Anda di halaman 1dari 72

PENGELOLAAN KLIEN DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS PADA

KASUS DIABETES MELLITUS DENGAN PENDEKATAN


TEORI ROSEMARIE RIZZO PARSE DI PUSKESMAS
TALANG BABATAN KECAMATAN
SEBERANG MUSI

STUDI KASUS

Oleh :
Bertinius Ginting
NPM. 172426106 NS

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2018

i
PENGELOLAAN KLIEN DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS PADA
KASUS DIABETES MELLITUS DENGAN PENDEKATAN
TEORI ROSEMARIE RIZZO PARSE DI PUSKESMAS
TALANG BABATAN KECAMATAN
SEBERANG MUSI

STUDI KASUS

Diajukan Kepada Universitas Dehasen Bengkulu Untuk Memenuhi Salah Satu


Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Profesi Ners

Oleh :
Bertinius Ginting
NPM. 172426106 NS

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2018

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis ucapkan atas segala
kekuatan dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan KTI Ners yang berjudul “Pengelolaan klien dengan gangguan
aktivitas pada kasus Diabetes Mellitus dengan pendekatan Teori Rosemarie Rizzo
Parse di Puskesmas Talang Babatan Kecamatan Seberang Musi”
Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Dehasen Bengkulu.
Pada kesempatan ini kami penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Ir Agr Johan Setianto, selaku rektor Universitas Dehasen
Bengkulu
2. Ibu DR. Ida Samidah, S.Kp, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Dehasen Bengkulu.
3. Ibu Ns. Berlian Kando Sianifar, S.Kep, M.Kes selaku Wadek I Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu
4. Ibu Dra. Ice Rakizah Syafrie, M.Kes selaku wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu
5. Ibu Ns. Tita Septi Handayani, S.Kep, MNS, selaku Ketua Prodi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu
6. Bapak Ns. Handi Rustandi, S.Kep, MAN selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbngan dan arahan kepada penulis.
7. Ibu Ns. Danur Azisah Roeliana Spfais, SST, S.Kep, M.Kes, selaku Penguji
yang telah memberikan bimbngan dan arahan kepada penulis
8. Orang Tua dan Istri beserta anak-anakku
9. Teman-teman seangkatan Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Dehasen Bengkulu yang banyak memberikan bantuan dan dorongan baik
moril maupun materil kepada penulis
Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada istri tercinta
serta ketiga buah hatiku yang telah memberikan dukungan, senyum dan hampir
seluruh waktunya untuk suksesnya pendidikan ini. Selanjutnya kepada semua

iii
pihak yang telah membantu proses penyelesaian KTI ini semoga Kasih Tuhan
selalau bersama kita.
Penulis menyadari dalam KTI ini belum sempurna oleh sebab itu kami
mengharapkan saran serta kritik yang sifatnya membangun guna untuk perbaikan
kedepan. Harapan kami semoga KTI ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya dibidang kesehatan dan berguna bagi masyarakat.

Kepahiang, Juli 2018

Penulis

iv
ABSTRAK

Bertinius Ginting, 2018. Pengelolaan klien dengan gangguan aktivitas pada kasus
Diabetes Mellitus dengan pendekatan Teori Rosemarie Rizzo Parse di Puskesmas
Talang Babatan Kecamatan Seberang Musi. Program Profesi Ners, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Dehasen Bengkulu. Pembimbing (I): Handi Rustandi.

Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) sebagai salah satu


keadaan sempurna baik fisik, mental, sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan (Effendi, 1998). Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada
tahun 2013, jumlah penderita DM mencapai 194 juta jiwa dan diperkirakan
meningkat menjadi 333 juta jiwa di tahun 2025 mendatang, dan setengah dari
angka tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk negara Indonesia. Angka
kejadian DM di Indonesia menempati urutan keempat tertinggi di dunia yaitu 8,4
juta jiwa (Octa, 2006). Salah satu diagnosa keperawatan yang sering terjadi pada
pasien Diabetes Mellitus adalah Adanya gangguan aktivitas karena badan lemah
oleh karena gangguan penyerapan glukosa. Salah satu bentuk penanganan keluhan
DM seperti gangguan aktifitas di fasilitas kesehatan adalah dengan pendekatan
Teori Rosemarie Rizzo Parse. Desain penelitian ini menggunakan metode studi
kasus. Metode sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. Sampel
yang diambil sebanyak satu responden yaitu klien gangguan aktivitas karena DM
di Puskesmas Talang Babatan Kec. Seberang Musi Kabupaten Kepahiang. Data
penelitian ini diambil menggunakan observasi dan wawancara. Setelah ditabulasi,
data yang ada dianalisis menggunakan analisis penjelasan dan deret waktu. Hasil
penelitian menunjukkan penerapan aplikasi model konsep keperawatan Teori
Rosemarie Rizzo Parse pada kasus gangguan aktivitas akibat Diabetes Mellitus
sangat cocok dan baik untuk digunakan. Melihat hasil penelitian ini perlu adanya
dukungan dari keluarga dalam mengaplikasikan teori ini guna mengurangi
gangguan aktivitas yang dialami penderita Diabetes Mellitus.

Kata Kunci : Gangguan Aktivitas, Teori Rosemarie Rizzo Parse

v
ABSTRACT

Bertinius Ginting, 2018. management of Client with activity trouble at Diabetes


Mellitus case with approach of Theory Rosemarie Rizzo Parse in Puskesmas
Talang Babatan Seberang Musi. Programe Profession Ners, Faculty of Healthy,
University Dehasen Bengkulu. Counsellor ( I): Handi Rustandi

According to World Health Organization (WHO) as one of the perfect situation of


physical goodness, bouncing, social do not only free from weakness or disease
(Effendi, 1998). Amount of Deutschmark patient in the world from year to year
experience of improvement. According to World Health Organization in the year
2013, amount of Deutschmark patient reach 194 million soul and estimated to
mount to become 333 million in year 2025 coming, and number happened in
developing countries, including Indonesia state. Number Occurence of
Deutschmark in Indonesia occupy highest fourth sequence in world that is 8,4
million (Octa, 2006). One of the treatment diagnosa which often happened at
Diabetes Mellitus patient is the existence of activity trouble because weak body
because of trouble absorbtion of glucose. One of handling form sigh of
Deutschmark like activity trouble in health facility] with approach of Theory
Rosemarie Rizzo Parse. this Desain Research use case study method. used by
Sampling method is Purposive Sampling. Taken Sampel counted one responder
that is activity trouble client because deutschmark in Puskesmas Talang Babatan
Sebrang Musi Sub-Province Kepahiang. This Research is taken to use interview
and observation. After is tabulation, analysed existing to use clarification analysis
and time derect. Result of research show applying model application conception
treatment of Theory Rosemarie Rizzo Parse at activity trouble case effect of
Diabetes Mellitus very compatible and good to used.

