Anda di halaman 1dari 35

MASALAH-MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI

1. INFERTILITAS
a. Definisi
Menurut strigh B, 2005. Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil
setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual sedikitnya
empat kali seminggu tanpa kontrasepsi.
Pengerrian infertilitas adalah suatu keadaan system kesehatan reproduksi
yang terganggu yang menyebabkan kegagalan atau ketidak mampuan
terjadinya pembuahan atau ovulasi sehingga pasangan suami istri tidak
dapat mempunyai seorang anak.
Proses pembuahan dapat terjadi apabila ada kerjasama yang baik antara
suami dan istri untuk menjaga organ reproduksinya dari berbagai gangguan
baik sebelum menikah maupun setelah menjadi pasangan suami istri.
b. Jenis-jenis infertilitas
Jenis infertilitas ada 2 yaitu :
1. Infertilitas primer adalah keadaan sebuah pasangan suami istri yang
telah bersenggama secara normal 3-4 kali seminggu tetapi istri sama
sekali tidak ada tanda tanda hamil.
2. Infertilitas sekunder adalah keadaan sebuah pasangan suami istri
dimana istri pernah mengalami kehamilan, kemudian tidak dapat
hamil lagi, walaupun mereka telah bersenggama secara normal yaitu
3-4 kali seminggu.
c. Penyebab infertilitas
Infertilitas biasanya di diagnosis setelah pasangan suami istri
menghasilkan pembuahan tanpa hasil selama kurun waktu 12
bulan/lebih sekitar 40 persen hingga 50 persen system kesehatan
reproduksi yang mempunyai masalah berasal dari pihak wanita
sedangkan 40 persen biasanya dari pihak laki-laki.

Penyebab infertilitas primer


1. Infertilitas pada wanita
a. Masalah vagina
Vagina yang mengalami infeksi seperti viginitis, trikomonas
vaginalis yang hebat akan menyebabkan infeksi lanjut pada
portio, serviks, endometrium bahkan sampai ke tuba yang dapat
menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba
sebagai organ reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi.
Disfungsi seksual yang mencegah penetrasi penis atau lingkungan
vagina yang sangat asam, yang secara nyata dapat mengurangi
daya hidup sperma.
b. Masalah serviks
Perubahan fisiologis yang secara normal terjadi selama periode
praovulatori dan ovulatori akan membuat lingkungan serviks
kondusif bagi daya hidup sperma misalnya peningkatan alkalinitas
dan peningkatan sekresi.
c. Masalah uterus
Apabila ada patologi di uterus maka nidasi ovum yang telah
dibuahi di endometrium tidak dapat berlangsung. Patologi
tersebut antara lain polip endometrium, adenomiosis, mioma
uterus atau leiomioma, bekas kuretase dan abortus septic.
Kelainan-kelainan tersebut dapat menggangu implantasi,
pertumbuhan, nutrisi serta oksigenasi janin.
(wiknjosastro,2002:509).
d. Masalah tuba
Sumbatan dituba falopi merupakan salah satu dari banyak
penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat terjadi akibat
infeksi, pembedahan tuba atau adhesi yang disebabkan oleh
endrometriosis atau inflamasi.
Penyebab infertilitas yang paling menonjol karena masalah di
tuba adalah peningkatan insiden penyakit radang panggul (pelvic
inflammatory disease-PID) yang menyebabkan jaringan parut yang
memblok kedua tuba falopi.
e. Masalah ovarium
Dalam hal ini masalah ovarium yang dapat mempengarui
infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium
poligistik, endometriosis atau riwayat pembedahan yang
menggangu siklus ovarium.
2. Infertilitas pada pria
a. Faktor koitus pada pria
Akibat dari tersumbatnya vas deferens(saluran yang mengalirkan
sperma dari testis ke penis), kanker testie, infeksi, trauma dan
antibody yang melekatkan diri pada sperma maka sperma sulit
untuk bergerak dengan cepat sehingga sperma sangat rentan dari
penghancuran sel-sel darah putih.
Jumlah sperma yang sedikit dan tidak memenuhi standart atau
gerak dari sperma tidak lincah dan sangat lamban, karena
memerlukan waktu berenang yang cukup lama sehingga sebelum
bertemu dengan sel telur didalam saluran telur, sperma sudah
loyo atau mati.
b. Masalah ejakulasi
Masalah ejakulasi sangat berhubungan dengan jenis-jenis
penyakit yang mungkin diderita suami sbb :
- Diabetes
- Kerusakan saraf
- Obat-obatan
- Trauma bedah
- Factor pekerjaan produksi sperma yang optimal membutuhkan
suhu dibawah temperature tubuh, sperma genesis
diperkirakan kurang efisien pada pria dengan jenis pekerjaan
tertentu yaitu pada petugas pemadam kebakaran dan
pengemudi truk jarak jauh (Henderson c dan jones k, 2006:89).
c. Faktor lain
Adapun yang berpengaruh terhadap produksi sperma atau semen
adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, stress,
nutrisi yang tidak adekuat, asupan alcohol berlebihan dan nikotin.
3. Masalah interaktif
Beberapa penyebab spesifik infertilitas dari setiap pasangan meliputi:
a. Frekuensi senggama yang tidak memadahi
b. Waktu senggama yang buruk
c. Perkembangan anti bodi terhadap sperma pasangan
d. Ketidak mampuan sperma untuk melakukan penetrasi ke sel telur
(strigh b,2005:61).

