Anda di halaman 1dari 15

KONSEP OBAT TRADISIONAL

(HERBAL MEDICINE II)

DI SUSUN OLEH :

ARDIANTI KHALIK

NIM : A1A221219

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

PRODI S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas


rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Konsep Obat Tradisional ini.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dari berbagai
pihak dan kerjasama kelompok yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Herbal Medicine
II dengan dosen pengampuh Bapak Apt. Safaruddin Amin, S.Farm., M.Farm.
Semoga makalah ini dapat digunakan secara efektif dan dapat menjadi media
untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan untuk memahami teknologi
yang digunakan dalam ruang lingkup kebidanan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 05 April 2023

Ardianti Khalik

i
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR .......................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan ....................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Defenisi Obat Tradisional ......................................................................3
B. Sejarah Perkembangan Obat Tradisional ...............................................4
C. Pembagian Obat Tradisional di Indonesia .............................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................11
B. Saran .......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan yang berupa
tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat (BPOM, 2014). Perkembangan selanjutnya obat tradisional
kebanyakan berupa campuran yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
sehingga dikenal dengan obat herbal. Di Indonesia, obat herbal sebagai
bagian dari obat bahan alam Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yakni : jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka (BPOM,
2005). Secara umum 92% masyarakat menyatakan bahwa mereka
mengetahui tentang obat tradisional, namun ketika ditanya lebih spesifik
mengenai pengembangan obat tradisional sebagai obat herbal, mayoritas
masyarakat 88,2% hanya mengenal jamu sedangkan yang mengetahui
jenis obat herbal terstandar 29,4% dan yang mengenal Fitofarmaka 3%.
(Oktaviani, 2021).
Penggunaan Obat herbal telah diterima secara luas di negara
berkembang dan di negara maju. Menurut WHO, hingga 65% dari
penduduk negara maju dan 80% penduduk negara berkembang telah
menggunakan obat herbal.
Indonesia memiliki sekitar 30.000 spesies tumbuhan. Diantara
30.000 spesies tumbuhan yang hidup di Indonesia, diketahui 7000 spesies
tumbuhan berkhasiat sebagai obat. Sekitar 90% tumbuhan obat di kawasan
Asian tumbuh di Indonesia. Terdapat 940 spesies tumbuhan obat telah di
manfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional, hanya 120 spesies
yang masuk dalam Materia Medika Indonesia (Tilar 2014). Hampir setiap
orang Indonesia pernah menggunakan tumbuhan obat untuk mengobati

1
penyakit atau kelainan yang timbul pada tubuh selama hidupnya, baik
ketika bayi, anak-anak, maupun setelah dewasa (Fauziah, 2021).
Obat tradisional merupakan salah satu warisan nenek moyang atau
leluhur yang secara turun temurun dipergunakan dalam proses mencegah,
mengurangi, menghilangkan atau menyembuhkan penyakit, luka dan
mental pada manusia atau hewan. Sebagai warisan nenek moyang yang
dipergunakan secara turun temurun maka perlu kiranya dikembangkan dan
diteliti agar dapat dipertanggungjawabkan secara medis (Parwata, 2016).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan obat tradisional ?
2. Bagaimanakah sejarah perkembangan obat tradisional?
3. Bagaimana pembagian obat tradisional di Indonesia?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran
atau konsep dari obat tradisional yang dari dulu hingga kini masih sangat
sering digunakan oleh masyarakat.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Defenisi Obat Tradisional


Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik),
atau campuran dari bahan tersebut secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
di masyarakat. Pengobatan tradisional (BATTRA) adalah pengobatan dan
atau perawatan yang diselenggrakan dengan cara lain di luar ilmu
kedokteran dan atau keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada
pengetahuan , pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh secara turun-
temurun, dan atau berguru melalui pendidikan dan pelatihan, baik asli (dari
Indonesia) maupun yang berasal dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai
norma yang berlaku dalam masyarakat (Ginting, 2021).
Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau
perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
di masyarakat. Jamu adalah sediaan obat bahan alam, status keamanan
dan khasiatnya dibuktikan secara empiris. Obat Herbal Terstandar
adalah sediaan bahan yang telah distandardisasi bahan baku yang
digunakan dalam produk jadi, harus memenuhi persyaratan aman dan mutu
sesuai dengan persyaratan yang berlaku serta klaim khasiat dibuktikan
secara ilmiah/praklinik. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam
yang telah distandardisasi, status keamanan dan khasiatnya telah
dibuktikan secara ilmiah melalui uji klinik (Permenkes, 2016).
Berbagai defenisi dan ciri obat dan pengobatan tradisional menurut
Undang-undang antara lain :
1. Pengobatan Tradisional menurut Undang-undang RI No.23 Tahun
1992 adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat dan

3
pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan
turun-temurun dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
dalam masyarakat.
2. Obat asli Indonesia menurut Undang-undang RI No.7 Tahun 1963
adalah obat-obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah di
Indonesia, terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan
dipergunakan dalam pengobatan tradisionil.
3. Obat Tradisionil menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.179/Men.Kes/Per/VII/1976 adalah obat jadi atau obat berbungkus
yang berasalah dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dan atau
sediaan geleniknya atau campuran bahan-bahan tersebut yang belum
mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan
berdasarkan pengalaman.
4. Obat Tradisional menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.
246/Men.Kes/Per/V/1990 dan Undang-undang RI No. 23 Tahun 1992
adalah bahan atau ramuan bahan, yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan
tersebut yang secara turun-temurun talah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.

B. Sejarah Perkembangan Obat Tradisional


1. Sejarah Perkembangan Obat Tradisional di Dunia
Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan berbagai kekayaan
alam telah lama dikenal di dunia. Negara Cina menjadi negara pelopor
yang memperkenalkan penggunaan obat-obatan herbal tradisional
untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Pada abad ke-11 sebelum
masehi, dimana negara Cina masih terbagi atas beberapa dinasti,
ditemukan sebuah dokumen dari buku di zaman dinasti Zhou yang
menyebutkan adanya proses untuk mendinginkan tubuh seseorang
yang hangat dan sebaliknya. Serta catatan tentang penambahan 5 rasa
pada obat. Hal serupa juga ditemukan pada zaman dinasti Tang di

4
tahun 618 masehi sampai 907 masehi. Sebuah buku berisi 850 jenis
herbal lengkap dengan gambar menjadi bukti bahwa herbal sudah
dikenal baik oleh peradaban zaman itu.
Dilanjutkan oleh seorang tabib pada zaman dinasti Ming yang
mengumpulkan semua sumber dan membuat sebuah buku berisikan
1.892 tipe herbal dan jamu dan dianggap sebagai buku terlengkap dan
terbesar dalam sejarah dokumentasi obat herbal. Dalam praktiknya,
pengobatan tradisional Cina meliputi praktik pengobatan herbal,
akupuntur, dan pijat Tui na. Pengobatan ini digolongkan dalam
kedokteran timur.
Kini, pengobatan tradisional Tionghoa diajarkan hampir di semua
sekolah kedokteran di Cina, sebagian besar Asia, dan Amerika Utara.
Pengobatan Cina pun akhirnya masuk ke Indonesia seiring
berkembangnya komunitas Tionghoa di Nusantara. Berbagai bentuk
pengobatan seperti akupuntur, pijat, refleksi dan sebagainya juga
semarak di Indonesia (Ginting, 2021).

