1. INFERTILITAS
a. Definisi
Menurut strigh B, 2005. Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil
setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual sedikitnya
empat kali seminggu tanpa kontrasepsi.
Pengerrian infertilitas adalah suatu keadaan system kesehatan reproduksi
yang terganggu yang menyebabkan kegagalan atau ketidak mampuan
terjadinya pembuahan atau ovulasi sehingga pasangan suami istri tidak
dapat mempunyai seorang anak.
Proses pembuahan dapat terjadi apabila ada kerjasama yang baik antara
suami dan istri untuk menjaga organ reproduksinya dari berbagai gangguan
baik sebelum menikah maupun setelah menjadi pasangan suami istri.
b. Jenis-jenis infertilitas
Jenis infertilitas ada 2 yaitu :
1. Infertilitas primer adalah keadaan sebuah pasangan suami istri yang
telah bersenggama secara normal 3-4 kali seminggu tetapi istri sama
sekali tidak ada tanda tanda hamil.
2. Infertilitas sekunder adalah keadaan sebuah pasangan suami istri
dimana istri pernah mengalami kehamilan, kemudian tidak dapat
hamil lagi, walaupun mereka telah bersenggama secara normal yaitu
3-4 kali seminggu.
c. Penyebab infertilitas
Infertilitas biasanya di diagnosis setelah pasangan suami istri
menghasilkan pembuahan tanpa hasil selama kurun waktu 12
bulan/lebih sekitar 40 persen hingga 50 persen system kesehatan
reproduksi yang mempunyai masalah berasal dari pihak wanita
sedangkan 40 persen biasanya dari pihak laki-laki.
Pada pria
Bertambahnya usia menyebabkan penurunan kesuburan.
Meskipun pria memproduksi sperma sepanjang hidupnya,
akan tetapi morfologi sperma mereka mulai menurun. Usia
yang semakin tua juga mempengaruhi kualitas sperma.
Pria yang berusia di bawah 25 tahun dalam waktu 6 bulan
sudah mampu menghamili istrinya di bandingkan dengan pria
dengan usia di atas 40 tahun.
2. Masalah reproduksi
Masalah reproduksi sebelum kehamilan dapat menyebabkan
timbulnya masalah reproduksi yang benar-benar mengarah
pada infertilitas sekunder dan akan berkembang setelah
kehamilan awal, misalnya perempuan yang melahirkan dengan
operasi ceasar, dapat menyebabkan jaringan parut yang
mengarah pada penyumbatan tuba.
Masalah lain yang berperan dalam reproduksi yaitu ovulasi
yang tidak teratur, gangguan pada kelenjar pituitary dan
penyumbatan saluran sperma.
3. Factor gaya hidup
Pada wanita :
Perubahan gaya hidup wanita dapat berdampak pada
kemampuannya untuk hamil lagi. Wanita dengan berat badan
yang berlebihan sering mengalami gangguan ovulasi, karena
kelebihan berat badan dapat mempengaruhi estrogen dalam
tubuh dan mengurangi kemampuan untuk hamil.
Pada pria :
Kegiatan berolahraga juga dapat meningkatkan suhu tubuh
yang mempengaruhi perkembangan sperma, penggunaan
celana dalamyang ketat juga mempengaruhi motilitas sperma,
merokok dan juga mengkonsumsi alcohol secara berlebihan.
Pada istri,
a) Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi biasanya disebabkan adanya
gangguan di ovarium, dan gangguan hormonal.
b) Gangguan ovarium
Hal ini dapat disebabkan oleh factor usia, adanya tumor
pada indung telur dan gangguan lain yang menyebabkan
sel telur tidak dapat masuk. Sedangkan gangguan
hormonal disebabkan oleh bagian dari otak
(hipotalamus dan hipofisis) tidak memproduksi hormon-
hormon reproduksi seperti FSH dan LH.
c) Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan,
meliputi kelainan tuba, endometriosis, stenosis canalis
cervicalis atau hymen, fluor albus, kelainan rahim.
d) Kelainan tuba
Hal ini disebabkan adanya penyempitan, perlekatan
maupun penyumbatan pada selluruh tuba.
e) Kelainan rahim
Hal ini diakibatkan kelinan bawahan rahim, berikutnya
yang tidak normal maupun ada penyekat. Sekitar 30-
40% pasien dengan endometriosis adalah infertile.
