Dosen Pengampu :
Oleh :
B. Etiologi
C. Penularan
D. Faktor Resiko
a. Resiko Infeksi TBC
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah
endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang tidak
sehat. Pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius,
Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika
pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas
pada lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan
kuat serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang
tidak baik. Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang
dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan
karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret endotracheal, dan jarang
terdapat batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan sputum. Bahkan
jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat dalam konsentrasi yang
rendah pada sektret endobrokial anak .
E. Patofisiologi
Pada anak yang mengalami lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di
perifer dekat pleura, tetapi lebih banyakk terjadi di Lapangan bawah paru dibanding
dengan lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya
mengarah ke klasifikasi dan penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen. Pada
reaksi radang dimana leukosit polimorfonukleat tampak pada alveoli dan memfagosit
bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe dan sirkulasi.
Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif terhadap organisme TBC dan
membebaskan limfokim yang merubah makrofag atau mengaktifkan makrofag. Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa nekrosis
yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang
dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit. Nekrosis pada bagian sentral memberikan gambaran yang relatif padat pada
tubuh, yang disebut nekrosis kasiosa. Terdapat tiga macam penyebaran secara patogen
pada tuberkulosis anak : penyebaran Hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin
menimbul gejala atau tanpa gejala klinis, penyebaran milier, biasanya terjadi sekaligus
dan menimbulkan gejala akut, kadang-kadang kronis, penyeberan hematogen berulang.
F. Klasifikasi
5. Tuberkulosis millier.
G. Manifestasi Klinik
Gejala klinis TB tergantung faktor (usia, status imun, kerentanan) dan faktor agen
(jumlah, virulensi). Gejala TB pada anak yang umum terjadi adalah demam yang tidak
tinggi (subfebris), berkisar 38 derajad Celcius, biasanya timbul sore hari, 2-3 kali
seminggu dan belangsung 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gejala lain
adalah penurunan nafsu makan, dan gangguan tumbuh kembang. Batuk kronik yang
merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa, tidak terlalu mencolok pada anak.
Mengapa? Sebab lesi primer TB paru pada anak umumnya terdapat di daerah parenkim
yang tidak mempunyai reseptor batuk. Kalaupun terjadi, berarti limfadenitis regional
sudah menekan bronkus dimana terdapat reseptor batuk. Batuk kronik pada anak lebih
sering dikarenakan oleh asma. Gejala-gejala yang tersebut di atas dikategorikan sebagai
gejala nonspesifik. Perlu dicatat bahwa gejala nonspesifik dapat juga ditemukan pada
kasus infeksi lain. Maka dari itu, keberadaan infeksi lain perlu dipikirkan agar anak tidak
overtreated. Selanjutnya, gejala spesifik tergantung dari organ yang terkena seperti kulit
(skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain.
Atau secara singkat tanda dan gejala umum/nonspesifik tuberkulosis pada anak dapat
disebutkan sebagai berikut :
1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan
gizi
2. Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat (failure to thrive)
3. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau infeksi saluran
napas akut), dapat disertai keringat malam
4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel
H. Komplikasi
1. Meningitis
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasis.
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus setempat)
dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,
persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary
Insufficiency).
I. Pemeriksaan Diagnostik
Permulaan tuberkulosis sukar diketahui karena gejalanya tidak jelas dan tidak khas,
tetapi kalau terdapat panas yang naik turun dan lama dengan atau tanpa batuk dan pilek,
anoreksia, penurunan berat badan dan anak lesu, harus dipikirkan kemungkinan tuberkulosis.
Petunjuk lain umtuk diagnosis tuberkulosis ialah adanya kontak dengan penderita
tuberkulosis orang dewasa. Diagnosis tuberkulosis paru berdasarkan gambaran klinis, uji
tuberkulin positif dan kelainan radiologis paru. Basil tuberkulosis tidak selalu dapat
ditemukan pada anak.
1. Uji Tuberkulin
Pemeriksaan ini merupakan alat diagnosis yang penting dalam menegakkan diagnosis
tuberkulosis.uji tuberkulin lebih penting lagi artinya pada anak kecil bila diketahui adanya
komversi dari negatif (recent tuberculin converter). pada anak dibawah umur lima tahun
dengan uji tuberkulin positif, proses tuberkulosis biasanya masih aktif meskipun tidak
menunjukkan kelainan klinis dan radiologis, demikian pula halnya jika terdapat konfersi
uji tuberkulin. Uji tuberkulin dilakukan berdasarkan timbulnya hipersensitivitas terhadap
tuberkulo protein karena adanya infeksi. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin
yaitu cara moro dengan salep, dengan goresan disebut patch test cara von pirquet, cara
mantoux dengan penyuntikan intrakutan dan “multiple puncture method “ dengan empat-
enam jarum berdasarkan cara Heaf dan tine. Sampai sekarang cara mantoux masih
dianggap sebagai cara yang paling dapat di pertanggung jawabkan karena jumlah
tuberkulin yang dimasukkan dapat diketahui banyaknya. Reaksi lokal yang terdapat pada
mantoux terdiri atas: Eritema karena vasodilatasi primer, Edema karena reaksi antara
antigen yang disuntikkan dengan antibody dan indurasi yang dibentuk oleh sel
mononukleus.
Pembacaan uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan diukur
diameter melintang dari indurasi yang terjadi. Tuberkulin yang biasanya dipakai ialah Old
Tuberculin (OT) dan purified protein Derivative tuberculin (PPD). Pengeceran OT dan
PPD yang biasanya digunakan ialah : Dosis baku tuberkulin uji mantoux ialah 0,1 ml
PPD-RT 23 2TU,PPD-S 5 TU atau OT ½ .000 yang disuntikkan intrakutan. Indurasi
dengan diameter 5 mm ke atas dianggap positif dengan catatan 0-4 mm negatif, 5-9 mm
masih meragukan dan 10 mm keatas jelas positif. Kalau uji tuberkulin dengan PPD-RT 23
2TU,PPD-S 5TU atau dengan OT ½.000 negatif , maka pemeriksaan harus diulang
dengan PPD-RT 23 100 TU atau OT 1/100 untuk memastikan bahwa uji tuberkulin itu
negatif. Juga kalau dengan PPD-RT 23 2TU,PPD-S 5TU atau OT ½.000 negatif tetapi
masih dicurigai akan adanya tuberkulosis aktif, misalnya diketahui terdapat kontak
dengan penderita tuberkulosis aktif, keadaan umum yang jelek dan kemungkinan adanya
anergi, maka pemeriksaan diulang dengan PPD-RT23 100 TU atau OT 1/100
Uji tuberkulin akan menjadi negatif untuk sementara pada penderita tuberkulosis
(anergi) dengan : Malnutrisi energi protein, Tuberkulosis berat, Morbili,varisela,
Pertusis,difteria,tifus abdominalis, Pemberian kortikosteroid yang lama, Vaksin virus
misalnya poliomyelitis serta Penyakit ganas,misalnya penyakit hodgkin
2. Pemeriksaan Radiologis
Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan radiologis. Secara rutin dilakukan
fotorontgen paru dan atas indikasi juga dibuat fotorontgen alat tubuh lain,misalnya foto tulang
punggung pada spondilitis. Gambaran radiologis paru yang biasanya dijumpai pada tuberkulosis paru
ialah :
a. Kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran
b. pembesaran kelenjar paratrakeal
c. Penyebaran milier
d. Atelektasis
e. Pleuritis dengan efusi.
3. Pemeriksaan Bakteriologis
Penemuan basil tuberkulosis memastikan diagnosis tuberkulosis, tetapi tidak ditemukannya basil
tuberkulosis bukan berarti tidak menderita tuberkulosis. Bahan-bahan yang digunakan untuk
pemeriksaan bakteriologis adalah :
a. Bilasan lambung
b. Sekret bronkus
c. Sputum pada anak besar
d. Cairan pleura
e. Likuor serebrospinalis
f. Cairan asites
g. Bahan-bahan lainnya
4. Uji Laboratorium
LED meninggi, sering tinggi sekali. Mungkin liositosis, monositosis, anemia, leukositosis
ringan, bila ditemui hasil demikian (bila tidak ada faktor lain) akan menyokong diagnosis. Gambaran
darah normal tidak menyingkirkan TBC. Gambaran darah tepi dan laju endap darah hanya
mempunyai korelasi dengan aktivitas penyakit. Pemeriksaan cairan spinal dilakukan atas indikasi
kecurigaan meningitis dan pada setiap TBC milier.
5. Uji BCG
Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberkulin (BCG langsung). Bila
pada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7
hari setelah penyuntikan, maka harus dicurigai adanya tuberkulosis dan diperiksa lebih lanjut kearah
tuberkulosis. Pada anak dengan tuberkulosis, BCG akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat
dan besar. Karena itu reaksi BCG ini dapat dipakai sebagai alat diagnostik. Sering terdapat kesukaran
untuk diagnosis tuberkulosis yang dini pada anak dengan malnutrisi karena adanya anergi terhadap
tuberkulin.Udani (1970) menyatakan bahwa uji BCG tidak terdapat anergi. Akhir-akhir ini sedang
diselidiki pemeriksaan serologis untuk menunjang diagnosis tuberkulosis. Penyebaran hematogen
tuberkulosis (hematogenous tuberculosis) terdapat 3 macam penyebaran hematogen pada
tuberkulosis anak,yaitu :
a. Penyebaran hematogen tersembunyi (occult hematogenic spread) yang mungkin menimbulkan gejala
atau mungkin tanpa gejala klinis.
b. Penyebaran hematogen umum (generalized hematogenic spread, penyebaran milier), biasanya terjadi
sekaligus dan menimbulkan gejala akut, kadang-kadang menjadi kronis.
Pada fotorontgen paru akan tampak gambaran milier biakan basil tuberkulosis dari darah dan
sum-sum tulang memastikan diagnosis tuberkulosis milier secara cepat. Pemeriksaan likuor
serebrospinalis harus dikerjakan meskipun belum ada gejala meningitis, yaitu untuk menemukan
meningitis secara dini. Gambaran milier biasanya hilang sama sekali dan pada penyembuhan jarang
terjadi klasifikasi. Harus diingat bahwa penyebaran milier terjadi keseluruh tubuh dengan
kemungkinan basil tuberkulosis menetap dialat-alat tubuh terssebut dan suatu ketika fokus-fokus
tersebat dapat aktif lagi. Oleh karenanya setelah selesai pengobatan masih harus dilakukan
pngawasan sampai bertahun-tahun.
1. Dicurigai tuberculosis
a. Anak sakit dengan riwayat kontak penderita tuberkulosis dengan diagnosis pasti
(BTA positif)
b. Anak dengan :
- Keadaan klinik tidak membaik setelah menderita campak atau batuk rejan
- Berat badan menurun, batuk dan mengi yang tidak membaik dengan pengobatan
antibiotik untuk penyakit pernapasan
- Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit
2. Mungkin tuberkulosis
a. Uji tuberkulin positif (10 mm/lebih)
b. Foto Rontgen paru sugestif tuberkulosis
c. Pemeriksaan histologis biopsi sugestif tuberkulosis
d. Respon yang baik pada pengobatan dengan OAT
3. Pasti tuberkulosis (confirmed TB)
Ditemukan basil tuberculosis pada pemeriksaan langsung atau biakan. Identifikasi
Mycobacterium tuberculosis pada karakteristik biakan
J. Penatalaksanaan
b. Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang bervariasi bagi anak
c. Melibatkan anak dalam mengatur jadual harian dan memilih aktivitas yang diinginkan
d. Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit, menganjurkan
anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika memungkinkan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep di terapkan dalam praktek keperawatan. Hal
ini biasa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu tehnik
dan keterampilan interversonal dan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan data yang
akurat dari klien dan keluarga guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada.
Adapun pengkajian yang dilakukan pada klien dengan masalah TB paru yaitu : Identitas Data Umum
(selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga)
1. Riwayat kesehatan
2. Keadaan umum
Terdiri dari (KU dan tingkat kesadaran GCS)
3. Kebutuhan dasar
a. Rasa nyaman/nyeri
b. Nutrisi
d. Cairan
f. Eliminasi
g. Oksigenasi
h. Istirahat/tidur
j. Keamanan
k. Neurosensori
B. Diagnosa Keperawatan
4. Intoleransi aktivitas
Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk istirahat dan melatih nafas dalam
Intervensi :
Intervensi :
4. Intoleransi aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA/NIC-NOC. Yogyakarta : Media action Publishing.
Ns. Harwina Widya Astuti, S.Kep & Ns. Angga Saeful Rahmat, S.Kep (2010).Asuhan
Keperawatan Anak & Dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta : Trnas Info Media.
Sri Sukmawati, S.Kep, Am.Keb & Ns. Retno Puji Hastuti, S.Kep dkk (2009).Keterampilan Dasar
Asuhan Kebidanan & Pemeriksaan Fisik Pada Bayi dan Anak, Jakarta : Trans Info Media.