut perhatian dan cinta.

7) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari

dirinya.

8) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada

orang lain yang baru menjadi ibu.

9) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran,

dan persiapan untuk peran baru.

Perubahan Psikologis Trimester III (Periode Penantian dengan

Penuh Kewaspadaan)

1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan

tidak menarik.

2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.

3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.

5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.

6) Merasa kehilangan perhatian.

7) Perasaan mudah terluka (sensitif).


45

8) Libido menurun.

(Sulistyawati, 2016).

5. Ketidaknyamanan dalam Kehamilan

a. Rasa mual atau muntah

1) Dasar anatomis dan fisiologis

Penyebab belum diketahui secara pasti, kemungkinan

penyebab :

a) Peningkatan kadar HCG, estrogen, progesteron.

b) Relaksasi otot-otot halus.

c) Perubahan dalam metabolisme karbohidrat yang berlebihan.

d) Mekanisme kongesti, inflamasi, distensi pergeseran.

e) Reaksi alergis : sekresi korpus luteum, antigen dari ayah,

iso aglutinin, keracunan antihistamin.

2) Cara meringankan/mencegah

a) Hindari bau atau faktor penyebab.

b) Pagi hari, makan biskuit atau roti bakar sebelum bangun

dari tempat tidur.

c) Makan sedikit tapi sering.

d) Hindari makanan yang dapat merangsang (banyak

mengandung minyak dan berbumbu tajam dan berlemak).

e) Hindari segera menggosok gigi setelah makan.

f) Duduk dengan posisi sempurna (punggung tegak lurus).

3) Pencegahan/farmakologi

Jika tindakan nonfarmakologis tidak berhasil, beri vitamin B6

(hanya untuk jangka pendek).


46

4) Tanda bahaya

a) Penambahan berat badan yang tidak memadai.

b) Malnutrisi.

c) Hiperemesis gravidarum.

d) Pastikan tidak ada appendicitic, colesitis, pankreatitis.

b. Ngidam

Biasanya pada trimester I tapi bisa berlangsung sepanjang

masa kehamilan.

1) Dasar anatomis dan fisiologis

Penyebab belum diketahui secara pasti, kemungkinan berkaitan

dengan :

a) Persepsi wanita mengenai apa yang dapat mengurangi

rasa mual dan muntah.

b) Indera pengecapan menjadi tumpul, lebih menyukai

makanan yang merangsang.

2) Cara meringankan/mencegah

Tidak perlu khawatir, berikan konseling tentang makanan

yang baik dan kurang baik bagi kehamilan termasuk

makanan yang ia idam-idamkan.

3) Pencegahan/farmakologi

Tidak perlu.

4) Tanda bahaya

a) Penambahan berat badan yang tidak memadai.

b) Malnutrisi.
47

c. Kelelahan/fatique

Selama trimester I

1) Dasar anatomis dan fisiologis

Penyebab belum diketahui secara pasti, kemungkinan

berkaitan dengan.

a) Penurunan laju metabolisme basal pada awal kehamilan.

b) Kemampuan gerak usus berkurang yang mengarah ke

perlambat waktu pengosongan (progesteron/motilin).

c) Tekanan uterus yang membesar terhadap usus besar.

d) Penelanan udara.

2) Cara meringankan/mencegah

a) Yakinkan bahwa ini adalah hal yang fisiologis.

b) Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

c) Hindari istirahat berlebihan.

d) Hindari makan-makanan yang menghasilkan gas.

e) Mengunyah makanan secara sempurna.

f) Senam harian secara teratur.

g) Pertahankan saat kebiasaan buang air

3) Pencegahan/farmakologi

a) Tidak perlu obat-obatan.

b) Suplemen/vitamin dan tablet besi.

c) Simethicone (efektifitasnya).

4) Tanda bahaya
48

a) Tanda gejala anemia.

b) Ketidakmampuan tubuh untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

c) Tanda dan gejala depresi.

d) Tanda dan gejala infeksi.

d. Keputihan

Trimester I, II, III

1) Dasar anatomis dan fisiologis

a) Hiperplasia mukosa vagina.

b) Peningkatan produksi lendir dan kelenjar endoservikal

sebagai akibat.

2) Cara meringankan/mencegah

a) Meningkatkan kebersihan/personal hygiene.

b) Gunakan pakaian dalam yang terbuat dari bahan katun

bukan nilon.

c) Jaga kebersihan dan kelembaban vagina.

3) Pencegahan/farmakologi

Tidak perlu.

4) Tanda bahaya

a) Jika sangat banyak, bau menyengat, warna kuning/abu-abu

(curiga ; penyakit kelamin).

b) Pengeluaran cairan seperti air-air (curiga ; air ketuban).

c) Perdarahan pervaginam (abruptio plasenta, plasenta previa,

lesi pada servix/vagina, blood show).

e. Frekuensi kemih meningkat/nocturia

Trimester I dan II.


49

1) Dasar anatomis dan fisiologis

a) Tekanan uterus pada kandung kemih.

b) Nocturia akibat eksresi sodium yang meningkat dengan

kehilangan air dan bersamaan.

c) Air dan sodium terperangkap di dalam tungkai bawah selama

siang hari karna statis vena, pada malam hari terdapat aliran

kembali vena yang meningkat dengan akibat peningkatan

jumlah output urin.

2) Cara meringankan/mencegah

a) Penjelasan mengenai sebab terjadinya.

b) Kosongkan saat terasa dorongan untuk BAK.

c) Perbanyak minum pada siang hari.

d) Jangan kurangi minum di malam hari.

e) Jika nocturia mengganggu tidur dan menyebabkan keletihan.

Batasi minum bahan diuretics alamiah-kopi, teh, cola dengan

caffeine.

f) Tidur dalam posisi berbaring miring ke kiri, kaki ditinggikan.

3) Pencegahan/farmakologi

Tidak memerlukan pengobatan farmakologis.

4) Tanda bahaya

Wanita hamil mengahadapi risiko yang lebih besar dalam hal

infeksi saluran kemih (UTI) dan pyelonefritis karena ginjal dan

kandung kemih berubah.

a) Dysuria (UTI).
50

b) Oliguria asimptomatic bacteria yang umum dijumpai pada

kehamilan.

f. Gusi berdarah

Paling parah adalah selama trimester II.

1) Dasar anatomis dan fisiologis

a) Estrogen meningkatkan aliran darah ke rongga mulut dan

mempercepat laju pergantian sel-sel pelapis epithelial gusi.

b) Vaskularisasi gusi menjadi sangat tinggi, dengan penyebaran

pembuluh darah halus jaringan penghubung menjadi

hiperplastis dan edematis.

c) Ketebalan permukaan epithelial berkurang yang menyebabkan

jaringan gusi menjadi rapuh.

2) Cara meringankan/mencegah

a) Berkumur air hangat, asin.

b) Memeriksakan gusi secara teratur.

c) Jaga kebersihan gigi.

d) Menggosok gigi dan memutihkannya.

3) Pencegahan/farmakologi

Tidak perlu

4) Tanda bahaya

a) Bisulan.

b) Timbulnya granuloma gravidarum.

c) Jika perdarahan berlebihan.

d) Jika diikuti tanda/gejala kekurangan gizi atau preeklampsia.


51

g. Edema dependen

Trimester II dan III.

1) Dasar anatomis dan fisiologis

a) Kenaikan tingkat sodium dikarenakan pengaruh hormonal.

b) Macetnya sirkulasi pada tungkai bawah.

2) Cara meringankan/mencegah

a) Hindari posisi berbaring.

b) Hindari posisi tegak untuk waktu yang lama.

c) Masa istirahat dalam posisi terlentang samping kiri dengan

kaki agak diangkat.

d) Angkat kaki jika bisa.

e) Jika perlu sering melatih kaki untuk ditekuk ketika duduk atau

beristirahat.

f) Hindari kaus kaki yang ketat atau tali/pita yang ketat pada kaki.

3) Pencegahan/farmakologi

Kaus kaki penyangga (jika mungkin).

4) Tanda bahaya

a) Jika muncul pada muka dan tangan (preeclampsia).

b) Jika piting dan muncul bahkan setelah semalaman berbaring

pada posisi miring ke kiri.

c) Jika dibarengi dengan gejala anemia atau urin + protein dan

hypertensi.
52

d) Tanda-tanda varises dan komplikasi troembombolic.

h. Pusing

Trimester II dan III

1) Dasar anatomis dan fisiologis

a) Hipertensi postural yang berhubungan dengan perubahan

hemodinamis.

b) Pengumpulan darah didalam pembuluh tungkai, yang

mengurangi aliran balik vena dan menurunkan output cardiac

serta tekanan darah dengan tegangan othostatis yang

meningkat.

c) Mungkin berkaitan dengan hipoglikemia.

d) Sakit kepala pada triwulan terakhir dapat merupakan tanda

preeklampsia berat.

2) Cara meringankan/mencegah

a) Bila sedang pada posisi berbaring, perhatikan cara

bangun ; miringkan badan dan bangun secara perlahan.

b) Hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan yang hangat atau

sesak.

c) Bila pusing terus menerus, segera konsultasikan pada

Bidan/Dokter.

3) Pencegahan/farmakologi

Tidak perlu.

4) Tanda bahaya
53

Jika kehilangan kesadaran atau terjatuh, kaji tanda-tanda anemia.

i. Nyeri perut bagian bawah

Trimester II dan IIII

1) Dasar anatomis dan fisiologis

a) Nyeri seperti kram ringan

b) Terasa akibat gerakan tiba-tiba

c) Semakin membesarnya uterus sehingga keluar dari rongga

panggul menuju rongga abdomen.

d) Tertariknya ligamen-ligamen uterus seiring dengan

pembesaran yang terjadi menimbulkan rasa tidak nyaman

dibagian perut bawah.

2) Cara meringankan/mencegah

a) Menganjurkan ibu untuk menghindari berdiri secara tiba-tiba

dari posisi jongkok.

b) Mengajarkan ibu posisi tubuh yang baik, sehingga

memperingan gejala nyeri yang mungkin timbul.

3) Pencegahan/farmakologi

Tidak ada

4) Tanda Bahaya

a) Kehamilan ektopik.

b) Infeksi saluran kencing.

j. Haemorroid (wasir)

Trimester II dan III


54

1) Dasar anatomis dan fisiologis

a) Konstipasi.

b) Tekanan yang meningkat dari uterus gravid terhadap vena

hemorroidal.

c) Dukungan yang tidak memadai bagi vena hemorrhoid dalam

daerah anorectal.

d) Kurangnya klep dalam pembuluh-pembuluh ini yang berakibat

pembalikan dalam aliran darah.

e) Statis, gravitas, tekanan vena yang meningkat dalam vena

panggul, kongesti vena, pembesaran vena-vena hemorhoid.

2) Cara meringankan/mencegah

a) Hindari konstipasi.

b) Makan-makanan bongkahan gunakan bungkusan es, kompres

panas atau mandi sitz.

c) Dengan perlahan masukan kembali ke dalam rectum

seperlunya.

3) Pencegahan/farmakologi

Salep obat luar ; bahan anastesis (memberikan keringanan

sesaat) ; astringent-witch azel, ealamine dan oksida seng ; krim

hidrocortisone.

4) Tanda bahaya

Thrombi.

k. Varices pada kaki dan vulva

1) Dasar anatomis dan fisiologis


55

a) Kongesti vena dalam vena bagian bawah yang meningkat

karena tekanan dari uterus yang membesar.

b) Kerapuhan jaringan elastis akibat pengaruh estrogen.

c) Kecenderungan genetis.

d) Faktor usia dan terlalu lama berdiri.

2) Cara meringankan/mencegah

a) Tinggikan kaki sewaktu tidur/berbaring/duduk.

b) Berbaring dengan posisi kaki ditinggikan kurang lebih 90

derajat berapa kali sehari.

c) Jaga agar kaki jangan bersilangan/bertindihan.

d) Hindari berdiri terlalu lama.

e) Istirahat dalam posisi berbaring miring ke kiri.

f) Senam hamil dan gunakan pakaian longgar dan nyaman.

g) Gunakan kaos kaki.

h) Sediakan penopang fisik untuk variositis vulva dengan bantalan

karet busa yang ditahan ditempat dengan ikat pinggang

sanitari.

3) Pencegahan/farmakologi

Tidak perlu.

4) Tanda bahaya

Tanda tromboplebitis supervisial atau trombosis vena yang

dalam (Indrayani, 2011).

6. Tanda bahaya kehamilan

Pada setiap kujungan antenatal bidan harus mengajarkan pada

ibu bagaimana mengenal tanda-tanda bahaya, dan menganjurkan


56

untuk datang ke klinik dengan segera jika ia mengalami tanda-tanda

bahaya tersebut. Dari beberapa pengalaman akan lebih baik

memberikan pendidikan kepada ibu dan anggota keluarganya,

khususnya pembuat keputusan utama sehingga si ibu akan didampingi

untuk asuhan. Enam tanda-tanda bahaya selama periode antenatal

adalah :

a. Perdarahan vagina

Pada awal kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah

merah, perdarahan banyak, atau perdarahan dengan nyeri (berarti

abortus, KET, molahidatidosa). Pada kehamilan lanjut, perdarahan

yang normal adalah merah, banyak/sedikit, nyeri (berarti plasenta

previa dan solusio plasenta).

b. Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius

adalah sakit kepala hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan

beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat

tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi

kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan

adalah gejala preeclampsia.

c. Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun

senja).

Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang

mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya

pandangan kabur atau berbayang.

d. Nyeri abdomen yang hebat


57

Nyeri yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah istirahat.

Hal ini bisa berarti appendicitis, kehamilan ektopik, abortus,

penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit

kantong empedu, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih, atau

infeksi lain.

e. Bengkak pada muka atau tangan

Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika

muncul pada bagian muka atau tangan, tidak hilang setelah

beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini

dapat merupakan pertanda, anemia, gagal jantung, atau

preeclampsia.

f. Bayi kurang bergerak seperti biasa.

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya pada bulan ke-5 atau

ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal.

Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayu harus banyak

bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi

akan lebih muda terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika

ibu makan dan minum dengan baik (Rukiyah, 2016).

7. Pemantauan khusus Trimester

a. Trimester I dan II

1) Setiap bulan sekali.

2) Diambil data tentang laboratorium.

3) Pemeriksaan ultrasonografi.

4) Nasehat tentang diet gizi seimbang, tambahan protein 0,5

gram/kg.
58

5) Obsevasi adanya penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan

dan komplikasi kehamilan.

6) Rencana untuk pengobatan penyakit, menghindari terjadinya

komplikasi kehamilan dan imunisasi tetanus 1

b. Trimester III

1) setiap dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran

2) evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan

3) Diet gizi seimbang.

4) Pemeriksaan ultrasonografi

5) Imunisasi tetanus II

6) Observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan,

komplikasi trimester III

7) Rencana pengobatan

8) Nasehat tentang tanda inpartu, dan kemana harus datang

melahirkan (Manuaba, 2014).

8. ANC

a. Definisi

ANC adalah asuhan Antenatal adalah upaya preventif program

pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan

neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama

kehamilan (Prawirohardjo, 2014).

ANC adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan

pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba,

2014).
59

ANC adalah suatu program yang terencana berupa observasi,

edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh

suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan

memuaskan (Walyani, 2015).

b. Tujuan

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan

sosial ibu juga bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan, dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI ekslusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal

(Walyani, 2015).

c. Kunjungan ANC

Kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4

kali. Pada Trimester I sebanyak 1x sebelum minggu ke-16, pada

Trimester II sebanyak 1x antara minggu ke 24-28 dan trimester III

2x antara minggu 30-32 dan minggu 36-38 (Moegni, 2013).


60

Kunjungan ulang difokuskan pada pendeteksian komplikasi,

mempersiapkan kelahiran dan kegawatdaruratan. Jadwal

kunjungan sebaiknya :

1) Sampai dengan usia kehamilan 28 minggu, setiap 4 minggu.

2) Antara usia kehamilan 28 – 36 minggu, setiap 2 minggu.

3) Antara usia kehamilan 36 minggu sampai kelahiran, setiap

minggu (Rukiyah, 2016).

d. Standar Asuhan

Pelayanan ANC 5T, meningkat menjadi 7T, dan sekarang

menjadi 12T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemik

malaria menjadi 14 T :

1) Timbang berat badan dan tinggi badan

Sebagian besar ibu yang mempunyai tinggi badan <145 cm

mempunyai resiko panggul sempit sehingga menyulitkan pada

saat persalinan dan beresiko mengalami komplikasi kehamilan

(Manuaba, 2014).

Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil

pengukuran <145 cm. Berat badan ditimbang setiap ibu datang

atau kunjungan untuk mengetahui kenaikan BB dan penurunan

BB. Kenaikan BB ibu hamil normal rata-rata antara 6,5 kilo gram

sampai 16 kilo gram (Walyani, 2015).

Penambahan berat badan merupakan suatu hal yang

menjadi bagian proses kehamilan, penambahan berat badan

pada kehamilan harus dipantau dengan baik. Berat badan yang

mengalami kenaikan secara signifikan dapat menjadi tanda


61

terjadinya gangguan gestasional (preeklamsi) dan ukuran janin

besar. Sedangkan ibu yang tidak mengalami peningkatan berat

badan dapat menjadi faktor penyebab terjadinya pertumbuhan

janin terhambat resiko berat badan lahir bayi rendah (Husin,

2014).

Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan salah

satu indikator status gizi ibu hamil. Ukuran LILA ≤23,5 cm

merupakan pertanda status gizi buruk. Pengukuran LILA

dilakukan pada lengan yang jarang digunakan aktifitas,

dipertengahan antara akromion (ujung bahu) sampai olikranon

(siku) (Mustaghfiroh, 2017).

2) Tekanan darah

Diperiksa setiap kali ibu datang berkunjung. Deteksi

tekanan darah yang cenderuk naik di waspadai adanya gejala

hipertensi dan preeklamsi. Tekanan darah normal berkisar

systole/ diastole 110/80 – 120/80 mmHg, nadi normal 60-80x/

menit, pernafasan 18-20 x/ menit, suhu 36,5-27,5 °C (Walyani,

2015).

3) Pengukuran tinggi fundus uteri

Pengukuran menggunakan pitasentimeter, letakan titik nol

pada tepi atas sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri

(fundus tidak boleh di tekan) (Walyani, 2015).

Menurut Wheeler (2014), apabila tinggi fundus 3 sampai 4

cm lebih kecil dari normal, kemungkinan retardasi pertumbuhan

intrauterine terhambat, presentasi sungsang, infeksi janin,


62

abnormalitas krosom atau genetik, penurunan bagian presentasi

kepala sudah masuk ke pelvis, kematian janin, atau

oligohidramnion (jumlah cairan amnion sedikit). Sedangkan

apabila tinggi fundus melebihi sekitar 3 sampai 4 cm dari normal

kemungkinan bayi makrosomia karena ibu menderita diabetes,

gestasi multipel, bayi secara kontitusional besar, dan

polihidramnion (cairan amnion berlebih). Sehingga salah satu

cara sederhana memantau pertumbuhan dan perkembangan

janin dapat dilakukan dengan menghitung TBJ melalui

pengukuran TFU (Hermawati, 2018).

4) Pemberian tablet tambah darah (Tablet Fe)

Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil

dan nifas, karena masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring

dengan pertumbuhan janin.

Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan

kecukupan oksigenasi jaringan yang diperoleh dari pengikatan

dan pengantaran oksigen melalui Hb didalam sel-sel darah

merah. Diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah

30 mg/hari terutama setelah trimester II untuk menjaga

konsentrasi zat besi yang normal.

Pemerintah menganjurkan bagi ibu hamil untuk

mengkonsumsi paling sedikit 90 pil zat besi selama

kehamilannya. Sedangkan WHO merekomendasikan agar setiap

ibu hamil mengkonsumsi suplemen Fe 60 mg per hari selama 6

bulan. Jika tidak dapat mengkonsumsi selama 6 bulan


63

(mengkonsumsi pada waktu yang lebih singkat) dosisnya

dinaikkan menjadi 120mg/hari atau melanjutkan

mengkonsumsinya hingga 3 bulan postpartum (Mustaghfiroh,

2017).

5) Pemberian imunisasi TT

Tetanus toxoid (TT) yang dapat mencegah penyakit

tetanus. Selama kehamilan ibu hendaknya mendapatkan

minimal 2 dosis (TT 1 dan TT 2 dengan interval 4 minggu dan

TT 3 sesudah 6 bulan berikutnya). Ibu hamil dengan status TT 1

diharapkan mendapatkan suntikan TT 2 dan TT 3 dengan

interval 6 bulan (bukan 4 minggu/ 1 bulan). Bagi ibu hamil

dengan status TT 2 maka bisa diberikan 1 kali suntikan bila

interval suntikan sebelumnya lebih dari 6 bulan. Bila statusnya

TT 3 maka suntikan selama hamil cukup satu kali dengan jarak

minimal 1 tahun dari suntikan sebelumnya. Ibu hamil dengan

status TT 4 pun dapat diberikan sekali suntikan TT 5 bila

disuntikan terakhir telah lebih dari setahun dan bagi ibu hamil

dengan status TT 5 tidak perlu di suntik TT lagi karena telah

mendapatkan kekebalan seumur hidup (25 tahun) (Sulistyawati,

2016). Vaksin TT diberikan pada trimester III atau akhir

trimester II (setelah usia kehamilan 20 minggu). Apabila tidak

diberikan selama kehamilan dianjurkan agar tetap diberikan

segera setelah persalinan (Husin, 2014).


64

Untuk melindungi dari tetanus neonatorum. Efek samping

TT yaitu, nyeri, kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari

pada tempat menyuntikan.

Tabel 2.4
Imunisasi TT
Perlindungan Masa
Imunisasi Interval
(%) perlindungan

Pada kunjungan ANC


TT 1 0% Tidak ada
pertama

TT 2 4 minggu setelah TT 1 80% 3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 95% 5 tahun

TT 4 1 tahun setelah TT 3 99% 10 tahun

25 tahun /
TT 5 1 tahun setelah TT 4 99% seumur
hidup.
(Walyani, 2015).

6) Pemberian Hb

Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang

pertama kali, lalu di periksa lagi menjelang persalinan.

Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk deteksi anemia

pada ibu hamil. Pemeriksaan darah pada kehamilan trimester III

dilakukan untuk mendeteksi anemia atau tidak (Walyani, 2015).

Klasifikasi anemia sebagai berikut :

Hb 11 gr% : tidak anemia.

Hb 9-10 gr% : anemia ringan.

Hb 7-8 gr% : anemia sedang.

Hb ≤ 7 gr% : anemia berat (Jannah, 2012).


65

7) Pemeriksaan Protein urine

Untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil.

Protein urine ini mendeteksi ibu hamil ke arah preeklamsi.

Pemeriksaan protein urine dilakukan pada kehamilan trimester

III untuk mengetahui komplikasi adanya preeklamsi dan pada

ibu. Standar kekeruhan protein urine adalah :

Negatif : Urine jernih

Positif 1 (+) : Kekeruhan ringan tanpa butir-butir

Positif 2 (++) : Kekeruhan mudah dilihat dan nampak butir-butir

Positif 3 (+++) : Jelas keruh dengan kepingan-kepingan

Positif 4 (++++) : Sangat keruh dengan kepingan-kepingan

besar dan bergumpal-gumpal atau memadat (Husin, 2014).

8) Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL

Pengambilan veneral desease research laboratory

(VDRL) untuk mengetahui adanya treponema

pallidum/penyakit menular seksual, antara lain syphilish

(Walyani, 2015). Keuntungan dan screening inipun dapat

mencegah kelahiran prematur, kematian neonatal dan penyakit

kongenital pada bayi serta dapat menghentikan penularan ke

pasangan seksual. Semua ibu hamil harus di test pada

kunjungan prenatal pertama dan pemeriksaan ulangan perlu

dilakukan pada trimester ketiga dan saat melahirkan (Husin,

2014).
66

9) Pemeriksaan urine reduksi.

Dilakukan pemeriksaan urine reduksi untuk mengetahui

ada tidaknya glukosa pada urine dan merupakan skrining

terhadap DM/penyakit gula. Pemeriksaan diabetes gestasional

dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan ibu hamil. Semua

wanita harus menjalani penapisan diabetes pada kehamilan 26-

28 minggu, beberapa kebijakan menetapkan tes diulang hanya

jika ada indikasi seperti wanita dengan obesitas berlebihan,

riwayat penyakit gula/DM atau riwayat penyakit gula pada

keluarga ibu atau suami harus dilakukan tes gula darah

secepatnya. Cara menilai hasil :

Negatif : Tetap biru atau sedikit kehijau-hijauan.

Positif 1 (+) : Hijau kekuning-kuningan dan keruh (0,5-1%).

Positif 2 (++) : Kuning keruh (1-1,5%)

Positif 3 (+++) : Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5%).

Positif 4 (++++) : Merah keruh (>3,5%) (Husin, 2014).

10) Perawatan payudara

Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan

payudara yang ditunjukkan kepada ibu hamil. Manfaat

perawatan payudara adalah :

a) Menjaga kebersihan payudara, terutama puting susu.

b) Mengencangkan serta memperbaiki bentuk puting susu (pada

puting susu terbenam).

c) Merangsang kelenjar-kelenjar susu sehingga produksi ASI

lancar.
67

d) Mempersiapkan ibu dalam laktasi.

e) Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi

dan mulai pada kehamilan 6 bulan.

11) Senam ibu hamil

Bermanfaat membantu ibu dalam persalinan dan

mempercepat pemulihan setelah melahirkan serta mencegah

sembelit (Walyani, 2015). Senam hamil dapat dimulai pada usia

kehamilan 22 minggu dan dilakukan atas nasehat dokter atau

bidan. Anjuran senam hamil terutama ditujukan pada ibu

dengan kondisi kehamilan normal, atau tidak terdapat keadaan-

keadaan yang mengandung risiko baik untuk ibu maupun janin.

Pada kehamilan trimester III dilakukan latihan senam hamil

untuk pembentukan sikap tubuh yang bertujuan untuk melatih

kelenturan dan pengencangan otot-otot abdomen dan dasar

panggul, latihan dengan berjongkok perlahan untuk melatih

kelenturan otot panggul, dan latihan kontraksi dan relaksasi

untuk melatih kekuatan otot-otot leher, bahu perut dan otot

dasar panggul, serta latihan pernafasan untuk mengejan (Husin,

2014).

12) Pemberian obat malaria

Pemberian obat malaria diberikan khusus untuk pada ibu

hamil di daerah endemik malaria atau kepada ibu dengan gejala

khas malaria yaitu panas tinggi disertai menggigil.


68

13) Pemberian kapsul minyak beryodium

Kekurangan yodium dipengaruhi oleh faktor-faktor

lingkungan dimana tanah dan air tidak mengandung unsur

yodium. Akibat kekurangan yodium dapat mengakibatkan

gondok dan kretin yang ditandai dengan :

a) Gangguan fungsi mental.

b) Gangguan fungsi pendengaran.

c) Gangguan pertumbuhan.

d) Gangguan kadar hormon yang rendah.

14) Temu wicara

a) Definisi konseling

Adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk

menolong orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik

mengenai dirinya dalam usahanya untuk memahami dan

mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya.

b) Prinsip-prinsip konseling

Ada 5 prinsip pendekatan kemanusiaan, yaitu :

(1) Keterbukaan

(2) Empati

(3) Dukungan

(4) Sikap dan respon positif

(5) Setingkat atau sama derajat


69

c) Tujuan konseling pada antenatal care

(1) Membantu ibu hamil memahami kehamilannya dan

sebagai upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak

diinginkan.

(2) Membantu ibu hamil untuk menemukan kebutuhan

asuhan kehamilan, penolong persalinan yang bersih

dan aman atau tindakan klinik yang mungkin

diperlukan (Walyani, 2015).

(3) Asuhan/konseling tiap trimester

Trimester I

(a) Penapisan dan pengobatan anemia.

(b) Perencanaan persalinan.

(c) Pencegahan komplikasi akibat kehamilan dan

pengobatan

Trimester II

(a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan

pengobatannya.

(b) Penapisan preeklamsia, infeksi alat reproduksi, dan

saluran perkemihan.

(c) Mengulang perencanaan persalinan.

Trimester III

(a) Sama seperti kunjungan II dan III.

(b) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.

(c) Memantau rencana persalinan.

(d) Mengenali tanda-tanda persalinan (Dewi, 2011).


70

B. Persalinan

1. Definisi

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Nurhayati, 2019).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari rahim ibu. persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai dengan penyulit (Marmi, 2016).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri) (Nurasiah, 2012).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya kontraksi

persalinan sejati, yang di tandai dengan perubahan serviks secara

progresif dan di akhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati, 2012).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi dari

rahim ibu melalui jalan lahir atau dengan jalan lain yang kemudian janin

dapat hidup kedunia luar. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus

berkontraksi, sehingga menyebabkan perubahan pada serviks (membuka


71

dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap

(Rohani, 2011).

2. Teori permulaan persalinan

a. Teori Keregangan

1) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu.

2) Setelah melewati batas tersebut, maka akan terjadi kontraksi

sehingga persalinan dapat dimulai.

b. Teori Penurunan Progesteron

1) Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28

minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga

pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.

2) Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot

rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.

3) Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai

tingkat penurunan progesteron tertentu.

c. Teori Oksitosin Internal

1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.

2) Perubahan keseimbahan estrogen dan progesteron dapat

mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi

kontraksi Braxton Hicks.

3) Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya usia

kehamilan menyebabkan oksitosin meningkat aktivitas

sehingga persalinan dimulai.


72

d. Teori Prostaglandin

1) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15

minggu, yang dikeluarkan dari desidua.

2) pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan

kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan.

3) Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan

(Manuaba, 2014).

3. Tanda dan gejala persalinan

Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat :

a. Terjadi Lightening

Menjelang minggu ke-36, tanda primigravida terjadi penurunan

fundus uteri karena bayi sudah masuk pintu atas panggul yang

disebabkan; kontraksi Broxton Hiks, ketegangan dinding perut,

ketegangan ligamentum Rotundum, dan gaya berat janin dimana

kepala ke arah bawah. Masuknya bayi ke pintu atas panggul

menyebabkan ibu merasakan.

1) Ringan dibagian atas, dan rasa sesaknya berkurang.

2) Bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal.

3) Terjadinya kesulitan saat berjalan.

