Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BLOK ASUHAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB

“INFERTILITAS”

Disusun Oleh :

Atika Dewi Yulyani

1811060010

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN PROGRAM STUDI


PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia
kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50%
pasangan infertililitas untuk memperoleh anak. Di masyarakat kadang infertilitas di salah
artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada
kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan
pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk
memiliki keturunan.

Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di


antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%,
endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti sebagian
besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ
reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari infertilitas?
2. Apa faktor-faktor penyebab serta diagnosis infertilitas?
3. Bagaimana gejala dari endometrriosis?
4. Bagaimana pencegahan serta pengobatan infertilitas?

C. Tujuan
1. Mengetahui penyebab dari infertilitas
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab serta diagnosis endometriosis
3. Mengetahui gejala dari infertilitas
4. Mengetahui pencegahan serta pengobatan infertilitas.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Infertilitas

Infertilitas ialah pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki
anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. Secara medis, infertilitas dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu (Djuwantono,2008) Infertilitas primer berarti pasangan suami-istri
belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual
sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
Infertilitas sekundar berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak
sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun
berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau metode
kontrasepsi dalam bentuk apapun.

Sebanyak 60%-70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak pada tahun
pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak pada tahun ke-2 dari
usia pernikahan. Sebanyak 10-20% sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-3 atau
lebih atau tidak akan pernah memiliki anak (Djuwantono,2008).

Walaupun pasangan suami-istri dianggap infertile, bukan tidak mungkin kondisi


infertile sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal tersebut dapat
dipahami karena proses pembuahan yang berujung pada kehamilan dan lahirnya seorang
manusia baru merupakan kerjasama antara suami dan istri. Kerjasama tersebut
mengandung arti bahwa dua factor yang harus dipenuhi adalah:

1) Suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan dan menyalurkan sel kelami pria (spermatozoa) ke dalam organ
reproduksi istri dan
2) Istri memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh
spermatozoa dan memiliki rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin,
embrio, hingga bayi berusia cukup bulan dan dilahirkan. Apabila salah satu dari dua
factor yang telah disebutkan tersebut tidak dimiliki oleh pasangan suami-istri,
pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak.\

Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa


pasangan suami-istri dianggap infertile apabila memenuhi syarat-syarat berikut
(Djuwantono,2008)

1. Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak


2. Selama 1 tahun atau lebih berhubungan seks, istri belum mendapatkan kehamilan
3. Frekuensi hubungan seks minimal 2-3 kali dalam setiap minggunya

Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat atau metode kontrasepsi, baik
kondom, obat-obatan, dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.

Hal-hal yang paling penting dalam berhasil atau tidaknya pengobatan infertilitas
antara lain (Permadi,2008)

1. Ketepatan diagnosis penyebab infertilitas


2. Kondisi penyakit yang menjadi penyebab infertilitas
3. Usia pasien
4. Ketepatan metode pengobatan
5. Kepatuhan pasien dalam berobat

B. Penyebab Infertilitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas, antara lain:

1. Umur
2. Lama infertilitas
3. Stress
4. Lingkungan
5. Hubungan seksual
6. Kondisi reproduksi wanita, meliputi cervix, uterus, dan sel telur
7. Kondisi reproduksi pria, yaitu kualitas sperma dan seksualitas

1) Umur

Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini
dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa
sistem reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil.
Fase ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause.

Fase pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai dapat bereproduksi, yang
ditandai dengan haid untuk pertama kalinya (disebut menarche) dan munculnya tanda-
tanda kelamin sekunder, yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut di sekitar alat
kelamin, dan timbunan lemak di pinggul. Fase pubertas wanita terjadi pada umur 11-13
tahun. Adapun fase menopause adalah fase di saat haid berhenti. Fase menopause terjadi
pada umur 45-55 tahun.

Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita mengalami
menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu
pelepasan satu sel telur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali.
Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan
keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis.
Kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat.
Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur habis sehingga wanita tidak
menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi. Pemeriksaan cadangan sel telur dapat
dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat menstruasi hari ke-2 atau ke-3.

2) Lama Infertilitas
Berdasarkan laporan klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari 50% pasangan dengan
masalah infertilitas datang terlambat. Terlambat dalam artian umur makin tua, penyakit
pada organ reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis pengobatan yang
sesuai dengan pasangan tersebut.

3) Stress

Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan


hormon reproduksi.

