Anda di halaman 1dari 12

Makalah Tingkat Kesuburan

BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Tingkat kesuburan masyarakat mempengaruhi kesehatan reproduksi yang merupakan
bagian penting dan merupakan paling utama dalam upaya mencapai kehidupan yang
berkualitas karena kesehatan reproduksi merupakan refleksi dari kesehatan konsepsi,
kesehatan anak, remaja dan masa dewasa, dengan demikian kesehatan reproduksi
menentukan kesehatan wanita dan pria serta generasi selanjutnya.
Fertilitas ialah kemampuan seorang wanita untuk hamil dan melahirkan anak hidup
oleh pria yang mampu menghamilinya. Jadi, fertilitas merupakan kemampuan fungsi
satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup.
Sebelum dan sesudahnya tidak seorangpun tahu, apakah pasangan itu  fertil atau tidak.
Riwayat fertilitas sebelumnya sama sekali tidak menjamin fertilitas dikemudian hari,
baik pada pasangan itu sendiri maupun berlainan pasangan.
Penyelidikan lamanya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan
menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam satu bulan pertama, 57% dalam 3 bulan,
72,1% dalam 6 bulan, 85,4% dalam12 bulan, dan 93,4% dalam 24 bulan. Waktu
median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan ialah 2,3 bulan sampai 2,8
bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan, makin turun kejadian
kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru menganggap ada masalah
infertilitas kalau pasangan yang ingin punya anak, dihadapkan pada kemungkinan
kehamilan lebih dari 12 bulan.
Infertilitas merupakan ketidakmampuan seorang wanita untuk menjadi hamil dan
melahirkan anak, dengan melakukan hubungan seksual secara rutin dan teratur selama
satu tahun berkumpul bersama. Disebut Infertilitas primer,  kalau istri belum pernah
hamil selama 12 bulan walaupun bersenggama secara rutin. Dan disebut infertilitas
sekunder,  kalau istri pernah hamil, akan tetapi  kemudian tidak terjadi kehamilan lagi
walaupun bersenggama.
Berdasarkan catatan WHO , di dunia ada sekitar 50-80 juta pasangan suami istri
mempunyai problem infertilitas dan setiap tahunnya muncul sekitar 2 juta pasangan
infertil baru. Tidak tertutup kemungkinan jumlah itu akan terus meningkat.
B.    Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian dari  fertilitas dan  infertilitas ?
2.    Apa saja penyabab terjadinya infertilitas ?
3.    Bagaimana perkembangan masalah infertilitas sampai saat ini ?
4.    Upaya-upaya apa sajakah yang harus dilakukan oleh bidan untuk mengatasi
masalah infertilitas ?

C.    Tujuan
1.    Umum
Mengetahui perkembangan masalah infertilitas serta upaya-upaya apa sajakah yang
harus direncanakan untuk mengatasi masalah infertilitas.
2.    Khusus
a.    Mengetahui definisi  ferilitas dan infertilitas
b.    Mengetahui macam infertilitas
c.    Mengetahui prevalensi  infertil
d.    Mengetahui penyebab-penyebab terjadinya masalah infertilitas

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Tingkat kesuburan seseorang memegang peranan yang sangat penting bagi pria dan
wanita yang akan atau sudah berumahtangga. Hal ini di maksudkan agar pasangan
suami isteri dapat menjaga keharmonisan rumah tangganya dan mereka juga bisa
meneruskan generasi mereka, yaitu menghasilkan seorang anak. Lebih dari 80% 
pasangan suami isteri yang mengalami gangguan kesuburan dan ini banyak sekali
terjadi pada negara yang sedang berkembang. 7-15% diantaranya masih tergolong ke
dalam usia 15 - 40 tahun dengan rating tertinggi dialami oleh para wanita sebesar 40%
sampai dengan 60%.
Tingkat kesuburan dibedakan menjadi 2 yaitu
1.    Fertilitas.
Fertilitas adalah kemampuan  istri menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh
suami yang mampu menghamilinya.
2.    Infertilitas
a.    Pengertian.
Infertilitas adalah suatu keadaan pasangan suami istri yang ingin mempunyai anak
tetapi tidak bisa mewujudkan keinginannya tersebut karena adanya masalah kesehatan
reproduksi baik pada suami atau istri.
b.    Pembagian infertilitas
Infertilitas dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1)    Infertilitas primer
Infertilitas primer adalah pasangan usia subur yang telah melakukan hubungan suami
istri teratur 2-3 kali semingggu tanpa memakai alat kontrasepsi selama 1 tahun tetapi
belum terjadi kehamilan juga.