Endometriosis yang berat dapat menyebabkan gangguan
pada tuba, ovarium dan peritoneum.
Pemeriksaan infertilitas
Syarat-syarat pemeriksaan
Suami istri merupakan satu kesatuan biologis sehingga
untuk mengetahui tingkat kesuburan keduanya
sebaiknya dilakukan pemeriksaan.
Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan
adalah :
a. Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah
usaha mendapatkan anak selama 12 bulan.
b. Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung
diperiksa ketika pertama kali datang.
c. Istri yang usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan
bila belum mendapatkan anak dari perkawinannya.
d. Pemeriksaan tidak dapat dilakukan pada pasangan
yang mengidap penyakit.
Langkah Pemeriksaan
Langkah-langkah pemeriksaan infertilitas adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan Umum
1. Anamnesa
a. Anamnesa umum
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual,
tingkat kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan
seks, riwayat perkawinan yang dulu, apakah perkawinan dulu mempunyai
anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.
b. Anamnesa khusus
a) Istri
Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi
perdarahan/haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan
rasa nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah terjadi
kontak bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat oprasi, kontrasepsi,
abortus,infeksi genetalia).
b) Suami
Bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami penyakit
hubungan seksual, apakah pernah sakit mump (parotitis epidemika)
sewaktu kecil.
2. Pemeriksaan fisik umum
Meliputi pemeriksaan tanda vital seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernafasan.
3. Pemeriksaan laboratorium dasar
Meliputi pemeriksaan darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal
serta gula darah.
4. Pemeriksaan penunjang
Meliputi pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan pemeriksaan roentgen
ataupun USG.
Pemeriksaan khusus
1. Pemeriksaan Ovulasi
a. Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan
diantaranya:
a) Penatalaksanaan suhu basa; kenaikan suhu basal setelah selesai
ovulasi dipengaruhi oleh hormone progesteron.
b) Pemeriksaan vaginal smear; pengaruh progesteron menumbulkan
sitologi pada sel – sel superficial.
c) Pemeriksaan lender serviks; Hormon progesteron menyebabkan
perubahan lender serviks menjadi kental.
d) Pemeriksaan endometrium.
e) Pemeriksaan endometrium; Hormon estrogen, ICSH dan pregnandiol.
b. Gangguan ovulasi disebabkan :
a) Factor susunan saraf pusat : misal tumor, disfungsi, hypothalamus,
psikogen.
b) Factor intermediate : misal gizi, penyakit kronis, penyakit metabolis.
c) Factor ovarial : misal tumor, difungsi, turner syndrome.
2. Pemeriksaan sperma
Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan
pergerakannya. Sperma yang ditampung atau diperiksa adalah sperma yang
keluar dari pasangan suami istri yang tidak melakukan coitus selama 3 hari.
Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.
a. Ejakulat normal : volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta per
cc, pergerakan 60% masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan,
bentuk abnormal 25%.
b. Spermatozoa pria fertile : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta
per cc, steril : 20 juta per cc atau kurang.
Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi kelainan
metaboli, keracunan, disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis(vas
deferens).
3. Pemeriksaan lendir serviks
Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa adalah:
a. Kentalnya lendir serviks : lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa
adalah lendir yang cair.
b. pH lendir serviks : pH lendir serviks kurang lebih 9 dan bersifat alkalis.
c. Enzim proteolitik
d. Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.
a) Sims huhner test (post coital test), dilakukan sekitar ovulasi. Pemeriksaan
ini menandakan bahwa : teknik coitus baik, lendir serviks normal, strogen
ovarial cukup ataupun sperma cukup baik.
b) Kurzrork miller test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan sims huhner test
kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.
Bila terdapat infeksi pasien dapat diberikan hormone estrogen atau
antibiotika.
