Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS POTENSI BAHAYA SEMEN COR (PLASTERAN) TERHADAP

KULIT PADA PEKERJA TUKANG BANGUNAN KABUPATEN


SIJUNJUNG TAHUN 2020

PROPOSAL

Diajukan ke Program Studi Sarjana Terapan Sanitasi Lingkungan Politeknik


Kesehatan Kemenkes Padang sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Mata
Kuliah Metodologi Penelitian

Oleh :

Salma Afifka

NIM : 181210677

SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN

POLTEKKES KEMENKES PADANG

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi ALLAH SWT yang melimpahkan rahmat


dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan proposal
mata kuliah Metodologi Penelitian yang berjudul Analisis Potensi Bahaya Semen
Cor (Plasteran) Terhadap Kulit Pada Pekerja Tukang Bangunan Kabupaten
Sijunjung Tahun 2020

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis


dalam pembuatan proposal ini, penulis yakin proposal ini jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis sangat mengaharapkan saran dan kritikan dari pembaca
demi kesempurnaan proposal ini.

Penulis berharap semoga proposal ini dapat menambah pengetahuan serta


wawasan bagi pembaca untuk kedepannya khususnya tentang Kesehatan
Lingkungan, dapat menyempurnakan proposal ini dalam bentuk maupun dalam
penambahan materi agar menjadi lebih baik lagi.

