Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TUTORIAL II

BLOK ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

(LO/ BELAJAR MANDIRI)

Disusun Oleh :

Atika Dewi Yulyani

1811060010

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN PROGRAM STUDI


PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021
DISKUSI TUTORIAL I

KASUS

INDONESIA SEHAT

Dalam mewujudkan Pembangunan Kesehatan Kementerian Indonesia


merumuskan Visi “Indonesia Sehat 2025” yang dimana Visi ini diharapkan mampu
meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Dalam mewujudkan visi tersebut tugas dari seorang bidan desa harus
melakukan Kerjasama melalui lintas sektor maupun lintas disiplin sehingga dapat
terwujud kegiatan-kegiatan seperti program MPS, Safe Motherhood, Gerakan Sayang Ibu
(GSI) dan terciptanya Desa siaga.
Upaya kesehatan Ibu dan Anak dalam bidang kesehatan menyangkut pelayanan
dan pemeliharaan calon ibu, ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya
mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan.
Selain itu pelayanan dalam bidang Kesehatan yang menjadi perioritas bidan adalah
pelayanan kespro, KB dan klimakterium/menopause.
Bidan merupakan ujung tombak dalam peningkatan derajat Kesehatan, terutama
bidan di komunitas/di desa yang dimana bidan di tuntut untuk memberikan pelayanan 24
jam terkait kehamilan, persalinan dan kasus kegawatdarutan, oleh karena itu bidan harus
di bekali dengan dengan pelatihan untuk pengembagan softskill sehingga bidan akan
dapat bekerja disetiap kondisi masyarakat dengan memperlihatkan moral yang baik
sehingga memberikan layanan optimal.
PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE

1. Implementasi dan pengelolaan program KIA terkait pemeliharaan kesehatan ibu dan anak,
pelayanan KB dan Kespro, serta kesehatan lansia.

Keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan ditentukan berdasarkan indikator AKI


dan AKB. Hal ini juga menggambarkan kualitas ibu dan anak di Indonesia. Tingginya AKI,
AKBA dan AKB termasuk tantangan paling berat untuk mencapai MDG’s pada tahun 2015.
MDG’s merupakan komitmen nasional dan global dalam upaya lebih menyejahterakan
masyarakat melalui pengurangan kemiskinan dan kelaparan, pendidikan, pemberdayaan
perempuan, kesehatan, dan kelestarian lingkungan yang tercakup dalam 8 goals dan ditargetkan
tercapai di tahun 2015. Untuk kesehatan ibu diharapkan terjadi penurunan kematian ibu ¾
dibanding kondisi tahun 1990 demikian pula untuk kematian anak terjadi penurunan 2/3. Untuk
Indonesia diharapkan kematian ibu turun menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan kematian
bayi dan balita 23 per 1000 kelahiran hidup dan 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan anak tidak terkecuali
peningkatan akses dan kualitas pelayanan melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
termasuk bidan, jaminan kesehatan dan meningkatkan outreach pelayanan utamanya bagi daerah
yang sulit akses. Permenkes nomor 97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa hamil,
persalinan dan sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi serta pelayanan
kesehatan seksual adalah bukti kesungguhan pemerintah dalam peningkatan pelayanan kepada
ibu dan anak.

Peran Bidan Dalam Meningkatkan Kelangsungan dan Kualitas Hidup Ibu dan Anak

Persiapan kesehatan ibu harus dimulai pada saat seorang wanita merencanakan
kehamilan, selama masa hamil, melahirkan, masa nifas dan menyusui, masa menggunakan
kontrasepsi keluarga berencana sampai usia lanjut. Sedangkan kesehatan bayi harus diperhatikan
sejak janin berada dalam kandungan, selama proses kelahiran, saat baru lahir, bayi, balita, anak
pra sekolah, masa sekolah hingga remaja.

