Retinoblastoma
Retinoblastoma adalah tumor yang berasal dari lapisan retina pada bola mata. Secara
2
histologis, penyakit ini timbul dari sel-sel retina imatur yang dapat meluas ke struktur lain.
Retinoblastoma juga merupakan suatu neuroblastik tumor ganas yang tidak berdiferensiasi yang
muncul dari lapisan retina manapun, dan secara biologik mirip dengan neuroblastoma dan
meduloblastoma. Meskipun retinoblastoma dapat terjadi pada semua usia, namun paling sering
terjadi pada anak-anak sebelum usia 2 tahun. Adanya sejumlah kecil jaringan glial dalam
retinoblastoma menunjukkan bahwa sel tumor dapat memengaruhi kemampuan berdiferensiasi
3
menjadi astroglia atau sel glial residen berproliferasi sebagai respon sel neoplasma primer.
Retinoblastoma merupakan tumor yang dapat terjadi secara herediter dan non herediter.
Retinoblastoma herediter meliputi pasien dengan riwayat keluarga positif dan non-herediter
yang mengalami mutasi gen yang baru pada waktu pembuahan atau pada saat perkembangan
janin. 1 Gejalanya yang paling sering ialah leukokoria (refleks putih pada pupil), strabismus atau
mata juling, mata merah dan nyeri, gangguan penglihatan, buftalmus, iris pada kedua mata
memiliki warna yang berlainan dan bisa terjadi kebutaan. Ciri-ciri lain meliputi heterokromia,
hifema spontan, amauritic cat’ eye (bila mata kena sinar akan memantulkan cahaya seperti mata
kucing) dan selulitis. Berdasarkan tempat terjadinya terdiri atas 2 jenis, antara lain: 5
Retinoblastoma intraocular
Harapan hidup 5 tahun >90%. Retinoblastoma intraokular terdapat dalam mata dan
terbatas pada retina atau mungkin dapat meluas dalam bola mata. Retinoblastoma
intraokular tidak akan meluas menuju jaringan sekitar mata atau bagian tubuh yang lain
Retinoblastoma ekstraokular
Harapan hidup 5 tahun <10%. Retinoblastoma ekstraokular dapat meluas keluar mata.
Secara tipikal dapat mengenai sistem saraf pusat (SSP) dan tersering mengenai sumsum
tulang.
Gen Letal
Gen letal adalah gen yang ketika diekspresikan akan menyebabkan kematian pada suatu
individu. Kematian pada individu tersebut dapat terjadi pada awal masa kehidupan,
4
perkembangan embrio setelah kelahiran, atau menjelang dewasa. Dalam gen letal dikenal
istilah carrier, yakni individu yang berpotensi untuk menurunkan sifat gen letal tersebut atau
berpotensi untuk membawa gen yang mengakibatkan kelainan. Gen letal dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu: 6
Gen letal dominan adalah gen letal yang dapat menyebabkan kematian apabila suatu
individu memiliki gen dalam bentuk homozigot dominan. Beberapa kelainan gen letal
dominan antara lain epiloia, retinoblastoma, Huntington’s chorea, brakhidaktili, multiple
telangiectasia. Berdasarkan kasus bila menderitaretinoblastoma memiliki genotip RR dan
Rr. Sedangkan orang normal memiliki genotype rr. 9
Gen letal resesif adalah gen letal yang dapat menyebabkan kematian apabila suatu
individu memiliki gen dalam bentuk homozigot resesif. Beberapa kelainan gen letal
resesif antara lain ichtyosis congenital, tay sachs disease, cycstic fibrosis dan sickle cell
anemia. 9
Pedigree/Diagram Silsilah
Pewarisan sifat yang terdapat dalam suatu keluarga dapat diikuti untuk beberapa generasi
dengan menggunakan Diagram silsilah / diagram silsilah (pedigree chart). Diagram silsilah
merupakan gambaran pewarisan sifat-sifat manusia yang ditulis dengan simbol-simbol tertentu
yang telah disepakati oleh para ahli genetika. Diagram silsilah termasuk alat yang paling banyak
digunakan dalam penelitian genetika, dan untuk menyusun suatu pola diagram silsilah diperlukan
keturunan dalam jumlah yang banyak sedikitnya 3 generasi. 6
Diagram silsilah yang menggambarkan pewarisan sifat tertentu dalam suatu keluarga dapat
dianalisis untuk mengetahui pola pewarisan gen penentu sifat tersebut. Suatu gen penentu sifat
termasuk auotosomal jika : 7
1) terdapat kemungkinan jumlah yang sama antara wanita dan laki-laki yang
mengekspresikan gen (terkena) tersebut
2) terdapat laki-laki yang menurunkan sifat tersebut pada anak laki-lakinya dan
3) terdapat anak-anak perempuan yang terkena walaupun bapak dan ibunya normal.
