Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERAN PENTING OBAT TRADISIONAL DALAM FARMASI

Dosen Pengampu:

Anggit Aruwiyantoko,M.Pd.

Disusun oleh:

Ladyes Ramadinri ( F32021161)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2022

1
Kata Pengantar

Puji syukur diucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa ,sehingga makalah ini dapat tersusun
sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………2

Daftar isi………………………………………………………………………………..3

BAB I ……………………………………………………………………………..……4

PENDAHULUAN………………………………………………………………………4

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..…..4


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………...5
1.3 Tujuan dan Manfaat…………………………………………………………5
1.4 Metode Penulisan……………………………………………………………5

BAB II …………………………………………………………………………………..5

2.1 Pengertian ………………………………………………………………...…5

2.2 Jenis dan sumber Obat tradisional………………………………………...…11

2.3 Pengembangan obat Tradisional Indonesia…………………………………..12

2.4 Komposisi dan Persyaratan Obat Tradisional ……………………………….13

2.5 Regulasi Obat dan Perbekalan Kesehatan……………………………………15

BAB III…………………………………………………………………………………...15

PENUTUP…………………………………………………………………………….….16

Saran……………………………………………………………………………...16

Kesimpulan……………………………………………………………………….16

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Obat tradisional di Indonesia sangat besar perananya dalam pelayanan kesehatan


masyarkat di Indonesia dan sangat potensial untuk dikembangkan. Karena memang Negara
kita kaya akan tanaman obat-obatan . Namun, sayang kekayaan alam tersebut tampaknya masih
belum dimanfaatkan secara optimal untuk kesehatan. Padahal saat ini biaya pengobatan
modern cukup mahal ditambah lagi dengan krisis ekonomi yang melanda bangsa ini belum
sepenunya berakhir. Hal tersebut di khawatirkan dapat membuat kemampuan masyarakat
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal semakin menurun.

Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang perlu terus dilestarikan dan
dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk meningkatkan
perekonomian rakyat. Untuk dapat ikut meningkatkan pelayanan dan meningkatkan
pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Selama ini industri jamu ataupun obat-obat tradisional
bertahan tanpa dukungan yang memadai dari pemerintah maupun industri farmasi. Sementara
iu tantangan dari dalam negeri sendiri adalah sikap dari dunia medis yang belum sepenuhnya
menerima jamu dan obat tradisional. Merebaknya jamu palsu maupun jamu yang bercampur
bahan kimia beberapa waktu lalu, semakin menambah keraguan masyarakat akan khasiat dan
keamanan mengkonsumsi jamu dan obat tradisional sudah lama dilakukan oleh masyarakat.
Obat tradisional ini tentunya sudah diuji bertahun-tahun bahkan berabad-abad sesuai dengan
perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia.

Dokter dan apotik belum dapat menerima jamu sebagai obat yang dapat mereka
rekomendasikan kepada pasien sehingga pemasaran produk jamu tidak bisa menggunakan
tenaga detailer seperti pada obat modern. Di pihak dokter, sistem pendidikan masih mengacu
kepada pengobatan modern dan tidak menyentuh substansi pengobatan dengan bahan alam
(fitofarmaka). Dengan kondisi di atas, tidak heran bila pasar industri jamu dan obat tradisional
sulit berkembang pesat. Padahal, denganjumlah masyarakat Indonesi yang mencapai lebih dari

4
200 juta jiwa, sesungguhnya potensi pasar bagi produk jamu ataupun obat tradisional amatlah
besar. Terlebih lagi, saat ini tampak ada kecenderungan hidup sehat pada masyarakat kelas
menengah atas untuk menggunakan produk berasal dari alam(back to nature). Saat ini masalah
dalam pengembangan obat bahan alam di antaranya kurang pembuktian keamanan dan khasiat
obat tersebut,sehingga tidak memenuhi criteria untuk dapat diterima dan digunakan dalam
pelayanan kesehatan.

1.2. Rumusan Masalah

• Pengertian Obat dan Pengobatan Tradisional


• Jenis dan Sumber Obat Tradisional
• Pengembangan Obat Tradisional Indonesia
• Komposisi dan Persyaratan Obat Tradisional
• Regulasi Obat dan Perbekalan Kesehatan
Perubahan Sosial dan Budaya

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat dari makalah ini, agar kita dapat mengetahui Pengertian Obat dan
Pengobatan Tradisional, Jenis dan Sumber Obat Tradisional, Pengembangan Obat
Tradisional Indonesia,Komposisi dan Persyaratan Obat Tradisional, Regulasi Obat dan
Perbekalan Kesehatan,dan Perubahan Sosial dan Budaya.

