OLEH:
RABIATUL GUSMIAH
(NIM.200411032)
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan obat. Tanaman obat telah lama digunakan
oleh penduduk Indonesia sebagai pengobatan, baik untuk pencegahan
penyakit, penyembuhan dan peningkatan derajat kesehatan.
Kecenderungan sekarang juga bahwa masyarakat di Indonesia pola
hidupnya kembali ke alam.
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau
campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara traditional telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Hal ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990,
tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat
Tradisional (Parwata, 2012).
Perkembangan selanjutnya obat tradisional kebanyakan berupa
campuran yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga dikenal dengan
obat herbal. Khusus untuk Obat herbal ada 3 : Jamu, obat herbal
terstandarisasi dan fitofarmaka.
Obat herbal merupakan obat yang berasal dari campuran bahan
alami yang berbentuk ramuan dalam formulasi yang diinginkan.
Penggunaan obat herbal sekarang sudah berkembang pesat dengan
penggunaan bahan dari alam. Obat herbal dalam bentuk sediaan banyak
dijual dimasyarakat umum tetapi ini belum terstandar (Kiuk, 2018).
Penggunaan obat herbal ini dimanfaatkan tidak hanya untuk orang
yang sakit, tetapi untuk pemulihan kesehatan misalnya pada ibu nifas.
Masa nifas / Postpartum merupakan masa setelah melahirkan dari plasenta
lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil sekitar 6 minggu. Asuhan masa postpartum sangat diperlukan
karena termasuk masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Perawatan pada masa nifas sangat penting karena bisa mendeteksi
secara dini dan mengatasi komplikasi yang timbul pasca persalinan dan
untuk memberikan informasi yang penting kepada ibu tentang cara
merawat diri dan bayinya. Pada masa postpartum terdapat tiga proses
perubahan penting yaitu masa pengecilan rahim (involusi), kekentalan
darah dan masa laktasi atau menyusui.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bahan pengobatan herbal?
2. Bahan herbal apa saja yang dapat digunakan pada masa nifas dan
menyusui?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bahan herbal
2. Untuk mengetahui bahan herbal apa saja yang dapat digunakan
pada masa nifas dan menyusui
2
3
BAB II
PENGGUNAAN HERBAL
DALAM MASA NIFAS DAN MENYUSUI
4
Tradisional
m. Peraturan Pemerintah RI No. 51/2009 tentang Sediaan Farmasi :
obat (modern/sintetik), bahan obat, obat tradisional dan kosmetik
n. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 003/2010 tentang
Saintifikasi Jamu
o. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 88/2013 tentang Rencana
Induk Pengembangan Bahan Baku Obat Tradisional
5
menyusui merupakan komponen dalam daur hidup siklus reproduksi
seorang perempuan. Bidan mempunyai peran penting dalam
memfasilitasi dan memberikan asuhan yang aman dan efektif,
memberikan pendidikan kesehatan dan konseling serta melakukan
penatalaksanaan asuhan kebidanan (Wahyuni, 2018).
6
nifas / Postpartum merupakan masa setelah melahirkan dari plasenta lahir dan
berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti sebelum hamil sekitar 6
minggu. Asuhan masa postpartum sangat diperlukan karena termasuk masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama.
Perawatan pada masa nifas sangat penting karena bisa mendeteksi
secara dini dan mengatasi komplikasi yang timbul pasca persalinan dan untuk
memberikan informasi yang penting kepada ibu tentang cara merawat diri dan
bayinya. Pada masa postpartum terdapat tiga proses perubahan penting yaitu
masa pengecilan rahim (involusi), kekentalan darah dan masa laktasi atau
menyusui (Kurniati & Azizah, 2021).
1. Jenis Herbal yang Digunakan
Setiap kebudayaan tentang ramuan pasca persalinan memiliki
kepercayaan masing-masing mengenai berbagai obat herbal yang
dapat digunakan. Umumnya bahan obat-obatan terdiri dari ramuan-
ramuan yang diracik dari berbagai tumbuh-tumbuhan seprti daun-
daunan, akar-akar atau bahan lain yang diyakini berkhasiat sebagai
penguat tubuh (Fakhriyah & Rusdiana, 2019).