4) Sering kencing (pollyuria).

b. Terjadinya His Permulaan

Makin tua kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron

makin berkurang sehingga produksi oksitosin meningkat, dengan

demikian dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering, his


73

permulaan ini lebih sering diistilahkan sebagai his palsu. Sifat his

palsu, antara lain:

1) Rasa nyeri ringan dibagian bawah.

2) Datangnya tidak teratur.

3) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda

kemajuan persalinan.

4) Durasinya pendek.

5) Tidak bertambah bila beraktivitas.

Tanda-tanda Timbulnya Persalinan (Inpartu)

Tanda-tanda inpartu :

a. Terjadinya His Persalinan

His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan

rasa nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks

kontraksi rahim dimulai pada 2 face maker yang letaknya didekat

cornu uteri. His yang menimbulkkan pembukaan serviks dengan

kecepatan tertentu disebut his efektif. His efektif mempunyai sifat;

adanya dominan kontraksi uterus pada fundus uteri (fundal

dominance), kondisi berlangsung secara syncron dan harmonis,

adanya intensitas kontraksi yang maksimal diantara dua kontraksi,

irama teratur dan frekuensi yang kian sering, lama his berkisar 45-

60 detik (Marmi, 2016).

Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi, tergantung pada

kala persalinan wanita tersebut. Kontraksi pada persalinan aktif

berlangsung dari 45 sampai 90 detik dengan durasi rata-rata 60

detik. Pada persalinan awal, kontraksi hanya mungkin berlangsung


74

15 sampai 20 detik. Frekuensi kontraksi ditentukan dengan

mengukur waktu dari permulaan satu kontraksi kepermulaan

kontraksi selanjutnya. Kontraksi biasanya disertai dengan rasa

sakit, nyeri, makin mendekati kelahiran (Walyani, 2015).

Pengaruh his sehingga dapat menimbulkan : terhadap desakan

daerah uterus (meningkat), terhadap janin (penurunan), terhadap

korpus uteri (dinding menjadi tebal), terhadap itsmus uterus

(teregang dan menipis), terhadap kanalis servikalis (effacement dan

pembukaan).

His persalinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Pinggangnya terasa sakit dan menjalar ke depan.

2) Sifat his teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan semakin

besar.

3) Terjadinya perubahan pada serviks.

4) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan,

maka kekuatannya hisnya akan bertambah.

b. Keluarnya lendir bercampur darah pervaginam (show)

Lendir bercampur darah berasal dari pembukaan yang

menyebabkan lepasnya lendir berasal dari kanalis servikalis.

Sedangkan pengeluaran darah disebabkan robeknya pembuluh

darah waktu serviks membuka.

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya

selaputr ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan

persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun apabila tidak


75

tercapai, maka persalinan harus diakhiri dengan tindakan tertentu,

misalnya ekstasi vakum atau sectio caesaria.

d. Dilatasi dan effacement

Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-

angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah pendataran atau

pemendekan kanalis servikalis yang semula panjang 1-2 cm

menjadi hilang Sama sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang

tipis seperti kertas (Marmi, 2016).

4. Faktor yang mempengaruhi persalinan

a. Power (Kekuatan/tenaga)

Power adalah kekuatan atau tenaga yang mendorong janin

keluar. Kekuatan tersebut meliputi :

1) His Pendahuluan atau His Palsu

Merupakan peningkatan kontraksi dari Braxton Hicks.

Frekuensi dari jenis his ini tidak teratur dan menyebabkan nyeri

di perut bagian bawah dan lipat paha, tetapi tidak

menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang ke perut

bagian bawah seperti his persalinan. Lamanya kontraksi

pendek dan tidak bertambah kuat dengan majunya waktu,

bertentangan dengan his persalinan yang makin lama makin

kuat. His Pendahuluan tidak memberikan pengaruh pada

serviks (Sondakh, 2013).

2) Pembagian dan sifat-sifat his

a) His pendahuluan, adalah his yang tidak terlalu kuat, tidak

teratur dan menyebabkan bloody show.


76

b) His pembukaan, adalah pembukaan serviks sampai terjadi

pembukaan 10 cm, mulai kuat, teratur dan terasa sakit

atau nyeri.

c) His pengeluaran, adalah his yang sangat kuat, teratur,

simetris, terkoordinasi dan lama. Merupakan his untuk

mengeluarkan janin. Koordinasi bersama antara his

kontraksi otot perut, kontraksi diafragma dan ligamen.

d) His pelepasan uri (kala III) adalah Kontraksi sedang untuk

melepaskan dan melahirkan plasenta.

e) His pengirim adalah kontraksi lemah, masih sedikit nyeri,

pengecilan rahim dalam beberapa jam atau hari.

3) Tenaga Mengedan

Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah

atau dipecahkan, serta sebagian presentasi sudah berada

didasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat

mendorong keluar dibantu dengan keinginan ibu untuk

mengedan atau usaha volunteer. Keinginan mengedan ini

disebabkan karena :

e) Kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan

peninggian tekanan intra abdominal dan tekanan ini

menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan

untuk mendorong keluar.

f) Tenaga ini serupa dengan tenaga mengedan sewaktu buang

air besar (BAB), tapi jauh lebih kuat .


77

g) Saat kepala sampai kedasar panggul, timbul reflex yang

mengakibatkan ibu menutup glotisnya, mengkontraksikan

otot-otot perut dan menekan diafragma ke bawah.

h) Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil bila pembukaan

sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada his.

i) Tanpa tenaga mengedan bayi tidak akan lahir (Nurasiah,

2012).

b. Passage (Jalan Lahir)

Passage atau Jalan lahir terdiri atas bagian keras tulang-tulang

panggul (rangka panggul) dan bagian lunak (otot-otot, jaringan-

jaringan dan ligamen-ligamen) (Kuswanti, 2014).

1) Bagian keras : Tulang panggul

a) Os Coxae (Tulang Innominata).

Tabel 2.5
Tulang Panggul
Jenis Tulang Terdapat
Os ilium (tulang usus)  Crista iliaca
 Spina iliaca anterior superior
 Spina iliaca posterior
superior
 Spina iliaca posterior inferior
 Spina iliaca anterior inferior
 Incisura ischiadica mayor
 Linea inominata
 Corpus os ilii
Os ischium (tulang  Spina ischiadica
duduk)  Inchisura ischiadica minor
 Tuber ischiadicum
 Acetabulum
 Ramus superior ossis ischii
 Ramus inferior inferior ossis
ischii
 Corpus os ischii
Os pubis (tulang  Foramen obturatorium
kemaluan)  Ramus superior ossis pubis
 Ramus inferior ossis pubis
78

 Linea illiopectinea
 Corpus pubis
 Tuber culum pubicum
 Arcus pubis
 Simfisis pubis
Os sacrum (tulang  Promontorium
kelangkang)  Foramen sacralia anterior
 Crista sacralis
 Vertebra sacralis
 Ala sacralis
 Vertebra lumbalis
Os coccygeus (tulang  Vertebra cocyges
tungging)
(Nurasiah, 2012)

b) Bagian lunak panggul : Otot-otot ligament-ligament

Bagian lunak panggul terdiri dari otot-otot dan

ligamentum yang meliputi dinding panggul sebelah dalam

dan menutupi panggul sebelah bawah (Nurasiah, 2012).

2) Bentuk Panggul.

Scaldwell-Moloy mengemukakan 4 bentuk dasar panggul :

a) Panggul Gynecoid

Panggul paling baik untuk wanita bentuk PAP hampir

bulat. Panjang diameter antero-posterior kira sama dengan

diameter transversa. Ditemukan pada 45% wanita.

b) Panggul android

Bentuk PAP hampir segitiga. Umumnya pria mempunyai

jenis seperti ini, panjang diameter antero-posterior hampir

sama dengan diameter transversa, akan tetapi yang terakhir

ini jauh lebih mendekati sacrum. Dengan demikian bagian

belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagian

depannya menyempit ke muka. ditemunkan pada 15%

wanita.
79

c) Panggul anthropid

Bentuk PAP agak lonjong seperti telur. Panjang

diameter antero-posterior lebih besar daripada diameter

transversa. Ditemukan pada 35% waniita.

d) Panggul platypelloid

Jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada

arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar dari

pada muka belakang. Ditemukan pada 5% wanita

(Kuswanti, 2014).

Gambar 2.1
Jenis-jenis Panggul

c. Passenger (Janin dan Plasenta)

Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala

janin. Posisi dan besar kepala dapat memengaruhi jalan persalinan.

Kepala janin banyak mengalami cedera pada saat persalinan

sehingga dapat membahayakan kehidupan janin. pada persalinan,

karena tulang-tulang masih dibatasi fontanel dan sutura yang belum

keras, maka pinggir tulang dapat menyisip antara tulang satu

dengan tulang yang lainnya (moulage), sehingga kepala bayi

bertambah kecil biasanya jika kepala janin sudah lahir maka


80

bagian-bagian lain janin akan dengan mjudah menyusul (Kuswanti,

2014).

1) Janin

Janin merupakan passanger utama dan dapat

memengaruhi jalannya persalinan karena besar dan posisinya.

Bagian janin yang paling penting adalah kepala karena

mempunyai ukuran yang paling besar, sebesar 90% bayi di

Indonesia dilahirkan dengan letak kepala.

2) Plasenta

Plasenta merupkan bagian dari passanger yang

menyerupai janin yang dilahirkan melalui jalan lahir. Kehadiran

plasenta jarang menjadi hambatan dalam persalinan normal

(Sondakh, 2013).

d. Psikologis

Persalinan merupakan proses dramatis dari kondisi biologis

dan psikologis yang dialami oleh sebagian besar ibu hamil.

Sebagian besar wanita menganggap hal tersebut sebagai salah

satu hal yang kodrati. Banyak persiapan yang dilakukan sejak awal

kehamilan dan banyak faktor yang dapat mempengaruhi, serta

yang akan mendukung lancarnya proses persalinan. Faktor

psikologi merupakan salah satu faktornya yang dapat memengaruhi

kelancaran dari proses persalinan.


81

e. Pysician (Penolong)

Penolong persalinan adalah seseorang yang memiliki

pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk membantu ibu dalam

menjalankan proses persalinan. Faktor penolong ini memegang

peranan penting dalam membantu ibu bersalin karena

memengaruhi kelangsungan hidup ibu dan bayi (Sondakh, 2013).

5. Mekanisme persalinan

a. Penurunan kepala

Terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari

kontraksi Uterus yang efektif, posisi serta kekuatan meneran dari

pasien.

b. Penguncian (Engagement)

Tahap penurunan pada waktu diameter Biparietal dari kepala janin

telah melalui lubang masuk panggul pasien.

c. Fleksi

Dalam proses masuknya kepala janin kedalam panggul, fleksi

menjadi hal yang sangat penting karena dengan fleksi diameter kepala

janin terkecil dapat bergerak melalui panggul dan terus menuju dasar

panggul. Pada saat kepala bertemu dengan dasar panggul,

tahanannya akan meningkatkan fleksi menjadi bertambah besar yang

sangat diperlukan agar saat sampai di dasar panggul kepala janin

sudah dalam keadaan fleksi maksimal.


82

d. Putaran faksi dalam

Putaran internal dari kepala janin akan membuat diameter

Anteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala menyesuaikan diri

dengan diameter Anteroposterior dari panggul pasien. Kepala akan

berputar dari arah diameter kanan, miring kearah diameter pintu atas

panggul dari panggul tetapi bahu tetap miring ke kiri, dengan demikian

hubungan normal antara panjang kepala janin dengan panjang dari

bahu akan berubah dan leher akan berputar 45º. Hubungan antara

kepala dan panggul ini akan terus berlanjut selama kepala janin masih

berada di dalam panggul. Pada umumnya rotasi penuh dari kepala ini

akan terjadi ketika kepala telah sampai di dasar panggul atau segera

setelah itu. Perputaran kepala yang dini kadang-kadang terjadi pada

Multipara atau pasien yang mempunyai kontraksi efisien.

e. Lahirnya kepala dengan cara Ekstensi

Cara kelahiran ini untuk kepala dengan posisi Oksiput Posterior.

Proses ini terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul, dimana

gaya tersebut membentuk lengkungan carus, yang mengarahkan

kepala ke atas menuju lorong Vulva. Bagian leher belakang di bawah

Oksiput akan bergeser ke bawah Simfisis Pubis dan bekerja sebagai

titik poros (Hipomoklion). Uterus ini berkontraksi kemudian

memberikan tekanan tambahan di kepala yang menyebabkan ekstensi

lebih lanjut saat lubang Vulva Vagina membuka leher.


83

f. Restitusi

Restitusi adalah perputaran kepala sebesar 45º baik ke kanan

atau ke kiri, bergantung kepada arah dimana dia mengikuti perputaran

menuju posisi Oksiput Anterior.

g. Putaran paksi luar

Putaran ini terjadi secara bersamaan dengan putaran internal dari

bahu. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan

mengalami perputaran dalam arah yang sama dengan kepala janin

agar terletak dalam diameter yang besar dari rongga panggul. Bahu

Anterior akan terlihat pada lubang Vulva-Vaginal, dimana dia akan

bergeser ke bawah Simfisis Pubis.

h. Lahirnya bahu dan seluruh anggota badan bayi (Ekspulsi)

Bahu posterior akan mengembungkan Perineum dan kemudian

dilahirkan dengan cara fleksi lateral. Setelah bahu dilahirkan, seluruh

tubuh janin lainnya akan dilahirkan mengikuti sumbu carus

(Sulistyawati, 2012).

6. Tahap persalinan normal

a. Kala I

Kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm

(pembukaan lengkap). Proses ini terbagi menjadi dua fase, yaitu

fase laten pembukaan serviks 1 hingga 3 cm, sekitar 8 jam. Fase

aktif pembukaan serviks 4 hingga 10 cm, sekitar 6 jam (Moegni,

2013).
84

Pemantauan kala I pada persalinan yaitu, pemeriksaan TD

dilakukan setiap 4 jam sekali, Nadi setiap 30 menit sekali, Suhu

tubuh setiap 2 jam sekali, DJJ setiap 30 menit sekali, Kontraksi

uterus setiap 30 menit sekali dan periksa dalam dilakukan 4 jam

sekali atau jika ada indikasi (Rohani, 2016).

Berdasarkan kurva friedman :

1) Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan

menjadi 4 cm.

2) Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam

pembukaan berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

3) Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam

pebukaan 9 cm menjadi 10 cm / lengkap (Walyani, 2015).

Lama kala I untuk primigravida berlangsung 2 jam dengan

pembukaan 1 cm perjam sedangkan pada multigravida

pembukaan 2 cm perjam. Pemeriksaan fisik yang dilakukan

pada ibu dalam persalinan merupakan pemeriksaan fisik

terfokus diantaranya :

1) Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu , suasana hati, tingkat

kegelisahan, nyeri kontraksi, warna konjungtiva, kebersihan,

status gizi dan kecukupan cairan tubuh.

2) Tanda-tanda vital ibu (tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan)

dilakukan diantara dua kontraksi.

3) Pemeriksaan abdomen

a) Menentukan tinggi fundus uteri


85

Pengukuran dilakukan saat uterus tidak berkontraksi,

diukur antara tepi atas simfisis pubis dan puncak pundus

uteri.

b) Memantau kontraksi uterus

Perhitungan jumlah kontraksi dan durasi kontraksi

dilakukan dalam 10 menit.

c) Memantau denyut jantung janin

DJJ dinilai selama minimal 60 detik. indikasi gawat janin

adalah DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali per menit,

anjurkan ibu untuk miring ke kiri dan relaksasi, nilai kembali

DJJ setelah 5 menit, jika tidak ada perubahan, siapkan

rujukan.

d) Menentukan presentasi

Menggunakan ibu jari dan jari tengah pada satu tangan,

tangan yang lain memfiksasi fundus, pegang bagian

terbawah janin. Jika teraba bulat, keras, berbatas tegas dan

mudah digerakkan (belum masuk panggul) biasanya adalah

kepala. Jika teraba bulat lunak atau kenyal, relative lebih

besar dan sulit dipegang dengan mantap maka bagian

tersebut biasanya adalah bokong.

e) Menentukan penurunan bagian terbawah janin

4) Pemeriksaan dalam

Yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dalam adalah,

tentukan konsistensi dan pendataran serviks, mengukur

besarnya pembukaan, menilai selaput ketuban, menentukan


86

presentasi dan seberapa jauh bagian terbawah janin telah

melalui jalan lahir (Eniyati, 2012).

a. Kala II

Pada kala ini, his terkoordinir kuat, cepat, dan lebih lama terjadi

setiap 2-3 menit. Kepala telah turun memasuki ruang panggul

sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang

menimbulkan rasa ingin mengejan. Tekanan pada rectum akibat

penurunan kepala tersenut, menyebabkan ibu ingin mengejan seperti

mau buang air besar, dengan tanda anus membuka. Pada waktu his,

kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum

meregang. Adanya his yang terpimpin, akan lahirlah kepala yang

diikuti seluruh badan bayi (Eniyati, 2012).

Proses fisiologis kala II biasanya berlangsung 2 jam pada

primigravida dan 1 jam pada multigravida. Kontraksi yang terjadi

selama kala II adalah sering, kuat, dan sedikit lebih lama yaitu kira-

kira 2 menit yang berlangsung 60-90 detik (Nurhayati, 2019).

b. Kala III

Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah

bayi lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras

dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi

tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his

pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1-5 menit plasenta

terlepas terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau

dengan sedikit dorongan (brand androw), seluruh proses biasanya

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Dan pada pengeluaran


87

plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-

200 cc (Walyani, 2015).

Segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap, sekitar

30 menit (Moegni, 2013). Manajemen aktif kala III yaitu setelah bayi

lahir palpasi abdomen memastikan apakah ada janin kedua,

suntikan oksitosin 10 UI disisi lateral 1/3 atas paha pasien secara

IM segera setelah bayi lahir, melakukan PTT (peregangan pusat

terkendali), melahirkan plasenta, lakukan massase fundus uterus

selama 15 detik (Sulistyawati, 2012).

1) Fase pelepasan plasenta

a) Secara Schultze

Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta,

pada pelepasan plasenta secara schultze tidak ada

perdarahan sebelum plasenta lahir atau sekurang-kurangnya

terlepas seluruhnya. Pelepasan secara Schultze adalah cara

yang paling sering kita jumpai.

b) Secara Duncan

Pada pelepasan secara duncan pelepasan mulai pada

pinggir plasenta. Darah mengalir keluar antara selaput

janindan dinding rahim, jadi perdarahan sudah ada sejak

sebagian dari plasenta terlepas dan terus berlangsung sampai

seluruh plasenta lepas. Plasenta lahir dengan pinggirnya

terlebih dahulu. Pelepasan secara duncan terjadi pada

plasenta letak rendah.


88

2) Fase pelepasan amniokorion

3) Fase pengeluaran plasenta

Prasat - prasat untuk mengetahui lepasnya plasenta :

a) Kustner

Dengan meletakkan tangan disertai tekanan tangan pada

atas simpisis, tali pusat ditegangkan, maka bila tali pusat

masuk berarti belum lepas, apabila memanjang berarti sudah

lepas.

b) Klein

Sewaktu ada his, rahim kita dorong sedikit, bila tali pusat

kembali masuk berarti belum lepas, bila diam atau turun

berarti sudah lepas.

c) Strassman

Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali

pusat bergetar berarti belum lepas, jika tidak bergetar berarti

sudah lepas (Eniyati, 2012).

c. Kala IV

Kala IV adalah masa 2 jam setelah plasenta lahir. Dalam kala

IV ini penderita masih membutuhkan pengawasan yang intensif

karena perdarahan. Pemantauan kala IV dilakukan secara

menyeluruh. Pemantauan dilakukan pada tekanan darah, suhu, dan

tanda vital lainnya, tonus uterus dan kontraksi, tinggi fundus uterus,

kandung kemih, serta perdarahan pervaginam. Pelaksanaan

pemantauan dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama


89

pascapersalinan dan dilanjutkan dengan setiap 30 menit setelah

jam kedua pascapersalinan (Rohani, 2016).

Ada 7 pokok hal penting yang harus diperhatikan :

1) Kontraksi uterus

2) Tidak ada pendarahan dari jalan lahir

3) Plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap

4) Kandung kemih kosong

5) Luka perineum terawat

6) Bayi dalam keadaan baik

7) Ibu dalam keadaan baik (Eniyati, 2012).

7. Perubahan fisiologi pada ibu saat bersalin

a. Uterus

Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh ototnya

berkontraksi. Proses ini akan efektif hanya jika his bersifat

fundaldominan, yaitu kontraksi didominasi oleh otot fundus yang

menarik otot bawah rahim ke atas sehingga akan menyebabkan

pembukaan serviks dan dorongan janin ke bawah secara alami.

b. Serviks

Pada kala II, serviks sudah menipis dan dilatasi maksimal. Saat

dilakukan pemeriksaan dalam, portio sudah tidak teraba dengan

pembukaan 10cm.

c. Pergeseran Organ Dasar Panggul

Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin akan

menyebabkan pasien ingin meneran, serta diikuti dengan perineum

yang menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia


90

mulai membuka dan tak lama kemudian kepala janin tampak pada

vulva saat ada his.

d. Ekspulsi Janin

Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi kepala janin sudah

tidak masuk lagi diluar his. Dengan his serta kekuatan meneran

maksimal kepala janin dilahirkan dengan sub oksiput dibawah

simfisis, kemudian dahi, muka dan dagu melewati perineum setelah

istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan

angota tubuh bayi. Pada primigravida, kala II berlangsun kira-kira 1

setengah jam sedangkan pada multi gravida setengah jam.

e. Tekanan Darah

Tekanan darah dapat meningkat lagi 15-25 mmHg selama kala II

persalinan upaya meneran juga akan mempengaruhi tekanan darah,

dapat meningkat dan kemudian menurun kemudian ahirnya kembali

lagi sedikit diatas normal, rata-rata normal peningkatan tekanan

darah selama kala II adalah 10 mmHg.

f. Metabolisme

Peningkatan metabolisme terus berlanjut hingga kala II

persalinan. Upaya meneran pasien menambah aktivitas otot-otot

rangka sehingga meningkatkan metabolisme.

g. Denyut Nadi

Frekuensi denyut nadi bervariasi tiap kali pasien meneran.

Secara keseluruhan frekuensi nadi meningkat selama kala II di sertai

takikardi yang nyata ketika mencapai puncak menjelang kelahiran

bayi.
91

h. Suhu

Peningkatan suhu tertinggi pada saat proses persalinan dan

segera setelahnya. Peningkatan suhu normal 0.5° – 1° C.

i. Pernapasan

Sedikit peningkatan frekuensi pernafasan dianggap normal

selama persalinan hal tersebut mencerminkan peningkatan

metabolisme meskipun sulit untuk memperoleh temuan yang akurat

mengenai frekuensi pernafasan karena sangat dipengaruhi oleh rasa

senang, nyeri, rasa takut, dan penggunaan teknik pernafasan.

j. Perubahan renal (berkaitan dengan ginjal)

Poliuri sering terjadi selama persalian kondisi ini dapat

diakibatkan kerena peningkatan lebih lanjut curah jantung selama

persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerolus dan

aliran plasma ginjal poliuri menjadi kurang jelas pada posisi telentang

karena posisi membuat aliran urine berkurang selama kehamilan.

Kandung kemih harus sering dikontrol (setiap 2 jam) yang bertujuan

agar tidak menghambat penurunan bagian terendah janin dan trauma

pada kandung kemih serta menghindari retensi urin setelah

melahirkan. Protein dalam urin (+1) selama persalinan merupakan

hal yang wajar, tetapi Protein urin (+2) merupakan hal yang tidak

wajar, keadaan ini lebih sering pada ibu Primipara, Anemia,

persalinan lama atau pada kasus Pre-eklamsia.


92

k. Gastrointestinal

Motilitas dan absorpsi lambung terhadap makanan padat jauh

berkurang apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut

sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran cerna

bekerja dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung

menjadi lebih lama.

l. Hematologi

Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 mg % selama persalinan

dan kembali kekadar sebelum persalinan pada hari pertama

pascapersalinan jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal

(Sulistyawati, 2012).

8. 60 langkah APN (Asuhan Persalinan Normal)

a. Melihat Tanda dan Gejala Kala II

1) Mendengar dan melihat tanda kala II persalinan.

a) Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran.

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum

dan vaginanya.

c) Perineum tampak menonjol.

d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan

esensial siap untuk emnolong persalinan dan penatalaksanaan

komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asuhan bayi baru lahir

atau resusitasi siapkan :

a) Tempat datar, rata, bersih, kering, dan hangat.


93

b) 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu

bayi).

c) Alat penghisap lendir.

d) Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.

Untuk Ibu :

a) Menggelar kain diperut ibu.

b) Menyiapkan oksitosin 10 unit.

c) Alat suntik steril sekali pakai didalam partus set.

3) Pakai APD lengkap meliputi : celemek plastik atau dari bahan

yang tidak tembus cairan, penutup kepala, kacamata, dan

sepatu bot.

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai,

cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

mengeringkan tangan dengan handuk pribadi yang bersih dan

kering.

5) Memakai 1 sarung tangan DTT pada tangn yang akan

digunakan untuk pemeriksa dalam.

6) Memasukan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan

memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan

pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

c. Memastikan pembukaan Lengkap dengan Janin Baik

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-

hati dari anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan

kapas atau kassa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat

tinggi.
94

a) Jika introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi

oleh tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke

belakang.

b) Buang kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi)

dalam wadah yang tersedia.

c) Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan

rendam sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5%..

8) Lakukan pemeriksa dalam untuk memastikan pembukaan

lengkap. Bila selaput ketuban masih utuh, saat pembukaan

sudah lengkap maka lakukan amniotomi.

9) Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih

memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%,

lepaska sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit). cuci kedua tangan

setelah sarung tangan dilepaskan.

10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus

mereda (relaksasi) untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas

normal (120-160x/menit).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ, dan

semua temuan pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke

dalam partograf.
95

d. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses

Meneran

11) Memberitahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan

posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

a) tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran,

lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu serta

janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan

dokumentasikan semua temuan yang ada.

b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk

mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran

secara benar.

12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi ibu untuk meneran.

jika ada rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada

kondisi ini, ibu diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang

diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.

13) Lakukan bimbingan meneran saat ibu merasa ingin meneran atau

timbul kontraksi yang kuat :

a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.

b) Dukung dan memberi semangat pada saat meneran dan

perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.

c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan

pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu

yang lama).

d) Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.


96

e) Anjurkan keluarga memberi mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

f) Berikan cukup asupan cairan per oral (minum).

g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir

setelah pembukaan lengkap dan dipimpin meneran ≥120

menit (2 jam) pada primigravida atau ≥60 menit (1 jam) pada

multigravida.

14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi

yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk

meneran dalam selang waktu 60 menit.

e. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

15) Letakan handuk yang bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut

bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva 5-6 cm.

16) Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong

ibu

17) Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan

peralatan dan bahan.

18) Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

f. Menolong Kelahiran Bayi

Lahirnya Kepala

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih

dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk


97

mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.

Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat.

20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi) dan segera lanjutkan proses

kelahiran bayi. Perhatikan !

a) Jika tali pusat melilit leher janin secara longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi secara kuat, klem tali pusat di

dua tempat dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut.

21) Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung

secara spontan.

Lahirnya Bahu

22) Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara

biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. dengan

lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu

depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan

kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

Lahirnya Badan dan Tungkai

23) Setelah kedua bahu di lahir, geser tangan bawah untuk

menopang kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk

menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusurkan tangan yang ada di

atas (anterior) berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki.

pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kedua kaki

dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu
98

sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan

jari telunjuk).

g. Asuhan Bayi baru Lahir

25) Lakukan penilaian (selintas). Apakah bayi cukup bulan?, apakah

bayi menangis kuat/ bernafas tanpa kesulitan?, apakah bayi

bergerak dengan aktif?. Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”,

lanjut ke langkah resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia

(lihat penuntun belajar resusitasi bayi asfiksia). Bila semua

jawaban “YA” lanjut ke 26.

26) Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh

lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks.

Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering.

Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian

bawah ibu.

27) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang

lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli).

28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit

(intramuskular) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi

sebelum menyuntikan oksitosin).

30) Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat

dengan satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusat bayi, kemudian

jari telunjuk dan jari tengah tangan lain menjepit tali pusat dan

geser hingga 3 cm proksimal dari pusar bayi. klem tali pusat


99

pada titik tersebut tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari

telunjuk dan tengah tangan lain untuk mendorong isi tali pusat ke

arah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm

distal dari klem pertama.

31) Memotong dan pengikatan tali pusat

a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit

(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di

antara 2 klem tersebut.

b) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat

dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah

disediakan.

32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.

Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada

ibunya. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu

dengan posisi lebih rendah dari putting susu atau areola mamae

ibu.

a) Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang

topi di kepala bayi.

b) Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

paling sedikit 1 jam.

c) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi

menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu untuk


100

pertama kali akan berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi

cukup menyusu dari satu payudara.

d) Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi

sudah berhasil menyusu.

h. Manajemen Aktif Kala III Persalinan

33) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari

vulva.

34) Letakan satu tangan di atas kain perut bawah ibu (diatas simfisis)

untuk mendeteksi kontraksi, tangan lain memegang klem untuk

menegangkan tali pusat.

35) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-

atas (dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio

uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan

penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi

berikutnya dan ulangi kembali prosedur diatas.

a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang

anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

i. Mengeluarkan Plasenta

36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah

dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal

maka lanjutkan dorongan ke arah cranial hingga plasenta dapat

dilahirkan

a) Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan

ditarik secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi)


101

sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah bawah-sejajar lantai

atas).

b) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

c) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali

pusat :

(1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.

(2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika

kandung kemih penuh.

(3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

(4) Ulangi tekanan dorsoo kranial dan penegangan tali pusat

selama 15 menit berikutnya.

(5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir

atau terjadi perdarahan, maka segera lakukan plasenta

manual.

37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta

dengan menggunakan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta

hingga selaput ketuban terpilin. Kemudian lahirkan dan

tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan disinfeksi

tingkat tinggi atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa

selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem ovum

DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang

tertinggal.
102

j. Rangsangan taktil (Massase) Uterus

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

massase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

15x selama 15 detik hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi

keras) dan mengajarkan ibu atau keluarga.

a) Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi bimanual

internal, kompresi aorta abdominalis, Tampon kondom-

kateter) jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah

rangsangan taktil/massase.

k. Menilai Perdarahan

39) Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan bahwa

plasenta dan selaput ketuban dilahirkan lengkap. Masukkan

plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.

40) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

lakukan penjahitan jika terjadi laserasi yang luas dan

menimbulkan perdarahan.

l. Asuhan Pasca Persalinan

41) Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5%, bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT

dan keringkan dengan kain yang bersih dan kering.

42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

Evaluasi

43) Pastikan kandung kemih kosong dan uterus berkontraksi.


103

44) Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan massase uterus dan

menilai kontraksi.

45) Evaluasi estimasi jumlah kehilangan darah.

46) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.

47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernafas dengan baik

(40-60x/menit).

a) Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, diresusitasi

dan segera merujuk kerumah sakit.

b) Jika bayi nafas terlalu cepat atau sesak nafas, segera rujuk

ke RS rujukan.

c) Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan

kembali kontak kulit ibu – bayi dan hangatkan ibu – bayi

dalam satu selimut.

m. Kebersihan dan Keamanan

48) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan

menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan

darah di ranjang atau disekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai

pakaian yang bersih dan kering.

49) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu berikan ASI, anjurkan

keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang

diinginkannya.

50) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5 untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan

setelah didekontaminasi..
104

52) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %,

balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin

0,5 % selama 10 menit.

53) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir,

kemudian keringkan tangan dengan tisue atau handuk pribadi

yang bersih dan kering.

54) Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan

fisik bayi.

55) Dalam satu jam pertama, beri salep tetes mata profilaksis infeksi,

vitamin K 1mg IM dipaha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik

bayi baru lahir, pernafasan bayi (normal 40-60x/menit) dan

temperature tubuh (normal 36,5°-37,5°C), setelah 1 jam

pemberian Vit.K diberikan HB0.

56) Pemberian HB0 setelah 1 jam pemberian Vit.K.

57) Memeriksa pemantauan 2 jam pertama kala IV nadi ibu dan

keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama

pasca persalinan dan 30 menit selama jam kedua pasca

persalinan :

a) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2

jam pertama pasca persalinan

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal

58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam

didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.


105

59) Cuci tangan dengan sabun diair mengalir, kemudian keringkan

dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

n. Dokumentasi

60) Lengkapi patograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda

vital dan asuhan kala IV persalinan.

(JNPKKR, 2016).

9. Patograf

a. Definisi

Partograf merupakan alat bantu yang digunakan untuk

memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat

keputusan klinik (Sulistyawati, 2012).

Partograf adalah alat bantu untuk mengobservasi kemajuan kala

1 persalinan dan memberikan informasi untuk membuat keputusan

klinik (Sondakh, 2013).

Partograf adalah alat bantu yang digunakan sebagai fase aktif

persalinan. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah

mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dan menilai

pembukaan serviks melalui pemeriksaan dan mendeteksi apakah

proses persalinan berjalan secara normal dan dapat melakukan

deteksi dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Rukiyah,

2016).

b. Manfaat Partograf

1) Dapat digunakan sebagai alat bantu untuk membuat keputusan

klinik dan mengevaluasi apakah asuhan atau perawatan sudah

sesuai dan efektif, mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan


106

yang diberikan dan untuk membuat perubahan dan peningkatan

pada rencana asuhan perawatan.

2) Dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses

membuat keputusan klinik. Dari aspek metode keperawatan,

informasi tentang intervensi atau asuhan yang bermanfaat dapat

dibagikan atau diteruskan kepada tenaga kesehatan lain.

3) Merupakan catatan permanen tentang asuhan, perawatan, dan

obat yang diberikan.

4) Dapat dibagikan di antara penolong persalinan. Hal ini menjadi

penting jika ternyata rujukan memang diperlukan, hal ini berarti

lebih dari satu penolong persalinan akan memberikan perhatian

dan asuhan pada ibu atau bayi baru lahir.

5) Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan

ke kunjungan berikutnya, dari satu penolong persalinan dan

penolong persalinan lainnya, atau dari seorang penolong

persalinan ke fasilitas kesehatan lainnya. Melalui pencatatan

rutin, penolong persalinan akan mendapat informasi yang

relevan dari setiap ibu atau bayi baru lahir yang diasuhnya.

6) Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus.

7) Diperlukan untuk memberi masukkan data statistik nasional dan

daerah, termasuk catatan kematian dan kesakitan ibu/bayi baru

lahir (Rohani, 2016).


107

c. Fungsi

1) Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan

memeriksa dilatasi serviks selama pemeriksaan dalam.

2) Menentukan persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini

persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini

mengenai kemungkinan persalinan lama Jika digunakan secara

tepat dan konsisten, amak partograf akan membantu penolong

untuk : pemantauan kemajuan persalinan kesejahteraan ibu dan

janin, mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan

kelahiran, mengidentifikasi secara dini adanya penyulit, membuat

keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu (Rohani, 2016).

d. Cara pencatatan

Halaman depan partograf

1) Bagian identitas pasien dan keterangan waktu.

a) Diisi berdasarkan informasi yang dibutuhkan

b) Meliputi nomor registrasi, nomor puskesmas, nama, tanggal

dan jam datang, usia, dan paritas pasien.

2) Baris untuk menuliskan waktu

Cara mengisi baris ini adalah dengan menuliskan jam

dilakukannya pemeriksaan dalam pertama kali, kemudian kotak

berikutnya diisi dengan penambahan 1 jam berikutnya.

3) Grafik DJJ

a) Hasil pemeriksaan DJJ dihitung selama 1 menit penuh

dituliskan dalam grafik ini dalam bentuk noktah (titik yang

agak besar).
108

b) Penulisan noktah disesuaikan dengan letak skala dalam

grafik dan jam pemeriksaan.

c) Catat hasil pemeriksaan DJJ setiam 1 jam.

d) Antara noktah satu dengan yang lainnya dihubungkan

dengan garis tegas yang tidak terputus.

e) Kisaran DJJ normal terpapar pada partograf diantara garis

tebal pada angka 180 dan 100. Penolong harus waspada

jika frekuensi DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas

160.

4) Baris hasil pemeriksaan air ketuban

a) Setiap melakukan pemeriksaan, hasil apapun yang berkaitan

dengan air ketuban harus selalu dituliskan.

b) Cara menuliskannya adalah sebagai berikut:

U: Ketuban Utuh (belum pecah)

J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban Jernih

M: Ketuban sudah bercampur Mekonium

D: Ketuban sudah bercampur Darah

K: Ketuban sudah pecah dan air ketuban tidak ada (Kering).

c) Hasil dituliskan di kolom sesuai dengan jam pemeriksaan.

5) Baris hasil pemeriksaan untuk molase kepala janin/ penyusupan

a) Molase adalah indikator penting tentang seberapa jauh

kepala janin dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras

(tulang) panggul. Semakin besar derajat penyusupan tulang

kepala janin atau semakin tumpang tindih antar tulang


109

kepala janin maka ini semakin menunjukan risiko adanya

disproporsi kepala panggul (CPD).

b) Cara menuliskannya menggunakan lambang-lambang

berikut:

0 : sutura terpisah

1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) bersesuaian.

2 : sutura tumpang tindih tapi dapat diperbaiki.

3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki

(Sulistyawati, 2012).

6) Kemajuan persalinan

a) Pembukaan serviks

Nilai dan catat permukaan Serviks setiap 4 jam (lebih

sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Tanda “X”

harus ditulis digaris waktu yang sesuai dengan laju besarnya

pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari

pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama

fase aktif persalinan digaris waspada.

b) Penurunan bagian bawah atau presentasi janin

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4

jam), atau lebih sering bila ada tanda-tanda penyulit, nilai

dan catat turunannya bagian terbawah atau presentasi janin.

Beri tanda “o”.


110

Tabel 2.6
Penurunan kepala janin menurut sistem perlimaan

Pemeriksaa
Pemeriksaan luar Keterangan
n dalam
Teraba 5/5 bagian Kepala diatas PAP dan
mudah di gerakan
Teraba 4/5 bagian H I – II Bagian terbesar kepala
belum masuk panggul
sehingga sulit digerakan
Teraba 3/5 bagian H II – III Bagian terbesar kepala
belum masuk panggul
Teraba 2/5 bagian H III (+) Bagian besar kepala
sudah masuk panggul
Teraba 1/5 bagian H III – IV Kepala di dasar panggul
Teraba 0/5 bagian H IV Kepala di perineum.
(Sulistyawati, 2012).

c) Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm

dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap

diharapkan terjadi. Jika laju pembukaan 1cm per jam

pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di

garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke

sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm

per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit

(misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dan lain-lain).

Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada,

dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur kesisi kanan. Jika

pembukan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak,

maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus


111

dilakukan. Ibu harus tiba ditempat tujuan sebelum garis

bertindak terlambat pada jam dan waktu.

d) Waktu mulainya fase aktif persalinan

Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulai

fase aktif persalinan.

e) Waktu aktual saat pemeriksaan

Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan

berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada

lajur kotak diatasnya sama atau lajur kontraksi dibawahnya.

7) Kontraksi Uterus

Menyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10

menit dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai.

Titik-titik untuk menyatakan kontraksi yang ≤ 20

detik

Garis-garis untuk menyatakan kontraksi yang

lamanya 20 – 40 detik

Isi Penuh kotak penuh untuk menyatakan kontraksi

yang lamanya lebih dari 40 detik.

8) Obat-obatan dan cairan yang diberikan

a) Oksitosin

Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai,

dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit Oksitosin yang

diberikan pervolume cairan IV dan dalam satuan tetesan

permenit.
112

b) Obat-obat lain dan cairan

Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan

caiaran IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom

waktunya.

9) Kesehatan dan kenyamanan ibu

a) Nadi, Tekanan Darah dan Temperatur tubuh.

Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase

aktif persalinan (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit)

beri tanda titik pada kolom waktu yang sesuai (.), nilai dan

catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif

persalinan (lebih sering jika dianggap akan ada penyulit).

Beri tanda panah pada patograf pada kolom waktu yang

sesuai dan nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering

jika meningkat, atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam

catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.

b) Volume urine

Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya

setiap 2 jam (setiap ibu berkemih). Jika memungkinkan

setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya

Aseton atau protein dalam urine.

c) Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnnya

Asuhan, pengamatan atau keputusan klinik

mencangkup jumlah cairan per oral yang diberikan, keluhan

sakit kepala atau penglihatan kabur, konsultasi dengan

penolong persalinan lainnya (Obgin, Bidan, dokter umum),


113

persiapan sebelum melakukan rujukan dan upaya rujukan

(Prawirohardjo, 2014).

Gambar 2.2
Halaman Depan Partograf

Halaman Belakang Partograf

1) Data Dasar

Data dasar terdiri atas tanggal, nama bidan, tempat

persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk,

tempat rujukan, dan pendamping pada saat merujuk

(Prawirohardjo, 2014).

a) Kala I.

Kala I terdiri dari pernyataan-pernyataan tentang

partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalah

yang dihadapi, penatalaksaan dan hasil penatalaksaan

tersebut.
114

b) Kala II

Kala II terdiri atas episiotomi persalinan, gawat janin,

distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksaan dan

hasilnya. Beri tanda “√” pada kotak disamping jawaban yang

sesuai.

c) Kala III

Kala III terdiri atas lama kala III, pemberian oksitosin,

penengangan tali pusat terkeendali, pemijatan fundus,

plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir >30 menit,

laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta,

penatalaksaan dan hasilnya.

d) Bayi Baru Lahir

Informasi bayi baru lahir terdiri dari atas berat dan

panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi janin bayi

baru lahir pemberian ASI, masalah penyerta, tatalaksana

terpilih dan hasilnya.

e) Kala IV

Kala IV berisi tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi

fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan

perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting

terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi

perdarahan pasca persalinan. Pengisian pemantauan kala

IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah

melahirkan dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi

setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan jawab


115

pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang

telah disediakan. Bagian yang digealpkan tidak usah diisi.

(Prawirohardjo, 2014).

Gambar 2.3
Halaman Belakang Partograf

10. IMD

a. Definisi IMD

Menurut Roesli 2012 IMD adalah proses menyusu yang dimulai

secepatnya. IMD silakukan dengan cara membiarkan bayi kontak

kulit dengan kulit ibunya setidaknya selama 1 jam pertama setelah

lahir atau hingga proses menyusu awal berakhir (Fikawati, 2018).

IMD atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu

sendiri segera setelah bayi lahir. Kontak antara kulit bayi dengan kulit

ibunya dibiarkan setidaknya selama 1 jam segera setelah lahir,

kemudian bayi akan mencari payudara ibu dengan sendirinya

(Sondakh, 2013).
116

b. Manfaat IMD

1) Mencegah terjadinya hipotermia.

2) Kunci keberhasilan ASI eksklusif.

3) Menurunkan resiko kematian balita di negara berkembang.

4) Mencegah terjadinya hipoglikemia dan membantu dalam

pengaturan parameter biokimia lainnya saat beberapa jam

pertama setelah lahir.

5) Memindahkan bakteri dari kulit ibu ke dirinya.

6) Mempererat ikatan batin antara ibu dengan bayi.

7) Kontraksi uterus lebih baik.

c. Kriteria Pelaksanaan

1) Anjurkan suami atau keluarga mendampingi saat melahirkan.

2) Hindari penggunaan obat kimiawi dalam proses persalinan.

3) Segera keringkan bayi tanpa menghilangkan lapisan lemak putih

atau verniks.

4) Dalam keadaan ibu dan bayi tidak memakai baju, tengkurapkan

bayi di dada atau perut ibu agar terjadi sentuhan kulit ibu dan

bayi dan kemudian selimuti kedua agar tidak kedinginan.

5) Anjurkan ibu memberikan sentuhan kepada bayi untuk

merangsang bayi mendekati puting.

6) Biarkan bayi bergerak sendiri mencari puting susu ibunya.

7) Biarkan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu selama

minimal 1 jam walaupun proses menyusui telah terjadi. Bila

belum terjadi proses menyusu hingga 1 jam, biarkan bayi berada

di dada ibu sampai proses menyusu pertama selesai.


117

8) Tunda tindakan lain seperti menimbang, mengukur dan

memberika suntikan vitamin K1 sampai proses menyusu pertama

selesei.

9) Proses menyusu dini dan kontak kulit ibu dan bayi harus

diupayakan meskipun ibu melahirkan dengan cara operasi atau

dengan cara tindakan lain.

10) Berikan ASI saja tanpa minuman atau cairan lain, kecuali ada

indikasi medis yang jelas (Rukiyah, 2016).

d. Syarat IMD

IMD dapat dilaksanakan dengan syarat kondisi ibu dan bayi baik

(sehat). Jadi, jangan melaksanakan IMD bila salah satu atau

keduanya (ibu dan bayinya) tidak dalam keadaan sehat. Penilaian

kesehatan BBL dilakukan oleh tenaga kesehatan yang membantu

persalinan. Syarat penting lainnya juga dipertimbangkan untuk

melaksanakan IMD adalah apakah bayi lahir cukup bulan (tidak

kurang dari 37 minggu usia kehamilan) karena beberapa kondisi bayi

yang lahir kurang bulan (prematur) tidak mungkin melaksanakan IMD

dan harus segera mendapatkan bantuan medis. Selain bayi, kondisi

ibu pasca melahirkan juga perlu dinilai dan dipantau (Ratuliu, 2014).

C. Bayi Baru Lahir

1. Definisi

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan

37 – 42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (Sondakh,

2013).
118

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2,500 – 4,000

gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada

kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (Elmeida, 2015).

Bayi baru lahir normal ialah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan

2500 – 4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah,

2013).

2. Karakteristik bayi baru lahir normal

Bayi baru lahir normal memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Lahir aterm antara 37-42 minggu.

b. Berat badan 2.500-4.000 gram.

c. Panjang badan 48-52 cm.

d. Lingkar dada 30-38 cm.

e. Lingkar kepala 33-35cm.

f. Lingkar lengan 11-12 cm.

g. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.

h. Pernafasan 40-60 x/menit.

i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang

cukup.

j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna.

k. Kuku tidak terlalu panjang dan lemas.

l. Nilai APGAR >7

m. Gerak aktif
119

n. Genitalia

1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis berada pada

skrotum dan penis yang berlubang.

2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra

yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora

o. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24

jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2013).

3. Karakteristik prilaku bayi baru lahir

a. Reflex

1) Reflex kedipan (Glabelar Reflex)

Merupakan respon terhadap cahaya terang yang

mengindikasikan normalnya syaraf optik.

2) Reflex mencari (Rooting Reflex)

Merupakan reflex bayi yang membuka mulut atau mencari

puting saat akan menyusui.

3) Reflek menghisap (Sucking Reflex), yang dilihat pada waktu bayi

menyusu.

4) Tonick Neck Reflex

Letakan bayi dalam posisi terlentang, putar kepala ke satu

sisi dengan badan ditahan, ekstremitas terekstensi pada sisi

kepala yang diputar, tetapi ekstremitas pada sisi lain fleksi. Pada

keadaan normal bayi akan berusaha untuk mengembalikan

kepala ketika diputar ke sisi pengujian saraf asesori.


120

5) Reflek menggenggam (Grasping Reflex)

Normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat saat

pemeriksaan meletakan jari telunjuk pada Palmar yang ditekan

dengan kuat.

6) Reflex Moro

Tangan pemeriksa menyangga pada punggung dengan

posisi 45º dalam keadaan rileks kepala dijatuhkan 10°.

Normalnya akan terjadi abduksi sendi bahu dan ekstensi lengan.

7) Walking Reflex

Bayi akan menunjukan respons berupa gerakan berjalan

dan kaki akan bergantian dari fleksi ke ekstensi.

8) Babynsky Reflex

Dengan menggores telapak kaki, dimulai dari tumit lalu

gores pada sisi lateral telapak kaki kearah atas kemudian

gerakkan jari sepanjang telapak kaki.

b. Menangis

Paling banyak dilakukan bayi baru lahir, seperti ketika bayi

mengantuk, lapar, kesepian, merasa tidak nyaman, atau bisa juga

menangis tanpa alasan.

c. Pola tidur

Bayi baru lahir biasanya akan tidur pada sebagian besar waktu

diantara waktu makan, namun akan waspada dan bereaksi ketika

terjaga, ini adalah hal yang normal dalam 2 minggu pertama.

Perlahan bayi sering terjaga diantara waktu menyusui. Dapat


121

disimpulkan bahwa penanganan dan perilaku bayi baru lahir adalah

penanganan terhadap reflex, menangis, dan pola tidur (Dewi, 2013).

4. Asuhan dan penanganan segera BBL

a. Penanganan segera BBL

1) Memberikan jalan nafas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir.

Apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera

membersihkan jalan nafas dengan cara meletakkan bayi pada

posisi terlentang ditempat yang keras dan hangat, gulung

sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi

lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus

sedikit tengadah ke belakang, bersihkan hidung, rongga mulut

dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus

dengan kasa steril dan tepuk kedua telapak kaki sebanyak 2 – 3

kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan

rangsangan ini biasanya bayi segera menangis.

2) Memotong dan merawat tali pusat

Sebelum memotong tali pusat, pastikan bahwa tali pusat

telah diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya

perdarahan. Membungkus ujung potongan tali pusat adalah kerja

tambahan. Pertama alat pengikat tali pusat atau klem harus

selalu siap tersedia di ambulans, di kamar bersalin, ruang

penerima bayi dan ruang perawatan bayi, kedua gunting steril

juga siap, dan ketiga pantau kemungkinan terjadinya perdarahan

tali pusat (Laksmi, 2013).


122

Telah dilaksanakan beberapa uji klinis untuk

membandingkan cara perawatan tali pusat agar tidak terjadi

peningkatan infeksi, yaitu dengan membiarkan luka tali pusat

terbuka dan membersihkan hanya dengan air bersih, dengan

membiarkan tali pusat mengering tidak ditutup, dan hanya

dibersihkan menggunakan air bersih, merupakan cara paling

efektif dengan biaya yang efisien pula (cost effective) untuk

perawatan tali pusat (Dewi, 2013).

3) Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur

tetap suhu badannya suhu badannya, dan membutuhkan

pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru

lahir normal dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolak

ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu

tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat.

4) Memberi salep mata dan vitamin K

Bayi baru lahir hendaknya mendapatkan prophilaksis mata

untuk mencegah infeksi oleh gonorrhea atau clhamidia.

Perlindungan terbaik untuk mata terhadap gonorrhea dan

chlamidia ialah salf erythromycin 0,5% yang dioleskan mulai dari

bagian tengah ke pinggir canthus dari masing-masing mata

(Elmeida, 2015).

Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum

sempurna, maka semua bayi akan berisiko untuk mengalami

perdarahan, tidak tergantung apakah bayi mendapat ASI atau


123

susu formula atau usia kehamilan dan berat badan pada saat

lahir. Perdarahan bisa ringan atau menjadi sangat berat, berupa

perdarahan pada kejadian pasca imunisasi ataupun perdarahan

intrakranial.

Untuk mencegah kejadian di atas, maka pada semua bayi

baru lahir diberikan suntikan Vitamin k1 (Phytomenadione)

sebanyak 1mg dosis tunggal, intramuskular pada antero lateral

paha kiri. Suntikan Vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan

sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B. Perlu diperhatikan

bahwa dalam penggunaan sediaan vitamin K1 yaitu 1 ampul

yang sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk dipergunakan

kembali (Laksmi, 2012).

5) Memberi imunisasi Hepatitis B-0

Imunisasi Hepatitis B pertama (HB0) diberikan 1-2 jam

setelah pemberian vitamin k1 secara intramuskular. Imunisasi

Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.

Imunisasi Hepatitis B (HB0) hanya diberikan pada bayi usia 0-7

hari (Laksmi, 2010).

6) Memandikan BBL

Memandikan bayi adalah salah satu cara perawatan untuk

memelihara kesehatan dan kenyamanan bagi bayi, pada bayi

baru lahir memandikannya dilakukan pada enam jam setelah

bayi lahir, untuk mencegah terjadinya hipotermi, bayi yang berat

badan kurang dari 2500 gram tidak dianjurkan mandi pada enam
124

jam setelah bayi lahir, kotoran dibadan cukup dibersihkan

dengan minyak atau baby oil (Elmeida, 2015).

b. Asuhan pada bayi usia 2-6 hari

Pada hari ke 2 sampai hari ke 6 setelah lahir, ada hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam asupan pada bayi baru lahir,

yaitu sebagai berikut :

1) Minuman

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi

bayi, asi diketahui mengandung zat gizi yang paling sesuai

untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, berikan ASI

sesering mungkin sesuai dengan keinginan ibu (jika

payudaranya sudah penuh) atau sesuai kebutuhan bayi

yaitu setiap 2 – 3 jam (paling sedikit 4 jam) bergantian

antara payudara kiri dan kanan. Berikan ASI saja (ASI

eksklusif) sampai bayi berusia 6 bulan. Selanjutnya

pemberian ASI diberikan hingga anak berusia 2 tahun

dengan makanan pendamping ASI (Dewi, 2013).

2) Pola Eliminasi

Berkemih 6-10x/hari dengan warna urine pucat menunjukan

masukan cairan yang cukup. bayi biasanya dalam 3 hari pertama

BAB, tinja masih dalam bentuk kemonium dan normalnya bayi

BAB paling tidak 1x sehari (Rukiyah, 2013).


125

3) Tidur

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya

sering tidur. Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata

tidur selama 16 jam sehari. Pada umumnya bayi terbangun

sampai malam hari pada usia 3 bulan. Sebaiknya ibu selalu

menyediakan selimut dan ruangan yang hangat serta

memastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin.

Jumlah waktu tidur bayi akan berkurang seiring dengan

bertambahnya usia bayi.

4) Kebersihan kulit

Kebersihan kulit bayi perlu benar-benar dijaga. Walaupun

mandi dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus

dilakukan setiap hari, tetapi bagian-bagian seperti muka,

bokong, dan tali pusat perlu dibersihkan secara teratur.

Sebaiknya orang tua maupun orang lain yang ingin

memegang bayi diharuskan untuk mencuci tangan terlebih

dahulu.

5) Keamanan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga

keamanan bayi adalah dengan tetap menjaganya, jangan

sekalipun meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu.

Selain itu juga perlu dihindari untuk memberikan apapun ke

mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersendak dan

jangan menggunakan alat pengahangat buatan ditempat

tidur bayi.
126

6) Tanda-tanda bahaya

a) Pernafasan sulit atau >60x/menit.

b) Terlalu hangat (<38°C) atau terlalu dingin (>36°C).

c) Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat, atau

memar.

d) Isapan bayi menyusu lemah, rewel, sering muntah, dan

mengantuk berlebihan.

e) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan

berdarah.

f) Terdapat tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat,

merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan, dan pernafasan

sulit.

7) Penyuluhan pada ibu dan keluarga sebelum bayi pulang

a) Perawatan tali pusat

Bidan hendaknya menasehati ibu agar tidak

membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat

karena dapat mengakibatkan infeksi, hal ini karena

meningkatnya kelembapan (akibat penyerapan oleh

bahan tersebut), badan bayi sehingga menciptakan

kondisi yang ideal bagi tumbuhnya bakteri. Penting

untuk diberitahukan kepada ibu agar tidak

membubuhkan apapun ke tali pusat dan tali pusat

terbuka agar tetap kering.


127

Normalnya berwarna putih kebiruan pada hari pertama

mulai kering dan mengkerut/mengecil dan akhirnya lepas

setelah 7-10 hari (Muslihatun, 2017).

b) Pemberian ASI

c) Jaga kehangatan bayi

Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin.

kontak antara ibu dengan kulit bayi sangat penting

dalam rangka menghangatkan serta mempertahankan

panas tubuh bayi.

d) Tanda-tanda bahaya

Jika muncul tanda-tanda bahaya ajarkan ibu untuk :

(1) Memberikan pertolongan pertama sesuai kemampuan

ibu yang sesuai kebutuhan sampai bayi memperoleh

perawatan medis lanjut.

(2) Membawa bayi ke RS atau klinik terdekat untuk

perawatan tindakan segera.

e) imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif

buatan untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu

dengan cara memasukkan suatu zat ke dalam tubuh melalui

penyuntikan atau secara oral (Dewi, 2013).

Jadwal pemberian imunisasi dasar wajib yaitu Hepatitis

B-0 diberikan sedini mungkin setelah bayi lahir, BCG

dilakukan 1 kali pada usia 0- 2 bulan, Apabila BCG akan

diberikan ketika bayi berusia lebih dari 3 bulan maka


128

sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu DPT dasar

diberikan 3 kali sejak anak dua bulan dengan interval 4 – 6

minggu. DPT 1 usia 2 – 4 bulan, DPT 2 usia 3 – 5 bulan,

DPT 3 usia 4 – 6 bulan. Polio dilakukan 3 kali pemberian

dengan interval 4 minggu, Campak satu kali saat usia bayi 9

bulan (Rukiyah, 2013).

f) Perawatan harian atau rutin

g) Pencegahan infeksi dan kecelakaan (Dewi, 2013).

c. Asuhan primer pada bayi 6 minggu pertama

Pada bayi usia 6 minggu pertama, bidan harus melakukan

beberapa pendidikan kesehatan melalui Komunikasi Informasi

dan Edukasi (KIE), serta konseling, bidan perlu memberikan

pendidikan kepada keluarga tentang perawatan bayi antara lain

1) Pemilihan tempat tidur yang tepat. Tempat tidur bayi harus

hangat, dan diletakkan didekat tempat tidur ibu.

2) Memandikan bayi dan bayi harus tetap dijaga

kebersihannya.

3) Imunisasi

4) Perawatan lain yakni perawatan kulit, kebutuhan bermain

dan pemantauan berat badan.

5) Apakah bayi menunjukkan tanda-tanda bahaya

6) Apakah bayi menyusu dengan baik (Muslihatun, 2017).


129

5. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari ujung

kepala sampai ujung kaki tidak boleh ada yang yang terlewatkan,

karena jika ada kelainan atau cacat bawaan, atau ada luka/ lecet akan

segera ditemukan sejak awal.

Sebelum pemeriksaan fisik bagian demi bagian sebaiknya

dilakukan pemeriksaan antopometri untuk tiap bagian sesuai daerah

yang dilakukan pemeriksaan, untuk mencegah bayi tidak dibuka tutup

pakaian berkali-kali karena akan mengakibatkan suhu bayi tidak stabil,

pemeriksaan antara lain: Terlebih dahulu lakukan penimbangan berat

badan dengan cara: Letakan kain atau kertas pelindung dan atur skala

penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan

dikurangi berat alas dan pembungkus bayi, berat badan bayi lahir

normal antara 2500gr- 4000gr, kemudian ganti pembungkus bayi.

Lakukan pengukuran panjang badan, dengan cara: Letakkan bayi

di tempat yang datar, dibawah cahaya lampu sorot agar bayi tidak

kedinginan, ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/

badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak

lentur.

a. Bagian Kepala

1) Ukur lingkar kepala

Dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali

lagi ke dahi. Ukuran Circumferensial (Keliling): (1)

Cirkumferensial fronto occipitalis ± 34 cm. (2) Cirkumferensia

mento occipitalis ± 35 cm. (3) Cirkumferensia sub occipito


130

bregmatika ± 32 cm. Setelah dilakukan pengukuran, maka

rabalah kepala sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah

ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar

mengindikasikan bayi preterem, moulding yang buruk atau

hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering

terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut

moulding/moulase. Keadaan ini normal kembali setelah

beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba.

Lakukan pemeriksaan terhadap adanya trauma kelahiran

misalnya caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan

subponeurotik/ fraktur tulang tengkorak perhatikan adanya

kelainan kongenital seperti: anensefali, mikrosefali, kraniotabes

dan lainnya.

2) Kemudian periksa wajah

Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi

tidak tampak simetris hal ini dikarenakan posisi bayi di

intrauteri. Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom

down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah

akibat trauma lahir seperti laserasi, Paralisis Nervus fasialis.

3) Periksa mata

Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya

mata bayi terbuka, lakukan pemeriksaan terhadap: periksa

jumlah, eposisi atau letak mata; periksa adanya strabismus

yaitu koordinasi mata yang belum sempurna, periksa adanya


131

glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai

pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea.

4) Hidung

Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan

lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. Bayi harus bernapas dengan

hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada

obstruksi jalan nafas karena atresia koana bilateral, fraktur

tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.

Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang

berdarah, hal ini kemungkinan adanya sifilis kongenital. Periksa

adanya pernapasan cuping hidung, jika cuping hidung

mengembang menunjukan adanya gangguan pernafasan.

5) Mulut

Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris.

Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut

yang kecil menunjukkan mikrognatia. Periksa adanya bibir

sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari

dasar mulut). Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada

persambungan antara palatum keras dan lunak. Perhatikan

adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya

terjadi akibat Epistein’s pearl atau gigi. Periksa lidah apakah

membesar atau sering bergerak.

6) Telinga diperiksa kanan dan kiri

7) Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya. Pada bayi

cukup bulan, tulang rawan sudah matang. Daun telinga harus


132

berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagian

atas, perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya

rendah (low set ear) terdapat pada bayi yang mengalami

sindrom tertentu (Pierre-robin). Perhatikan adanya kulit

tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan

abnormalitas ginjal.

b. Leher dan Dada

1) Pemeriksaan leher

Biasanya leher bayi pendek dan harus diperiksa

kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat

keterbatatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang

leher. Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan

kerusakan pada fleksus brakhialis. Lakukan perabaan untuk

mengidentifikasi adanya pembengkakan periksa adanya

pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis. Adanya lipatan

kulit yang berlebihan dibagian belakang leher menunjukkan

adanya kemungkinan trisomi 21.

2) Klavikula

Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya

terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau

distosia bahu. Periksa adanya kemungkinan fraktur.

3) Tangan

Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara

meluruskan kedua lengan ke bawah. Kedua lengan harus

bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya


133

kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari dan

perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili. Telapak tangan

harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah

berkaitan dengan abnormalitas kromosom. Periksa adanya

paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut

sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.

4) Dada

Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali

ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu),

lingkaran bahu ± 34 cm. Periksa kesimetrisan gerakan dada

saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi

mengalami Pneumotoraks, paralisis diagfragma atau hernia

diagfragmatika. Pernafasan yang normal dinding dada dan

abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum atau

interkostal pada saat bernafas perlu di perhatikan. Pada bayi

cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan

tampak simetris. Payudara tampak membesar tetapi ini

merupakan keadaan yang normal.

c. Abdomen

Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan

dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan,

jika perut sangat cekung kemungkinan karena hepatosplenomegali

atau tumor lainnya. Jika perut kembung kemungkinan adanya

enterokolitis vesikali, omfalokel atau ductus omfaloentriskus

persisten.
134

d. Genetalia

1) Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.

Periksa posisi lubang uretra. Preputium tidak boleh ditarik

karena akan menyebabkan fimosis. Periksa adanya hipospadia

dan epispadia. Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan

jumlah testis ada dua.

2) Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia

minora. Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina.

Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina,

hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl

bleeding).

e. Anus, rektum dan punggung

Anus dan rektum: periksa adanya kelainan atresia ani, kaji

posisinya. Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama,

jika sampai 48 jam belum keluar kemungkinan adanya mekonium

plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.

f. Tungkai

Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua

kaki dengan meluruskan keduanya dan bandingkan. Kedua tungkai

harus dapat bergerak bebas. Kurangnya gerakan berkaitan dengan

adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis. Periksa

adanya polidaktili atau sidaktili pada jari kaki.


135

g. Spinal

Periksa spinal dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya

tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan,

lesung atau bercak kecil berambut yang menunjukkan adanya

abnormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra.

h. Kulit

Perhatikan kondisi kulit bayi, antara lain: periksa adanya ruam

dan bercak atau tanda lahir. Periksa adanya pembengkakan.

Periksa adanya vernik kaseosa. Perhatikan adanya lanugo, jumlah

yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan. Terakhir setelah

pemeriksaan selesai, jelaskan pada ibu atau keluarga tentang hasil

pemeriksaan, rapikan bayi, bereskan alat, dan lakukan

pendokumentasian tindakan dan hasil pemeriksaan (Rukiyah,

2013).

6. Kunjungan Neonatal yang dianjurkan

Terdapat minimal 3 kali kunjungan ulang pada bayi baru lahir yaitu

pada usia 6-48 jam (KN1), pada usia 3-7 hari (KN2) dan pada usia 8-28

hari (KN3) (Moegni, 2013).

7. Kenaikan berat badan dan panjang badan bayi

Whaley and wong (2010) menyebutkan pertambahan BB bayi

lahir sampai usia 6 bulan sebesar 140 – 200 gram perminggu,

setelah bayi lahir berat badan bayi akan mengalami penurunan

yang bersifat normal, penurunan berat badan bayi dalam 10 hari

setelah kelahiran sekitar 10% dari berat badan waktu lahir. Hal ini

disebabkan karena keluarnya mekonium dan air seni yang belum


136

diimbangi dengan asupan yang mencukupi, misalnya produksi ASI

yang belum lancar dan berat badan akan kembali pada hari

kesepuluh (Martini, 2015).

Sedangkan Panjang badan rata-rata waktu lahir adalah 50 cm,

lebih kurang 95% diantaranya menunjukkan panjang badan sekitar 45

– 55 cm. pertumbuhan fisik adalah hasil dari pertumbuhan bentuk dan

fungsi dari organism, secara garis besar tinggi badan anak dapat

diperkirakan sebagai berikut, umur 1 tahun pertambahan tinggi badan

sebanyak 1,5 x TB lahir: umur 4 tahun 2 x TB lahir: umur 6 tahun 1,5 x

TB setahun : umur 13 tahun 3 x TB lahir (Rukiyah, 2013).

D. Nifas

1. Definisi

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan

selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ

reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti

keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut

involusi. (Maritalia, 2017).

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah

plasentra keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa Nifas berlangsung

selama kira-kira 6 minggu (Sulistiyawati, 2015).

Masa nifas atau peurperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah

lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu

(Prawirohardjo, 2014).
137

2. Perubahan fisiologis masa nifas

a. Perubahan Sistem Reproduksi

1) Pengerutan rahim (involusi)

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada

kondisi sebelum hamil. dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari

desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic

(layu/mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan

pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (tinggi fundus

uteri) (Sulistyawati, 2015).

Tabel 2.7
Involusi Uterus

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gram

Plasenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram


Satu Minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
Dua Minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gram
Enam minggu Normal 50-60 gram
(Dewi, 2011).

2) Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang

terjadi dalam otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan

jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali

panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya dari sebelum hamil.

Sitoplasma sel yang berlebihan tercerna sendiri sehingga tertinggal

jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.

3) Atrofi jaringan
138

Merupakan jaringan yang berproliferasi dengan adanya

estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai

reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai

pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus

lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan

meninggalkan lapisan basal yang akan bergenerasi menjadi

endometrium yang baru.

4) Efek oksitosin (kontaksi)

Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hypofisis

memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi

pembuluh darah, dan membantu proses homeostasis. Kontraksi

dan retraksi otot uteri akan mengurangi suplai darah ke uterus.

Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat

implantasi plasenta dan mengurangi perdarahan. Luka bekas

perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh

total. Selama 1-2 jam pertama post partum, intensitas uteri kontraksi

uterus dapat berkurang dan menjadi teratur. Oleh karena itu penting

sekali untuk menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada

masa ini. Suntikan oksitosin biasanya diberikan secara intravena

atau intramuskuler, segera setelah kepala bayi lahir. Pemberian ASI

segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitosin

karena isapan bayi pada payudara.

5) Lokhea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.

Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik


139

dari dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yang

dapat membuat organisme berkembang lebih cepat darpada kondisi

asam yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir

dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea

yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea

mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses

involusi. Lokhea dibedakan menjadi 3 jenis warna dan waktu

keluarnya :

a) Lokhea rubra, lokhea ini keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-4

masa psot partum.

b) Lokhea sanguinolenta, lokhea ini berwarna merah kecoklatan

dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7.

c) Lokhea serosa, lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena

mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi

plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.

d) Lokhea alba, lokhea ini mengandung leukosit , sel desidua, sel

epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan mati. Lokhea

ini berlangsung selama 2-6 minggu post partum.

Lokhea yang menetap pada awal periode post partum menunjukan

adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin

disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea

alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya

endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan

demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk
140

yang disebut dengan lokhea purulenta. Pengeluaran lokhea yang

tidak lancar disebut dengan lokhea statis.

6) Perubahan Pada Serviks

Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak

menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini

disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,

sedangkan servikss tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada

perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.

Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan

pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat

laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi

selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke

keadaan seperti sebelum hamil.

Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu

persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah

bayi lahir, tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2

jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 post partum,

sudah menutup kembali.

7) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan

yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa

hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam

keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali ke

keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara perlahan akan

muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.


141

Pada masa nifas biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka

pada vagina pada umumnya tidak seberapa luas dan akan secara

perpriman (sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila terdapat

infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan sellulitis yang dapat menjalar

sampai terjadi sepsis.

8) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada

post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali

sebagian tonus-nya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan

sebelum hamil.

b. Perubahan Sistem Pencernaan

Ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini

disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan

mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong.

Pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya

asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.

Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet

tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini

tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.

Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan

dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan


142

sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang

nafsu makan.

c. Perubahan Sistem Perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit

untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab

dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher

kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan)

antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.

Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post

partum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan

mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut

diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.

Dinding kandung kemih memperlihatkan odema dan hyperemia,

kadang kadang odema trigonum yang menimbulkan alostaksi dari

uretra sehingga menjadi retensio urine. Kandung kemih dalam masa

nifas menjadi kurang sensitif dan kapasitas bertambah sehingga setiap

kali kencing masih tertinggal urine residual (normal kurang lebih 15 cc).

Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung kemih sewaktu

persalinan dapat menyebabkan infeksi

d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh

darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit.

Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.

Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang

pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan


143

pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan

menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak

jarang pula wanita mengeluuh kandungannya turun setelah melahirkan

ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genitalia menjadi kendor.

Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah

persalinan.

Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang

berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding

abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk

memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia, serta

otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan

latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari postpartum, sudah dapat

fisioterapi.

e. Perubahan Sistem Endokrin

1) Hormon plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.

HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat

dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7

postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3

post partum.

2) Hormon pituitary
144

Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita

yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu.

FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler

(minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

3) Hypotalamik pituitary ovarium

Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga

dipengaruhi oleh faktor menyusui. seringkali menstruasi pertama

ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan

progesteron.

4) Kadar estrogen

Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang

bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga meningkat dapat

memengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.

f. Perubahan Tanda Vital

1) Suhu badan

Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik

sedikit (37,5°-38°C) sebagai akibat kerja keras sewaktu

melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan

normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya, pada hari ke-3 suhu

badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI. Payudara

menjadi bengkak dan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila

suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium

(mastitis, tractus genitalis, atau sistem lain).

2) Nadi
145

Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per

menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat.

Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah

abnormal dan hal ini menunjukan adanya kemungkinan infeksi.

3) Tekanan darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan

tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena

ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum dapat

menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.

4) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan

denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernafasan juga

akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada

saluran pencernaan.

g. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk

menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh

plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen

menyebabkan deuresis yang terjadi secara cepat sehingga

mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini

terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini,

ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya pengesteran

(Esterifikasi) membantu mengurangi retensi cairan yang melekat

dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama

kehamilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Pada


146

persalinan pervagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan

pada persalinan dengan SC, pengeluaran duakali lipatnya. Perubahan

terdiri dari volume darah dan kadar Hmt (haematokrit).

Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah ibu

relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada

jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien

dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme

kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume

darah kembali seperti sediakala. Umumnya ini terjadi pada 3-5 hari

postpartum.

h. Perubahan Sistem Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan

plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada

hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit

menurun, tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor

pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dengan jumlah sel

darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses persalinan akan

tetap tinggi dalam beberapa hari post partum. Jumlah sel darah

tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya

kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama.

Jumlah Hb, Hmt, dan erytrosit sangat bervariasi pada saat awal-

awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah, plasenta,

dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini

akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Selama

kelahiran dan post partum, terjadi kehilangan darah sekitar 200-500


147

ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan

diasosiasikan dengan peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke-3 sampai

hari ke-7 post partum, yang akan kembali normal dalam 4-5 minggu

postpartum (Sulistyawati, 2015).

3. Perubahan psikologis masa nifas

Proses adaptasi psikologis sudah terjadi selama kehamilan,

menjelang proses kelahiran mauoun setelah persalinan. Pada

periode tersebut kecemasan seorang wanita dapat bertambah.

Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa

nifas merupakan masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan

pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi

tanggung jawab ibu mulai bertambah. Fase-fase yang akan di alami

oleh ibu pada masa nifas antara lain :

a. Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung

dari hari pertama sampai hari ke dua setalah melahirkan. Ibu terfokus

pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap

lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami antara lain mules,

nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu

diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi

yang baik dan asupan nutrisi.

b. Fase Taking Hold


148

Fase ini berlangsung antara 3 – 10 hari setelah melahirkan.

Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung

jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitive

sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah

komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan /

pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.

c. Fase Letting go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan

peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan

ketergantungan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran

barunya. Lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan

bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu

merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu

untuk menjaga kondisi fisiknya (Nugroho, 2014).

4. Tujuan asuhan masa nifas

Tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas

adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi.

b. Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu.

c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu.

d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan

ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga

dan budaya yang khusus.

e. Imunisasi ibu terhadap tetanus.


149

f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian

makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang

baik antara ibu dan anak (Sulistyawati, 2015).

g. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

h. Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, KB, cara dam manfaat menyusui, pemberian imunisasi,

serta perawatan bayi sehari – hari.

5. Periode masa nifas

Masa nifas menurut Saleha (2009) dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

a. Periode immediate post partum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24

jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya

perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu bidan dengan

teratur harus melakukan pemeriksaan konraksi uterus,

pengeluaran lochea, tekanan darah dan suhu.

b. Periode early post partum (24 – 1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam

keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau

busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan

cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik.

c. Periode late post partum (1 – 5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan

pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB (Sari, 2014).

6. Asuhan kebidanan masa nifas


150

a. Pemeriksaan fisik pada ibu nifas

1) Pemeriksaan tekanan darah

2) Suhu

3) Nadi

4) Pernafasan

5) Keadaan umum

6) Kepala, wajah, dan leher

Periksa adanya oedema, skelera dan konjungtiva mata,

mukosa mulut, adanya pembesaran limfe, pembesaran

kelenjar thyroid dan bendungan bena jugularis.

7) Dada dan payudara

Pengkajian payudara pada awal pascapartum meliputi

penampilan, pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit,

keadaan areola dan integritasi putting, adanya kolostrum,

pembengkakan, nyeri tekan, adanya sumbatan ductus dan

lain-lain.

8) Abdomen dan uterus

Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus, kontrraksi dan

nyeri.

9) Genitalia

Pengkajian perineum terhadap memar, oedema,

hematoma, penyembuhan setiap jahitan, inflamasi, lochea

dan pemeriksaan anus adanya hemoroid.

10) Ekstremitas
151

Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya oedema,

nyeri tekan atau panas pada betis adanya tanda homan,

refleks. Tanda homan didapatkan dengan meletakkan satu

tangan pada lutut ibu, dan lakukan tekanan ringan untuk

menjaga tungkai tetap lurus. Dorsifleksi kaki tersebut jika

terdapat nyeri pada betis maka tanda homan positif.

b. Nutrisi dan cairan

Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi

kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk

memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi

kebutuhan akan gizi sebagai berikut :

1) Mengkonsumsi makanan tambahan, ±500 kalori setiap hari

2) Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan

karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.

4) Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari postpartum.

5) Mengkonsumsi vitamin A 200.000 IU untuk mempercepat

penyembuhan ibu setelah melahirkan, mencukupi kebutuhan

vitamin A bagi ibu nifas dan juga bayi serta menjaga daya tahan

tubuh.

6) Mengkonsumsi paracetamol untuk mengantisipasi demam yang

terjadi.

7) Mengkonsumsi antibiotik amoxcilin untuk pencegahan terjadinya

infeksi dan diminum jika merasa demam.

c. Ambulasi
152

Ambulasi setelah bersalin ibu akan merasa lelah. Oleh karena itu

ibu harus istirahat. Mobilisasi yang dilakukan tergantung pada

komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka. Ambulasi dini

adalah mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan

membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu post partum

diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya 2jam setelah melahirkan.

Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring kanan atau kiri,

duduk kemudian berjalan. Keuntungan ambulasi dini adalah :

1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat.

2) Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik.

3) Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu.

4) Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai.

5) Sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis).

Menurut penelitian mobilisasi dini tidak berpengaruh buruk, tidak

menyebabkan perdarahan abnormal, tidak mempengaruhi luka

episiotomi maupun luka diperut, serta tidak memperbesar

kemungkinan prolapsus uteri. Early Ambulation tidak dianjurkan pada

ibu postpartum dengan penyulit seperti anemis, penyakit jantung,

penyakit paru-paru, demam dan sebagainya.

d. Eliminasi BAK/BAB

Buang air sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal

bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat

disebabkan karena springter uretra tertekan oleh kepala janin dan

spasme oleh iritasi muskulospingterani selama persalinan atau


153

dikarenakan oedema kandung kemih selama persalinan. Lakukan

kareterisasi apa bila kandung kemih penuh dan sulit berkemih.

Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila

ibu mengalami kesulitan BAB atau obstipasi, lakukan diet teratur,

cukup cairan, konsumsi makanan berserat, olahraga, obat

rangsangan peroral atau perrektal atau lakukan klisma bila mana

perlu.

e. Kebersihan diri dan perineum

Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman. Kebrsihan diri meliputi kebersihan

tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan. Beberapa hal yang

dapat dilakukan ibu postpartum dalam menjaga kebersihan diri

adalah sebagai berikut:

1) Mandi teratur minimal 2 kali sehari

2) Mengganti pakaian dan alat tempat tidur.

3) Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal.

4) Melakukan perawatan perineum.

5) Menggunakan pembalut minimal 2 kali sehari.

6) Mencuci tangan serta membersihkan daerha genetalia.

f. Istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang

dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pasca malam hari dan 1 jam pada

siang hari. Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi

kebutuhan intirahatnya, antara lain :

1) Anjurkan ibu untuk cukup istirahat.


154

2) Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara

perlahan.

3) Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur.

Kurang istirahat dapat menyebabkan :

1) Jumlah ASI berkurang.

2) Memperlambat proses involusi uteri.

3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi

sendiri.

g. Seksual

Hubungan seksual dilakukan begitu darah berhenti. Namun

demikin hubungan seksual dilakukan tergantung suami istri tersebut.

Selama periode nifas, hubungan seksual juga dapat berkurang. Hal

yang dapat menyebabkan pola seksual selama nifas berkurang

antara lain :

1) Gangguan/ketidaknyamanan fisik.

2) Kelelahan.

3) Ketidak seimbangan hormon.

4) Kecemasan berlebihan.

Program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah nifas selesai 40

hari (6minggu), dengan tujuan menjaga kesehatan ibu. Pada saat

melakukan hubungan seksual sebaiknya perhatikan waktu,

penggunaan kontrasepsi, dispareuni, kenikmatan dan kepuasan

pasangan suami istri.


155

h. Latihan/Senam nifas

Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula sekitar 6

minggu. Oleh karena itu, ibu akan berusaha memulihkan dan

mengencangkan bentuk tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan

dengan cara latihan senam nifas. Senam nifas adalah senam yang

dilakukan sejak hari pertama melahirkan sampai dengan hari ke

sepuluh (Nugroho, 2014).

7. Kunjungan masa nifas

Kunjungan rumah postpartum dilakukan sebagai suatu tindakan

untuk pemeriksaan postpartum lanjut. Apapun sumbernya, kunjungan

rumah direncanakan untuk berkejasama dengan keluarga dan

dijadwalkan berdasarkan kebutuhan. Pada program yang terdahulu,

kunjungan bisa dilakukan sejak 24 jam setelah pulang. Jarang sekali

suatu kunjungan rumah ditunda sampai hari ketiga setelah pulang ke

rumah. Kunjungan berikutnya direncanakan di sepanjang minggu

pertama jika diperlukan.

Semakin meningkatnya angka kematian ibu di Indonesia pada

saat nifas (sekitar 60%) mencetuskan pembuatan program dan

kebijakan teknis yang lebih baru mengenai jadwal kunjungan masa

nifas. Paling sedikit empat kali dilakukan kunjungan masa nifas untuk

menilai status ibu dan bayi baru lahir, juga untuk mencegah,

mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

Jadwal kunjungan tersebut adalah sebagai berikut :

a. 6-8 jam setelah persalinan

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri


156

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut.

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri.

4) Pemberian ASI awal.

5) Memberikan supervisi pada ibu bagaimana teknik melakukan

hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

6) Menjaga bayi tetap hangat sehat dengan cara menjaga

hipotermia.

b. 6 hari setelah persalinan

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal; uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan

tidak ada bau.

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan

abnormal.

3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-

hari.
157

c. 2 minggu setelah persalinan

Sama halnya kunjungan dengan 6 hari setelah persalinan.

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal; uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan

tidak ada bau.

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan

abnormal.

3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

4) Memastikan ibu menyusu dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-

hari.

d. 6 minggu setelah persalinan

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami

atau bayinya.

2) Memberikan konseling KB secara dini.

3) Menganjurkan atau mengajak ibu membawa bayinya ke

posyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi.

(Nugroho, 2014).

8. Penurunan Berat Badan setelah Melahirkan

Perubahan berat badan pada ibu postpartum merupakan salah satu

hal yang dapat menyebabkan masalah bagi ibu postpartum, hal ini

dapat memicu menetapnya kelebihan berat badan pada ibu setelah

melahirkan, karenan pada periode kehamilan terjadi penambahan berat


158

badan yang kemudian akan berkurang setelah bayi dilahirkan. Namun

pada beberapa ibu kelebihan berat badan saat kehamilan menetap

sehingga dapat menyebabkan terjadinya obesitas atau sebaliknya

terjadi penurunan berat badan pada ibu postpartum yang terus menerus

karena adanya aktivitas yang bertambah setelah melahirkan. Normalnya

setelah melahirkan ibu akan kehilangan berat badannya 5-11. Namun

disisi lain ada sebagian ibu yang pola makannya justru menurun setelah

melahirkan melahirkan hal tersebut terjadi karena beberapa faktor

diantaranya strees, kelelahan yang lebih sering dialami oleh ibu

(Mustary, 2013).

Berat badan ibu postpartum ialah selisih berat badan ibu saat bayi

berusia 6 bulan dengan saat satu minggu sebelum bayi dilahirkan

dikurangi 5 kg akibat pengeluaran plasenta, air ketuban dan darah.

Penurunan berat badan ibu postpartum yang memberi ASI ialah 3,20 kg,

pada ibu yang memberikan ASI dan susu formula penurunan berat

badan yang terjadi ialah 3,70 kg dan pada ibu postpartum yang

membperi susu formula penurunan berat badannya sebesar 3,46 kg

(Puspitaningrum, 2013).

9. Pemeriksaan Tanda Homan/Thrombophlebitis

a. Pengertian

Tromboflebitis adalah kelainan pada masa nifas yaitu masa

setelah melahirkan dimana terjadi sumbatan pada pembuluh darah

yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku

(Prawirohardjo, 2014).
159

Tromboflebitis adalah pelajaran infeksi melalui vena sering

terjadi dan merupakan penyebab penting dari kematian karena

infeksi puerperalis (Rukiyah, 2013).

b. Etologi

Penyebab terjadinya tromboflebitis sering dipicu oleh hal-hal

seperti, perluasan infeksi endometrium, mempunyai varises pada

vena, obesitas (kegemukan), pernah mengalami tromboflebitis,

berusia 30 tahun lebih pada saat bersalin berada pada posisi sit up

pada waktu yang lama, memiliki insiden tinggi tunggu mengalami

tromboflebitis dalam keluarga.

c. Faktor Predisposisi

Kurang gizi, kelelahan, proses persalinan bermasalah seperti

partus lama, korioamnionitis, traumatik, persalinan traumatik,

kurang baiknya pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan,

dapat berlanjut ke infeksi masa nifas.

d. Penanganan

Asuhan yang diberikan adalah : kaki ditinggikan untuk

mengurangi pembengkakan, setelah melakukan gerak pada kaki

hendaknya tetap dibalut elastik atau memakai kaos kaki panjang

yang elastis selama mingkin dan kompres hangat pada kaki

(Rukiyah, 2010).
160

E. Keluarga Berencana

1. Definisi program KB

Keluarga berencana (Family Planning/Planned Parenthood)

merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan

jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati,

2011).

Program KB menurut Depkes 1999 adalah bagian yang terpadu

(integral) dalam pembangunan nasional dan bertujuan untuk

menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya

penduduk indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik

dengan kemampuan produksi nasional (Handayani, 2015).

Keluarga berencana menurut WHO (Expert Commite, 1970)

adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri

untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindarkan kelahiran

yang tak diinginkan, mendapat kelahiran yang memang diinginkan,

mengatur interval di antara kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran

dalam hubungan dengan umur suami istri, dan menentukan jumlah

anak dalam keluarga (Marmi, 2016).

2. Tujuan program KB

Tujuan umumnya adalah untuk mewujudkan visi dan misi program

KB yaitu membangun kembali dan melestarikan fondasi yang kokoh

bagi pelaksana program KB dimasa mendatang untuk mencapai

keluarga yang berkualitas.


161

Tujuan khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan

anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia, sejahtera melalui

pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk

Indonesia. Menciptakan penduduk yang berkualitas, sumber daya

manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

(Marmi 2016).

Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia

perkawinan, peningkatan, ketahanan dan kesejahteraan keluarga

(Sulistyawati, 2011).

3. Persyaratan medis dalam penapisan KB

Hendaknya kontrasepsi memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.

b. Tidak ada efek samping yang merugikan.

c. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.

d. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.

e. Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama

pemakaiannya.

f. Cara penggunaan sederhana.

g. Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas.

h. Dapat diterima oleh pasangan suami istri.

Sebenarnya belum ada kontrasepsi yang betul-betul ideal dan

dapat memenuhi syarat-syarat tersebut di atas yang ada ialah

kontrasepsi yang memenuhi sebagian syarat, atau hampir memenuhi

syarat. Yang penting sebenarnya adalah memakai salah satu cara


162

kontrasepsi jauh lebih baik daripada tidak memakai kontrasepsi sama

sekali.

Berhasil tidaknya sesuatu cara bergantung kepada apakah sel

mani (sperma) dapat dicegah, dilumpuhkan, dimatikan supaya tidak

memasuki arena fertilisasi atau sel telur tidak dikeluarkan atau tidak

dapat bertemu dengan sel mani (Sofian, 2015).

4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD)

a. Pengertian

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah satu alat

kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik

bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi kontrasepsinya) yang

dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan

berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia

reproduktif sebagai suatu usaha pencegahan kehamilan (Marmi,

2016).

AKDR adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam

rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat di

pakai oleh semua perempuan usia reproduktif (Handayani, 2015).

b. Jenis AKDR

AKDR Non-hormonal

1) Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2 :

a) Bentuk terbuka (oven device), misalnya : LippesLoop, CUT,

Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T

b) Bentuk tertutut (closed device), misalnya : Ota-Ring, Atigon,

dan Graten Berg Ring.


163

2) Menurut tambahan atau metal

a) Medicated IUD

Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220

(daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T

380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5

tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun).

Pada jenin Medicated IUD angka yang tertera

dibelakang IUD menunjukan luasnya kawat halus tembaga

yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga

adalah 200mm2. Cara insersi : withdrawal.

b) Un Medicated IUD

Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.

Cara insersi lippes loop : Push Out.

Lippes Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-

lamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada keluhan

dan atau persoalan bagi akseptornya.

IUD yang mengandung hormonal

1) Progestasert-T = Alza T

a) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor

warna hitam.

b) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat,

melepaskan 65 mcg progesteron per hari.

c) Tabung insersinya berbentuk lengkung.

d) Daya kerja : 18 bulan.

e) Teknik insersi : plunging (modified withdrawal).


164

2) LNG-20

a) Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20

mcg per hari.

b) Sedang di teliti di Finlandia.

c) Angka kegagalan/kehamilan terendah : < 0,5 per 100 wanita

pertahun.

d) Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan

perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya,

karena 25% mengalami amenore atau perdarahan haid yang

sangat sedikit (Handayani, 2015).

c. Mekanisme Kerja IUD

Mekanisme kerja yang pasti dari AKDR belum diketahui, namun

ada beberapa mekanisme kerja yang telah diajukan:

1) Timbulnya reaksi radang lokal non-spesifik didalam cavum uteri

sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.

2) Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan

terhambatnya implantasi.

3) Gangguan/terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di

dalam endrometrium.

4) Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopi.

5) Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri, sehingga

menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi

6) Dari penelitian terakhir, disangka bahwa AKDR juga mencegah

spermatozoa membuahi sel telur (mencegah fertilisasi), sehingga

memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.


165

7) Untuk AKDR yang mengandung Cu

a) Antagoisme kationic yang spesifik terhadap Zn yang terdapat

dalam enzim carbonic anhydrase yaitu salah satu enzim

dalam traktus genetalia wanita, dimana Cu menghambat

reaksi carbonik anhydrase sehingga tidak memungkinkan

terjadinya implantasi dan mungkin juga menghambat aktivitas

alkali phospatase.

b) Mengganggu pengambilan estrogen emdogenous oleh

mukosa uterus.

c) Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium.

d) Mengganggu metabolisme glikogen.

8) Untuk AKDR yang mengandung hormon progesteron

a) Gangguan proses pematangan proliteratif-sekretoir sehingga

timbul penekanan terhadap endrometrium dan terganggunya

proses implantasi (endrometrium tetap berada dalam fase

decidual/progestational).

b) Lendir serviks menjadi lebih kental/tebal karena pengaruh

progestin (Marmi, 2016).

d. Efektivitas

1) Efektifitas dari IUD dinyatakan pada angka kontinuitas

(continuationrate) yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in-uterio

tanpa ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan dan

pengangkatan/pengeluaran karena alasan-alasan medis atau

pribadi.
166

2) Efektifitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada :

a) IUD-nya : ukuran, bentuk dan mengandung Cu atau

Progesteron.

b) Akseptor : umur, paritas, frekuensi senggama.

3) Dari faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan

paritas, diketahui :

a) Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan

pengangkatan/pengeluaran IUD.

b) Makin muda usia, terutama pada nilligravid, maka tinggi

angka ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD.

4) Use-effectiveness dari IUD tergantung pada variabel administratif,

pasien dan medis, termasuk kemudahan insersi, pengalaman

pemasang, kemungkinan ekspulsi dari pihak akseptor,

kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya ekspulsi dan

kemudahan akseptor untuk mendapatkan pertolongan medis.