4. Pemeriksaan tuba
Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan jenis pemeriksaan
sebagai berikut
a. Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan dilakukan dengan
memasukkan CO2 kedalam cavum uteri.
b. Hysterosalpingografi; pemeriksaan dapat mengetahui bentuk cavum
uteri, bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan.
c. Koldoskopi; pemeriksaan digunakan untuk dapat melihat keadaan tuba
dan ovarium.
d. Laparoskopi; pemeriksaan digunakan untuk dapat melihatkan keadaan
genetalia interna dan sekitarnya.
5. Pemeriksaan endometrium
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan
mikrokuretase. Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka:
endometrium tidak dapat bereaksi dengan progesterone.
Bila terjadi infeksi maka pasien dapat diberikan hormone progesteron dan
antibiotika.
2. SEXUALLY TRANSMITTED DISEASE (STD) ATAU PMS
1. Pengertian
Menurut ditjen PPM dan PL, (1997). Infeksi menular seksual (IMS)
disebut juga penyakit menular seksual (PMS) atau dalam bahasa
inggrisnya sexually transmitted disease (STDs), sexually transmitted
infection (STI) or venereal disease (VD), adalah yang sebagian besar
menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular.
2. Penularan IMS di sampuing penularannya memalui hubungan seksual
penularannya juga dapat terjadi dengan cara lain, yaitu :
a. Melalui darah :
Transfuse darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV,
Saling bertukar jarum suntik pada pemakai narkoba
Tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja atau
tidak sengaja
Menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril
Penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya
jika terluka dan menyisakan darah pada alat).
b. Dari ibu hamil kepada bayi :
Saat hamil
Saat melahirkan
Saat menyusui.
3. Gejala-gejala IMS
IMs seringkali tidak menampakkan gejala, terutama pada wanita.
Namun ada pula IMS yang menunjukkan gejala-gejala umum sebagai
berikut :
Keluarnya cairan dari vagina, penis atau dubur yang berbeda dengan
biasanya
Rasa perih, nyeri atau panas sat kencing atau setelah kencing, atau
menjadi sering kencing
Ada luka terbuka, luka basah disekitar kemaluan atau sekitar mulut
(nyeri ataupun tidak)
Tumbuh seperti jengger ayam atau kutil disekitar alat kelamin
Gatal-gatal disekitar alat kelamin
Terjadi pembengkakan kelenjar limfa yang terdapat pada lipatan
paha
Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri
Pada wanita, sakit perut bagian bawah yang kambuhan(tetapi tidak
ada hubungannya dengan haid)
Mengeluarkan darah setelah berhubungan seks, dan
Secara umum merasa tidak enak badan atau demam.
4. IMS tidak dapat dicegah dengan :
Meminum minuman berakohol seperti bir dan lain-lain
Meminum antibiotic seperti supertetra, penisilin dan lain-lain, sebelum dan
sesudah berhubungan seks, tidak ada satu obatpun yang ampuh untuk
membunuh semua jenis kuman IMS secara bersamaan (kita tidak tau jenis
IMS mana yang masuk ketubuh kita). Semakin sering meminum obat-
obatan secara sembarangan malah akan makin menyulitkan penyembuhan
IMS karena kumannya menjadi kebal terhadap obat
Mendapatkan suntikan atibiotik secara teratur, pencegahan penyakit hanya
dapat dilakukan oleh antibody di dalam tubuh kita
Memilih pasangan seks berdasarkan penampilan luar ( misalnya, yang
berkulit putih bersih) atau berdasarkan usia (misalnya, yang masih muda),
anak kecil pun dapat terkena dan mengidap bibit IMS, karena penyakit
tidak membeda-bedakan usia dan tidak pandang bulu
Membersihkan/mencuci alat kelamin bagian luar (dengan cuka, air soda,
alcohol, air jahe, dll) dan bagian dalam (dengan odol, betadine atau jamu)
segera setelah berhubungan seks.
5. Penanganan IMS yang benar
a. Segera pergi ke dokter untuk di obati
1) Jangan mengobati IMS sendiri tanpa mengetahui penyakit apa yang
menyerang kita (jenis IMS sangat banyak dan ada kemungkinan terjadi
komplikasi), dibutuhkan tes untuk memastikan IMS yang diderita.
2) Jangan minum obat sembarangan. Obat IMS berbeda-beda, tergantung
jenis IMS yang diderita.
3) Jangan pergi berobat kedukun atau dukun obat. Hanya dokter yang tahu
persis kebutuhan obat untuk IMS yang diderita. Penggunaan herbal bisa
dilakukan (sebaiknya) jika ada yang mengawasi/penanggungjawab.
b. Ikuti saran dokter
Jangan menghentikan minum obat yang diberikan dokter meskipun sakit
dan gejalanya sudah hilang. Jika tidak diobati dengan tuntas (obat
dikonsumsi sampai habis sesuaianjuran dokter), maka kuma penyebab IMS
akan kebal terhadap obat-obatan
c. Jangan berhubungan seks selama selama dalam pengobatan IMS
Hal ini beresikomenularkan IMS yang diderita kepada pasangan seks
d. Jangan hanya berobat sendiri saja tanpa melibatkan pasangan seks
(khususnya pasangan sah) pasangan seksual anda juga harus diperiksa dan
berobat ke dokter.
6. Pencegahan IMS
Pencegahan penyebarluasan IMS hanya dapat dilakukan dengan cara :
a. Jauhi seks, tidak melakukan hubungan seks (abstinensi)
b. Bersikap saling setia, tidak berganti-ganti pasangan seks (monogamy)
dan saling setia
c. Cegah dengah memakai kondom, tidak melakukan hubungan seks
berisiko (harus selalu menggunakan kondom)
d. Tidak saling meminjamkan pisau cukur dan gunting kuku
e. Edukasi, sebarkan informasi mengenai HIV/AIDS dan IMS kepada
kawan-kawan dan keluarga.
3. Gangguan Haid (Gangguan Menstruasi)
1. Sindrom Premenstruasi
Sindrom premenstruasi adalah gejala berulang pada fase premenstruasi,
gejala ini tidak tidak tampak pada saat postmenstruasi. Gejala yang
muncul meliputi fisik,tingkah laku, dan emosi. Gejala – gejala ini kalanya
cukup berat sehingga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Pada
beberapa wanita, gejala dimulai pada saat ovulasi dan berangsur-angsur
menghilang sebelum menstruasi. Sejumlah penelitian ilmiah telah
dilakukan oleh para ahli guna mengungkap fenomena dari sindrom
premenstruasi ini. Sindrom ini biasanya timbul satu minggu sebelum
menstruasi (Dickerson, 2003). Definisi sindrom premenstruasi adalah
sekumpulan gejala fisik maupun psikologis yang dapat dirasakan cukup
menggangu yang muncul secara berulang pada fase premenstruasi atau
2-14 hari sebelum menstruasi dan mereda pada saat menstruasi datang.
2. Usia Munculnya Sindrom Premenstruasi
Perubahan dari masa kanak-kanak menuju kemasa dewasa salah
satunya ditandai dengan menarche atau menstruasi yang pertama kali.
Biasanya terjadi pada usia 12-13 tahun tetapi menstruasinya masih tidak
teratur karena tanpa pelepasan telur. Setelah itu, sekitar usia 18-19
tahun siklus menstruasinya mulai teratur karena disertai dengan
pelepasan telur (manuaba,1999).
Sindrom premenstruasi dapat terjadi pada saat setelah periode
menstruasi yang tidak teratur (Burrough dan Arlene, 1997)
3. Gejala Sindrom Premenstruasi
Gejala sindrom premenstruasi memang sangat beragam, dengan
tingakat keparahan yang berbeda. Ada yang mengalami gejala yang
ringan saja, namun ada juga yang mengalami gejala sangat parah, baik
yang termasuk gejala fisik maupun psikologis (Dickerson, 2003)
Gejala-gejala tersebut adalah :
1. Gejala fisik :
a. Migraine atau sakit kepala dapat disebabkan karena hiplogikemi
ataupun peningkatan tekanan intrakuler akibat menurunya kadar
estrogen.
b. Payudarah terasa nyeri disebabkan karena peningkatan kadar
progesterone yang menyebabkan kelenjar mammae
membengkak.