2)    Infertilitas Sekunder


Infertilitas sekunder adalah pasangan usia subur yang telah punya anak dan sudah
tidak menggunakan alat kontrasepsi serta melakukan hubungan suami istri teratur 2 –
3 kali tetapi belum hamil juga.
Infertilitas menurut WHO :
a.    Infertilitas primer adalah pasangan suami istri yang belum pernah hamil
meskipun senggama dilakukan tanpa perlindungan apapun untuk waktu sekurang-
kurangnya 1 tahun.
b.    Infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri yang pernah hamil tetapi
kemudian tidak mampu hamil lagi dalam waktu 12 bulan meskipun senggama tanpa
perlindungan apapun.
c.    Subvertilitas atau subvekunditas adalah kesukaran untuk menjadi hamil yang
mungkin disebabkan oleh vekunditas yang menurun pasangan suami istri.
d.    Sterilitas adalah ketidakmampuan yang lengkap dan permanen untuk menjadi
hamil atau menghamili meskipun telah diberi terapi.
e.    Tanpa anak atau chillessness adalah pasangan suami istri yang tidak pernah
menghasilkan anak yang mungkin disebabkan oleh vekunditas, kontrasepsi, dan
abortus.
B.    Penyebab
1.    Penyebab Terjadinya Masalah-Masalah Kesuburan pada pria
a.    Kelainan Genetik
Meskipun amat jarang, ketidaksuburan pria dapat disebabkan oleh kelainan genetik
seperti cystic fibrosis. Gangguan genetik meliputi kelainan pada kromosom seks, yang
terjadi pada sindrom Klinefelter.
b.    Gangguan Hormonal
Gangguan hormonal yang terjadi dapat menghalangi produksi sperma. Untuk
merangsang testis menghasilkan sperma, dibutuhkan hormon yang dihasillkan oleh
kelenjar ptituari. Bila hormon tersebut tidak ada, atau jumlahnya menurun dalam
jumlah yang signifikan maka sudah barang tentu kinerja testis tidak akan sempurna.
c.    Varikokel                
Adalah terjadinya pelebaran Pembuluh Darah Vena di sekitar Buah Zakar. Hal ini
biasanya terindikasikan dengan adanya benjolan pada bagian atas buah zakar dan
biasanya terjadi pada sebelah kiri.
d.    Sumbatan Saluran Sperma
Biasanya disebabkan  bawaan lahir karena tidak terbentuknya sebagian saluran
sperma. Selain itu infeksi juga dapat menyebabkan terjadinya sumbatan saluran
sperma. Infeksi pada saluran reproduksi dapat disebabkan oleh bakteri melalui
penyakit menular seksual. Jika memang disebabkan karena infeksi bakteri mungkin
akan terjadi sumbatan akibat perlekatan dari saluran reproduksi pria.
e.    Impotensi
Agar bisa tegak, penis memerlukan aliran darah yang cukup. Karena itu penyakit
pembuluh darah (misalnya aterosklerosis) bisa menyebabkan impotensi. Impotensi
juga bisa terjadi akibat adanya bekuan darah atau akibat pembedahan pembuluh darah
yang menyebabkan terganggunya aliran darah arteri ke penis. Kerusakan saraf yang
menuju dan meninggalkan penis juga bisa menyebabkan impotensi.
f.    Kebiasaan Merokok
Merokok dapat menambah risiko kemandulan dan disfungsi ereksi pada pria. Nikotin
membuat darah mengental sehingga tidak bisa beredar dengan lancar, termasuk di
pembuluh darah alat kelamin. Akibatnya, muncul gangguan seksual seperti ejakulasi
dini, ereksi tidak sempurna, bahkan impotensi.
g.    Kebiasaan Minum Beralkohol
Alkohol dalam jumlah besar dapat menurunkan kadar hormon testoteron sehingga
mengganggu produksi sperma.