Padang, 23 November 2020


Penulis

Salma Afifka
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Semen............................................................................................... 7
2.1.2 Buruh/ Tukang Bangunan................................................................. 8
2.2 Alur Pikir.................................................................................................. 11
2.3 Defenisi Operasional (DO)....................................................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian.......................................................................................... 14
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................... 14
3.3 Objek Penelitian........................................................................................ 14
3.4 Cara Pengumpulan Data........................................................................... 15
3.5 Pengolahan Data....................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian bantuan rumah gratis dari pemerintah untuk keluarga kurang
mampu di Kabupaten Sijunjung berdampak pada meningkatnya pembangunan
di Sijunjung dan pastinya juga menambah lapangan kerja bagi para tukang
bangunan. Untuk membangun tentu dibutuhkan bahan-bahan bangunan, salah
satunya adalah semen. Semen merupakan salah satu bahan utama yang
digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan bangunan lainnya.
Semen yang digunakan untuk pembangunan biasanya jenis semen portland.
Semen Portland adalah jenis semen yang paling umum yang digunakan secara
umum di seluruh dunia sebagai bahan dasar beton, mortar, plester, dan adukan
non-spesialisasi. Semen ini dikembangkan dari jenis lain kapur hidraulis di
Britania Raya pada pertengahan abad ke-19, dan biasanya berasal dari batu
kapur. Semen ini adalah serbuk halus yang diproduksi dengan memanaskan
batu gamping dan mineral tanah liat dalam tanur untuk membentuk klinker,
penggilingan klinker, dan menambahkan sejumlah kecil bahan lainnya.
Komposisi kimia semen portland pada umumnya terdiri dari CaO, SiO2,
Al2O3 dan Fe2O3, yang merupakan oksida dominan. Sedangkan oksida lain
yang jumlahnya hanya beberapa persen dari berat semen adalah MgO, SO3,
Na2O dan K2O. Semen Portland bersifat kaustik, sehingga bisa menyebabkan
luka bakar kimia. Bubuk tersebut dapat menyebabkan iritasi atau, dengan
paparan yang parah, kanker paru-paru, dan dapat mengandung beberapa
komponen berbahaya; Seperti kristal silika dan kromium heksavalensi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu semen cor ?
2. Bagaimana gambaran kadar debu ketika para tukang melakukan
pengadukan untuk semen cor ?
3. Bagaimana identifikasi sumber pencemar di lingkungan kerja tukang
bangunan di kabupaten sijunjung?
4. Bagaimana konsenterasi pencemar pada media lingkungan ?
5. Bagaimana identifikasi organ sasaran pada manusia ?
6. Bagaimana pengelolaan resiko dampak ?
1.3 Manfaat Penelitian
1. Untuk memenuhi persyaratan tugas akhir mata kuliah Metodologi
Penelitian.
2. Menambah wawasan terkait bahaya penggunaan semen cor terhadap kulit.
3. Untuk memberikan gambaran bahaya semen cor terhadap kulit.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini tentang definisi semen cor, identifikasi
simpul 1, identifikasi simpul 2, identifikasi simpul 3, dan pengelolaan risiko
dampak terhadap para pekerja tukang bangunan di kabupaten sijunjung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Semen
Semen merupakan bahan utama pembentuk beton yang bersifat hidrolis,
yaitu akan memiliki sifat adhesif dan kohesif apabila telah bereaksi dengan
air dan berprilaku sebagai perekat bagi agregat-agregat beton. Semen juga
merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah agregat halus,
pasta semen akan menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat
kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan
menjadi beton keras (concrete). Penggunaan semen sudah lama, hingga pada
tahun 1824 diusulkan oleh Joseph Aspdin, nama semen portland karena
campuran air, pasir dan batu-batuan yang bersifat pozzolan dan berbentuk
bubuk ini pertama kali di olah di pulau Portland, Inggris. Semen portland
petama kali di produksi di pabrik oleh David Saylor di Coplay Pennsylvania,
Amerika Serikat pada tahun 1875. Sejak saat itu, semen portland berkembang
dan terus di buat sesuai dengan kebutuhan.
Semen portland dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu PCC dan PPC. PCC
merupakan semen ramah lingkungan. PCC adalah variasi produk semen
Portland I yang dicampur dengan bahan - bahan aditif bersifat cementitious
(SNI 15-7064-2004). Bahan - bahan aditif diantaranya Fly Ash dan bahan -
bahan bersifat cementitious (dalam jumlah yang lebih kecil). Perbandingan