c. Perut terasa penuh
d. Kram perut
e. Hotflushes atau peningkatan suhu tubuh akibat menurunya kadar
estrogen dan meningkatnya kadar prosegteron
f. Edema atau pembengkakan yang disebabkan karena retensi
natrium akibat penurunan kadar estrogen dan progesterone serta
meningkatnya kadar aldosteron.
g. Peningkatan nafsu makan yang dapat disebabkan karena
hiplogekemi.
h. Peningkatan berat badan yang disebabkan karena retensi natrium
akibat penurunan kadar estrogen dan progesteron serta
meningkatnya kadar aldosteron.
i. Pegal pada seluruh tubuh, maslah kulit, seperti jerawat karena
menurunya kadar estrogen.
j. Lemah, letih, tidak bergaira karena kurangnya nutrisi serta
defisiensi vitamin B6 atau hipoglikemi.
2. Gejala Psikologis
Gejala-gejala psikologis pada sindrom premenstruasi dapat
disebabkan karena perubahan hormonal selama fase luteal dan fase
premenstruasi. Fase-fase terjadi peningkatan kadar progesteron dan
penurunan sekresi estrogen yang mempunyai efek neuroprotektif,
keduanya dapat menyebabkan meningkatnya variasi emosional
(Manuaba, 2003). Gejala psikologis pada sindrom premenstruasi
terdiri dari :
a. Depresi, yang terdiri dari gejala utama dan gejala penyerta. Grjsls
utsms depresi meliputi perubahan suasana hati secara derastis
dalam waktu singkat, tidak bergairah, dan merasa sedih
sedangkan gejala sedangkan gejala penyertanya adalah gelisah,
gangguan pola tidur, pesimis, penurunan konsentrasi, menirik diri
atau kesendirian, dan iritabilitas atau mudah marah, mudah
tersinggung, dan mudah menangis.
b. Senang mencari kesalahan
c. Tidak ramah, rasa bermusuhan
d. Sulit mengambil keputusan
e. Mudah lupa
f. Bingung
Risiko
1. Wanita dengan penyakit menular seksual terutama gonore dan klamidia
berada pada resiko lebih besar untuk mengembangkan PID.
2. Wanita yang telah pernah terinfeksi sebelumnya PID akan lebih tinggi
terinfeksi lagi
3. Wanita muda yang aktif melakukan seks akan lebih mudah untuk
mengembangkan PID daripada wanita yang lebih tua
4. Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual memiliki resiko lebih besar
untuk penyakit menular seksual (PMS) dan PID.
Diagnosis
Jika dicurigai ada infeksi PID, maka dapat dilanjutkan dengan tes lainnya,
termasuk:
Kontra indikasi
Mutlak : tromboemboplisme (thrombosis), anemia sel sabit, penyakit
serebro, hipertensi berat, uji fungsi hati setelah hepatitis abnormal,
gangguan enzim, Relatif : penyakit kardiovaskuler, DM, penyakit ginjal, TBC,
kanker payudara, fibroadenasis, migrain, dan epilepsi.
Efek samping
Pada umumnya mual, sakit kepala, perdarahan, depresi, perubahan emosi,
nyeri tekanan pada payudara, perut kembung, siklus menstruasi yang
berkepanjangan, kanker payudarah, kanker endometrium, tromboplebitis,
dan perdarahan bercak.
Pemilihan Menggunakan HRT
Untuk mengambil keputusan dalam penggunaan HRT ada beberapa hal
yanag harus dijelaskan dan dipantau kepada wanita sebelum diberikan HRT,
yaitu:
1. Pemeriksaan fisik lengkap termasuk laboratorium di samping anamnesis
umum dan khusus mengenai organ reproduksi
2. Jelaskan efek samping dari HRT seperti perdarahan peningkatan berat
badan, dan kemungkinan terjadinya kanker payudara
3. Jelaskan cara pemakaian atau cara pemberian seperti tablet, krem,
plester, injeksi serta susuk
4. Khasiat pengobatan umumnya baru terlihat >6 bulan dan apabila belum
terlihat khasiat yang diinginkan, maka dosis obat perlu dinaikkan
5. Pada tahap HRT diberikan 5 tahun dan jika dianggap perlu maka
pengobatan dilanjutkan
6. Pemeriksaan rutin setiap 6 bulan, dan setiap 1-2 tahun perlu dilakukan
mammografi serta pap smear setiap 6 bulan.