h.    Pengaruh Radiasi


Radiasi akan memberikan efek negatif terhadap konsentrasi dan kualitas sperma.
Selain itu sperma yang terkena pengaruh radiasi akan memiliki gerakan berenang
yang kurang baik yang akan mengurangi kesempatan untuk pembuahan.
i.    Pengaruh Obat
Beberapa jenis obat bisa mempengaruhi tingkat kesuburan. Obat-obatan seperti
antibiotika, pereda rasa sakit, obat penenang, dan obat hormonal dapat menurunkan
tingkat kesuburan pria.
2.    Penyebab Terjadinya Masalah-Masalah Kesuburan pada wanita
a.    Sumbatan pada saluran telur
Sumbatan saluran telur disebabkan antara lain adanya perlengketan pada sekitar
saluran telur, hal ini sebagai akibat dari pernah terkena IMS dan radang panggul
sehingga menghambat pertemuan sel telur dengan sperma.
b.    Endometriosis
Yaitu sel selaput lendir rahim yang tumbuh pada tempat yang tidak semestinya, yaitu
di indung telur. Hal ini dapat menimbulkan perlengketan pada sekitar saluran telur
atau pada organ reproduksi lainnya.
c.    Kelainan lendir leher rahim
•    Terlalu pekat, yang dapat menghambat laju gerakan sperma
•    Terlalu asam, yang dapat mematikan sperma.
d.    Berat Badan Tidak Seimbang
Berat badan yang tidak seimbang dapat mengganggu kesuburan perempuan, karena
tubuh memerlukan 17% dari lemak tubuh di awal masa siklus haid, dan 22% di
sepanjang siklus haid. Lemak tubuh mengandung enzim aromatase yang dibutuhkan
untuk memproduksi hormon estrogen. Jadi, jika persediaan lemak dalam tubuh tidak
memadai, akan memberikan andil besar terhadap ketidaksuburan.

e.    Faktor Usia


Usia berpengaruh terhadap masa reproduksi, artinya selam masih haid teratur
kemungkinan ia masih bisa hamil. Penelitian menunjukkan potensi wanita untuk
hamil menurun setelah usia 25 tahun dan menurun drastis pada usia di atas 38 tahun
(Kasdu,2002). Hal ini juga berlaku pada pria meskipun pria tetap dapat menghasilkan
sel sperma sampai usia 50 tahun. Hasil penelitian menunjukkan hanya sepertiga pria
berumur di atas 40 tahun yang mampu menghamili istrinya dalam waktu 6 bulan di
banding pria yang berumur di bawah 25 tahun. Pada wanita, begitu masuk usia 35
tahun, kesuburan akan menurun dan semakin menurun drastis di usia 37 tahun sampai
akhirnya masuk ke masa menopause di atas 40-45 tahunan. Cadangan sel telur akan
terus berkurang setup kali wanita mengalami menstruasi dan lama-kelamaan akan
habis saat menopouse. Sebaliknya, usia tidak membatasi tingkat kesuburan pria
dimana “pabrik sperma” akan terus memproduksi sel-sel sperma selama anatominya
normal.
f.    Gaya Hidup Yang Penuh Stres
Gaya hidup ternyata pegang peran besar dalam menyumbang angka kejadian
infertilitas, yakni sebesar 15-20%. Gaya hidup yang serbacepat dan kompetitif dewasa
ini rentan membuat seseorang terkena stres. Padahal kondisi jiwa yang penuh gejolak
bisa menyebabkan gangguan ovulasi, gangguan spermatogenesis, spasme tuba fallopi,
dan menurunnya frekuensi hubungan suami istri
g.    Kelainan Mulut Rahim
Normalnya, mulut rahim mengarah ke depan (antefleksi), sehingga berhadapan
langsung dengan dinding belakang vagina. Kondisi inilah yang memungkinkan
spermatozoa sampai ke dalam saluran mulut rahim yang menghubungkan antara
vagina dan rongga rahim. Penyimpangan dari posisi normalnya, seperti retrofleksi
(posisi rahim menghadap ke belakang), bisa menghambat terjadinya kehamilan.