4) Lingkungan

Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah menguap,
silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya: obat pelangsing), dan obat rekreasional (rokok,
kafein, dan alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein terkandung dalam
kopi dan teh.

5) Hubungan Seksual

Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi: frekuensi,


posisi, dan melakukannya tidak pada masa subur.

6) Frekuensi

Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang dilakukan
setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang dianjurkan
adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi sperma dalam
jumlah cukup dan matang.

7) Posisi

Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu dilakukan


dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi
adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang nantinya akan
bertemu sel telur yang “menunggu” di saluran telur wanita. Penetrasi terjadi bila penis
tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi (disebut impotensi) dapat menyebabkan
infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara posisi pria di atas, wanita di
bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat wanita diberi bantal agar sperma dapat
tertampung. Dianjurkan, setelah wanita menerima sperma, wanita berbaring selama 10
menit sampai 1 jam bertujuan memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran telur
untuk bertemu sel telur.

8) Masa Subur

Marak di tengah masyarakat bahwa supaya bisa hamil, saat berhubungan seksual
wanita harus orgasme. Pernyataan itu keliru, karena kehamilan terjadi bila sel telur dan
sperma bertemu. Hal yang juga perlu diingat adalah bahwa sel telur tidak dilepaskan
karena orgasme. Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam setiap menstruasi, yaitu
14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Peristiwa itu disebut ovulasi. Sel telur kemudian
menunggu sperma di saluran telur (tuba falopi) selama kurang-lebih 48 jam. Masa
tersebut disebut masa subur.

Menentukan Kesuburan Pria

Sperma merupakan cairan yang tersusun dari berbagai produk organ-organ pada
sistem reproduksi pria. Secara lebih rinci, komposisi di dalamnya antara lain: 1)
spermatozoa, 2) cairan yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar tambahan yang
mengandung nutrisi dan pelindung spermatozoa serta pelumas.

Berdasarkan komposisi tersebut, analisis sperma mampu menghasilkan data yang


akurat dan dapat dijadikan analisis kesuburan seorang pria. Sebagai contoh, dapat
digambarkan hal-hal sebagai berikut (Herlianto,1971)

1. Apabila sperma memiliki volume, warna, dan kekentalan yang normal, tetapi
spermatozoa tidak ditemukan sama sekali, jumlahnya kurang dari jumlah normal,
memiliki bentuk yang tidak lazim, atau belum mencapai kematangan, hal tersebut
merupakan indikasi bahwa terdapat gangguan pada testis.
2. Apabila sperma mengandung spermatozoa dalam jumlah dan bentuk yang normal,
tetapi memiliki volume, warna serta kekentalan yang tidak normal, hal tersebut
merupakan indikasi adanya gangguan pada kelenjar-kelenjar tambahan. Gangguan
pada kelenjar tambahan juga dapat diindikasikan dengan banyak ditemukannya
spermatozoa yang mati. Hal tersebut secara logis berhubungan dengan fungsi cairan
yang dihasilkan kelenjar tambahan sebagai nutrisi dan pelindung spermatozoa.
3. Apabila saat ejakulasi sperma tidak dikeluarkan sama sekali, hal tersebut
mengindikasikan kemungkinan terjadinya gangguan multifaktorial, antara lain
gangguan pada saluran keluar sperma yang disertai gangguan pada testis maupun
kelenjar-kelenjar tambahan. Sumbatan (obstruksi) atau tidak terdapatnya saluran
sperma tertentu merupakan akibat dari kelainan sejak lahir (Kongenital) juga
memiliki kemungkinan untuk menjadi penyebab tidak dikeluarkannya sperma sama
sekali.

Berdasarkan fakta ilmiah tersebut, analisis sperma dapat menjadi sebuah tes
kesuburan yang dapat diandalkan untuk menemukan gangguan pada sistem reproduksi
pria yang pada akhirnya mengakibatkan infertilitas (Permadi,2008).