Berikut ini akan diuraikan tentang fokus pelayanan yang diberikan terkait kesehatan ibu
dan anak sesuai dengan siklus kehidupannya:

1) Masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada wanita sebelum hamil terkait dengan
keadaan sistem reproduksi, status penyakit menular seksual, keadaan status gizi, masalah
penyakit fisik dan psikologis. Kondisi tersebut harus ditindaklanjuti dengan pelayanan yang
diberikan di fasilitas kesehatan untuk memastikan status kesehatan wanita sebelum hamil
dalam keadaan baik, karena akan berpengaruh terhadap 1000 hari pertama kehidupan bagi
anak yang dimulai sejak masa konsepsi sampai anak balita.
2) Seorang bidan sebagai petugas kesehatan sangatlah penting untuk memperhatikan kesehatan
anak dengan memberikan pelayanan kesehatan yang baik sejak dalam kandungan sampai
masa neonatal melalui pemeriksaan kehamilan yang teratur, pemenuhan kebutuhan gizi ibu
hamil termasuk pemberian tablet Fe dan Asam Folat. Pemberian imunisasi TT diberikan jika
ibu hamil belum memiliki status T 5 dan upaya deteksi dini komplikasi kehamilan dan
persalinan melalui penggunaan buku kesehatan ibu dan anak serta penanganan kedaruratan
yang terjadi selama masa kehamilan dan persalinan.
3) Pelayanan selama masa nifas dan neonatus berfokus pada upaya inisiasi menyusu dini dan
pemberian vitamin K neo. Inisiasi menyusu dini dilakukan sebagai langkah awal pemberian
ASI eksklusif dan penggunaan kontrasepsi. Adapun pelayanan neonatus dilakukan melalui
pemberian injeksi vitamin K neo pada saat 1 jam pertama kelahiran yang ditujukan untuk
antisipasi kejadian perdarahan terutama perdarahan pada neonatus yang dapat dipicu akibat
penyuntikan imunisasi Hepatitis B neo yang diberikan 2 jam setelah bayi lahir. 4. Pelayanan
kesehatan bayi, balita dan anak prasekolah difokuskan pada pemberian ASI eksklusif,
pemberian imunisasi dasar, pemberian makanan tambahan, pemberian vitamin A,
pemantauan tumbuh kembang dan pemberian imunisasi booster, serta manajemen terpadu
jika bayi dan balita mengalami sakit. 5. Pelayanan anak sekolah dan remaja diberikan dengan
tujuan untuk melakukan upaya deteksi dini tumbuh kembang anak sekolah melalui
skrining/penjaringan anak sekolah dan remaja, konseling gizi HIV/ AIDS NAPZA dan upaya
kesehatan sekolah. Selain pelayanan tersebut, pada periode ini harus diberikan juga pelayanan
kesehatan reproduksi untuk membekali para remaja supaya memiliki pengetahuan yang
cukup tentang proses reproduksi yang menjadi tanggung jawabnya.
IMPLEMENTASI
a. Implementasi dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Konsep Continuum of Care adalah paradigma baru dalam upaya menurunkan angka
kematian ibu, bayi dan anak. Dimensi pertama dari kontinum ini adalah waktu meliputi:
sebelum hamil, kehamilan persalinan, hari-hari dan tahun - tahun kehidupan. Dimensi kedua
dari Continuum of Care adalah tempat yaitu menghubungkan berbagai tingkat pelayanan di
rumah, masyarakat dan kesehatan. Menghubungkan kontinum untuk kesehatan ibu, bayi, dan
anak - anak biasanya mengacu pada kesinambungan perawatan yang diperlukan dalam
seluruh siklus hidup (masa remaja, kehamilan, melahirkan, postnatal dan kanak-kanak, di
mana dalam setiap tahapnya perlu dilakukan asuhan yang baik, karena akan menentukan
keberhasilan dalam tahapan selanjutnya.

Kesehatan ibu dan anak sangat bergantung pada kondisi ibu saat sebelum hamil. Oleh
karena itu, menjaga dan meningkatkan status kesehatan seorang wanita sejak sebelum hamil
sangatlah penting dalam memastikan kelangsungan hidup ibu dan anak dengan baik.

Berdasarkan kewenangan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


1464 Tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, kewenangan normal yang
dimiliki bidan meliputi: pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Berkaitan dengan kewenangan
tersebut, bidan memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberikan pelayanan terkait
kesehatan ibu dan anak dalam kondisi apapun baik di klinik ataupun di komunitas. Pada
bagian ini akan dibahas tentang bagaimana menjaga dan meningkatkan status kesehatan
wanita yang berpengaruh terhadap proses reproduksi selama siklus kehidupannya (continuum
of care woman cycle). Upaya ini ditujukan pada pelayanan kesehatan ibu dan pelayanan
kesehatan anak.

Kesehatan ibu harus dimulai pada saat seorang wanita mempersiapkan kehamilan,
selama masa hamil, melahirkan, masa nifas dan menyusui, masa menggunakan kontrasepsi
keluarga berencana sampai usia lanjut. Sementara itu, kesehatan bayi harus diperhatikan sejak
janin berada dalam kandungan, selama proses kelahiran, saat baru lahir, bayi, balita, anak
prasekolah, masa sekolah hingga remaja.

Berikut ini akan diuraikan tentang fokus pelayanan yang diberikan terkait kesehatan
ibu dan anak sesuai dengan siklus kehidupannya.

- Masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada wanita sebelum hamil terkait dengan
keadaan system reproduksi, status penyakit menular seksual, keadaan status gizi, masalah
penyakit fisik dan psikologis. Kondisi tersebut harus ditindaklanjuti dengan pelayanan
yang diberikan di fasilitas kesehatan untuk memastikan status kesehatan wanita sebelum
hamil dalam keadaan baik, karena akan berpengaruh terhadap 1.000 hari pertama
kehidupan bagi anak yang dimulai sejak masa konsepsi sampai anak balita. Berdasarkan
hal tersebut, seorang bidan sebagai petugas kesehatan sangatlah penting untuk
memperhatikan kesehatan anak dengan memberikan pelayanan kesehatan yang baik sejak
dalam kandungan sampai masa neonatal melalui pemeriksaan kehamilan yang teratur
pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil termasuk pemberian tablet Fe dan asam folat.
Pemberian imunisasi TT diberikan jika ibu hamil belum memiliki status T 5 dan upaya
deteksi dini komplikasi kehamilan dan persalinan melalui penggunaan buku kesehatan
ibu dan anak serta penanganan kedaruratan yang terjadi selama masa kehamilan dan
persalinan.
- Pelayanan selama masa nifas dan neonatus berfokus pada upaya inisiasi menyusu dini
sebagai langkah awal pemberian ASI eksklusif dan penggunaan kontrasepsi. Sedangkan
pelayanan neonatus dilakukan melalui pemberian injeksi vitamin K neo yang ditujukan
untuk antisipasi kejadian perdarahan akibat penyuntikan imunisasi Hepatitis B neo yang
diberikan 2 jam setelah bayi lahir.
- Pelayanan Kesehatan Bayi, Balita dan Anak Prasekolah difokuskan pada pemberian ASI
eksklusif, pemberian imunisasi dasar, pemberian makanan tambahan, pemberian vitamin
A, pemantauan tumbuh kembang dan pemberian imunisasi booster, serta manajemen
terpadu jika bayi dan balita mengalami sakit.
- Pelayanan Anak Sekolah dan Remaja diberikan dengan tujuan untuk melakukan upaya
deteksi dini tumbuh kembang anak sekolah melalui skrining/penjaringan anak sekolah
dan remaja, konseling gizi HIV/ AIDS NAPZA dan upaya kesehatan sekolah. Selain
pelayanan tersebut, pada periode ini harus diberikan juga pelayanan kesehatan reproduksi
untuk membekali para remaja supaya memiliki pengetahuan yang cukup tentang proses
reproduksi yang menjadi tanggung jawabnya.

Menindaklanjuti pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu dan anak sesuai
tahapan siklus kehidupannya tersebut, dapat dijelaskan bahwa masalah kesehatan reproduksi
yang terkait dengan kesehatan seorang ibu akan berpengaruh besar terhadap kualitas anak
yang dikandung serta dilahirkannya.

Demikian juga dengan kesehatan seorang anak yang dilahirkan dari rahim dan tubuh
ibu yang sehat mempunyai kecenderungan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
Sebaliknya, jika kesehatan ibu mengalami gangguan, akan memberikan pengaruh kurang baik
bagi janin yang dikandungnya dan anak yang dilahirkannya akan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak harus
menjadi kewajiban kita sebagai pelaksana pelayanan (care giver) dalam pelayanan kebidanan,
karena keadaan kesehatan ibu dan anak memiliki peranan yang besar sebagai indikator
tingkat kesejahteraan bangsa.

b. Implementasi dalam Pelayanan Keluarga Berencana


KB merupakan suatu upaya meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat,
melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Upaya ini juga
berdampak terhadap penurunan angka kesakitan dan kematian ibu akibat kehamilan yang
tidak direncanakan.