h.    Kelainan Rahim


Adanya kelainan  rongga rahim karena perlengketan, mioma atau polip; peradangan
endometrium dan gangguan kontraksi rahim, dapat mengganggu transportasi
spermatozoa. Kalaupun sampai terjadi kehamilan biasanya kehamilan tersebut akan
berakhir sebelum waktunya.

C.    Perkembangan Masalah Infertilitas Hingga Saat Ini  


Masalah kesuburan dipengaruhi oleh budaya dan dapat mempengaruhi populasi suatu
negara. Selain itu tingkat kesuburan masyarakat juga mempengaruhi kesehatan
reproduksi yang merupakan bagian penting dan merupakan upaya paling utama 
dalam  mencapai kehidupan yang berkualitas karena kesehatan reproduksi merupakan
refleksi dari kesehatan konsepsi, kesehatan anak, remaja dan masa dewasa, dengan
demikian kesehatan reproduksi menentukan kesehatan wanita dan pria serta generasi
selanjutnya.
Infertilitas merupakan suatu krisis dalam kehidupan yang akan berpengaruh terhadap
berbagai aspek kehidupan seseorang. Sangat menusiawi dan normal apabila pasangan
infertilitas mempunyai perasaan yang berpengaruh tehadap kepercayaan diri dan citra
diri. Lebih parah lagi menurut the national infertility asosiation menyebutkan
beberapa gejala yang dapat terjadi antara lain, timbul perasaan sedih, depresi atau
putus asa lebih dari 2 minggu. Ada perubahan segnifikan dalam selera makan, sulit
tidur atau lebih banyak dari biasanya dan ketika bangun badan tetap merasa lelah.
Merasa khawatir dan curiga sepanjang waktu, kehilangan ketertarikan dalam hoby.
Mengalami masalah den gan konsentrasi, merasa mudah marah atau sulit mengambil
keputusan. Merasa tidak berguna, frustasi dan berfikir lebih baik mati, kehilangan
nafsu seksual dan lebih senang menyendiri daripada bersama dengan temen-temen
dan keluarga.
Masalah ketidaksuburan atau infertilitas merupakan masalah yang cukup sensitif bagi
pasangan suami istri. Bahkan beberapa kasus berujung pada perceraian. Sepertinya
sudah terbiasa , bila suatu pasangan infertil maka perempuanlah yang paling di
curigai, bahkan di vonis sebagai penyebabnya. Namun hal ini merupakan anggapan
yang keliru, karena kemungkinan ketidaksuburan bisa datang suami, istri atau kedua
belah pihak secara bersamaan. Infertilitas yang disebabkan oleh istri sebesar 35%,
faktor suami 35%. Faktor keduanya 20% dan penyebab lainnya 10% (Mustar,2006).
Di Indonesia kejadian wanita infertil 15 % pada usia 30-34 tahun, meningkat 30%
pada usia 35-39 tahun dan 55 % pada usia 40-44 tahun. Hasil survei gagalnya
kehamilan pada pasangan yang sudah menikah selama 12 tahun, 40% disebabkan
infertilitas pada pria, 40 % karena infertilitas pada wanita, dan 10 % dari pria dan
wanita, 10 % tidak diketahui penyebabnya. Pasangan usia subur (PUS) yang
menderita infertilitas 524 (5,1%) PUS dari 10205 PUS.
Dari sekian banyak kasus infertilitas hanya 50% saja yang berhasil di tangani baik
secara program bayi tabung dan sebagainya( Sarwono, 1999).