1. Normozoozpermia : karakteristik normal


2. Ologozoospermia : konsentrasi spermatozoa kurang dari 20 juta per ml
3. Asthenozoospermia : jumlah sperma yang masih hidup dan bergerak secara aktif,
dalam waktu 1 jam setelah ajakulasi, kurang dari 50%
4. Teratozoospermia : jumlah sperma dengan morfologi normal kurang dari 30%
5. Oligoasthenoteraatozoospermia : kelainan campuran dari 3 variabel yang telah
disebutkan sebelumnya
6. Azoospermia : tidak adanya spermatozoa dalam sperma
7. Aspermia : sama sekali tidak terjadi ejakulasi sperma

Menguji Kesuburan Seorang Wanita

Sistem reproduksi wanita dapat dibagi berdasarkan fungsi utama dari tiap organ
yang menyusunnya. Fungsi utama tersebut antara lain (Permadi,2008)
 Produksi dan pematangan sel telur di ovarium
 Penghantaran sel telur yang telah matang ke tempat terjadinya pembuahan (ampulla
tuba) dan zigot yang dihasilkan ke rahim
 Implantasi zigot dan perkembangan embrio hingga menjadi bayi dalam rahim

Dengan memahami hal tersebut, prinsip pemeriksaan kesuburan yang dapat


dilakukan adalah dengann memeriksa baik tidaknya fungsi utama organ-organ reproduksi
dijalankan. Dengan demikian, prinsip-prinsip utama pemeriksaan kesuburan wanita
adalah (Permadi,2008)

 Memeriksa apakah ovarium mampu menghasilkan sel telur matang dan


melepaskannya saat ovulasi
 Memeriksa ada tidaknya sumbatan dalam tuba
 Memeriksa ada tidaknya kelainan dalam rahim yang mampu menghambat terjadinya
implantasi dan perkembangan janin

Obat-obat Infertilitas Pria adalah dengan terapi dan menggunakan obat-obat lain
yang juga sering diberikan dokter sebagai obat pendukung dalam meningkatkan
kesuburan adalah vitamin dan antibiotic. Pada umumnya, vitamin yang diberikan dokter
adalah vitamin E. vitamin E telah terbukti memiliki efek antioksidan yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup sel-sel tubuh, termasuk kerja sel yang
berkaitan dengan produksi dan perkembangan spermatozoa hingga matang
(Permadi,2008).

Antibiotik hanya diberikan apabila sang pria terbukti mengalami infeksi pada
organ ataupun saluran reproduksinya. Antibiotik hanya diberikan atas instruksi dokter
dan digunakan sesuai dengan petunjuk penggunanya (Permadi,2008).

Akibat dari pemakaian antibiotik yang tidak sesuai dengan aturan pakai adalah
kuman penyebab infeksi yang menjadi kebal terhadap antibiotik tersebut. Dengan
demikian, hal tersebut justru menyebabkan bertambah parahnya kondisi sakit yang ada
(Permadi,2008).
C. Gejala Dari Infertilitas

Seorang wanita dengan gejala yang khas atau infertilitas yang tidak bisa
dijelaskan biasanya diduga menderita endometriosis. Sebagai tambahan pemeriksaan
laboratorium tertentu bisa membantu seperti kadar Ca – 125 dalam darah dan aktivitas
endometrial aromatase. Tapi alat diagnosa yang paling dapat dipercaya adalah dengan
laparoskopi, yang dilakukan dengan memasukkan alat laparoskop melalui sayatan kecil
di bawah pusar. Dengan alat ini dokter dapat melihat organ-organ panggul, kista dan
jaringan endometriosis secara langsung.

Berdasarkan riwayat penyakit, gejala, dan tanda-tanda serta pemeriksaan


bimanual saja, diagnosis endometriosis sukar dibuat. Hal ini disebabkan karena
endometriosis sering menyerupai penyakit lain seperti dismenorea primer, radang pelvis,
perlekatan pelvis, uterus miomatus, sindroma kongesti pelvis, salfingitis ismika nodosa,
penyakit gastro intestinal, penyakit traktus urinarius dan neoplasma. Diagnosis biasanya
dibuat atas dasar anamnesa dan pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan pemeriksaan
laparaskopi. Kuldoskopi kurang bermanfaat terutama jika cavum Douglasi ikut serta
dalam endometriosis. Pada endometriosis yang ditemukan pada lokasi seperti forniks
vaginae post perineum, parut laparatomi, dan sebagainya, biopsis dapat memberi
kepastian mengenai diagnosis.

Pemeriksaan laboratorium pada endometriosis tidak memberi tanda yang khas,


hanya apabila ada darah dalam tinja atau air kencing pada waktu haid, dapat menjadi
petunjuk tentang adanya endometriosis pada rektosigmoid atau pada kandung kencing.
Sigmoidoskopi dan sitoskopi dapat memperlihatkan tempat perdarahan pada waktu haid.
Differensial diagnosis, Adenomiosis uteri, radang pelvis dengan tumor adneksa dapat
menimbulkan kesukaran dalam mendiagnosis. Kombinasi adenomiosis uteri atau mioma
uteri dengan endometriosis, kista ovarium, karsinoma.

