Anda di halaman 1dari 5

2.

5 Menjelaskan faktor risiko dan penyebab infertilitas

infertilitas adalah sebuah permasalahan system reproduksi yang digambarkan dengan


kegagalan untuk memperoleh kehamilan setelah 12 bulan atau lebih melakukan hubungan
seksual minimal 2-3 kali seminggu secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi.

Infertlitas sendiri dibagi menjadi dua, yakni infertilitas primer dan infertilitas sekunder.
Dikatakan infertilitas primer jika sebelumnya pasangan suami-istri belum pernah mengalami
kehamilan. Sementara itu, dikatakan infertilitas sekunder apabila pasangan suami-istri gagal
untuk memperoleh kehamilan setelah satu tahun pasca persalinan atau pasca abortus tanpa
menggunakan kontrasepsi apapun.

Penyebab terjadinya infertilitas dibagi menjadi dua factor :

1) wanita meliputi faktor


a. tuba dan pelvik
b. sumbatan atau kerusakan tuba akibat perlekatan atau akibat endometriosis,
c. faktor ovulasi
d. ovulasi jarang atau tidak ada ovulasi,
e. polip endometrium
f. kelainan bentuk uterus
2) laki-laki adalah
1. abnormalitas jumlah,
2. motilitas,
3. morfologi sperma

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kejadian infertilitas, yakni faktor internal dan faktor
eksternal.

a) Faktor internal

1. Kelainan Hormonal

2. Tumor

3. Kista ovarium
b) Faktor Eksternal

1. Usia

Penurunan kesuburan juga dapat disebabkan oleh faktor usia. Semakin lanjut usia
perempuan, maka semakin tipis sisa cadangan sel telur yang ada. Indung telur juga semakin
kurang peka terhadap hormone gonadotropin (hormone yang merangsang indung telur
mengeluarkan hormone estrogen dan hormone progesterone). Fase reproduksi merupakan
waktu bereproduksi sehingga mempunyai kemampuan untuk hamil yang dimulai setelah fase
pubertas sampai sebelum fase menopause. Diatas umur 35 tahun, kemampuan reproduksi
wanita menurun drastis karena mulai terjadi ketidakseimbangan hormone sehingga
kesempatan wanita untuk bias hamil menurun drastic dan kualitas sel telur yang dihasilkan
menurun. Hal ini mengakibatkan tingkat keguguran meningkat. Pada pria, bertambahnya usia
dapat menyebabkan penurunan kesuburan di mana hanya sepertiga pria yang berusia diatas
40 tahun mampu menghamili istrinya dalam waktu 6 bulan, dibandingkan pria yang masih
berusia dibawah 25 tahun.

2. Kebiasaan Merokok

merokok memiliki efek yang merugikan terhadap kualitas sperma, terutama konsentrasi
sperma, motilitas, dan marfologi. terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan
kualitas sperma karena rokok mengandung zat berbahaya yang menyebabkan kerusakan
oksidatif terhadap mitokondria, tingginya kerusakan pada morfologi sperma -- , serta
menyebabkan keguguran dan secara jelas dapat meningkatkan risiko infertilitas pada pria
maupun wanita. Merokok juga dapat merusak efek pengobatan kesuburan bahkan saat
seseorang dalam keadaan hamil. Kebiasaan merokok pada perempuan menurunkan
kemungkinan hamil sebesar 30%. Zat nikotin yang ada di dalam tembakau dapat
mempengaruhi kadar hormone dalam tubuh. Nikotin juga mengandung racun yang berbahaya
bagi embrio. Perempuan perokok berat cenderung sulit hamil, mengalami kehamilan ektopik
atau keguguran

3. Mengkonsumsi miras
Kandungan etanol yang terdapat dalam minuman keras dan mengonsumsi dalam dosis
yang berlebihan dapat membahayakan motilitas spermatozoa dan mengurangi
kemampuannya untuk bergerak menjadi lambat atau tidak melakukan perjalanan dalam garis
lurus. Sel spermatozoa akan mengalami kesulitan untuk menembus lender serviks atau kulit
luar sel telur. Akibatnya kemungkinan untuk membuahi sel telur juga tidak ada.

Alkohol dapat mengganggu fungsi sel Leydig dengan sintesis testosterone sehingga
menyebabkan kerusakan pada membrane basalis. Alkohol juga dapat menurunkan kadar zinc
yang berguna untuk membentuk lapisan luar dan ekos sperma serta melindungi dari
kerusakan oxidative dan membantu menghentikan aglutinasi dan jika dalam jumlah banyak
dapat menurunkan fungsi seksual melalui penghambatan biosintesis

4. Obesitas

Obesitas adalah suatu keadaan terjadinya penimbunan jaringan lemak tubuh secara
berlebihan. Pasangan usia subur yang mengalami obesitas memiliki risiko 2,74 kali untuk
mengalami infertilitas dibandingkan dengan pasangan usia subur yang tidak obesitas.
Beberapa kasus infertilitas pada pria yang disebabkan obesitas mempunyai hubungan dengan
tingginya estrogen yang dihasilkan karena presentase lemak yang berlebih disbanding dengan
pria dengan berat badan normal. Obesitas mengakibatkan rendahnya produksi sperma, sperma
yang abnormal, disfungsi ereksi, dan kemandulan Sedang pada wanita, banyaknya estrogen
yang terbentuk dapat mengganggu keseimbangan hormone dalam tubuh sehingga
menyebabkan gangguan menstruasi. Kadar estrogen yang terlalu tinggi membuat kadar
Follicle Stimulating Hormone (FSH) tidak mencapai puncak.
WDK

1. Analisis semen

analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan awal yang dilakukan pada kasus
infertilitas. Tujuan analisis semen adalah untuk mengetahui kondisi sperma, hasilnya dapat
menentukan apakah sperma tersebut fertil atau infertil (Tandara et al., 2013).

2. Konsentrasi spermatozoa

Konsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sel/ml semen atau lebih. Jumlah 10 juta
sel/ml atau kurang menunjukkan konsentrasi sel yang rendah (kurang subur).

3. Imotil

Tidak mampu bergerak

4. Morfologi

Spermatozoa disebut mempunyai kualitas bentuk yang baik bila lebih besar dari 50%
spermatozoa mempunyai morfologi(bentuk) normal. Pemeriksaan morfologi mencakup bagian
kepala, leher dan ekor dari spermatozoa. Bila lebih besar dari 50% spermatozoa mempunyai
morfologi abnormal, maka keadaan ini di sebut Teratozoospermia.

5. Motilitas progresif

Motilitas progresif yaitu ketika sperma berenang di sebagian besar garis lurus atau
lingkaran besar.

6. Motilitas nonprogresif

Motilitas nonprogresif yaitu sperma dapat bergerak tapi tidak melakukan pergerakan


yang progresif atau hanya dapat berenang di lingkaran yang terbatas. Gerakan yang mungkin
dilakukan hanya berupa getaran atau bergerak di tempat atau melakukan perjalanan zigzag
sehingga tidak bisa mencapat alat reproduksi wanita.

7. Dokter ahli kebidanan dan kandungan


SpOG adalah gelar yang disandang oleh dokter kandungan, merupakan kependekan dari
Spesialis Obstetri & Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan). Tugas utama seorang ahli
kandungan adalah melakukan pengawasan dan penanganan pada masa kehamilan, selain itu, ahli
kandungan juga bertanggung jawab untuk mengawal proses melahirkan dan masa nifas, atau
periode sampai 6 minggu setelah kelahiran.

Anda mungkin juga menyukai