Gen yang bersifat dominan akan selalu diekspresikan bilamana gen tersebut ada sehingga
biasanya tidak ada generasi yang alpha dalam ekspresi sifat. Sifat dari gen dominan akan hilang
atau tidak akan muncul jika satu generasi tidak mengekspresikan sifat itu. Gen yang bersifat
resesif mempunyai karakteristik yang berkebalikan dengan gen dominan. Gen resesif
menunjukkan adanya ”peloncatan generasi” dalam ekspresinya. Gen penentu suatu sifat dapat
terpaut sex kromosom. Gen resesif terpaut-X tidak akan diekspresikan pada anak perempuan
manapun jika bapak dan ibunya normal. 7
Jika laki-laki menderita retinoblastoma (Rr) menikah dengan perempuan normal (rr) akan
menghasilkan anak dengan rasio 50% retinoblastoma (Rr) dan 50% normal (rr). Dengan
perbandingan rasio 1:1. Hal tersebut akan sama bila laki-laki normal menikah dengan
perempuan retinoblastoma.
Jika laki-laki menderita retinoblastoma (Rr) menikah dengan perempuan yang juga
retinoblastoma (Rr), menghasilkan anak dengan rasio 25% retinoblastoma (RR, bersifat
letal), 50% retinoblastoma (Rr) dan 25% normal (rr). Dengan perbandingan rasio 1:2:1.
Mutasi
Mutasi merupakan perubahan jumlah materi genetik sebuah sel. Mutasi berhubungan dengan
perubahan perangkat atau susunan hereditas pada mahkluk hidup. Peristiwa terjadinya mutasi
disebut mutagenesis. Organisme yang mengalami mutasi sehingga menghasilkan fenotipe baru
disebut mutan. Dan faktor yang menyebabkan mutasi disebut dengan mutagen. 8
Jenis-jenis Mutasi
Berdasarkan kejadiannya
a) Spontan (spontaneous mutation), adalah mutasi (perubahan materi genetic) yang terjadi
akibat adanya sesuatu pengaruh yang tidak jelas, baik dari lingkungan luar maupun dari
internal organisme itu sendiri. Mutasi ini terjadi dialam secara alami (spontan) dan secara
kebetulan. 7
b) Induksi (induced mutation), adalah mutasi yang terjadi akibat paparan dari sesuatu yang
jelas, misalnya paparan sinar UV. Secara mendasar tidak terdapat perbedaan antara
mutasi yang terjadi secara alami dan mutasi hasil induksi. 7
a) Mutasi somatik
Mutasi somatik adalah mutasi yang terjadi pada sel-sel tubuh. Mutasi somatic tidak dapat
diwariskan pada keturunanya meskipun ada indikasi kepekaan seseorang mengalami
mutasi somatic. 4 Kejadian mutasi somatic yang terjadi pada janin yang sedang dikandung
oleh ibunya dapat mengakibatkan cacat bawaan. Di antara penyebab cacat bawaan ini
adalah selama mengandung, si ibu terkena sinar radioaktif atau meminum obat-obatan
atau ramuan jawa yang bersifat mutagenik. Semakin awal suatu sel embrio atau janin
mengalami mutasi, akibatnya akan lebih meluas. Sebaliknya, mutasi pada akhir masa
embrional lebih sedikit risiko akibatnya. Kejadian mutasi somatic pada orang dewasa
mengakibatkan kanker. Sel kanker adalah sel yang mengalami mutasi. Bentuk mutasi
yang utama adalah sel-sel tersebut tidak dapat dikontrol pembelahannya, sehingga terus
membelah dan menganggu fungsi tubuh secara keseluruhan. 6
a) Mutasi Gen
Mutasi gen pada dasarnya merupakan mutasi titik. Mutasi titik (point mutation)
merupakan perubahan kimiawi pada satu atau beberapa pasangan basa dalam satu gen
tunggal. Peristiwa yang terjadi pada mutasi gne adalah perubahan urutan-urutan DNA.
Jika mutasi titik terjadi pada gamet atau pada sel yang menghasilkan gamet, mutasi ini
dapat diteruskan pada keturunan (herediter). 7
Jenis-jenis mutasi gen adalah sebagai berikut: 7
1) Mutasi salah arti (missense mutation), yaitu perubahan suatu kode genetic
(umumnya pada posisi 1 dan 2 pada kodon) sehingga menyebabkan asam amino
yang terkait pada rantai polipeptida berubah. Perubahan pada asam amino yang
berubah merupakan asam amino essensial bagi protein tersebut. jenis mutasi ini
dapat disebabkan oleh peristiwa transisi dan tranversi.
2) Mutasi diam (silent mutation), yaitu perubahan suatu pasangan basa dalam gen
(pada posisi 3 kodon) yang menimbulkan perubahan satu kode genetic tetapi tidak
mengakibatkan perubahan atau pergantian asam amino yang dikode. Mutasi diam
biasanya disebabkan karena terjadinya mutasi transisi dan tranversi.
3) Mutasi tanpa arti (nonsense mutation), yaitu perubahan kodon asam amino
tertentu menjadi kodon stop, yang mengakhiri rantai, mengakibatkan berakhirnya
pembentukan protein sebelum waktunya selama translasi. Hampir semua mutasi
tanpa arti mengarah pada inaktifnya suatu protein sehingga menghasilkan fenotip
mutan. Mutasi ini dapat terjadi baik oleh tranversi, transisi, delesi, maupun
insersi.
4) Mutasi Frameshift, yaitu mutasi yang terjadi karena delesi atau insersi satu atau
lebih pasang basa dalam satu gen sehingga ribosom membaca kodon tidak
lengkap.
b) Mutasi Kromosom
Mutasi ini menyebabkan perubahan struktur fisik kromosom dapat terjadi dengan cara
delsesi, inversi, duplikasi dan translokasi. Adapun perubahan set atau jumlah kromosom
dapat terjadi dengan cara euplodi dan aneuploidi. 7
1. Euploidi
Euploidi merupakan perubahan yang meliputi genom (seluruh jumlah set kromosom).
Menurut jumlah perangkat kromosomnya, euploidi dibedakan menjadi monoploid (n),
diploid (2n), triploid (3n) dan seterusnya. Individu yang memiliki set kromosom lebih
dari 2n disebut individu poliploidi
2. Autopoliploidi
Autopoliploidi (auto = sendiri) merupakan kelipatan jumlah kromosom yang berasal
dari genom spesies yang sama. Autopolyploid terdiri dari beberapa genom yang
identic dengan kromosom-kromosom aslinya. Jika sel diploid mengalami
autopolyploid, sel tersebut akan membentuk tetraploid. Sel ini kemudian mengalami
pembelahan meiosis membentuk gamet yang diploid. Jika gamet-gamet tersebut
mengalami fertilisasi, terbentuklah anakan tetraploid yang fertil.
3. Allopoliploidi
Allopoliploidi (allo = bebrbeda) merupakan kelipatan jumlah kromosom yang berasal
dari genom spesies yang berbeda. Terbentuknya spesies alopoliploid berasal dari
penyilangan antara dua spesies. Meskipun hasil penyilanan steril, tetapi individu
tersebut dapat lebih kuat (vigor) disbanding induknya dan dapat mengalami
perbanyakan secara tidak kawin.
4. Aneuploidi
Perubahan pada jumlah kromosom di dalam satu set kromosom atau satu genom
kromosom disebut aneusomi atau aneuploidy. Aneuploidi dapat terjadi karen beberapa
hal, di antaranya gagal berpisah (nondisjunction) dan anafase lag. Nondisjunction
merupakan peristiwa gagal berpisah pada saat gametogenesis. Anfase lag merupakan
peristiwa tidak melekatnya salah satu kromatid pada benang gelendong pada tahap
anaphase.