5) Sebagai kontrasepsi AKDR tipe T efektifitasnya sangat tinggi

yaitu berkisar antara 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan

dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

Sedangkan AKDR dengan progesteron antara 0,5-1 kehamilan

per 100 perempuan pada tahun pertama penggunaan (Marmi,

2016).

a. Keuntungan

1) AKDR efektif segera setelah pemasangan.

2) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan

tidak perlu diganti)


167

3) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

5) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut

untuk hamil.

6) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-

380A).

7) Tidak mempengaruhi kualitas ASI.

8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(Apabila tidak terjadi infeksi).

9) Dapat digunakan sampai menaopause (1 tahun atau lebih

setelah haid terakhir).

10) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

11) Membantu mencegah kehamilan ektopik.

b. Kerugian

1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan

akan berkurang setelah 3 bulan).

2) Haid lebih lama dan banyak.

3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.

4) Saat haid lebih sakit.

5) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

6) Tidak baik di gunakan pada perempuan dengan IMS atau

perempuan yang sering berganti pasangan.

7) Penyakit radang panggul terjadi. Seorang perempuan dengan

IMS memakai AKDR, PRP dapat meminu infertilitas.


168

8) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam

pemasangan AKDR. Seingkali perempuan takut selam

pemasangan.

9) Sedikitt nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah

pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.

10) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas

kesehatan terlatih yang harus melakukannya.

11) Mungkin AKDR keluar lagi dari uterus tanpa diketahui (sering

terjadi apabila AKDR dipasang sesudah melahirkan).

12) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi

AKDR untuk mencegah kehamilan normal.

13) Perempuan harus memeriksa posisi benang dari waktu ke waktu,

untuk melakukan ini perempuan harus bisa memasukkan jarinya

ke dalam vagina. Sebagian perempuan ini tidak mau

melakukannya (Handayani, 2015).

c. Indikasi penggunaan AKDR

1) Usia reproduksi.

2) Keadaan nulipara.

3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

4) Perempuan menyusui yang menginginkan kontrasepsi.

5) Setelah menyusui dan tidak ingin menyusui bayinya.

6) Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.

7) Perempuan dengan resiko rendah IMS.

8) Tidak menghendaki metode hormonal.

9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.


169

10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.

11) Gemuk ataupun kurus.

12) Perokok.

13) Sedang memakai obat antibiotik dan anti kejang.

14) Penderita tumor jinak maupun ganas payudara.

15) Pusing-pusing atau nyeri kepala.

16) Varises kaki dan vulva.

17) Pernah menderita penyakit seperti stroke, DM, liver dan empedu.

18) Menderita hipertensi, jantung, malaria, skistomiasis (tanpa

anemia), penyakit tiroid, epilepsi, atau TBC non pelvis.

19) Pasca KET (Marmi, 2016).

d. Kontra indikasi AKDR

1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).

2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat di

evaluasi).

3) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).

4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita

PRP atau abortus septic.

5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim

yang dapat mempengaruhi kavum uteri.

6) Penyakit trofoblas yang ganas.

7) Diketahui menderita TBC pelvic.

8) Kanker alat genital.

9) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Handayani, 2015).

10) Disminore yang berat.


170

11) Darah haid yang banyak, haid yang ireguler atau perdarahan

bercak (spotting).

12) Anemia.

13) Tidak dipasang pada akseptor yang belum memiliki anak.

14) Usia pemakai yang masih muda dan sangat rawan terjangkit IMS,

karena tingkat seksual yang masih sangat tinggi.

15) Endometriosis, erosi serviks, myoma uteri, polip endometrium.

16) Ketidakmampuan untuk mengetahui tanda-tanda bahaya AKDR.

17) Ketidakmampuan untuk memeriksa sendiri ekor AKDR (Marmi,

2016)

e. Waktu Pemasanga AKDR

1) Sedang Haid

Pada saat tersebut, pemasangan akan mudah karena

kanalis servisis agak melebar dan kemungkinan terjadi kehamilan

sangat kecil, rasa nyeri kurang dan perdarahan tidak begitu

banyak. Jika timbul perdarahanpun, akan dianggap oleh wanita

sebagai darah haid.

2) Pascapersalinan

a) Pemasangan dini (immediate Insertion), yaitu pemasangan

sebelum ibu dipulangkan dari rumah sakit.

b) Pemasangan langsung (direct insertion), yaitu pemasangan 3

bulan setelah ibu dipulangkan.

c) Pemangan tidak langsung (indirect insertion), yaitu

pemasangan setelah lebih dari 3 bulan pasca persalinan atau

pasca keguguran.
171

3) Pascakeguguran

Pemasangan langsung setelah keguguran atau sewaktu ibu

pulang dari rumah sakit.

4) Masa interval

Yaitu antara dua haid. Jika dipasang setelah masa ovulasi,

harus dipastikan wanita tidak hamil atau mereka telah memakai

cara-cara lain mencegah konsepsi (kondom, sistem kalender, dan

sebagainya).

5) Sewaktu seksio sesarea

Sebelum luka rahim ditutup, terlebih dahulu dikeluarkan

darah-darah beku dari kavum uteri, kemudian IUD dipasang pada

bagian fundus.

6) After morning

Pada kasus-kasus pascakoitus, IUD dipasang dalam waktu

72 jam setelah koitus, sebelum terjadinya implantasi blastokista.

f. Efek samping pemasangan IUD

1) Nyeri dan mulas

Nyeri dan mulas-mulas biasanya terjadi setelah insersi IUD.

Keluhan-keluhan pada umumnya akan hilang dalam beberapa

hari sampai beberapa minggu.

2) Perdarahan

Dapat terjadi perdarahan pasca-insersi, bercak diluar haid

(spotting). Apabila perdarahan tidak berhenti atau banyak,

dianjurkan untuk mencabut IUD.


172

3) Keputihan (flour albus, leukorea)

Keputihan yang berlebihan mungkin disebabkan oleh reaksi

organ genitalia terhadap benda asing yang biasanya terjadi

dalam beberapa bulan pertama setelah insersi.

4) Disminorea (nyeri selama haid)

Tidak semua wanita yang memakai IUD akan mengalami

nyeri haid. Biasanya, hanya wanita yang sebelumnya memasang

sering mengeluh nyeri sewaktu haid yang ,mengalaminya.

5) Dispareunia (nyeri sewaktu koitus)

Wanita jarang mengalaminya. Biasanya pihak suami yang

mengeluh sakit karena benang yang panjang atau cara

pemotongan benang yang seperti bambu runcing (Sofian, 2015).

g. Periksa ulang (kontrol) IUD

Kontrol IUD penting dilakukan dalam rangka pengayoman medis,

sosiologi dan psikologis akseptor. Tujuan kontrol IUD adalah untuk

mengetahui posisi IUD terhadap rahim, apakah terjadi efek samping,

komplikasi atau kegagalan, atau apakah IUD perlu diganti dengan

yang baru atau jenis lain. Pemeriksaan ulang dapat dilakukan :

1) Oleh akseptor sendiri dengan melihat atau merasakan benang

sewaktu datang haid, atau dengan memeriksa sendiri, yaitu

dengan jari (telunjuk) yang telah dicuci bersih, akseptor dapat

meraba benang didalam vagina.

2) Diklinik KB, dengan memakai spekulum, dapat dilihat benang dan

keadaan serviks atau dengan pemeriksaan dalam benang IUD

dapat diraba.
173

Pemeriksaan ulang secara rutin dilakukan 1 minggu setelah

insersi untuk mengetahui keluhan dini pasca pemasangan, dan

selanjutnya setelah 1, 3, 6, dan 12 bulan. Jika pada pemeriksaan

ulang benang IUD tidak terlihat, terdapat beberapa kemungkinan

yaitu :

1) Benang IUD masuk ke dalam kanalis servisis atau kedalam

rongga rahim.

2) Benang IUD dipotong terlalu pendek, bahkan ada beberapa

pemasang yang membuang sama sekali benang dengan alasan

bahwa benang akan membawa infeksi dan menyebabkan iritasi

pada portio sehingga menyebabkan erosio porsionis.

3) Terjadi ekspulsi tanpa disadari akseptor.

4) Terjadi kehamilan atau adanya mioma uteri sehingga benang

masuk kedalam rongga rahim yang bertambah besar.

5) Telah terjadi translokasi IUD, sebagian atau seluruhnya (Sofian,

2015).

F. Manajemen kebidanan menurut varney

Merupakan metode pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak

yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan

kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Dalam proses penatalaksanaan asuhan kebidanan menurut Varney ada 7

langkah, meliputi :
174

1) Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang

akurat dari semua yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk

memperoleh data dapat dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan

fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda – tanda vital,

pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penujang.

Langkah ini merupakan langkah awal yang akan menentukan

langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus

yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau

tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini kasus

yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil

pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi atau masalah

klien yang sebenarnya.

2) Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga

dapat merumuskan diagnosa atau masalah yang spesifik. Rumusan

diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat

didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan.

3) Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sidah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan

dilakukan pencegahan sambil mengawasi pasien, bidan bersiap – siap

bila masalah potensial terjadi..


175

4) Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang

Memerlukan Penanganan Segera dan Kolaborasi.

Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan atau

dokter untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan lain.

5) Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang

sudah teridentifikasi dari kondisi/masalah klien, tapi juga dari kerangka

pedoman antisipasi terhadap klien tersebut, apakah kebutuhan perlu

konseling, penyuluhan dan apakah pasien perlu dirujuk karena ada

masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah kesehatan lain. pada

langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai

dengan hasil pembahasan rencana bersama klien dan keluarga,

kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

6) Langkah VI : Melaksanakan Asuhan

Pada langkah ini rencana asuhan yang komprehensif yang telah

dibuat dapat dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau

dokter atau tim kesehatan lain.

7) Langkah VII : Evaluasi

Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang telah diberikanmeliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah

terpenuhi sesuai dengan diagnosa/masalah (Walyani, 2015).


176

G. Pendokumentasian hasil asuhan kebidanan secara SOAP

Dokumentasi asuhan kebidanan merupakan bentuk catatan dari hasil

asuhan kebidanan yang meliputi pengkajian data subjektif dan objektif,

penegakan assesment dalam bentuk diagnosa masalah dan kebutuhan,

pengidentifikasian masalah terhadap tindakan segera dan melakukan

kolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lain serta menyusun

asuhan kebidanan dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang

dibuat pada langkah sebelumnya (Rukiyah, 2014).

Menurut Helen Varney (2007), alur pikir bidan saat menghadapi klien

meliputi 7 langkah. Orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan oleh

seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, didokumentasikan dalam

bentuk Subjektif, Objektif, Assesment dan Planning (SOAP), yaitu :

(S) : subjektif, yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil

pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah 1 varney yaitu

melakukan anamnesa kepada klien, keluarga, suami atau orang yang saat

itu tahu kondisi klien tersebut.

(O) : objektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan

data klien melalui hasil pemeriksaan fisik ibu secara lengkap dan akurat

mulai dari ujung kepala sampai kaki serta data penunjang sebagao langkah

1 Varney.

(A) : assesment yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa

dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu indikasi dalam

diagnosa/masalah, kebutuhan, antisipasi diagnosa/ masalah potensial,

perlunya tindakan segera oleh bidan/ dokter, konsultasi/ kolaboraso dan

rujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney.


177

(P) : planning, menggambarkan pendokumentasian dari rencana, tindakan

dan evaluasi perencanaan berdasarkan assesment sebagai langkah 5, 6

dan 7 Varney (Rukiyah, 2014).


178

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Kebidanan pada ibu Hamil

1. Kunjungan Antenatal Care Pertama

Tanggal Pengkajian : Kamis, 23 Mei 2019

Waktu : 10.30 WIB

Tempat Pengkajian : Puskesmas Bogor Tengah

Nama Pengkaji : Siti Hasanah Fikria

1) Pengumpulan Data Dasar

Data Subjektif

Nama Ny.I usia 26 tahun, suku sunda, beragama Islam,

Kebangsaan Indonesia, Pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai

Karyawan Swasta. Dan Suami bernama Tn.Y, usia 30 tahun, Suku

Sunda, Beragama Islam, Kebangsaan Indonesia, Pendidikan SMA,

bekerja sebagai Karyawan Swasta, bertempat tinggal di Jl. Abesin

Rt.05 Rw.04 kelurahan Cibogor, Kecamatan Bogor Tengah, Kota

Bogor.

Ny.I datang ke Puskesmas Bogor Tengah mengatakan ingin

memeriksakan kehamilannya. Tidak mempunyai keluhan, ibu

mengatakan gerakan janin aktif, tidak ada gangguan pada

penglihatan dan tidak merasakan sakit kepala yang hebat,

pandangan mata kabur, nyeri ulu hati, oedema pada wajah dan

ekstremitas.
179

Ibu mengatakan menstruasi pertama pada usia 12 tahun,

dengan siklus 28 hari, lamanya 7-8 hari, mengganti pembalut 3 kali

dalam sehari, warna darah menstruasi merah kecoklatan dan tidak

mengeluh sakit yang berlebih saat menstruasi sehingga tidak

mengganggu aktifitas sehari-hari.

Ibu mengatakan ini kehamilan keduanya belum pernah

keguguran, ibu mengatakan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)

tanggal 28 September 2018 dengan Tafsiran Persalinan (TP) 05

Juni 2019. Ibu merasakan pertama kali pergerakan janin di usia

kehamilan 16 minggu, dan ibu merasa adanya pergerakan janin 24

jam terakhir yaitu sebanyak ±15 kali. Dalam kehamilan saat ini ibu

melakukan suntik TT satu kali yaitu TT4 pada usia kehamilan 22

minggu tanggal 14 Februari 2019. Ibu tidak merasakan

kekhawatiran-kekhawatiran khusus selama hamil ini, ibu

memeriksakan kehamilan pada TM 1 sebanyak 1x dengan keluhan

pusing dan mual, pada TM 2 sebanyak 6x dengan keluhan pusing,

dan TM 3 sebanyak 10x (2x oleh mahasiswa) dengan keluhan sakit

dibagian bawah perut pada usia kehamilan 37 minggu, ibu

mengatakan, selama hamil ini banyak mengkomsumsi tablet Fe

sebanyak ±135 tablet.

Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi yang lalu,

anak pertama lahir pada tahun 2015 di Puskesmas dengan usia

kehamilan 40 minggu, jenis kelamin perempuan, ditolong oleh bidan,

jenis persalinan normal, BB 2900 gram, TB 50 cm, anak pertama


180

ASI sampai usia 1 tahun, keadaan sekarang baik dan sehat, tidak

ada penyulit persalinan dan masa nifas yang lalu.

Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti

TBC, Malaria, hipertensi, dan tidak pernah ada riwayat operasi

seperti SC, apendiks, serta tidak mempunyai riwayat penyakit

keluarga seperti hipertensei, DM, kelahiran kembar, jantung,

retardasi mental, masalah herediter dan kelainan kongenital.

Riwayat KB, ibu mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi

KB suntik 3 bulan selama 1 tahun dan KB suntik 1 bulan selama 6

bulan. Ibu berhenti KB karena ibu ingin mempunyai anak lagi, jumlah

anak yang diinginkan 3 orang anak.

Ibu mengatakan olahraga dengan jalan-jalan kaki dipagi hari.

Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan atau jamu apapun

selain yang diberikan bidan, tidak ada alergi obat, tidak merokok,

tidak minum-minuman beralkohol, dan tidak menggunakan NAPZA,

aktifitas sehari-hari ibu yaitu bekerja sebagai karyawan tetapi saat

hamil cuti dan mengurus rumah tangga. Ibu mengatakan mandi 2x

sehari, gosok gigi 3x sehari dan mengganti celana dalam 3x sehari.

Status ibu saat ini menikah dengan Tn.Y, lamanya pernikahan

yaitu 4 tahun suami dan istri pertama. Respon ibu dan keluarga

terhadap kehamilan sangat bahagia, jenis kelamin yang diharapkan

apa saja, bentuk dukungan keluarga yaitu mengantar ibu periksa

kehamilannya, tidak mempunyai adat istiadat yang berhubungan

dengan kehamilan, pengambil keputusan dalam keluarga yaitu

suami dan keluarga, rencana persalinannya di Puskesmas ditolong


181

oleh bidan dan didampingi oleh suami, biaya dan kebutuhan

persalinan sudah dipersiapkan, ibu berencana ingin menyusui dan

merawat bayinya.

Pola makan ibu 3 kali sehari, jenis makanan yang dikonsumsi

yaitu nasi, ikan, ayam, sayur, buah-buahan. Tidak ada jenis

makanan yang tidak disukai dan ibu tidak ada alergi terhadap

makanan atau obat-obatan dan tidak ada pantangan terhadap

makanan. Pola minum ibu ±7-8 gelas perhari. Ibu mengatakan tidur

siang 2 jam/hari, sedangkan pola tidur malam 7-8 jam/hari dan tidak

ada masalah. Pola BAK ±6-7 kali sehari, BAB 1 kali sehari. Dalam

kehamilan ini ibu melakukan hubungan seksual 1x seminggu, tidak

ada keluhan.

Data Objektif

Dilakukan pemeriksaan umum dalam batas normal, yaitu

Keadaan Umum baik, Kesadaran Composmentis, berat badan

sebelum hamil 42 kg, berat badan sekarang 59 kg, tinggi badan 157

cm, LILA 24,5 cm, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80x/menit,

Respirasi 19x/menit, dan suhu 36,5°C.

Pada pemeriksaan fisik, kepala tidak ada benjolan, tidak ada

nyeri tekan, rambut berwarna kehitaman, tidak rontok dan bersih,

pada wajah tidak terdapat cloasma dan oedema, konjungtiva merah

muda, sklera putih, Kedua telinga simetris, tidak ada nyeri tekan,

tidak ada pengeluaran cairan. Hidung tidak terdapat polip, tidak ada

pengeluaran. Mulut tidak terdapat stomatitis, lidah tampak bersih,

gusi merah muda dan tidak ada caries pada gigi. Leher tidak ada
182

pembengkakan kelenjar getah bening, tidak ada pembengkakan

kelenjar thyroid dan tidak ada pelebaran vena jugularis. Dada tidak

ada tarikan dinding dada, tidak ada bunyi wheezing, tidak ada bunyi

jantung mur-mur, irama jantung teratur, payudara simetris, tidak ada

benjolan, tidak ada nyeri tekan, puting susu menonjol, aerola

hiperpigmentasi, belum ada pengeluaran kolostrum. Pemeriksaan

abdomen pembesaran sesuai masa kehamilan, tidak ada luka bekas

operasi, ada linea nigra tidak ada striae. Palpasi Leopoid I

didapatkan 3 jari dibawah Processus Xiphoideuse TFU 30 cm, teraba

bulat, lunak, tidak melenting, Leopold II perut sebelah kanan teraba

bagian terkecil janin, perut sebelah kiri teraba keras, memanjang,

ada tahanan. Leopold III teraba bulat, keras, tidak dapat

digoyangkan. Leopold IV divergen, 4/5 bagian. Taksiran berat janin

(30-11) × 155 = 2945 gram. DJJ 150x/menit teratur, punctum

maksimum diantara pusat dan simfisis bagian kiri bawah ibu.

Ekstremitas atas bersih, kuku tidak pucat dan tidak terdapat eodema

dan ekstremitas bawah bersih, kuku tidak pucat, tidak terdapat

oedema, tidak ada varices, reflek patella kanan dan kiri (+).

Pemeriksaan genetalia, anus dan pemeriksaan panggul tidak

dilakukan. Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.

2) Interpretasi Data Dasar

Diagnosa

Ny.I usia 26 tahun G2PIA0 hamil 38 minggu

Janin tunggal hidup, presentasi kepala


183

Data Subjektif

Ibu mengatakan berusia 26 tahun hamil anak kedua belum

pernah keguguran HPHT 28 september 2018 dengan tafsiran

persalinan 05 Juni 2019.

Data Objektif

TFU 30 cm, Leopold I teraba bulat, lunak, tidak melenting.

Leopold II bagian kanan teraba bagian-bagian terkecil janin, bagian

kiri teraba panjang keras ada tahanan, Leopold III teraba bulat,

keras, tidak dapat digoyangkan. Leopold IV divergen 4/5 bagian.

DJJ 150x/menit teratur, punctum maksimum terdengar jelas diantara

pusat dan simfisis bagian kiri bawah ibu. TBJ (30-11) x 155 = 2945

gram.

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan : Tidak ada

3) Antisipasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Tidak ada

4) Tindakan segera dan Kolaborasi

Mandiri : Tidak ada

Kolaborasi : Tidak ada

Rujukan : Tidak ada

5) Rencana Asuhan

a) Informed Consent dengan ibu tentang pemeriksaan yang akan

dilakukan.

b) Beritahu ibu hasil pemeriksaan ibu dan bayi.


184

c) Beritahu ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi.

d) Anjurkan ibu untuk olahraga santai seperti jalan santai

disekitaran rumah di pagi hari.

e) Beritahu ibu tanda bahaya dalam kehamilan.

f) Beritahu ibu tanda-tanda persalinan.

g) Beritahu ibu untuk mempersiapkan persalinannya.

h) Berikan tablet Fe.

i) Beritahu ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu tanggal 30 mei

2019.

6) Pelaksanaan / Implementasi

a) Melakukan Informed Consent dengan ibu tentang asuhan

kebidanan dari mulai hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan

KB yang akan diberikan.

b) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa usia kehamilan

saat ini 38 minggu, TTV: tekanan darah 110/80 mmHg, nadi

80x/menit, Pernafasan 19x/menit, suhu 36,5°c, berat badan

sekarang 59 kg. Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, keadaan

bayi baik, DJJ 150x/menit teratur.

c) Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi, seperti

nasi, sayuran hijau, ikan, buah-buahan dan susu.

d) Menganjurkan ibu untuk olahraga santai seperti jalan santai di

sekitaran rumah di pagi hari jam 06.00 WIB ±10 menit dan

melakukan relaksasi dengan menghirup udara segar dipagi hari.

e) Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri seperti

mandi 2x sehari, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,


185

bersihkan putting susu untuk persiapan menyusui, menjaga

kebersihan vulva hygine dengan mengganti celana dalam jika

sudah terasa lembab.

f) Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan seperti, sakit kepala

yang hebat, pandangan kabur, nyeri ulu hati, bengkak pada

wajah atau tangan dan kaki, bayi kurang bergerak seperti

biasanya dan perdarahan pervagina.

g) Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan seperti mules-mules

yang teratur timbulnya sering dan lama, keluar lendir bercampur

darah dari jalan lahir dan keluar cairan ketuban. Jika ibu

merasakan salah satu tanda-tanda persalinan segera

periksakan ke palayanan kesehatan terdekat.

h) Memberitahu kepada ibu untuk mempersiapkan kebutuhan

persalinan seperti biaya persalinan, surat KTP dan KK, jaminan

kesehatan ibu, serta perlengkapan ibu dan bayinya.

i) Memberikan ibu 10 tablet Fe 1x1 diminum di malam hari

sebelum tidur dengan air putih.

j) Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian

pada tanggal 30 Mei 2018 dan apabila ibu ada keluhan boleh

kapan saja untuk kunjungan ulang.

7) Evaluasi

a) Ibu bersedia untuk dilakukan asuhan kebidanan dari mulai hamil,

bersalin, bayi baru lahir, nifas dan KB. Ibu mengisi dan

menandatangani lembar persetujuan.


186

b) Ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa ibu dan bayinya dalam

keadaan baik.

c) Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makan bergizi sesuai anjuran

bidan, seperti: nasi, sayur, ikan, buah dan susu.

d) Ibu selalu jalan santai di pagi hari dan melakukan relaksasi.

e) Ibu selalu menjaga kebersihan diri.

f) ibu mengetahui dan dapat mengulangi apa saja tanda bahaya

dalam kehamilan.

g) Ibu mengetahui tanda-tanda persalinan dan akan segera datang

ke puskesmas jika merasakan tanda-tanda persalinan.

h) Ibu sudah mempersiapkan biaya persalinan dan surat-surat

penting seperti, KTP, KK, jaminan kesehatan ibu serta

perlengkapan ibu dan bayinya.

i) Ibu bersedia untuk mengkonsumsi tablet Fe 1x1 dimalam hari

sebelum tidur diminum dengan air putih.

2. Kunjungan Antenatal Care Kedua

Tanggal Pengkajian : Senin, 27 Mei 2019

Waktu : 16.30 WIB

Tempat Pengkajian : Puskesmas Bogor Tengah

Nama Pengkaji : Siti Hasanah Fikria

Subjektif :

Ibu datang ke puskesmas diantar oleh suaminya mengatakan

ingin memeriksakan kehamilannya, ibu mengeluh sakit perut bagian

bawah.

Objektif :
187

Keadaan umum baik, Berat Badan 59 kg, Tekanan Darah 110/80

mmHg, Nadi 78x/menit, Respirasi 20x/menit, Suhu 36,6°C.

Pemeriksaan fisik dalam batas normal, pemeriksaan abdomen Leopold

I didapatkan 3 jari dibawah Processus Xiphoideuse TFU 30 cm, teraba

bulat, lunak, tidak melenting. Leopold II perut sebelah kanan ibu teraba

bagian terkecil janin, perut sebelah kiri ibu teraba keras, memanjang

ada tahanan, Leopold III teraba keras, tidak dapat digoyangkan.

Leopold IV divergen 4/5 bagian. Taksiran janin (30-11) x 155 = 2,945

gram. DJJ 146x/menit, teratur, punctum maksimum diantara pusat dan

simpisis bagian kiri bawah ibu.

Assesment :

G2P1A0 hamil 39 minggu

Janin tunggal hidup, presentasi kepala

Planning :

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa usia kehamilah ibu saat

ini 39 minggu, keadaan umum baik, kesadaran composmentis,

Berat badan 59 kg, Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 78x/menit,

Pernafasan 20x/menit, Suhu 36,6°C, pada pemeriksaan fisik

normal, DJJ 146x/menit teratur. Ibu dan janin dalam keadaan baik.

Evaluasi : ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa ibu dan

bayinya dalam keadaan baik.

b) Memberitahu ibu bahwa nyeri perut bagian bawah adalah keadaan

fisiologis karena bayi semakin besar, mulai memasuki rongga

panggul dan menekan organ sekitar panggul ibu, selain karena

ukuran janin semakin besar, adanya peregangan pada rahim serta


188

perubahan hormonal juga dapat menyebabkan rasa sakit perut

bagian bawah.

Evaluasi : Ibu mengerti dan memahami penjelasan bidan.

c) Memberitahu ibu mengenai pendidikan kesehatan tentang

pendidikan tentang hubungan seksual (coitus) pada usia kehamilan

ibu saat ini.

ev : Ibu mengerti dan akan melakukan sesuai anjuran bidan.

d) Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup tidur siang minimal 1-2

jam sekali dan malam minimal 6-8 jam sekali.

Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia istirahat yang cukup.

e) Mengingatkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi,

seperti nasi, sayuran hijau, ikan, daging dan buah-buahan.

Evaluasi : Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi

sesuai anjuran bidan seperti nasi, sayuran hijau, ikan, daging, dan

buah-buahan.

f) Mengingatkan ibu untuk mempersiapkan kebutuhan persalinan

seperti biaya persalinan, surat-surat seperti KTP, Kartu Keluarga,

jaminan kesehatan ibu, serta peralatan ibu dan bayinya.

Evaluasi : Ibu sudah mempersiapkan biaya persalinan dan surat-

surat penting.

g) Mengingatkan kembali kepada ibu tanda-tanda persalinan seperti

mulas-mulas yang teratur dan timbulnya sering dan lama, keluar

flek atau lendir darah dari jalan lahir dan keluar cairan ketuban. Jika

ibu merasakan salah satu tanda-tanda persalinan segera

periksakan ke pelayanan kesehatan terdekat.


189

Evaluasi : Ibu mengetahui tentang tanda-tanda persalinan dan

bersedia untuk segera datang ke puskesmas bogor tengah jika

merasakan tanda-tanda persalinan.

h) Mengingatkan ibu untuk melanjutkan meminum tablet Fe 1x1 di

minum di malam hari sebelum tidur dengan air putih.

Evaluasi : Ibu selalu meminumnya sebelum tidur dengan air putih.

i) Menganjurkan ibu kunjungan ulang 1 minggu kemudian pada

tanggal 03 Juni 2019 atau jika ibu mempunyai keluhan.

Evaluasi : Ibu bersedia untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian

B. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

Tanggal Pengkajian : Minggu, 02 Juni 2019

Waktu : 02.30 WIB

Tempat Pengkajian : Puskesmas Bogor Tengah

Nama Pengkaji : Siti Hasanah Fikria

Kala I pukul 02.30 WIB

Subjektif :

Ibu datang ke Puskesmas Bogor Tengah bersama suaminya,

mengeluh mulas-mulas sejak pukul 21.00 WIB tanggal 01/06/2019, sudah

keluar lendir darah, belum keluar air-air, ibu mengatakan janin bergerak

aktif. Ibu mengatakan terakhir makan pukul 20.00 WIB, terakhir BAB pada

pukul 06.00 WIB, terakhir BAK pada pukul 02.00 WIB.

Objektif :

Keadaan umum baik, Berat Badan 59 kg, Tekanan darah 110/80

mmHg, Nadi 78x/menit, Pernafasan 20x/menit, Suhu 36,6°C. Pemeriksaan


190

fisik normal, palpasi Leopold I didapatkan pertengahan pusat dan

Processus Xiphoideuse TFU 29 cm, teraba bulat, lunak, tidak melenting.

Leopoid II perut ibu sebelah kanan teraba bagian terkecil janin, perut ibu

sebelah kiri teraba panjang keras memanjang ada tahanan. Leopoid III

teraba bulat, keras, tidak dapat digoyangkan. Leopoid IV Divergen 3/5

bagian. DJJ 146x/menit teratur, punctum maksimum terdengar jelas di

antara pusat dan simpisis bagian kiri bawah ibu, His 4x dalam 10 menit

lamanya 35 detik, kuat. Pemeriksaan genitalia vulva vagina tidak ada

kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 5cm, ketuban utuh, presentasi

kepala posisi UUK kiri depan, penurunan hodge II+, tidak ada moulage.

Assesment :

G2P1A0 hamil 40 minggu inpartu kala I fase aktif

Janin tunggal hidup, presentasi kepala.

Planning :

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin dalam

keadaan baik dan normal, ibu sudah memasuki proses persalinan

dengan pembukaan 5 cm, dan ketuban masih utuh, Tekanan darah

110/80 mmHg, Nadi 78x/menit, Pernafasan 20x/menit, Suhu 36,6°C,

DJJ 146x/menit.