1.4. Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode kepustakaan (library research),
dan pemanfaatan media elektronik masa seperti internet.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
5
Dalam masyarakat sendiri sebenarnya terdapat suatu dinamika yang membuat mereka
mampu bertahan dalam keadaan sakit dan hal ini sebenarnya merupakan potensi yang dapat
dikembangkan untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Potensi yang berarti kemampuan,
daya, kesanggupan, kekuatan yang dapat dikembangkan. Selama ini perkembangan pelayanan
kesehatan tradisional dan alternatif tampak semakin pesat sekitar 32% masyarakat kita
memakai pengobatan dan obat tradisional ketika sakit. Perkembangan ini telah mendorong
pertumbuhan usaha di bidang obat tradisional, mulai dari budidaya tanaman obat,industri obat,
dan distribusi. Akhir-akhir ini banyak muncul penyakit-penyakit baru yang belum ditemukan
obatnya. Hal ini membuat cemas masyarakat,padahal bahan-bahan untuk obat tradisional yang
berkhasiat obat banyak terdapat di seluruh pelosok tanah air, meskipun masih belum
dimanfaatkan secara optimal untuk pengobatan penyakit. Hal ini berarti obat tradisional
memiliki potensi besar dalam pelayanan kesehatan.

1. Obat Tradisional

Obat Tradisional adalah obat yang dibuat dari bahan atau paduan bahan-bahan yang
diperoleh dari tanaman,hewan atau mineral yang belum berupa zat murni. Obat tradisional
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Ditjen POM,1999). Sediaan galenik
adalah hasil ekstrasi bahan atau campuran bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
hewan. Obat tradisional sering dipakai untuk pengobatan penyakit yang belum ada obatnya
yang memuaskan seperti penyakit kanker, penyakit viru termasuk AIDS dan penyakit genertif,
serta pada keadaan tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Informasi tentang lima hal di atas diperlukan dan dievaluasi dalam menilai suatu obat.
Penisilin umpamanya sudah diketahui bahwa besar responsnya berkaitan erat dengan besar
dosis, ia diketahui kapan mencapai kadar efektif dalam darah manusia dan dalam bentuk apa
sisa penisilin diekskresi. Diketahui pula pada bagian apa dari kuman penisilin bekerja, serta
bagaimana bekerjanya dan diketahui pula hubungan kerja dengan struktur molekul penisilin.
Informasi seperti imi dipunyai obat modern yang dipasarkan, sementara kurangnya informasi
menyebabkan suatu obat tidak dapat diedarkan sebagai obat.

6
Tabel 1.

Tanaman Obat Fitofarmaka yang Prospektif

No Tanaman Obat Bagian Indikasi potensi


tanaman obat
1. Temulawak (Curcuma Umbi Hepatitis, artritis
Xantorrhiza
2. Kunyit ( Curcuma Umbi Hepatitis, arthritis, antiseptik
demostica Val )
3. Bawang Putih (Allium Umbi Kandidiasis, hiperlipidemia
sativum Lynn)
4. Jati Blanda (Guazuma Daun Anti hiperlipidemia
ulmitblia Lamk)
5. Handeuleum (Daun Daun Hemoroid
ungu) (Gratophyllum
picium Griff
6. Tempuyung (Sonchus Daun Nefrolitiasis, diuretik
arvensis Linn)
7. Kejibeling Daun Nefrolitiasis, diuretik
(Strobilanthes cripus BJ)
8. Labu merah (Cucurbita Biji Taeniasis
moschata Durch)
9. Katuk (Sauropus Daun Meningkatkan produksi ASI
androgynus Merr)
10. Kumis kucing Daun Diuretik
(Orthosiphon stamineus
Benth)
11. Seledri (Apium Daun Hipertensi
graveolena Linn)
12. Pare (Momordica Buah biji Diabetes mellitus
charantia Linn)

