Pendahuluan
Infertilitas merupakan keadaan dimana suatu
pasangan tidak mampu memiliki keturunan. Berdasarkan
World Health Organisatoin (WHO), infertilitas
didefinisikan sebagai kegagalan pasangan dalam
mendapatkan kehamilan dalam kurun waktu 12 bulan
dengan hubungan seksual teratur tanpa kontrasepsi atau
biasa dikenal dengan infertilitas primer. Sedangkan
apabila suatu pasangan tidak memiliki atau tidak mampu
mepertahankannya disebut dengan infertilitas sekunder.
Infertilitas dapat disebabkan berdasarkan faktor
laki-laki maupun atau keduanya. Infertilitas pada laki-
laki terjadi karena kualitas sperma yang kurang baik.
Jumlah sperma yang rendah serta kualitas yang kurang
baik, menjadi penyebab 20% pasangan mengalami
infertilitas 2 Kualitas sperma dinilai berdasarkan faktor
kuantitas, motilitas, dan morfologi sperma. Seorang laki-
laki yang subur mampu menghasilkan lebih dari 20 juta
sperma per ce dengan jumlah sperma motil sebanyak
25% dan 30% bentuknya tidak terputus.
Faktor perempuan penyebab infertilitas dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu gangguan ovulasi,
gangguan tuba dan pelvis, serta gangguan uterus.
Gangguan ovulasi meliputi sindrom ovarium polikistik
dan gangguan menstruasi. Gangguan tuba dan pelvis
dapat disebakan oleh infeksi (Chlamidia, Gonorrhoea,
Tubercullosis) maupun endometriosis. Sedangkan untuk
gangguan uterus termasuk mioma submukosum, polip
endometrium, leiomiomas, sindrom Asherman.
Selain faktor di atas faktor genetik juga berperan
dalam penyebab infertilitas. Baik pada perempuan
maupun laki-laki. Faktor genetik dapat berpengaruh
dalam variasi proses fisiologi termasuk keseimbangan
hormon, spermatogenesis dan oogenesis. Oleh sebab itu,
mengetahui faktor genetik penting untuk mengetahui
penanganan pada pasangan yang mengalami infertilitas.
B. Mikrodelesi Kromosom Y
Mikrodelesi pada lengan panjang kromosom Y
(Yq) merupakan kerusakan molekular genetik yang
paling sering terjadi. Mikrodelesi ditemukan pada laki-
laki dengan azoozpermia (13%), oligospermia berat (1-
7%), primary testicular failure berat (5%) , dan laki-laki
dengan jumlah sperma kurang dan 5 juta/ml Penyebab
utama kelainan kromosom adalah delesi de novo pada
Yq Mikrodelesi kromosom Y merupakan kelainan
kromosom yang dapat diturunkan dari seorang ayah
terhadap keturunannya jika laki-laki tersebut melalukan
teknik reproduksi berbantu (TRB).
Kromosom Y mengandung gen yang sangat
berpengaruh dalam proses spermatogenesis dan
pembentukan gonad pada laki-laki. Pada lengan panjang
kromosom Y terdapat daerah khusus yang mengatur
pertumbuhan dan perkembangan sperma, yaitu
azoospermia factor region (AZF) Bagian ini memiliki 3
subbagian, yaitu AZFa, AZFb, dan AZFc Ketiga
subbagian ini berperan dalam proses spermatogenesis.
Gen lainnyan yaitu CDY dan TSPY Gambaran mengenai
kromosom Y beserta bagian-bagiannya, dapat dilihat
pada Gambar 2.
Gambar 2 Gambaran kromosom Y, menunjukkan
daerah AZF dan gen terkait. Perbesaran bagian AZF
memperlihatkan mikrodelesi. (A) Bagian AZFa normal;
(B) delesi gr/gr; (C) Delesi b1/b3; (D) Delesi g1g3; (E)
Dapllikasi gr/gr.