Gejala Endometriosis bisa timbul di berbagai tempat dan mempengaruhi gejala


yang ditimbulkan. Tempat yang paling sering ditemukan adalah di belakang rahim, pada
jaringan antara rektum dan vagina dan permukaan rektum. Tapi kadang-kadang
ditemukan juga di tuba, ovarium, otot-otot pengikat rahim, kandung kencing dan dinding
samping panggul.

Mengikuti siklus menstruasi, setiap bulan jaringan di luar rahim ini mengalami
penebalan dan perdarahan. Perdarahan ini tidak mempunyai saluran keluar seperti darah
menstruasi, tapi terkumpul dalam rongga panggul dan menimbulkan nyeri. Jaringan
endometriosis dalam ovarium menyebabkan terbentuknya kista coklat. Akibat
peradangan jaringan secara kronis, terbentuk jaringan parut dan perlengketan organ-organ
reproduksi. Sel telur sendiri terjerat dalam jaringan parut yang tebal sehingga tidak dapat
dilepaskan. Sepertiga penderita endometriosis tidak mempunyai gejala apapun selain
infertilitas.

Penderita yang lain mengalami berbagai gejala dengan gejala utama nyeri.
Beratnya endometriosis tidak berhubungan dengan derajat nyeri,bisa jadi endometriosis
yang berat hanya menimbulkan nyeri ringan. Gejala yang sering timbul :

1. Nyeri, hebatnya nyeri ditentukan oleh lokasi endometriosis

 nyeri pada saat menstruasi


 nyeri selama dan sesudah hubungan intim
 nyeri ovulasi nyeri pada pemeriksaan dalam oleh dokter

2. Perdarahan

 perdarahan banyak dan lama pada saat menstruasi


 spotting sebelum menstruasi
 menstruasi yang tidak teratur
 darah menstruasi yang berwarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di
akhir menstruasi

3. Keluhan buang air besar dan kecil

 nyeri pada saat buang air besar


 darah pada feces
 diare, konstipasi dan kolik
 nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air kecil Pencegahan dan Pengobatan
Endometriosis.
 Pencegahan Endometriosis

Medis berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik
untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada
waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang
endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan
sesudah perkawinan hendaknya diusahakan supaya mendapat anak-anak yang diinginkan
dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan
profilaksis yang baik terhadap endometriosis, melainkan menghindari terjaidnya
infertilitas sesudah endometriosis, melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah
endometriosis timbul. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau
melakukan kerokan pada waktu haid, karena dapat menyebabkan mengalirnya darah haid
dari uterus ke tuba dan ke rongga panggul.

D. Pengobatan

Pengobatan yang diberikan tergantung pada gejala, rencana mempunyai anak,


usia dan luasnya daerah yang terkena. Pengelolaan endometriosis dengan obat-obatan
tidak menyembuhkan, endeometriosis akan kambuh setelah pengobatan dihentikan. Pada
wanita dengan endometriosis ringan sampai berat, terutama dengan kasus infertilitas,
maka diperlukan pembedahan untuk membuang sebanyak mungkin jaringan
endometriosis dan mengembalikan fungsi reproduksi.

Macam pengobatan hormonal untuk terapi endometriosis


1. Androgen, yaitu preparat yang dipakai adalah metiltestoteran sublingual dengan dosis
5-10 mg perhari. Biasanya diberikan 10 mg per hari pada bulan pertama dilanjutkan
dengan 5 mg perhari selama 2-3 bulan berikutnya. Kekurangan adalah:
a. Timbulnya efek samping maskulinisasi terutama pada dosis melebihi 300 mg
perbulan/ pada terapi jangka panjang.
b. Masih mungkin terjadi ovulasi, terutama pada dosis 5 mg per hari.
c. Bila terjadi kehamilan akan menimbulkan cacat bawaan pada janin.
Keuntungan adalah:
- Digunakan untuk mengurangi nyeri/ dispaneuri.
- Meningkatkan libido.
2. Estrogen-progesteron, terapi standar yang dianjurkan adalah 0,03 mg etinil estradiol,
kekurangan adalah terjadi mual, muntah dan perdarahan. Keuntungan adalah
dilaporkan bahwa dengan terapi ini 30 %, penderita menyatakan keluhannya
bekurang dan 18 % secara obyektif mengalami kesembuhan.
3. Progestogen, dosis yang dipakai adalah medroksiprogesteron asetat 30-50 per hari
atau noretiston asetat 30 mg per hari kekurangan adalah menghambatan ovulasi,
sedangkan keuntungannya adalah terjadinya kehamilan lagi setelah terapi yaitu rata-
rata sebesar 26 %.
4. Danazol, dosis yang dianjurkan untuk endometriosis ringan atau sedang adalah 400
mg/ hari. Sedangkan untuk yang berat diberikan sampai dengan 800 mg perhari.
Kekurangan adalah terjadi acne, kulit berminyak, perubahan suara, pertambahan berat
badan dan edema. Sedangkan keuntungannya dapat mengurangi ukuran
endometrioma dan menghilangkan rasa nyeri.

Pembedahan

1. Pembedahan konservatif dilakukan pada pasien dengan intentilitas dan sudah tua,
yaitu dengan merusak seluruh endometriosis dan memperbaiki keadaan pelvis
dengan cara neuroktomi presakral.
2. Pembedahan definitif dilakukan pada pasien yang tidak ingin hamil atau beberapa
gejala. Jenis pemebdahannya yaitu histerektomi total, salpingi, ooforektomi
bilateral, dan eksisi tempat endometriosis. Perlu diingat terlebih dulu harus
ditentukan apakah fungsi ovarium dipertahankan atau tidak. Fungsi ovarium
dipertahankan pada endometriosis dini, tidak adanya gejala dan pasien usia muda
yang masih punya anak. Fungsi ovarium dihentikan bila endometriosis sudah
menyerang pelvis secara luas khususnya pada wanita usia lanjut.
3. Pembedahan Radikal

Pembedahan dilakukan dengan mengangkat rahim dan ovarium di


samping membersihkan jaringan endometriosisnya. Hal ini hanya dilakukan pada
wanita dengan endometriosis hebat yang tidak mengalami perbaikan dengan
pengobatan lain dan tidak lagi mengharapkan kehamilan. Setelah dilakukan
pembedahan diberikan terapi pengganti estrogen, karena pengangkatan rahim dan
ovarium menimbulkan akibat yang sama dengan menopause. Terapi pengganti ini
diberikan 4-6 bulan setelah pembedahan agar semua jaringan endometriosis yang
tersisa sudah habis dan tidak terbentuk kembali di bawah pengaruh estrogen.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Infertilitas diartikan sebagai kekurang mampuan pasangan untuk menghasilkan


keturunan. Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas, antara lain:

 Umur
 Lama infertilitas
 Emosi
 Lingkungan
 Hubungan seksual
 Kondisi reproduksi wanita, meliputi cervix, uterus, dan sel telur
 Kondisi reproduksi pria, yaitu kualitas sperma dan seksualitas

Gejala-gejala Endometriosis, antara lain :

1. Nyeri, hebatnya nyeri ditentukan oleh lokasi endometriosis


 nyeri pada saat menstruasi
 nyeri selama dan sesudah hubungan intim
 nyeri ovulasi
 nyeri pada pemeriksaan dalam oleh dokter

2. Perdarahan

 pendarahan banyak dan lama pada saat menstruasi


 spotting sebelum menstruasi
 menstruasi yang tidak teratur
 darah menstruasi yang berwarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir
menstruasi

3. Keluhan buang air besar dan kecil

 nyeri pada saat buang air besar


 darah pada feces
 diare, konstipasi dan kolik
 nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air kecil

4. Pencegahan dan Pengobatan Endometriosis

 Pencegahan
kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis.
  Pengobatan

5. Ada 3 cara pengobatan Endometriosis yaitu :


1. Pengobatan Hormonal
2. Pembedahan
3. Pembedahan Radikal
DAFTAR PUSTAKA

Djuwantono, Tono. 2008. Hanya 7 Hari Memahami Infertilitas. Bandung : PT Refika Aditama

Herlianto, Harijati. 1971. Fertilitas (Kelahiran) dalam Pengantar Demogarfi.jakarta:


PT Lembaga Demografi UI.

Permadi, 2008. Mengatasi Infertilitas. Bandung: PT Grafindo

Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi Dan Embryologi.Bandung: Tarsito.

Vitahealth. 2008. Infertil: Informasi Lengkap Untuk Penderita dan Keluarganya. Jakarta:
Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai