Anda di halaman 1dari 18

TUGAS BLOK KEPERAWATAN ANAK

“ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU PADA ANAK’’

Dosen Pengampu :

Ns. Yusnilawati, S.Kep., M.Kep

Oleh :

Anita Sari G1B118038

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020/2021

KONSEP TEORI TB PARU PADA ANAK


A. Defenisi

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh


Mycobacterium tubeculosis yaitu suatu bakteri tahan asam, atau Tuberculossis (TB)
adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemik sehingga
dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang
biasanya merupakan lokasi infeksi  primer.

B. Etiologi 

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis dan Micobacterium bovis (sangat jarang disebabkan oleh Micobacterium
avium). Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882. Basil
tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi
dalam cairan mati pada suhu 60°C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberculosis
menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan
merupakan faktor penyebab terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan
tuberkel. Basil Mycobacterium tuberculosis tidak membentuk toksin (baik endotoksin
maupun eksotoksin).

C. Penularan

Mycobacterium tuberculosis biasanya melalui udara hingga sebagian besar fokus


primer tuberculosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral
misalnya minum susu yang mengandung basil tuberculosis, biasanya Mycobacterium
bovis. Dapat juga terjadi dengan kontak langsung misalnya melalui luka atau lecet di
kulit. Tuberculosis kongenital sangat jarang dijumpai. Selain Mycobacterium tuberculosis
perlu juga dikenal golongan Mycobacterium lain yang dapat menyebabkan kelainan yang
menyerupai tuberculosis. Golongan ini disebut Mycobacterium atipic atau disebut juga
unclassified Mycobacterium.

D. Faktor Resiko
a.   Resiko Infeksi TBC

Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah
endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang tidak
sehat. Pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius,
Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika
pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas
pada lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan
kuat serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang
tidak baik. Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang
dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan
karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret endotracheal, dan jarang
terdapat batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan sputum. Bahkan
jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat dalam konsentrasi yang
rendah pada sektret endobrokial anak .

b.   Resiko Penyakit TBC

Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi


menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang
sempurna (imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan berkurang secara bertahap
seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun yang terinfeksi TBC, 43% nya akan
menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit hanya
24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun memiliki resiko
lebih tinggi mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan dan kematian yang
tinggi. Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun terakhir, malnutrisi, keadaan
imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan silikosis. Status sosial
ekonomi yang rendah, penghasilan yang kurang,kepadatan hunian, pengangguran, dan
pendidikan yang rendah2.

E. Patofisiologi

Masuknya basil tuberculosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.


Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta daya
tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan Kudlich
(1930) menemukan bahwa 95,93% dari 2.114 kasus, mereka mempunyai fokus primer di
dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian besar melalui udara dan mungkin juga
karena jaringan paru mudah kena infeksi tuberkulosis (susceptible).

Masuknya kuman tuberkulosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.


Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta daya tahan
tubuh manusia. Segera setelah menghirup basil tuberkulosis hidup di dalam paru-paru,
maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus primer. Basil
tuberkulosis akan menyebar, histosit mulai mengangkut organisme tersebut ke kelenjar
limfe regional melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional sehingga terbentuk
kompleks primer dan mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar 2 sampai 10 minggu (6-
8 minggu) pasca infeksi.  

Pada anak yang mengalami lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di
perifer dekat pleura, tetapi lebih banyakk terjadi di Lapangan bawah paru dibanding
dengan lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya
mengarah ke klasifikasi dan penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen. Pada
reaksi radang dimana leukosit polimorfonukleat tampak pada alveoli dan memfagosit
bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe dan sirkulasi.
Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif terhadap organisme TBC dan
membebaskan limfokim yang merubah makrofag atau mengaktifkan makrofag. Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa nekrosis
yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang
dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit. Nekrosis pada bagian sentral memberikan gambaran yang relatif padat pada
tubuh, yang disebut nekrosis kasiosa. Terdapat tiga macam penyebaran secara patogen
pada tuberkulosis anak : penyebaran Hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin
menimbul gejala atau tanpa gejala klinis, penyebaran milier, biasanya terjadi sekaligus
dan menimbulkan gejala akut, kadang-kadang kronis, penyeberan hematogen berulang.  
F. Klasifikasi

1. Tuberkulosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis

2. Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis

3. Tuberkulosis pada sistem saraf

4. Tuberkulosis pada organ-organ lainnya

5. Tuberkulosis millier.

G. Manifestasi Klinik

Gejala klinis TB tergantung faktor (usia, status imun, kerentanan) dan faktor agen
(jumlah, virulensi). Gejala TB pada anak yang umum terjadi adalah demam yang tidak
tinggi (subfebris), berkisar 38 derajad Celcius, biasanya timbul sore hari, 2-3 kali
seminggu dan belangsung 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gejala lain
adalah penurunan nafsu makan, dan gangguan tumbuh kembang. Batuk kronik yang
merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa, tidak terlalu mencolok pada anak.
Mengapa? Sebab lesi primer TB paru pada anak umumnya terdapat di daerah parenkim
yang tidak mempunyai reseptor batuk. Kalaupun terjadi, berarti limfadenitis regional
sudah menekan bronkus dimana terdapat reseptor batuk. Batuk kronik pada anak lebih
sering dikarenakan oleh asma. Gejala-gejala yang tersebut di atas dikategorikan sebagai
gejala nonspesifik. Perlu dicatat bahwa gejala nonspesifik dapat juga ditemukan pada
kasus infeksi lain. Maka dari itu, keberadaan infeksi lain perlu dipikirkan agar anak tidak
overtreated. Selanjutnya, gejala spesifik tergantung dari organ yang terkena seperti kulit
(skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain.

Atau secara singkat tanda dan gejala umum/nonspesifik tuberkulosis pada anak  dapat
disebutkan sebagai berikut :

1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan
gizi

2. Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat (failure to thrive)
3. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau infeksi saluran
napas akut), dapat disertai keringat malam

4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel

5. Batuk lama lebih dari 30 hari

6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.

Gejala spesifik sesuai organ terkena : TB kulit/skrofuloderma; TB tulang dan sendi


(gibbus, pincang); TB otak dan saraf/meningitis dengan gejala iritabel, kuduk kaku,
muntah, dan kesadaran menurun; TB mata (konjungtivitis fliktenularis, tuberkel koroid),
dll. Oleh karena gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan organ
pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain, maka ada yang menyebut TB sebagai the
great immitator. Perhatikan bila gerak anak kurang aktif jika dibandingkan dengan anak
sebayanya.

H. Komplikasi

1. Meningitis
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasis.
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus setempat)
dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,
persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary
Insufficiency).
I. Pemeriksaan Diagnostik

Permulaan tuberkulosis sukar diketahui karena gejalanya tidak jelas dan tidak khas,
tetapi kalau terdapat panas yang naik turun dan lama dengan atau tanpa batuk dan pilek,
anoreksia, penurunan berat badan dan anak lesu, harus dipikirkan kemungkinan tuberkulosis.
Petunjuk lain umtuk diagnosis tuberkulosis ialah adanya kontak dengan penderita
tuberkulosis orang dewasa. Diagnosis tuberkulosis paru berdasarkan gambaran klinis, uji
tuberkulin positif dan kelainan radiologis paru. Basil tuberkulosis tidak selalu dapat
ditemukan pada anak.

1. Uji Tuberkulin
Pemeriksaan ini merupakan alat diagnosis yang penting dalam menegakkan diagnosis
tuberkulosis.uji tuberkulin lebih penting lagi artinya pada anak kecil bila diketahui adanya
komversi dari negatif (recent tuberculin converter). pada anak dibawah umur lima tahun
dengan uji  tuberkulin positif, proses tuberkulosis biasanya masih aktif meskipun tidak
menunjukkan kelainan klinis dan radiologis, demikian pula halnya jika terdapat konfersi 
uji tuberkulin. Uji tuberkulin dilakukan berdasarkan timbulnya hipersensitivitas terhadap
tuberkulo protein karena adanya infeksi. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin
yaitu cara moro dengan salep, dengan goresan disebut patch test cara von pirquet, cara
mantoux dengan penyuntikan intrakutan dan  “multiple puncture method “ dengan empat-
enam jarum berdasarkan cara Heaf dan tine. Sampai sekarang cara mantoux masih
dianggap sebagai cara yang paling dapat di pertanggung jawabkan karena jumlah
tuberkulin yang dimasukkan dapat diketahui banyaknya. Reaksi lokal yang terdapat pada
mantoux terdiri atas: Eritema karena vasodilatasi primer, Edema karena reaksi antara
antigen yang disuntikkan dengan antibody dan indurasi yang dibentuk oleh sel
mononukleus.
Pembacaan uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan diukur
diameter melintang dari indurasi yang terjadi. Tuberkulin yang biasanya dipakai ialah Old
Tuberculin (OT) dan purified protein Derivative tuberculin (PPD). Pengeceran OT dan
PPD yang biasanya digunakan ialah : Dosis baku tuberkulin uji mantoux ialah 0,1 ml
PPD-RT 23 2TU,PPD-S  5 TU atau OT  ½ .000 yang disuntikkan intrakutan. Indurasi
dengan diameter  5 mm ke atas dianggap positif dengan catatan 0-4 mm negatif, 5-9 mm
masih meragukan dan 10 mm keatas jelas positif. Kalau uji tuberkulin dengan PPD-RT 23
2TU,PPD-S 5TU atau dengan OT ½.000 negatif , maka pemeriksaan harus diulang
dengan PPD-RT 23 100 TU atau OT 1/100 untuk memastikan bahwa uji tuberkulin itu
negatif. Juga kalau dengan PPD-RT 23 2TU,PPD-S 5TU atau OT ½.000 negatif tetapi
masih dicurigai akan adanya tuberkulosis aktif, misalnya diketahui terdapat kontak
dengan penderita tuberkulosis aktif, keadaan umum yang jelek dan kemungkinan adanya
anergi, maka pemeriksaan diulang dengan PPD-RT23 100 TU atau OT 1/100
Uji tuberkulin akan menjadi negatif untuk sementara pada penderita tuberkulosis
(anergi) dengan : Malnutrisi energi protein, Tuberkulosis berat, Morbili,varisela,
Pertusis,difteria,tifus abdominalis, Pemberian kortikosteroid yang lama, Vaksin virus
misalnya poliomyelitis serta Penyakit ganas,misalnya penyakit hodgkin
2. Pemeriksaan Radiologis
Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan radiologis. Secara rutin dilakukan
fotorontgen paru dan atas indikasi juga dibuat fotorontgen alat tubuh lain,misalnya foto tulang
punggung pada spondilitis. Gambaran radiologis paru yang biasanya dijumpai pada tuberkulosis paru
ialah :
a.       Kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran
b.      pembesaran kelenjar paratrakeal
c.       Penyebaran milier
d.      Atelektasis
e.       Pleuritis dengan efusi.
3. Pemeriksaan Bakteriologis
Penemuan basil tuberkulosis memastikan diagnosis tuberkulosis, tetapi tidak ditemukannya basil
tuberkulosis bukan berarti tidak menderita tuberkulosis. Bahan-bahan yang digunakan untuk
pemeriksaan bakteriologis adalah :
a.       Bilasan lambung
b.      Sekret bronkus
c.       Sputum pada anak besar
d.      Cairan pleura
e.       Likuor serebrospinalis
f.       Cairan asites
g.      Bahan-bahan lainnya
4. Uji Laboratorium

LED meninggi, sering tinggi sekali. Mungkin liositosis, monositosis, anemia, leukositosis
ringan, bila ditemui hasil demikian (bila tidak ada faktor lain) akan menyokong diagnosis. Gambaran
darah normal tidak menyingkirkan TBC. Gambaran darah tepi dan laju endap darah hanya
mempunyai korelasi dengan aktivitas penyakit. Pemeriksaan cairan spinal dilakukan atas indikasi
kecurigaan meningitis dan pada setiap TBC milier.

5. Uji BCG

Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberkulin (BCG langsung). Bila
pada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7
hari setelah penyuntikan, maka harus dicurigai adanya tuberkulosis dan diperiksa lebih lanjut kearah
tuberkulosis. Pada anak dengan tuberkulosis, BCG akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat
dan besar. Karena itu reaksi BCG ini dapat dipakai sebagai alat diagnostik. Sering terdapat kesukaran
untuk diagnosis tuberkulosis yang dini pada anak dengan malnutrisi karena adanya anergi terhadap
tuberkulin.Udani (1970) menyatakan bahwa uji BCG tidak terdapat anergi. Akhir-akhir ini sedang
diselidiki pemeriksaan serologis untuk menunjang diagnosis tuberkulosis. Penyebaran hematogen
tuberkulosis (hematogenous tuberculosis) terdapat 3 macam penyebaran hematogen pada
tuberkulosis anak,yaitu :

a.   Penyebaran hematogen tersembunyi (occult hematogenic spread) yang mungkin menimbulkan gejala
atau mungkin tanpa gejala klinis.

b.   Penyebaran hematogen umum (generalized hematogenic spread, penyebaran milier), biasanya terjadi
sekaligus dan menimbulkan gejala akut, kadang-kadang menjadi kronis.

c.   Penyebaran hematogen berulang-ulang (protracted or repeated hematogenic spread).