D.    Upaya-Upaya Bidan Dalam Menangani Masalah Infertil


Memberikan penyuluhan tentang pentingnya kesuburan dan akibatnya bagi diri
sendiri, keluarga dan masyarakat.
a.    Mengajak ibu-ibu dan remaja untuk mendapatkan pendidikan kesehatan tentang
perawatan kesehatan reproduksi dengan benar.
b.    Memberitahu teknik hubungan seks yang benar, contohnya: posisi wanita
dibawah dengan bokong diganjal bantal agar sperma lebih mudah sampai di uterus.
c.    Menganjurkan untuk melakukan hubungan seksual saat masa subur.
d.    Menganjurkan memilih makanan yang dapat meningkatkan kesuburan, misal :
terong dan kecambah.
e.    Menyarankan melakukan hubungan seksual secara teratur, misalnya 3 kali dalam
seminggu. 
f.    Menganjurkan untuk periksa ke dr.SpOG guna mengetahui lebih lanjut penyebab
pasti infertilnya.

Perbandingan jepang dan indonesia


Jepang

Angka kelahiran bayi di Jepang terus merosot. Lebih cepat dari perkiraan awal.
Angka kelahiran pada Januari-Juli turun 5,9 persen. Diperkirakan hanya ada 518.590
kelahiran. Ini adalah angka terendah selama 30 tahun terakhir.

Penurunan drastis ini mendorong Pemerintah Jepang untuk memprioritaskan


kebijakan untuk keluarga muda demi menghentikan perlambatan pertumbuhan
populasi.

Kementerian Kesehatan Jepang mencatat sudah empat kali penurunan angka kelahiran
selama empat tahun belakangan. Dan periode Januari-Juli 2019 merupakan penurunan
paling tajam.

Sebelumnya, di periode sama pada 2018, Kemenkes Jepang hanya mencatat 2 persen
penurunan angka kelahiran. Kini jepang akan melewati angka kelahiran di bawah 900
ribu bayi pertahun. Sebelumnya, batas bawah Jepang adalah 1 juta bayi pada 2016.

"Ini karena trend generasi baby boomer sudah hilang," ujar Takumi Fujinami dari
Japan Research Institute dikutip Nikkei Review. Mereka yang lahir antara 1971-1974,
yang disebut generasi baby boomer, sudah berusia 45 tahun ke atas. Mereka sudah
tidak mungkin lagi melahirkan keturunan.

Sementara generasi muda Jepang dikenal enggan memiliki momongan jika


kehidupan mereka belum mapan. Angka kelahiran bayi periode Januari-
Juli sudah termasuk bayi warga negara asing yang lahir di Jepang dan
bayi warga negara Jepang yang lahir di luar negeri. Jika angka ini
dimasukkan ke dalam jumlah resmi yang dikeluarkan pemerintah jepang,
total kelahiran hanya mencapai 918 ribu bayi pada 2018.

Sedangkan pada 2019 Pemerintah Jepang memasukkan angka bayi WNA yang lahir
di Jepang, angka yang didapat tetap di bawah 900 ribu bayi. Angka populasi wanita
yang masih bisa memiliki anak di Jepang terus menurun.

Data yang dikumpulkan pada Oktober 2018, menunjukkan 9,07 juta wanita di Jepang
berusia 40 tahunan. Angka ini sangat besar dibandingkan dengan mereka yang berusia
30an yang berjumlah 6,96 juta. Wanita yang berusia 20 tahunan berjumlah 5,78 juta
saja. Tingkat kesuburan Jepang - angka rata-rata jumlah anak yang lahir persatu
wanita - juga menurun. Pada 2018 menjadi 1,42.

Pemerintah Jepang sudah berusaha mendorong angka ini dengan membangun pusat
penitipan dan bermain anak dekat pusat perkantoran. Langkah ini diambil untuk
mendorong para ibu untuk tidak perlu was-was mengenai anak mereka selagi mereka
bekerja. Pemerintah Negeri Sakura bahkan memberikan cuti melahirkan bagi ayah
dan ibu untuk mendorong angka kelahiran. Sayang, upaya ini masih beelum
membuahkan hasil.

