DISUSUN OLEH :
NAZARUDDIN
2015750029
KATA PENGANTAR
Penulis karya ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan RumahSakit Islma Jakarta
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Karya tulis
ilmiah ini yang penulis ajukan berjudul “Asuhan Keperawatan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Ny. D Dengan Stroke Non Hemoragik Di
Paviliun Marwah Atas Rs. Islam Jakarta Cempaka Putih” pada tanggal 7 Mei
sampai dengan tanggal 9 Mei 2018.
Dalam penyusuanan karaya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan,arahan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak.Oleh karena itu dalam kesempatan
kali ini, pennulis dengan segala hormat dan kerendahan hati menyampaikan
terimakasih dan penghargaan kepada :
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan penulisan .................................................................................. 4
1. Tujuan umum ................................................................................. 4
2. Tujuan khusus ................................................................................ 4
C. Ruang lingkup ...................................................................................... 5
D. Metode penulisan ................................................................................. 5
E. Sistematika penulisan ........................................................................... 5
iii
iv
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian keperawatan ....................................................................... 98
B. Diagnosa keperawatan ......................................................................... 102
C. Perencanaan keperawatan .................................................................... 104
D. Pelaksanaan keperawatan ..................................................................... 108
E. Evaluasi keperawatan ........................................................................... 109
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 110
B. Saran ..................................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gejala stroke yang paling umum adalah kelemahan mendadak atau mati
rasa pada wajah, lengan atau tungkai, paling sering di satu sisi tubuh.
Gejala lainnya meliputi: kebingungan, kesulitan berbicara, kesulitan
melihat dengan satu atau kedua mata, kesulitan berjalan, pusing,
kehilangan keseimbangan atau koordinasi, sakit kepala parah tanpa sebab
yang diketahui, pingsan atau tidak sadar (WHO, 2014).
1
2
kesakitan atau morbiditas yang signifikan pada orang orang yang biasa
bertahan dengan penyakit stroke. Sebesar 31% dari orang tersebut
membutuhkan bantuan untuk perawatan diri, 20% membutuhkan bantuan
untuk ambulasi, 71% memiliki beberapa gangguan dalam kemampuan
bekerja sampai tujuh tahun setelah menderita stroke, dan 16% dirawat di
rumah sakit (Black & Hawk, 2014).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh wawasan serta menambah pengetahuan yang
secara langsung dalam rangka memberikan asuhan keperawatan
secara efektif dengan melalui proses pendekatan asuhan
keperawatan kepada pasien dengan gangguan stroke hemoragik
dan non hemoragik.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguraikan hasil pengkajian kebutuhan dasar pada
pasien dengan gangguan stroke hemoragik dan non
hemoragik.
b. Mampu menguraikan masalah kebutuhan dasar pasien
dengan gangguan gangguan stroke hemoragik dan non
hemoragik.
c. Mampu menguraikan rencana tindakan keperawatan
kebutuhan dasar pada pasien dengan gangguan stroke
hemoragik dan non hemoragik.
d. Mampu menguraikan tindakan keperawatan kebutuhan dasar
pasien dengan gangguan stroke hemoragik dan non
hemoragik.
e. Mampu menguraikan hasil kebutuhan dasar pasien dengan
gangguan stroke hemoragik dan non hemoragik.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara
teori dan kasus.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung,
penghambat serta dapat mencari solusi.
5
C. Ruang Lingkup
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis membatasi pada Asuhan
Keperawatanyang diberikan kepada pasien kelolaan selama 3x24 jam
dengan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien Ny. D dengan gangguan
stroke hemoragik dan non hemoragik selama tiga hari dari tanggal 7
sampai 9 Mei 2018.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif
dan study kepustakaan.
1. Study kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari dari buku-buku catatan serta literatur
yang berkaitan dengan judul karya tulis ilmiah ini
2. Metode deskriptif
Yaitu dengan menjabarkan hasil asuhan keperawatan melalui
pengkajian, menentukan diagnosa, mencatat perencanaan,
pelaksanaan, dan melakukan evaluasi.
E. Sistematika Penulisan
Karya tulis ilmiah ini disusun dengan cara sistematika penulisan yang
terdiri dari 5 BAB antara lain:
BAB I Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan yang
terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, ruang lingkup,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis
Terdiri dari konsep dasar gangguan sistem neurologi: stroke
dan konsep asuhan keperawatan pada pasien stroke. Konsep
dasar stroke meliputi pengertian, klasifikasi, etiologi,
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar, manifestasi klinik,
komplikasi dan penatalaksanaan (penatalaksanan
6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep dasar
1. Pengertian
Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai
darah ke bagian otak (Black & Hawks, 2014). Definisi stroke menurut
Sudoyo,Aru W, 2015 yang menyebutkan bahwa Stroke adalah sindrom
klinis yang ditandai dengan adanya deficit neurologis serebral atau
global yang berkembang secara cepat dan berlangsung selama minimal
24 jam. Menyebabkan kematian yang semata mata disebabkan oleh
kejadian vascular, baik perdarahan spontan pada otak (stroke
perdarahan) maupun suplai darah yang inadekuat pada bagian otak
(stroke ischemic) sebagai akibat aliran darah yang rendah, thrombosis
atau emboli yang berkaitan dengan penyakit pembuluh darah (arteri
dan vena), jantung, dan darah .
7
8
5. Manifestasi Klinik
Menurut Black & Hawks (2014), tanda dan gejala pada stroke akan
muncul sebagai peringatan dini atau peringatan awal, temuan secara
umum, dan gangguan khusus setelah stroke.
a. Peringatan dini atau peringatan awal
Beberapa jenis stroke mempunyai tanda-tanda peringatan dini yang
dikenal dengan sebutan serangan iskemik jangka pendek/TIA.
Manifestasi dari iskemik stroke yang akan terjadi termasuk
hemiparesis transien (tidak permanen), kehilangan kemampuan
berbicara, dan kehilangan sensori setengah/hemisensori.
Manifestasi-manifestasi dari stroke karena trombosis berkembang
dalam hitungan menit ke jam sampai hari. Serangan yang lambat
terjadi karena ukuran trombus terus meningkat. Pertama-tama
terjjadi sumbatan sebagian di pembuluh darah yang terkena
kemudian menjadi total. Kebalikan dari stroke trombotikm, yaitu
manifestasi dari stroke embolik terjadi tiba-tiba dan tanpa
peringatan awal.
Stroke hemoragik juga terjadi sangat cepat, dengan manifestasi
berkembang hanya dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
Menifestasi yang paling sering terjadi termasuk sakit kepala yang
berasal dari bagian belakang leher, vertigo atau kehilangan
kesadaran karena hipotensi (sinkop), parastesia, paralisis
sementara, epitaksis, dan perdarahan pada retina.
Manifestasi gangguan harus ada lebih dari 24 jam untuk bisa
didiagnosis sebagai stroke. TIA adalah gangguan neurologis yang
utama yang berlangsung kurang dari 24 jam.
b. Temuan secara umum
Kebanyakan pasien yang menderita penyakit stroke tiba di runag
gawat darurat dengan kondisi hipertensi. Temuan secara umum
dari stroke yang tidak berhubungan dengan bagian pembuluh darah
yang khusus termasuk sakit kepala, muntah, kejang, perubahan
status mental, demam, dan perubahan pada status
23
d. Hydrochepalus
Jika sejumlah darah sebagai akibat ruptur pembuluh darah meluas
ke dalam sistem ventrikel atau membanjiri ruang subarachnoid
bagian basal, darah tersebut akan memasuki foramen luschika dan
magendie. Dimana pasien akan mengalami penurunan kesadaran
hingga pingsan sebagai akibat dari hidrosefalus akut.
i. Pnemonia aspirasi
Pasien dengan stroke akan beresiko mengalami aspirasi
pneumonia. Aspirasi paling sering terjadi pada periode awal dan
dihubungkan dengan hilangnya sensari fari ngeal, hilangnya
kontrol motorik orofaringeal, dan penurunan tingkat kesadaran.
j. Inkontinensia
Stroke dapat mengakibatkan ketidakmampuan individu menahan
kandung kemih. Penyebab dari inkontinensia bisa karena
kehilangan ingatan sementara, tidak ada perhatian, fakto-faktor
emosional, ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan pada
mobilitas fisik, dan infeksi. Durasi serta tingkat keparahan
disfungsi tersebut bergantung pada luas dan lokasi infark.
k. Disfungsi defekasi; konstipasi atau diare
Terkadang pasien dengan tipe neurologis pada pencernaan
mengalami kesulitan dalam buang air besar. Penyebab
disfungsinya defekasi bisa karena kehilangan ingatan sementara,
tidak ada perhatian, fakto-faktor emosional, ketidakmampuan
berkomunikasi, gangguan pada mobilitas fisik, dan infeksi.
l. Dekubitus
Dekubitus dapat terjadi karena tirah baring yang lama pada bagian-
bagian tertentu yangmengalami penekanan.