2. Sejarah Perkembangan Obat Tradisional di Indonesia


Pemanfaatan tanaman sebagai obat-obatan di Indonesia juga telah
berlangsung ribuan tahun yang lalu. Sejak zaman dahulu masyarakat
Indonesia mengenal dan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat,
sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan kesehatan formal
dengan obat-obatan modern. Pengalaman nenek moyang kita dalam
meramu tanaman untuk pengobatan tradidional telah diwariskan dari
generasi ke generasi. Seni dan pengetahuan penggunaan tanaman
sebagai obat diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi.
Perkembangan demi perkembangan telah tercapai, hingga seorang
apoteker bernama Martius dalam bukunya yang berjudul Grundriss der
Pharmakognosie des Pflanzanreiches telah berhasil menggolongkan
tanaman obat berdasarkan morfologinya. Di Indonesia salah satu obat
tradisional yang sangat terkenal dan telah digunakan oleh masyarakat

5
sejak zaman dahulu adalah jamu. Jamu merupakan minuman
berkhasiat dari Indonesia sebagai minuman kesehatan, mencegah, dan
menyembuhkan berbagai penyakit. Tradisi minum jamu diperkirakan
sudah ada sejak 1300 M dan merupakan minuman bersejarah. Pada
masa penjajahan Jepang, sekitar tahun 1940-an, tradisi minum Jamu
kembali populer karena telah dibentuknya komite Jamu Indonesia.
Dengan begitu, kepercayaan khasiat terhadap jamu kembali meningkat.
Tahun 1976, pengembangan O.T di Indonesia mulai digalakkan
dengan dibentuknya DIREKTORAT PENGAWASAN OBAT
TRADISIONAL, pada Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan,
Departemen Kesehatan. Sehingga lahirlah aturan-aturan tentang obat
tradisional yang dikenal dengan paket deregulasi, melalui Peraturan
Menteri Kesehatan RI.
Tahun 1997, telah tercatat sekitar 280.000 pengobatan tradisional
(BATTRA) di dunia dan sekitar 30 jenis BATTRA di antaranya di
Indonesia. BATTRA asli Indonesia, seperti: pijat urut, pijat tuna netra,
patah tulang, sunat, dan sakit gigi dan gurah. BATTRA di luar
Indonesia, seperti: akupresur, akupuntur, dan chiropracor (Ginting,
2021).

C. Pembagian Obat Tradisional di Indonesia


Obat bahan alam Indonesia di kelompokkan secara berjenjang
menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Jamu;
2. Obat Herbal Terstandar;
3. Fitofarmaka.

1. Jamu

6
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional,
misalnya dalam bentuk serbuk seduhan atau cairan yang berisi seluruh
bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan
secra tradisional.

Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama


berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah
membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan
kesehatan tertentu. Jamu bisa diartikan sebagai obat tradisional yang
disediakan secara tradisional, tersedia dalam bentuk seduhan, pil
maupun larutan. Pada umumnya, jamu dibuat berdasarkan resep turun-
temurun dan tidak melalui proses seperti fitofarmaka. Jamu harus
memenuhi beberapa kriteria, yaitu:
a. Aman
b. Klaim khasiat berdasarkan data empiris (pengalaman)
c. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Sebuah ramuan disebut jamu jika telah digunakan masyarakat
melewati 3 generasi. Artinya bila umur satu generasi rata-rata 60
tahun, sebuah ramuan disebut jamu jika bertahan minimal 180 tahun.
inilah yang membedakan dengan fitofarmaka, dimana pembuktian
khasiat tersebut baru sebatas pengalaman, selama belum ada penelitian
ilmiah. Jamu dapat dinaikkan kelasnya menjadi herbal berstandar atau
fitofarmaka dengan syarat bentuk sediaannya berupa ekstrak dengan
bahan dan proses pembuatan yang terstandarisasi.

7
2. Obat Herbal Terstandar (OHT)
Obat Herbal Terstandar (OHT) juga tidak sama dengan
fitofarmaka. Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional
yang berasal dari ekstrak bahan tumbuhan, hewan maupun mineral.
Perlu dilakukan uji pra-klinik untuk pembuktian ilmiah mengenai
standar kandungan bahan yang berkhasiat, standar pembuatan ekstrak
tanaman obat, standar pembuatan obat yang higienis dan uji toksisitas
akut maupun kronis seperti halnya fitofarmaka. Dalam proses
pembuatannya, OHT memerlukan peralatan yang lebih kompleks dan
berharga mahal serta memerlukan tenaga kerja dengan pengetahuan
dan keterampilan pembuatan ekstrak, yang hal tersebut juga
diberlakukan sama pada fitofarmaka.

Obat Herbal dapat dikatakan sebagai Obat Herbal Terstandarisasi


bila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1). Aman
2). Klaim khasiat secara ilmiah, melalui uji pra-klinik
3). Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
4). Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang
digunakan dalam produk jadi.
Indonesia telah memiliki atau memproduksi sendiri OHT dan telah
beredar di masyarakat sebanyak 17 produk OHT, diantaranya : diapet,

8
kiranti, dll. Sebuah herbal terstandar dapat dinaikkan kelasnya
menjadi fitofarmaka setelah melalui uji klinis pada manusia.
3. Fitofarmaka
Fitofarmaka merupakan jenis obat tradisional yang dapat
disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang
telah terstandar dan khasiatnya telah dibuktikan melalui uji klinis.
Fitofarmaka dapat diartikan sebagai sediaan obat bahan alam yang
telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji
praklinis dan uji klinis bahan baku serta produk jadinya telah di
standarisasi.
Dari ketiga golongan atau kelompok obat tradisional, fitofarmaka
menempati level paling tinggi dari segi kualitas dan keamanan. Hal ini
disebabkan oleh karena fitofarmaka telah melalui proses penelitian
yang sangat panjang serta uji klinis yang detail, pada manusia sehingga
fitofarmaka termasuk dalam jenis golongan obat herbal yang telah
memiliki kesetaraan dengan obat, karena telah memiliki Clinical
Evidence dan siap diresepkan oleh dokter.

Obat Herbal dapat dikatakan sebagai fitofarmaka apabila obat


herbal tersebut telah memenuhi kriteria sebagai berikut :
1). Aman
2). Klaim khasiat secara ilmiah, melalui uji pra-klinik dan klinik.
3). Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

9
4). Telah dilakukan standarisasi bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi.
Pada dasarnya sediaan fitofarmaka mirip dengan sediaan jamu-
jamuan karena juga berasal dari bahan-bahan alami, meskipun
demikian jenis sediaan obat ini masih belum begitu populer di
kalangan masyarakat, dibandingkan jamu-jamuan dan herba
terstandar. Khasiat dan penggunaan fitofarmaka dapat lebih dipercaya
dan efektif daripada sediaan jamu-jamuan biasa, karena telah meliki
dasar ilmiah yang jelas, dengan kata lain fitofarmaka menurut ilmu
pengobatan merupakan sediaan jamu-jamuan yang telah tersentuh
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern (Ginting, 2022).

BAB III

10
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral maupun campuran dari bahan
tersebut yang sudah digunakan secara turun-temurun untuk pengobatan
serta sesuai dengan aturan atau normal yang berlaku di masyarakat.
Obat tradisional pertama kali muncul di Negara Cina kemudian
berkembang dan masuk ke Indonesia hingga saat ini.
Obat tradisional digolongkan dalam tiga jenis, yaitu: jamu, obat
herbal terstandar dan fitofarmaka.

B. Saran
Bagi tenaga kesehatan, semoga dapat menjadi bahan ajar maupun
menambah pengetahuan mengenai obat-obatan tradisional khususnya
dalam bidang kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA

11
Oktaviani, A.R, dkk. (2021). Pengetahuan Dan Pemilihan Obat Tradisional Oleh
Ibu-Ibu Surabaya. Jurnal Farmasi Komunitas. Vol.8 No.1.

Fauziah, Maghfirah.L, & Hardiana. (2021). Gambaran Penggunaan Obat


Tradisional Pada Masyarakat Desa Pulo Secara Swamedikasi. Jurnal Sains
& Kesehatan Darussalam. Vol.1 No.1.

Permenkes Nomor 6. 2016 : Formularium Obat Herbal Asli Indonesia.

Ginting, OS. (2022). Buku Ajar Obat Tradisional. Medan: Guepedia.

12

Anda mungkin juga menyukai