Anda di halaman 1dari 18

OBAT ASLI INDONESIA / HERBAL MEDICINE

Kelompok 1

1. Riska Yuliana Asis (A1A222001)


2. Hariana (A1A222002)
3. Andi Erwina Ardan (A1A222003)
4. Ummi Kalsum Al Mawa’dah (A1A222004)
5. Andini Udayana Sya’diah (A1A222005)
6. Andi Fatimasari (A1A222006)
7. Baiq Wiwin Suzaimi (A1A222007)
8. Vivin Zahlia Z. (A1A222009)
9. Citra Ayu Zaharani (A1A222176)

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEBIDANAN


UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan


sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Herbal
Medicine” tanpa pertologan-Nya kami tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Sholawat dan salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


“Herbal Medicine”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh kami dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami maupun yang datang dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih


luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki banyak
kekurangan. Kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca .

Makassar, 19 Maret 2023

Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................4

A. Pengertian Obat......................................................................................4
B. Ruang Lingkup Obat Asli Indonesia........................................................5
C. Pengembangan Obat Tradisional atau Obat Bahan Alam Indonesia.....5
D. Definisi Obat Bahan Alam.......................................................................8
E. Jenis dan Bahan Obat Alam...................................................................9
F. regulasi obat bahan alam......................................................................10
G. jenis pengobatan tradisional di Indonesia.............................................12

BAB III PENUTUP....................................................................................14

A. Kesimpulan...........................................................................................14
B. Saran.................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia dikaruniai kekayaan alam yang melimpah. Alam
Indonesia dengan keanekaragaman hayati merupakan sumber
kecantikan yang tidak ada habisnya. Pada zaman yang sudah serba
modern ini, ternyata jamu masih diakui keberadaannya oleh
masyarakat Indonesia. Seruan kembali ke alam atau istilah back to
nature menjadi bahan pembicaraan seiring dengan semakin
dirasakannya manfaat ramuan alam tradisional. Mengingat potensi
yang sangat membantu meningkatnya kualitas kesehatan
masyarakat, pemanfaatan ramuan tersebut seharusnya terus
digalakkan (Rima, 2016).
Menurut Djojosugito (1985), dalam masyarakat tradisional obat
tradisional dibagi menjadi 2 yaitu obat atau ramuan tradisional dan
cara pengobatan tradisional. Obat tradisional adalah obat yang
turun-temurun digunakan oleh masyarakat untuk mengobati
beberapa penyakit tertentu dan dapat diperoleh secara bebas di
alam. Perkembangan obat tradisional dan pengobatan tradisional
saat ini berkembang pesat sekali khususnya obat tradisional yang
berasal dari tumbuhtumbuhan. Hal ini bisa kita lihat semakin
banyaknya bentuk-bentuk sediaan obat tradisional dalam bentuk
kemasan yang sangat menarik konsumen. Perkembangan ini
membuat Pemerintah atau instansi terkait merasa perlu membuat
aturan perundang-undangan yang mengatur dan mengawasi
produksi dan peredaran 5 produk-produk obat tradisional agar
masyarakat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan khususnya
masalah kesehatan (Parwata, 2016).
Menurut UU Kesehatan RI No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan, dan Sediaan Farmasi. Dalam Undang Undang ini yang

1
dimaksud Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional
dan kosmetika. Dalam Undang-undang ini juga disebutkan bahwa
hakekat obat atau pengertian obat adalah bahan atau campuran
yang dipergunakan untuk diagnosa, mencegah, mengurangi,
menghilangkan atau menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan mental pada manusia atau hewan, mempercantik
badan atau bagian badan manusia (Parwata, 2016).
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara
traditional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 246/Menkes/Per/V/1990, tentang Izin Usaha Industri Obat
Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional (Parwata, 2016).
Perkembangan selanjutnya obat tradisional kebanyakan berupa
campuran yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga dikenal
dengan obat herbal Khusus untuk Obat herbal ada 3 : Jamu, obat
herbal terstandarisasi dan fitofarmaka.
Obat tradisional merupakan salah satu warisan nenek moyang
atau leluhur yang secara turun temurun dipergunakan dalam proses
mencegah, mengurangi, menghilangkan atau menyembuhkan
penyakit, luka dan mental pada manusia atau hewan. Sebagai
warisan nenek moyang yang dipergunakan secara turun temurun 6
maka perlu kiranya dikembangkan dan diteliti agar dapat
dipertanggungjawabkan secara medis. Hal ini sebenarnya sudah
dikembangkan puluhan tahun yang lalu sesuai dengan apa yang
tercantum dalam GBHN 1993 yaitu Pemeliharaan & Pengembangan
Pengobatan tradisional sebagai warisan budaya bangsa
(ETNOMEDISINE) terus ditingkatkan dan didorong
pengembangannya melalui penggalian, penelitian, pengujian dan
pengembangan serta penemuan obat-obatan termasuk budidaya

2
tanaman obat tradisional yang secara medis dapat
dipertanggungjawabkan Dalam hal ini dapat di formulasikan menjadi
5 hal fokok yang harus diperhatikan yaitu etnomedicine, agroindustri
tanaman obat, iftek kefarmasian dan kedokteran, teknologi kimia dan
proses, pembinaan dan pengawasan produksi atau pemasaran
bahan dan produk obat tradisional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pengertian Obat?
2. Apa saja ruang lingkup Obat Asli Indonesia?
3. Apa saja Pengembangan Obat Tradisional atau Obat Bahan
Alam Indonesia?
4. Apa Saja definisi Obat Bahan Alam?
5. Apa Saja jenis dan Bahan Obat Alam?
6. Apa saja regulasi obat bahan alam?
7. Apa saja Jenis pengobatan tradisional di Indonesia?

C. Tujuan.
1. Menjelaskan Pengertian Obat
2. Menjelaskan ruang lingkup Obat Asli Indonesia
3. Menjelaskan Pengembangan Obat Tradisional atau Obat
Bahan Alam Indonesia
4. Menjelaskan Definisi Obat Bahan Alam
5. Menjelaskan Jenis dan Bahan Obat Alam
6. Menjelaskan tentang regulasi obat bahan alam
7. Menjelaskan tentang jenis pengobatan tradisional di Indonesia

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan,
hewan,mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan
untuk mencegah, mengurangi rasa sakit, memperlambat proses
penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai dosis
agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan. ( Parwata, I,M,
2016)
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-
temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan Jamu
adalah salah satu bentuk obat tradisional(Puspitasari, 2020).
Bagian dari obat tradisional yang banyak digunakan atau
dimanfaatkan di masyarakat adalah akar, rimpang, batang, buah,
daun dan bunga. Seperti misalnya akar alang-alang dipergunakan
untuk obat penurun panas. Rimpang temulawak dan rimpang kunyit
banyak dipergunakan untuk obat hepatitis. Batang kina dipergunakan
untuk obat malaria. Kulit batang kayu manis banyak dipergunakan
untuk obat tekanan darah tinggi. Buah mengkudu banyak
dipergunakan untuk obat kanker. Buah belimbing banyak
dipergunakan untuk obat tekanan darah tinggi. Daun bluntas untuk
obat menghilangkan bau badan. Bunga belimbing Wuluh untuk obat
batuk.

4
B. Ruang Lingkup
Formularium ramuan obat tradisional Indonesia berisi informasi
tentang jenis-jenis tumbuhan obat yang tumbuh di Indonesia yang
telah terbukti aman jika digunakan sesuai aturan dan secara empiris
bermanfaat untuk memelihara kesehatan. Jenis tumbuhan obat yang
terdapat dalam Formularium Ramuan Obat Tradisonal juga
bermanfaat untuk membantu mengurangi keluhan/gangguan
kesehatan. Informasi yang disajikan meliputi nama Latin, nama
daerah, bagian yang digunakan, manfaat, larangan, peringatan, efek
samping, interaksi, dosis, cara pembuatan/penggunaan dan daftar
pustaka. Tumbuhan obat ini kemudian dikelompokkan berdasarkan
jenis gangguan kesehatan ditegakkan secara emik (berdasarkan
keluhan dari penderita). (Keputusan Kemenkes No.
HK.01.07/MENKES/187/2017).

C. Pengembangan Obat Tradisional atau Obat Bahan Alam Indonesia


Pemeliharaan & Pengembangan Pengobatan tradisional
sebagai warisan budaya bangsa (ETNOMEDISINE) terus
ditingkatkan dan didorong pengembangannya melalui penggalian,
penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-
obatan termasuk budidaya tanaman obat tradisional yang secara
medis dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini dapat di

5
formulasikan menjadi 5 hal fokok yang harus diperhatikan yaitu:
( Parwata, I,M, 2016)
1. Etnomedicine.
Etnomdisine merupakan warisan turun temurun dari nenek
moyang yang harus dikembangkan, dikaji secara ilmiah dan
dicatat /didokumentasikan sebaik mungkin sebelum mengalami
kepunahan atau hilang. Adapun Etnomedicine yang digunakan
sebagai acuan adalah :
a. Cabe Puyang warisan nenek moyang,
b. Ayur weda,
c. Usada Bali
d. Atlas tumbuhan obat Indonesia (Dalimarta)
e. Tumbuhan Obat Indonesia (Hembing)
f. Tumbuhan Berguna Indonesia (Heyne).
2. Agroindustry Tanaman Obat / Budidaya Tanaman Obat.
Tanaman obat biasanya digunakan persediaan untuk obat
tradisional dan bahan penghasil obat modern. Ketersediaan
tanaman obat dalam jumlah yang cukup atau memadai dengan
kualitas yang cocok / tepat perlu dijaga dalam jangka waktu
yang panjang karena sering merupakan faktor penentu dalam
keberhasilan industri obat herbal baik yang masih berupa jamu,
Obat Herbal Terstandarisasi maupun Fitofarmaka.
Faktor lain yang dapat menentukan keberhasilan industri
obat herbal adalah kualitas obat yang ditentukan oleh
lingkungan alam dimana tanaman obat tersebut tumbuh. Hal ini
merupakan bukti kuat bahwa kandungan kimia tanaman obat
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan biotik maupun
abiotik, letak geografis dan musim atau waktu panen.
3. Teknologi Kimia Dan Proses
Secara alamiah Indonesia dikaruniai keanekarabaman
hayati dan merupakan salah satu megacentre utama

6
keanekaragaman hayati dunia. Dengan sekitar 40.000 jenis
tumbuhan.Berdasarkan penelusuran hampir 1000 jenis
tanaman/tumbuhan secara turun temurun dipergunakan
sebagai obat tradisional.
Setiap tumbuhan berinteraksi dengan organisme lain dan
mengalami evolusi. Dalam proses interaksi dan evolusi ini,
secara prinsip akan terjadi proses adaptasi untuk
mempertahankan keberadaan atau kelangsungan hidup
masing-masing species dari pengaruh lingkungannya. Dalam
proses adaftasi ini masing-masing species secara alamiah
dilengkapi dengan kemampuan untuk melakukan metabolisme
sekunder dengan menggunakan metabolit primer (hasil
metabolisme primer) sebagai precursor untuk biosintesis
metabolit sekunder (sebagai hasil dari 21 metabolisme
sekunder).
Melalui teknologi kimia dan proses, obat tradisional dapat
dikembangkan agar diperoleh bahan baku obat yang
terstandarisasi atau zat kimia baru sebagai “lead compounds”
untuk pegembangan obat modern melalui eksplorasi sumber
daya alam atau bahan aktif tanaman obat tradisional.
Eksplorasi sumber daya alam atau bahan aktif tanaman obat
tradisional dapat dilakukan dengan cara :
a. Ektraksi bahan tanaman obat dengan berbagai pelarut.
(Etnomedisine)
b. Uji farmakologis awal ekstraks
c. Skrining fitokimia (Uji Kandungan Metabolit Sekunder :
Terpen, Steroid,Flavonoid,Senyawa Fenol, Alkaloid)
d. Isolasi bahan aktif dan penetapan struktur
e. Standarisasi sediaan fitofarmaka
f. Uji farmakologis lanjut isolate
g. Modifikasi struktur (QSAR)

7
h. Teknologi preformulasi untuk uji klinik selanjutnya
4. Teknologi farmasi dan kedokteran
Melalui teknologi farmasi dan kedokteran dapat dilakukan
uji bioaktivitasnya, uji praklinis, uji klinis, pembuatan sediaan
fitofarmakanya dan standarisasi bahan-bahan/simplisia
sehingga warisan turun temurun yang digunakan oleh nenek
moyang dapat dikembangkan secara ilmiah atau medis atau
dapat dikembangkan sebagai obat yang siap diresepkan oleh
dokter atau sejajar dengan obatmodern. ( Parwata, I,M, 2016).

D. Definisi Obat Bahan Alam


Obat bahan alam (herbal) adalah obat yang mengandung
bahan aktif yang berasal dari tanaman dan atau sediaan obat dari
tanaman. Tanaman obat atau sediaannya secara keseluruhan
dipandang sebagai bahan aktif. Sediaan tanaman obat adalah bahan
tanaman yang sudah dihaluskan atau berbentuk serbuk, ekstrak,
tinktura, minyak lemak atau minyak atsiri. (Sudradjat, 2016)
Hasil perasan yang dibuat dari tanaman obat, dimana
pembuatannya melibatkan proses fraksinasi, pemurnian, dan
pemekatan. Salah satu sebab fitofarmaka digunakan secara luas di
Jerman adalah karena keberadaan kurikulum fitoterapi dalam
pendidikan kurikulum pendidikan dokter dan farmasi. Menurut
pandangan kedokteran, fitoterapi tidak dipandang dari kedokteran
alternatif, tetapi sebagai bagian dari kedokteran tradisional
(konvensional). (Sudradjat, 2016)

E. Jenis dan Bahan Obat Alam


Jenis-jenis sediaan tradisional yang dibuat dari tanaman adalah
sebagai berikut (Sudradjat, 2016).
1. Teh (species)

8
Sediaan teh herbal mengandung satu atau lebih simplisia
digunakan untuk penggunaan per oral. Pembuatannya sesaat
sebelum digunakan, biasanya dikemas dalam bentuk rajangan
atau bungkusan.
2. Dekok (decoctum)
Sediaan ini berupa sediaan cair yang dibuat dengan
mengekstraksi simplisia dengan air pada suhu 90 0C selama
30 menit. Pembuatannya simplisia dengan derajat halus
tertentu dimasukkan ke dalam panci dengan air secukupnya,
kemudian dipanaskan di dalam penangas air selama 30 menit,
dihitung pada suhu mulai mencapai 90 0C sambil sekali-sekali
diaduk. Saring melalui kain flanel selagi panas, tambahkan air
secukupnya melalui ampas hingga diperoleh dekok yang
dikehendaki. Jika tidak dinyatakan perbandingan lain dan tidak
mengandung bahan berkhasiat keras, maka untuk 100 bagian
dekok harus dipergunakan 10 bagian bahan dasar atau
simplisia.
3. Infusa (infusum/rebusan)
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara
mengekstraksi simplisia dengan air pada suhu 90 0C selama
15 menit. Cara ini adalah cara paling sederhana untuk
pembuatan sediaan herbal dari bagian tanaman yang lunak
seperti daun dan bunga. Contoh : Infus daun sirih (Folia Piperis
betle).
4. Jus (succus)
Jus adalah sediaan cair yang dibuat melalui maserasi atau
pengepresan simplisia segar. Sediaan jus dibuat untuk
tanaman yang tidak memiliki kandungan kimia yang poten.
5. Sirup (sirupus)
Sirup adalah sediaan cair agak kental mengandung paling tidak
50% sukrosa dan biasanya 60-65%. Kandungan gula ini dapat

9
menghambat pertumbuhan mikroba, sehingga dapat
meningkatkan waktu hidup sediaan obat. Sediaan sirup
ditujukan untuk anak-anak.
6. Tingtur (tinctura)
Tingtur merupakan sediaan cair yang dibuat dengan
mengekstraksi simplisia menggunakan alkohol atau
hidroalkohol dengan cara maserasi atau perkolasi
menggunakan pelarut yang sesuai dengan monografi. Kecuali
dinyatakan lain, tingtur dibuat dengan jumlah simplisia 20%
untuk zat berkhasiat dan 10% untuk zat berkhasiat keras.
7. Ekstrak (ekstraktum)
Ekstrak adalah sediaan padat, kental, atau cair yang dibuat
dengan mengekstraksi simplisia menggunakan air, alkohol,
atau hidroalkohol, dengan metoda ekstraksi dan pelarut yang
sesuai dengan monografi masing-masing. Sekarang ini,
teknologi pembuatan sediaan farmasi telah digunakan pada
obat herbal, untuk menarik konsumen dan memudahkan
penggunaannya, seperti kapsul, tablet, tablet salut, salep, krim,
dan jel. (Sudradjat, 2016).

F. Regulasi obat bahan alam


1. Obat tradisional atau jamu
Obat tradisional atau jamu adalah sediaan yang dibuat
menggunakan teknologi sederhana, dengan tingkat pembuktian
keamanan dan khasiat empirik. Obat tradisional adalah bahan
atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan Jamu adalah salah
satu bentuk obat tradisional (Puspitasari, 2020).
Jamu harus memenuhi kriteria :

10
a. aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
b. klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris.
c. memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
d. jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata- kata: ”
Secara tradisional digunakan untuk …”.

2. Obat herbal terstandarisasi (OHT)


Obat Herbal Terstandarisasi (OHT) adalah sediaan obat bahan
alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan bahan
bakunya telah distandarisasi.
OHT harus memenuhi kriteria :

a. aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.


b. klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ praklinik (pada
hewan percobaan).
c. telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang
digunakan dalam produk jadi.
d. memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

Contoh OHT di Indonesia adalahAntangin JRG, OB Herbal,


Mastin, Lelap, Diapet.

3. Fitormaka
Fitofarmaka adalah obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik
(pada hewan percobaan) dan uji klinik (pada manusia), bahan
baku dan produk jadinya sudah distandarisasi.
Fitofarmaka memenuhi kriteria :

a. aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

11
b. klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ praklinik (pada
hewan) dan klinik (pada manusia).
c. telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang
digunakan dalam produk jadi.
d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
e. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat
pembuktian medium dan tinggi.

Contoh fitofarmaka: Stimuno, Tensigard, Xgra, Nodiar,


Inlacin, VipAlbumin plus, Rheumaneer.

G. Jenis pengobatan tradisional di Indonesia


Pengobatan Tradisional adalah suatu upaya kesehatan dengan
cara lain dari ilmu kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang
diturunkan secara lisan maupun tulisan yang berasal dari Indonesia
atau luar Indonesia. WHO menyatakan Pengobatan tradisional ialah
ilmu dan seni pengobatan berdasarkan himpunan dari pengetahuan
dan pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah
ataupun tidak, dalam melakuakn diagnosis,prevensi dan pengobatan
terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial. Berbagai
jenis dan cara pengobatan tradisional terdapat dan dikenal di
Indonesia. Ada yang asli Indonesia dan ada pula yang berasal dari
luar negeri. Secara garis besar ada 4 jenis pengobatan tradisional
yaitu (Solihah, 2020).
1. Jenis pengobatan tradisional spiritual/ kebatinan
a. Pengobatan tradisional atas dasar kepercayaan
b. Pengobatan tradisional atas dasar agama
c. Pengobatan dengan dasar getaran magnetis
2. Pengobatan tradisonal dengan memakai peralatan/ rangsangan
a. Akupuntur, pengobatan atas dasar ilmu pengobatan
tradisional Cina yang menggunakan penusukan jarum dan

12
penghangatan moxa (Daun Arthmesia vulgaris yang di
keringkan);
b. Pengobatan tradisional urut pijat
c. Pengobatan tradisional patah tulang
d. Pengobatan tradisional dengan peralatan (tajam/keras)
e. Pengobatan tradisional dengan peralatan benda tumpul.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia dikaruniai kekayaan alam yang melimpah. Alam
Indonesia dengan keanekaragaman hayati merupakan sumber
kecantikan yang tidak ada habisnya. Pada zaman yang sudah serba
modern ini, ternyata jamu masih diakui keberadaannya oleh
masyarakat Indonesia.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-
temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan Jamu
adalah salah satu bentuk obat tradisional.

B. Saran
Dengan adanya materi tentang obat asli Indonesia teman-teman bisa
memperluas teorinya terkain materi ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Parwata, I. M. O. A. (2016) ‘Obat Tradisional’, Jurnal Keperawatan


Universitas Jambi, p. 218799. Available at:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/a6a48203e
23370286113d07440fa07ef.pdf.

Puspitasari, I. (2020) ‘Pentingnya Mengenal Kembali Jenis Obat


Tradisional pada Masa Pandemik Covid-19’, Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada. Available at:
https://farmasi.ugm.ac.id/id/pentingnya-mengenal-kembali-jenis-
obat-tradisional-pada-masa-pandemik-covid-19/.

Rima (2016) ‘Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan Penandaan Obat


Bahan Alam Indonesia’, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat
Dan Makanan Republik Indonesia, HK.00.05.4, pp. 7–29.

Solihah, A. (2020) ‘Obat Tradisional’, Academia. Available at:


https://www.academia.edu/7878400/Obat_Tradisional.

Sudradjat, S. E. (2016) ‘Mengenal Berbagai Obat Herbal dan


Penggunaannya’, Jurnal Kedokteran Meditek, 22(60), pp. 62–71.

Keputusan Kemenkes No. HK.01.07/MENKES/187/2017.

15

Anda mungkin juga menyukai