7. Penatalaksanaan dan Terapi
Menurut sudoyo (2015), penatalaksanaan stroke pada dasarnya sebagai
berikut:
a. Penatalaksanaan umum
1) Perawatan umum
Diarahkan untuk memberikan perawatan yang optimal pada
pasien, memberikan posisi yang tepat, alih baring untuk pasien
dengan kesadaran menurun, dan pemberian hidrasi yang cukup
merupakan beberapa aspek perawatan yang penting. Termasuk
disini adalah pengkajian gangguan menelan dan tatacara
pemberian nutrisi bila terdapat gangguan menelan. Seringkali
31
4) B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis bergantung
pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat),
ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah
kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak
dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain) merupakan
pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian
pada sistem lainnya.
a) Pengkajian tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran pasien merupakan parameter yang
paling mendasar dan parameter yang paling penting yang
membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan pasien dan
respons terhadap lingkungan adalah indikator paling
sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem
digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam
kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran pasien stroke
biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan
semikomatosa. Jika pasien sudah mengalami koma maka
penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat
kesadaran pasien dan bahan evaluasi untuk pemantauan
pemberian asuhan.
b) Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual,
kemampuan bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.
(1) Status Mental
Observasi penampilan dan tingkah lakunya, nilai gaya
bicara pasien, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik
pasien.
38
2) Lumbal Fungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan
lumbal menunjukkan adanya hemoragi pada subaraknoid atau
perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein
menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan
likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
3) CT Scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema,
posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau
iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan
terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
4) Magnetic Imaging Resonance (MRI)
Magnetic Imaging Resonance atau yang biasa disebut MRI
adalah salah satu pemeriksaan diagnostik dengan menggunakan
gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta besar atau
luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari
hemoragik.
5) USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah
sistem karotis).
6) EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul
dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya
impuls listrik dalam jaringan otak.
7) Pemeriksaan Laboratorium
a) Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya
dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan
45
3. Perencanaan Keperawatan
a. Risiko peningkatan TIK ysng berhubungan dengan peningkatan
volume intrakranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebri.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jamtidak terjadi peningkatan TIK pada
pasien.
Kriteria hasil: Pasien tidak gelisah, pasien tidak mengeluh nyeri
kepala, mual-mual dan muntah, GCS: 4,5,6, tidak terdapat
papiledema. TTV dalam batas normal.
Rencana keperawatan diagnosa resiko peningkatan TIK yang
berhubungan dengan peningkatan volume intrakranial, penekanan
jaringan otak, dan edema serebral
Intervensi Rasional
1) Kaji faktor penyebab dari 1) Deteksi dini untuk
situasi/keadaan memprioritaskan intervensi,
individu/penyebab mengkaji status neurologi/tanda-
koma/penurunan perfusi tanda kegagalan untuk menentukan
jaringan dan penyebab perawatan kegawatan atau
peningkatan TIK. tindakan pembedahan.
2) Monitor TTV tiap 4 jam. 2) Suatu keadaan normal bila
sirkulasi serebral terpelihara
dengan baik atau fluktuasi ditandai
dengan tekan darah sistemik,
penurunan dari outoregulator
kebanyakan merupakan tanda
penurunan difusi lokal
valkularisasi darah serebral.
Dengan peningkatan tekan darah
(diastolik) maka dibarengi dengan
peningkatan tekan darah
intrakranial, adanya peningkatan
tensi, bradikardi, distrimia, dispnea
merupakan tanda terjadinya
peningkatan TIK.
3) Evaluasi pupil. 3) Reaksi pupil dan pergerakan
kembali dari bola mata merupakan
tanda dari gangguan nervus/saraf
jika batang otak terkoyak.
Keseimbangan saraf antara
simpatis dan parasimpatis
merupakan respon reflek nervus
kranial.
4) Monitor temperatur dan 4) Panas merupakan reflex dari
pengaturan suhu lingkungan. hipotalamus, peningkatan
kebutuhan metabolisme dan O2
akan menunjang peningkatan TIK.
49
Intervensi Rasional
5) Pertahankan kepala/leher pada 5) Perubahan kepala pada suatu sisi
posisi yang netral, usahakan dapat menimbulkan penekanan
dengan sedikit bantal. Hindari pada vena jugularis dan
penggunaan bantal yang tinggi menghambat aliran darah otak
pada kepala. (menghambat drainase pada vena
serebral) untuk itu dapat
meningkaan tekanan intrakranial.
6) Berikan periode istirahat antara 6) Tindakan yang terus menerus
tindakan perawatan dan batasi dapat meningkatkan TIK oleh efek
lamanya prosedur. rangsangan komulatif
7) Kurangi rangsangan ekstra dan 7) Memberikan suasana yang tenang
berikan rasa nyaman seperti dapat mengurangi respon
masase punggung, lingkungan psikologis dan memberikan
yang tenang, sentuhan yang istirahat untuk mempertahankan
ramah dan TIK yang rendah.
suasana/pembicaraan yang
tidak gaduh.
8) Cegah/ hindari terjadinya 8) Mengurangi tekanan intratorakal
valsava maneuver. dan intraabdominal sehingga
menghindari peningkatan TIK.
9) Bantu pasien jika batuk, 9) Aktifitas ini dapat meningkatkan
muntah. intrathorak/tekanan dalam thorak
dan tekanan dalam abdomen
dimana aktifitas ini dapat
meningkatkan tekanan TIK.
10) Palpasi pada pembesaran/ 10) Dapat meningkatkan respon
pelebaran bllader, pertahankan automatik yang potensial
drainage urine secara paten jika menaikan TIK.
digunakan dan juga monitor
terdapatnya konstipasi.
11) Berikan penjelasan pada pasien 11) Meningkatkan kerja sama dalam
(jika sadar) dan keluarga meningkatkan perawatan pasien
tentang sebab akibat TIK dan mengurangi kecemasan.
meningkat.
12) Observasi tingkat kesadaran 12) Perubahan kesadaran menunjukan
dengan GCS. peningkatan TIK dan berguna
menentukan lokasi dan
perkembangan penyakit.
13) Kolaborasi: pemberian O2 13) Mengurangi hipoksemia, dimana
sesuai kebutuhan. dapat meningkatkan vasodilatasi
serebral dan volume darah serta
menaikan TIK.
14) Kolaborasi: berikan cairan 14) Pemberian cairan mungkin
intravena sesuai dengan diinginkan untuk mengurangi
diindikasikan. edema serebral, peningkatan
minimum pada pembuluh darah,
tekanan darah dan TIK.
15) Kolaborasi: berikan obat 15) Diuretik mungkin digunakan pada
diuretik osmotik, contohnya pase akut untuk mengalirkan air
manitol, furosemid. dari brain cells mengurangi edema
serebral dan TIK.