semen Portland : bahan- bahan aditif bersifat cementitious = 4: 1. Sifat semen
PCC antara lain tahan terhadap korosi sulfat, memiliki panas hidrasi yang
rendah, dan memiliki kuat awal yang rendah. Sedangkan PPC adalah variasi
semen Portland dengan pozzolan. Sifat semen PPC antara lain tahan terhadap
korosi sulfat, memiliki panas hidrasi yang rendah, memiliki kuat awal yang
rendah. Penggunaan semen PCC biasanya dalam pembangunan dam dan
bendungan (Elitha,2010).
Semen portland adalah semen yang banyak digunakan dalam pekerjaan
konstruksi. Menurut ASTM C-150,1985, semen portland didefinisikan
sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan klinker yang terdiri dari
kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk
kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan
bahan utamanya. Semen portland memiliki beberapa senyawa kimia yang
masing-masing memiliki sifat sendiri-sendiri. Empat senyawa kimia yang
utama dari semen portland antara lain Trikalsium Silikat (C3S), Dikalsium
Silikat (C2S), Trikalsium Aluminat (C3A), Tetrakalsium Aluminoferrit
(C4AF). ASTM (American Standard for Testing Material) menetukan
komposisi semen portland menjadi lima type, yaitu:
a. Type I : Semen portland yang digunakan untuk semua bangunan beton
yang tidak mengalami perubahan cuaca yang dasyat atau dibangun dalam
lingkungan yang sangat korosif.
b. Type II : Jenis semen yang mengeluarkan panas hidrasi lebih rendah serta
dengan kecepatan penyebaran panas yang rendah pula, selain itu juga lebih
tahan terhadap serangan sulfat.
c. Type III : Jenis semen yang cepat mengeras, yang cocok untuk pengerasan
beton pada suhu rendah. Jenis ini digunakan bilamana kekuatan yang harus
dicapai dalam waktu sangat singkat dan biasanya dipakai pada pembuatan
jalan yang harus cepat dibuka untuk lalu lintas.
d. Type IV : Semen jenis ini menimbulkan panas hidrasi yang rendah e. Type
V : Semen portland jenis ini tahan terhadap serangan sulfat serta
mengeluarkan panas hydrasi 25%-40% lebih rendah dari semen type I.
Sifat dari semen portland dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sifat fisika
dan sifat kimia. Adapun sifat dan karakteristik semen portland yang bersifat
fisika, yaitu :
a. Kehalusan butiran (fineness) Kehalusan butir semen mempengaruhi proses
hidrasi. Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya
bleeding atau naiknya air kepermukaan, tetapi menambah kecenderungan
beton menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut.
b. Kepadatan (density) Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM
adalah 3,15 Mg/m3. Pada kenyataannya, berat jenis semen yang diproduksi
berkisar antara 3,05 Mg/m3 sampai 3,25 Mg/m3.
c. Konsistensi Konsistensi semen Portland lebih banyak dipengaruhi pada
saat pencampuran awal, yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai pada saat
beton mengeras. Konsistensi yang terjadi bergantung pada rasio antara semen
dan air serta aspek-aspek bahan semen seperti kehalusan dan kecepatan
hidrasi.
d. Waktu pengikatan Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk
mengeras, terhitung dari mulai bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen
hingga pasta semen cukup kaku untuk menahan tekan. Ada dua jenis waktu
ikat semen, yaitu : 1) waktu ikat awal (initial setting time) yaitu waktu dari
pencampuran semen dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat
keplastisan, 2) waktu ikat akhir (final setting time) yaitu waktu antara
terbentuknya pasta semen hingga beton mengeras.
e. Panas hidrasi Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen
bereaksi dengan air, dinyatakan dalam kalori/gram. Jumlah panas yang
dibentuk antara lain bergantung pada jenis semen yang dipakai dan kehalusan
butir semen.
f. Kekalan (perubahan volume) Kekalan pasta semen yang telah mengeras
merupakan suatu ukuran yang menyatakan kemampuan pengembangan
bahan-bahan campurannya dan kemampuan untuk mempertahankan volume
setelah pengikatan terjadi. Di Indonesia menggunakan Standar Industri
Indonesia, (SII-0013-81) yang mengadopsi ASTM C-150-80.
g. Kekuatan tekan Kekuatan tekan semn diuji dengan cara membuat mortar
yang kemudian ditekan sampai hancur. Contoh semen yang akan diuji
dicampur dengan pasir silika dengan perbandingan tertentu, kemudian
dibentuk menjadi kubus 5x5x5 cm. setelah berumur 3, 7, 14 dan 28 hari dan
mengalami perawatan dengan perendaman, benda uji tersebut diuji kekuatan
tekannya.
Plesteran adalah lapisan yang digunakan untuk menutupi suatu bidang
bangunan agar tingkat kekuatannya lebih kokoh. Memplester berarti melapisi
suatu bidang bangunan memakai adukan yang terbuat dari campuran semen,
pasir, dan air. Dengan mengaplikasikan plesteran, suatu bidang bangunan
juga bakalan terlihat lebih rapi. Tidak hanya dinding, plesteran juga biasanya
diterapkan di struktur plafon dan lantai bangunan.