Penyebaran hematogen tersembunyi ( occult hematogenic spread). Penyebaran basil tuberkulosis


dalam jumlah yang sedikit selama stadium dini tuberkulosis dan disebut occult hematogenic spread.
Penyebaran ini selalu terjadi pada tuberkulosis primer meskipun tidak selalu tersebar luas, biasanya
terjadi pada masa inkubasi. Basil tuberkulosis dapat mencapai semua alat tubuh terutama apeks paru,
limpa dan kelenjar getah bening superfisial. Pada keadaan ini dapat terjadi pembesaran limpa dan
kelenjar getah bening  superfisial, kadang-kadang hepar juga teraba. Fokus pada apeks jarang terlihat
pada fotorontgen paru, kecuali kalau telah terjadi perkapuran yang disebut fokus Simun yang
mungkin akan menjadi tuberkulosis pasca-primer dimasa yang akan datang. Penyebaran hematogen
umum (generalized hematogenis spread). Tuberkulosis Milier Akut. tuberkel-tuberkel yang terjadi
akibat penyebaran umum ini biasanya mempunyai ukuran sama, meskipun tidak selalu sebesar
miliarius (kurang dari 2 mm), sehingga disebut tuberkulosis milier. Komplikasi ini biasanya terjadi
pada masa bayi dan anak kecil dan terjadi dalam waktu 6 bulan, terutama dalam 3 bulan setelah
terbentuknya kompleks primer. Dapat terjadi pembesaran hepar, limpa dan kelenjar getah bening
superfisial. Tuberkel dapat dijumpai dikoroid. Uji tuberkulin biasanya positif, menurut Lincoln pada
10% kasus tuberkulosis milier, uji tuberkulin negatif.

Pada fotorontgen paru akan tampak gambaran milier biakan basil tuberkulosis dari darah dan
sum-sum tulang memastikan diagnosis tuberkulosis milier secara cepat. Pemeriksaan likuor
serebrospinalis harus dikerjakan meskipun belum ada gejala meningitis, yaitu untuk menemukan
meningitis secara dini. Gambaran milier biasanya hilang sama sekali dan pada penyembuhan jarang
terjadi klasifikasi. Harus diingat bahwa penyebaran milier terjadi keseluruh tubuh dengan
kemungkinan basil tuberkulosis menetap dialat-alat tubuh terssebut dan suatu ketika fokus-fokus
tersebat dapat aktif lagi. Oleh karenanya setelah selesai pengobatan masih harus dilakukan
pngawasan sampai bertahun-tahun.

Petunjuk Who Untuk Diagnosis Tuberkulosis Anak

1. Dicurigai tuberculosis
a.   Anak sakit dengan riwayat kontak penderita tuberkulosis dengan diagnosis pasti
(BTA positif)
b.   Anak dengan :
- Keadaan klinik tidak membaik setelah menderita campak atau batuk rejan
- Berat badan menurun, batuk dan mengi yang tidak membaik dengan pengobatan
antibiotik untuk penyakit pernapasan
- Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit
2. Mungkin tuberkulosis
a.  Uji tuberkulin positif (10 mm/lebih)
b.  Foto Rontgen paru sugestif tuberkulosis
c.  Pemeriksaan histologis biopsi sugestif tuberkulosis
d.   Respon yang baik pada pengobatan dengan OAT
3. Pasti tuberkulosis (confirmed TB)
Ditemukan basil tuberculosis pada pemeriksaan langsung atau biakan. Identifikasi
Mycobacterium tuberculosis pada karakteristik biakan

J. Penatalaksanaan

Pengobatan TBC terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu


lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis.
ATS (1994) menekankan tiga prinsip dalam pengobatan tuberculosis yang berdasarkan
pada :

1.   Regimen harus termasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap mikroorganisme.


2.   Obat-obatan harus diminum secara teratur.
3.  Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup untuk menghasilkan
terapi yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang paling singkat.
Obat anti tuberculosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang
bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan dari pengobatan ini adalah :
1.  Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan
bakterisid.
2.  Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama estela pengobatan dengan kegiatan sterilisasi.
3.  Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.
Perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan dengan melakukan :
1.   Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder
2.   Pemberian oksigen yang adekuat
3.   Latihan batuk efektif
4.   Fisioterapi dada
5.   Pemberian nutrisi yang adekuat
6.   Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid, streptomisin, etambutol,
rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain)
7.   Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan perkembangan anak yang
tenderita tuberculosis dengan membantu memenuhi kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia
dan tugas perkembangan, yaitu :
a.   Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan, ketrampilan tangan,
vidio game, televisi)

b. Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang bervariasi bagi anak

c. Melibatkan anak dalam mengatur jadual harian dan memilih aktivitas yang diinginkan

d. Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit, menganjurkan
anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika memungkinkan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep di terapkan dalam praktek keperawatan. Hal
ini biasa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu tehnik
dan keterampilan interversonal dan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien.