2. Bentuk Herbal yang Digunakan
Obat herbal yang banyak digunakan dalam bentuk rajangan, campuran
dan serbuk. Rajangan adalah bentuk obat tradisional berupa potongan
simplisia atau campuran simplisia dengan sediaan gelanik yanag
penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan
dengan air panas.
3. Cara Menggunakan Herbal
Ditemukan beberapa cara menggunakan obat herbal pada masyarakat
sungai Kitano yaitu dengan cara diminum dan campuran dari cara-
cara yang lain seperti disiram, dioles dan ditempel (Fakhriyah &
Rusdiana, 2019).
4. Alasan Menggunakan Herbal
7
Alasan terbanyak menggunakan obat herbal adalah karena adat/
kebiasaan orang tua dan pengalaman pribadi terkait khasiat obat
herbal yang pernah digunakan.
5. Efek Samping yang Dirasakan saat Menggunakan Herbal
Efek samping yang dirasakan dapat berupa perasaan perih pada jika
penggunaan langsung disiramkan seperti penggunaan rebusan air daun
sirih yang telah didinginkan pada luka perineum. Obat herbal yang
diminum pada beberapa orang dapat merasakan efek samping BAB
keras, perasaan mual, mules, takut dan cemas.
8
Murniati Kecamatan Kota Kisaran Barat menyatakan bahwa
ada pengaruh air rebusan daun Binahong (Andredera cordifolia
(tenore) steen) terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu
nifas.
e. Penelitian lain disebutkan bahwa proses penyembuhan luka
perineum pada kelompok intervensi yang diberikan ASI lebih
cepat dibandingkan dengan kelompok intervensi yang
diberikan daun kersen (Manalu, 2020).
Dari beberapa penelitian diatas dijelaskan bahwa obat
tradisional dari tanaman dan bunga ekstrak dapat digunakan
untuk manajemen luka dalam kondisi tertentu. Karena kenaikan
biaya perawatan kesehatan khususnya dalam manajemen luka,
akan lebih ekonomis jika menggunakan obat tradisional untuk
mengobati luka. Namun uji klinis yang besar diperlukan untuk
memberi bukti yang lebih konkrit yang mendukung penggunaan
obat tradisional dalam manajemen luka.
2. Pemanfaatan untuk Produksi ASI
a. Galaktagogue merupakan sediaan obat atau herbal yang
terbukti atau dipercaya dapat menginisisasi produksi ASI.
Penelitian berupa review kualitatif dari berbagai artikel
penelitian primer ini dilakukan oleh Monika (2020) terkait
potensi daun katu (Sauropus androgynous), kelor (Moringa
citrifolia), dan pepaya (Carica papaya) sebagai galaktagogue
dengan subyek ibu hamil dan menyusui. Hasil penelitian
menunjukkan rebusan daun katu lebih efektif meningkatkan
produksi ASI dibandingkan ekstrak daun. Produksi ASI lebih
tinggi pada kelompok yang mengonsumsi sediaan kapsul
ekstrak daun kelor dibandingkan tepung daun kelor. Daun
pepaya digunakan sebagai terapi relaksasi dengan ditempelkan
pada payudara. Kandungan fitokimia daun katu, daun kelor,
dan daun pepaya dapat meningkatkan kadar prolaktin sehingga
berpengaruh pada kelancaran ASI.