7
13. Jambu biji (Klutuk) Daun Diare
(Psidium guajava Linn)
14. Ceguk (wudani) Biji Askariasis,oksiurtasis
(Quisqualis indica Linn)
15. Jambu mede Daun Analgesik
(Anacardium
occidentale)
16. Sirih (Piper betle Linn) Daun Antiseptik
17. Saga tekik (Abrus Daun Stomatitis attosa
precatorius Linn)
18. Sabung (Blumca Daun Analgesik, antipiretik
balsamitera D.C)
19. Benalu the (Loranthus Batang Ahli kanker
spec, div)
20. Pepaya (Carica papaya Getah daun biji Sumber papain, Anti malaria,
Linn) Kontrasepsi pria
21. Butrawali (Tinospora Batang Anti malaria, Diabetes mellitus
rumphii Boerl)
22. Pegagan (kaki Daun Diuretika,antishipertensieptic,antikeloid,
kuda)(Centella asiatica
Urban)
23. Legundi (Vitcx trifolia Daun Antiseptik
Linn)
24. Inggu (Ruta graveolens Daun Analgesik, antipiretik
Linn)
25. Sidowajah (Woodfordia Daun Antiseptik, diuretika
floribunda Salibs)
26. Pala (Myristica fragrans Buah Sedatif
Houtt)
27. Sambilata (Adrographis Seluruh Antiseptik,diabetes mellitus
paniculata Nees) tanaman daun
28. Jahe (Halia) ( Zingibers Umbi Analgesik, Antipiretik, antiinflamasi
officinale Linn)

8
29. Delima putih (Punica Kulit buah Antiseptik, antidiare
granalum Linn)
30. Dringo (Acorus calamus Umbi Sedatif
Linn)
31. Jeruk ninja (Citrus Buah Antibatuk.
aurantifolia Svviqk)

2. Pengobatan Tradisional

Pengobatan Tradisional adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain dari ilmu
kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara lisan maupun tulisan yang
berasal dari Indonesia atau luar Indonesia. WHO menyatakan Pengobatan tradisional ialah ilmu
dan seni pengobatan berdasarkan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktek, baik
yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakuakn diagnosis,prevensi dan
pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial.

Jenis pengobatan tradisional di Indonesia

Berbagai jenis dan cara pengobatan tradisional terdapat dan dikenal di Indonesia. Ada
yang asli Indonesia dan ada pula yang berasal dari luar negeri. Secara garis besar ada 4 jenis
pengobatan tradisional yaitu :

1. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat :

• Pengobatan tradisional dengan ramuan asli Indonesia


• Pengobatan tradisional dengan ramuan obat cina
• Pengobatan tradisional dengan ramuan obat India

2. Pengobatan tradisional spiritual/kebatinan:

• Pengobatan tradisional atas dasar kepercayaan


• Pengobatan tradisional atas dasar agama
• Pengobatan dengan dasar getaran magnetis

3. Pengobatan tradisional dengan memakai peralatan/perangsangan :

9
• Akupuntur, pengobatan atas dasar ilmu pengobatan tradisional Cina yang menggunakan
penusukan jarum dan penghangatan moxa (Daun Arthmesia vulgaris yang di keringkan);
• Pengobatan tradisional urut pijat
• Pengobatan tradisional patah tulang
• Pengobatan tradisional dengan peralatan (tajam/keras)
• Pengobatan tradisional dengan peralatan benda tumpul.

4. Pengobatan tradisional yang telah mendapat pengarahan dan pengaturan pemerintah


;

• Dukun beranak
• Tukang gigi tradisional

2.2. Jenis dan Sumber Obat Tradisional

Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen
POM) yang kemudian beralih menjadi Badan POM mempunyai tanggung jawab dalam
peredaran obat tradisional di masyarakat. Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan
menjadi 2 kelompok,yaitu obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan semakin
berkembangnya teknologi,telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu
proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam
bentuk ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan
penelitian sampai dengan uji klinik. Dengan keadaan tersebut maka obat tradisional sebenarnya
dapat dikelompokkan menjadi 3 , yaitu jamu, obat ekstrak alam dan fitofarmaka.

1. Jamu (Empirical bused herbal medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan dan
mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum
dibakukkan dan dipergunakan dalam upaya pengobatan berdasarkan pengalaman. Bentuk
sediaannya berwujud sebagai serbuk seduhan,rajangan untuk seduhan,dan sebagainya. Istilah
penggunaannya masih memakai pengertian tradisional seperti galiansingset, sekalor, pegel
linu, tolak angin, dan sebagainya. Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara
tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, oil, dan cairan yang berisi seluruh bahan
tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada

10
umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari
berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5-10 macam bahkan
lebih

2. Ekstrak bahan alam ( Scientific based herbal medicine)

Ekstrak bahan alam adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian
bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan
proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan
tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak.
Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan
pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pra-klinik seperti standar kandungan bahan
berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanman obat, standar pembuatan obat tradisional yang
higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.