Yang mencakup keluarga berencana yaitu mencakup beberapa komponen dalam


pelayanan KB, yaitu komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), konseling, pelayanan
kontrasepsi, pelayanan infertilitas, pendidikan seks, konsultasi pra perkawinan, konsultasi
genetik, test keganasan, dan adopsi.

Tujuan umum KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai kekuatan sosial ekonomi
suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tujuan Khusus KB yaitu:

- Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama


dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan
kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
- Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu
tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya
keluarga bahagia.
- Konseling Perkawinan atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan
menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.

Sasaran program KB yaitu, terbagi atas :

a) Sasaran langsung

Pasangan usia subur (PUS) yaitu pasangan suami isteri yang isterinya berusia
antara 15–49 tahun. Sebab, kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan
hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan.

b) Sasaran tidak langsung


- Kelompok remaja usia 15–19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan target untuk
menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan kelompok yang berisiko
untuk melakukan hubungan seksual akibat telah berfungsinya alat-alat reproduksinya,
sehingga program KB di sini lebih berupaya promotif dan preventif untuk mencegah
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian aborsi.
- Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi - instansi pemerintah
maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita, dan pemuda), yang
diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS.

Peran Bidan dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana :

1) melakukan pencatatan data WUS dan PUS;


2) melakukan KIE sesuai dengan kelompok sasaran;
3) memberi pelayanan kontrasepsi sesuai dengan kompetensi dan standar profesi dan
praktik.
4) melaksanakan evaluasi terkait penggunaan kontrasepsi dan pelaksanaan program
keluarga berencana di wilayahnya;
5) melakukan rujukan dengan cepat dan tepat,

c. Implementasi Kebidanan dalam Pelayanan Kesehatan LANSIA

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.
Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun lanjut usia adalah Puskesmas
yang melakukan pelayanan kesehatan kepada pra lanjut usia dan lanjut usia meliputi aspek
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
67 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat Kesehatan
Masyarakat.

Kelompok Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat,
yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi
sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan
preventif.

Lanjut usia berkualitas adalah lanjut usia yang sehat, mandiri, aktif dan produktif. Lanjut
usia sehat adalah lanjut usia yang tidak menderita penyakit atau walaupun menderita penyakit
tetapi dalam kondisi yang terkontrol. Lanjut usia mandiri adalah lanjut usia yang memiliki
kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri. Lanjut usia aktif adalah lanjut
usia yang masih mampu bergerak dan melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa bantuan orang lain
dan beraktifitas dalam kehidupan sosialnya seperti mengikuti pengajian, arisan, mengajar dan
sebagainya. Lanjut usia produktif adalah lanjut usia yang mempunyai kemampuan untuk berdaya
guna bagi dirinya dan atau orang lain.

Pembinaan kesehatan lanjut usia adalah bimbingan atau arahan terkait program kesehatan
lanjut usia yang dilakukan oleh tingkatan yang lebih tinggi agar dapat terlaksana sesuai kebijakan
dan standar yang ada. Pelayanan kesehatan lanjut usia adalah upaya kesehatan yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu wadah dan merupakan upaya
preventif, promotif, kuratif, serta rehabilitatif bagi lanjut usia. Perilaku CERDIK adalah perilaku
yang bertujuan untuk pencegahan penyakit tidak menular berupa C : Cek kesehatan secara
berkala, E : Enyahkan asap rokok, R : Rajin aktifitas fisik, D : Diet sehat dengan kalori seimbang,
I : Istirahat yang cukup, dan K : Kelola stress.

Perilaku gizi seimbang adalah empat pilar gizi seimbang yang meliputi mengonsumsi
pangan beraneka ragam, membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik,
mempertahankan dan memantau berat badan normal. Kelanjutusiaan adalah pendekatan yang
digunakan untuk mengetahui masalah dan solusi tentang lanjut usia dengan mengedepankan
proses menjadi lanjut usia (ageing) sejak usia dini hingga akhir hayat. Pendekatan tersebut
bersifat multidisiplin dan relevan dengan siklus hidup manusia.

Dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses


degeneratif (penuaan), sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada lanjut usia. Selain
itu proses degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit
menular. Angka kesakitan (morbidity rates) lanjut usia adalah proporsi penduduk lanjut usia yang
mengalami masalah kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari selama satu bulan
terakhir.

Penyakit terbanyak pada lanjut usia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
adalah hipertensi (57,6%), artritis (51,9%), Stroke (46,1%), masalah gigi dan mulut (19,1%),
penyakit paru obstruktif menahun (8,6%) dan diabetes mellitus (4,8%). Sementara itu dengan
bertambahnya usia, gangguan fungsional akan meningkat dengan ditunjukkan terjadinya
disabilitas. Dilaporkan bahwa disabilitas ringan yang diukur berdasarkan kemampuan melakukan
aktivitas hidup sehari - hari atau Activity of Daily Living (ADL) dialami sekitar 51% lanjut usia,
dengan distribusi prevalensi sekitar 51%pada usia 55-64 tahun dan 62% pada usia 65 ke atas;
disabilitas berat dialami sekitar 7 % pada usia 55-64 tahun, 10% pada usia 65–74 tahun, dan 22 %
pada usia 75 tahun ke atas.
Selain pola penyakit pada lanjut usia, kondisi kesehatan sejak dini juga menjadi acuan
dalam mewujudkan lanjut usia sehat. Beberapa indikator yang dapat digunakan adalah Burden Of
Disease (BOD), status gizi, dan penyebab kematian/Couse Of Death (COD). Berdasarkan
Riskesdas 2007 dan 2010, BOD sejak masa neonatal sampai lanjut usia secara singkat dapat
digambarkan sebagai berikut: gangguan neonatal, malnutrisi (kekurangan gizi dan kelebihan
gizi), berbagai penyakit infeksi termasuk diare, pneumonia dan tuberkulosis (TB), kecelakaan lalu
lintas, gangguan jiwa, perilaku seksual, HIV/AIDS, penyakit muskulo skeletal, kardio vaskuler,
gangguan liver, Diabetes Melitus (DM) dan kanker. Sedangkan COD pada usia 60 tahun ke atas
adalah penyakit jantung, diabetes melitus, TB, Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK), dan
hipertensi serta stroke.

Khusus untuk pelayanan kesehatan pada lanjut usia, yang dimaksud dengan pelayanan
kesehatan komprehensif adalah pelayanan kesehatan secara promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang dilaksanakan mulai dari tingkat keluarga dan masyarakat (Poksila dan home
care), sampai ke fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat
lanjutan.

Keberhasilan pembinaan kesehatan yang dimulai sejak dari seorang ibu mempersiapkan
kehamilannya, sampai bayinya lahir dan berkembang menjadi anak, remaja, dewasa, dan pra
lanjut usia, akan sangat menentukan kualitas kehidupan dan kesehatan di saat lanjut usia di
kemudian hari. Pelaksanaannya di Indonesia diterjemahkan dalam bentuk pelayanan kesehatan
santun lanjut usia baik di fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan rujukan
tingkat lanjutan. Pemberian pelayanan kesehatan kepada lanjut usia dilakukan mengacu kepada
hasil penapisan dan pengelompokan berdasarkan status fungsional, dikelompokkan menjadi 3
kelompok yakni: 1) lanjut usia mandiri/ketergantungan ringan; 2) lanjut usia dengan
ketergantungan sedang; dan 3) lanjut usia dengan ketergantungan berat dan total, yang masing-
masing kelompok mendapat intervensi program sebagai berikut: untuk kelompok lanjut usia
mandiri dan lanjut usia dengan ketergantungan ringan, mengikuti kegiatan di Kelompok Lanjut
Usia secara aktif. Untuk lanjut usia sehat dengan ketergantungan sedang, lanjut usia dengan
ketergantungan berat dan total mendapatkan intervensi program layanan home care atau dirujuk
ke rumah sakit. Pelayanan kesehatan yang diberikan baik di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama, maupun fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan akan disesuaikan dengan kebutuhan
kondisi kesehatan lanjut usia sesuai pengelompokan tersebut di atas. Khusus untuk lanjut usia
yang sehat harus diberdayakan agar dapat tetap sehat dan mandiri selama mungkin.
Salah satu upaya untuk memberdayakan lanjut usia di masyarakat adalah melalui
pembentukan dan pembinaan Kelompok Lanjut Usia yang di beberapa daerah disebut dengan
Kelompok Usia Lanjut (Poksila), Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lansia) atau Pos
Pembinaan Terpadu Lanjut Usia (Posbindu Lansia). Pelaksanaan Kelompok Lanjut Usia ini,
selain mendorong peran aktif masyarakat, dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga harus
melibatkan lintas sektor terkait.