50
Intervensi Rasional
16) Kolaborasi: berikan steroid 16) Untuk menurunkan inflamasi
contohnya dexamethasone, (radang) dan mengurangi edema
metil prednisolone. jaringan.
17) Kolaborasi: berikan anlgesik 17) Mungkin diindikasikan untuk
narkotik contohnya kodein. mengurangi nyeri dan obat ini
berefek negatif pada TIK tetapi
dapat digunakan dengan tujuan
untuk mencegah dan menurunkan
sensasi nyeri.
18) Kolaborasi: berikan sedatif 18) Mungkin digunakan untuk
contohnya diazepam, benadril. mengontrol kurangnya istirahat
dan agitasi.
19) Kolaborasi: berikan 19) Mengurangi/mengontrol hari dan
20) piretik contohnya pada metabolisme serebral/oksigen
aseptaminophen. yang diinginkan.
20) Digunakan pada hipertensi kronis,
21) Kolaborasi: antihipertensi. karena manajemen secara
berlebihan akan meningkatkan
perluasan kerusakan jaringan.
21) Digunakan umtuk meningkatkan
22) Kolaborasi: peripheral sirkulasi kolateral atau
vasodilator seperti cyclandilate, menurunkan vasopasme
papverin, isoxsuprine. 22) Digunakan pada kasus hemoragi,
23) Kolaborasi: berikan antibiotika umtuk mencegah lisis bekuan
seperti aminocaproic acid darah dan perdarahan kembali.
(amicar). 23) Membantu memberikan informasi
24) Kolaborasi: monitor hasil tentang efektifitas pemberian obat.
laboratorium sesuai dengan
indikasi seperti protrombin,
LED.
51
Intervensi Rasional
di tempat tidur. napas sewaktu bergerak atau
mengubah posisi dapat
melindungi melindungi diri dari
7) Anjurkan pasien untuk efek valsava.
menghindari batuk dan 7) Batuk dan mengejan dapat
mengenjam berlebihan. meningkatkan tekanan
intrakranial dan potensial terjadi
perdarahan ulang.
8) Ciptakan lingkungan yang 8) Rasional: Rangsangan aktifitas
tenang dan batasi pengunjung. yang meningkat dapat
meningkatkan kenaikan TIK.
Istirahat total dan ketenangan
mungkin di perlukan untuk
pencegahan terhadap perdarahan
dalam kasus stroke
9) Kolaborasi: Berikan cairan hemoragik/perdarahan lainnya.
perinfus dengan perhatian ketat. 9) Rasional: Meminimalkan
fluktuasi pada beban vaskuler
dan tekanan intrakranial, retriksi
cairan dan cairan dapat
10) Kolaborasi: Monitor AGD bila menurunkan edema serebral
diperlukan pemberian oksigen. 10) Rasional: Adanya kemungkinan
asidosis disertai dengan dengan
pelepasan oksigen pada tingkat
sel dapat menyebabkan
11) Kolaborasi: Berikan terapi terjadinya iskemik serebral.
sesuai intruksi dokter, seperti: 11) Rasional: Terapi yang di berikan
steroid, aminofel, antibiotika. bertujuan menurunkan
permeabilitas kapiler,
menurunkan edema serebri, dan
menurunkan metabolik
sel/konsumsi dan kejang.
53
Intervensi Rasional
teknik batuk selama pengisapan, atelektasis dan mengurangi
seperti waktu bernafas panjang, terjadinya hipoksia.
batuk kuat, bersin jika ada 4) Batuk yang efektif dapat
indikasi. mengeluarkan sekret dari saluran
5) Atur/ubah posisi secara teratur nafas.
(tiap 2 jam).
Intervensi Rasional
(bronkosol). relaksasi otot/bronchospasme.
Intervensi Rasional
panjang,n ekstensi untuk dengan perawat dapat
berpijak pada lantai atau ke menimbulkan masalah
toilet, kursi untuk mandi. pengosongan kandung kemih oleh
7) Kaji kemampuan komunikasi karena masalah neurogenik
untuk BAK. Kemampuan 8) Meningkatkan latihan dan
menggunakan urinal, pispot. membantu mencegah konstipasi
Antarkan ke kamar mandi bila
kondisi memungkinkan. 9) Pertolongan pertama terhadap
8) Identifikasi kebiasaan BAB. fungsi usus dan defekasi.
Anjurkan minum dan
meningkatkan aktifitas. 10) Untuk mengembangkan terapi
9) Kolaborasi: pemberian dan melengkapi kebutuhan
supositoria dan pelumas feses khusus.
atau pencahar.
10) Konsul ke dokter terapi okupasi.
57
Intervensi Rasional
dapat memenagruhi artikulasi
dan mungkin tidak terjadinya
7) Suruh pasien untuk menulis afasia ekspresif).
nama atau kalimat pendek, bila 7) Menguji ketidakmampuan
tidak mampu untuk menulis menulis (agrafia) dan defisit
suruh pasien untuk membaca membaca (alexia) yang juga
kalimat pendek. merupakn bagian dari afasia
8) Beri peringatan bahwa pasien di reseptif dan ekspresif.
ruang ini mengalami gangguan 8) Untuk kenyamanan berhubungan
berbicara, sediakan bel khusus dengan ketidakmampuan
bila perlu. berkomunikasi.
9) Pilih metode komunikasi
alternatif misalnya menulis pada 9) Memberikan komunikasi dasar
papan tulis, menggambar, dan sesuai dengan situasi individu.
mendemonstrasikan secara
fisual gerakan tangan.
10) Antisipasi dan bantu kebutuhan 10) Membantu menurunkan frustasi
pasien. karena ketergantungan atau
ketidakmampuan berkomunikasi.
11) Ucapkan langsung kepada 11) Mengurangi kebingungan atau
pasien berbicara pelan dan kecemasan terhadap banyaknya
tenang, gunakan pertanyaan informasi. Memajukan stimulasi
dengan jawaban „ya‟ atau „tidak‟ komunikasi ingatan dan kata-
dan perhatikan respon pasien. kata.
12) Berbicara dengan nada normal 12) Pasien tidak dipaksa untuk
dan hindari ucapan yang mendengar, tidak menyebabkan
terlalucepat. Berikan waktu pasien marah, dan tidak
pasien untuk berespon. menyebabkan rasa frustasi.
13) Anjurkan pengunjung untuk 13) Menurunkan isolasi sosial dan
berkomunikasi dengan pasien mengefektifkan komunikasi.
misalnya membaca surat, 14) Meningkatkan pengertian
membicarakan keluarga. percakapan dan kesempatan
14) Bicarakan topik-topik tentang untuk mempraktikkan
keluarga, pekerjaan, dan hobi. keterampilan praktis dalam
berkomunikasi.
15) Memungkinkan pasien dihargai
karena kemampuan
15) Perhatikan percakapan pasien intelektualnya masih baik.
dan hindari berbicara secara 16) Mengkaji kemampuan verbal
sepihak. individual dan sensori motorik
16) Kolaborasi: konsul ke ahli terapi dan fungsi kognitif untuk
bicara. mengidentifikasi defisit dan
kebutuhan terapi.
59
Intervensi Rasional
1) Anjurkan untuk melakukan 1) Meningkatkan aliran darah ke
latihan ROM (Range Of semua daerah
Motion) dan mobilisasi jika
mungkin.
2) Ubah posisi tiap 2 jam. 2) Menghindari tekanan dan
meningkatkan aliran darah.
3) Gunkan bantal air atau 3) Menghindari tekanan yang
pengganjal yang lunak di bawah berlebih pada daerah yang
daerah-daerah yang menonjol. menonjol.
4) Lakukan masase pada daerah
yang menonjol yang baru 4) Menghindari kerusakan kapiler.
mengalami tekanan pada waktu
berubah posisi.
