DI SUSUN OLEH :
ARDIANTI KHALIK
NIM : A1A221219
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR 2023
KATA PENGANTAR
Ardianti Khalik
i
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR .......................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan ....................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Defenisi Obat Tradisional ......................................................................3
B. Sejarah Perkembangan Obat Tradisional ...............................................4
C. Pembagian Obat Tradisional di Indonesia .............................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................11
B. Saran .......................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan yang berupa
tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat (BPOM, 2014). Perkembangan selanjutnya obat tradisional
kebanyakan berupa campuran yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
sehingga dikenal dengan obat herbal. Di Indonesia, obat herbal sebagai
bagian dari obat bahan alam Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yakni : jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka (BPOM,
2005). Secara umum 92% masyarakat menyatakan bahwa mereka
mengetahui tentang obat tradisional, namun ketika ditanya lebih spesifik
mengenai pengembangan obat tradisional sebagai obat herbal, mayoritas
masyarakat 88,2% hanya mengenal jamu sedangkan yang mengetahui
jenis obat herbal terstandar 29,4% dan yang mengenal Fitofarmaka 3%.
(Oktaviani, 2021).
Penggunaan Obat herbal telah diterima secara luas di negara
berkembang dan di negara maju. Menurut WHO, hingga 65% dari
penduduk negara maju dan 80% penduduk negara berkembang telah
menggunakan obat herbal.
Indonesia memiliki sekitar 30.000 spesies tumbuhan. Diantara
30.000 spesies tumbuhan yang hidup di Indonesia, diketahui 7000 spesies
tumbuhan berkhasiat sebagai obat. Sekitar 90% tumbuhan obat di kawasan
Asian tumbuh di Indonesia. Terdapat 940 spesies tumbuhan obat telah di
manfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional, hanya 120 spesies
yang masuk dalam Materia Medika Indonesia (Tilar 2014). Hampir setiap
orang Indonesia pernah menggunakan tumbuhan obat untuk mengobati
1
penyakit atau kelainan yang timbul pada tubuh selama hidupnya, baik
ketika bayi, anak-anak, maupun setelah dewasa (Fauziah, 2021).
Obat tradisional merupakan salah satu warisan nenek moyang atau
leluhur yang secara turun temurun dipergunakan dalam proses mencegah,
mengurangi, menghilangkan atau menyembuhkan penyakit, luka dan
mental pada manusia atau hewan. Sebagai warisan nenek moyang yang
dipergunakan secara turun temurun maka perlu kiranya dikembangkan dan
diteliti agar dapat dipertanggungjawabkan secara medis (Parwata, 2016).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan obat tradisional ?
2. Bagaimanakah sejarah perkembangan obat tradisional?
3. Bagaimana pembagian obat tradisional di Indonesia?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran
atau konsep dari obat tradisional yang dari dulu hingga kini masih sangat
sering digunakan oleh masyarakat.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan
turun-temurun dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
dalam masyarakat.
2. Obat asli Indonesia menurut Undang-undang RI No.7 Tahun 1963
adalah obat-obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah di
Indonesia, terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan
dipergunakan dalam pengobatan tradisionil.
3. Obat Tradisionil menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.179/Men.Kes/Per/VII/1976 adalah obat jadi atau obat berbungkus
yang berasalah dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dan atau
sediaan geleniknya atau campuran bahan-bahan tersebut yang belum
mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan
berdasarkan pengalaman.
4. Obat Tradisional menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.
246/Men.Kes/Per/V/1990 dan Undang-undang RI No. 23 Tahun 1992
adalah bahan atau ramuan bahan, yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan
tersebut yang secara turun-temurun talah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.
4
tahun 618 masehi sampai 907 masehi. Sebuah buku berisi 850 jenis
herbal lengkap dengan gambar menjadi bukti bahwa herbal sudah
dikenal baik oleh peradaban zaman itu.
Dilanjutkan oleh seorang tabib pada zaman dinasti Ming yang
mengumpulkan semua sumber dan membuat sebuah buku berisikan
1.892 tipe herbal dan jamu dan dianggap sebagai buku terlengkap dan
terbesar dalam sejarah dokumentasi obat herbal. Dalam praktiknya,
pengobatan tradisional Cina meliputi praktik pengobatan herbal,
akupuntur, dan pijat Tui na. Pengobatan ini digolongkan dalam
kedokteran timur.
Kini, pengobatan tradisional Tionghoa diajarkan hampir di semua
sekolah kedokteran di Cina, sebagian besar Asia, dan Amerika Utara.
Pengobatan Cina pun akhirnya masuk ke Indonesia seiring
berkembangnya komunitas Tionghoa di Nusantara. Berbagai bentuk
pengobatan seperti akupuntur, pijat, refleksi dan sebagainya juga
semarak di Indonesia (Ginting, 2021).
5
sejak zaman dahulu adalah jamu. Jamu merupakan minuman
berkhasiat dari Indonesia sebagai minuman kesehatan, mencegah, dan
menyembuhkan berbagai penyakit. Tradisi minum jamu diperkirakan
sudah ada sejak 1300 M dan merupakan minuman bersejarah. Pada
masa penjajahan Jepang, sekitar tahun 1940-an, tradisi minum Jamu
kembali populer karena telah dibentuknya komite Jamu Indonesia.
Dengan begitu, kepercayaan khasiat terhadap jamu kembali meningkat.
Tahun 1976, pengembangan O.T di Indonesia mulai digalakkan
dengan dibentuknya DIREKTORAT PENGAWASAN OBAT
TRADISIONAL, pada Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan,
Departemen Kesehatan. Sehingga lahirlah aturan-aturan tentang obat
tradisional yang dikenal dengan paket deregulasi, melalui Peraturan
Menteri Kesehatan RI.
Tahun 1997, telah tercatat sekitar 280.000 pengobatan tradisional
(BATTRA) di dunia dan sekitar 30 jenis BATTRA di antaranya di
Indonesia. BATTRA asli Indonesia, seperti: pijat urut, pijat tuna netra,
patah tulang, sunat, dan sakit gigi dan gurah. BATTRA di luar
Indonesia, seperti: akupresur, akupuntur, dan chiropracor (Ginting,
2021).
1. Jamu
6
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional,
misalnya dalam bentuk serbuk seduhan atau cairan yang berisi seluruh
bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan
secra tradisional.
7
2. Obat Herbal Terstandar (OHT)
Obat Herbal Terstandar (OHT) juga tidak sama dengan
fitofarmaka. Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional
yang berasal dari ekstrak bahan tumbuhan, hewan maupun mineral.
Perlu dilakukan uji pra-klinik untuk pembuktian ilmiah mengenai
standar kandungan bahan yang berkhasiat, standar pembuatan ekstrak
tanaman obat, standar pembuatan obat yang higienis dan uji toksisitas
akut maupun kronis seperti halnya fitofarmaka. Dalam proses
pembuatannya, OHT memerlukan peralatan yang lebih kompleks dan
berharga mahal serta memerlukan tenaga kerja dengan pengetahuan
dan keterampilan pembuatan ekstrak, yang hal tersebut juga
diberlakukan sama pada fitofarmaka.
8
kiranti, dll. Sebuah herbal terstandar dapat dinaikkan kelasnya
menjadi fitofarmaka setelah melalui uji klinis pada manusia.
3. Fitofarmaka
Fitofarmaka merupakan jenis obat tradisional yang dapat
disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang
telah terstandar dan khasiatnya telah dibuktikan melalui uji klinis.
Fitofarmaka dapat diartikan sebagai sediaan obat bahan alam yang
telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji
praklinis dan uji klinis bahan baku serta produk jadinya telah di
standarisasi.
Dari ketiga golongan atau kelompok obat tradisional, fitofarmaka
menempati level paling tinggi dari segi kualitas dan keamanan. Hal ini
disebabkan oleh karena fitofarmaka telah melalui proses penelitian
yang sangat panjang serta uji klinis yang detail, pada manusia sehingga
fitofarmaka termasuk dalam jenis golongan obat herbal yang telah
memiliki kesetaraan dengan obat, karena telah memiliki Clinical
Evidence dan siap diresepkan oleh dokter.
9
4). Telah dilakukan standarisasi bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi.
Pada dasarnya sediaan fitofarmaka mirip dengan sediaan jamu-
jamuan karena juga berasal dari bahan-bahan alami, meskipun
demikian jenis sediaan obat ini masih belum begitu populer di
kalangan masyarakat, dibandingkan jamu-jamuan dan herba
terstandar. Khasiat dan penggunaan fitofarmaka dapat lebih dipercaya
dan efektif daripada sediaan jamu-jamuan biasa, karena telah meliki
dasar ilmiah yang jelas, dengan kata lain fitofarmaka menurut ilmu
pengobatan merupakan sediaan jamu-jamuan yang telah tersentuh
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern (Ginting, 2022).
BAB III
10
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral maupun campuran dari bahan
tersebut yang sudah digunakan secara turun-temurun untuk pengobatan
serta sesuai dengan aturan atau normal yang berlaku di masyarakat.
Obat tradisional pertama kali muncul di Negara Cina kemudian
berkembang dan masuk ke Indonesia hingga saat ini.
Obat tradisional digolongkan dalam tiga jenis, yaitu: jamu, obat
herbal terstandar dan fitofarmaka.
B. Saran
Bagi tenaga kesehatan, semoga dapat menjadi bahan ajar maupun
menambah pengetahuan mengenai obat-obatan tradisional khususnya
dalam bidang kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
11
Oktaviani, A.R, dkk. (2021). Pengetahuan Dan Pemilihan Obat Tradisional Oleh
Ibu-Ibu Surabaya. Jurnal Farmasi Komunitas. Vol.8 No.1.
12