Jejaring pelayanan kesehatan lanjut usia, adalah suatu jaringan kerja-sama aktif antara
berbagai pihak yang melaksanakan pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia, yang mencakup
lintas program, lintas sektor, dan melibatkan organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan,
institusi pendidikan, swasta serta mitra potensial lain, yang ditujukan untuk mengatasi masalah
yang terkait dengan kesehatan lanjut usia di suatu wilayah tertentu. Pembentukan kemitraan dan
jejaring ini dapat saja diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan, akan tetapi harus diingat bahwa
semua mitra anggota jejaring mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat sehingga tercipta
suasana yang menyenangkan dan rasa saling memiliki. Dalam hal ini bidan menjadi salah satu
mitra yang ikut serta bergerak dalam pelayanan lanjut usia.

2. Upaya Bidan Dalam Meningkatkan Status KIA

Persiapan kesehatan ibu harus dimulai pada saat seorang wanita merencanakan
kehamilan, selama masa hamil, melahirkan, masa nifas dan menyusui, masa menggunakan
kontrasepsi keluarga berencana sampai usia lanjut. Sedangkan kesehatan bayi harus diperhatikan
sejak janin berada dalam kandungan, selama proses kelahiran, saat baru lahir, bayi, balita, anak
pra sekolah, masa sekolah hingga remaja. Berikut ini akan diuraikan tentang fokus pelayanan
yang diberikan terkait kesehatan ibu dan anak sesuai dengan siklus kehidupannya:

1. Masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada wanita sebelum hamil terkait dengan
keadaan sistem reproduksi, status penyakit menular seksual, keadaan status gizi, masalah
penyakit fisik dan psikologis. Kondisi tersebut harus ditindaklanjuti dengan pelayanan yang
diberikan di fasilitas kesehatan untuk memastikan status kesehatan wanita sebelum hamil
dalam keadaan baik, karena akan berpengaruh terhadap 1000 hari pertama kehidupan bagi
anak yang dimulai sejak masa konsepsi sampai anak balita.
2. Seorang bidan sebagai petugas kesehatan sangatlah penting untuk memperhatikan kesehatan
anak dengan memberikan pelayanan kesehatan yang baik sejak dalam kandungan sampai
masa neonatal melalui pemeriksaan kehamilan yang teratur, pemenuhan kebutuhan gizi ibu
hamil termasuk pemberian tablet Fe dan Asam Folat. Pemberian imunisasi TT diberikan jika
ibu hamil belum memiliki status T 5 dan upaya deteksi dini komplikasi kehamilan dan
persalinan melalui penggunaan buku kesehatan ibu dan anak serta penanganan kedaruratan
yang terjadi selama masa kehamilan dan persalinan.
3. Pelayanan selama masa nifas dan neonatus berfokus pada upaya inisiasi menyusu dini dan
pemberian vitamin K neo. Inisiasi menyusu dini dilakukan sebagai langkah awal pemberian
ASI eksklusif dan penggunaan kontrasepsi. Adapun pelayanan neonatus dilakukan melalui
pemberian injeksi vitamin K neo pada saat 1 jam pertama kelahiran yang ditujukan untuk
antisipasi kejadian perdarahan terutama perdarahan pada neonatus yang dapat dipicu akibat
penyuntikan imunisasi Hepatitis B neo yang diberikan 2 jam setelah bayi lahir.
4. Pelayanan kesehatan bayi, balita dan anak prasekolah difokuskan pada pemberian ASI
eksklusif, pemberian imunisasi dasar, pemberian makanan tambahan, pemberian vitamin A,
pemantauan tumbuh kembang dan pemberian imunisasi booster, serta manajemen terpadu
jika bayi dan balita mengalami sakit.
5. Pelayanan anak sekolah dan remaja diberikan dengan tujuan untuk melakukan upaya deteksi
dini tumbuh kembang anak sekolah melalui skrining/penjaringan anak sekolah dan remaja,
konseling gizi HIV/ AIDS NAPZA dan upaya kesehatan sekolah. Selain pelayanan tersebut,
pada periode ini harus diberikan juga pelayanan kesehatan reproduksi untuk membekali para
remaja supaya memiliki pengetahuan yang cukup tentang proses reproduksi yang menjadi
tanggung jawabnya.

