Disusun oleh :
NINDI KUNTI SARASATI
NIM : A31801245
Disusun oleh :
NINDI KUNTI SARASATI
NIM : A31801245
ABSTRAK
Latar Belakang : Hipertermi adalah kejadian dimana suhu tubuh diatas normal. Demam
terjadi karena ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi
panas yang berlebih sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Penatalaksanaan demam sangat
bermanfaat untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan yang dirasakan pasien.Penatalaksaan
secara farmakologi yaitu dengan pemberian antipiretik dan non farmakologi salah satunya
yaitu dengan water tepid sponge. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di dapatkan 89 pasien
dengan Hipertermi pada bulan Oktober-Desember 2018 diruang Dahlia
RSUD.Prof.dr.Margono Soekarjo Purwokerto.
Tujuan : Menganalisa asuhan keperawatan yang di berikan pada pasien dengan pemenuhan
dasar aman nyaman thermogulasi : hypertermi diruang Dahlia RSUD.Prof.dr.Margono
Soekarjo Purwokerto.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menganalisa tindakan
water tepid sponge pada hipertermi.
Hasil : Setelah dilakukan tindakan water tepid sponge pada pasien I terdapat penurunan
suhu 42 C menjadi 39,80C, pada pasien II terdapat penurunan suhu 38,50C menjadi 37,60C,
0
ABSTRACT
Background : Hyperthermi is event where the body temperature is above normal. Fever
occurs because of the inability of the heat loss mechanism to compensate for excessive heat
production so that an increase in body temperature. Management of fever is very useful to
reduce the feeling of discomfort felt by patients. Pharmacological treatment is by antipyretic
and non-pharmacological administration is by water tepid sponge. Based on the results of the
preliminary study, 89 patients with Hipertermi were obtained in October-December 2018 in
Dahlia Room in Prof.dr.Margono Soekarjo Purwokerto Hospital
Objective : To know the analysis of that given to th patients with hyperthermia in
Prof.dr.Margono Soekarjo Purwokerto Hospital
Method : This study used a descriptive method by analyzing water tepid sponge application
on hyperthermia.
Result : After the application of water tepid sponge, in the first pastint there was a decrease
in temperature of 420C to 39.80C, in second patient there was a decrease in temperature of
38.50C to 37.60C, in the third patient there was a decrease in temperature of 38.80C to 380C.
Conclusion : There is a decreasing temperature in patients with hypertermia after water tepid
sponge’s application
Recommendation : For the next researcher do not give antipyretic therapy during the
application of water tepid sponge in order to find out the effectiveness of reducing body
temperature purely from the application of water tepid sponge.
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah
melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita, sehingga penulis bisa
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir dengan tepat waktu, yang kami beri
Judul “ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTERMI
DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN WATER TEPID SPONGE DI RUANG
DAHLIA RSUD PROF.DR.MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO” Tujuan dari
penyusunan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk bisa menempuh ujian
profesi ners pada Program Studi Profesi Ners di STIKes Muhammadiyah Gombong.
Didalam pengerjaan Karya Ilmiah Akhir ini telah melibatkan banyak pihak yang
sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa
terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1 Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan kepada saya
sehingga saya dapat mengerjakan Karya Ilmiah Akhir dengan baik
2 Bapak Sugiyo dan Ibu Ning Widyastuti sebagai orangtua yang selalu
memberikan support baik doa, materi dan dukungan, serta Ardhanareswari
Zettira sebagai kakak yang selalu mendukung, Nabil Al Mustafa serta Zayna
Giovani al Fath sebagai adik yang selalu menghibur penulis disaat bosan
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini.
3 Hj. Herniyatun, M.Kep, Sp.Mat selaku Ketua STIKES Muhammadiyah
Gombong.
4 Eka Riyanti, M.Kep, Sp.Mat selaku Ketua Prodi Profesi Ners
5 Fajar Agung Nugroho, S.Kep,Ns, MNS selaku dosen pembimbing Karya
Ilmiah Akhir yang telah meluangkan waktunya membantu, membimbing, dan
memberi motivasi kepada saya dalam mengerjakan Karya Ilmiah Akhir
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………….ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………..iii
ABSTRAK ............................................................................................ vi
ABSTRACT…………………………………………………………….vii
LAMPIRAN-LAMPIRAN .....................................................................
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertermi adalah kejadian dimana suhu tubuh diatas normal
(Herdman, 2012). Suhu tubuh merupakan tanda atau ukuran untuk mengukur
keadaan tubuh seseorang, suhu tubuh normal seseorang 36,5-37,50C (Huda,
2013). Panas yang dihasilkan dikurangi panas yang hilang merupakan apa
yang disebut suhu tubuh (Potter & Perry, 2010). Demam terjadi karena
ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi
panas yang berlebih sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Demam tidak
berbahaya jika dibawah 39 oC dan pengukuran tunggal tidak menggambarkan
demam. Selain adanya tanda klinis, penentuan demam juga berdasarkan pada
pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan
dengan nilai normal individu tersebut (Potter dan Perry, 2009).
Menurut Potter & Perry (2005, hlm.1836) menyatakan bahwa
hipertermia lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan
perbandingan 2:1 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Haryani (2012) dikarenakan laki-laki merupakan salah satu kelompok
beresiko yang mengalami masalah angka kesakitan, karena anak laki-laki
lebih aktif dan banyak beraktifitas dari pada perempuan, misalnya bermain.
Mainan merupakan sumber yang berpotensi merusak tubuh secara serius pada
anak umur 1-10 tahun.
Menurut WHO (World Health Organization) jumlah kasus demam di
seluruh Dunia mencapai 18-34 juta. Anak merupakan yang paling rentan
terkena demam, di hampir semua daerah endemik, insidensi demam banyak
terjadi pada anak usia 5-19 tahun (Suriadi, 2010). dibandingkan dengan tahun
2012 dengan angka 90.245 kasus demam infeksi pada anak di Indonesia
(Sekretariat Jendral Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Angka kejadian hipertermi di Indonesia dilaporkan sebesar 80-90%
lebih tinggi dari negara lain. Dari seluruh hipertermia yang dilaporkan adalah
hipertermia atau demam sederhana. Angka pravelansi hipertermia di Jawa
Tengah sekitar 2-5% terjadi pada anak (Dinkes Jawa Tengah, 2009).
Penatalaksanaan demam sangat bermanfaat untuk mengurangi rasa
ketidaknyamanan yang dirasakan pasien. Saat ini pengobatan demam
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah penatalaksaan secara
farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksaan secara farmakologi Menurut
Hartini (2012) mengatakan bahwa tindakan menurunkan suhu dengan
farmakologi yaitu dengan pemberian antipiretik. Obat yang digunakan untuk
menurunkan demam dengan berbagai penyebab (infeksi, inflamasi, dan
neoplasma). Antipiretik akan bekerja dengan mempengaruhi termoregulator
pada system saraf pusat (SSP) dan dengan menghambat kerja prostaglandin
secara perifer. Menurut Hartini (2012) mengatakan bahwa obat antipiretik
antara lain asetaminofen, aspirin, kolin, ibuprofen, dan obat-obat anti
inflamasi nonsteroid (NSAID).
Terapi non-farmakologi yang menggabungkan blok dan seka adalah
terapi sponge hangat, mekanismenya adalah dengan menggabungkan teknik
kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan teknik seka (Haryani
& Arif, 2008). Telah dikenal dua macam cara kompres kulit, yaitu water tepid
sponge dan kompres hangat. Namun kompres hangat telah dikenal secara luas
penggunaannya di masyarakat dibandingkan water tepid sponge.Tehnik tepid
sponge efektif dalam mengurangi suhu tubuh dan juga membantu dalam
mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamanan pada anak.(Suprapti, 2008). Hal
ini juga didukung oleh penelitian menurut Setiawati, (2009) menunjukan hasil
bahwa rata-rata penurunan suhu tubuh pada anak hipertermia yang
mendapatkan terapi antipiretik ditambah dengan tepid sponge sebesar 0,530C
dalam waktu 30 menit. Sedangkan yang mendapatkan terapi tepid sponge saja
rata-rata penurunan suhu tubuhnya sebesar 0,970C dalam waktu 60 menit.
Menurut penelitian Maling, (2012) bahwa suhu tubuh pada pasien anak
setelah pemberian kompres tepid sponge rata-rata dapat mengalami penurunan
sebesar 1,40 C dalam waktu 20 menit.
Tepid sponge efektif dalam mengurangi suhu tubuh dengan
hipertermia dan juga membantu dalam mengurangi rasa sakit atau
ketidaknyamanan. (Suprapti, 2008). Teknik water tepid sponge berpengaruh
terhadap penurunan suhu tubuh karena kompres blok langsung dilakukan di
beberapa tempat yang memiliki pembuluh darah besar, sehingga
mengakibatkan peningkatan sirkulasi serta peningkatan tekanan kapiler.
Tekanan O2 dan CO2 dalam darah akan meningkat dan pH dalam darah turun
(Ali, 2011). Menurut Said (2014) menyatakan bahwa ada penanganan demam
dapat dilakukan dengan farmakologi dan non farmakologi maupun kombinasi
keduanya.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di dapatkan 89 pasien dengan
Hipertermi pada bulan Oktober-Desember 2018 diruang Dahlia
RSUD.Prof.dr.Margono Soekarjo Purwokerto. Perawat sangat berperan
penting dalam asuhan keperawatan di rumah sakit. Selain itu juga masih
banyak orang tua atau masyarakat yang mengerti cara mengurangi demam
hanya dengan kompres saja. Didukung hal tersebut, penulis ingin melakukan
penerapan tepid sponge untuk mengurangi demam di ruang Dahlia RSUD
Prof.Dr.Margono Soekarjo Purwokerto.
B. RUMUSAN MASALAH
progonosis yang baik untuk menurunkan suhu tubuh untuk kembali normal.
Adanya penurunan suhu yang lebih signifikan pada pasien dengan pemberian
water tepid sponge memotivasi penulis untuk mengetahui lebih rinci tentang
pelaksanannya.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Menganalisa asuhan keperawatan yang di berikan pada pasien dengan
hypertermi.
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan hasil pengkajian pada kasus pemenuhan kebutuhan
dasae aman nyaman thermogulasi: hypertermi.
b. Memaparkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan pemenuhan
kebutuhan dasar aman nyaman termogulasi; hipertermi.
c. Memaparkan intervensi keperawatan pada pasien dengan pemenuhan
kebutuhan dasar aman nyaman termogulasi; hipertermi.
d. Memaparkan implementasi keperawatan pada pasien dengan
pemenuhan kebutuhan dasar aman nyaman termogulasi; hipertermi.
e. Memaparkan evaluasi keperawatan pada pasien dengan pemenuhan
kebutuhan dasar aman nyaman termogulasi; hipertermi.
f. Memaparkan analisa inovasi keperawatan pada pasien dengan
pemenuhan kebutuhan dasar aman nyaman termogulasi; hipertermi.
D. MANFAAT
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hamid, Mohammad. (2011). Keefektifan Kompres Tepid Sponge yang Dilakukan
Ibu dalam Menurunkan Demam pada Anak Randomized Control Trial di
Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember. Tesis. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Alves, A. Almeida, R. (2008). Tepid Sponge Plus Dipyrone Versus Dipyrone Alone
for Reducing Body Temperatur In Febrile Children. Sau Paulo Medical
Journal., 26 (2), 107-111.
Ardiansyah, Muhammad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiwa. Yogyakarta:
DIVA Press.
Arikunto, Suharsimi (2012). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Davis, C. P. (2011). Fever in Adult. University of Texas Health Science Center at San
Antonio.
Efendi, Defi. (2012). Perbedaan Efektifitas Kompres Hangat Teknik Blok Aksila
dengan Kompres Hangat Tepid Sponge terhadap Penurunan Suhu pada Anak
dengan Demam di Ruang Anak RSD. Dr. Soebandi Jember dan Dr. H.
Koesnadi Bondowoso. Jember: Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Jember. The Indonesian Journal Of Health Science, Vol. 3,
No. 1.
El- Rahdi, A. Sahib, dkk. (2009). Clinical Manual of Fever in Children. Berlin:
Springer-Verlag.
Graneto, J. W. (2010). Pediatric Fever. Chicago College of Osteopathic Medicine
of Midwestern University.
Haryani, S & Syamsul, A. (2012). Pengaruh Kompres Tepid Sponge Hangat terhadap
Penurunan Suhu Tubuh pada Anak Umur 1 – 10 Tahun dengan Hipertermia.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. Vol. 1. No 1.
Huda Nurarif, Amin & Kusuma Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction.
Irdawati. (2009). Kejang Demam dan Penatalaksanaannya. Vol 2. No.3. hal 143-
146.
Isnaeni, Memed. (2014). Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh antara Kompres Hangat
dan Water Tepid Sponge pada Pasien Anak Usia 6 Bulan - 3 Tahun dengan
Demam di Puskesmas Kartasura Sukuharjo. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta Fakultas Ilmu Kesehatan.
Jalil, H.K.A.A, Jumah, N.A, dan Al-Baghli, A.A. (2007). Mother’s Knowladge,
Veras and Self-Management of Fever : a cross-sectional study from the capital
governorate in Kuwait. Kuwait Medical Jurnal, 39 (4, 349-354).
Jenson, H. B, & Baltimore, R. S. (2007). Infectius Disease: Fever without a focus.
In: Kliegman, R. M, Marcdante, K. J, Jenson, H. B, and Behrman, R. E
ed.Nelson Essentials of Pediatrics 5thed. New York: Elsivier. Juliana, D.
(2008). Uji Efek Antipiretik Infusa Daun Asam Jawa (Tramrindus indica)
pada Kelinci Putih Jantan Galur New Zealand. Surakarta: FF UMS..
M. Bulechek, Gloria, et all. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi
Bahasa Indonesia. Alih bahasa Intansari Nurjannah & Roxsana Devi
Tumanggor. Indonesia: CV. Mocomedia
Malling, B., Haryani, S., & Arif, S. (2012). Pengaruh Kompres Tepid Sponge Hangat
terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Anak Umur 1-10 Tahun dengan
Hipertermia Di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Penelitian Kesehatan. Vol
7. No 2. Semarang.
Moorhead, Sue, et all. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Bahasa
Indonesia. Alih bahasa Intansari Nurjannah & Roxsana Devi Tumanggor.
Indonesia: CV. Mocomedia
NANDA Internasional. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015
2017 Edisi 10. Alih bahasa: Budi Anna Keliat dkk. Jakarta: EGC.