3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanannya dan khasiatnya,
bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyarakatan
yang berlaku. Istilah cara penggunaanya menggunakan pengertian farmakologik seperti
diuretic,analgesic,antipiretik,dan sebagainya. Selama ini obat-obat fitofarmaka yang berada di
pasaran masih kalah bersaing dengan obat paten. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor,antara
lain kepercayaan, standar produksi, promosi dan pendekatan terhadap medis, maupun
konsumennya secara langsung. Fitofarmaka merupkan bentuk obat tradisional dari bahan alam
yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah
terstandar,ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dnegn uji klinik pada manusia. Oleh karena
itu, dalam pembuatannya memerlukan tenaga ahli dan biaya yang besar ditunjang dengan
peralatan berteknologi modern pula.

Obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai pembuat atau yang
memproduksi obat tradisional yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Obat tradisional buatan sendiri

Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di Indonesia saat
ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan untuk menyediakan
ramuan obat tradisional yang digunakan untuk keperluan keluarga.

11
b. Obat tradisional berasal dari pembuat jamu (Herbalist)

Membuat jamu merupakan salah satu profesi yang jumlahnya masih cukup banyak.
Saalah satunya adalah pembuat sekaligus penjual jamu gendong. Pembuat jamu gendong
merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam bentuk cairan minum yang sangat
digemari masyarakat.

c. Obat tradisional buatan industri

Berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan RI , industri obat tradisioanl dapat


dikelompokkan menjadi industri kecil dan industri besar berdasarkan modal yang harus mereka
miliki. Dengan semakin maraknya obat tradisional, tampaknya industri farmasi mulai tertarik
untuk memproduksi obat tradisional. Akan tetapi,pada umumnya yang berbentuk sediaan
modern berupa ektrak baham alam atau fitofarmaka. Sedangkan industri jamu lebih condong
untuk memproduksi bentuk jamu yang sederhana meskipun akhir-akhir ini cukup banyak
industri besar yang memproduksi jamu dalam bentuk sediaan modern (tablet,kapsul, sirup dan
lain-lain) dan bahkan fitofarmaka.

2.3. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia

Terdapat 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh dalam upaya pengembangan obat
tradisional tersebut,yakni kearah :

a. Obat kelompok fitoterapi, yang mendasarkan kepada simplisia (termasuk sediaan


galeniknya) yang digunakan sebagai obat.

b. Obat kelompok kemoterapi, yang mendasarkan kepada zat aktif yang dalam keadaan
murni diisolasi dari tumbuhan

Seperti telah disinggung di muka, Departemen Kesehatan menekankan pengembangan


obat tradisional kelompok fitoterapi. Tujuannya agar dapat menghasilkan sediaan-sediaan
fitoterapik baik dalam bentuk simplisia ataupun sediaan galenik, yang segera dapat
dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan formal.

Dalam hal ini pertama-tama perlu dilakukan pengumpulan data tentang obat tradisional
yang ada dan pernah ada di Indonesia. Kemudian menyeleksi mana yang perlu dikembangkan
dan mana pula yang tidak. Untuk obat tradisional yang akan dikembangkan, perlu penelitian
lanjutan menyangkut keamanan penggunaan, farmakologi serta khasiatnya secara klinik.

12
Tahap berikutnya adalah mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan sediaan yang dapat
digunakan dan penelitian mutu ditinjau dari sudut teknologi farmasi. Jika obat tradisional telah
mengalami penelitian dan pengembangan seperti diuraikan diatas dapat dikatakan telah
memenuhi persyaratan medic dan farmasetik.

Pemilihan obat tradisional yang akan dikembangkan ke arah obat kelompok


fitoterapi didasarkan atas pertimbangan :

1. Obat tradisional tersebut diharapkan mempunyai manfaat untuk penyakit-penyakit yang


angka kejadiannya menduduki urutan atas (pola penyakit).

2. Obat tradisional tersebut diperkirakan mempunyai manfaat untuk penyakit-penyakit tertentu


berdasarkan pengalaman pemakaiannya.