Menindaklanjuti pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu dan anak sesuai tahapan
siklus kehidupannya tersebut, dapat dijelaskan bahwa masalah kesehatan reproduksi yang terkait
dengan kesehatan seorang ibu akan berpengaruh besar terhadap kualitas anak yang dikandung
serta dilahirkannya.

Demikian juga dengan kesehatan seorang anak yang dilahirkan dari rahim dan tubuh ibu
yang sehat mempunyai kecenderungan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Sebaliknya
jika kesehatan ibu mengalami gangguan, akan memberikan pengaruh kurang baik bagi janin yang
dikandungnya dan anak yang dilahirkannya akan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak harus menjadi kewajiban
kita sebagai pelaksana pelayanan (care giver) dalam pelayanan kebidanan, karena keadaan
kesehatan ibu dan anak memiliki peranan yang besar sebagai indikator tingkat kesejahteraan
bangsa.
Bidan sesuai dengan standar kompetensi, standar profesi, dan izin praktik yang
dimilikinya memiliki kemampuan dan kewenangan untuk memberi pelayanan kesehatan ibu dan
anak. Oleh karenanya seorang bidan sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya mampu
memberikan asuhan kebidanan dan bertindak sebagai berikut :

- Care Provider ( Pemberi Asuhan Kebidanan )


Bidan memiliki kemampuan memberikan asuhan kebidanan secara efektif, aman,
dan holistik terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan menyusui, bayi baru lahir, balita dan
kesehatan reproduksi pada kondisi. normal. Pelayanan ini tentunya dilaksanakan
berdasarkan standar praktik kebidanan dan kode etik profesi dengan memperhatikan
sosial budaya setempat.
- Community Leader ( Penggerak Masyarakat ) Dalam Bidan Kesehatan Ibu dan Anak

Bidan memiliki kemampuan dan kemauan memfasilitasi keluarga dan


masyarakat agar memahami, mendukung dan melaksanakan pesan-pesan yang tertuang di
dalam buku KIA serta kesehatan reproduksi bekerja sama dengan kader kesehatan, tokoh
masyarakat, dukun bersalin, dan tokohtokoh terkait dengan menggunakan prinsip
partnership dan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kewenangan dan lingkup
praktik bidan.

- Communicator ( Komunikator)

Bidan memiliki kemampuan dan kemauan berkomunikasi secara efektif dengan


perempuan, keluarga, dan masyarakat, terutama ketika memberikan pelayanan kesehatan.
Bidan juga memastikan pemahaman mereka akan pelayanan kesehatan ibu dan anak
berdasarkan continuum of care untuk meningkatkan kelangsungan dan kualitas hidup.

- Decision Maker ( Pengambil Keputusan Dalam Assuhan Kebidanan )

Bidan mempunyai kemampuan mengambil keputusan klinik dalam asuhan


kebidanan kepada individu, keluarga, dan masyarakat.

- Manager ( Pengelola )

Bidan harus mampu melakukan asuhan kebidanan baik secara mandiri,


kolaborasi (team) dan rujukan dalam konteks asuhan kepada individu, keluarga, dan
masyarakat dengan memperhatikan kemampuan dasar sesuai kewenangan yang telah
ditentukan.
3. Pengelolaan Program Kesehatan Ibu dan Anak

Anda mungkin juga menyukai