Penyebab infertilitas skunder


Biasanya merupakan faktor kombinasi dari suami istri:
1. Usia
Pada wanita:
Factor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang
wanita. Selama wanita mengalami haid yang teratur berarti,
kemungkinan masih bisa hamil. Tetapi semakin bertambahnya
usia maka kemampuan indung telur untuk menghasilkan sel
telur akan mengalami penurunan. Potensi wanita untuk hamil
akan menurun setelah usia 25 tahun dan menurun drastis
setelah usia di atas 38 tahun.
Hasil dri national center for healthstatistich menunjukkan
bahwa :
Wanita subur berusia di bawah 25 tahun memiliki
kemungkinan hamil 96 persen dalam setahun.
Wanita yang berusia 25-34 tahun kemungkinan hamil menurun
menjadi 86 persen.
Wanita yang berusia 35-44 tahun kemungkinannya hamil
hanya 78 persen.

Pada pria
Bertambahnya usia menyebabkan penurunan kesuburan.
Meskipun pria memproduksi sperma sepanjang hidupnya,
akan tetapi morfologi sperma mereka mulai menurun. Usia
yang semakin tua juga mempengaruhi kualitas sperma.
Pria yang berusia di bawah 25 tahun dalam waktu 6 bulan
sudah mampu menghamili istrinya di bandingkan dengan pria
dengan usia di atas 40 tahun.

2. Masalah reproduksi
Masalah reproduksi sebelum kehamilan dapat menyebabkan
timbulnya masalah reproduksi yang benar-benar mengarah
pada infertilitas sekunder dan akan berkembang setelah
kehamilan awal, misalnya perempuan yang melahirkan dengan
operasi ceasar, dapat menyebabkan jaringan parut yang
mengarah pada penyumbatan tuba.
Masalah lain yang berperan dalam reproduksi yaitu ovulasi
yang tidak teratur, gangguan pada kelenjar pituitary dan
penyumbatan saluran sperma.
3. Factor gaya hidup
Pada wanita :
Perubahan gaya hidup wanita dapat berdampak pada
kemampuannya untuk hamil lagi. Wanita dengan berat badan
yang berlebihan sering mengalami gangguan ovulasi, karena
kelebihan berat badan dapat mempengaruhi estrogen dalam
tubuh dan mengurangi kemampuan untuk hamil.
Pada pria :
Kegiatan berolahraga juga dapat meningkatkan suhu tubuh
yang mempengaruhi perkembangan sperma, penggunaan
celana dalamyang ketat juga mempengaruhi motilitas sperma,
merokok dan juga mengkonsumsi alcohol secara berlebihan.

4. Faktor Penyebab Secara Psikologis


Kesuburan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh proses
fisiologis dan anatomis yang berasal dari sekresi internal tetapi
keburan wanita juga selalu dipengaruhi oleh bermacam-
macam factor psikis dan factor organis.
a. Factor psikis
a) Factor psikis biasanya berupa timbulnya rasa
ketakutan serta kecemasan sehingga menimbulkan
kesulitan-kesulitan yang merintangi tercapainya
orgasme pada waktu koitus yang mengakibatkan
ketidak mampuan wanita menjadi hamil.
b) Factor psikis seperti kecemasan dan ketegangan
cenderung mengacaukan kadar LH, serta kesedihan
dan murung cenderung meningkatkan prolaktin.
Kadar prolaktin yang tinggi dapat menggangu
pengeluaran LH dan menekan hormon gonadotropin
yang mempengaruhi terjadinya ovulasi.
c) Factor psikis bagi pasangan suami istri yang sering
kali mengalami perasaan tertekan terutama pihak
wanita sehingga pada waktu senggama menimbulkan
keadaan depresi, cemas dan lelah yang
berkepanjangan mengakibatkan kemampuan untuk
terjadinya pembuahan menjadi terlambat.
d) Factor psikis juga terjadi karena wanita mengalami
pemeriksaan, pengobatan dan penanganan yang
terus menerus tidak membuahkan hasil dapat
megakibatkan wanita merasa kehilangan
kepercayaan diri serta perasaan tidak enak terhadap
diri sendiri, suami dan keluarga ataupun
lingkungannya sehingga pada saat senggama tidak
mengeluarkan ovum yang sehat.
e) Factor psikis terjadi dimana wanita yang keadaanya
lebih relaks ternyata lebih mudah hamil dibandingkan
dengan wanita yang selalu dalam keadaan perasaan
tertekan atau tegang (stress).
Wanita yang mengalami perasaan tertekan atau
tegang akan berpengaruh terhadap fungsi
hipotalamus yang merupakan kelenjar otak yang
mengirimkan sejumlah sinyal untuk mengeluarkan
hormone stress keseluruh tubuh.
Hormon stress yang terlalu banyak keluar dan lama
akan mengakibatkan rangsangan yang berlebihan
pada jantung dan melemahkan system kekebalan
tubuh. Kelebihan hormone stress juga dapat
menggangu keseimbangan hormone, system
reproduksi ataupun kesuburan.
f) Factor psikis juga sering terjadi apabila wanita
memiliki riwayat tekanan jiwa akan kecil
kemungkinan untuk hamil disbanding dengan wanita
yang tidak mengalaminya. Hal ini terjadi karena
wanita resebut mengalami ketidak seimbangan
hormone (hormone estrogen). Kelebihan hormone
estrogenakan memberikan sinyal kepada hormone
progesterone untuk tidak berproduksi lagi karena
kebutuhannya sudah mencukupi, mengakibatkan
proses ovulasi tidak terjadi.
b. Faktor organis
Pada suami,
a) Gangguan spermatogenesis atau terjadinya kerusakan
pada sel-sel testis,misal : aspermia, hypospermia,
necrospermia.
b) Kelainan mekanis, misalnya : impotensi, ejaculation
precox, penutupan ductus deferens, hypospadia,
phymosis.

Pada istri,

Penyebab infertilitas pada istri sebaiknya ditelusuri dari


organ luar sampai dengan indung telur.

a) Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi biasanya disebabkan adanya
gangguan di ovarium, dan gangguan hormonal.
b) Gangguan ovarium
Hal ini dapat disebabkan oleh factor usia, adanya tumor
pada indung telur dan gangguan lain yang menyebabkan
sel telur tidak dapat masuk. Sedangkan gangguan
hormonal disebabkan oleh bagian dari otak
(hipotalamus dan hipofisis) tidak memproduksi hormon-
hormon reproduksi seperti FSH dan LH.
c) Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan,
meliputi kelainan tuba, endometriosis, stenosis canalis
cervicalis atau hymen, fluor albus, kelainan rahim.
d) Kelainan tuba
Hal ini disebabkan adanya penyempitan, perlekatan
maupun penyumbatan pada selluruh tuba.
e) Kelainan rahim
Hal ini diakibatkan kelinan bawahan rahim, berikutnya
yang tidak normal maupun ada penyekat. Sekitar 30-
40% pasien dengan endometriosis adalah infertile.
Endometriosis yang berat dapat menyebabkan gangguan
pada tuba, ovarium dan peritoneum.
Pemeriksaan infertilitas
Syarat-syarat pemeriksaan
Suami istri merupakan satu kesatuan biologis sehingga
untuk mengetahui tingkat kesuburan keduanya
sebaiknya dilakukan pemeriksaan.
Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan
adalah :
a. Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah
usaha mendapatkan anak selama 12 bulan.
b. Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung
diperiksa ketika pertama kali datang.
c. Istri yang usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan
bila belum mendapatkan anak dari perkawinannya.
d. Pemeriksaan tidak dapat dilakukan pada pasangan
yang mengidap penyakit.

Langkah Pemeriksaan
Langkah-langkah pemeriksaan infertilitas adalah sebagai berikut :

Pemeriksaan Umum

1. Anamnesa
a. Anamnesa umum
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual,
tingkat kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan
seks, riwayat perkawinan yang dulu, apakah perkawinan dulu mempunyai
anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.
b. Anamnesa khusus
a) Istri
Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi
perdarahan/haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan
rasa nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah terjadi
kontak bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat oprasi, kontrasepsi,
abortus,infeksi genetalia).
b) Suami
Bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami penyakit
hubungan seksual, apakah pernah sakit mump (parotitis epidemika)
sewaktu kecil.
2. Pemeriksaan fisik umum
Meliputi pemeriksaan tanda vital seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernafasan.
3. Pemeriksaan laboratorium dasar
Meliputi pemeriksaan darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal
serta gula darah.
4. Pemeriksaan penunjang
Meliputi pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan pemeriksaan roentgen
ataupun USG.

Pemeriksaan khusus

1. Pemeriksaan Ovulasi
a. Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan
diantaranya:
a) Penatalaksanaan suhu basa; kenaikan suhu basal setelah selesai
ovulasi dipengaruhi oleh hormone progesteron.
b) Pemeriksaan vaginal smear; pengaruh progesteron menumbulkan
sitologi pada sel – sel superficial.
c) Pemeriksaan lender serviks; Hormon progesteron menyebabkan
perubahan lender serviks menjadi kental.
d) Pemeriksaan endometrium.
e) Pemeriksaan endometrium; Hormon estrogen, ICSH dan pregnandiol.
b. Gangguan ovulasi disebabkan :
a) Factor susunan saraf pusat : misal tumor, disfungsi, hypothalamus,
psikogen.
b) Factor intermediate : misal gizi, penyakit kronis, penyakit metabolis.
c) Factor ovarial : misal tumor, difungsi, turner syndrome.
2. Pemeriksaan sperma
Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan
pergerakannya. Sperma yang ditampung atau diperiksa adalah sperma yang
keluar dari pasangan suami istri yang tidak melakukan coitus selama 3 hari.
Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.
a. Ejakulat normal : volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta per
cc, pergerakan 60% masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan,
bentuk abnormal 25%.
b. Spermatozoa pria fertile : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta
per cc, steril : 20 juta per cc atau kurang.
Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi kelainan
metaboli, keracunan, disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis(vas
deferens).
3. Pemeriksaan lendir serviks
Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa adalah:
a. Kentalnya lendir serviks : lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa
adalah lendir yang cair.
b. pH lendir serviks : pH lendir serviks kurang lebih 9 dan bersifat alkalis.
c. Enzim proteolitik
d. Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.

Baik tidaknya lendir serviks dapat diperiksa dengan :