9
b. Penelitian oleh Prastiwi (2017) menyatakan bahwa Perilaku
konsumsi jamu ibu nifas dipandang dari segi medis tidak
membahayakan bagi kesehatan tubuh ibu nifas. Komposisi
pada jamu yang dikonsumsi mengandung beberapa senyawa
yang mampu mendukung pemulihan kesehatan ibu seperti dari
kencur dan temu giring. Komposisi lain membangun dan
merangsang hormon prolaktin dalam peningkatan produksi ASI
sehingga dapat menurunkan kecemasan ibu akan kurangnya
produksi ASI. Konsumsi jamu tidak semua individu memiliki
reaksi yang sama. Adakalanya dampak negatif akan muncul
apabila kondisi fisik ibu sedang menurun maupun terdapat
kondisi psikologis ibu.
c. Penelitian lain oleh Baequni (2016) menyatakan ada pengaruh
kebiasaan minum jamu (ramuan daun katuk, kunyit,
lempuyangan dan asem jawa) pada ibu nifas terhadap produksi
ASI di wilayah kerja Puskesmas Buaran Kabupaten
Pekalongan.
d. Penggunaan jintan hitam juga berpengaruh pada produksi ASI
seperti pada penelitian Fadila (2021) disimpulkan bahwa ada
pengaruh pemberian jintan hitam atau habbatussauda (Nigella
Sativa) terhadap produksi ASI pada ibu menyusui di wilayah
kerja Puskesmas Candipuro Lampung Selatan Tahun 2020.
Masalah yang dapat timbul pada masa nifas selain
permasalahan laktasi adalah pembengkakan payudara.
Pemanfaatan secara herbal juga bisa dilakukan dalam mengatasi
masalah ini salah satunya dengan menggunakan kompres daun
kubis. Berdasarkan penelitian Apriani (2018), Ibu nifas dengan
pembengkakan payudara yang mendapatkan penatalaksanaan
kompres daun kubis dan breast care mempunyai nilai mean rank
skor pembengkakan payudara yang lebih kecil yaitu 10,60
dibandingkan dengan ibu nifas dengan pembengkakan payudara
yang mendapatkan penatalaksanaan breast care sesudah
10
perlakuan dengan mean rank 20,40 yang berarti penatalaksanaan
kompres daun kubis dan breast care lebih efektif mengatasi
masalah pembengkakan payudara bagi ibu nifas dibandingkan
dengan penatalaksanaan dengan breast care saja (Apriani,
2018).
11
12
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional,
turun temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat,
kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun
pengetahuan tradisiona dan menurut penelitian bermanfaat bagi
kesehatan, mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun
ketersediaannya.
2. Perawatan pada masa nifas dan menyusui sangat penting karena bisa
mendeteksi secara dini dan mengatasi komplikasi yang timbul pasca
persalinan dan untuk memberikan informasi yang penting kepada ibu
tentang cara merawat diri dan bayinya. Penggunaan obat herbal
bermanfaat tidak hanya untuk orang yang sakit, tetapi untuk
pemulihan kesehatan misalnya pada ibu nifas dan menyusui.
3. Penggunaan herbal pada nifas dan menyusui dapat bermanfaat untuk
mempercepat penyembuhan luka perineum, produksi ASI dan akibat
bendungan ASI.
B. Saran
1. Obat herbal dimanfaatkan oleh masyarakat karena faktor
kepercayaan secara tradisional dan turun-temurun sehingga
tenaga bidan perlu memberikan pendidikan kesehatan terkait
pemanfaatan obat herbal pada ibu nifas.
2. Kepada ibu-ibu nifas disarankan bagi yang menggunakan
obat herbal pada masa nifas agar lebih memperhatikan
cara penggunaan dalam penggunakan obat tradisional,
aturan pakai dan terutama pada proses pembuatan obat
tradisional agar selalu menjaga kebersihannya
DAFTAR PUSTAKA
14
Luka Perineum di Puskesmas Rawat Inap Kota Denpasar. JURNAL SKALA
HUSADA : THE JOURNAL OF HEALTH, 13(1). Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Denpasar.
http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/JSH/article/view/81
Parwata, I. M. O. (2012). Obat Tradisional. Jurnal Keperawatan Universitas
Jambi, 218799.
Pratiwi, Y.S, et al. (2017). Pemanfaatan Herbal Dalam Penyembuhan Luka
Perineum Dan Luka Seksio Sesarea. Jurnal Keperawatan, 6(1), 70–77.
https://doi.org/10.47560/kep.v6i1.162
Wahyuni, E. D. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Kemenkes RI.
Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan
Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
15