Evaluasi : ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.

b) Informconsent tindakan kepada ibu.

Evaluasi : Ibu menyetujui

c) Memberitahu ibu untuk melakukan teknik relaksasi saat ada kontraksi

yaitu dengan cara menarik nafas dari hidup dan keluarkan melalui mulut

supaya ibu merasa rileks dan tenang.


191

Evaluasi : Ibu mengerti dan melakukan teknik relaksasi saat ada

kontraksi

d) Menganjurkan ibu jalan-jalan terlebih dahulu (disekitar ruangan) untuk

mempercepat penurunan kepala.

Evaluasi : ibu memilih jalan-jalan terlebih dahulu disekitar ruangan

puskesmas.

e) Menganjurkan untuk berbaring ditempat tidur lalu miring ke kiri atau

kanan jika mulas terasa semakin sering dan tidak kuat untuk berjalan-

jalan.

Evaluasi : ibu melakukannya dan miring kesebelah kiri.

f) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum di sela-sela kontraksi/mulas.

Evaluasi : Ibu mengerti dan akan makan dan minum saat tidak merasa

mulas

g) Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB

Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia untuk tidak menahan BAK dan

BAB

h) Memberitahu ibu untuk tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap

karena akan mengakibatkan bengkak pada jalan lahir.

Evaluasi : Ibu mengerti anjuran bidan.

i) Menyiapkan alat partusset, hectingset, perlengkapan ibu dan bayi.

Evaluasi : partusset, hectingset serta perlengkapan ibu dan bayi telah

disiapkan.

j) Mengobservasi ibu dan janin sesuai dengan partograf.


192

Evaluasi : His, DJJ, nadi setiap 30 menit sekali, suhu 2 jam sekali,

pemeriksaan dalam dan tekanan darah 4 jam sekali atau jika ada

indikasi.

Catatan Perkembangan pukul 06.30 WIB

Keadaan umum baik, Kesadaran Composmentis, Tekanan darah

120/70 mmHg, Nadi 88x/menit, Pernafasan 22x/menit, Suhu 36,6°C,

Pemeriksaan abdomen DJJ 141x/menit, teratur punctum maksimum

diantara pusat dan simpisis, His 4x dalam 10 menit lamanya 45 detik, kuat,

Pemeriksaan genetalia vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak

pembukaan 7cm, ketuban utuh, presentasi kepala, posisi UUK kiri depan,

penurunan Hodge III, tidak ada moulage.

KALA II pukul 08.00 WIB

Subjektif :

Ibu mengatakan mulas semakin sering, merasa ada dorongan

meneran seperti ingin BAB dan terasa seperti keluar air-air.

Objektif :

Keadaan Umum baik, Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 88x/menit,

Pernafasan 24x/menit, Suhu 36,6°C. Pemeriksaan fisik normal, abdomen

DJJ 144x/menit teratur, punctum maksimum diantara pusat dan simpisis

kiri bawah ibu, His 5x dalam 10 menit lamanya 50 detik, kuat. Pemeriksaan

genitalia yaitu vulva dan vagina tidak ada kelainan, portio tidak teraba,

pembukaan 10cm, ketuban jernih, berbau khas, presentasi kepala posisi

UUK depan, penurunan Hodge III+, tidak ada moulage.

Assesment :

G2P1A0 hamil 40 minggu inpartu kala II.


193

Janin tunggal hidup, presentasi kepala.

Planning :

a) Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa pembukaan

sudah lengkap 10cm dan ibu akan segera bersalin.

Evaluasi : Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.

b) Mengatur posisi dan menganjurkan ibu memilih posisi untuk bersalin

agar nyaman saat mengedan.

Evaluasi : Ibu merasa nyaman dan ibu memilih posisi setengah duduk.

c) Menghadirkan pendamping saat proses persalinan dan memberitahu

pendamping persalinan untuk memberikan semangat dan motivasi ibu

selama bersalin.

Evaluasi : suami mendampingi dan membantu memberikan semangat

dan memotivasi ibu saat bersalin.

d) Mengajarkan ibu cara mengedan yang baik dan benar yaitu pada saat

ada kontraksi atau mulas dengan cara merangkul paha ditarik kearah

dada, kepala diangkat mata dibuka sambil melihat perut, dan gigi

ketemu gigi seperti menggigit, tarik nafas lalu mengedan tanpa

bersuara, dan lakukan relaksasi saat kontraksi atau mulesnya hilang.

Evaluasi : ibu dapat mengedan dengan benar.

e) Mendekatkan alat-alat persalinan dan menggunakan APD.

Evaluasi : alat-alat persalinan telah disiapkan, APD telah digunakan.

f) Menolong persalinan dengan 60 langkah APN.

Evaluasi : bayi lahir spontan pukul 08.30 WIB, jenis kelamin perempuan,

menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit kemerahan.

g) Mengeringkan bayi.
194

Evaluasi : bayi sudah dikeringkan.

h) Mengecek janin kedua.

Evaluasi : tidak ada janin kedua.

KALA III pukul 08.31 WIB

Subjektif :

Ibu mengatakan perut masih terasa mulas dan sedikit lemas dan

senang atas kelahiran bayinya.

Objektif :

Keadaan umum baik, palpasi abdomen TFU sepusat, tidak ada janin

kedua, uterus globuler, kandung kemih kosong, Genitalia terdapat

semburan darah tiba-tiba, tali pusat memanjang, pengeluaran darah ±120

cc.

Assessment :

P2A0 partus kala III

Planning :

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam keadaan baik,

plasenta belum lahir dan akan segera dilahirkan.

Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.

b) Menyuntikan oxytosin 10 IU secara IM di 1/3 paha antero lateral paha

ibu

Evaluasi : oxytosin telah disuntikan

c) Menjepit dan memotong tali pusat.

Evaluasi : Tali pusat telah dijepit dan dipotong.

d) Meletakkan bayi diatas perut ibu untuk dilakukan IMD selama 1 jam.

Evaluasi : IMD telah dilakukan.


195

e) Melakukan PTT (penegangan tali pusat terkendali).

Evaluasi : Plasenta lahir pukul 08.37 WIB.

f) Melakukan massase uterus selama 15 detik.

Evaluasi : Kontraksi uterus baik.

g) Memeriksa kelengkapan plasenta.

Evaluasi : selaput korion dan amnion utuh, insersi tali pusat sentralis ±

45 cm, berat ± 500 gram, tebal ± 2,5 cm, kotiledon lengkap.

h) Mengajarkan ibu dan keluarga untuk massase uterus, yaitu dengan

meletakkan lima jari dan telapak tangan diatas perut ibu kemudian putar

searah jarum jam perlahan hingga bagian uterus teraba keras.

Evaluasi : Ibu mengerti dan dapat melakukan massase uterus.

i) Memeriksa adanya laserasi atau tidak.

Evaluasi : Tidak terdapat laserasi.

KALA IV Pukul 08.52 WIB.

Subjektif :

Ibu mengatakan senang dan tenang atas kelahiran bayinya telah lahir

dengan selamat, perutnya masih terasa mulas, dan ibu merasa lelah.

Objektif :

Keadaan Umum baik, Tekanan Darah 120/80 mmHg, Nadi 80x.menit,

Pernafasan 20x/menit, Suhu 36,5°C. TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi

uterus baik, kandung kemih kosong, pengeluaran darah ±110 cc, tidak

terdapat laserasi.

Assesment :

P2A0 partus kala IV

Planning :
196

a) Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik,

keadaan umum baik, Tekanan Darah 120/80 mmHg, Nadi 80x/menit,

Pernafasan 20x/menit, Suhu 36,5°C.

Evaluasi : ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan

baik.

b) Membersihkan ibu dan mengganti pakaian ibu menggunakan wash lap

yang dibasahi air DTT.

Evaluasi : ibu terlihat nyaman.

c) Merapihkan alat dan mendekontaminasikan alat partusset dan

heactingset dalam kloin 0,5% selama 10 menit.

Evaluasi : alat sudah di dekontaminasikan selama 10 menit.

d) Melakukan observasi (TTV, kontraksi uterus, kandung kemih dan

perdarahan) selama 2 jam yaitu setiap 15 menit pada 1 jam petama dan

setiap 30 menit pada 1 jam kedua.

Evaluasi : Observasi telah dilakukan dan hasil keseluruhan baik.

e) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap bayi ingin dan minimal

setiap 2 jam sekali dan hanya diberi ASI saja.

Evaluasi: ibu bersedia untuk menyusui bayinya setiap bayi ingin dan

minimal setiap 2 jam sekali dan akan di beri ASI saja.

f) Memberitahu ibu tanda bahaya nifas seperti kelelahan sulit tidur,

demam >38,5°C, sakit kepala yang terus menerus, pandangan mata

kabur, pembengkakan pada wajah, tangan dan kaki, pembengkakan

payudara berwarna merah dan sakit, sulit buang air kecil, perdarahan

banyak dan keluar cairan vagina berbau.

Evaluasi : ibu mengetahui tanda bahaya nifas.


197

g) Memberitahu keluarga untuk memberikan minum dan makan kepada

ibu.

Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia untuk makan dan minum.

h) Memberikan obat kepada ibu tablet Fe 10 tablet 1x1, amoxilin 10 tablet

3x1, Vit A 2 kapsul 1x1 diminum pada jam yang sama dan paracetamol

10 tablet 3x1 diminum bila ibu merasa demam.

Evaluasi : ibu mengerti untuk anjuran minum obat yang diberikan.

i) Melakukan pendokumentasian dan mengisi partograf bagian depan dan

belakang.

Evaluasi : pendokumentasian telah dilakukan.

C. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

a. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir usia 1 Jam

Tanggal Pengkajian : 02 Juni 2019

Waktu : 09.30 WIB

Tempat Pengkajian : Puskesmas Bogor Tengah

Nama Pengkaji : Siti Hasanah Fikria

Subjektif :

Bayi telah dilahirkan 1 jam yang lalu, bayi sudah melakukan IMD

dan berhasil menemukan putting, menghisap dengan kuat, bayi sudah

BAK belum BAB.

Objektif :

Bayi lahir spontan pukul 08.30 WIB, Keadaan umum baik, jenis

kelamin perempuan warna kulit kemerahan, tonus otot baik, menangis

kuat, laju jantung 143x/menit, pernafasan 46x/menit, suhu 36,7°C, Berat


198

badan 3800 gram, panjang badan 52 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar

dada 34 cm.

Pemeriksaan fisik kepala tidak terdapat caput succedeneum dan

cephalhematoma, tidak hydrocephalus, sutura teraba tidak terdapat

penyusupan. Mata simetris, tidak terdapat perdarahan dan

pembengkakan, konjungtiva merah muda, sklera putih, reflek pupil

normal, reflek glabellar aktif, kedua telinga simetris, daun telinga sudah

terbentuk, terdapat lubang telinga, tidak ada pengeluaran. Hidung

bersih, septum berada ditengah terdapat lubang hidung, tidak ada

cupping hidung, bibir tidak sianosis, tidak ada labioskizis dan tidak ada

labiopalatoskizis, reflek rooting positif. Leher tidak ada pembengkakan

kelenjar getah bening, tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, dan

tidak ada pelebaran pada vena jugularis, reflek tonicneck positif. Dada

simetris, tidak ada retraksi dinding dada, putting susu sudah terbentuk,

bunyi jantung normal, tidak ada bunyi wheezing dan ronchi dalam

pernafasan. Abdomen normal, tidak kembung, tali pusat tidak

perdarahan. Genetalia labia mayora sudah menutupi labia minora,

lubang vagina positif, lubang uretra positif. Ekstremitas atas dan bawah

normal, bergerak aktif, jumlah jari lengkap, reflek grasping positif dan

reflek babinsky positif. Punggung tidak terdapat spinabifida terdapat

lubang anus. Reflek moro positif, reflek sucking dan reflek swallowing

positif dilihat pada saat bayi menyusu.

Assesment :

By Ny.I Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 1 jam.

Planning :
199

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam keadaan

baik, warna kulit kemerahan, tonus otot baik, tingkat aktivitas aktif

dan baik, menangis kuat, jenis kelamin perempuan, laju jantung

143x/ menit, pernafasan: 46x/ menit, suhu 36,7°C. Berat badan

3800 gram, panjang badan 52 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar

dada 34 cm.

Evaluasi : ibu mengetahui hasil pemeriksaan bayinya dalam

keadaan baik.

b) Memberi salep mata pada bayi Chloramphenicol 1% untuk

mencegah infeksi

Evaluasi : salep mata telah diberikan dan ibu ngetahui bahwa

bayinya diberi salep mata.

c) Menyuntikan Vit K 0,5 ml disuntikan pada 1/3 paha kiri bagian luar

secara IM, untuk mencegah perdarahan pada otak dan mencegah

perdarahan pada tali pusat karena sistem pembekuan darah pada

bayi baru lahir belum sempurna.

Evaluasi : Vit K telah disuntikan, ibu mengetahui bahwa anaknya

disuntik Vit K dan mengetahui kegunaan Vit K.

d) Menjaga kehangatan bayi dengan mengenakan pakaian dan

membedong dan memakai topi untuk memastikan kepala bayi

tertutup dan terjaga kehangatannya.

Evaluasi: bayi telah di jaga kehangatannya.

e) Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir, seperti demam

>38,5 °C, bayi merintih, bayi tidak mau menyusu, bayi tidur terus
200

dan perdarahan pada tali pusat. Ibu segera memanggil bidan jika

menemukan tanda bahaya.

Evaluasi: ibu mengetahui tanda bahaya pada bayi baru lahir.

a. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir usia 6 Jam

Tanggal Pengkajian : 02 Juni 2019

Waktu : 14.30 WIB

Tempat Pengkajian : Puskesmas Bogor Tengah

Nama Pengkaji : Siti Hasanah Fikria

Subjektif :

Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat, sudah BAK tetapi belum

BAB.

Objektif :

Keadaan umum bayi baik, laju jantung 138x/menit, pernafasan

44x/menit, suhu 36,7°C, warna kulit kemerahan.

Assesment :

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 6 jam.

Planning :

a) Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam keadaan

baik, kesadaran composmestis, laju jantung 138x/menit, pernafasan

44 x/menit, suhu 36,7°C, bayi sudah dapat menyusu.

Evaluasi: ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam

keadaan baik.

b) Memberitahu ibu bahwa bayinya akan di mandikan dan diberikan

imunisasi pertama yaitu imunisasi Hepatitis B-0 disuntikan pada


201

paha kanan bagian luar secara IM untuk mencegah bayi dari

penyakit hepatitis atau penyakit kuning.

Evaluasi: ibu mengerti dan mengetahui bahwa bayinya akan

dimandikan dan disuntik imunisasi pertama yaitu HB-0.

c) Mengajarkan ibu perawatan tali pusar bayi yaitu dibersihkan saat

mandi pagi dan sore lalu di keringkan hingga kering jangan di bubuhi

apapun, dan di jaga kehangatan bayinya.

Evaluasi: ibu mengerti untuk perawatan tali pusar dan akan menjaga

kehangatan bayinya.

d) Mengingatkan ibu untuk menjemur bayinya setiap hari ±10-15 menit

pada jam 07.00-09.00 dengan menutupi bagian mata dan

kemaluannya.

Evaluasi : Ibu mengerti dan akan menjemur bayinya.

e) Memberitahu ibu tanda bahaya bayi baru lahir, seperti demam

>38,5°C, bayi merintih, tidak mau menyusu, bayi tidur terus, dan

perdarahan pada tali pusat.

Evaluasi : ibu mengetahui tanda bahaya bayi baru lahir.

f) Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang pada tangga 8 Juni 2018,

atau jika terdapat tanda bahaya pada bayi segera datang ke fasilitas

kesehatan.

Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia untuk kunjungan ulang tanggal

8 Juni 2019.

b. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir usia 1 Minggu

Tanggal Pengkajian : 08 Juni 2019

Waktu : 09.20 WIB


202

Tempat Pengkajian : Puskesmas Bogor Tengah

Nama Pengkaji : Siti Hasanah Fikria

Subjektif :

Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat terkandang tidak mau

berhenti menyusu, ibu mengatakan bayinya hanya di beri ASI dan tali

pusatnya sudah puput pada hari ke lima, pola eliminasi bayi BAB 6-7

x/hari, BAB 1-2 x/hari.

Objektif :

Keadaan umum bayi baik, Berat Badan 4000 gram, panjang

badan 53 cm, laju jantung 130x/ menit, pernafasan 42x/ menit, suhu

36,5°C, mata konjungtiva merah muda, sklera putih, dada tidak ada

retraksi dinding dada, abdomen tidak kembung, pusar bayi bersih,

warna kulit kemerahan, Ekstremitas gerakan aktif.

Assesment :

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 6 hari.

Planning :

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam keadaan

baik, BB 4000 gram, panjang badan 53 cm, laju jantung 130x/ menit,

pernafasan 42x/ menit, suhu: 36,5°C.

Evaluasi: ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam

keadaan baik.

b) Mengingatkan ibu untuk menjemur bayinya setiap hari ±10-15 menit

pada jam 07.00-09.00 dengan menutupi bagian mata dan

kemaluannya.

Evaluasi: ibu bersedia untuk menjemur bayinya setiap pagi.


203

c) Mengingatkan kembali tanda bahaya pada bayi baru lahir, seperti

demam >38,5 °C, bayi merintih, bayi tidak mau menyusu, bayi tidur

terus dan perdarahan pada tali pusat. Segera datang ke petugas

atau tempat pelayanan kesehatan terdekat.

Evaluasi: ibu mengetahui tanda bahaya pada bayi baru lahir.

d) Memberitahu ibu untuk perawatan bayi selalu dijaga kehangatannya,

bayinya dimandikan pagi dan sore hari, pusarnya dibersihkan dan

dikeringkan.

Evaluasi: ibu mengerti untuk perawatan pada bayinya.

e) Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang pada tangga 16 Juni 2019,

atau jika terdapat tanda bahaya pada bayi segera datang ke fasilitas

kesehatan terdekat jika terjadi tanda bahaya.

Evaluasi : ibu bersedia untuk kunjungan ulang tanggal 16 Juni 2019.

c. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir usia 2 Minggu

Tanggal Pengkajian : 16 Juni 2019

Waktu : 08.30 WIB

Tempat Pengkajian : jl. Abesin Kel. Cibogor Rt 05/04 (Rumah Pasien)

Nama Pengkaji : Siti Hasanah Fikria

Subjektif :

Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan sehat, menyusu sangat

sering dan kuat, tidak rewel, BAK 7-8 x/hari, BAB 2x/hari.

Objektif :

Keadaan umum bayi baik, berat badan 4300 gram, panjang badan

54 cm, laju jantung 127x/ menit, pernafasan 42x/ menit, suhu 36,8°C.
204

Mata konjungtiva merah muda, sklera putih, mulut bersih, pusar bersih,

kulit kemerahan, turgor kulit baik, bergerak aktif.

Assesment :

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 2 minggu.

Planning :

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam keadaan

baik. berat badan 4300 gram, laju jantung 127x/ menit, pernafasan

42x/ menit, suhu: 36,8°C.

Evaluasi: ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam

keadaan baik.

b) Mengingatkan ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir, seperti demam

>38,5 °C, bayi merintih, bayi tidak mau menyusu, bayi tidur terus

dan perdarahan pada tali pusat.

Evaluasi: ibu mengetahui tanda bahaya pada bayi baru lahir.

c) Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ke PKM Bogor

Tengah tanggal 2 Juli 2019, saat bayinya berusia 1 bulan untuk

dilakukan imunisasi BCG, dan Polio 1.

Evaluasi: ibu bersedia untung membawa bayinya dan untuk

imunisasi BCG dan Polio 1.

d. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir usia 6 Minggu

Tanggal Pengkajian : 14 Juli 2019

Waktu : 10.30 WIB

Tempat Pengkajian : jl. Abesin Kel. Cibogor Rt05/04 (Rumah Pasien)

Nama Pengkaji : Siti Hasanah Fikria

Subjektif :
205

Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat dan tetap diberi ASI dan

sudah melakukan imunisasi BCG.

Objektif :

Keadaan umum bayi baik, berat badan 4800 gram, panjang badan

56 cm, laju jantung 121 x/menit, pernafasan 42 x/menit, suhu 36,8°C.

Mata konjungtiva merah muda, sklera putih, mulut bersih, pusar bersih,

kulit kemerahan, turgor kulit baik, bergerak aktif. BAK dan BAB lancar.

Assesment :

By.A usia 6 minggu.

Planning :

a) Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam keadaan,

berat badan 4800 gram, panjang badan 56 cm, laju jantung 121 x/

menit, pernafasan 42 x/menit, suhu 36,8°C, Pada mata konjungtiva

merah muda, sklera putih, mulut bersih, tali pusat bersih, kulit

berwarna merah muda, turgor kulit baik, bergerak aktif.

Evaluasi: ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam

keadaan baik..

b) Mengingatkan ibu tanda bahaya pada bayi, seperti: demam >38,5

°C, bayi merintih, bayi tidak mau menyusu, bayi tidur terus dan

perdarahan pada tali pusat dan segera datang ke petugas atau

pelayanan kesehatan terdekat jika terjadi tanda bahaya.

Evaluasi: ibu mengetahui tanda bahaya pada bayi baru lahir.


206

c) Menganjurkan kepada ibu untuk kunjungan ulang bayinya sebulan

kemudian keposyandu atau ke puskesmas, untuk penimbangan

bayi dan imunisasi selanjutnya, yaitu DPT 1 dan Polio 2.

Evaluasi: Ibu bersedia untuk kunjungan ulang ke posyandu dan

melakukan penimbangan dan imunisasi selanjutnya.

d) Memberitahu ibu mengenai Imunisasi dasar pada bayi dilakukan

peniimbangan dan imunisasi sampai bayi barusia 24 bulan.

Evaluasi : Ibu mengetahui tentang imunisasi dasar pada bayi.

D. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

1. Asuhan Kebidanan Post Partum 6 jam

Tanggal Pengkajian : 02 Juni 2019

Waktu : 14.30 WIB

Tempat Pengkajian : Puskesmas Bogor Tengah

Nama Pengkaji : Siti HasanaH Fikria

Subjektif :

Ibu mengatakan masih terasa mulas dan sudah dapat BAK sendiri

ke kamar mandi, sudah menyusui bayinya.

Objektif:

Keadaan Umum ibu baik, Tekanan Darah 120/80 mmHg, Nadi

81x/menit, Pernafasan 22x/menit, Suhu 36,5°C. Pemeriksaan fisik

wajah tidak pucat, mata konjungtiva merah muda, sklera putih, bibir
207

tidak pucat, kolostrum sudah keluar, abdomen TFU 2 jari dibawah

pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, pengeluaran

darah ±10cc, lochea rubra, tidak terdapat leserasi.

Assesment:

P2A0 postpartum 6 jam

Planning:

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa Keadaan Umum ibu

baik, Kesadaran composmentis, Tekanan Darah 120/80 mmHg,

Nadi 81x/menit, Pernafasan 22x/menit, Suhu 36,5°C.

Evaluasi: ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam

keadaan baik.

b) Menjelaskan kepada ibu tentang fisiologi masa nifas, yaitu

mengenai mules yang di alami ibu adalah hal yang fisiologis dan

merupakan keaadaan tersebut adalah baik, karena uterus kembali

ke bentuk semula dan berkontraksi dengan baik.

Evaluasi: Ibu mengerti penjelasan dari bidan.

c) Menganjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI eklusif kepada

bayinya selama 6 bulan tanpa makanan tambahan apapun

valuasi: Ibu bersedia untuk memberikan ASI eklusif pada bayinya.

d) Mengajarkan ibu cara menyusui bayi yang baik dan benar yaitu

dengan cara. Dagu bayi menempel sepenuhnya pada payudara ibu,

areola yang merupakan bagian dari payudara yang berwarna gelap

yang mengelilingi putting, harus dimasukkan ke dalam mulut bayi

sebanyak-banyaknya hingga akhirnya membentuk seperti bulan


208

sabit, telinga dan tangan bayi membentuk garis lurus, mulut harus

benar-benar terbuka lebar

Evaluasi: Ibu mengerti dan mampu melakukannya

e) Mengingatkan ibu untuk mempertahankan nutrisi yang seimbang

dan menganjurkan ibu untuk banyak mengkonsumsi sayuran hijau,

ikan, telur dan buah-buahan dan minum air putih 8 gelas/ hari.

Evaluasi: Ibu bersedia makan makanan dan minum sesuai anjuran

bidan.

f) Memberitahu ibu untuk beristirahat dengan cukup tidur siang hari

minimal 1-2 jam dan tidur dimalam hari minimal 6-8 jam perhari, ibu

harus bisa mengambil kesempatan tidur siang saat bayi tidur

ibupun ikut tidur.

Evaluasi : Ibu mengerti dan akan beristirahat yang cukup.

g) Menjelaskan kepada ibu tentang bahaya nifas, yaitu kelelahan, sulit

tidur, demam >38,5°C, sakit kepala yang terus menerus,

pandangan mata kabur, pembengkakan pada wajah, tangan dan

kaki, pembengkakan payudara berwarna merah dan sakit, sulit

buang air kecil, perdarahan banyak dan keluar cairan vagina

berbau

Evaluasi: Ibu mengerti tentang bahaya masa nifas

h) Memberikan ibu pendidikan kesehatan tentang persoal hygiene, ibu

membersihkan kemaluan setelah BAB/ BAK menggunakan air

bersih, setelah itu lap hingga kering

Evaluasi: Ibu bersedia melakukan anjuran bidan.


209

i) Mengingatkan ibu untuk meminum semua obat yang diberikan

sewaktu bersalin secara teratur, seperti tablet Fe 1x1, amoxilin 3x1,

Vit A 1x1 pada jam yang sama dan paracetamol 3x1 diminum bila

ibu merasa demam.

Evaluasi: Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia untuk

mengkonsumsi obat yang diberikan.

j) Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi pada tanggal

08 Juni 2019.

Evaluasi: ibu bersedia untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi tanggal

08 Juni 2019.

2. Asuhan Kebidanan Post Partum 1 Minggu

Tanggal Pengkajian : 08 Juni 2019

Waktu : 09.20 WIB

Tempat Pengkajian : Puskesmas Bogor Tengah

Nama Pengkaji : Siti Hasanah Fikria

Subjektif :

Ibu mengatakan tidak ada keluhan, BAK dan BAB lancar, ASI

lancar keluar banyak, masih keluar darah dan berwarna merah

kecoklatan.

Objektif :

Keadaan Umum ibu baik, Berat Badan 53 kg, Tekanan Darah

120/80 mmHg, Nadi 77x/menit, Pernafasan 20x/menit, Suhu 36,5°C.


210

Pemeriksaan fisik wajah tidak ada oedema, mata konjungtiva merah

muda, skelra putih, bibir tidak pucat, payudara tidak ada benjolan , ASI

lancar, abdomen TFU pertengahan pusat dan simfisis, kandung kemih

kosong, lochea sanguinolenta. Ekstremitas atas dan bawah kuku bersih

dan tidak oedema.

Assesment :

P2A0 postpartum 6 hari

Planning :

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa Keadaan Umum ibu

baik, Kesadaran composmentis, Berat Badan 53 kg, Tekanan

Darah 120/80 mmHg, Nadi 77x/menit, Pernafasan 20x/menit, Suhu

36,5°C.

Evaluasi: ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam

keadaan baik.

b) Mengingatkan ibu agar tetap mempertahankan kebersihan daerah

kemaluannya dengan cara mencuci dengan air bersih dan

mengelap hingga kering.

Evaluasi: Ibu bersedia mengikuti saran yang diberikan.

c) Mengingatkan ibu untuk mempertahankan nutrisi yang seimbang

dan menganjurkan ibu untuk banyak mengkonsumsi makanan

bergizi dan kaya protein karena ibu sedang menyusui, seperti telur

dan ikan, sayuran hijau dan buah-buahan dan minum air putih 8

gelas/ hari.

Evaluasi: Ibu bersedia mengikuti saran yang diberikan.


211

d) Memastikan ibu beristirahat yang cukup tidur siang hari minimal 1-2

jam dan malam hari minimal 6-8 jam perhari, ibu harus bisa

mengambil kesempatan tidur saat bayi tidur ibupun ikun tidur.

Evaluasi: Ibu mengerti akan beristirahat cukup sesuia anjuran.

e) Mengingatkan ibu untuk memberikan ASI saja kepada bayinya dan

ibu dianjurkan menyusui bayinya sesering mungkin dan jika

payudara ibu sudah terasa bengkak minta ibu untuk sesegera

mungkin menyusui bayinya sampai payudara ibu terasa kosong

Evaluasi: Ibu mengerti dan mau melakukannya.

f) Mengingatkan kembali kepada ibu untuk memberikan bayinya ASI

ekslusif selama 6 bulan tanpa makanan dan minuman tambahan.

Evaluasi : Ibu bersedia memberikan bayinya ASI saja selama 6

bulan.

g) Mengingatkan ibu kembali cara menyusui dengan baik dan benar,

yaitu posisi ibu duduk dengan baik dan rileks, membuka mulut bayi

kemudian menyusui dengan memasukan mulut bayi dengan

menutupi semua areola, setelah menyusui sendawakan bayi.

Evaluasi: Ibu mengerti dan akan melakukan apa yang di ajarkan

bidan.

h) Mengingatkan kepada ibu tentang bahaya nifas, yaitu sulit tidur,

demam >38,5°C, sakit kepala yang terus menerus, pandangan

mata kabur, pembengkakan pada wajah, tangan dan kaki,

pembengkakan payudara berwarna merah dan sakit, sulit buang air

kecil, perdarahan banyak dan keluar cairan vagina berbau.

Evaluasi: Ibu mengerti tentang bahaya masa nifas


212

i) Memberitahu ibu kunjungan ulang tanggal 16 juni 2019.

Evaluasi: ibu bersedia untuk kunjungan ulang tanggal 13 Juni 2019.

3. Asuhan Kebidanan Post Partum 2 Minggu

Tanggal Pengkajian : 16 Juni 2019

Waktu : 08.30 WIB

Tempat Pengkajian : jl. Abesin Kel. Cibogor Rt 05/04 (Rumah Pasien)

Nama Pengkajian : Siti Hasanah Fikria

Subjektif:

Ibu mengatakan tidak mempunyai keluhan, nafsu makan baik,

BAB dan BAK lancar, ASI keluar banyak.

Objektif :

Keadaan Umum ibu baik, berat badan 53 kg, Tekanan Darah

110/80 mmHg, Nadi 78x/menit, Pernafasan 20x/menit, Suhu 36,5°C.

Pemeriksaan fisik wajah tidak oedema, mata konjungtiva merah muda,

sklera putih, bibir tidak pucat, abdomen TFU tidak teraba, kandung

kemih kosong, pada genitalia lochea serosa. Ekstremitas atas dan

bawah kuku bersih dan tidak oedema, tidak ada varises, tidak ada

tanda homan.

Assesment :

P2A0 postpartum 2 minggu.

Planning :

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa Keadaan Umum ibu

baik, berat badan 53 kg, Tekanan Darah 110/80 mmHg, Nadi

78x/menit, Pernafasan 20x/menit, Suhu 36,5°C.


213

Evaluasi: ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam

keadaan baik.

b) Mengingatkan kepada ibu untuk makan makanan bergizi seperti

nasi, sayur, lauk pauk, buah, susu dan tidak ada pantangan

makanan dan minum air putih 8 gelas/ hari.

Evaluasi: Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia makan dan

minum sesuai anjuran.

c) Memastikan ibu beristirahat yang cukup tidur siang hari minimal 1-2

jam dan malam hari minimal 6-8 jam perhari, ibu harus bisa

mengambil kesempatan tidur saat bayi tidur ibupun ikun tidur.

Evaluasi: Ibu mengerti akan beristirahat cukup sesuia anjuran.

d) Memberikan informasi kepada ibu tentang KB seperti: jenis-jenis

KB, keuntungan dan kerugiannya, kemudian efek sampingnya dan

ibu diberi kesempatan untuk memilih sesuai dengan pilihannya

sendiri.

Evaluasi: Ibu mengerti dengan informasi yang diberikan serta

bersedia memilih kontrasepsi jangka panjang yaitu KB Spiral/IUD

e) Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang dan melakukan

pemasangan KB pada tanggal 14 Juli 2019.

Evaluasi: Ibu bersedia untuk kunjungan ulang dan berKB pada

tanggal 14 Juli 2019.

4. Asuhan Kebidanan Post Partum 6 Minggu

Tanggal Pengkajian : 14 Juli 2019

Waktu : 10.30 WIB

Tempat Pengkajian : jl. Abesin Kel. Cibogor Rt05/04 (Rumah Pasien)


214

Nama Pengkajian : Siti Hasanah Fikria

Subjektif :

Ibu mengatakan bahwa keadaannya semakin sehat dan sudah

merasa betul-betul pulih. Ibu merasa senang karena bayinyapun sehat.

setelah berdiskusi dengan suami ibu tetap memilih KB jangka panjang

yaitu spiral tetapi ibu masih merencanakan waktu pemasangan.

Objektif :

Keadaan umum ibu baik, berat badan 53 kg, tekanan darah

110/80 mmHg, Nadi 78x/menit, Pernafasan 20x/menit, suhu 36,5°C.

Pada pemeriksaan fisik wajah tidak oedema, mata konjungtiva merah

muda, sklera putih, leher tidak ada benjolan, payudara tidak ada

benjolan, abdomen TFU tidak teraba, kandung kemih kosong, lochea

alba. Ekstremitas atas dan bawah kuku bersih dan tidak ada oedema,

tidak ada varises.

Assesment :

P2A0 Postpartum 6 Minggu

Planning :

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik

berat badan 53 kg, tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi, 78x/menit,

Pernafasan 20x/menit, suhu 36,6°C.

Evaluasi : ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam

keadaan baik.

b) Menjelaskan kepada ibu bahwa masa nifas ibu telah berakhir dan

ibu dianjurkan untuk tetap mempertahankan asupan nutrisi

Evaluasi: Ibu mengerti dan akan melaksanakan anjuran bidan.


215

c) Mengingatkan kepada ibu untuk tetap makan makanan yang bergizi

dan seimbang seperti sayuran, lauk pauk, dan di selingi buah-

buahan, untuk membantu proses produksi ASI ibu.

Evaluasi: Ibu mengertiakan penjelasan bidan.

d) Memastikan ibu untuk selalu beristirahat yang cukup tidur siang hari

minimal 1-2 jam dan malam hari minimal 6-8 jam perhari, ibu harus

bisa mengambil kesempatan tidur saat bayi tidur ibupun ikun tidur.

Evaluasi: Ibu mengerti akan beristirahat cukup sesuai anjuran.

e) Memotivasi dan mengingatkan kepada ibu untuk menyusui bayinya

secara eksklusif sampai usia bayi 6 bulan.

Evaluasi: Ibu bersedia untuk memberikan ASI eksklusif selama 6

bulan kepada bayinya.

f) Memberitahu jika ibu belum mau berKB dianjurkan untuk tidak

melakukan hubungan seksual terlebih dahulu, jika ibu ingin

melakukan dianjurkan untuk melakukan KB alami seperti kondom.

Evaluasi : Ibu mengerti anjuran bidan

g) Memastikan ibu untuk berKB dan membuat kesepakatan untuk

melakukan kb pada tanggal 24 Juli 2019.

Evaluasi: ibu bersedia untuk berKB pada tanggan 24 Juli 2019.

E. Asuhan Kebidanan pada Ibu KB

1) Pemasangan AKDR

Tanggal Pengkajian : Rabu, 24 Juli 2019

Waktu : 11.00 WIB

Tempat Pengkajian : Puskesmas Bogor Tengah

Nama Pengkaji : Siti Hasanah Fikria


216

Subjektif :

Ibu datang mengatakan ingin berKB, ibu ingin menggunakan KB

jangka panjang. Mengingat penjelasan bidan sebelumnya bahwa KB

jangka panjang sangat efektif tidak perlu pulang pergi ke puskesmas.

Objektif :

Keadaan umum ibu baik, berat badan 51 kg, tekanan darah

120/70 mmHg, Nadi 80x/menit, Pernafasan 19x/menit, suhu 36,5°C.

Pada pemeriksaan fisik mata konjungtiva merah muda, sklera putih,

payudara simetris tidak ada benjolan, terdapat pengeluaran ASI,

genetalia vulva dan vagina tidak ada kelainan, tidak ada ulkus, panjang

rahim 7cm, ekstremitas atas tidak ada oedema dan bawah tidak ada

oedema dan varises.

Assesment :

P2A0 calon akseptor KB IUD

Planning :

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik

dan ibu diperbolehkan memasang KB IUD.

Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.

b) Memberitahu keuntungan dan kerugian KB IUD yaitu

keuntungannya dapat mencegah kehamilan dalam jangka panjang,

efektifitas tinggi, tidak mengganggu ASI, haid menjadi lancar.

Kerugiannya terjadi perdarahan diluar haid (spotting), harus

memeriksa sewaktu-waktu, tidak boleh berhubungan selama

perdarahan belum berhenti, tidak mencegah dari penyakit kelamin.

Evaluasi : Ibu mengetahui keutungan dan kerugian dari KB IUD.


217

c) Memberitahu efek samping KB IUD yaitu sakit perut mulas setelah

pemasangan karena disebabkan oleh reaksi terhadap benda asing

yang masuk kedalam rahim ibu.

Evaluasi : Ibu mengetahui efek samping pemasangan IUD.

d) Memberitahu ibu jika terjadi nyeri yang tidak tertahankan,

perdarahan banyak, ibu dianjurkan untuk segera datang ke petugas

atau pelayanan kesehatan terdekat.

Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia datang ke petugas atau

pelayanan kesehatan terdekat.

e) Menganjurkan ibu kunjungan ulang 1 minggu kemudian tanggal 31

Juli 2019 atau jika terjadi keluhan.

Evaluasi : Ibu bersedia kunjungan ulang.

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan studi kasus ini meliputi pembahasan yang telah dibahas

pada BAB sebelumnya untuk melihat kesesuaian antara teori dengan

penerapan Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.I di Puskesmas Bogor

Tengah Kota Bogor Periode Mei – Juli 2019.

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

1. Kunjungan ANC Pertama

Dilakukan pada hari Kamis 23 Mei 2019 pukul 10.30 WIB di

Puskesmas Bogor Tengah. Langkah awal yang dilakukan adalah

anamnesa yang meliputi biodata Ny.I dan suami kemudian melakukan

informed consent kepada pasien untuk memberikan asuhan

komprehensif dimulai masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, masa


218

nifas dan KB. Hal ini sesuai dengan teori Walyani (2015), Pada langkah

pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua yang

berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dapat dilakukan

dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan

dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan

pemeriksaan penunjang. Langkah ini merupakan langkah awal yang

akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data

sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses

interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga

dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data subjektif,

objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi

atau masalah klien yang sebenarnya.

Dari hasil anamnesa Ny.I berusia 26 tahun tidak terdapat penyulit

selama masa kehamila – nifas. Hal ini sesuai dengan teori Walyani

(2015) yang menyatakan usia yang baik untuk kehamilan maupun

persalinan yaitu usia 20 – 35 tahun.

Kehamilan ibu merupakan kehamilan yang kedua dan belum

pernah keguguran, HPHT tanggal 28 September 2018 dan TP 05 Juni

2019. Hal ini sesuai dengan rumus dari Naegle menurut Jannah (2012),

HPHT berada pada bulan 4-12 (hari +7), (bulan -3) dan (tahun +1).

Diperoleh usia kehamilan Ny.I 38 minggu. Hal ini sesuai dengan teori

Moegni (2013) usia kehamilan cukup bulan adalah 37-42 minggu.

Dari hasil anamnesa jarak usia anak pertama dengan kehamilan

sekarang adalah 3 tahun, tidak ada kesenjangan dengan teori Monica

(2016), bahwa jarak persalinan yang baik untuk kesehatan ibu dan anak
219

adalah >2 tahun sampai 5 tahun, semakin pendek (< 2 tahun), ibu

berisiko tinggi untuk mengalami preeklamsia dan komplikasi kehamilan

lain yang sangat berbahaya dan juga bagi bayinya bisa lahir terlalu

cepat, terlalu kecil atau dengan bayi berat lahir rendah (BBLR).

Ibu merasakan pertama kali pergerakan janin di usia kehamilan 16

minggu. Menurut teori Husin (2014), bahwa seorang multigravida

biasanya mulai merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 16-18

minggu, sedangkan pada primigravida pergerakan mulai dirasakan pada

minggu ke 18-20.

Ibu merasa adanya pergerakan janin 24 jam terakhir yaitu sebanyak

15 kali. Hal ini sesuai dengan teori Sulistyawati (2016), bahwa gerakan

janin dalam 24 jam minimal 10 kali, gerakan ini dirasa dan dihitung oleh

ibu sendiri dengan menghitung “gerakan sepuluh”.

Pada kehamilan saat ini ibu melakukan suntik TT satu kali yaitu

pada usia kehamilan 22 minggu tanggal 14 Februari 2019. Hal ini sesuai

dengan teori Husin (2014) bahwa vaksin TT diberikan pada trimester III

atau akhir trimester II (setelah usia kehamilan 20 minggu). Apabila tidak

diberikan selama kehamilan dianjurkan agar tetap diberikan segera

setelah persalinan. Tetapi tejadi ketidak sesuaian dengan teori

Sulistyawati (2016), yang menyatakan bahwa selama kehamilan ibu

hendaknya mendapatkan minimal 2 dosis (TT 1 dan TT 2 dengan

interval 4 minggu dan TT 3 sesudah 6 bulan berikutnya). Penulis tidak

melakukan TT saat ini karena UK ibu saat ini 38 minggu, maka tidak
220

dianjurkan untuk suntik TT dikarenakan interval waktu penyuntikan TT 1

ke TT 2 seharusnya dilakukan suntik ulang 4 minggu setelah TT 1.

Ibu memeriksakan kehamilannya pada TM 1 sebanyak 1x, pada TM

II sebanyak 6 kali, dan TM III sebanyak 10x (2x oleh mahasiswa).

Terdapat kesesuaian dengan teori Moegni (2013) bahwa Kunjungan

antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali. Pada Trimester

I sebanyak 1x sebelum minggu ke-16, pada Trimester II sebanyak 1x

antara minggu ke 24-28 dan trimester III 2x antara minggu 30-32 dan

minggu 36-38 (Moegni, 2013).

Selama kehamilan ini ibu mengkonsumsi tablet Fe sebanyak ±135

tablet. Hal ini sesuai dengan teori Mustaghfiroh (2017) bahwa

Pemerintah menganjurkan bagi ibu hamil untuk mengkonsumsi paling

sedikit 90 pil zat besi selama kehamilannya. Menurut penulis ibu

mengkonsumsi tablet Fe lebih dari 90 tablet adalah normal karena pada

trimester I Hb ibu rendah dan dianjurkan mengkonsumsi tablet Fe.

Penimbangan Berat Badan dan pengukuran Tinggi badan pada Ny.I

diperoleh hasil BB sekarang 59 kg dan BB sebelum hamil 42kg, TB 157

cm dengan hasil IMT 24. Hal ini sesuai dengan teori Walyani (2015)

menyatakan bahwa peningkatan berat badan yang tepat bagi setiap

ibu hamil saat ini didasarkan pada indeks masa tubuh

perkehamilan (body mass index) dengan kategori rendah apabila

<19,8, normal 19,8 – 26, tinggi 26 – 29, dan obesitas jika >29.

Pada pengukuran LILA Ny.I dihasilkan 24,5 cm. Tidak ada

kesenjangan dengan teori Mustagfiroh (2017), bahwa Pengukuran


221

Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan salah satu indikator status gizi

ibu hamil. Ukuran LILA ≤23,5 cm merupakan pertanda status gizi buruk.

Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan

19x/menit, suhu 36,5°C. selama hamil pemeriksaan tanda-tanda vital

Ny.I dalam batas normal. Tidak ada kesenjangan dengan teori Walyani

(2015), yaitu tekanan darah normal berkisar systole/diastole 110/80 –

120-80 mmHg, nadi normal 60 – 80x/menit, pernafasan normal 18 –

20x/menit, suhu 36,5 – 37,5°C.

Selanjutnya penulis melakukan palpasi abdomen untuk mendeteksi

letak janin. Hasil pemeriksaan didapatkan Leopold I teraba bulat lunak,

tidak melenting, Leopold II perut sebelah kanan teraba bagian-bagian

terkecil janin, perut sebelah kiri teraba keras memanjang, ada tahanan.

Leopold III teraba bulat, keras, tidak dapat digoyangkan, Leopold IV

Divergen teraba 4/5 bagian. Hal ini sesuai dengan teori Husin (2014)

bahwa pemeriksaan palpasi dapat dilakukan secara sistematis dengan

menggunakan empat manuver untuk menegaskan pertumbuhan janin

sesuai dengan usia kehamilan, menilai perkembangan dan

pertumbuhan janin, aukultasi jantung janin, mengetahui bagian lokasi

janin dan mendeteksi adanya ketidaknormalan.

Hasil pemeriksaan Ny.I TFU didapatkan 3 jari dibawah prosessus

xiphoideuse Mc.Donald 30 cm. terdapat kesenjangan dengan teori

Jannah (2012) bahwa 3 jari dibawah prosessus xiphoideuse yaitu tinggi

fundus pada usia kehamilan 36 minggu. Sedangkan usia kehamilan Ny.I

38 minggu.
222

Dilakukan pemeriksaan DJJ dengan hasil 150x/menit, teratur. Tidak

ada kesenjangan dengan teori Husin (2014), bahwa DJJ normal janin

Denyut jantung normal janin berfrekuensi antara 120-160 per menit. Jika

DJJ <120 disebut bradikardi dan takikardi jika DJJ >160 per menit.

Takikardi dan bradikardi disertai adanya penurunan atau menambahan

gerakan janin menandakan bahwa keadaan janin tidak baik.

Penulis melakukan perhitungan taksiran berat janin yaitu (30-11) x

155 = 2945 gram. Hal ini sesuai dengan cara Jhonson dalam teori Husin

(2014) yaitu Taksiran berat janin (TBJ) merupakan suatu estimasi atau

perkiraan berat badan berdasar pada hasil perhitungan kasar

pengukuran luar uterus. Taksiran berat badan janin dapat dihitung

dengan menggunakan cara Jhonson TBJ (gram) =155 x (TFU-K)

dimana TFU dalam satuan cm, dihitung dengan menggunakan pita ukur

dan dilakukan 2 kali pengukuran dan K = 12 jika kepala belum

memasuki pintu atas panggul (stasion +), 11 jika sudah memasuki pintu

atas panggul (stasion 0).

Penulis melakukan standar pelayanan minimal yang diberikan pada

Ny.I hanya 5T yaitu timbang berat badan dan tinggi badan, tekanan

darah, pengukuran TFU, pemberian tablet Fe, dan temu

wicara/konseling. Sementara yang tidak dilakukan yaitu 7 asuhan

antenatal yaitu pemeriksaan Hb, pemeriksaan protein urine,

pengambilan darah untuk VDRL, pemeriksaan urine reduksi, perawatan

payudara dan senam hamil. Oleh karena itu terdapat kesenjangan

antara teori dengan asuhan yang penulis lakukan, menurut teori Walyani

(2015) menyatakan bahwa tenaga kesehatan harus memberikan


223

pelayanan yang sesuai dengan standar yang terdiri 14T dan minimal di

lakukan 12T.

Pada pemeriksaan penunjang HB, VDRL tidak dilakukan karena

sudah dilakukan pada saat usia kehamilan Ny,I 36 minggu, sedangkan

usia kehamilan Ny.I sekarang 38 minggu. Hal ini sesuai dengan teori

Walyani (2015) bahwa Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu

hamil yang pertama kali, lalu di periksa lagi menjelang persalinan dan

pemeriksaan VDRL dilakukan jika ada indikasi.

Penulis juga tidak menganjurkan Ny.I melakukan pemeriksaan

protein urin dan urin reduksi dikarenakan Ny.I tidak ada indikasi untuk

dilakukan pemeriksaan tersebut. Hal ini sesuai dengan teori Husin

(2014) bahwa beberapa kebijakan menetapkan tes diulang hanya jika

ada indikasi seperti wanita dengan riwayat darah tinggi, obesitas

berlebihan, riwayat penyakit gula/DM atau riwayat penyakit gula pada

keluarga ibu atau suami

Penulis tidak menganjurkan Ny,I untuk melakukan senam hamil

karena usia kandungan Ny.I 38 minggu. Hal ini sesuai dengan teori

Husin (2014) bahwa senam hamil dapat dimulai pada usia kehamilan 22

minggu dan dilakukan atas nasehat dokter atau bidan. Anjuran senam

hamil terutama ditujukan pada ibu dengan kondisi kehamilan normal,

atau tidak terdapat keadaan-keadaan yang mengandung risiko baik

untuk ibu maupun janin.

2. Kunjungan ANC Kedua

Dilakukan pada hari Senin 27 Mei 2019 pukul 16.30 WIB di

Puskesmas Bogor Tengah. Pada kunjungan kedua ini Ny.I datang ke


224

puskesmas diantar oleh suaminya mengatakan ingin memeriksakan

kehamilannya, saat ini mengeluh sakit perut bagian bawah. Hal tersebut

merupakan hal fisiologis. Hal ini sesuai dengan teori Indrayani (2011)

bahwa nyeri perut bagian bawah adalah ketidaknyamanan yang

fisiolongis karena nyeri seperti kram ringan, terasa akibat gerakan tiba-

tiba, semakin membesarnya uterus sehingga keluar dari rongga panggul

menuju abdomen dan tertariknya ligamen-ligamen uterus seiring dengan

pembesaran yang terjadi dapat menimbulkan rasa tidak nyaman di

bagian perut bawah.

Berat badan sekarang 59 kg dan berat badan sebelum hamil 42 kg,

berat badan ditimbang setiap ibu datang atau berkunjung untuk

mengetahui kenaikan BB dan penurunan BB. Selama kehamilan ibu

mengalami kenaikan berat badan 17 kg. Terdapat kesenjangan dengan

teori Walyani (2015) bahwa kenaikan BB normal rata-rata antara 6,5

sampai 16 kg.

Tekanan darah 110/80 mmHg, 78x/menit, Pernafasan 20x/menit,

Suhu 36,6°C. Tidak ada kesenjangan dengan teori Walyani (2015), yaitu

tekanan darah normal berkisar systole/diastole 110/80 – 120-80 mmHg,

nadi normal 60 – 80x/menit, pernafasan normal 18 – 20x/menit, suhu

36,5 – 37,5°C.

Hasil pemeriksaan palpasi abdomen Leopold I didapatkan 3 jari

dibawah Processus Xiphoideuse, teraba bulat, lunak tidak melenting,

Leopold II perut bagian kanan teraba bagian-bagian terkecil janin, perut

sebelah kiri teraba keras, memanjang ada tahanan, Leopold III teraba

keras, tidak dapat digoyangkan , Leopold IV divergen 4/5 bagian. Hal ini
225

sesuai dengan teori Husin (2014) bahwa pemeriksaan palpasi dapat

dilakukan secara sistematis dengan menggunakan empat manuver

untuk menegaskan pertumbuhan janin sesuai dengan usia kehamilan,

menilai perkembangan dan pertumbuhan janin, aukultasi jantung janin,

mengetahui bagian lokasi janin dan mendeteksi adanya ketidak

normalan.

Pada pemeriksaan TFU didapatkan 3 jari dibawah prosessus

xiphoideuse Mc.Donald 30 cm. terdapat kesenjangan dengan teori

Jannah (2012) bahwa pertengahan pusat dan prosessus xiphoideuse

yaitu tinggi fundus pada usia kehamilan 36 minggu. Sedangkan usia

kehamilan Ny.I 39 minggu dan sudah terjadi penurunan kepala bisa

dikarenakan multigravida dan kebiasaan ibu sering jalan dipagi hari

sehingga mempercepat penurunan kepala.

Dilakukan pemeriksaan DJJ dengan hasil 146x/menit teratur, dalam

batas normal. Tidak ada kesenjangan dengan teori Husin (2014), bahwa

DJJ normal janin berfrekuensi antara 120-160 per menit. Jika DJJ <120

disebut bradikardi dan takikardi jika DJJ >160 per menit. Takikardi dan

bradikardi disertai adanya penurunan atau menambahan gerakan janin

menandakan bahwa keadaan janin tidak baik.

Standar pelayanan minimal yang diberikan pada Ny.I hanya 5T

yaitu timbang berat badan dan tinggi badan, tekanan darah, pengukuran

TFU, pemberian tablet Fe, dan temu wicara/konseling. Sementara yang

tidak dilakukan yaitu 7 asuhan antenatal yaitu pemeriksaan Hb,

pemeriksaan protein urine, pengambilan darah untuk VDRL,

pemeriksaan urine reduksi, perawatan payudara dan senam hamil. Oleh


226

karena itu terdapat kesenjangan antara teori dengan asuhan yang

penulis lakukan, menurut teori Walyani (2015) menyatakan bahwa

tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang sesuai dengan

standar yang terdiri 14T dan minimal di lakukan 12T.

B. Asuhan Kebidanan pada Ibu bersalin

1. Kala I

Dilakukan pada hari Minggu, 02 Juni 2019 pukul 02.30 WIB di

Puskesmas Bogor Tengah. Ibu datang dengan keluhan mulas-mulas

sejak pukul 21.00 WIB tanggal 01/06/2019, sudah keluar lendir darah

dan belum keluar air-air. Keluhan yang dirasakan ibu merupakan tanda-

tanda persalinan. Hal ini sesuai dengan teori Marmi (2016) bahwa

Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan lepasnya lendir

bercampur darah berasal dari kanalis servikalis. Sedangkan

pengeluaran darah disebabkan robeknya pembuluh darah waktu serviks

membuka.

Ny.I dalam usia kehamilan cukup bulan yaitu 40 minggu. Tidak ada

kesenjangan dengan teori Nurhayati (2019) bahwa Persalinan normal

adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala

yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun

pada janin.

Selanjutnya penulis melakukan palpasi abdomen untuk mendeteksi

letak janin. Hasil pemeriksaan Leopold I didapatkan pertengahan pusat


227

dan Processus Xiphoideuse TFU 29 cm, teraba bulat, lunak, tidak

melenting. Leopold II perut ibu sebelah kanan teraba bagian-bagian

terkecil janin, perut ibu sebelah kiri teraba keras memanjang ada

tahanan. Leopold III teraba bulat, keras, tidak dapat digoyangkan. hal ini

sesuai dengan teori Jannah (2012) bahwa pertengahan pusat dan

prosessus xiphoideuse yaitu tinggi fundus pada usia kehamilan 40

minggu. Pada Ny.I UK 40 minggu dengan TFU 29 cm ini normal karena

tafsiran berat badan bayi yang akan dilahirkan normal, ini dikarenakan

sudah terjadi penurunan kepala dan terdapat tanda-tanda persalinan

yang menandakan pembukaan serviks.

Dilakukan pemeriksaan DJJ dengan hasil 146x/menit teratur. Tidak

ada kesenjangan dengan teori Husin (2014), bahwa DJJ normal janin

berfrekuensi antara 120-160 per menit.

Selanjutnya penulis melakukan perhitungan jumlah kontraksi (his)

dengan hasil 4x dalam 10 menit lamanya 35 detik. Hal ini sesuai dengan

teori Walyani (2015) yang menyatakan kontraksi pada persalinan aktif

berlangsung dari 45 sampai 90 detik dengan durasi rata-rata 60 detik.

Pada persalinan awal, kontraksi hanya mungkin berlangsung 15 sampai

20 detik.

Dilakukan pemeriksaan dalam, vulva dan vagina tidak ada kelainan,

portio tipis lunak, pembukaan 5cm, ketuban utuh, presentasi kepala

posisi UUK kiri depan, penurunan hodge II, tidak ada molage. Hal ini

sesuai dengan teori Moegni (2013) bahwa kala pembukaan yang

berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Pada

fase aktif pembukaan serviks 4 hingga 10 cm.


228

Penulis melakukan observasi, hasil pemeriksan kala I dilakukan

pemantauan pada Ny.I meliputi pemeriksaan TD setiap 4 jam sekali,

Nadi 30 menit sekali, Suhu tubuh setiap 2 jam sekali, DJJ setiap 30

menit sekali, kontraksi uterus 30 menit sekali, dan periksa dalam

dilakukan setiap 4 jam sekali atau jika ada indikasi. Hal ini sesuai

dengan teori Rohani (2011) bahwa pemantauan kala I pada persalinan

yaitu, pemeriksaan TD dilakukan setiap 4 jam sekali, Nadi setiap 30

menit sekali, Suhu tubuh setiap 2 jam sekali, DJJ setiap 30 menit sekali,

Kontraksi uterus setiap 30 menit sekali dan periksa dalam dilakukan 4

jam sekali.

CATATAN PERKEMBANGAN, pukul 06.30 WIB dilakukan

pemeriksaan TD dengan hasil 120/70 mmHg, Nadi 88x/menit, Suhu

36,6°C dalam batas normal. Hal ini sesuai dengan teori Walyani (2015)

yaitu tekanan darah normal berkisar systole/diastole 110/80 – 120-80

mmHg, nadi normal 60 – 80x/menit, pernafasan normal 18 – 20x/menit,

suhu 36,5 – 37,5°C.

DJJ dengan hasil 141x/menit teratur. Tidak ada kesenjangan

dengan teori Husin (2014), bahwa DJJ normal janin berfrekuensi antara

120-160 per menit.

Selanjutnya penulis melakukan perhitungan jumlah kontraksi (his)

dengan hasil 4x dalam 10 menit lamanya 45 detik. Hal ini sesuai dengan

teori Walyani (2015) yang menyatakan kontraksi pada persalinan aktif

berlangsung dari 45 sampai 90 detik dengan durasi rata-rata 60 detik.

Pada persalinan awal, kontraksi hanya mungkin berlangsung 15 sampai

20 detik.
229

Pada pemeriksaan dalam didapatkan hasil vulva vagina tidak ada

kelainan, portio tipis lunak pembukaan 7cm, ketuban utuh, presentasi

kepala, posisi UUK kiri depan, penurunan Hodge III, tidak ada moulage.

Hal ini sesuai dengan teori Eniyati (2012) bahwa pada pemeriksaan

fisik yang harus diperhatikan salah satunya adalah pemeriksaan

dalam yaitu tentukan konsistensi dan pendataran serviks, mengukur

besarnya pembukaan, menilai selaput ketuban, menentukan

presentasi dan seberapa jauh bagian terbawah janin telah melalui

jalan lahir.

2. Kala II

Pukul 08.00 WIB, ibu mengeluh mulas semakin sering, merasa ada

dorongan meneran seperti ingin BAB dan terasa keluar air-air. Hasil

pemeriksaan vulva dan vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak,

pembukaan 10 cm, ketuban jernih pecah spontan pukul 08.00 WIB,

berbau khas, presentasi kepala UUK depan, penurunan Hodge III+,

tidak ada moulage. Hal ini sesuai dengan teori JNPKKR (2016) bahwa

ini merupakan tanda gejala kala II persalinan, yaitu ibu merasa ada

dorongan kuat untuk meneran, ibu merasa tekanan yang semakin

meningkat pada rectum dan vaginanya, perineum tampak menonjol,

vulva - vagina dan spingter anal membuka.

Pemeriksaan Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 88x/menit,

pernafasan 24x/menit, suhu 36,6°C, terjadi peningkatan pada denyut

nadi Ny.I Hal ini sesuai dengan teori Sulistyawati (2010) bahwa

peningkatan frekuensi denyut nadi bervariasi tiap kali pasien meneran

dan sedikit peningkatan frekuensi pernafasan dianggap normal karena


230

sangat dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, rasa takut dan penggunaan

teknik pernafasan.

Pada saat pembukaan sudah lengkap penulis memberitahu hasil

pemeriksaan, menyiapkan posisi ibu, menghadirkan pendamping saat

proses persalinan, mengajarkan ibu meneran yang baik dan benar. Hal

ini sesuai dengan teori JNPKKR (2016) bahwa setelah pembukaan

lengkap memberitahu pada ibu janin cukup baik, menganjurkan ibu

menemukan posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (kecuali

posisi berbaring terlentang dalam waktu lama), menghadirkan

pendamping, melakukan bimbingan meneran saat ibu merasa ingin

meneran atau timbul kontraksi yang kuat, menganjurkan ibu untuk

beristirahat diantara kontraksi, menganjurkan keluarga mendukung dan

memberi semangat pada ibu.

Pada saat melakukan pertolongan persalinan penulis hanya

menggunakan APD celemek dan sepatu yang tertutup bagian atasnya.

Terjadi kesenjangan dengan teori JNPKKR (2016) bahwa pada saat

persalinan mengenakan APD lengkap meliputi celemek plastik atau dari

bahan yang tidak tembus cairan, penutup kepala, kacamata dan sepatu

bot. Karena keterbatasan fasilitas sehingga pada saat melakukan APN

tidak menggunakan kacamata dan penutup kepala.

Penulis melakukan pertolongan sesuai 60 langkah APN pada Ny. I.

Hal ini sesuai dengan teori JNPKKR (2016) bahwa persalinan normal

dilakukan dengan 60 langkah APN. Bayi lahir spontan pukul 08.30 WIB.

Persalinan berlangsung selama kurang lebih 30 menit. Tidak ada


231

kesenjangan dengan teori Nurhayati (2019) bahwa Proses fisiologis kala

II biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multigravida.

Setelah bayi lahir segera dilakukan IMD dengan cara meletakkan

bayi didada ibu agar bayi mencari puting ibu selama 1 jam, tidak ada

kesenjangan dengan teori Sondakh (2013) menyatakan bahwa IMD

atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera

setelah bayi lahir. Kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya dibiarkan

setidaknya selama 1 jam segera setelah lahir, kemudian bayi akan

mencari payudara ibu dengan sendirinya. Cara bayi melakukan inisiasi

menyusui dini dinamakan the best crawl atau merangkak mencari

payudara.

3. Kala III

Pukul 08.31 setelah bayi lahir penulis melakukan palpasi abdomen

untuk memastikan tidak ada janin kedua sebelum Ny.I disuntikan

oksitosin dengan hasil pemeriksaan tidak ada janin kedua maka

dilakukan manajemen aktif kala III, yaitu memberikan suntik oksitosin 10

IU secara IM segera setelah bayi lahir yaitu 1/3 paha antero lateral paha

ibu, melakukan (PTT) penegangan tali pusat terkendali, dan melakukan

massase uterus selama kurang lebih 15 detik setelah plasenta lahir. Hal

ini sesuai dengan teori (Sulistyawati, 2010) yang menyatakan

Manajemen aktif kala III yaitu setelah bayi lahir palpasi abdomen

memastikan apakah ada janin kedua, suntikan oksitosin 10 IU disisi

lateral 1/3 atas paha pasien secara IM segera setelah bayi lahir,

melakukan PTT (peregangan pusat terkendali), melahirkan plasenta,

lakukan massase fundus uterus selama 15 detik.


232

Hasil pemeriksaan TFU sepusat uterus globuler. Hal ini sesuai

dengan teori Eniyati (2012) menyatakan bahwa Setelah bayi lahir,

kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus

uteri setinggi pusat dan berisi plasenta, beberapa saat kemudian, timbul

his pelepasan dan pengeluaran uri.

Plasenta lahir pukul 08.37 WIB lama kala III yaitu 7 menit. Tidak

ada kesenjangan dengan teori Eniyati (2012) bahwa proses

pengeluaran uri berlangsung selama 6 sampai 15 menit setelah bayi

lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan.

Sebelum plasenta lahir penulis melakukan pemeriksaan perasat

untuk mengetahui lepasnya plasenta dengan cara meletakkan tangan

kiri diatas simpisis ibu tangan kanan meregangkan tali pusat dan tali

pusat bertambah panjang, fase pengeluaran plasenta yang penulis

lakukan adalah perasat kustner. Hal ini sesuai dengan teori Eniyati

(2012) bahwa Perasat kustner adalah dengan meletakkan tangan

disertai tangan pada atas simpisis, tali pusat ditegangkan, maka bila tali

pusat masuk berarti belum lepas, apabila tambah maju berarti sudah

lepas.

Mengecek kelengkapan plasenta, selaput korion dan amnion utuh,

insersi tali pusat sentralis ±45 cm, berat ±500 gram, tebal ±2,5 cm,

kotiledon lengkap.

4. Kala IV

Pada kala ini ibu mengeluh perutnya masih terasa mulas, hal ini

terjadi karena rasa mulas adalah hal yang fisiologis menandakan


233

sebagai involusi uteri. tidak ada kesenjangan dengan teori Sulistyawati

(2015) bahwa involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada

kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari

desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic

(layu/mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan

pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (tinggi fundus

uteri).

Melakukan observasi (TTV, kontraksi uterus, kandung kemih, dan

perdarahan) selama 2 jam yaitu 15 menit pada satu jam pertama dan

setiap 30 menit pada satu jam kedua pasca-persalinan dengan hasil

pemeriksaan dalam batas normal. Hal ini sesuai dengan teori

Prawirohardjo (2014) bahwa Pengisian pemantauan kala IV dilakukan

setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan dan setiap

30 menit pada satu jam berikutnya.

Pemeriksaan tinggi fundus uteri dengan menggunakan jari tangan

(TFU 2 jari diibawah pusat, kontraksi baik). Hal ini sesuai dengan teori

Sulistyawati (2015) bahwa pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah

pusat.

Dari hasil pemeriksaan penulis mengkaji jumlah perdarahan pada

Ny. I sebanyak ±110 cc. Hal ini sesuai dengan teori Sulistyawati (2015)

bahwa pada persalinan pervagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml.

Penulis membantu membersihkan ibu dan mengganti pakaian ibu

menggunakan washlap yang dibasahi air DTT. Hal ini sesuai dengan

teori 60 langkah APN menurut JNPKKR (2016) yang menyatakan

bahwa bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
234

menggunakan air DTT, bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah di

ranjang atau disekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang

bersih dan kering.

Penulis memberikan ibu obat antibiotik amoxcilin sebanyak 10

tablet diminum 3x1/ hari. Paracetamol sebanyak 10 tablet jika ibu

merasa demam minum 3x1/ hari. Vit A sebanyak 2 buah bagus untuk

mata dan bayinya diminum sekarang setelah ibu makan dan setelah 24

jam. Tablet fe sebanyak 10 tablet untuk penambah darah/untuk

mencegah anemia diminum setiap malam seperti waktu hamil. Hal ini

sesuai dengan teori Nugroho (2014) yang menyatakan ibu nifas

dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akan gizi salah satunya ialah

mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum, mengkonsumsi

vitamin A 200.000 intra unit, dan jika terdapat nyeri perineum atau

demam anjurkan minum paracetamol/asetaminofen untuk mengurangi

nyeri atau demam. Menurut asumsi penulis memberikan obat

paracetamol pada Ny. I untuk suatu mengantisipasi demam yang terjadi,

penulis juga menganjurkan Ny.I meminum jika merasa demam dan

antibiotik yang diberikan untuk pencegahan terjadinya infeksi pada

masa nifas, karna tidak menutup kemungkinan semua ibu nifas yang

normal tidak akan terjadi infeksi.

Penulis melengkapi dokumentasi dan pengisian partograf. Hal ini

sesuai dengan teori 60 langkah APN menurut JNPKKR (2016) bahwa

lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa asuhan kala

IV persalinan.
235

C. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Kunjungan yang dilakukan pada bayi Ny.I sebanyak 4 kali, kunjungan

pertama pada saat bayi usia 6 jam, kunjungan kedua pada saat bayi

berusia 6 hari, kunjungan ketiga pada saat bayi berusia 2 minggu, dan

kunjungan keempat pada saat bayi berusia 6 minggu. Hal ini sesuai

dengan teori Moegni (2013) menyatakan Terdapat minimal 3 kali

kunjungan ulang pada bayi baru lahir yaitu pada usia 6-48 jam (KN1), pada

usia 3-7 hari (KN2) dan pada usia 8-28 hari (KN3).

1. Kunjungan BBL pertama usia 1 jam

Bayi dilahirkan di usia kehamilan 40 minggu dan setelah bayi lahir

penulis segera melakukan penilaian selintas didapatkan hasil bayi

menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit kemerahan. Hal ini sesuai

dengan teori Dewi (2013) bahwa ciri-ciri bayi baru lahir normal yaitu lahir

aterm atara usia kehamilan 37-42 minggu kulit kemerah-merahan dan

licin karena jaringan subkutan yang cukup, gerak aktif, dan bayi

langsung menangis kuat.

Penulis melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah bayi

lahir dan setelah tali pusat dipotong dan diikat, yaitu dengan cara

meletakkan bayi diatas perut ibu selama 1 jam setelah bayi lahir. Hal ini

sesuai dengan teori Sondahk (2013) IMD atau permulaan menyusu dini

adalah bayi mulai menyusu sndiri segera setelah bayi lahir. Kontak
236

antara kulit bayi dengan kulit ibunya dibiarkan setidaknya selama 1 jam

segera setelah lahir, kemudian bayi akan mencari payudara ibu dengan

sendirinya.

Setelah 1 jam IMD dilakukan pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan

pada By. Ny. I dengan hasil pemeriksaan frekuensi denyut jantung

143x/menit, pernafasan 46x/menit, suhu 36,7°C, Berat badan 3800

gram, Panjang badan 52 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 34 cm.

Pemeriksaan pada By. Ny.I normal tidak ada kesenjangan dengan teori

Dewi (2013) menyatakan ciri-ciri bayi lahir normal yaitu berat badan

normal 2500 – 4000 gram, panjang badan 48 – 52 cm, lingkar dada 30 –

38 cm, lingkar lengan 11 – 12 cm, frekuensi denyut jantung normal 120-

160x/menit, pernafasan 40-60x/menit, suhu normal 36,5-37,6°C.

Pemeriksaan reflek glabelar (+), reflek moro (+), reflek rooting (+),

sucking (+), swallowing (+), tonic neck (+), babinsky (+), walking (+). Hal

ini sesuai dengan teori Dewi (2013) yang menyatakan karakteristik

perilaku bayi baru lahir adalah reflex kedipan (glabelar reflex), reflex

mencari (rooting reflex), reflex menghisap (sucking reflex), tonick neck

reflex, grasping reflex, moro reflex, walking reflex, babinsky reflex.

Penulis memberitahu ibu bahwa bayinya akan diberikan salep mata

Cloramphenicol 1% untuk mencegah infeksi karena baru saja melewati

jalan lahir ibu dan akan disuntikan vitamin K di 1/3 paha kiri bagian luar

untuk mencegah perdarahan karena sistem pembekuan darah pada

bayi baru lahir belum sempurna, ibu mengetahuinya. Hal ini sesuai

dengan teori Laksmi (2010) bahwa semua bayi baru lahir diberikan

suntikan Vitamin k1 (Phytomenadione) sebanyak 1mg dosis tunggal,


237

intramuskular pada antero lateral paha kiri. Suntikan Vitamin K1

dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi

Hepatitis B. Perlu diperhatikan bahwa dalam penggunaan sediaan

vitamin K1 yaitu 1 ampul yang sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk

dipergunakan kembali.

Penulis memberikan konseling meliputi menjaga kehangatan bayi

dengan mengenakan pakaian, membedong, dan memakaikan topi untuk

memastikan kepala bayi tertutup dan telah dijaga kehangatannya. Hal

ini sesuai dengan teori Laksmi (2010) menyatakan bahwa Pada waktu

bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan

membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat.

Bayi baru lahir normal dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan

tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu

tubuhnya sudah stabil.

2. Kunjungan BBL kedua usia 6 jam

Dilakukan pada tanggal 02 Juni 2019 pukul 14.30 WIB. Hasil

pemeriksaan laju jantung 138x/menit, pernafasan 44x/menit, suhu

36,7°C. Hal ini sesuai dengan teori Dewi (2013) bahwa frekuensi denyut

jantung normal 120-160x/menit, pernafasan 40-60x/menit, suhu normal

36,5-37,6°C.

Bayi sudah BAK tetapi belum BAB. Hal ini sesui dengan teori

Rukiyah (2013) bahwa mekonium secara umum keluar pada 24 jam

pertama, jika sampai 49 jam belum keluar kemungkinan adanya

mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran

pencernaan. menurut asumsi penulis saat ini bayi belum mengeluarkan


238

mekonium masih dalam batas normal karena biasanya dalam 24 jam

akan mengeluarkan mekonium yang menandakan anus bayi baru lahir

tersebut telah berfungsi.

Penulis memberitahu Ny.I bahwa bayinya akan diberikan imunisasi

HB0 untuk mencegah penyakit hepatitis. hal ini sesuai dengan teori

Laksmi (2010) menyatakan bahwa imunisasi Hepatitis B pertama (HB0)

diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin k1 secara intramuskular.

Imunisasi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.

Imunisasi Hepatitis B (HB0) hanya diberikan pada bayi usia 0-7 hari.

By.Ny. I dimandikan setelah 6 jam lahir. Hal ini sesuai dengan teori

Afifah (2018) yang menyatakan bahwa Sebaiknya memandikan bayi

ditunda sedikitnya dalam 6 jam setelah kelahiran bayi. Memandikan bayi

dalam jam pertama kehidupan dapat mengarah pada kondisi hipotermi

dan sangat membahayakan keselamatan.

Memberitahu ibu perawatan tali pusat bayi yaitu dibersihkan saat

mandi pagi dan sore lalu dikeringkan jangan diberikan apapun. Hal ini

sesuai dengan teori Dewi (2013) bahwa telah dilaksanakan beberapa uji

klinis untuk membandingkan cara perawatan tali pusat agar tidak terjadi

peningkatan infeksi, yaitu dengan membiarkan luka tali pusat terbuka

dan membersihkan luka hanya dengan air bersih.

3. Kunjungan BBL ketiga usia 1 minggu

Dilakukan pada tanggal 08 Juni 2019 pukul 09.20 WIB. Penulis

melakukan anamnesa pada ibu. Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat

terkadang tidak mau berhenti menyusu, ibu mengatakan bayinya hanya

diberi ASI dan tali pusat puput pada hari ke lima, pola eliminasi BAK 6-
239

7x/hari, BAB 1-2x/hari. hal ini sesuai dengan teori Rukiyah (2013)

bahwa berkemih 6-10x dengan warna urine pucat menunjukan masukan

cairan yang cukup. bayi biasanya dalam 3 hari pertama BAB, tinja masih

dalam bentuk kemonium dan normalnya bayi BAB paling tidak 1x sehari.

Keadaan umum bayi baik, Berat badan bayi 4000 gram, panjang

badan 53 cm, pertambahan berat badan bayi sebanyak 200 gram

karena berat badan bayi pada saat lahir 3800 gram. Hal ini sesuai

dengan teori Martini (2015) yang menyatakan bahwa pertambahan BB

bayi lahir sampai usia 6 bulan sebesar 140 – 200 gram perminggu.

Ny.I memberikan bayinya ASI dengan teratur minimal 2 jam sekali dan

selalu menyusu dengan kuat.

Hasil pemeriksaan laju jantung 130x/menit, pernafasan 42x/menit,

suhu 36,5°C. Hal ini sesuai dengan teori Dewi (2013) bahwa frekuensi

denyut jantung normal 120-160x/menit, pernafasan 40-60x/menit, suhu

normal 36,5-37,6°C.

Penulis mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI

selama 6 bulan tanpa makanan dan minuman tambahan, selalu dijaga

kehangatannya, bayinya dimandikan pagi dan sore hari, pusarnya

dibersihkan dan mengingatkan ibu tanda bahaya bayi baru lahir, seperti

demam >38°C, bayi merintih, bayi tidak mau menyusu, bayi tidur terus

dan perdarahan pada tali pusat Hal ini sesuai dengan teori Dewi (2013)

bahwa konseling bayi kunjungan 2-6 hari diantaranya perawatan tali

pusat, pemberian ASI, kebersihan kulit, jaga kehangatan dan tanda –

tanda bahaya.
240

4. Kunjungan BBL keempat usia 2 minggu

Dilakukan pada tanggal 16 Juni 2019 pukul 08.30 WIB. Pada

pemeriksaan keadaan umum bayi baik, Berat badan bayi 4300 gram,

panjang badan 54 cm, Hal ini sesuai dengan teori Martini (2015) yang

menyatakan bahwa pertambahan BB bayi lahir sampai usia 6 bulan

sebesar 140 – 200 gram perminggu. asumsi penulis berat badan bayi

bertambah 300 gram, pertambahan berat badan ini dapat disebabkan

faktor maternal dan neonatal. Begitu pula pertambahan panjang badan

Sedangkan panjang badan menurut Rukiyah (2013) yaitu rata-rata

waktu lahir adalah 50 cm, lebih kurang 95% diantaranya menunjukkan

panjang badan sekitar 45 – 55 cm, tinggi badan anak dapat

diperkirakan sebagai berikut, umur 1 tahun pertambahan tinggi badan

sebanyak 1,5 x TB lahir, umur 4 tahun 2 x TB lahir, umur 6 tahun 1,5

x TB setahun, umur 13 tahun 3 x TB lahir. Saat ini berat badan dan

panjang badan bayi Ny.I saat ini masih dalam batas normal.

Hasil pemeriksaan Laju jantung 127x/menit, pernafasan 42x/menit,

suhu 36,6°C. Hal ini sesuai dengan teori Dewi (2013) bahwa frekuensi

denyut jantung normal 120-160x/menit, pernafasan 40-60x/menit, suhu

normal 36,5-37,6°C.

Penulis memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ke PKM

Bogor tengah tanggal 2 juli 2019, saat bayinya berusia 1 bulan untuk

dilakukan imunisasi BCG dan polio 1. Hal ini sesuai dengan teori Dewi

(2013) yang menyatakan bahwa imunisasi BCG dan Poilo 1 diberikan


241

pada bayi usia 0-2 bulan. Apabila BCG akan diberikan ketika bayi

berusia lebih dari 3 bulan maka sebaiknya dilakukan uji tuberkulin

terlebih dahulu.

5. Kunjungan BBL kelima usia 6 minggu

Dilakukan pada tanggal 14 Juli 2019 pukul 10.30 WIB. Dilakukan

pemeriksaan keadaan umum baik, berat badan 4800 gram, panjang

badan 56 cm. Hal ini sesuai dengan teori Martini (2015) yang

menyatakan bahwa pertambahan BB bayi lahir sampai usia 6 bulan

sebesar 140 – 200 gram perminggu. asumsi penulis berat badan bayi

bertambah 1 gram, pertambahan berat bedan ini dapat disebabkan

faktor maternal dan neonatal. Begitu pula pertambahan panjang badan

Sedangkan panjang badan menurut Rukiyah (2013) yaitu rata-rata

waktu lahir adalah 50 cm, lebih kurang 95% diantaranya

menunjukkan panjang badan sekitar 45 – 55 cm. Berat badan bayi

terus mengalami kenaikan dan masih dalam batas normal, dengan

kenaikan berat badan tersebut dapat dievaluasi bahwa bayi

mendapatkan asupan yang baik.

Hasil pemeriksaan Laju jantung 121x/menit, pernafasan 42x/menit,

suhu 36,8°C. Hal ini sesuai dengan teori Dewi (2013) bahwa frekuensi

denyut jantung normal 120-160x/menit, pernafasan 40-60x/menit, suhu

normal 36,5-37,6°C.

Penulis memeriksa lengan kanan bayi, terdapat tanda kemerahan di

tempat penyuntikan, mengingatkan kembali tentang pemberian ASI

ekslusif selama 6 bulan dan cukup ASI, konseling imunisasi dasar,

menganjurkan ibu untuk kunjungan bayinya sebulan kemudian ke


242

posyandu atau puskesmas, untuk dilakukan penimbangan dan imunisasi

selanjutnya yaitu DPT dan polio 2. Hal ini sesuai dengan teori Rukiyah

(2013) yaitu menyatakan Konseling pemberian ASI eksklusif 6 bulan,

mencegah hipotermi, tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir,

memandikan bayi, kebersihan bayi secara fisik dan lingkungan dan

merawat tali pusar bayi, melakukan imunisasi dasar pada bayi.

D. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

Kunjungan nifas yang dilakukan oleh penulis adalah sebanyak 4 kali

yaitu pada 6 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu

setelah persalinan dan 6 minggu setelah persalinan. Hal ini sesuai dengan

teori Nugroho (2014) bahwa kunjungan masa nifas dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada 6-8 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2

minggu setelah persalinan dan 6 minggu setelah persalinan.

1. Kunjungan Nifas pertama (6 Jam)

Dilakukan pada tanggal 02 Juni 2019 pukul 14.30 WIB di

Puskesmas Bogor Tengah. Penulis melakukam pemeriksaan 6 jam post

partum, ibu mengatakan masih merasa mulas, sudah dapat BAK sendiri

ke kamar mandi. Hal ini merupakan keadaan fisiologis karena proses

involusi berlangsung. Hal ini sesuai dengan teori Sulistyawati (2015)

bahwa involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi

sebelum hamil. dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang

mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati). sedangkan

proses mobilisasi Ny.I sesuai dengan teori Nugroho (2014) bahwa

mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan membimbing ibu untuk

bangun dari tempat tidurnya. Ibu post partum dipernolehkan bangun dari
243

tempar tidurnya 2jam setelah melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai

mobilisasi dengan miring kana atau kiri, duduk kemudian berjalan.

Hasil pemeriksaan pada Ny.I dalam keadaan umum baik, tekanan

darah 120/80 mmHg, Nadi 81x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu

36,5°C. Hal ini sesuai dengan teori Sulistyawati (2015) dalam 1 hari (24

jam postpartum, suhu badan akan naik sedikit (37,5°C-38°C) akibat

kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan.

Denyut nadi normal, denyut nadi sehabis melaahirkan biasanya lebih

cepat dan keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan

denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernafasan juga

akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan saluran pencernaan.

Pada pemeriksaan payudara didapatkan putting susu menonjol

dan terdapat pengeluaran kolostrum. Hal ini sesuai dengan teori

Saleha (2015), yang menyatakan menurunnya kadar estrogen

menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitary bagian belakang

untuk mengeluarkan prolaktin, hormone ini berperan dalam

pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.

Pada pemeriksaan abdomen di dapatkan TFU 2 jari dibawah

pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong. Hal ini sesuai

dengan teori menurut Sulistyawati (2015) bahwa pada akhir kala III,

TFU teraba 2 jari dibawah pusat.

Pada pemeriksaan genitalia terdapat pengeluaran darah ±10cc,

lokhea rubra. Hal ini sesuai dengan teori Sulistyawati (2015) yaitu

menyatakan bahwa lokhea rubra keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-4

masa post partum.


244

2. Kunjungan Nifas kedua (1 Minggu)

Dilakukan pada tanggal 08 Juni 2019 pukul 09.20 WIB. Ibu

mengatakan tidak ada keluhan, BAK dan BAB lancar, ASI lancar keluar

banyak, masih keluar darah yang berwarna merah kecoklatan.

pengeluaran darah yang Ny.I alami normal. Hal ini sesuai dengan teori

Sulistyawati (2015) yang menyatakan bahwa lochea sanguinolenta

berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung pada hari

ke-4 sampai hari ke-7.

Penulis melakukan pemeriksaan keadaan umum baik, berat badan

53 kg, tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 77x/menit, pernafasan

20x/menit, suhu 36,5°C. Hal ini sesuai dengan teori Sulistyawati (2015)

bahwa dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik sedikit

(37,5°-38°C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan

cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi

biasa. Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per

menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat.

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah

akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi.

Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernafasan juga akan

mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran

pencernaan.

Pada pemeriksaan abdomen didapatkan TFU pertengahan pusat

dan simpisis, kontraksi baik, kandung kemih kosong. Hal ini sesuai
245

dengan teori Sulistyawati (2015) bahwa pada 1 minggu post partum,

TFU teraba pertengahan pusat dan simpisis dengan berat 500 gram.

Penulis memastikan dan memberitahu ibu untuk beristirahat yang

cukup 1-2 jam disiang hari dan 7-8 jam pada malam hari, ibu harus bisa

mengambil kesempatan tidur siang saat bayi tertidur ibu pun ikut tidur.

Hal ini sesuai dengan teori Nugroho (2014), yang menyatakan ibu

nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang

dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pasca malam hari dan 1 jam

pada siang hari. hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam

memenuhi kebutuhan istirahatnya salah satunya ialah tidur siang

atau istirahat saat bayi tidur.

Penulis memberitahu tahu ibu untuk mempertahankan nutrisi yang

seimbang bergizi dan kaya protein karna ibu sedang menyusui. Hal ini

sesuai dengan teori mineral Nugroho (2014), yang menyatakan ibu

nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi

kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk

memenuhi produksi air susu. ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi

kebutuhan akan gizi seperti mengkonsumsi makanan tambahan,

makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan

karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Penulis mengingatkan Ny.I tentang ASI Eksklusif yaitu memberikan

ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan makanan dan minuman

apapun. Hal ini sesuai dengan teori Elmeida (2015) yang menyatakan

bahwa bayi hanya memerlukan ASI selama 6 bulan pertama, karena

ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi.


246

3. Kunjungan Nifas ketiga (2 Minggu)

Dilakukan pada tanggal 16 juni 2019 pukul 08.30 dirumah Ny.I.

Keadaan umum ibu baik, tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 78x/menit,

pernafasan 20x/menit, suhu 36,5°C. Hal ini sesuai dengan teori

Sulistyawati (2015) bahwa dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu

badan akan naik sedikit (37,5°-38°C) sebagai akibat kerja keras

sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan

normal, suhu badan menjadi biasa. Denyut nadi normal pada orang

dewasa adalah 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis melahirkan

biasanya akan lebih cepat.

Biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih

rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Keadaan

pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila

suhu dan nadi tidak normal maka pernafasan juga akan mengikutinya,

kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan.

Hasil pemeriksaan abdomen didapatkan TFU sudah tidak teraba,

kandung kemih kosong. Hal ini sesuai dengan teori Sulistyawati (2015)

yang menyatakan bahwa 2 minggu post partum, TFU teraba diatas

simpisis dengan berat 350.

Pada pemeriksaan genitalia terlihat pengeluaran lochea serosa.

Hal ini sesuai dengan teori Sulistyawati (2015) yaitu lochea serosa

berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan

robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-

14.
247

Hasil pemeriksaan ekstremitas bawah kuku tidak pucat, tidak

ada oedema, dan tidak ada tanda homan. Hal ini sesuai dengan teori

menurut Nugroho (2014) yang menyatakan bahwa pemeriksaan

ekstremitas harus dilakukan pada masa nifas untuk mengetahui

adanya oedema, nyeri tekan atau panas pada betis adanya tanda

homan, refleks. Tanda homan didapatkan dengan meletakkan satu

tangan pada lutut ibu, dan lakukan tekanan ringan untuk menjaga

tungkai tetap lurus. dorsifleksi kaki tersebut jika terdapat nyeri

pada betis maka tanda homan positif.

Penulis memberikan konseling informasi tentang KB kepada ibu

mengenai jenis-jenis, menjelaskan keuntungan dan kerugiannya, dan

efek sampingnya. Hal ini sesuai dengan teori Sari (2014) yang

menyatakan periode late post partum (1 minggu – 5 minggu), pada

periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

sehari-hari serta konseling KB.

4. Kunjungan Nifas keempat (6 minggu)

Dilakukan pada tanggal 14 Juli 2019 pukul 10.30 WIB. Hasil

pemeriksaan keadaan umum ibu baik, berat badan 52kg, tekanan darah

110/80 mmHg, Nadi 78x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36,5°C

Pemeriksaan fisik wajah tidak oedema, mata konjungtiva merah

muda sklera putih, leher tidak ada benjolan, payudara tidak ada

benjolan, Abdomen TFU tidak teraba, kandung kemih kosong. Hal ini

sesuai dengan teori Sulistyawati (2015) yang menyatakanan bahwa

pada 6 minggu postpartum fundus uteri mengecil (tidak teraba) dengan

berat 50 gram.
248

Pada genitalia lokhea alba, Hal ini sesuai dengan teori sulistyawati

(2015) bahwa Lokhea alba mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,

selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. lokhea ini

berlangsung 2-6 minggu postpartum.

Penulis menanyakan kembali kepada ibu tentang KB yang akan

digunakan setelah berdiskusi dengan suami ibu tetap memilih KB jangka

panjang yaitu spiral tetapi ibu masih merencanakan waktu pemasangan.

Hal ini sesuai dengan teori Nugroho (2014) bahwa program KB

sebaiknya dilakukan ibu setelah nifas selesai 40 hari (6minggu), dengan

tujuan menjaga kesehatan ibu. Pada saat melakukan hubungan seksual

sebaiknya perhatikan waktu, penggunaan kontrasepsi, dispareuni,

kenikmatan dan kepuasan pasangan suami istri.

E. Asuhan Kebidanan pada KB

Dilakukan pada tanggal 24 Juli 2019 pukul 11.00 WIB di Puskesmas

Bogor Tengah. Hasil anamnesa Ny.I ingin ber KB, ibu ingin menggunakan

KB jangka panjang spiral. Mengingat penjelasan bidan sebelumnya bahwa

KB jangka panjang sangat efektif tidak perlu pulang pergi ke Puskesmas.

Hal ini. Hal ini sesuai dengan teori Marmi (2016) yang menyatakan bahwa

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah satu alat kontrasepsi modern

yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan

masa aktif fungsi kontrasepsinya) yang dimasukkan ke dalam rahim yang

sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua

perempuan usia reproduktif sebagai suatu usaha pencegahan kehamilan.

Selanjutnya penulis melakukan pemeriksaan dengan hasil keadaan

umum ibu baik, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan
249

19x/menit, suhu 36,5°C. BB 51 kg. Mata konjungtiva merah muda. sklera

putih, payudara simetris tidak ada benjolan, terdapat pengeluaran ASI,

ekstremitas atas tidak ada oedema, bawah tidak ada oedema dan varises.

Hal ini sesuai dengan teori Marmi (2016) bahwa yang dapat menggunakan

AKDR adalah usia reproduksi sehat, menginginkan menggunakan

kontrasepsi jangka panjang, perempuan menyusui yang menginginkan

kontrasepsi, tidak menghendaki metode hormonal.

Pemeriksaan genetalia vulva dan vagina tidak ada kelainan, tidak ada

ulkus, panjang rahim 7 cm. Hal ini sesuai dengan teori handayani (2015)

bahwa yang tidak diperbolehkan menggunakan AKDR/IUD adalah ukuran

rongga rahim kurang dari 5cm. Sedangkan pada Ny.I ukuran rahim 7 cm.

Menganjurkan ibu kunjungan ulang 1 minggu kemudian atau jika

terjadi keluhan. Hal ini sesuai dengan teori Sofian (2015) menyatakan

bahwa pemeriksaan ulang secara rutin dilakukan 1 minggu setelah insersi

untuk mengetahui keluhan dini pasca pemasangan, dan selanjutnya

setelah 1, 3, 6, dan 12 bulan.


250

BAB V

PENUTUP

e. KESIMPULAN

Penulis melakukan

f. SARAN

Anda mungkin juga menyukai