3. Obat tradisional tersebut diperkirakan merupakan alternatif yang jarang atau bahkan
merupakan satu-satunya alternatif untuk penyakit tertentu.

2.4. Komposisi dan Persyaratan Obat Tradisional

Komposisi obat tradisional yang biasa diproduksi oleh industri jamu dalam bentuk jamu
sederhana pada umumnya tersusun dari bahan baku yang sangat banyak dan bervariasi.
Sedangkan bentuk obat ekstrak alam dan fitofarmaka pada umumnya tersusun dari simplisia
tunggal atau maksimal 5 macam jenis bahan tanaman obat. Pada pembahasan ini lebih
ditekankan pada penyusunan obat tradisional bentuk sederhana atau jamu, mengingat cukup
banyak komposisi jamu yang irrasional seperti penggunaan simplisia yang tidak sesuai pada
satu ramuan, penggunaan simplisia yang tidak sesuai dengan manfaat yang diharapkan dan
sebagainya. Agar dapat disusun suatu komposisi obat tradisional maka beberapa hal yang perlu
diketahui adalah:

1. Nama umum obat tradisional/jamu

Jamu yang diproduksi pada umumnya mempunyai tujuan pemanfaatan yang tercermin
dari nama umum jamu.Perlu diketahui bahwa terdapat peraturan tentang penandaan obat
tradisional. Jamu yang diproduksi dan didistribusikan kepada konsumen harus diberi label yang
menjelaskan tentang obat tradisional tersebut, diantaranya tentang manfaat atau khasiat jamu.
Penjelasan tentang manfaat jamu hanya boleh disampaikan dalam bentuk mengurangi atau
menghilangkan keluhan atau gejala yang dialami seseorang dan bukan menyembuhkan suatu
diagnosis penyakit.

13
2. Komposisi bahan penyusun jamu

Menyusun komposisi bahan penyusun jamu dapat dilakukan dengan memperhatikan


manfaat yang akan diambil dari ramuan yang dibuat derta kegunaan dari masing-masing
simplisia penyusun jamu tersebut. Tujuan pemanfaatan jamu untuk suatu jenis keadaan tertentu
harus memperhatikan keluhan yang biasa dialami pada kondisi tersebut.Misalkan pada orang
hamil tua sering mengalami kejang pada kaki, badan mudah lelah,dan lain
sebagainya;penderita rematik biasa mengeluhkan nyeri pada persendian.

Keterbatasan yang dijumpai dalam penyusunan kompisisi jamu adalah takaran dari
masing-masing simplisia maupun dosis sediaan. Penelitian ilmiah dalam hal ini masih sangat
kurang sehingga seringkali penetapan takaran maupun dosis hanya mengacu pada pengalaman
peracik obat tradisional yang lain dan atas dasar kebiasaan penggunaan terdahulu.

3. Simplisia dan kegunaan

Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apa pun dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Dari
jenis simplisia yang umum digunakan oleh industri jamu, ada beberapa tanaman yang
mempunyai kegunaan yang mirip satu dengan lainnya meskipun pasti juga terdapat perbedaan
mengingat kandungan bahan berkhasiat antara satu tanaman dengan lainnya tidak dapat sama.
Bahkan, untuk jenis tanaman yang sama, masih ada kemungkinan kadar bahan berkhasiat yang
terkandung tidak sama persis mengingat adanya pengaruh dari tanah tempat tumbuh, iklim,
dan perlakuan,misalnya pemupukan.

4. Penelitian yag telah dilakukan terhadap simplisia penyusun obat tradisional

Obat tradisional terdiri dari berbagai jenis tanaman dan bagian tanaman. Sesuai dengan
Sistem Kesehatan Nasional maka obat tradisional yang terbukti berkhasiat perlu dimanfaatkan
dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk dapat membuktikan khasiatnya,sampai saat ini telah
banyak dilakukan penelitian. Akan tetapi, masih bersifat pendahuluan dan masih sangat sedikit
percobaan dilakukan sampai fase penelitian klinik. Penelitian yang telah dilakukan terhadap
tanaman obat sangat membantu dalam pemilihan bahan baku obat tradisional. Pengalaman
empiris ditunjang dengan penelitian semakin memberikan keyakinan akan khasiat dan
keamanan obat tradisional.

14
Penelitian dan pengembangan obat dan perbekalan kesehatan pada dasarnya mencakup
sistem (managemen obat, SDM, penggunaaan obat rasional, dan lain-lain), komoditas ( obat
,bahan obat,obat tradisional kosmetik, bahan berbahaya, bahan tambahan makanan, dan lain-
lain), proses (pengembangan obat baru kimia farmasi, formulasi,uji preklinik, uji klinik), kajian
regulasi dan kebijakan (obat esensial, obat generic, cara pembuatan obat yang baik).

Riset operasional memfasilitasi implimentasi, monitoring dan evaluasi berbagai aspek


dalam kebijakan obat. Riset operasional merupakan alat utama dalam menilai dampak
kebijakan obat dalam sistem pelayanan kesehatan disuatu Negara,meneliti aspek ekonomis
penyediaan obat, dan aspek sosial budaya dalam penggunaan obat (WHO,2011).

2.5. Regulasi Obat dan Perbekalan Kesehatan

Menurut WHO (2001), otoritas regulasi obat adalah lembaga yang menyusun dan
melaksanakan berbagai peraturan mengenai kefarmasian untuk menjamin keamanan, khasiat,
mutu dan kebenaran informasi mengenai obat. Pengawasan obat merupakan salah satu upaya
mengatasi masalah penyalahgunaan obat yang merupakan masalah kompleks dan harus
ditangani secara lintas sektor dan lintas program. Selain itu, pengawasan obat juga mencakup
perlindungan kepada masyarakat terhadap penggunaan obat yang salah sebagai akibat dari
kekurangtahuan masyarakat serta informasi yang tidak benar,tidak lengkap , dan menyesatkan.

2.6. Perubahan Sosial dan Budaya

Koentjaraningrat,dalam bukunya Penghantar Anthropologi (1996),menjelaskan bahwa


perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat dpat dibedakan ke dalam beberapa bentuk
yaitu:

1. perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat


2. perubahan-perubahan yang pengaruhnya kecil dan perubahan yang besar pengaruhnya
3. perubahan yang di rencanakan dan tidak direncanakan.

Disamping itu, proses perubahan kebudayaan yang terjadi dalam jangka waktu yang pendek
dinamakan inovasi. Inovasi membutuhkan beberapa syarat,antara lain :

• masyarakat merasa akan kebutuhan perubahan


• perubahan harus dipahami dan dikuasai masyarakat
• perubahan dapat diajarkan
• perubahan memberikan keuntungan di masa yang akan datang
15
• perubahan tidak merusak prestise pribadi atau kelompok.

Sebaliknya, perubahan tidak bisa meluas karena :

• Pengguna penemuan baru mendapat suatu hukuman


• Penemuan baru sulit diintegrasikan ke dalam pola kebudayaan yang ada.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhir-akhir ini perhatian terhadap obat alami meningkat dengan tajam. Penelitian
mengenai potensi dan khasiat obat alami pun mengalami peningkatan. Hal ini merupakan
sesuatu yang menggembirakan, mengingat potensi kekayaan alam Indonesia sangat berlimpah.
Oleh sebab itu,kita hanya menunggu kemauan pemerintah dan berbagai pihak yang
berkepentingan untuk mengembangkannya agar pelayanan kesehatan tidak semata-mata
tergantung pada obat-obat modern.

Secara singkat, sistem medis merupakan organisasi yang kaya dan kompleks yang
memberikan banyak peranan dan tujuan. Rupanya perhatian yang diberikan hanyalah pada
masalah-masalah penyakit (disease) dan penyakit (illness) yang didefinisikan secara sempit,
padahal dalam kenyataannya mereka mencerminkan pola-pola dan nilai-nilai dasar dari
kebudayaan, di mana mereka merupakan salah satu bagiannya. Hanya apabila dipandang dari
konteks yang luas dalam suatu lingkungan sosial-budaya yang menyeluruh, barulah tingkah
laku sehat dari anggota-anggota kelompok mana pun dapat dipahami sepenuhnya.

B. Saran

• Pembaca diharapkan mengerti, memahami dan menghayati makalah ini.


• Penulis diharapkan lebih baik lagi dalam menulis makalah ini.
• Penulis diharapkan mengkaji lebih dalam hal yang berkaitan dengan judul makalah.

16
• Semoga bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Foster, George M. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta. Rineka Cipta.

Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Agoes, Azwar. Jacob, T. 1992. Antropologi Kesehatan Indonesia. Jakarta. EGC

17

Anda mungkin juga menyukai