5) Observasi terhadap eritema dan
kepucatan, palpasi asera sekitar 5) Hangat dan pelunakan adalah
terhadap kehangatan dan tanda kerusakan jaringan.
pelunakan jaringan tiap
mengubah posisi.
6) Jaga kebersihan kulit dan
seminimal mungkin hindari 6) Mempertahankan keutuhan kulit.
trauma, panas terhadap kulit.
60
4. Pelaksanaan Keperawatan
Tahap pelaksanaan merupakan langkah ke empat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai tindakan keperawatan
yang telah direncanakan dalam rencana tindakan. Menurut Smeltzer
(2013), pelaksanaan keperawatan pada pasien stroke terdiri dari:
a. Meningkatkan mobilitas dan mencegah deformitas
b. Menetapkan program olahraga
c. Mempersiapkan untuk ambulasi
d. Mencegah nyeri bahu
e. Meningkatkan perawatan diri
f. Menangani kesulitan persepsi sensori
g. Membantu pemberian nutrisi
h. Mendapatkan kontrol defekasi dan berkemih
i. Meningkatkan proses pikir
j. Meningkatkan komunikasi
k. Mempertahankan integritas kulit
l. Meningkatkan koping keluarga
m. Membantu pasien menghadapi disfungsi seksual
n. Meningkatkan asuhan di rumah dan di komunitas
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Menurut Smeltzer (2013) hasil akhir
yang diharapkan untuk pasien stroke, meliputi:
a. Mencapai mobilitas yang lebih baik.
b. Tidak mengalami keluhan nyeri.
c. Mencapai perawatan diri; melakukan perawatan hygiene;
menggunakan perlengkapan adaptif.
d. Mendemonstrasikan teknik untuk mengompensasi perubahan
resepsi sensori, seperti menolehkan kepala untuk melihat orang
atau benda.
e. Mendemonstrasikan menelan dengan aman.
61
TINJAUAN KASUS
Pada BAB ini penulis akan menguraikan sebuah laporan kasus asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem neurologi: stroke non
hemoragik di Paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
Proses pelaksanaan asuhan keperawatan selam tiga hari dari tanggal 7 sampai 9
Mei 2018. Dalam melengkapi data ini penulis mengadakan wawancara dengan
Pasien dan keluarga, tim perawat diruangan, selain itu juga memperoleh data-data
catatan medis dan catatan keperawatan serta didapatkan hasil observasi langsung
serta pemeriksaan fisik.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 7 Mei 2018 di Paviliun
Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
1. Identitas
2. Resume kasus
Pasien masuk melalui IGD pada tanggal 5Mei 2018 pukul 11.00 WIB
dibawa oleh keluarga Pasien dengan kesadaran somnolen, GCS 15 (E4
M6 V5). Hasil TTV menunjukkan tekanan darah saat masuk IGD
180/80 mmHg, nadi 78 x/menit, pernafasan 20 x/menit dan suhu 36,5°
63
Genogram Ny. D
Tn. F 73th HT
Ny. S 69th HT
jantung stroke
Ny. B 62th HT
Ny. H 63th HT
Ny. B 61th HT
Tn. F 53th HT
Ny. D 67th HT
Ny. K 35th
HT HT HT
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
f. Pola Kebiasaan
1) Pola Nutrisi
a) Sebelum dirawat
Frekuensi makan Pasien 3x/hari dengan komposisi
makanan nasi yang dimakan bersama lauk pauk yang sering
di sediakan anak terakhir Ny. D setiap harinya. Pasien
menyukai semua makanan yang disediakan dan Pasien
paling suka kalau keluarga menyediakan makanan yang
asin asin dan bersantan santan.
b) Saat dirawat
Frekuensi makan Pasien 3x/hari dengan diit bubur rendah
kolestrol. Diit yang di habiskan adalah setengah porsi setiap
makan. Nafsu makan Pasien kurang karena merasa mual.
2) Pola eliminasi
a) Sebelum dirawat
Frekuensi BAK sebelum sakit 5x/hari dengan warna kuning
jernih. Tidak di ketemukan keluhan pada pola eliminasi
urine Pasien. Sedangkan frekuensi BAB Pasien sebelum
sakit dalah 1x/hari dengan konsistensi lembek dan warna
kuning pada pagi hari. Tidak di ketemukan keluhan pada
pola eliminasi BAB Pasien.
b) Saat dirawat
Selama di rawat di rumah sakit, Pasien BAK dengan
volume 600cc/8jam melalui selang kateter yang terpasang
pada Pasien. Pasien tidak bisa merasakan keinginan
berkemih. Dan juga Pasien tidak bisa melampiaskan hasrat
ingin BAB nya karena tidak ada rasa ingin buang air besar.
3) Pola Personal Hygiene
a) Sebelum dirawat
Untuk personal hygiene Pasien biasanya madni 2x/hari
setiap pagi hari dan sore hari dengan menggunaka sabun.
Pasien menggosok gigi kadang kadang saja, Pasien
69
3) Sistem hematologi
Pada saaaat dilakukan pengkajian Pasien tidak ditemukan
ekimosi/kebiruan pada Pasien dan tidak terlihat pucat. Tidak
ditemukan perdarahan pada saluran cerna Pasien.
g. Sistem saraf pusat
Tingkat kesadaran komposmentis, GCS 15 (E4 M6 V5). tidak
terdapat tanda tanda peningkatan TIK. Terdapat gangguan sistem
persarafan kelumpuhan pada ekstermitas kiri atas bawah.
Dilakukan pemeriksaan reflek fisiologis dan patologis. Reflek
patologis tidak ditemukan dan reflek fisiologis normal dengan
hasil:
1) Nervus olfaktorius/I
Tidak ditemukan polip atau sumbatan pada kedua hidung
Pasien. Untuk fungsi penciuman tidak terganggu di karenakan
pasien dapat mencium aroma terapi seperti minyak angin.
2) Nervus optikus/II
Tidak di temukan gangguan persepsi visual, dapat membaca
dengan baik.
3) Nervus okulomotorius, tochlearis, abducen/III, IV, VI
Pada pemeriksaan ini, penulis ditemukan pupil Pasien isokor,
kontraksi pupil terhadap cahaya positif, ukuran pupil kanan dan
kiri sama ± 3mm. pemeriksaan pergerakan bola mata otot otot
bola mata normal.
4) Nervus trigeminus/V
Pemeriksaan mototrik dan sensorik normal dibuktikan dengan
Pasien bisa melakukan pengunyahan makanan dan merasakan
benda halus atau kasar.
5) Nervus fasialis/VII
Ditemukan kelainan pada wajah Pasien dengan muka miring ke
arah kiri dibuktikan dengan bentuk wajah Pasien yang tidak
simetris.
73
6) Nervus Autikus/VIII
Fungsi pendengaran Pasien baik tidak ditemukan adanya
kelainan pada sistem pendengaran.
7) Nervus Glosofaringeal/IX
Tidak ditemukan kelainan dibuktikan dengan fungsi menelan
Pasien baik.
8) Nervus vagus/X
Tidak ditemukan pada nervus X, pernafasan normal, heart rate
normal, menelan pun juga normal.
9) Nervus aksesorius/XI
Tidak di temukan kelainan pada nervus XI, di buktikan dengan
Pasien bisa menggerakan bahu dan melawan tahanan pada saat
dilakuakan tahanan.
10) Nervus hipoglosal/XII
Mulut tidak simetris. Pasien bisa menjulurkan lidah dan
menggerakannya ke semua arah.
h. Sstem pencernaan
Tidak ditemukan stomatitis pada mulut Pasien, salifa normal dan
lidah agak kotor. Terdapat caries pada gigi Pasien. Hari ini Pasien
tidak muntah. Keluhan mual masih ada. Bising usus 10x/menit.
Keadaan abdomen lembek dan hepar tidak teraba.
i. Sistem endokrin
tidak ada keluhan pada sistem endokrin, dibuktikan dengan Tidak
ditemukan pembesaran kelenjar tiroid.
j. Sistem urogenital
Intake cairan Pasien 2400 ml dengan intake dari terapi cairan
500ml x 3 shift yaitu 1500 dan ditambah minum pasien yang
kurang lebih nya dalam sehari dapat meminum hingga 900 ml dan
output cairan pasien 19500 ml perhari dengan menghitung
pengeluaran cairan urine pasien yang terpasang dower cateter yaitu
700ml pada shift malam,650 pada shift pagi, 500ml pada shift
74
5. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil pemeriksaan CT-scan
Pada tanggal 5 Mei 2018 jam 15.20 dilakukan pemeriksaan CT
Scan kepala tanpa kontras dengan potongan axial dengan irisan
5mm, dengan hasil sebagai berikut:
- Tak tampak lesi hipodens maupun hiperdens disubstansiaalba
dan gresia
- Ventrikel III, IV dan lateralis normal, tak tampak perifocal
odem
- Cysterna basal dan ganglia basal normal
- Garis midline tengah
- Sulsi dan giri serta fissura sylvii normal
- Batang otak & cerebellum normal
- Mastoid yang tervisualisasi baik
- SPN: Perselubungan sinus maxilaris kanan
75
d. Penatalaksaanan
1) Therapi oral:
a) Aspilet 1x80mg jam 18.00
b) Amlodipin 1x10mg jam 22.00
c) candesartan 1x16mg jam 12.00
d) KSR 2x600mg jam 18.00 dan jam 06.00
e) CPG 1x75mg jam 12.00
2) Therapi injeksi:
a) Citicoline 2x250 mg jam 13.00 dan jam 01.00
76
7. Analisa data
No. Data Masalah Etiologi
1. DS: Perubahan kurangnya
Keluarga mengatakan pasien perfusi jaringan suplai oksigen
pusing di bagian depan seperti serebral ke otak
berdenyut dan dengan skala nyeri
6 lamanya sekitar 5-10 menit
DO:
- TTV saat pengkajian:
TD : 120/80 mmHg
N : 78 x/menit
S : 36.5°C
P: 20 x/menit
- Tingkat kesadaran
komposmentis GCS 15
(E4 M6 V5)
- Pasien mengalami
78
DO:
- IMT 22,7 (BB dengan
resiko)
- Hasil laboraturium
tanggal 5 Mei 2018:
Hb: 12.7 g/dL
Ht: 37 %
GDS: 142 g/dL
- Diet Rendah kolestrol
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data diatas dapat dirumuskan beberapa diagnosa
keperawatan berdasarkan prioritas, yang meliputi:
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Nama Jelas
Ditemukan Teratasi
1. Perubahan perfusi jaringan 7 Mei 2018 9 Mei 2018 Nazar
serebral berhubungan dengan
kurangnya suplai oksigen
ke otak otak ditandai dengan:
DS:
Keluarga mengatakan pasien
pusing di bagian depan seperti
berdenyut dan dengan skala
nyeri 6 lamanya sekitar 5-10
menit DO:
- TTV saat pengkajian:
80
DO:
- IMT 22,7 (BB dengan
resiko)
- Hasil laboraturium
tanggal 5 Mei 2018:
Hb: 12.7 g/dL
Ht: 37 %
GDS: 142 g/dL
Diet Rendah kolestrol
C. Perencanaan Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan diatas, dirumuskan tujuan, kriteria
hasil dan perencanaan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut
sebagai berikut:
a. Diagonosa 1: Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
kurangnya suplai oksigen ke otak
Rencana keperawatan diagnosa Perubahan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen ke otak
No.
Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor tanda-tanda status
keperawatan kepada Ny. D neurologis dengan GCS tiap
selama 3x24 jam diharapkan shift
perfusi jaringan otak dapat 2) Monitor TTV tiap shift
tercapai secara optimal dengan 3) Batasi pengunjung dan
kriteria hasi: anjurkan Pasien untuk
- Pasien tidak gelisah istirahat
- Tidak ada keluhan nyeri 4) Berikan cairan infus asering
kepala, mual, atau kejang 20 tpm/8 jam sesuai dosis
- GCS 15 (E4M6V5) 5) Berikan terapi oral CPG
- Pupil isokor, refleks cahaya 1x25mg (jam 12.00),
positif candesartan 1x8mg (jam
- TTV dalam batas normal 12.00), aspilet 1x80mg (jam
18.00), Amlodipin
1x10mg(jam 22.00),
Citicoline 2x250 mg (jam
13.00 dan jam 01.00)
83
D. Pelaksanaan keperawatan
Dalam rangka memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke
non haemoragik sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat,
maka penulis melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari dimulai dari
tanggal 7 Mei 2018 sampai dengan tanggal 9 Mei 2018, dan penulis
bekerjasama dengan tim keperawatan yang bertugas di paviliun Marwah
Atas Rumah Sakit Islam Jakarta.
E. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari pada Ny. D mulai
dari tanggal 7 Mei 2018 sampai dengan 9 Mei 2018, penulis menuliskan
evaluasi hasil yang akan dipaparkan sebagai berikut:
Evaluasi Keperawatan
No. Hari/ Jam Perkembangan Paraf
Dx Tanggal
1. Senin 7 13.00 Subyektif : Nazar
Mei 2018 Keluarga mengatakan bahwa Ny. D
sudah tidak pusing tetapi masih terasa
lemas di tangan dan kaki
Obyektif :
- Kesadaran komposmentis
- Pupil isokor, reflek cahaya positif
kanan-kiri, diameter pupil 3mm
- GCS (E4 M6 V5)
TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 37°C
P : 20 x/menit
Analisa :
Masalah teratasi sebagian
Planning :
Lanjutkan intervensi:
- Monitor tanda-tanda status
neurologis dengan GCS
- Monitor TTV
- Berikan Therapi oral:
- Aspilet 1x80mg
- Amlodipin 1x10mg
- candesartan 1x16mg
- CPG 1x75mg
Therapi injeksi:
- Citicoline 2x250 mg
92
Planning :
Lanjutkan intervensi:
- Kaji mobilisasi pasien
- Inspeksi kulit bagian distal
- Pantau kulit terhadap iritasi,
kemerahan dan lecet
- Lakukan latihan gerak pasif pada
ekstremitas yang sakit
Kolaborasi dengan fisioterapi
3 Selasa 8 13.00 Subyektif : Nazar
Mei 2018 pasien masih mengalami disatria (bicara
cadel atau pelo)
Obyektif :
- Wajah masih tampak miring ke arah
yang sakit
- Bicara masih disatria
Analisa :
Masalah belum teratasi
Planning :
Lanjutkan intervensi:
- Kaji kemampuan komunikasi
- Bicara dengan perlahan dan intonasi
normal
4 Selasa 8 13.00 Subyektif : Nazar
Mei 2018 Keluarga mengatakan makanan sudah
masuk tetapi masih mual
Obyektif :
- Pasien merasa mual
- Makanan yang dihabiskan ½ porsi
- Pemeriksaan lab tidak dilakukan
Analisa :
Masalah teratasi sebagian
Planning :
Lanjutkan intervensi:
- Kaji status nutrisi
- Kaji tanda-tanda perdarahan saluran
cerna
- Berikan makanan secara perlahan
- Berikan diit Rendah Kolestrol
Berikan obat injeksi ranitidin 2x50mg
N : 80x/menit
S : 37°C
P : 20 x/menit
Analisa :
Masalah teratasi sebagian
Planning :
Lanjutkan intervensi:
- Monitor tanda-tanda status
neurologis dengan GCS
- Monitor TTV
- Berikan Therapi oral:
- Aspilet 1x80mg
- Amlodipin 1x10mg
- candesartan 1x16mg
- CPG 1x75mg
Therapi injeksi:
- Citicoline 2x250 mg
Analisa :
Masalah belum teratasi
Planning :
Lanjutkan intervensi:
- Kaji kemampuan komunikasi
- Bicara dengan perlahan dan intonasi
normal
4 Rabu 9 Mei 13.00 Subyektif : Nazar
2018 “makanan sudah masuk dan habis”
Obyektif :
- Pasien merasa mual
- Makanan yang dihabiskan 1 porsi
- Pemeriksaan lab tidak dilakukan
Analisa :
Masalah teratasi sebagian
Planning :
Lanjutkan intervensi:
- Kaji status nutrisi
- Kaji tanda-tanda perdarahan saluran
cerna
- Berikan makanan secara perlahan
- Berikan diit Rendah Kolestrol
Berikan obat injeksi ranitidin 2x50mg
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BAB ini penulis akan menguraikan kesenjangan antara tinjauan teoritis
yang terdapat dalam konsep dasar dengan hasil laporan kasus penelitian yang
telah dilakukan pada pasien dengan gangguan sistem neurologi: stroke non
hemoragik di Paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
Pembahasan ini mengikuti tahap-tahap proses keperawatan mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
Dalam tahap pengkajian penulis mengacu pada format yang telah
disediakan. Format ini tidak jauh berbeda dengan format yang terdapat
dalam tinjauan teoritis. Pada tahap pengkajian, penulis melakukan
pengumpulan data yang didapatkan dengan wawancara kepada keluarga,
perawat ruangan dan mengobservasi langsung keadaan klien yang
ditunjang dengan catatan keperawatan beserta hasil-hasil penunjang
lainnya.
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa
terjadi pada siapa saja dan kapan saja.Ny. D mengalami non hemoragik ini
namun dari hasil MSCT tidak didapatkan kesan yang menunjukan bahwa
pasien mengalami stroke. Jika dilihat dari kondisi tersebut kemungkinan
merupakan stroke non hemoragik dengan jenis TIA. Dikarenakan
munculnya tanda dan gejala stroke dan juga riwayat pasien sebelumnya
yaitu hipertensi maka dokter sebagai petugas medis di rumah sakit
menyimpulkan bahwa pasien mengalami stroke non hemoragik.
Menururt teori, faktor resiko terjadinya stroke adalah usia, jenis kelamin,
etnik/ras, dan riwayat keluarga/keturunan stroke. Keempat faktor resiko
tersebut tidak dapat dimodifikasi. Dengan kata lain , sebagian besar
individu yang mempunyai keempat faktor resiko tersebut akan beresiko
99
yang telah dilakukan adalah pemeriksaan ECG (Elektro Cardio Grafi) dan
rontgent thorax. Hasil rontgent thorax menunjukan Kardiomegali dengan
kemungkinan bendungan paru. Kardiomegali merupakan salah
satuperubahan otot jantung yang terjadi karena peningkatan tekanan darah
dalam jangka waktu yang lama. Dengan tanda dan gejala stroke dan juga
riwayat pasien sebelumnya yaitu hipertensi, maka dokter yang sedang
bertugas pada saat itu mendiagnosis pasien mengalami stroke non
hemoragik.
Penatalaksanaan farmakologi yang diberikan kepada pasien sesuai dengan
teori, seperti pemberian obat antitrombotik Aspilet 1x80mg dan CPG
1x75mg secara oral, antihipertensi Amlodipin 1x10mg dan candesartan
1x16mg secara oral, obat neuroprotektor Citicoline 2x250 mg secara
injeksi. diberikan KSR 2x600mg secara karena kekurangan kalium dalam
darah dan Ranitidine 2x50mg secara injeksi. Obat obat tersebut diberikan
sesuai dengan manifestasi klinis yang ditemukan pada pasien.
Pada tahap pengkajian penulis menemukan faktor pendukung, seperti
tersedianya alat-alat pemeriksaan fisik yang cukup memadai, status klien
yang cukup lengkap sehingga memudahkan penulis dalam melakukan
pengumpulan data. Selain itu, terjalin kerjasama yang baik antara penulis
dengan keluarga pasien, tim perawat ruangan dan tim kesehatan yang lain.
Faktor pendukung lain yang ditemukan adalah tersedianya format
pengkajian yang lengkap dan sistematis, sehinga data yang terkumpul
mudah dikelompokan dan dianalisa oleh penulis.
B. Diagnosa keperawatan
Setelah pengkajian, tahap selanjutnya pada proses keperawatan adalah
merumuskan diagnosa keperawatan. Diagnosa yang ditegakan penulis
pada Ny. D disesuaikan dengan kondisi klien dan disesuaikan dengan
diagnosa keperawatan yang terdapat pada teori.
Diagnosa keperawatan yang ditegakan pada kasus tidak jauh berbeda
dengan diagnosa yang terdapat pada tinjauan teoritis. Diagnosa-diagnosa
tersebut diantaranya:
103
C. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan
setelah diagnosa yang disusun berdasarkan prioritas masalah. Penyusunan
rencana keperawatan beserta rasionalnya disesuaikan dengan kondisi klien
dan fasilitas yang terdapat dalam ruangan.
Pada saat memprioritaskan masalah keperawatan terdapat persamaan
antara teori dan kasus. Masalah keperawatan prioritas yang penulis
tegakkan adalah perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
kurangnya suplai oksigen ke otak. Rencana keperawatannya yang pertama
105
fisioterapi untuk terapi wicara, hal ini dilakukan penulis agar pasien
mendapatkan tindakan profesional dari seorang fisioterapis dan mampu
menciptakan suatu komunikasi yang baik.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat setelah perencanaan. Dalam tahap
ini penulis melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana tindakan yang
telah ditetapkan atau ditentukan sebelumnya. Pelaksaan tindakan
keperawatan disesuaikan dengan memperhatikan keadaan atau kondisi
klien dan sarana yang tersedia di ruangan.
Pada tahap pelaksanaan penulis bekerja sama dengan tim perawatan di
ruangan untuk melaksanakan tindakan keperawatan yang mengacu pada
rencana tindakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny. D
diantaranya memonitor tanda tanda status neurologis, memonitor tanda
tanda vital, mengkaji status nutrisi, mengkaji mobilisasi, mengkaji
keadaan kulit. Tindakan tindakan tersebut dilakukan sebagai upaya
mengidentifikasikan masalah yang ada dan menentukan perubahan-
perubahan yang terjadi pada klien. Dilakukan juga tindakan yang
melibatkan keluarga dalam melakukan gerak pasif. Tindakan tersebut
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan partisipasi keluarga
dalam merawat klien. Selain itu, keluarga sebagai sistem pendukung
pasien yang akan melanjutkan perawatannya setelah pualng dari rumah
sakit.
Selain itu penulis juga memberikan terapi terapi farmakologi seperti
pemberian obat oral maupun injeksi. Penulis memberikan obat oral pada
klien seperti candesartan 1x16mg jam 12.00, CPG 1x75mg jam 12.00,
dan dilaksana oleh tim dalam pemberian aspilet 1x80mg pada jam 18.00 .
Penulis memberikan dua jenis obat injeksi yang diberikan yaitu obat
injeksi citicoline 2x250 mg jam 13.00 . Sedangkan pada diagnosa resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat penulis menuliskan planning yang meliputi kaji status
nutrisi, berikan makanan secara perlahan, berikan diit bubur rendah
kolestrol dan berikan obat injeksi ranitidine 2x50mg jam 10.00.
109
E. Evaluasi
Analisa diagnosa keperawatan dengan masalah belum teratasi terdapat
pada diagnosa hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
kelemahan neuromuskular pada ekstermitas dan gangguan komunikasi
verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol tonus otot. Dari kedua
diagnosa tersebut tidak dapat teratasi dalam waktu singkat sehingga
penulis tidak dapat menyimpulkan bahwa diagnosa tersebut teratasi atau
pun teratasi sebagian.
Pada diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik yang berhubungan
dengan kelemahan neuromuskular pada ekstermitas penulis menuliskan
planning untuk melanjutkan tindakan keperawatan yang meliputi kaji
mobilisasi pasien, inspeksi kulit bagian distal, pantau kulit terhadap iritasi,
kemerahan dan lecet, lakukan latihan gerak pasif pada ekstremitas yang
sakit, dan kolaborasi dengan fisioterapi sedangkan pada diagnosa
gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol
tonus otot planningnya meliputi kaji kemampuan komunikasi, bicara
dengan perlahan dan intonasi normal, katakan untuk mengikuti perintah
sederhana, kolaborasi dengan fisioterapi untuk terapi bicara.
Faktor pendukung dalam melakukan evaluasi adalah keluarga kooperatif
dan dapat menyampaikan harapan perawatan. Faktor penghambat yang
ditemukan adalah terbatasnya waktu penulis dalam memberikan asuhan
keperawatan pada Ny. D. Solusi yang penulis lakukan adalah
memanfaatkan waktu yang ada untuk melakukan asuhan keperawatan
secara optimal. Untuk masalah keperawatan yang belum teratasi
dilanjutkan oleh tim perawata ruangan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada Ny. D dengan gangguan sistem neurologi: stroke
non hemoragik melalui proses pengkajian dengan menggunakan format
pengkajian, pemeriksaan fisik, observasi, dan wawancara ini dapat dilakukan
dengan baik. Ini disebabkan karena kooperatifnya keluarga dan dukungan
yang baik dari petugas ruangan dan sarana prasarana yang ada.
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem neurologi: stroke non
hemoragik dilakukan secara bio, psiko, sosio, spiritual. Pada tahap ini
penulis mengkaji riwayat kesehatan keluarga, riwayat kesehatan masa lalu,
pola kebiasaan sehari-hari dan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik klien
secara menyeluruh.
Ny. D di diagnosa Stroke. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang
timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran
darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stroke yang
dialami oleh Ny. D adalah stroke non hemoragik. Dikarenakan hasil
MSCT Scan tidak di dapatkan kesan yang menunjukan pasien mengalami
stroke, tetapi munculnya tanda dan gejala stroke dan juga riwayat pasien
sebelumnya yang membuat dokter sebagai petugas medis menyimpulkan
bahwa pasien mengalami stroke non hemoragik.
Faktor resiko yang ditemukan pada kasus Ny. D adalah usia. Dengan
bertambahnya usia elastisitas pembuluh darah semakin menurun. Faktor
resiko lain yang ditemukan adalah pola makan yang asin asin dan
bersantan santan. Faktor resiko selanjutnya adalah hipertensi faktor faktor
resiko tersebut dapat menyebabkan aterosklerosis yang mengakibatkan
pecahnya pembuluh darah otak, dan plak dari aterosklerosis dapat menjadi
111
Nama : Nazaruddin
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
NIM : 2015750029
Riwayat Pendidikan :
Disusun oleh:
Nazaruddin (2015750029)
D-III KEPERAWATAN
Kampus C UMJ Jl. Cempaka Putih Tengah I No.1 Cempaka Putih Jakarta Pusat
10510
A. Tujuan
B. Materi
a. Pengertian Stroke
b. Penyebab Strok
c. Tanda dan gejala stroke
d. Komplikasi stroke
e. Penceghan stroke
f. Mobilisasi pasien stroke
E. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi dan tanya jawab
c. demonstrasi
G. Materi : Terlampir
H. Kegiatan Penyuluhan
Pembukaan
a. Memperhatikan
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri b. Memperhatikan
Penutup
K. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu :
a. Menyebutkan pengertian stroke
b. Menyebutkan penyebab penyakit stroke yang dapat dikontrol dan yang
tidak dapat dikontrol
c. Menyebutkan tanda dan gejala stroke
d. Menyebutkan komplikasi stroke
e. Menyebutkan pencegahan stroke
f. Menjelaskan tentang mobilisasi pasien stroke
g. Menyebutkan cara pencegahan stroke berulang
8
4. Evaluasi Hasil
Peserta mampu :
a. Menyebutkan pengertian stroke
b. Menyebutkan penyebab penyakit stroke yang dapat dikontrol dan yang
tidak dapat dikontrol
c. Menyebutkan tanda dan gejala stroke
d. Menyebutkan komplikasi stroke
e. Menyebutkan pencegahan stroke
f. Menjelaskan tentang mobilisasi pasien stroke
g. Menyebutkan cara pencegahan stroke berulang
9
10
DAFTAR PUSTAKA
Purwanti dan Arina. 2008. Rehabilitasi Klien Pasca Stroke. Kartasura:FIK UMS
Potter, Patricia A dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktek. Jakarta: EGC
Priscillaa Le Mone, Karen (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bedah;
Gangguan Neorologi. Jakarta : EGC
11
12
LAMPIRAN
MATERI
A. Pengertian Stroke
Stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah otak mengalami
gangguan (berkurang), akibatnya nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan otak tidak
terpenuhidengan baik.
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.( Batticaca,
Fransisca B.2008hlm:56)
Stroke (cedera vaskuler serebral, atau serangan otak), adalah kondisi
kedaruratan ketika terjadi deficit neurologis akibta dari penurunan tiba-tiba
aliran darah ke otak yang terlokalisasi. Stroke dapat iskemik (ketika suplai darah
ke bagian otak tiba-tiba terganggu oleh thrombus, embolus, stenosis pembuluh
darah), atau hemorogik ketika pembuluh darah mengalami rupture, darah
meluber dalam ruang di sekitar neuron. Deficit neurologis di sebabkan oleh
iskemi dan menghasilkan nekrosis sel dalam otak beragam tergantung pada area
otak yang terlibat, ukuran area yng terkena, dan lama waktu aliran darah
menurun atau berhenti. Kehilangan suplai darah yang hebat ke otak dapat
memyebabkan disabilitas berat atau kematian. Ketika durasi aliran darah
menurun singkat dan are anatomis yang terlibat kecil, orang mungkin tidak
menyadari kerusakan yang telah terjadi.
13
B. Penyebab Stroke
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang
tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk pada
48 jam setelah trombosis.
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu
penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria,
basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007). Aterosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas
dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-
macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat
terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh
darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang
dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan,
sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum
adalah:
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
Secara garis besar, faktor resiko stroke dibagi menjadi dua, yaitu faktor tidak
terkendali atau faktor yang bersifat menetap dan faktor yang dapat dikendalikan
atau faktor tidak tetap.
Faktor Genetik
Gen tertentu memiliki kecenderungan yang tinggi terhadap stroke. Sifat
genetik yang terbawa oleh bangsa berkulit hitam beresiko tinggi
terhadap stroke. Penyakit-penyakit yang terkait dengan gen resesif yang
rawan mereka alami menjadi faktor kuat yang menyebabkan merekan
rentan terhadap stroke. Penyakit yang dimaksud antara lain anmemia sel
bulan sabit , hipertensi, kadar asam urat tinggi (hiperurisemia), diabetes
tipe-1, dan sejumlah penyakit lainnya yang secara tidak langsung
berpotensi memicu stroke darah kental, laju aterosklerosis yang tinggi,
15
Terlepas dari faktor gen yang berperan sebagai faktor resiko tunggal,
pola hidup suatu bangsa yang tidak sehat turut memengaruhi tingginya
resiko stroke dalam diri mereka. Kebiasaan hidup tak sehat di usia muda
menyebabkan resiko stroke meningkat ketika usia beranjak tua.
Pola diet dan gaya hidup yang menjadi kebiasaan sehari-hari turut
memengaruhi tingginya kerentanan mereka terhadap stroke. Salah satu
pemicu tingginya insiden stroke di Asia terkait dengan hipertensi dan
kebiasaan mengonsumsi alkohol yang menjadi tradisi suatu bangsa.
Kebiasaan merokok diduga kuat turut mendongkrak tingginya insiden
stroke di kalangan bangsa Asia. Selain itu, tingkat stres yang tinggi
terutama yang dialami masyarakat pekerja sibuk juga menjadi penyebab
tingginya prevalensi stroke bangsa Asia yang hidup dalam komunitas
modern.
Cacat Bawaan
Seseorang yang memiliki cacat pada pembuluh darahnya (cadasil)
beresiko tinggi terhadap stroke. Jika seseorang mengalami kondisi
seperti ini, maka mereka umumnya akan mengalami stroke pada usia
yang terbilang muda. Stroke di usia mudabanyak penyebabnya, namun
cacat bawaan membuat seseorang lebih beresiko terhadap stroke
dibanding individu lain yang normal.
Usia
Pertambahan usia meningkatkan resiko terhadap stroke. Hal ini
disebabkan melemahnya fungsi tubuh secara menyeluruh terutama
terkait dengan fleksibilitas pembuluh darah. Sekitar dua pertiga
penderita stroke adalah mereka yang berusia diatas 65 tahun. Proses
penuaan sel sejalan dengan pertambahan usia dan penyakit yang dialami
orangtua memperbesar resiko stroke di masa tua. Memasuki usia 50
tahun, resiko stroke menjadi berlipat ganda setiap usia bertambah 10
tahun. Pada wanita, ketika memasuki masa menopause resiko stroke
meningkat karena esterogen yang semula berperan sebagai pelindung
mengalami penurunan. Itu pula yang menjadi jawaban pertanyaan stroke
lebih banyak dialami oleh wanita tua daripada pria tua.
Kaum muda tidak luput dari stroke. Berdasarkan usia penderita, para ahli
mengelompokkan stroke kelompok kaum muda menjadi dua——
kelompok yang pertama dialami oleh mereka yang berusia dibawah 15
tahun, adapun kelompok kedua dialami oleh mereka yang berusia 15-44
tahun. Stroke pada kaum muda umumnya merupakan stroke hemoragik
dan jarang yang merupakan stroke iskemik.
Gender
16
Secara umum, resiko stroke yang dialami kaum pria satu seperempat kali
lebih tinggi dibanding kaum wanita. Meskipun demikian, kaum wanita
tidak bisa begitu saja merasa aman—— faktanya, angka kematian akibat
stroke pada kaum wanita jauh lebih tinggi dibanding yang terjadi pada
kaum pria. Dengan kata lain, harapan hidup yang dimiliki pasien stroke
pria jauh lebih besar dibanding kaum wanita. Semua itu terjadi karena
kerentanan tubuh kaum wanita tua tidak sanggup mengatasi komplikasi
akibat stroke. Faktor lain yang diduga kuat menyebabkan wanita
cenderung mengalami stroke parah karena wanita cenderung mengalami
stres dan depresi. Kondisi neurologis buruk inilah yang memperburuk
kondisi kesehatannya.
Kaum wanita tidak boleh bersenang hati dahulu karena memiliki resiko
stroke yang lebih rendah dibanding kaum pria. Wanita juga memiliki
resiko yang cukup tinggi terhadap stroke jika mereka merupakan
pengguna pil KB yang memiliki kandungan esterogen tinggi, menjalani
terapi sulih hormon (hormon replacement therapy) pasca menopause,
serta kehamilan dan persalinan. Pengaruh pil KB dan terapi sulih
hormon dapat diminimalisir dengan pengaturan kadar hormon yang
tepat. Adapun kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa yang perlu
mendapat perhatian lebih serius. Perlu diketahui bahwa resiko stroke
relatif tinggi 6 minggu pasca persalinan (post partum). Diduga kuat
perubahan hormon reproduksi yang terjadi pada wanita yang
bersangkutan merupakan faktor pemicunya.
Faktor penting yang sering luput dari pengamatan adalah gaya hidup
yang terbentuk dalam sebuah keluarga. Pola diet dan kebiasaan-
kebiasaan hidup sehari-hari yang menjadi tradisi dalam sebuah keluarga
yang dijalani sejak masih kecil ternyata patut dijadikan sebagai suatu
17
1. Kegemukan (obesitas)
2. Hiperlipidemia
3. Hiperurisemia
4. Penyakit jantung
5. Kebiasaan merokok
7. Malas berolahraga
13. Stres
18
Manifestasi stroke beragam berdasarkan pada arteri serebral yang terkena dan
area otak yang terkena. Wanita yang mengalami stroke lebih cenderrung
melaporkan manifestasi nontradisional (khususnya disorientasi, konfusi, atau
kehilangan kesadaran) daripada pria (interntional stroke conference, 2009).
Manifestasi selalu tiba-tiba dalam hal awutan, fokal dan biasanya satu sisi.
Berbagai defisiti yang berkaitan dengan keterlibatan arteri serebral yang spesifik
secara kolektif dikenal sebagai syndrome stroke, meskipun deficit ssering kali
tumpang tindih.
4. Arteri serebral
Nyeri pada wajah, hidung, atau ,mata
Kebas dan kelemahan pada wajah disisi yang terkena
Masalah dengan gaya berjalan
19
diafagia
D. Komplikasi
Komplikasi khas mencakup deficit sensori persepsual, perubahan kognitif dan
perilaku, gangguan komunikasi, deficit motoric, dan gangguan eliminasi. Hal ini
dapat sementara atau permanen, bergantung pada derajat iskemia dan nekrosis
dan juga waktu terapi. Sebagai akibat deficit neurologis, pasien yang mengalami
stroke mengalami komplikasi yang melibatkan banyak system tubuh berbeda
disabilitas akibat stroke sering kali menyebabkan perubahan serius pada stastus
kesehatan fungsional.
E. Pencegahan
Stroke merupakan penyakit pemicu kematian yang serius, namun
sebenarnya dapat dicegah. Perubahan gaya hidup perlu ditingkatkan guna
mengurangi risiko stroke. Berikut beberapa perubahan gaya hidup yang dapat
dilakukan :
Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko yang lebih
besar memiliki kadar kolesterol tinggi, hipertensi, diabetes, dan stroke.
Olahraga dapat mengurangi berat badan sehingga mengurangi risiko
penyakit-penyakit tersebut. Melakukan aktivitas fisik secara teratur dengan
berolahraga termasuk dalam salah satu tips dan cara dalam membantu
menurunkan tensi darah dan menciptakan keseimbangan lemak yang sehat
dalam darah.
Mobilisasi adalah jalan untuk melatih hampir semua otot tubuh untuk
meningkatkan fleksibilitas sendi atau mencegah terjadinya kekakuan pada
sendi.
Latihan gerak sendi ini bertujuan untuk mengurangi kekakuan pada sendi
dan kelemahan pada otot yang dapat dilakukan aktif maupun pasif
tergantung dengan keadaan pasien.
- Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku
menekuk dengan lengan.
- Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain
memegang pergelangan tangan pasien.
- Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
- Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak
mengarah ke tubuhnya.
- Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekat
bahu.
- Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
24
d. Pronasi Fleksi
Bahu Cara :
- Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya.
- Angkat lengan pasien pada posisi semula.
f. RotasiBahu
Cara :
- Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk.
- Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan
pegang tangan pasien dengan tangan yang lain.
- Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke bawah.
- Kembalikan posisi lengan ke posisi semula.
- Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke atas.
- Kembalikan lengan ke posisi semula.
27
- Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tang lain
memegang kaki.
- Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
- Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.
- Kembalikan ke posisi semula.
- Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang
pergelangan kaki dengan tangan satunya.
- Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki
lainnya.
- Kembalikan ke posisi semula
28
- Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu
tangan yang lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek.
- Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien.
- Kembalikan ke posisi semula.
- Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
29
- Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien
dengan tangan yang lain.
- Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
- Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.
- Kebawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke
atas.
- Kembali ke posisi semula.
- Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien
dengan tangan yang lain.
- Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan
pada tumit.
- Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari
tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien.
- Gerakkan kaki mendekati badan pasien.
- Kembalikan ke posisi semula.
31
32
33
34
111