A.    Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan data yang
akurat dari klien dan keluarga guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada.

Adapun pengkajian yang dilakukan pada klien dengan masalah TB paru yaitu : Identitas Data Umum
(selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga)

1.      Riwayat kesehatan

a.       Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)

b.      Riwayat kesehatan sekarang

c.       Riwayat kesehatan masa lalu

2.      Keadaan umum
Terdiri dari (KU dan tingkat kesadaran GCS)

3.      Kebutuhan dasar

a.       Rasa nyaman/nyeri

b.      Nutrisi

c.       Personal hygiene/kebersihan perorangan

d.      Cairan

e.       Aktivitas dan latihan

f.       Eliminasi

g.      Oksigenasi

h.      Istirahat/tidur

i.        Pencegahan terhadap bahaya

j.        Keamanan

k.      Neurosensori

l.        Hubungan psikologi, spiritual dan interaksi sosial.

B.     Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang dapat muncul yaitu :

1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif

2.      Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

3.      Gangguan pola tidur

4.      Intoleransi aktivitas

C.     Rencana Tindakan  Keperawatan (Intervensi)

1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif

Tujuan             : Klien tidak mengalami sesak dan batuk

Intervensi        : 
a.         Anjurkan klien untuk istirahat dan melatih nafas dalam

b.        Berikan posisi semi fowler/fowler

c.         Ajarkan klien untuk tehnik batuk efektif

d.        Lakukan saction bila perlu

e.         Berikan O2 1-3 liter/ menit

f.         Berikan bronkodilator bila perlu.

2.      Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Tujuan             : Berat badan dalam batas normal/ideal

Intervensi        :

a.       Kaji tingkat kesulitan klien saat menelan

b.      Berikan makanan dalam bentuk hangat

c.       Berikan makanan yang berpariasi

d.      Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering

e.       Timbang berat badan bila perlu.

3.      Gangguan pola tidur

Tujuan             : Tidur klien optimal/normal dalam kurung waktu 1x24 jam

Intervensi        :

a.         Kaji tingkat kesulitan klien saat tidur

b.        Ciptakan lingkungan yang nyaman

c.         Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)

d.        Kurangi pengunjung pada saat jam istirahat/tidur

e.         Kolaborasi pemberian obat tidur bila perlu.

4.      Intoleransi aktivitas

Tujuan             : Klien mampu beraktivitas secara mandiri


Intervensi        :

a.       Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

b.      Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

c.       Bantu klien untuk melakukan aktivitas yang bisa dilakukan

d.      Bantu klien untuk memilih aktivitas yang disuskai

e.       Observasi nutrisi dan sumber energi yang adekuat.

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN NANDA NIC-NOC

ND DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


X
1. Bersihan jalan nafas- Respiratory status : Domain 4 :
tidak efektif ventilation Aktivitas/Istirahat
- Defenisi : - Respiratory status : Airway Kelas 4 : Respons
Suatu keadaan ketika patency Kardiovaskuler/pulmonal
seseorang individu- Aspiration control 00032 : Bersihan jalan
mengalami suatu Kriteria hasil : nafas tidak efektif
ancaman yang nyata atau1.  Mendemostrasikan batukg.  Anjurkan klien untuk
potensial pada status efektif dan suara nafas yang istirahat dan melatih nafas
pernapasan sehubungan bersih, tidak ada sianosis dalam
dengan ketidak mampuan dan dispneu h.  Berikan posisi semi
unruk batuk secara2. Mnenunjukan jalan nafas fowler/fowler
efektif. yang paten i.   Ajarkan klien untuk
- Kriteria 3. Saturasi O2dalam batas tehnik batuk efektif
1.     Sesak normal j.   Lakukan saction bila
2.     Batuk berdahak 4. Foto toraks dalam batas perlu
3.     Pernapasan 32x/menit normal k.  Berikan O2 1-3 liter/ menit
- Faktor penyebab l.   Berikan bronkodilator
1.  Obstruksi jalan nafas bila perlu.

2. Ketidak seimbangan- Nutritional status : Food and Domain 2 : Nutrisi


nutrisi kurang dari fruid Kelas 1 : Makan
kebutuahn - Nutritional status : Nutrien 00002 : Ketidak
- Defenisi : intake seimbangan nutrisi
Asupan nutrisi yang tidak- Weigh control kurang dari kebutuhan.
cukup untuk memenuhi Kriteria hasil : f.  Kaji tingkat kesulitan
kebutuhan metabolik. 1.  Adanya peningkatan berat klien saat menelan
-  Kriteria : badan sesuai dengan tujuan g. Berikan makanan dalam
1.   Penurunan nafsu makan 2.  Berat badan ideal sesui bentuk hangat
2.   Porsi makan tidak di dengan tinggi badan h. Berikan makanan yang
habiskan 3. Mampu mengidentifikasi berpariasi
- Faktor penyebab : kebutuhan nutrisi i.  Berikan makanan dalam
1.   Ketidak mampuan untuk4. Tidak ada tanda-tanda porsi sedikit tapi sering
mengabsorbsi nutrisi malnutrisi j.  Timbang berat badan bila
5. Tidak terjadi penurunan perlu.
berat badan yang berarti.
3. Gangguan pola tidur - Anxiety control Domain 4 :
-  Defenisi : - Comforl level Aktivitas/Istirahat
Ketidak seimbangan- Pain level Kelas 1 : Tidur/Istirahat
tidur/istirahat dalam- Sleep : Extent and pattern 000198 : Gangguan pola
kurung waktu 1x24 jam Kriteria : tidur
dan terjadi jumlah tidur1. Jumlah jam tidur dalamf.   Kaji tingkat kesulitan
yang abnormal. batas normal klien saat tidur
- Kriteria : 2. Pola tidur, kualitas dalamg.  Ciptakan lingkungan yang
1.   Bangun lebih awal batas normal nyaman
2.   Tidak fresh setelah3. Perasaan fresh sesudahh.  Fasilitasi untuk
bangun tidur tidur/istirahat. mempertahankan aktivitas
3.   Penurunan kemampuan sebelum tidur (membaca)
fungsi i.   Kurangi pengunjung pada
4.   Sesak dan batuk saat jam istirahat/tidur
5.   Penurunan proporsi tidur j.   Kolaborasi pemberian
-  Faktor penyebab : obat tidur bila perlu.
1.   Pola aktivitas dan
kelelahan
4. Intoleransi aktivitas - Self care : ADLs Domain 4 :
- Defenisi : - Toleransi aktivitas Aktivitas/Istirahat
Intolerasi aktivitas adalah- Konservasi energi Kelas 4 : Respons
keadaan dimana Kriteria hasil : Kardiovaskuler/Pulmonal.
seseorang dalam1. Berpartisipasi dalamf.  Observasi adanya
melakukan aktivitas aktivitas fisik tanpa disertai pembatasan klien dalam
secara mandiri tidak peningkatan tekanan darah, melakukan aktivitas
efektif dan biasa di bantu nadi dan pernapasan g.  Kaji adanya faktor yang
oleh orang lain. 2.  Mampu melakukan menyebabkan kelelahan
- Kriteria : aktivitas sehari-harih.  Bantu klien untuk
1.     Kelelahan (ADLS) secara mandiri melakukan aktivitas yang
2.     Kelemahan 3.  Keseimbangan aktivitas dan bisa dilakukan
3.     Adanya dispnue istirahat. i.   Bantu klien untuk
4.     Iskemia memilih aktivitas yang
- Faktor penyebab : disuskai
1.   Ketidak seimbangan j.   Observasi nutrisi dan
suplai oksigen dengan sumber energi yang
kebutuhan adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A.H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA/NIC-NOC. Yogyakarta : Media action Publishing.

Ns. Harwina Widya Astuti, S.Kep & Ns. Angga Saeful Rahmat, S.Kep (2010).Asuhan
Keperawatan Anak & Dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta : Trnas Info Media.

Sri Sukmawati, S.Kep, Am.Keb & Ns. Retno Puji Hastuti, S.Kep dkk (2009).Keterampilan Dasar
Asuhan Kebidanan & Pemeriksaan Fisik Pada Bayi dan Anak, Jakarta : Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai