Anda di halaman 1dari 18

PENGGUNAAN HERBAL DALAM MASA

NIFAS DAN MENYUSUI

TUGAS MK. ASUHAN KEBIDANAN KOMPLEMENTER

OLEH:
RABIATUL GUSMIAH
(NIM.200411032)

ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA


PROGRAM STUDI S-1 KEBIDANAN
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………....... ii


KATA PENGANTAR ………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………… 2
C. Tujuan…………………………………..……… 2
BAB II PENGGUNAAN HERBAL DALAM MASA NIFAS
DAN MENYUSUI…………………………………… 3
A. Obat Tradisional (Herbal)……………………… 3
B. Masa Nifas dan Menyusui……………………... 5
C. Penggunaan Herbal pada Masa Nifas dan
Menyusui………………………………………. 6
D. Penelitian Terkait Pemanfaatan Herbal pada
Masa Nifas dan Menyusui…………………….. 8
BAB III PENUTUP…………………………………………… 12
A. Kesimpulan……………………………………. 12
B. Saran…………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 13

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah ini.
Penulisan makalah berjudul “Penggunaan Herbal pada Masa Nifas dan
Menyusui” ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Komplementer. Kami berharap makalah ini bisa menambah pengetahuan pembaca
tentang bagaimana penggunaan obat herbal, manfaat dan jenis obat herbal yang
dapat digunakan oleh ibu nifas dan menyusui.
Kami menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan,
terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca
demi penyempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Penajam, 24 November 2021

Penulis

iii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan obat. Tanaman obat telah lama digunakan
oleh penduduk Indonesia sebagai pengobatan, baik untuk pencegahan
penyakit, penyembuhan dan peningkatan derajat kesehatan.
Kecenderungan sekarang juga bahwa masyarakat di Indonesia pola
hidupnya kembali ke alam.
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau
campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara traditional telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Hal ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990,
tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat
Tradisional (Parwata, 2012).
Perkembangan selanjutnya obat tradisional kebanyakan berupa
campuran yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga dikenal dengan
obat herbal. Khusus untuk Obat herbal ada 3 : Jamu, obat herbal
terstandarisasi dan fitofarmaka.
Obat herbal merupakan obat yang berasal dari campuran bahan
alami yang berbentuk ramuan dalam formulasi yang diinginkan.
Penggunaan obat herbal sekarang sudah berkembang pesat dengan
penggunaan bahan dari alam. Obat herbal dalam bentuk sediaan banyak
dijual dimasyarakat umum tetapi ini belum terstandar (Kiuk, 2018).
Penggunaan obat herbal ini dimanfaatkan tidak hanya untuk orang
yang sakit, tetapi untuk pemulihan kesehatan misalnya pada ibu nifas.
Masa nifas / Postpartum merupakan masa setelah melahirkan dari plasenta
lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil sekitar 6 minggu. Asuhan masa postpartum sangat diperlukan
karena termasuk masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Perawatan pada masa nifas sangat penting karena bisa mendeteksi
secara dini dan mengatasi komplikasi yang timbul pasca persalinan dan
untuk memberikan informasi yang penting kepada ibu tentang cara
merawat diri dan bayinya. Pada masa postpartum terdapat tiga proses
perubahan penting yaitu masa pengecilan rahim (involusi), kekentalan
darah dan masa laktasi atau menyusui.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bahan pengobatan herbal?
2. Bahan herbal apa saja yang dapat digunakan pada masa nifas dan
menyusui?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bahan herbal
2. Untuk mengetahui bahan herbal apa saja yang dapat digunakan
pada masa nifas dan menyusui

2
3

BAB II
PENGGUNAAN HERBAL
DALAM MASA NIFAS DAN MENYUSUI

A. Obat Tradisional (Herbal)


1. Pengertian
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional,
turun temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat,
kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun
pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan
tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan dan saat ini
penggunaannya cukup gencar dilakukan karena lebih mudah dijangkau
masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya.
Selain dari pengertian tersebut, beberapa ahli lain juga
mengelompokkan tanaman berkhasiat obat menjadi tiga kelompok,
yakni:
a. Tumbuhan obat tradisional, merupakan spesies tumbuhan yang
diketahui atau dipercayai masyarakat memiliki khasiat obat dan
telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.
b. Tumbuhan obat modern, merupakan spesies tumbuhan yang
secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan
bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat
dipertanggungjawabkan secara medis.
c. Tumbuhan obat potensial, merupakan spesies tumbuhan yang
diduga mengandung atau memiliki senyawa atau bahan bioaktif
berkhasiat obat tetapibelum dibuktikan penggunaannya secara
ilmiah medis sebagai bahan obat.
Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena
menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek
samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh. Bagian dari obat
tradisional yang banyak digunakan atau dimanfaatkan di masyarakat
adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga.

2. Peraturan Perundang-undangan dalam Obat Tradisional


Pemerintah Indonesia melalui Menteri Kesehatan dan Instansi terkait
selalu mengawasi pengembangan Obat Tradisional mulai dari bahan baku,
proses pembuatan, proses pengemasan dan pemasarannya agar masyarakat
terhindar dari efek negatif Obat Tradisional dengan mengeluarkan
Peraturan Perundangundangan baik itu berupa UU, PP dan Intruksi atau
Keputusan Bersama diantaranya yaitu:
a. RENSTRA Kementrian Kesehatan RI dengan PP 17/1986 tentang
Kewenangan Pengaturan Obat Tradisional di Indonesia
b. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
246/Menkes/Per/V/1990, Izin Usaha Industri Obat Tradisional
dan Pendaftaran Obat Tradisional
c. Undang Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
d. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 760/MENKES/PER/IX/1992
tentang Fitofarmaka
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 761/MENKES/PER/IX/1992
tentang Pedoman Fitofarmaka
f. GBHN 1993 tentang Pemeliharaan & Pengembangan Pengobatan
tradisional sebagai warisan budaya bangsa (ETNOMEDISINE).
g. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 661/Menkes/SK/VII/1994
tentang Persyaratan Obat Tradisional
h. PP No. 72/1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan
i. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 56/Menkes/SK/I/2000
tentang Pedoman Pelaksanaaan Uji Klinik Obat Tradisional
j. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/PER/VI/2000
tentang Pengertian Obat Tradisional
k. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 381/2007
tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional (KONTRANAS)
l. Undang Undang No.36/2009 tentang Kesehatan Pengobatan

4
Tradisional
m. Peraturan Pemerintah RI No. 51/2009 tentang Sediaan Farmasi :
obat (modern/sintetik), bahan obat, obat tradisional dan kosmetik
n. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 003/2010 tentang
Saintifikasi Jamu
o. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 88/2013 tentang Rencana
Induk Pengembangan Bahan Baku Obat Tradisional

B. Masa Nifas dan Menyusui


1. Pengertian
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara
keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas atau post partum
disebut juga puerperium.
Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan
mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh
kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat
terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun – tahun berikutnya.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi
dibandingkan susu formula atau lainnya. Namun, pada beberapa ibu
menyusui, pengeluaran ASI terhambat sehingga tidak lancar. Hal ini
tentunya berpengaruh terhadap asupan gizi, kesehatan, dan
pertumbuhan bayi (Baequni, 2016).
Selama periode waktu tersebut, seorang ibu nifas akan
mengalami berbagai macam perubahan baik fisik, psikologis maupun
sosial, oleh karena itu sebagai bidan sudah sepatutnya dapat
mendampingi ibu selama masa nifas dengan memberikan asuhan
yang komprehensif atau menyeluruh agar masa nifas dapat dilalui
secara normal.
Asuhan kebidanan pada masa nifas dan menyusui merupakan
bagian dari kompetensi utama seorang bidan. Masa nifas dan

5
menyusui merupakan komponen dalam daur hidup siklus reproduksi
seorang perempuan. Bidan mempunyai peran penting dalam
memfasilitasi dan memberikan asuhan yang aman dan efektif,
memberikan pendidikan kesehatan dan konseling serta melakukan
penatalaksanaan asuhan kebidanan (Wahyuni, 2018).

C. Penggunaan Herbal Pada Masa Nifas Dan Menyusui


Masa post partum merupakan masa-masa yang sangat sensitif bagi ibu
karena pada masa itu ia harus memikirkan proses kesembuhan dirinya dan
kebutuhan bayinya yang baru lahir disaat yang bersamaan. Oleh karena itu
proses pemulihan yang baik dan efektif akan sangat mempengaruhi kondisi
ibu dalam menghadapi masa nifas dan masa mnyusui.
Langkah awal penelitian tanaman obat dalam menemukan obat baru
atau senyawa baru didasari atau dipandu oleh pengalaman-pengalaman
masyarakat baik yang tertulis maupun tak tertulis dalam menggunakan
sumber daya alam sebagai obat tradisional secara turun menurun yang dikenal
dengan etnomedicine atau etnofarmakologi atau etnobotani.
Penggunaan obat herbal sebagai obat tradisional telah dilakukan oleh
nenek moyang sejak berabad-abad yang lalu. WHO merekomendasikan
penggunaan obat tradisional dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat,
pencegahan penyakit, dan pengobatan penyakit. Penggunaan obat tradisional
dinilai lebih aman dari penggunaan obat modern karena memiliki efek
samping lebih sedikit daripada obat modern.
Obat herbal sebagai bahan baku yang berasal dari tumbuhan diyakini
tidak memiliki efek samping dan bermanfaat bagi kesehatan. Obat herbal bisa
digunakan secara langsung maupun dengan pengolahan terlebih dahulu. Obat
herbal tidak hanya digunakan di Indonesia tapi juga banyak dikembangkan di
negara maju. Pemanfaatannya diyakini dapat meningkatkan usia harapan
hidup, adanya kegagalan penggunaan obat modern, dan semakin meluasnya
akses informasi obat herbal diseluruh dunia.
Penggunaan obat herbal ini dimanfaatkan tidak hanya untuk orang
yang sakit, tetapi untuk pemulihan kesehatan misalnya pada ibu nifas. Masa

6
nifas / Postpartum merupakan masa setelah melahirkan dari plasenta lahir dan
berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti sebelum hamil sekitar 6
minggu. Asuhan masa postpartum sangat diperlukan karena termasuk masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama.
Perawatan pada masa nifas sangat penting karena bisa mendeteksi
secara dini dan mengatasi komplikasi yang timbul pasca persalinan dan untuk
memberikan informasi yang penting kepada ibu tentang cara merawat diri dan
bayinya. Pada masa postpartum terdapat tiga proses perubahan penting yaitu
masa pengecilan rahim (involusi), kekentalan darah dan masa laktasi atau
menyusui (Kurniati & Azizah, 2021).
1. Jenis Herbal yang Digunakan
Setiap kebudayaan tentang ramuan pasca persalinan memiliki
kepercayaan masing-masing mengenai berbagai obat herbal yang
dapat digunakan. Umumnya bahan obat-obatan terdiri dari ramuan-
ramuan yang diracik dari berbagai tumbuh-tumbuhan seprti daun-
daunan, akar-akar atau bahan lain yang diyakini berkhasiat sebagai
penguat tubuh (Fakhriyah & Rusdiana, 2019).
2. Bentuk Herbal yang Digunakan
Obat herbal yang banyak digunakan dalam bentuk rajangan, campuran
dan serbuk. Rajangan adalah bentuk obat tradisional berupa potongan
simplisia atau campuran simplisia dengan sediaan gelanik yanag
penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan
dengan air panas.
3. Cara Menggunakan Herbal
Ditemukan beberapa cara menggunakan obat herbal pada masyarakat
sungai Kitano yaitu dengan cara diminum dan campuran dari cara-
cara yang lain seperti disiram, dioles dan ditempel (Fakhriyah &
Rusdiana, 2019).
4. Alasan Menggunakan Herbal

7
Alasan terbanyak menggunakan obat herbal adalah karena adat/
kebiasaan orang tua dan pengalaman pribadi terkait khasiat obat
herbal yang pernah digunakan.
5. Efek Samping yang Dirasakan saat Menggunakan Herbal
Efek samping yang dirasakan dapat berupa perasaan perih pada jika
penggunaan langsung disiramkan seperti penggunaan rebusan air daun
sirih yang telah didinginkan pada luka perineum. Obat herbal yang
diminum pada beberapa orang dapat merasakan efek samping BAB
keras, perasaan mual, mules, takut dan cemas.

D. Penelitian Terkait Pemanfaatan Herbal Pada Masa Nifas


dan Menyusui
Beberapa penelitian terkait pemanfaatan herbal pada masa nifas
dan menyusui diantaranya:
1. Pemanfaatan untuk penyembuhan luka perineum
a. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi, Y.S. (2017) yang
berjudul Pemanfaatan Herbal Dalam Penyembuhan Luka
Perineuum, menyatakan bahwa penggunaan tanaman seperti
lidah buaya, kayu manis, daun sirih merah, daun pegagan, dan
teh hijau terbukti efektif dalam mengurangi nyeri perineum dan
mempercepat penyembuhan luka perineum.
b. Penelitian oleh Nyoman Sumiasih et al. (2016) menyatakan
penyembuhan luka perineum yang dirawat sesuai standar APN
ditambah VCO (virgin coconut oil) lebih ceat dibandingkan
dengan yang dirawat sesuai standar APN saja.
c. Minuman herbal seperti saripati kunyit ditambah beberapa
tumbuhan herbal lainnya diyakini dapat mempercepat
pemulihan luka jalan lahir (Mariyati & Tumansery, 2018).
d. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Surjantini & Siregar
(2018) dengan judul Efektifitas Air Rebusan Simplasia Daun
Binahong (Andredera cordifolia (tenore) steen) untuk
Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas di Klinik

8
Murniati Kecamatan Kota Kisaran Barat menyatakan bahwa
ada pengaruh air rebusan daun Binahong (Andredera cordifolia
(tenore) steen) terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu
nifas.
e. Penelitian lain disebutkan bahwa proses penyembuhan luka
perineum pada kelompok intervensi yang diberikan ASI lebih
cepat dibandingkan dengan kelompok intervensi yang
diberikan daun kersen (Manalu, 2020).
Dari beberapa penelitian diatas dijelaskan bahwa obat
tradisional dari tanaman dan bunga ekstrak dapat digunakan
untuk manajemen luka dalam kondisi tertentu. Karena kenaikan
biaya perawatan kesehatan khususnya dalam manajemen luka,
akan lebih ekonomis jika menggunakan obat tradisional untuk
mengobati luka. Namun uji klinis yang besar diperlukan untuk
memberi bukti yang lebih konkrit yang mendukung penggunaan
obat tradisional dalam manajemen luka.
2. Pemanfaatan untuk Produksi ASI
a. Galaktagogue merupakan sediaan obat atau herbal yang
terbukti atau dipercaya dapat menginisisasi produksi ASI.
Penelitian berupa review kualitatif dari berbagai artikel
penelitian primer ini dilakukan oleh Monika (2020) terkait
potensi daun katu (Sauropus androgynous), kelor (Moringa
citrifolia), dan pepaya (Carica papaya) sebagai galaktagogue
dengan subyek ibu hamil dan menyusui. Hasil penelitian
menunjukkan rebusan daun katu lebih efektif meningkatkan
produksi ASI dibandingkan ekstrak daun. Produksi ASI lebih
tinggi pada kelompok yang mengonsumsi sediaan kapsul
ekstrak daun kelor dibandingkan tepung daun kelor.  Daun
pepaya digunakan sebagai terapi relaksasi dengan ditempelkan
pada payudara. Kandungan fitokimia daun katu, daun kelor,
dan daun pepaya dapat meningkatkan kadar prolaktin sehingga
berpengaruh pada kelancaran ASI.

9
b. Penelitian oleh Prastiwi (2017) menyatakan bahwa Perilaku
konsumsi jamu ibu nifas dipandang dari segi medis tidak
membahayakan bagi kesehatan tubuh ibu nifas. Komposisi
pada jamu yang dikonsumsi mengandung beberapa senyawa
yang mampu mendukung pemulihan kesehatan ibu seperti dari
kencur dan temu giring. Komposisi lain membangun dan
merangsang hormon prolaktin dalam peningkatan produksi ASI
sehingga dapat menurunkan kecemasan ibu akan kurangnya
produksi ASI. Konsumsi jamu tidak semua individu memiliki
reaksi yang sama. Adakalanya dampak negatif akan muncul
apabila kondisi fisik ibu sedang menurun maupun terdapat
kondisi psikologis ibu.
c. Penelitian lain oleh Baequni (2016) menyatakan ada pengaruh
kebiasaan minum jamu (ramuan daun katuk, kunyit,
lempuyangan dan asem jawa) pada ibu nifas terhadap produksi
ASI di wilayah kerja Puskesmas Buaran Kabupaten
Pekalongan.
d. Penggunaan jintan hitam juga berpengaruh pada produksi ASI
seperti pada penelitian Fadila (2021) disimpulkan bahwa ada
pengaruh pemberian jintan hitam atau habbatussauda (Nigella
Sativa) terhadap produksi ASI pada ibu menyusui di wilayah
kerja Puskesmas Candipuro Lampung Selatan Tahun 2020.
Masalah yang dapat timbul pada masa nifas selain
permasalahan laktasi adalah pembengkakan payudara.
Pemanfaatan secara herbal juga bisa dilakukan dalam mengatasi
masalah ini salah satunya dengan menggunakan kompres daun
kubis. Berdasarkan penelitian Apriani (2018), Ibu nifas dengan
pembengkakan payudara yang mendapatkan penatalaksanaan
kompres daun kubis dan breast care mempunyai nilai mean rank
skor pembengkakan payudara yang lebih kecil yaitu 10,60
dibandingkan dengan ibu nifas dengan pembengkakan payudara
yang mendapatkan penatalaksanaan breast care sesudah

10
perlakuan dengan mean rank 20,40 yang berarti penatalaksanaan
kompres daun kubis dan breast care lebih efektif mengatasi
masalah pembengkakan payudara bagi ibu nifas dibandingkan
dengan penatalaksanaan dengan breast care saja (Apriani,
2018).

11
12
13

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional,
turun temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat,
kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun
pengetahuan tradisiona dan menurut penelitian bermanfaat bagi
kesehatan, mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun
ketersediaannya.
2. Perawatan pada masa nifas dan menyusui sangat penting karena bisa
mendeteksi secara dini dan mengatasi komplikasi yang timbul pasca
persalinan dan untuk memberikan informasi yang penting kepada ibu
tentang cara merawat diri dan bayinya. Penggunaan obat herbal
bermanfaat tidak hanya untuk orang yang sakit, tetapi untuk
pemulihan kesehatan misalnya pada ibu nifas dan menyusui.
3. Penggunaan herbal pada nifas dan menyusui dapat bermanfaat untuk
mempercepat penyembuhan luka perineum, produksi ASI dan akibat
bendungan ASI.

B. Saran
1. Obat herbal dimanfaatkan oleh masyarakat karena faktor
kepercayaan secara tradisional dan turun-temurun sehingga
tenaga bidan perlu memberikan pendidikan kesehatan terkait
pemanfaatan obat herbal pada ibu nifas.
2. Kepada ibu-ibu nifas disarankan bagi yang menggunakan
obat herbal pada masa nifas agar lebih memperhatikan
cara penggunaan dalam penggunakan obat tradisional,
aturan pakai dan terutama pada proses pembuatan obat
tradisional agar selalu menjaga kebersihannya
DAFTAR PUSTAKA

Apriani1, A. et al. (2018). Efektivitas Penatalaksanaan Kompres Daun Kubis


(Brassica Oleracea Var. Capitata) dan Breast Care terhadap Tembengkakan
Payudara bagi Ibu Nifas . Jurnal Kebidanan, II(4), 238–243.
Baequni, A. et al. (2016). Efektivitas Minum Jamu (Ramuan Daun Katuk, Kunyit,
Lempuyangan, Asem Jawa) Terhadap Produksi Asi pada Ibu Nifas - Google
Search. Jurnal Online Universitas Pekalongan. Program Studi Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Semarang.
Fadila, E. F. (2021). Pengaruh Jintan Hitam atau Habbatussauda (Nigella Sativa)
terhadap Produksi Asi pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas
Candipuro Lampung Selatan Tahun 2020. Jurusan Kebidanan
Tanjungkarang. http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/2341/6/BAB V.pdf
Fakhriyah & Rusdiana. (2019). Perilaku Penggunaan Obat Tradisional pada Ibu
Nifas di Desa Sungai Kitano Kecamatan Martapura Timur Kabupaten
Banjar. Jurnal Kesehatan Indonesia, Vol 9 No 2.
Hatati, S. R. R. S., & Yusniar, S. (2018). Efektifitas Air Rebusan Simplisia Daun
Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steen) Untuk Penyembuhan Luka
Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Murniati Kecamatan Kota Kisaran Barat.
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 9(3), 170–175.
https://doi.org/10.33846/9302
Kiuk, F. B. (2018). Inventarisasi Ramuan Obat Tradisional Pasca Melahirkan Di
Desa Sahraen Kecamatan Amarasi Selatan.
http://repository.poltekeskupang.ac.id/260/
Kurniati, C. H., & Azizah, A. N. (2021). Identifikasi Pemanfaatan Obat Herbal
Pada Ibu Nifas. JIDAN (Jurnal Ilmiah Bidan), 8(2), 59–65.
https://doi.org/10.47718/JIB.V8I2.1380
Manalu, A. B. & P. T. (2020). Pengaruh Penggunaan Asi Dan Rebusan Daun
Kersen Terhadap Lama Waktu Perawatan Penyembuhan Luka Perineum
Pada Ibu Nifas Di Klinik Citra Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli
Serdang. 4(2), 55–60.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/doppler/article/view/1028
Mariyati, & Tumansery, G. S. (2018). Perawatan Diri Berbasis Budaya Selama
Masa Nifas Pada Ibu Postpartum. Jurnal Ilmu Keperawatan, 6(1), 47–56.
Monika, N. L. G. M. (2020). Potensi Tanaman Lokal Sebagai Galaktagogue
Herbal Untuk Meningkatkan Produksi ASI. Emasains : Jurnal Edukasi
Matematika Dan Sains, IX(Vol. 9 No. 1 (2020): Vol 9 N0 1 (2020) : Maret
2020), 104–112. https://doi.org/10.5281/ZENODO.3745659
Nyoman Sumiasih, et al. (2016). Virgin Coconut Oil Mempercepat Penyembuhan

14
Luka Perineum di Puskesmas Rawat Inap Kota Denpasar. JURNAL SKALA
HUSADA : THE JOURNAL OF HEALTH, 13(1). Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Denpasar.
http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/JSH/article/view/81
Parwata, I. M. O. (2012). Obat Tradisional. Jurnal Keperawatan Universitas
Jambi, 218799.
Pratiwi, Y.S, et al. (2017). Pemanfaatan Herbal Dalam Penyembuhan Luka
Perineum Dan Luka Seksio Sesarea. Jurnal Keperawatan, 6(1), 70–77.
https://doi.org/10.47560/kep.v6i1.162
Wahyuni, E. D. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Kemenkes RI.
Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan
Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

15

Anda mungkin juga menyukai