a) Sims huhner test (post coital test), dilakukan sekitar ovulasi. Pemeriksaan
ini menandakan bahwa : teknik coitus baik, lendir serviks normal, strogen
ovarial cukup ataupun sperma cukup baik.
b) Kurzrork miller test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan sims huhner test
kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.
Bila terdapat infeksi pasien dapat diberikan hormone estrogen atau
antibiotika.
4. Pemeriksaan tuba
Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan jenis pemeriksaan
sebagai berikut
a. Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan dilakukan dengan
memasukkan CO2 kedalam cavum uteri.
b. Hysterosalpingografi; pemeriksaan dapat mengetahui bentuk cavum
uteri, bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan.
c. Koldoskopi; pemeriksaan digunakan untuk dapat melihat keadaan tuba
dan ovarium.
d. Laparoskopi; pemeriksaan digunakan untuk dapat melihatkan keadaan
genetalia interna dan sekitarnya.
5. Pemeriksaan endometrium
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan
mikrokuretase. Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka:
endometrium tidak dapat bereaksi dengan progesterone.
Bila terjadi infeksi maka pasien dapat diberikan hormone progesteron dan
antibiotika.
2. SEXUALLY TRANSMITTED DISEASE (STD) ATAU PMS
1. Pengertian
Menurut ditjen PPM dan PL, (1997). Infeksi menular seksual (IMS)
disebut juga penyakit menular seksual (PMS) atau dalam bahasa
inggrisnya sexually transmitted disease (STDs), sexually transmitted
infection (STI) or venereal disease (VD), adalah yang sebagian besar
menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular.
2. Penularan IMS di sampuing penularannya memalui hubungan seksual
penularannya juga dapat terjadi dengan cara lain, yaitu :
a. Melalui darah :
 Transfuse darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV,
 Saling bertukar jarum suntik pada pemakai narkoba
 Tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja atau
tidak sengaja
 Menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril
 Penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya
jika terluka dan menyisakan darah pada alat).
b. Dari ibu hamil kepada bayi :
 Saat hamil
 Saat melahirkan
 Saat menyusui.
3. Gejala-gejala IMS
IMs seringkali tidak menampakkan gejala, terutama pada wanita.
Namun ada pula IMS yang menunjukkan gejala-gejala umum sebagai
berikut :
 Keluarnya cairan dari vagina, penis atau dubur yang berbeda dengan
biasanya
 Rasa perih, nyeri atau panas sat kencing atau setelah kencing, atau
menjadi sering kencing
 Ada luka terbuka, luka basah disekitar kemaluan atau sekitar mulut
(nyeri ataupun tidak)
 Tumbuh seperti jengger ayam atau kutil disekitar alat kelamin
 Gatal-gatal disekitar alat kelamin
 Terjadi pembengkakan kelenjar limfa yang terdapat pada lipatan
paha
 Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri
 Pada wanita, sakit perut bagian bawah yang kambuhan(tetapi tidak
ada hubungannya dengan haid)
 Mengeluarkan darah setelah berhubungan seks, dan
 Secara umum merasa tidak enak badan atau demam.
4. IMS tidak dapat dicegah dengan :
 Meminum minuman berakohol seperti bir dan lain-lain
 Meminum antibiotic seperti supertetra, penisilin dan lain-lain, sebelum dan
sesudah berhubungan seks, tidak ada satu obatpun yang ampuh untuk
membunuh semua jenis kuman IMS secara bersamaan (kita tidak tau jenis
IMS mana yang masuk ketubuh kita). Semakin sering meminum obat-
obatan secara sembarangan malah akan makin menyulitkan penyembuhan
IMS karena kumannya menjadi kebal terhadap obat
 Mendapatkan suntikan atibiotik secara teratur, pencegahan penyakit hanya
dapat dilakukan oleh antibody di dalam tubuh kita
 Memilih pasangan seks berdasarkan penampilan luar ( misalnya, yang
berkulit putih bersih) atau berdasarkan usia (misalnya, yang masih muda),
anak kecil pun dapat terkena dan mengidap bibit IMS, karena penyakit
tidak membeda-bedakan usia dan tidak pandang bulu
 Membersihkan/mencuci alat kelamin bagian luar (dengan cuka, air soda,
alcohol, air jahe, dll) dan bagian dalam (dengan odol, betadine atau jamu)
segera setelah berhubungan seks.
5. Penanganan IMS yang benar
a. Segera pergi ke dokter untuk di obati
1) Jangan mengobati IMS sendiri tanpa mengetahui penyakit apa yang
menyerang kita (jenis IMS sangat banyak dan ada kemungkinan terjadi
komplikasi), dibutuhkan tes untuk memastikan IMS yang diderita.
2) Jangan minum obat sembarangan. Obat IMS berbeda-beda, tergantung
jenis IMS yang diderita.
3) Jangan pergi berobat kedukun atau dukun obat. Hanya dokter yang tahu
persis kebutuhan obat untuk IMS yang diderita. Penggunaan herbal bisa
dilakukan (sebaiknya) jika ada yang mengawasi/penanggungjawab.
b. Ikuti saran dokter
Jangan menghentikan minum obat yang diberikan dokter meskipun sakit
dan gejalanya sudah hilang. Jika tidak diobati dengan tuntas (obat
dikonsumsi sampai habis sesuaianjuran dokter), maka kuma penyebab IMS
akan kebal terhadap obat-obatan
c. Jangan berhubungan seks selama selama dalam pengobatan IMS
Hal ini beresikomenularkan IMS yang diderita kepada pasangan seks
d. Jangan hanya berobat sendiri saja tanpa melibatkan pasangan seks
(khususnya pasangan sah) pasangan seksual anda juga harus diperiksa dan
berobat ke dokter.
6. Pencegahan IMS
Pencegahan penyebarluasan IMS hanya dapat dilakukan dengan cara :
a. Jauhi seks, tidak melakukan hubungan seks (abstinensi)
b. Bersikap saling setia, tidak berganti-ganti pasangan seks (monogamy)
dan saling setia
c. Cegah dengah memakai kondom, tidak melakukan hubungan seks
berisiko (harus selalu menggunakan kondom)
d. Tidak saling meminjamkan pisau cukur dan gunting kuku
e. Edukasi, sebarkan informasi mengenai HIV/AIDS dan IMS kepada
kawan-kawan dan keluarga.
3. Gangguan Haid (Gangguan Menstruasi)
1. Sindrom Premenstruasi
Sindrom premenstruasi adalah gejala berulang pada fase premenstruasi,
gejala ini tidak tidak tampak pada saat postmenstruasi. Gejala yang
muncul meliputi fisik,tingkah laku, dan emosi. Gejala – gejala ini kalanya
cukup berat sehingga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Pada
beberapa wanita, gejala dimulai pada saat ovulasi dan berangsur-angsur
menghilang sebelum menstruasi. Sejumlah penelitian ilmiah telah
dilakukan oleh para ahli guna mengungkap fenomena dari sindrom
premenstruasi ini. Sindrom ini biasanya timbul satu minggu sebelum
menstruasi (Dickerson, 2003). Definisi sindrom premenstruasi adalah
sekumpulan gejala fisik maupun psikologis yang dapat dirasakan cukup
menggangu yang muncul secara berulang pada fase premenstruasi atau
2-14 hari sebelum menstruasi dan mereda pada saat menstruasi datang.
2. Usia Munculnya Sindrom Premenstruasi
Perubahan dari masa kanak-kanak menuju kemasa dewasa salah
satunya ditandai dengan menarche atau menstruasi yang pertama kali.
Biasanya terjadi pada usia 12-13 tahun tetapi menstruasinya masih tidak
teratur karena tanpa pelepasan telur. Setelah itu, sekitar usia 18-19
tahun siklus menstruasinya mulai teratur karena disertai dengan
pelepasan telur (manuaba,1999).
Sindrom premenstruasi dapat terjadi pada saat setelah periode
menstruasi yang tidak teratur (Burrough dan Arlene, 1997)
3. Gejala Sindrom Premenstruasi
Gejala sindrom premenstruasi memang sangat beragam, dengan
tingakat keparahan yang berbeda. Ada yang mengalami gejala yang
ringan saja, namun ada juga yang mengalami gejala sangat parah, baik
yang termasuk gejala fisik maupun psikologis (Dickerson, 2003)
Gejala-gejala tersebut adalah :
1. Gejala fisik :
a. Migraine atau sakit kepala dapat disebabkan karena hiplogikemi
ataupun peningkatan tekanan intrakuler akibat menurunya kadar
estrogen.
b. Payudarah terasa nyeri disebabkan karena peningkatan kadar
progesterone yang menyebabkan kelenjar mammae
membengkak.
c. Perut terasa penuh
d. Kram perut
e. Hotflushes atau peningkatan suhu tubuh akibat menurunya kadar
estrogen dan meningkatnya kadar prosegteron
f. Edema atau pembengkakan yang disebabkan karena retensi
natrium akibat penurunan kadar estrogen dan progesterone serta
meningkatnya kadar aldosteron.
g. Peningkatan nafsu makan yang dapat disebabkan karena
hiplogekemi.
h. Peningkatan berat badan yang disebabkan karena retensi natrium
akibat penurunan kadar estrogen dan progesteron serta
meningkatnya kadar aldosteron.
i. Pegal pada seluruh tubuh, maslah kulit, seperti jerawat karena
menurunya kadar estrogen.
j. Lemah, letih, tidak bergaira karena kurangnya nutrisi serta
defisiensi vitamin B6 atau hipoglikemi.
2. Gejala Psikologis
Gejala-gejala psikologis pada sindrom premenstruasi dapat
disebabkan karena perubahan hormonal selama fase luteal dan fase
premenstruasi. Fase-fase terjadi peningkatan kadar progesteron dan
penurunan sekresi estrogen yang mempunyai efek neuroprotektif,
keduanya dapat menyebabkan meningkatnya variasi emosional
(Manuaba, 2003). Gejala psikologis pada sindrom premenstruasi
terdiri dari :
a. Depresi, yang terdiri dari gejala utama dan gejala penyerta. Grjsls
utsms depresi meliputi perubahan suasana hati secara derastis
dalam waktu singkat, tidak bergairah, dan merasa sedih
sedangkan gejala sedangkan gejala penyertanya adalah gelisah,
gangguan pola tidur, pesimis, penurunan konsentrasi, menirik diri
atau kesendirian, dan iritabilitas atau mudah marah, mudah
tersinggung, dan mudah menangis.
b. Senang mencari kesalahan
c. Tidak ramah, rasa bermusuhan
d. Sulit mengambil keputusan
e. Mudah lupa
f. Bingung