Konseling
Adapun tujuan dari konseling secara objektif yaitu:
1. Memberitahukan klien bahwa HRT dapat mengurangi atau mengatasi
keluhan pada saat menopause
2. Dapat mencegah dampak kekurangan estrogen dalam jangka waktu yang
panjang
3. Dapat meningkatkan kualitas hidup
4. Keberhasilan konseling pada HRT tidak hanya sekali pertemuan tetapi harus
berkesinambungan.
4. 7 Ca MAMMAE
A. Pengertian
Menurut Wijaya, 2005. kanker payudara atau Ca mammae merupakan
tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa
tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun
jaringan ikat pada payudara.
B. Gejala Ca Mammae
1. Ada rasa sakit pada payudara atau ketiak yang tidak berhubungan
dengan siklus menstruasi
2. Adanya benjolan atau kulit payudara yang menebal dan keluarnya
cairan dari pting (biasanya disertai darah)
3. Adanya perubahan ukuran payudara salah satu atau keduanya,,
perubahan bentuk puting dan kulit payudara yang mengerut
4. Muncul gatal-gatal dan ruam disekitar puting
5. Muncul benjolan atau pembengkakan pada bagian ketiak
C. Deteksi Dini Ca Mammae
D. Yayasan Kanker Payudara Indonesia memberikan petunjuk kepada ibu
tentang cara-cara sederhana untuk menemukan tumor payudara sedini
mungkin dengn cara SA-DA-RI yaitu PerikSA Payu Dara SendiRI.
Lakukan sadari sebulan sekali sesudah haid, dengan urutan sebagai
berikut:
a. Perhatikan dengan teliti payudara ibu di muka cermin (tanpa
berpakaian), dengan kedua lengan lurus ke bawah.
Amati dengan teliti dan perhatikan bila ada benjolan atau perubahan
bentuk pada payudara sebab ibu sendirilah yang lebih mengenal tubuh,
angkat kedua lengan lurus keatas ulangi pemeriksaan seperti di atas.
b. Dengan kedua siku mengarah ke samping, tekanlah telapak tangan
ibu yang satu pada yang lain secara kuat.
cara ini akan menegangkan otot-otot dada ibu sehingga perubahan-
perubahan seperti cekungan (dekok) dan benjolan akan lebih terlihat
c. Pencetlah pelan-pelan daerah di sekitar puting kedua payudara ibu
dan amati apakah keluar cairan yang tidak normal (tidak biasa)
d. Berbaringlah dengan tangan kanan di bawah kepala dan letakkan bantal
kecil di bawah punggung kanan. Rabalah seluruh permukaan payudara
kanan dengan tangan kiri sampai ke daerah ketiak. Perhatikannlah bila
ada benjolan yang mencurigakan. Laakukan perabaan yang sama untuk
payudara kiri.
e. Raba payudara dengan tiga ujung jari tenggah yang dirapatkan.
Lakukan gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantap,
dimulai dari pinggir dengan mengikuti arah putaran jarum jam
Jika pada saat melakukan “SADARI” ditemukan benjolan atau
perubahan pada payudara, maka segera periksakan diri ke dokter
karena benjolan itu mungkin suatu tumor ganas.
E. Deteksi Dini Penyakit Menular Seksual (PMS)
A. Deteksi Dini PMS
Untuk menggali faktor resiko perlu ditanyakan beberapa hal tersebut
di bawah ini. Berdasarkan penilitian faktor resiko oleh WHO (World
Health Organization) di beberapa negara (di Indonesia masih belum
diteliti), pasien akan dianggap berperilaku beresiko tinggi bila terdapat
jawaban “ya” untuk satu atau lebih pertanyaan di bawah ini :
a. Pasangan seksual > 1 dalam 1 bulan terakhir
b. Berhubungan seksual dg penjaja seks dlm 1 bln terakhir
c. Mengalami 1/lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir
d. Perilaku seksual beresiko tinggi