2.1.2 Buruh/ Tukang Bangunan


1. Definisi Buruh
Pekerja bangunan biasa disebut juga buruh bangunan. Pembangunan
gedung kantor, rumah pribadi, sampai jalan dan jembatan, tak lepas
dari peran mereka.
Buruh menurut kamus bahasa Indonesia adalah orang yang bekerja
untuk orang lain dengan mendapat upah (Kamus besar bahasa
Indonesia, 1995:158). Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan di
padankannya istilah pekerja dengan buruh merupakan kompromi
setelah dalam kurun waktu yang amat panjang dua istilah tersebut
bertarung untuk dapat diterima oleh masyarakat (Budiono, 2009: 5).
Pada jaman feodal atau jaman penjajahan Belanda dahulu yang
dimaksudkan buruh adalah orang-orang pekerja kasar seperti kuli,
tukang, dan lain-lain. Orang-orang ini oleh pemerintah Belanda dahulu
disebut dengan blue collar (berkerah biru), sedangkan orang-orang
yang mengerjakan pekerjaan halus seperti pegawai administrasi yang
bisa duduk dimeja di sebut dengan white collar (berkerah putih)
(Zaeni, 2007: 19).
Buruh merupakan orang yang bekerja untuk orang lain yang
mempunyai suatu usaha kemudian mendapatkan upah atau imbalan
sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Upah biasanya diberikan
secara harian maupun bulanan tergantung dari hasil kesepakatan yang
telah disetujui. Buruh terdiri dari berbagai macam yaitu:
a. Buruh harian, buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk
kerja. b. Buruh Kasar, buruh yang menggunakan tenaga fisiknya
karena tidak mempunyai keahlian dibidang tertentu. c. Buruh
musiman, buruh yang bekerja hanya pada musim musim tertentu
(misalnya buruh tebang tebu). d. Buruh pabrik, buruh yang bekerja di
pabrik. e. Buruh tambang, buruh yang bekerja di pertambangan. f.
Buruh tani, buruh yang menerima upah dengan bekerja dikebun atau di
sawah orang lain (Kamus besar bahasa Indonesia, 1995:159).

2. Buruh Bangunan
Buruh bangunan adalah pekerja yang mempunyai keterampilan dalam
bidang membangun rumah, membangun ruko dan bangunan yang lain.
Biasanya tukang bangunan disebut juga tukang batu dalam istilah yang
umum, untuk pengupahan tukang bangunan biasanya ada yang harian
dan ada yang borong tergantung persetujuan antara tukang dan
pengguna jasanya. Biasanya tukang bangunan dipimpin oleh seorang
yang disebut pelaksana, yang bekerja sebagai pengarah dan pengatur
pekerjaan dalam proyek.

3. Macam-maca Buruh atau Tukang Bangunan


a) Tukang Batu adalah orang yang bekerja pasang batu bata, pasang
pondasi batu kali dan pekerjaan cor (untuk pekerja kasar).
b) Tukang Plaster Aci adalah tukang yang bekerja merapikan
pasangan batu bata dengan campuran semen dan pasir (untuk
pekerja halus).
c) Tukang Pembesian adalah tukang yang bekerja merangkai besi di
proyek, biasanya bila tukang spesialis ini tidak bisa untuk
pekerjaan pasangan batu bata, plaster dan aci.
d) Tukang Profil adalah tukang yang bekerja membuat motiv pada
tampak depan, biasanya tukang ini mempunyai tingkat keahlian
yang lebih tinggi dibanding tukang batu.
e) Tukang Keramik adalah yang bekerja untuk memasang keramik,
tukangini kebanyakan hanya menguasai bidang ini saja.
f) Tukang Batu Alam adalah tukang yang bekerja utnuk memasang
batu alam biasanya spesialis dan tidak bisa mengerjakan pekerjaan
yang lain.
g) Tukang Marmer adalah tukang yang ahli dalam pemasangan
marmer atau granit biasanya mempunyai keahlian dibidang ini saja
dan tidak dimiliki tukang yang lain pada bagian dalam tukang
bangunan yang lain.