Menurunnya angka kelahiran di Jepang mengancam keberlangsungan program


jaminan sosial seperti layanan kesehatan, uang pensiun dan layanan rumah panti
jompo. Pasalnya, terus terjadi penurunan populasi produktif yang menyisihkan
sebagian uang pajak mereka untuk membiayai layanan ini. Jika populasi produktif
Jepang terus menipis, tidak ada lagi pemasukan untuk membiayai layanan sosial ini. 

Pekerja kantoran Jepang biasanya bekerja di kantor mereka sampai pensiun.


Mengambil cuti melahirkan dianggap mengganggu rutinitas pekerjaan mereka. Inilah
yang membuat wanita Jepang enggan memiliki anak, terlebih lagi jika mereka tengah
berada di posisi pekerjaan yang mumpuni. Upaya mengajak para suami untuk
mendampingi istri mengurus bayi pun nampaknya belum memberikan dampak positif
pada angka kelahiran bayi di Jepang.

Indonesia

Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Indonesia masih tergolong tinggi. Hingga akhir
2018, LPP Indonesia berada di posisi 1,39%, yang berarti setiap tahun ada 4,2 juta
sampai hampir 4,8 juta bayi baru lahir di Indonesia. Angka ini turun dari 2010 sebesar
1,49%, tetapi penurunannya sangat lamban. Tahun depan, Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) menargetkan, LPP turun di bawah 1,2%.

Masih tingginya angka LPP Indonesia tak lepas dari capaian program-program
pengendalian penduduk, yang sebagiannya merupakan tanggung jawab BKKBN.
Hingga 2018 sejumlah indikator pengendalian penduduk gagal tercapai.
Saat berbincang-bincang dengan SP, Jumat (8/2) pagi, Sekretaris Utama (Sestama)
BKKBN, Nofrijal mengatakan, baru dua dari enam indikator program kependudukan
dan KB yang tercapai hingga akhir 2018. Indikator tersebut adalah angka kelahiran
total atau total fertility rate (TFR) yang turun dari 2,6 menjadi 2,38. Artinya satu
wanita usia subur di Indonesia berpotensi memiliki anak lebih dari dua. Pemerintah
menargetkan TFR turun sampai 2,1 di tahun 2025, yang menandakan penduduk sudah
tumbuh seimbang.

Satu indikator lain yang juga tercapai adalah angka kelahiran menurut umur atau age
specific fertility rate (ASFR) pada perempuan muda 15-19 tahun. ASFR di Indonesia
masih terbilang tinggi dibanding negara lain di ASEAN, meskipun telah menurun dari
46 menjadi 36 per 1000 kelahiran. Angka ASFR telah melampaui target BKKBN
tahun ini, yakni 40 per 1000 kelahiran. Namun, angka 36 ini tetaplah memprihatinkan.
Mereka penyumbang tingginya angka balita stunting, kematian ibu dan bayi di
Indonesia.

Di sisi lain, BKKBN harus bekerja ekstra keras untuk mencapai empat indikator lain
yang belum berhasil dicapai dikarenakan sejumlah kendala. Pertama, penggunaan alat
kontrasepsi atau contraceptive prevalensi rate (CPR) masih rendah. Saat ini, jumlah
peserta KB aktif baru 57,2% padahal targetnya 61,2%.

“BKKBN hanya mampu meningkatkan rata-rata setiap tahun 1% dari yang


seharusnya 4%. Kendalanya, beberapa daerah belum digarap karena sulit dijangkau,”
kata Nofrijal di sela-sela kegiatan sosialisasi dan konsultasi pelaksanaan DAK
program KB 2019 untuk wilayah regional III yang berlangsung selama tiga hari di
Denpasar, Bali.

Kedua, kebutuhan KB yang tidak terlayani (unmet need) baru berhasil diturunkan
menjadi 12,4% dari target seharusnya sebesar 10,14%. Kendalanya, penyebaran
kontrasepsi tidak merata sampai ke fasilitas kesehatan. Selain itu, terdapat masa
transisi pelayanan KB dari yang sebelum dengan sesudah dibiayai oleh BPJS
Kesehatan. BKKBN segera melakukan pembenahan, terutama sinkronisasi data
berapa peserta KB yang dibiayai BPJS Kesehatan.

Ketiga, angka putus pakai (drop out) kontrasepsi masih tinggi. Meskipun mengalami
penurunan sampai 25%, angka ini belum memuaskan dari angka idealnya yang berada
di bawah 20%. Keempat, penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
belum sesuai harapan. Tingginya angka putus pakai disebabkan oleh angka ini. Angka
penggunaan MKJP memang meningkat sebesar 23,1% dari target 22,3%. Akan tetapi,
kemudahan mengakses jenis kontrasepsi jangka pendek seperti pil dan suntikan
menyebabkan angka putus pakai tetap tinggi.

BAB  III
PENUTUP
A.    Kesimpulan 
Tingkat Kesuburan seseorang dapat dilihat dari keadaan fertil atau infertilnya. 
Fertilitas ialah kemampuan seorang wanita untuk hamil dan melahirkan anak hidup
oleh pria yang mampu menghamilinya. Jadi, fertilitas merupakan kemampuan fungsi
satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup.
Sebelum dan sesudahnya tidak seorangpun tahu, apakah pasangan itu fertile atau
tidak. Riwayat fertilitas sebelumnya sama sekali tidak menjamin fertilitas dikemudian
hari, baik pada pasangan itu sendiri maupun berlainan pasangan.
Infertilitas merupakan ketidakmampuan seorang wanita untuk menjadi hamil dan
melahirkan anak, dengan melakukan hubungan seksual secara rutin dan teratur selama
satu tahun berkumpul bersama. Disebut Infertilitas primer,  kalau istri belum pernah
hamil selama 12 bulan walaupun bersenggama secara rutin. Dan disebut infertilitas
sekunder,  kalau istri pernah hamil, akan tetapi  kemudian tidak terjadi kehamilan lagi
walaupun bersenggama.

B.    Saran
Sebagai sumbangan dari rangkaian penulisan makalah ini, penulis merasa makalah ini
masih jauh dari sempurna, jadi penulis menyarankan penulis selanjutnya agar dapat
melakukan perbaikan. Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum dapat di
generalisasikan bagi pasangan infertil.
Walaupun infertilitas tidak mengancam jiwa, namun kondisi infertilitas merupakan
suatu krisis, individu yang mengalami kondisi ini merasakan dampak yang besar
terhadap kehidupan pribadi dan keluarga. Untuk itu dalam praktik pelayanan
kebidanan bidan dapat lebih bijaksana dalam berkomunikasi atau dalam memberikan
informasi serta memberikan dukungan pada pasangan infertilitas ini. Makalah ini juga
direkomendasikan bagi praktik kebidanan komunitas dimana sebagai bidan komunitas
dapat melakukan pendekatan bagi pasangan infertilitas.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba,Ida Bagus Gede. 2002. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta :


Arcan
Afi Darti Nur. 2006. Stress dan Coping Ibu yang Belum Mempunyai Keturunan.
Medan : FK USU
Manuaba,Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Sastrawinata,Prof. R. Sulaiman. 2000. Ginekologi. Bandung: Elstar Offset
Wiknjosastro,Prof. Dr. Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Suparyanto,dr.2009. TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR
TENTANG INFERTILITAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG
JOMBANGhttp://dr-suparyanto.blogspot.com/2009/12/tingkat-pengetahuan-
pasangan-usia-subur.html. diakses maret 2013
Nuari,Derry.2011.Gambaran Pengetahuan Pasangan Infertil tentang Infertilitas di
Desa.http://www.asuhan-keperawatan-kebidanan.co.cc/2011/01/gambaran-
pengetahuan-pasangan-infertil.html. diakses maret 2013
Nurvita,Eva.2007. Mekanisme Koping Pasangan Infertil di Kecamatan
SingkilKabupaten aceh

Anda mungkin juga menyukai