AZFa memiliki dua gen utama, yaitu USP9Y dan
DBY (DDX3Y) yang berperan dalam spermatogenesis
Delesi pada sub bagian ini menyebabkan Sertoli cell-
only syndrome, kondisi dimana sel sertoli tidak mampu
menghasilkan spermatozoa Delesi pada kedua gen ini
dapat menyebabkan oligospermia, azoospermia, dan
oligoastenozoospermia.
AZFb memiliki gen utama RBMY dan PRY. Gen
RBMY mengode RNA hinding protein, yang
diekspresikan pada inti sprematogonia, spermatosit, dan
spermatid. Ekspresi gen RBMY berkurang pada laki-laki
yang mengalami azoospermia. Gen PRY mengatur
regulasi apoptosis yang berperan dalam mereduksi
sperma abnormal. Delesi pada kedua gen ini dapat
menyebabkan hipospermatogenesis Delesi pada AZFe
menyebabkan rendahnya konsentrasi sperma. Subdelesi
yang paling sering terjadi pada daerah ini adalah gr/gr,
bl/b3, dan gl/g3. Subdelesi ini akan menyebabkan
hilangnya setengah dari komponen AZFC yang
mengakibatkan ketidakmampuan melakukan
spermatogenesis. Gen yang berperan dalam subbagian
ini adalah DAZ Gen lainnya yang terletak pada
kromosom Y yaitu CDY dan TSPY Gm CDY
diekspresikan di testis yang berperan dalam
menggantikan protein histon pada spermatogenesis
Sedangakan protein TSPY yang berlokasi di lengan
pendek krosomom Y, berfungsi dalam mengatur waktu
spermatogenesis dengan memberikan sinyal pada
spermatogonia untuk melakukan meiosis. Ringkasan
mengenai gen pada kromosom Y serta kaitannya dengan
infertilitas laki-laki dapat dilihat pada tabel 2.
B. Kegagalan Implantasi
Setelah sel telur dibuahi oleh sperma dan
seterusnya berkembang menjadi embrio, selanjutnya
terjadi proses nidasi (penempelan) pada endometrium.
Perempuan yang memiliki kadar hormon progesteron
rendah, cenderung mengalami gangguan pembuahan.
Diduga hal ini disebabkan oleh antara lain karena
struktur jaringan endometrium tidak dapat menghasilkan
hormon progesteron yang memadai. Selain faktor
hormonal, keberhasilan implantasi memerlukan
pertumbuhan trofoblas, invasi ke dalam endometrium
dan stimulasi vaskularisasi untuk menyediakan suplai
darah sendiri. Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa
faktor genetik yang mengatur invasi dan angiogenesis
proses sangat penting dalam implantasi embrio. Cacat
genetik dan polimorfisme bahkan genetik gen yang
terlibat dalam proses ini dapat menyebabkan atau
setidaknya meningkatkan kerentanan terhadap kegagalan
implantasi.
Beberapa faktor genetik yang terlibat dalam
kegagalan implantasi antara lain adalah P53 gen supresor
tumor. P53 mengaktifkan implantasi embrio ke dalam
rahim sebagai sinyal stres dan menginduksi ekspresi
beberapa gen yang diperlukan untuk inisiasi dan
pembentukan embrio implantasi. Gen leukemia (LIF)
manusia memainkan peran penting dalam implantasi
embrio Ekspresi LIF selalu konstan dalam rahim namun
menunjukkan puncak ekspresi selama kehamilan dan
bertepatan dengan terjadinya implantasi. Langkah
terpenting dalam implantasi embrio adalah adhesi
lapisan trofektoderm luar blastokista ke epitel luminal.
Proses tersebut tergantung pada ekspresi molekul adhesi
dan turunnya ekspresi gen molekul anti adhesi." Mucins
adalah kelompok penting molekul adhesi yang
terekspresi di berbagai jaringan." Di antara molekul
musin, Muc-4 merupakan kandidat menarik untuk
mengeksplorasi karena tingkat ekspresi tinggi dalam
epitel endometrium.
C. Endometriosis:
Endometriosis adalah istilah untuk menyebutkan
kelainan jaringan endometrium yang tumbuh di luar
kendali. Jaringan abnormal tersebut biasanya terdapat
pada yang menahan uterus, ovarium, tuba fallopii,
rongga panggul, usus, dan berbagai tempat lain.
Sebagaimana jaringan endometrium normal, jaringan ini
mengalami siklus yang menjadi respons terhadap
perubahan hormonal sesuai siklus menstruasi
perempuan. Endometriosis merupakan sifat yang
diwariskan namun mekanisme pewarisan tersebut
sampai saat ini masih belum jelas. Besarnya peningkatan
risiko (5% sampai 8% dari keluarga) lebih bersifat
poligenik atau kecenderungan multifaktorial dari gen
mutan tunggal. Namun, risiko kekambuhan lebih tinggi
sekitar 2% sampai 5%, mengacu pada pewarisan
poligenik. Frekuensi kerabat yang terkena mungkin akan
lebih tinggi jika langsung dapat mengukur produk gen
yang terekspresi. Karena endometriosis diwariskan
secara poligenik, maka peningkatan keparahan dalam
kasus familial juga konsisten dengan prediksi
berdasarkan model pewarisan poligenik. Model seperti
itu memiliki konsekuensi bahwa semakin besar tingkat
keparahan, semakin besar faktor genetik yang
memengaruhi dan semakin besar rasio kerabat yang
dapat menderita endometriosis dalam satu keluarga.
Analisis atau studi tentang hubungan antar
genome/Genome-wide association study (GWAS)
sedang dilakukan oleh beberapa kelompok yang
berusaha melokalisasi berbagai gen penting yang dapat
menjelaskan etiologi endometriosis. Kennedy et. al.
Dalam penelitiannya menggunakan analisis sibling-pair
dengan penanda DNA polimorfik. Identifikasi beberapa
gen nonlinked akan terlihat konsisten pada gen poligenik
atau heterogenitas genetik yang diwariskan. Beberapa
daerah pengecualian telah teridentifikasi tetapi terdapat
hubungan satu dengan yang lain. Kurangnya
keberhasilan bisa mencerminkan ketimpangan dalam
diagnosis. Studi yang dilakukan pada sampel perempuan
Islandia pada "lokus sugestif" ditemukan di 9q yang
bukan terdapat di wilayah transferase uridyl galaktosa-1-
fosfat (Galt) gene19. Sebuah polimorfisme pada gen Galt
transisi adenin kepada guanin dalam exon 10,
menggantikan aspartat untuk asparagin (N314D) -
ditemukan terkait dengan endometriosis.
Dalam endometriosis, pola penyimpangan
kromosom dikombinasikan paralel dengan sifat invasif
gangguan antara endometriosis dan Patogenesis
neoplasia. Keduanya merupakan hasil dari mutasi
somatik. Beberapa peneliti berspekulasi bahwa kanker
ovarium endometrioid dapat timbul dengan transformasi
malignan dari implan endometriotik. Kanker yang timbul
dari endometriosis biasanya dibagi menjadi dua
kelompok utama yaitu: ovarium dan ekstraovarium.
Kanker ovarium mencapai lebih dari 75% dari kasus,
yang terdiri sebagian besar dari endometrioid (70%) dan
sel karsinoma yang jelas (14%). Dari tumor
ekstraovarium, sekitar 66% adalah karsinoma
endometrioid terlokalisasi pada septum rektovaginal
(paling umum), rahim, saluran telur, rektum, atau
kandung kemih. Oleh karena itu, dalam pencarian gen
yang terlibat dalam endometriosis, penapisan awal
kromosom atau perubahan-gen tertentu atau keduanya
harus diidentifikasi.