Gejala-gejala pada sindrom premenstruasi tersebut, baik gejala fisik


maupun psikologis dapat menjadi factor penyebab absennya seorang
siswa di skolah atau karyawan dikantor, penurunan produktifitas,
kesulitan dalam bersosialisasi, dan gangguan dalam gaya hidup.
Berbagai macam gejala yang terlihat turut mempengaruhi aktivitas
sehari-hari, termaksut yang berhubungan dengan emosi, perubahan
tingkah laku, selera makan, dan efek motoriknya. Kelainan emosional
yang muncuul pada beberapa bentuk sindrom premenstruasi, dapat
sedemikian parah sehingga menggangu hubungan atau relasi dengan
orang-orang disekitarnya, dan dapat menyebabkan tindak kekerasan
(Dickerson, 2003).

3. PELVIC INFLAMMATORY DISEASE (PID)


Pengertian
PID adalah infeksi organ reproduksi wanita, PID adalah salah satu
komplikasi paling serius dari penyakit menular seksual pada wanita.
Hal ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada uterus,
ovarium, saluran tuba atau bagian lain dari system reproduksi
wanita, dan merupakan penyebab utama infertilitas pada wanita.
Penyebab
Biasanya leher rahim mencegah bakteri yang masuk ke dalam vagina
menyebar keorgan reproduksi internal. Jika serviks terkena penyakit
menular seksual seperti gonore atau klamedia, serviks dapat
terinfeksi dan kurang mampu mencegah penyebaran organism ke
organ internal. PID terjadi ketika organisme penyebab penyakit
perjalanan dari leher rahim keseluruh kelamin bagian atas,gonore
tidak diobati dan kelamidia menyebabkan sekitar 90% dari semua
kasus PID.
Penyebab lain adalah aborsi,melahirkan dan prosedur panggul
Gejala
Gejala gejala PID dapat berfariasi,tetapi mungkin termasuk yang
berikut:
1. Nyeri tumpul atau nyeri diperut atau daerah perut bagian bawah,atau sakit
dibagian atas kanan perut
2. Abnormal keputihan yang berwarna kuning atau hijau dalam warna atau
yang memiliki bau yang tidak biasa
3. Nyeri buang air kecil
4. Mengigil atau demam tinggi
5. Mual dan muntah
6. Nyeri saat berhubungan seks

Risiko
1. Wanita dengan penyakit menular seksual terutama gonore dan klamidia
berada pada resiko lebih besar untuk mengembangkan PID.
2. Wanita yang telah pernah terinfeksi sebelumnya PID akan lebih tinggi
terinfeksi lagi
3. Wanita muda yang aktif melakukan seks akan lebih mudah untuk
mengembangkan PID daripada wanita yang lebih tua
4. Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual memiliki resiko lebih besar
untuk penyakit menular seksual (PMS) dan PID.

Diagnosis

Pemeriksaan dimulai dengan pemeriksaan kesehatan umum dan aktivitas


seksual. Dilanjutkan dengan pemeriksaan panggul untuk memeriksa kesehatan
organ reproduksi, dan mencari bukti infeksi, gonore dan klamidia dokter
mungkin menemuka, cairan yang abnormal serviks dan nyeri leher rahim,
saluran tuba dan rahim pada pemeriksaan.

Jika dicurigai ada infeksi PID, maka dapat dilanjutkan dengan tes lainnya,
termasuk:

1. Melakukan test darah untuk menganalisis darah untuk bukti infeksi


2. Melakukan USG untuk melihat organ reproduksi
Pengobatan
1. Pemberian antibiotic
Pengobatan awal untuk kasus-kasus ringan PID biasanya terdiri dari satu
atau lebih obat antibiotic yang diberikan secara oral. Kasus yang lebih
signifikan dapat diobati dengan kombinasi intravena dan oral antibiotic. Jika
pengobatan tidak efektif dan jika infeksi parah, pasien perlu dirawat
dirumah sakit untuk menerima pengobatan secara intravena (langsung ke
pembuluh darah). Pasangan juga harus diberi pengobatan supaya penyakit
tidak kambuh lagi pada waktu berhubungan seks.
2. Bedah
Bila PID menyebabkan abses (ketika jaringan yang meradang membentuk
kumpulan nanah) maka dilakukan oprasi untuk menghilangkan abses (atau
organ dengan abses) hal ini untuk mencegah meluasnya infeksi keseluruhan
pelvis dan perut. Pembedahan dilakukan tergantung pada kondisi, oprasi
dapat dilakukan dengan laparoskop (tipis, instrument dinyalakan) atau
dengan prosedur lain.
Akibat yang ditimbulkan
Pada PID yang berulang dapat menyebabkan:
a. Parut pada saluran tuba
b. Infertilitas
c. Kehamilan ektopik
d. Nyeri panggul kronis
Pencegahan
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah PID meliputi :
1. Hindari banyak pasangan seksual
2. Gunakan metode penghalang pengendalian kelahiran seperti kondom,
diafragma dan kontrasepsi lain
3. Hindari menggunakan IUD pada beberapa hubungan seksual
4. Segera melakukan pengobatan jika ada tanda-tanda PID atau penyakit
menular seksual
5. Melakukan pemeriksaan sebelum terjadi penyebaran ke organ reproduksi
internal.

4. 4 HORMON REPLACEMENT THERAPY (HRT)


Hormon replacement therapy (HRT) atau terapi sulih hormon adalah
pemberian terapi untuk menggantikan hormon yang kurang kadarnya
karena tidak diproduksi secukupnya lagi akibat kemunduran fungsi organ-
organ endokrin hormon.
Tujuannya :
- Untuk mendapatkan hormon yang hilang saat menopause.
- Untuk mengurangi, mengatasi keluhan yang menyertai menopause
- Untuk mempertahankan serta meningkatkan kualitas dan kuantitas hidup
wanita di usia lanjut
- Untuk mencegah munculnya gejala yang mengakibatkan osteoporosis,
penyakit jantung koroner, dan perdarahan otak.

Kontra indikasi
Mutlak : tromboemboplisme (thrombosis), anemia sel sabit, penyakit
serebro, hipertensi berat, uji fungsi hati setelah hepatitis abnormal,
gangguan enzim, Relatif : penyakit kardiovaskuler, DM, penyakit ginjal, TBC,
kanker payudara, fibroadenasis, migrain, dan epilepsi.
Efek samping
Pada umumnya mual, sakit kepala, perdarahan, depresi, perubahan emosi,
nyeri tekanan pada payudara, perut kembung, siklus menstruasi yang
berkepanjangan, kanker payudarah, kanker endometrium, tromboplebitis,
dan perdarahan bercak.
Pemilihan Menggunakan HRT
Untuk mengambil keputusan dalam penggunaan HRT ada beberapa hal
yanag harus dijelaskan dan dipantau kepada wanita sebelum diberikan HRT,
yaitu:
1. Pemeriksaan fisik lengkap termasuk laboratorium di samping anamnesis
umum dan khusus mengenai organ reproduksi
2. Jelaskan efek samping dari HRT seperti perdarahan peningkatan berat
badan, dan kemungkinan terjadinya kanker payudara
3. Jelaskan cara pemakaian atau cara pemberian seperti tablet, krem,
plester, injeksi serta susuk
4. Khasiat pengobatan umumnya baru terlihat >6 bulan dan apabila belum
terlihat khasiat yang diinginkan, maka dosis obat perlu dinaikkan
5. Pada tahap HRT diberikan 5 tahun dan jika dianggap perlu maka
pengobatan dilanjutkan
6. Pemeriksaan rutin setiap 6 bulan, dan setiap 1-2 tahun perlu dilakukan
mammografi serta pap smear setiap 6 bulan.
Konseling
Adapun tujuan dari konseling secara objektif yaitu:
1. Memberitahukan klien bahwa HRT dapat mengurangi atau mengatasi
keluhan pada saat menopause
2. Dapat mencegah dampak kekurangan estrogen dalam jangka waktu yang
panjang
3. Dapat meningkatkan kualitas hidup
4. Keberhasilan konseling pada HRT tidak hanya sekali pertemuan tetapi harus
berkesinambungan.

4. 5 DETEKSI DINI GANGGUAN KESEHATAN REPRODUKSI


A. Deteksi Dini
Adalah sebuah sebuah tindakan untuk mengungkapkan kondisi kesehatan
seseorang kemungkinan mengidap suatu penyakit. Untuk mengetahui jenis dan
gejala sakit yang diderita seseorang, maka perlu segera dilakukan upaya sendini
mungkin untuk mendiagnosis faktor-faktor penyebabnya.
Jadi deteksi dini adalah suatu tindakan yang dilakukan segera mungkin
untuk mengetahui gangguan, terlebih gejala dan faktor atau pencetus yang bisa
membuat fisik seseorang menjadi tidak sehat.
B. Tujuan
a. Untuk mengetahui secara dini jenis penyakit yang diderita seseorang
supaya dapat dilakukan pengobatan secepatnya agar tidak sampai
menjadi parah
b. Untuk segera menentukan tindakan pengobata yang tepat dan benar
c. Untuk menghindari dan menanggulangi akan terjadinya gangguan-
gangguan kesehatan seseorang.
Dalam perkembangannya deteksi dini mempunyai fungsi sebagai
berikutnya:
1. Fungsi pemahaman (understanding)
2. Fungsi pengendalian (control)
3. Fungsi peramalan (prediction)
4. Fungsi pengembangan (development)
5. Fungsi pencegahan (prevention)
6. Fungsi perawatan (treatment)
C. Manfaat
1. Deteksi dini sebagai alat untuk menentukan jenis dan faktor-faktor
penyebab suatu penyakit sehingga dapat dilakukan pengobatan secara
dini
2. Untuk dapat digunakan sebagai alat untuk memahami tindakan-
tindakan yang akan dilakukan dalam pencegahan penyakit tersebut
3. Untuk dapat digunakan sebagai alat untuk perawatan secara intensif
agar penyakit tersebut tidak berkembang engan luas
4. Untuk segera melakukan tindakan perwatan dan pencegahan.
4. 6 Ca CERVIKS
A. Pengertian
Kanker serviks adalah kanker yang menyerang bagian serviks (mulut rahim).
Kanker atau karsinoma sendiri merupakan istilah medis yang biasanya
digunakan untuk menyebut suatu massa/tumor/benjolan yang memiliki
sifat ganas.
Massa/tumor ini merupakan penyakit pertumbuhan sel dalam tubuh
dimanabentuknya, sifat dan juga kinetikanyaberbeda dengan sel normal
lainnya. Pertumbuhan sel kanker umumnya sangat liar, terlepas dari kendali
pertumbuhan sel normal.
B. Penyebab Ca Serviks
1. Mutasi DNA (cacat gen) yang menghidupkan onkogen atau
mematikan tumor gen supresor dapat mengembangkan kanker
serviks.
2. HPV menyebabkan produksi 2 protein yang dikenal sebagai E6 dan E7
yang mematikan beberapa tumor gen supresor.
3. Faktor-faktor resiko tertentu lainnya, seperti merokok dan infeksi HIV
lebih mungkin untuk mengembangkan kanker serviks.
C. Tanda Dan Gejala
Gejala yang paling umum adalah :
1. Perdarahan vagina abnormal, seperti perdarahan setelah senggama dan
perdarahan setelah monopause
2. Sebuah debit yang tidak biasa dari vagina-discharge mungkin mengandung
beberapa darah dan mungkin terjadi antara periode atau setelah
monopause
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
D. Pencegahan
Cara pencegahannya adalah
a. Bagi wanita yang telah menikah wanita muda untuk, membersihkan
daerah kewanitaan dan menjaganya supaya tetap hygine
b. Suami istri agar tetap setia dengan pasangannya (jangan berganti-
ganti pasangan)
c. Melakukan vaksinasi Kanker Serviks untuk meningkatkan kekbalan
tubuh dan menangkap virus seberum memasuki sel-sel serviks
d. Menghindari paparan HPV
e. Tidak merokok
E. Deteksi Dini Ca Serviks
Deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan oleh para wanita dengan
pemeriksaan screening test.
Skrining sendiri dapat dilakukan dengan:
1. Papsmear
Papsmear adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan pada sel
permukaan pada leher rahim untuk mendeteksi adanya kanker leher
rahim. Tes ini dapat dilakukan pada wanita yang telah melakkan
hubungan seks dan memenuhi syarat :
a. Telah selesai haid paling tidak 3 hari
b. Tidak berada dalam kegiatan seksual paling tidak 3 hari
c. Tidak menggunakan obat-obatan yang berhubungan dengan intravagina.
d. Tes digunakan untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan pada sel
leher rahim yang dalam kondisi abnormal. Tahap pemeriksaannya
dilakukan dengan cara mengambil cairan yang ada di leher rahim dengan
menggunakan sptula yang kemudian sample tes ini diperiksa dengan
menggunakan mikroskop.

2. IVA (Visual Inspection with Acetic Acid) test

IVA test memiliki pengertian inspeksi visual dengan asam asetat


adalah suatu metode cara lain yang digunakan untuk mengetahui dan
mendeteksi mengenai adanya tanda-tanda terdapat kanker serviks.
Caranya adalah dengan menyemprotkan cairan asam asetat dalam
konsentrasi 35%-5% di daerah mulut rahim. Keudian dari semprotan ini,
dilihat apakah terdapat suatu perubahan warna menjadi warna putih ke
daerah yang disemprotkan tadi.

4. 7 Ca MAMMAE
A. Pengertian
Menurut Wijaya, 2005. kanker payudara atau Ca mammae merupakan
tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa
tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun
jaringan ikat pada payudara.
B. Gejala Ca Mammae
1. Ada rasa sakit pada payudara atau ketiak yang tidak berhubungan
dengan siklus menstruasi
2. Adanya benjolan atau kulit payudara yang menebal dan keluarnya
cairan dari pting (biasanya disertai darah)
3. Adanya perubahan ukuran payudara salah satu atau keduanya,,
perubahan bentuk puting dan kulit payudara yang mengerut
4. Muncul gatal-gatal dan ruam disekitar puting
5. Muncul benjolan atau pembengkakan pada bagian ketiak
C. Deteksi Dini Ca Mammae
D. Yayasan Kanker Payudara Indonesia memberikan petunjuk kepada ibu
tentang cara-cara sederhana untuk menemukan tumor payudara sedini
mungkin dengn cara SA-DA-RI yaitu PerikSA Payu Dara SendiRI.
Lakukan sadari sebulan sekali sesudah haid, dengan urutan sebagai
berikut:
a. Perhatikan dengan teliti payudara ibu di muka cermin (tanpa
berpakaian), dengan kedua lengan lurus ke bawah.
Amati dengan teliti dan perhatikan bila ada benjolan atau perubahan
bentuk pada payudara sebab ibu sendirilah yang lebih mengenal tubuh,
angkat kedua lengan lurus keatas ulangi pemeriksaan seperti di atas.
b. Dengan kedua siku mengarah ke samping, tekanlah telapak tangan
ibu yang satu pada yang lain secara kuat.
cara ini akan menegangkan otot-otot dada ibu sehingga perubahan-
perubahan seperti cekungan (dekok) dan benjolan akan lebih terlihat
c. Pencetlah pelan-pelan daerah di sekitar puting kedua payudara ibu
dan amati apakah keluar cairan yang tidak normal (tidak biasa)
d. Berbaringlah dengan tangan kanan di bawah kepala dan letakkan bantal
kecil di bawah punggung kanan. Rabalah seluruh permukaan payudara
kanan dengan tangan kiri sampai ke daerah ketiak. Perhatikannlah bila
ada benjolan yang mencurigakan. Laakukan perabaan yang sama untuk
payudara kiri.
e. Raba payudara dengan tiga ujung jari tenggah yang dirapatkan.
Lakukan gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantap,
dimulai dari pinggir dengan mengikuti arah putaran jarum jam
Jika pada saat melakukan “SADARI” ditemukan benjolan atau
perubahan pada payudara, maka segera periksakan diri ke dokter
karena benjolan itu mungkin suatu tumor ganas.
E. Deteksi Dini Penyakit Menular Seksual (PMS)
A. Deteksi Dini PMS
Untuk menggali faktor resiko perlu ditanyakan beberapa hal tersebut
di bawah ini. Berdasarkan penilitian faktor resiko oleh WHO (World
Health Organization) di beberapa negara (di Indonesia masih belum
diteliti), pasien akan dianggap berperilaku beresiko tinggi bila terdapat
jawaban “ya” untuk satu atau lebih pertanyaan di bawah ini :
a. Pasangan seksual > 1 dalam 1 bulan terakhir
b. Berhubungan seksual dg penjaja seks dlm 1 bln terakhir
c. Mengalami 1/lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir
d. Perilaku seksual beresiko tinggi

B. Deteksi dini HIV/AIDS


Tes HIV sebaiknya dilakukan oleh orang mencurigai tertular HIV
tanpa harus menunggu kemunculan gejala-gejala HIV. Umunya, virus
HIV baru akan terdeteksi dalam tubuh empat minggu setelah tertlar
virus. Tes ini sangat penting karena sebagian pengidap kadang tidak
menyadari bahwa di tubuh telah terserang virus HIV
1. Orang yang beresiko mengidap HIV
a. Mengidap TB, hepatitis atau PMS
b. Memiliki lebih dari satu pasangan seksual
c. Melakukan hubungan seksual tanpa pengaman
d. Berhubungan seksual dengan pengguna narkoba
e. Perna menyuntikkan obat-obatan atau berbagi alat suntik dengan orang
lain
f. Memiliki ibu yang mengidap HIV
g. Hamil di luar nikah
h. Pernah menerima transfusi darah yang kesterilannya diragukan
i. 2. Cara test deteksi HIV
j. Untuk bisa melakukan tes deteksi HIV/AIDS, pasien perlu ke rumah
sakit/lembaga yaang memberikan pelayanan tes HIV.
k. Paket tes yang umumnya diberikan adalah:
l. a. Deteksi infeksi menular seksual (IMS)
m. b. Konselling sebelum tes HIV
n. c. Tes HIV dan konseling setelah test
3. Jenis test untuk mendeteksi HIV
a. Test PCR
Test reaksi berantai polimerase (PCR) merupakan teknik deteksi
berbasis asam nukleat (DNA dan RNA) yang dapat mendeteksi
keberadaan materi genetik HIV di dalam tubuh manusia. Tes ini sering
dikenal sebagai beban virus atau tes amplifikasi asam nukleat (HIV
NAAT)
b. Test antibodi HIV
Test antibodi HIV akan mendeteksi antibodi yang terbentuk di darah,
saliva (liur) dan urin
c. Test antigen HIV
Test antigen dapat mendeteksi antigen (protein P24) dan HIV yang
memicu respon antibodi.

Anda mungkin juga menyukai