2.2 Alur Pikir


Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah diuraikan diatas maka dapat dibuat
alur pikir sebagai berikut :

Pembangunan Rumah

Semen Cor (Plasteran)

Tukang/ buruh Bangunan

1. Paparan debu
semen cor
2. Lama kerja tukang
bangunan
3. Cara bekerja
tukang bangunan
2.3 Definisi Operasional

Alat
Variabel Definisi Cara Ukur Kategori Skala Ukur
Ukur
Penggunaan Menghitung Kuesioner Wawancara 1. 0-5 Sak Ordinal
semen penggunaan semen
untuk semen untuk (sedikit)
pengecoran pengecoran 2. 6-10 Sak
dalam 1 hari semen
(sedang)
3. >11 Sak
semen
(banyak)
Tingkat Segala Kuesioner Wawancara Tingkat Ordinal
Pengetahua sesuatu yang pengetahuan :
n tukang diketahui 1.
bangunan oleh pengetahuan
responden kurang
tentang (<60%
tahapan jawaban
pengecoran, benar)
meliputi : 2.
Pengertian pengetahuan
semen cor, cukup (60%-
jenis semen 80% jawaban
cor, fungsi benar)
semen cor 3.
pengetahuan
kurang
(≥80%
jawaban
benar)

Penggunaan Sebelum Kuesioner Wawancara Jenis APD : ordinal


APD melaksanaka 1. memenuhi
n aktivitas syarat (jika
pembangunan sesuai SNI)
, para tukang 2. tidak
harus memenuhi
menggunakan syarat (jika
alat tidak sesuai
pelindung SNI)
diri

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat analitik yaitu untuk menganalisa dampak
buruk semen cor terhadap kulit tukang bangunan di Kab. Sijunjung tahun
2020.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di tempat pembanguan rumah di Kab.
Sijunjung tahun 2020.
3.3 Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah para tukang bangunan di Kab. Sijunjung
tahun 2020.
3.4 Cara Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh penulis
berupa hasil kuesioner yang didapatkan dengan cara wawancara tentang
bagaimana dampak buruk semen cor terhadap kulit tukang bangunan di
Kab. Sijunjung tahun 2020.
a. Wawancara
Dilakukan dengan menggunakan satu alat ukur instrumen atau
pertanyaan-pertanyaan untuk narasumber yang akan ditanya.
Wawancara dilakukan dengan tukang bangunan di Kab. Sijunjung
tahun 2020.
b. Observasi
Dilakukan dengan pengamatan langsung ke lokasi tempat
pembangunan rumah, dengan mengamati langsung bagaimana
dampak buruk semen cor terhadap kulit tukang bangunan di Kab.
Sijunjung tahun 2020.

2. Data sekunder
Data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh dari pihak kedua,
seperti data dari pengumpulan dokumen- dokumen baik dari kelurahan
maupun dari Desa di kabupaten Sijunjung tahun 2020.
3.5 Pengolahan data
Proses pengolahan data dapat dilaukan dengan empat tahap :
1. Editing
Yaitu melihat kembali hasil kuesioner bila ditemukan kekurangan atau
kesalahan dalam pengumpulan data, maka dapat diperbaiki atau
ditambahkan.
2. Coding
Yaitu proses pengkodean, karena hasil dalam bentuk kuesioner. Maka
dilakukan pengubahan bentuk data dari data yang berbentuk kalimat
atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding ini sangat berguna
untuk tahapan selanjutnya yaitu entry data.
3. Entry
Yaitu proses pemindahan data ke komputer agar didapatkan data yang
siap untuk dianalisis.
4. Cleaning
Yaitu melakukan pembersihan data yang telah didapatkan untuk
mencegah kesalahan yang mungkin terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Ilma, Zidna. 2019. ANALISIS TINGKAT UPAH TERHADAP KEBUTUHAN
HIDUP LAYAK BURUH BANGUNAN DI DESA LAMBIHEU
LAMBARO ANGAN KECAMATAN DARUSSALAM ACEH BESAR
(Telaah Terhadap Konsep Hifdzun Nafs Dalam Islam). Hal 11-13
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 2003. Metodologi Penelitian, Jakarta :
PT.Bumi Aksara.
Fakultas Syari’ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Pedoman Penelitian
Karya Ilmiah, Malang : UIN Press.
Lexy J. Moleong. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya
Agus. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Anda mungkin juga menyukai