Keyword : Trouble Activity, Rosemarie Rizzo Parse Theory

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................iii
KATA PENGANTAR ...............................................................................................iv
ABSTRAK .................................................................................................................vi
ABSTRACT ...............................................................................................................vii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
E. Implikasi Studi Kasus Terhadap Keperawatan .............................. 7
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Proses Keperawatan Klien Gangguan Aktivitas Kasus
Diabetes Mellitus ............................................................................... 9
1. Konsep Dasar Gangguan Aktivitas
a. Pengertian.................................................................................. 9
b. Etologi ....................................................................................... 10
c. Faktor Resiko ............................................................................ 10
d. Insiden/Prepalensi ..................................................................... 12
e. Fisiologi Gangguan Aktivitas ................................................... 12
f. Patofisiologi .............................................................................. 12
g. Manifestasi Klinik ..................................................................... 13
h. Klasifikasi ................................................................................. 13
i. Test Diagnostik ......................................................................... 13
j. Penanganan ............................................................................... 14

vii
k. Pencegahan................................................................................ 14
l. Rehabilitasi................................................................................ 15
m. Program Pemerintah Terkait Gangguan Aktivitas .................... 15
2. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Aktivitas .......................
a. Pengertian Asuhan Keperawatan .............................................. 15
b. Tujuan Manfaat Asuhan Keperawatan ...................................... 16
c. Tahapan Asuhan Keperawatan.................................................. 16
1) Pengkajian ........................................................................... 16
2) Diagnosa Keperawatan ....................................................... 17
3) Rencana Keperawatan ......................................................... 18
4) Tindakan Keperawatan ....................................................... 19
5) Evaluasi ............................................................................... 19
6) Reassesment ........................................................................ 20
7) Dokumentasi ....................................................................... 20
d. Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Aktivitas ............. 20
B. Aplikasi Model Teori Rosemarie Rizzo Parse dengan Gangguan
Aktivitas karena Diabetes Mellitus .................................................. 22
1. Konsep Teori Rosemarie Rizzo Parse ........................................... 28
2. Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Aktivitas
berdasarkan
Model Teori Rosemarie Rizzo Parse ............................................. 29
3. Kerangka Teori Penelitian ............................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ................................................................................ 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 33
C. Setting Penelitian ................................................................................ 34
D. Subjek Penelitian/Persiapan ............................................................... 34
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 35
F. Metode Uji Keabsahan Data (Uji Triangulasi Sumber) ..................... 37
G. Metode Analisa Data .......................................................................... 37
H. Etika Penelitian ................................................................................... 37

viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 39
B. Pembahasan ........................................................................................ 46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 50
B. Saran ................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka teori penelitian Pendekatan Teori Rosemarie Rizzo


Parse .........................................................................................................................
31

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Diagnosa Keperawatan ..............................................................................................


42
Tabel 4.2 Intervensi Keperawatan .............................................................................................
43
Tabel 4.3 Implementasi Keperawatan .......................................................................................
44
Tabel 4.4 Evaluasi Keperawatan ...............................................................................................
45

xi
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) sebagai salah
satu keadaan sempurna baik fisik, mental, sosial tidak hanya bebas dari
penyakit atau kelemahan (Effendi, 1998). Sedangkan menurut undang-undang
kesehatan RI No. 23 tahun 1992, sehat didefinisikan sebagai keadaan sejahtera
dari badan jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomi.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dikatakan bahwa segala
upaya dalam pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai
derajat kesehatan yang lebih tinggi, yang memungkinkan orang untuk hidup
lebih produktif baik sosial maupun ekonomi. SKN pada hakikatnya merupakan
tatanan yang mencerminkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu
perwujudan kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan
UUD 1945.
Undang-Undang Kesehatan RI No. 23 Tahun 1992 menjelaskan bahwa
definisi sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup secara sosial ekonomi. Kesejahteraan
merupakan suatu hal yang menjadi tujuan hidup seseorang dimana ia akan
hidup dan mengekspresikan diri serta mengembangkan kemampuan yang
dimiliki dan bermanfaat bagi orang lain (Depkes RI, 2003). Orientasi
pelayanan yang semula menekan kepada upaya kuratif dan rehabilitatif, secara
bertahap akan dirubah menjadi upaya kesehatan yang terintegrasi menuju
kawasan dengan peran aktif masyarakat. Pendekatan baru ini lebih
menekankan kepada upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitative. Salah satu penyakit yang bisa dicegah dengan upaya
preventif adalah jenis penyakit kronis seperti Diabetes Mellitus (Depkes RI,
2010).
Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun

1
2

2013, jumlah penderita DM mencapai 194 juta jiwa dan diperkirakan


meningkat menjadi 333 juta jiwa di tahun 2025 mendatang, dan setengah dari
angka tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk negara Indonesia.
Angka kejadian DM di Indonesia menempati urutan keempat tertinggi di dunia
yaitu 8,4 juta jiwa (Octa, 2006).
Diabetes mellitus merupakan persolan besar bagi masyarakat
Indonesia. Hal ini karena jumlah penderitanya semakin meningkat. Menurut
survey yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO), Indonesia
menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus
dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk, sedangkan urutan di atasnya
adalah India, China dan Amerika Serikat. Temuan tersebut semakin
membuktikan bahwa penyakit diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang sangat serius (Octa, 2006).
Menyikapi hal tersebut perlu upaya agar jumlah penderita tidak
semakin bertambah, karena jika tidak dicegah jumlahnya akan meningkat 3
kali lipat dari sekarang. Kondisi ini dimungkinkan karena penduduk Indonesia
yang semakin makmur dan perubahan gaya hidup. Perubahan itu
mengakibatkan pula berubahnya pola makan penduduk, banyak mengonsumsi
makanan tapi kurang aktifitas olahraga (Octa, 2006).
Kita harus lebih memahami dan mengenali penyakit DM untuk
menghindari dan mencegah komplikasinya (Tandra, 2008). Cara efektif yang
diterapkan pada DM adalah olahraga, pola makan, pemantauan glukosa darah,
terapi (bila diperlukan) dan pendidikan kesehatan (Smeltzer dan Bare, 2001).
Data Departemen Kesehatan yang menyebutkan bahwa jumlah
penderita rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan
pertama dari seluruh penyakit endokrin. Organisasi yang peduli terhadap
permasalahan diabetes mellitus, Diabetic Federation mengestimasikan bahwa
jumlah penderita diabetes mellitus yang pada tahun 2001 terdapat 5,6 juta
penderita diabetes untuk usia di atas 20 tahun, akan meningkat menjadi 8,2 juta
pada tahun 2020, bila tidak dilakukan upaya perubahan pola hidup sehat pada
penderita (Octa, 2006)
3

Untuk menurunkan angka kesakitan karena diabetes mellitus,


penanganannya akan bervariasi seiring dengan kemajuan dalam metode terapi.
Meskipun tim kesehatan akan mengarahkan penanganannya, namun penderita
sendirilah yang harus bertanggung jawab dalam pelaksanaan terapi yang
komplek dalam bentuk perawatan diabetes secara mandiri. (Azwar, 1998).
Salah satu bentuk penanganan keluhan DM di fasilitas kesehatan
adalah dengan pendekatan keperawatan atau lebih dikenal dengan asuhan
keperawatan. Ada banyak konsep teori keperawatan yang telah
dikembangkan oleh berbagai pakar keperawatan diantaranya adalah Teori
Rosemarie Rizzo Parse dalam penanganan gangguan aktivitas akibat Diabetes
Mellitus.
Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pelayanan yang
dilakukan haruslah bersifat , humanistic, berlandaskan ilmu keperawatan, dan
berorientasi terhadap kebaikan klien, keluarga, masyarakat yang berpedoman
pada etika profesi keperawatan. Pelayanan keperawatan dapat dikatakan
berkualitas apabila dilandaskan pada pengembangan teori dan model
konseptual keperawatan, pengembangan riset keperawatan, dan
diimplementasikan dalam praktek keperawatan.
Teori adalah kumpulan konsep atau definisi dari suatu peristiwa yang
dihubungkan sehingga dihasilkan sesuatu yang mudah dipahami berupa
pernyataan, kata-kata, penjelasan, perkiraan terhadap suatu fenomena. Teori
keperawatan sendiri merupakan sekumpulan pernyataan yang berhubungan
dengan ilmu keperawatan dan merupakan body of knowledge yang
digunakan untuk mendukung praktik keperawatan. Sedangkan
menurut Barnum (1990), teori keperawatan merupakan usaha-usaha untuk
menguraikan atau menjelaskan mengenai keperawatan.
Model konseptual adalah suatu kerangka kerja konseptual yang
dilakukan secara sistematis yang menjelaskan serangkaian gagasan secara
global tentang keterlibatan individu, atau kelompokterhadap suatu ilmu dan
pengembanganya. Model konseptual keperawatan merupakan cara untuk
memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat
didalamnya. Model konseptualini bertujuan untuk memberikan informasi
4

supaya perawat peduli terhadap hal apa saja yang akan terjadi pada pasien,
keluarga, kelompok maupun lingkungan klien.
Teori dan model konseptual keperawatan ini sangatlah penting
sebagai acuan dan dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Asuhan
keperawatan sendiri merupakan pendekatan ilmiah dan rasional dalam
menyelesaikan permasalahan yang ada di dunia keperawatan. Pendekatan
tersebut bertujuan untuk menyelesaikan masalah secara terarah dan terencana.
Tahap asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnose, perencanaan
ilmplementasi dan evaluasi. Dalan pengembangan teori keperawatan perlu
dilandasi dengan teori keperawatan sebelumnya. Banyak teori yang telah
dikemukakan oleh ahli keperawatan salah satunya adalah Rosemarie Rizzo
Parse.
Teori yang dikemukakan oleh Rosemarie Rizzo Parse berupa teori
human becoming (Alligood, 2010). Asumsi yang mendasari teori ini
disintesis dari karya-karya filsuf Eropa. Teori ini disusun sekitar tiga tema:
makna, rhythmicity, dan transendensi. (Parse, 2007, hal. 309). Prinsip ini
berarti bahwa bergerak di luar saat "sekarang" yang menempa jalur pribadi
yang unik untuk diri sendiri di tengah-tengah ambiguitas dan perubahan
terus-menerus.
Human becoming merupakan human science dasar. Teori ini
memandu perawat untuk fokus pada kualitas hidup dari sudut pandang setiap
orang sebagai tujuan keperawatan. Ini memberikan alternatif bagi sebagian
besar teori-teori lain dari keperawatan, yang mengambil pendekatan bio-
medis atau bio-psiko-sosial-spiritual. Teori human becoming adalah
kombinasi dari faktor biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual, dan
menyatakan bahwa seseorang adalah makhluk kesatuan dalam interaksi terus
menerus dengan lingkungannya itu. Teori ini juga berfokus terhadap
pengalaman manusia. Inti dari teori ini adalah manusia melaksanakan proses
mutualisme dengan alam, memiliki arti multidimensional, bebas memilih hal
berdasarkan harapan dan impian.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik dan termotivasi untuk
menyusun laporan karya tulis ilmiah berjudul “Pengelolaan Klien dengan
5

Gangguan Aktivitas pada Kasus Diabetes Mellitus dengan Pendekatan Teori


Rosemarie Rizzo Parse”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah “Pengelolaan
Klien dengan Gangguan Aktivitas pada Kasus Diabetes Mellitus dengan
Pendekatan Teori Rosemarie Rizzo Parse di Puskesmas Talang Babatan
memberikan hasil yang baik?”

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengikuti rumusan masalah yang dibagi menjadi
tujuan umum dan tujuan khusus
1. Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang hendak
dicapai adalah peneliti mampu mengelola klien dengan Gangguan Aktivitas
pada Kasus Diabetes Mellitus dengan Pendekatan Teori Rosemarie Rizzo
Parse.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Gangguan Aktivitas
pada Kasus Diabetes Mellitus dengan Pendekatan Teori Rosemarie
Rizzo Parse.
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan
Gangguan Aktivitas pada Kasus Diabetes Mellitus dengan Pendekatan
Teori Rosemarie Rizzo Parse.
c. Mampu melakukan perencanaan pada klien dengan Gangguan Aktivitas
pada Kasus Diabetes Mellitus dengan Pendekatan Teori Rosemarie
Rizzo Parse.
d. Mampu melakukan implementasi pada klien dengan Gangguan
Aktivitas pada Kasus Diabetes Mellitus dengan Pendekatan Teori
Rosemarie Rizzo Parse.
e. Mampu melakukan Evaluasi pada klien dengan Gangguan Aktivitas
pada Kasus Diabetes Mellitus dengan Pendekatan Teori Rosemarie
Rizzo Parse.
6

f. Mampu menganalisa aplikasi teori Rosemarie Rizzo Parse pada klien


dengan Gangguan Aktivitas Kasus Diabetes Mellitus.
g. Untuk mengetahui keefektifan aplikasi teori Rosemarie Rizzo Parse
pada klien dengan Gangguan Aktivitas Kasus Diabetes Mellitus.
h. Untuk mengetahui keunggulan teori Rosemarie Rizzo Parse dalam
menyelesaikan masalah yang diangkat pada klien dengan Gangguan
Aktivitas Kasus Diabetes Mellitus.
i. Untuk mengetahui kelemahan Rosemarie Rizzo Parse dalam
menyelesaikan masalah yang diangkat pada klien dengan Gangguan
Aktivitas Kasus Diabetes Mellitus.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Pasien
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang maksimal bagi
pasien dalam pengurangan gangguan aktivitas pada Kasus Diabetes Mellitus
dengan Pendekatan Teori Rosemarie Rizzo Parse.
2. Manfaat bagi Perawat
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan perawat
serta menambah referensi keperawatan studi kasus terhadap pasien Diabetes
Mellitus dengan keluhan gangguan aktivitas melalui penerapan Teori
Rosemarie Rizzo Parse.
3. Manfaat bagi Lembaga
a. Pendidikan
Diharapkan dapat menambah pengetahuan yang bermanfaat dan dapat
menambah informasi tentang aplikasi Teori Rosemarie Rizzo Parse pada
klien dengan gangguan aktivitas pada kasus DM sebagai bahan
kepustakaan dan perbandingan pada penanganan kasus gangguan
aktivitas karena DM.
b. Puskesmas
Diharapkan dapat menjadi masukan bagi bidang keperawatan tentang
Pengelolaan Klien dengan Gangguan Aktivitas pada Kasus Diabetes
Mellitus dengan Pendekatan Teori Rosemarie Rizzo Parse.
7

E. Implikasi Studi Kasus Terhadap Keperawatan


Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang
mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang
berlaku di Indonesia. Asuhan keperawatan (askep) merupakan aspek legal bagi
seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai
rumah sakit berbeda-beda. Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasi
keperawatan merupakan bukti tertulis terhadap tindakan yang sudah dilakukan
sebagai bentuk asuhan keperawatan pada pasien/keluarga/kelompok/
komunitas. (Dikutip dari ” Hand Out Aspek Legal & Manajemen Resiko dalam
pendokumentasian Keperawatan”, Sulastri). Ada beberapa implikasi studi
kasus keperawatan yaitu :
1. Implikasi Pada Perawat Sebagai Pendidik
Peran perawat di komunitas sebagai pendidik yaitu untuk memberikan
informasi berupa pengajaran mengenai pengetahuan dan keterampilan dasar.
Pada jurnal ini, perawat menjelaskan apa yang kurang dimengerti oleh
pasien dari segi fasilitas maupun yang lainnya.
2. Implikasi Pada Perawat Sebagai Advokat
Peran perawat sebagai advokat yaitu tindakan perawat dalam mencapai
suatu untuk kepentingan masyarakat atau bertindak untuk mencegah
kesalahan yang tidak diinginkan ketika pasien sedang menjalankan
pengobatan. Peran perawat advokat ini dapat kita temukan saat pasien
bingung dan berusaha memutuskan tindakan yang terbaik bagi
kesehatannya, untuk itu perawat dibutuhkan memberikan informasi lengkap
bagi pasien dan berusaha menolak bila tindakan itu membahayakan kondisi
pasien dan melanggar hak-hak pasien. Dalam jurnal ini, perawat bertugas
untuk selalu mendampingi pasien apabila pasien mengalami kesulitan dan
membutuhkan bantuan
3. Implikasi Pada Perawat Sebagai Care Provider
Perawat sebagai pemberi perawatan secara langsung yaitu peran perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung kepada individu,
keluarga dan kelompok dengan menggunakan energi dan waktu seminimal
8

mungkin.Perawat ini langsung mengkaji kondisi kesehatan pasien,


merencanakan, mengimplementasi dan mengevaluasi asuhan keperawatan
9

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Proses Keperawatan Klien Gangguan Aktivitas Kasus Diabetes Mellitus


1. Konsep Dasar Gangguan Aktivitas
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang dalam
melakukan aktivitas. Seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system
persarafan dan muskuluskeletal. Ketika kebutuhan energy tidak tercukupi
maka akan terjadi penurunan dalam kapasitas fisologi seseorang untuk
melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang dibutuhkan akan
mengakibatkan intoleransi aktivitas, terjadi kelemahan umum dan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen karena status penyakit
sehingga dilakukan tirah baring untuk mempertahankan atau memenuhi
aktivitas harian yang diperlukan atau diharapkan.
a. Pengertian
Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan
bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang
melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan
aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan
musculoskeletal.
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana
manusia memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. (Asmadi, 2008). Jadi dapat diartikan bahwa gangguan aktivitas
merupakan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan kegiatan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Riyadi & Widuri (2015) Aktivitas fisik merupakan suatu irama
sirkadian pada manusia. Masing-masing individu memiliki irama yang unik
dalam kehidupannya sehari-hari dalam melakukan aktivitasnya, baik untuk
bekerja, makan, istirahat, rekreasi dan lain sebagainya. Dalam memenuhi
kebutuhan tersebut, maka dibutuhkan koordinasi, keamanan, dan

9
10

keefisienan agar menghasilkan gerakan yang baik dan dapat memelihara


keseimbangan selama beraktivitas tersebut.
Penelitian Soegondo (2009) dinyatakan bahwa Aktivitas fisik yang
kurang menyebabkan resistensi insulin pada diabetes melitus tipe II menurut
ketua Indonesian Diabetes Association (Persadia), Soegondo bahwa
Diabetes Melitus tipe II selain factor genetic, juga bisa dipicu oleh
lingkungan yang menyebabkan perubahan gaya hidup tidak sehat, seperti
makan berlebihan (berlemak dan kurang serat), kurang aktivitas fisik dan
stress. Diabetes melitus tipe II sebernarnya dapat dikendalikan atau dicegah
terjadinya melalui gaya hidup sehat, seperti makanan sehat dan aktivitas
fisik teratur.
b. Etiologi
Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai
berikut : a) Kelainan Postur, b) Gangguan Perkembangan Otot, c)
Kerusakan Sistem Saraf Pusat, d) Trauma langsung pada Sistem
Muskuloskeletal dan neuromuscular, e) Kekakuan Otot dan f) Adanya
penyakit tertentu
c. Faktor Resiko Gangguan Aktivitas
Ada beberapa yang mempengaruhi gangguan aktivitas yang pertama,
gangguan musculoskeletal seperti penyakit osteoporosis yang biasanya
terjadi pada usia lanjut yang terjadi pengeroposan tulang, atropi pada otot
ekstrsmitas seperti otot kaki akan mempengaruhi gangguan aktivitas, dan
kekakuan dan sakit sendi yang terjadi diakibatkan karena kerja didepan ac
sehingga otot menjadi kaku, kedua yaitu gangguan kardiovaskuler seperti
postural hipotensi, vasodilatasi vena, peningkatan penggunaan valsava
maneuver, ketiga, gangguan sistem respirasi dikarenakan penurunan gerak
pernafasan, bertambahnya sekresi paru contohnya pada penyakit Tb paru
seperti yang di jelaskan diatas kekurang O2 dapat mempengaruhi aktivitas
karena O2 tidak sampai ke sel, tubuh akhirnya tidak dapat memproduksi
energy yang banyak, dan arelektasis dan hipotesis pneumonia juga terjadi
pada penyakit paru (Torwoto, 2009).
11

Masalah yang terjadi yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas


yaitu:
1) Atropi otot merupakan keadaan dimana otot menjadi mengecil
karena tidak terpakai dan pada akhirnya serabut otot akan
diinfiltrasi dan diganti dengan jaringn fibrosa dan lemak.
2) Hypertropi otot merupakan pembesaran otot, terjadi akibat aktivitas
otot yang kuat dan berulang, jumlah serabut tidak bertambah tetapi
ada peningkatan diameter dan panjang serabut terkait dengan
unsur–unsur filamen.
3) Nekrosis ( jaringan mati ) terjadi akibat trauma atau iskemia dimana
proses regenerasi otot sangat minim.
Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat menyebabkan
imobilisasi pada usia lanjut, seperti pada tabel berikut:
Gangguan Artritis
muskuloskeletal Osteoporosis
Fraktur (terutama panggul dan femur)
Problem kaki (bunion, kalus)
Lain-lain (misalnya penyakit paget)
Gangguan neurologis Stroke
parkinson Penyakit
Lain-lain (disfungsi serebelar, neuropati)
Penyakit Gagal jantung kongensif (berat)
kardiovaskular Penyakit jantung koroner (nyeri dada yang sering)
Penyakit vaskular perifer (kardkasio yang sering)
Penyakit paru Penyakit paru obstruksi kronis (berat)
Faktoe sensorik Gangguan penglihatan
Takut (instabilitas dan takut akan jatuh)
Penyebab lingkungan Imobilisasi yang dipaksakan (di rumah sakit atau
panti werdha)
Alat bantu mobilitas yang tidak adekuat
Nyeri akut atau kronik
Lain-lain Dekondisi (setelah tirah baring lama metastasis luas
pada keganasan)
Malnutrisi
Penyakit sistemik berat (misalnya metastasis luas
pada keganasan)
Depresi
Efek samping obat (misalnya kekuatan yang
disebabkan obat antipsikotik)
12

d. Insiden/Prevalensi
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut
tentang kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan mobilisasi
dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi
gangguan mobilisasi adalah pada orang yang lanjut usia, post cedera dan
post trauma.
e. Fisiologi Gangguan Aktivitas
Apabila ada perubahan gangguan aktivitas, maka setiap sistem tubuh
beresiko terjadi gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut
tergantung pada umur klien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan serta
tingkat imobilisasi yang dialami.
f. Patofisiologi Terjadinya Gangguan Aktivitas
Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas
tergantung dari penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat
menyebabkan gangguan tersebut, diantaranya adalah :
1) Kerusakan Otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis
otot. Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses
pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi
pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal
seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot.
Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya.
2) Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat
terganggu pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau
mobilisasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran
maupun fungsi dari sistem rangka diantaranya adalah fraktur, radang
sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.
3) Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dan ke
otak. Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan
anggota gerak. Jadi, jika syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan
13

penyampaian impuls dari dank e organ target. Dengan tidak sampainya


impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi.
g. Manifestasi Klinik
Menurut (Potter & Perry, 2006) manifestasi klinik pada gangguan aktivitas
yaitu tidak mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan alat/orang
lain, memiliki hambatan dalam berdiri dan memiliki hambatan dalam
berjalan.
h. Klasifikasi Gangguan Aktivitas
Kategori tingkat gangguan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat Aktivitas / Mobilisasi Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara
penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau
pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan
orang lain dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi
dalam perawatan

i. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan Diagnostik
1) Foto Rontgen (Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur,
erosi, dan perubahan hubungan tulang).
2) CT Scan tulang (mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang
di daerah yang sulit untuk dievaluasi)
3) MRI (untuk melihat abnormalitas : tumor, penyempitan jalur jaringan
lunak melalui tulang)
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah dan urine
2) Pemeriksaan Hb
14

j. Penanganan
Penanganan gangguan aktivitas pada penderita Diabetes Mellitus
diantaranya adalah melakukan olahraga atau latihan yang teratur yang
berfungsi untuk :
1) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan
setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten
pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
2) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

k. Pencegahan
1) Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung
sepanjang kehidupan dan episodik. Sebagai suatu proses yang
berlangsung sepanjang kehidupan, moblilitas dan aktivitas tergantung
pada fungsi system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai
suatu proses episodikpencegahan primer diarahkan pada pencegahan
masalah-masalah yang dapat tmbul akibat imoblitas atau ketidak aktifan.
2) Pencegahan Sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat aksaserbasi akut dari
imobilitas dapat dkurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan.
Keberhasilan intervensi berasal dri suatu pengertian tentang berbagai
factor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan
penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi
dan pencegahan komplikasi. Diagnosis keperawatan dihubungkan
dengan pencegahan sekunder adalah gangguan mobilitas fisik.
15

l. Rehabilitasi
Rehabilitasi dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi dampak
gangguan aktivitas yang lebih jauh seperti tidak dapat berintegrasi dalam
masyarakat.
Dalam rehabilitasi fisik terdapat beberapa unsur rehabilitasi yang harus
dilakukan yaitu :
a) Pemulihan kondisi fisik
b) Pemulihan kondisi psikologik
c) Latihan prevokasional dan pengalaman kerja singkat guna membantu
penderita mengembalikan kepercayaan diri
d) Resosialisasi

m. Program Pemerintah Terkait Gangguan Aktivitas


Kebiakan oemerintah dalam penanganan gangguan aktivitas karena
Diabetes Mellitus diantaranya memperluas jaringan pelayanan kesehatan
mulai dari Rumah Sakit hingga Puskesmas, Polindes dan melatih tenaga-
tenaga kesehatan yang memahami pokok penatalaksanaan gangguan
aktivitas di masyarakat oleh karena penyakit Diabetes Mellitus

2. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Aktivitas


a. Pengertian Asuhan Keperawatan
Menurut Rosemarie asuhan keperawatan merupakan model yang
berfokus pada kualitas hidup pasien dan melihat pasien bukan sebagai
aspek yang berbeda dari keseluruhan, tetapi sebagai pribadi. Hal ini
berbeda daripada banyak teori-teori keperawatan lainnya, dan
memungkinkan perawat untuk melakukan apa yang begitu banyak dari
mereka pergi ke bidang keperawatan untuk membantu orang.
Model keperawatan mendefinisikan orang sebagai bersikap terbuka
yang lebih baik dan berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya.
Lingkungan adalah segalanya dalam pribadi dan
pengalamannya. Lingkungan tidak terlepas dari orang tersebut, serta
pelengkap dan berkembang dengan orang tersebut. Kesehatan adalah
proses yang terbuka dan menjadi, dan melibatkan sintesis nilai-
16

nilai. Keperawatan digambarkan sebagai ilmu pengetahuan manusia dan


seni yang menggunakan badan abstrak pengetahuan untuk membantu
orang.
b. Tujuan dan Manfaat Asuhan Keperawatan
1) Tujuan
Tujuan dari asuhan keperawatan adalah :
a) Membantu individu untuk mandiri
b) Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang
kesehatan
c) Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara
kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain
dalam memelihara kesehatannya
d) Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal
2) Manfaat
Manfaat dilakukannya asuhan keperawatan adalah :
a) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan
ilmiah bagi tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah
klien melalui asuhan keperawatan .
b) Memberi ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui
pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi
yang efektif dan efisien.
c) Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang
optimal sesuai dengan kebutuhanya dalam kemandirianya di
bidang kesehatan.
c. Tahapan Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan
dengan pengumpulan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui permasalahan yang ada. Pengkajian terdiri dari :
a) Pengumpulan Data
Merupakan upaya untuk mendapatkan data yang dapat digunakan
sebagai informasi tentang klien. Data yang dibutuhkan tersebut
17

merupakan data biologis, psikologis sosial dan spiritual dari klien,


data yang berhubungan dengan masalah klien serta tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan klien
seperti data keluarga klien dan lingkungan. Dalam pengumpulan
data dapat dilakukan dengan cara:
- Wawancara : melalui komunikasi untuk mendapatkan respon
dari klien dengan tatap muka
- Observasi: Dengan mengadakan pengamatan secara visual
dengan klien.
- Konsultasi: Dengan melakukan konsultasi kepada ahli atau
spesialis bagian yang mengalami gangguan.
- Pemeriksaan Fisik: dengan metode inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi.
- Pemeriksaan penunjang: laboratorium serta pemeriksaan
Rontgen.
b) Validasi Data
Validasi data merupakan upaya untuk memberikan justifikasi
pada data yang telah dikumpulkan dengan melakukan
perbandingan data subyektif dan obyektif yang didapat dari
berbagai sumber dengan berdasarkan standar nilai normal
c) Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan tahapan terakhir dari pengkajian
setelah dilakukan validasi data dengan mengidentifikasi pola atau
masalah yang mengalami gangguan yang ada dimulai dari
pengkajian pola fungsi kesehatan.
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ini dapat memberikan dasar pemilihan
intervensi untuk menjadi tanggung gugat perawat. Formulasi
diagnosa keperawatan adalah bagaimana diagnosa keperawatan
digunakan dalam proses pemecahan masalah karena melalui
identifikasi masalah dapat di gambarkan berbagai masalah
keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan.
18

Dalam penulisan pernyataan diagnosa keperawatan meliputi


tiga komponen yaitu, komponen P (problem), komponen E
(etiologi) S (simptom) atau dikenal dengan batasan karakteristik.
Dengan demikian cara membuat diagnosa keperawatan adalah
dengan menentukan masalah keperawatan yang terjadi, kemudian
mencari penyebab dari masalah yang ada.
3) Rencana Keperawatan
Merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan
langkah ke 3 dalam membuat suatu proses keperawatan, pada tahap
perencanaan dapat dilaksanakan dengan berbagai kegiatan sebagai
berikut
a) Menentukan prioritas diagnosa
Penentuan prioritas diagnosa ini dilakukan pada tahap
perencanaan setelah tahap diagnosa keperawatan, dengan
menentukan diagnosa keperawatan maka dapat diketahui
diagnosa mana yang akan dilakukan atau diatasi pertama kali.
- Prioritas berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)
- Prioritas berdasarkan kebutuhan menurut Maslow
b) Menentukan tujuan dan hasil yang diharapkan.
Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi
masalah diagnosa keperawatan dengan kata lain tujuan
merupakan sinonim dari kriteria hasil yang mempunyai
komponen sebagai berikut : S (Subyek) P (Predikat) K (Kriteria)
K (Kondisi) W (Waktu) dengan penjabaran sbb:
S : Perilaku pasien yang diamati.
P : Kondisi yang melengkapi pasien.
K : Sesuatu yang dapat diukur menentukan pencapaian tujuan.
K : Sesuatu yang menyebabkan asuhan yang diberikan.
W : Waktu yang ingin dicapai.
19

Kriteria hasil yang diharapkan merupakan standar evaluasi yang


memberikan gambaran tentang faktor-faktor dan dapat memberikan
petunjuk bahwa tujuan telah tercapai, setiap kriteria hasil
berhubungan dengan tujuan yang ditetapkan
4) Tindakan Keperawatan
Merupakan langkah ke 4 dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan
keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai
hal diantaranya bahaya bahaya fisik dan perlindungan klien, tehnik
komunikasi dalam prosedur tindakan
5) Evaluasi Keperawatan
Merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara mekakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak, dalam melakukan evaluasi perawat
seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
memahami respon terhadap intervensi keperawatan.
a) Jenis Evaluasi
Evaluasi formatif, menyatakan evaluasi yang dilakukan pada
saat memberikan intervensi dengan respon segera. Evaluasi
sumatif, merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisa
status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang
direncanakan pada tahap perencanaan. Disamping itu evaluasi
juga sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria
tertentu yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak
tercapai atau tercapai sebagian.
S (Subyek)
O (Obyek)
A (Asessment)
P ( Planning).
20

6) Reassesment
Reasesmen keperawatan adalah proses pengkajian ulang untuk
menambah/melengkapi data, dilakukan ulang oleh tenaga
keperawatan sesuai dengan standar praktik keperawatan yang
ditetapkan dengan mengacu pada proses keperawatan meliputi
Standar I : dokumentasi pengkajian keperawatan, Standar II :
dokumentasi diagnosa keperawatan, Standar III : dokumentasi
perencanaan keperawatan. Standar IV : dokumentasi implementasi ,
Standar V : dokumentasi evaluasi.
7) Dokumentasi
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak
yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu
yang berwenang (potter 2005). Potter (2005) juga menjelaskan
tentang tujuan dalam pendokumentasian yaitu : a. Komunikasi
Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan
(menjelaskan) perawatan klien termasuk perawatan
individual,edukasi klien dan penggunaan rujukan untuk rencana
pemulangan. b. Tagihan financial, dokumentasi dapat menjelaskan
sejauhmana lembaga perawatan mendapatkan ganti rugi (reimburse)
atas pelayanan yang diberikan bagi klien. c. Edukasi, dengan catatan
ini peserta didik belajar tentang pola yang harus ditemui dalm
berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu untuk
mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien.
d. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Aktivitas
Akibat Diabetes Mellitus dengan Model Teori Rosemarie Rizzo
Parse
1) Pengertian Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan menurut Rosemarie Rizzo Parse adalah
semua proses penatalaksanaan penanganan kasus penyakit mulai dari
pengkajian, diagnosa keparawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi keperawatan dengan melihat kasus secara keseluruhan tanpa
mengabaikan upaya preventif.
21

2) Paradigma Keperawatan Rosemarie Rizzo Parse


Asumsi utama dari teori ini fokus pada unsur-unsur paradigma
yang Rosemarie Rizzo Parse gambarkan yakni :
a) Manusia
Manusia merupakan kompanen terbuka, unik dan berbeda dari
komponen yang lain secara terpisah. Parse memandang konsep
manusia universal dan kesehatan sebagai suatu kesatuan. Parse
mengatakan bahwa walaupun tiap hal ini dideskripsikan secara
terpisah tetapi mereka berhubungan dalam suatu proses. Manusia
mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain. Manusia menjadi tau
dan mengerti saat mereka bekerja dengan alam melalui orang lain
dengan ide-ide, sejarah, budaya dan harapan-harapan
b) Lingkungan
Lingkungan dipandang sebagai pemberi stimulus dalam proses
timbal balik dalam hubungan dengan manusia.
c) Kesehatan
Kesehatan dipandang sebagai proses yang berubah secara terus
menerus untuk menjadi tetap sehat. Kesehatan manusia
berhubugan erat dengan bagaimana perilaku dalam hidupnya
mengembangkan powering, originating, dan transforming.
d) Keperawatan
Keperawatan dilihat sebagai komponen yang harus ada
(dihadirkan) untuk dapat memfasilitasi proses menjadi sehat dari
setiap komponen yang lain. menulis secara luas tentang
keyakinan mengenai keperawatan sebagai ilmu pengetahuan
dasar selama lebih dari 30 tahun. Parse telah mengembangkan
keyakinannya bahwa keperawatan adalah ilmu pengetahuan dasar
dan bahwa perawat memerlukan teori yang berbeda dari disiplin
ilmu lain
22

3) Tujuan dan Manfaat Asuhan Keperawatan


Menurut Parse tujuan dari asuhan keperawatan adalah
meningkatkan kemampuan hidup sehat melalui partisipasi klien
dalam peningkatan kesehatan dengan memperkenalkan konsep
kesehatan yang dikenal dengan Human Becoming Theory. Parse
menggambarkan pada teori-teori lain untuk membangun dasar yang
kuat tentang ilmu keperawatan. Pada dasarnya, asumsi-asumsi ini
mendorong teori proses manusia yang berfokus pada keyakinan dan
bagaimana manusia terjadi dan juga dari segi kesehatan. Parse tidak
memisahkan secara spesifik asumsinya tentang alam semesta karena
dia yakin bahwa alam semesta adalah multidimensi dan proses yang
saling menguntungkan pada manusia dan juga tidak dapat dipisahkan
dari manusia.

B. Aplikasi Model Teori Rosemarie Rizzo Parse dengan Gangguan Aktivitas


karena Diabetes Mellitus
1. Konsep Teori Rosemarie Rizzo Parse
a. Pengertian
Rosemarie Rizzo Parse menciptakan toeri ‘Menjadi Manusia”. Teori

Keperawatan, yang memandu perawat untuk fokus pada kualitas hidup

dari sudut pandang setiap orang sebagai tujuan keperawatan. Hal ini

memberikan alternatif bagi sebagian besar teori-teori lain dari

keperawatan, yang mengambil pendekatan bio-medis atau bio-psiko-

sosial-spiritual. Teori Menjadi Manusia adalah kombinasi dari faktor

biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual, dan menyatakan bahwa

seseorang adalah makhluk kesatuan dalam interaksi terus menerus

dengan lingkungannya itu.

b. Prinsip Teori Rosemarie Rizzo Parse


23

Human Becoming Theory dalam keperawatan dihadirkan oleh


Rosemary R Parse sebagai alternatif dalam pendekatan biomedis dan bio-
psycho-social-spiritual. Pada tahun 1992 Human Becoming Theory di
popularkan teori ini berasal dari Man-living-health theory pada tahun
1981. Teori ini dikembangkan berdasarkan teori keperawatan tradisional
mengacu pada teori pakar keperawatan Eropa yaitu dari Heidegger,
Sartre, Merleau-Ponty, dan Gadamer yang bekerja sama dengan pakar
keperawatan dari Amerika Martha Rogers. 3 prinsip pada teori Human
Becoming. Setiap prinsip berisi 3 konsep yang diperlukan untuk
mengeksplorasi pengertian yang lebih mendalam tentang theory human
becoming.
Teori ini terdiri dari 3 bagian besar yaitu: structuring, cocreating
rhythmical pattern, and cotranscendence (Parse, 1998). Penjelasan dari 3
bagian besar teori Parse adalah:
1) Prinsip 1 : Structuring
Tujuan prinsip utama adalah struktur manusia, atau pilihan
maksudnya, mereka bekerja sama dalam menciptakan sesuatu yang
nyata melalui ekspresi diri dalam hidup berdasarkan nilai-nilai mereka
dari jalan/cara yang dipilih. Structuring Meaning merupakan prinsip
pertama teori, " Structuring ini memiliki 3 konsep, yaitu : languaging,
valuing dan imaging.
1) Imaging
Pandangan individu terhadap realita. Maksudnya adalah bentuk
pengetahuan personal secara eksplisit dan implisit. Bagi Parse
manusia memiliki sifat rasa ingin tahu dan mencari jawaban atau
menduganya. Jawaban dari pertanyaan muncul dari penggalian
manusia terhadap realita dan pandangannya. Imaging adalah
intepretasi personal dari arti, kemungkinan dan konsekuensi. Perawat
tidak dapat mengetahui imaging secara lengkap tetapi perawat
mampu mengungkap, menghormati, dan memberi kesaksian sebagai
pertahanan manusia dengan proses membentuk, mencari,
mengintegrasi, menolak dan mengintepretasi
24

2) Valuing
Valuing adalah konsep kedua dari konsep pertama, konsep ini
menceritakan bagaimana seseorang menegaskan dan tidak
menegaskan kepercayaan dalam perspektif personal atau pandangan
dunia. Manusia menegaskan secara berkelanjutan – tidak
menegaskan pada pilihan pada pilihan yang mereka buat tentang
bagaimana manusia berpikir, betindak dan merasakan dan pilihan
mereka mungkin menjadi menetap sebagai pilihan utama dan mereka
mungkin berbeda secara radikal dan mencari perpindahan nilai.
3) Languaging
Languaging adalah konsep hubungan simbol menjadi manusia
dan mengekspresikan pandangan nyata mereka dan prioritas nilai.
Languaging adalah terlihat ketika sesorang berbicara dan megingat
dengan tak bersuara dan ketika berpindah masih mengingat.
Languaging bersifat multidimensi ketika ketika gambaran seseorang
dalam suatu situasi mereka yang sudah pernah alami atau dalam
situasi yang hanya kemugkinan. Ketika Languaging terlihat oleh
orang lain, maka dapat menjadi pola bahwa mereka akan sharing
yang dianggap orang terdekat. Anggota keluarga dan teman-teman
dekat sering menjadi pola untuk berbagi, seperti berbicara,
bergerak/berpindah, dan ketenangan (Parse, 1981, 1998).
Manusia memperlihatkan sesuatu tentang dirinya ketika mereka
berbahasa, bahkan ketika mereka diam dan masih mengingatnya.
Perawat dapat menyaksikan beberapa bahasa dimana manusia
tersebut memperlihatkan, tetapi mereka tidak mampu mengetahui
arti dari bahasa tersebut. Untuk mengerti bahasa, perawat harus
bertanya kepada orang tersebut apa maksud dari kata-kata, tindakan
dan gerak-gerik tersebut. Sesuatu yang mungkin terjadi ketika
seseorang belum mengetahui maksud dari bahasa mereka, dimana
perawat menghormati proses yang sedang berjalan untuk mengerti
25

maksud dari situasi tersebut. Jelaslah bahwa untuk mengerti itu


membutuhkan waktu, dan manusia tahu kapan untk menjelaskan arti
yang sesuai pada saat itu.
2) Prinsip 2 : Cocreating
Prinsip yang kedua dari “Human becomig” adalah menciptakan
pola yang ritmik yang berhubungan dengan kehidupan dimana saling
berlawanan yaitu : mengutarakan-menyembunyikan, tidak ada batasan-
batasan, serta berhubugan – terpisah (Parse, 1981, p. 41). Maksud dari
prinsip ini adalah kehidupan manusia menciptakan pola-pola dari hari
ke hari dan pola-pola tersebut memberitahukan tentang arti dan nilai
secara personal. Dalam pola yang saling berhubungan manusia
menciptakan, banyak kebebasan dan pembatasan pada pilihan; semua
pola terlibat dalam ikatan yang komplek dan tidak terikat dengan
manusia, pikiran dan pilhan. Prinsip kedua ini memiliki 3 konsep yaitu :
(1) mengutarakan-menyembunyikan, (2) tidak ada batasan – terbatas,
serta (3) berhubungan – terpisah.
a) Revealing-Concealing (Mengutarakan-Menyembunyikan)
Mengutarakan-membunyikan adalah cara seseorang untuk
memperlihatkan dan sembunyi, sekaligus, untuk menjadi manusia
(Parse, 1981, 1998). Juga selalu digunakan lebih untuk menceritakan
dan lebih mengenal tentang diri sendiri dan orang lain. Parse
mengidentifikasi dugaan/pikiran adalah mystery sebagai central
untuk mengerti konsep sesutu yang berlawanan. ini adalah sangat
misterius bagaimana seseorang memilih untuk memberi dan
menyembunyikan suatu pesan tentang siapa mereka, apa yang
mereka pikirkan dan ketahui.
Kadang-kadang manusia mengetahui apa yang ingin dikatakan
dan mereka menyalurkannya dengan begitu jelas dan, kadang-
kadang, manusia memiliki hal yang mengejutkan diri merka sendiri
dengan kata-kata yang mereka lontarkan. Beberpa lapisan dari
kenyataan dan pengalaman mengingatkan untuk disembunyikan.
Manusia juga sembunyi-utarakan berbeda dalam segala situasi dan
26

berbeda oarang. Selanjutnya, pola dari sembunyi-utarakan diciptakan


dan dengan baik sekali hadir dalam kehidupan dan saling bersama-
sama berproses.
b) Enabling-Limiting (Memungkinkan-Terbatas)
Memungkinkan – terbatas melambangkan dari kebebasan dan
kesempatan dari sesuatu yang sifatnya membatasi dan penuh dengan
rintangan dari kehidupan sehari-hari. Setiap pilihan, bahkan yang
telah dibuat merupakan cerminan, kesempatan dan pembatasan yang
muncul ke permukaan. Tidak mungkin untuk mengetahui semua
konsekuen/tindakan diberikan pilihan, oleh karena itu, manusia
membuat keputusan ditengah-tengah antara kenyataan dan ambigu.
Setiap pilihan adalah penuh dengan kemungkinan antara
kesempatan dan pembatasan. Dalam praktek sehari-hari ketika
pasien dan keluarganya berkata “Ini adalah hal yang terburuk dan
dapat terjadi pada anggota keluarga kita, tetapi ini membantu kami
untuk menemukan beberapa jalan.” Kemungkinan – keterbatasan
adalah tentang memilih dari kemungkinan dan hidup dengan
konsekuen pada pilihan yang telah dipilih. Perawat dapat membantu
untuk oranglain seperti merenungkan pilihan dan antisipasi dari
konsekuen pada pilihanyang sulit.
c) Connecting-Separating (Berhubungan-Terpisah)
Konsep ketiga adalah berhubungan dan terpisah. Konsep ini
memiliki lapisan dari arti yang saling bertentangan. Konsep ini
berhubungan dengan bagaimana manusia menciptakan pola dari
yang berhubungan dan terpisah antara manusia dan proyek. Pola ini
menciptakan nilai prioritas yang diungkapkan. Saling berhubungan
dan terpisah ini adalah tentang komunitas-kesendirian dan orang
yang terpisah dari perkumpulan untuk bergabung bersama.
Berhubungan-terpisah juga menjelaskan antara 2 orang dapat
lebih dekat dan belum terpisahkan antara 2. Kadang-kadang
terhubungkan ketika orang terpisah karena seseorang dapat
menghuni/ mendiami dengan kehadiran seseorang dengan kedekatan
27

yang besar, terutama ketika berduka untuk orang lain. (Burnes, 200a;
Cody, 1995b; Pilkington, 1993). Nurses belajar mengenai pola
seseorang dari terhubung-terpisah dengan menanyakan tentang
pentingnya arti suatu hubungan dan proyek.
3) PRINSIP 3 : COTRANSCENDING
Cotranscending merupakan tema ketiga dari teori menjadi
manusia. "Cotranscending with the possibles adalah cara-cara unik
yang berasal dalam proses transformasi" (Parse, 1981). Makna dari
prinsip ini adalah bahwa dengan orang-orang selalu terlibat dan
memilih kemungkinan yang tidak terbatas tentang bagaimana menjadi,
sikap apa atau pendekatan untuk memiliki, untuk berhubungan dengan
siapa, minat apa atau keprihatinan untuk diganggu. Pilihan
mencerminkan cara orang bergerak dan berubah dalam proses menjadi.
Tiga konsep prinsip ini adalah sebagai berikut: (1) powering, (2)
originating, dan (3) transforming
a) Powering
Powering adalah sebuah konsep yang menyampaikan makna
tentang kehidupan dan perjuangan dan kemauan untuk terus
berjuang meskipun menemui kesulitan dan ancaman. Parse (1981,
1998) menggambarkan powering sebagai proses mendorong -
menolak yang selalu terjadi dan yang menegaskan keberadaan kita
dalam kemungkinan ketidakberadaan. Orang secara terus-menerus
terlibat dan ketidakberadaan. Ketidakberadaan/ nonbeing adalah
tentang hilang dan risiko kematian dan penolakan.
Powering adalah gaya yang diberikan, yang mendorong untuk
bertindak dan kemungkinan hidup dengan tujuan di tengah untuk
menegaskan dan memegang apa yang disayangi, sementara secara
bersamaan hidup dengan kehilangan dan ancaman ketidakberadaan/
nonbeing. Selalu ada perlawanan dengan kekuatan mendorong
powering, karena orang-orang yang hidup dengan orang lain yang
juga menghadapi terhadap berbagai kemungkinan. konflik, menurut
Parse (1981, 1998), menyajikan peluang untuk memperjelas arti dan
28

nilai-nilai dan perawat dapat meningkatkan proses ini dengan cara


menghadirkan orang-orang yang mengeksplorasi masalah, konflik,
dan pilihan
b) Originating
Originating adalah konsep tentang keunikan manusia dan
memegang dua paradoks berikut: (1) sesuai-tidak sesuai dan (2)
kepastian-ketidakpastian Orang berjuang untuk menjadi seperti
orang lain, namun mereka juga berusaha untuk menjadi unik. Pilihan
tentang originating terjadi dengan realitas kepastian-ketidakpastian.
Tidak mungkin mengetahui semua yang mungkin datang dari
memilih untuk menjadi berbeda atau dari memilih untuk menjadi
seperti orang lain. Untuk beberapa, ada bahaya yang lebih besar
untuk menjadi terlalu banyak seperti yang lain, beberapa orang
mungkin mengatakan bahaya yang lebih besar untuk menjadi
berbeda.
Setiap orang mendefinisikan dan hidup dalam pandangan dunia
dan nilai-nilai mereka. Originating dan menciptakan lagi adalah pola
yang berdampingan dengan keteguhan dan kesesuaian (Parse, 1981,
1998). Pola originating kerajinan manusia yang unik ketika
kemungkinan mereka terlibat kehidupan sehari-hari. Perawat saksi
originating bersama orang-orang yang sedang dalam proses memilih
bagaimana mereka akan dengan mengubah pola kesehatan.
c) Transforming
Transforming, konsep ketiga dari prinsip ketiga, adalah tentang
perubahan yang disengaja dan pergeseran pandangan bahwa orang-
orang memiliki tentang hidup mereka. Orang selalu berjuang untuk
mengintegrasikan yang tidak biasa dengan yang biasa terjadi dalam
keseharian kehidupan mereka. Ketika penemuan-penemuan yang
baru dibuat, orang mengubah pemahaman mereka, kadang-kadang,
pola hidup dan pandangan dunia dapat bergeser dari wawasan
misteri dan situasi yang sering terjadi dalam kehidupan mereka.
29

Transformasi adalah perubahan yang berkelanjutan dengan


karakteristik mutual process dan kecerdikan manusia sebagai orang-
orang yang menemukan cara untuk mengubah arah harapan dan
impian mereka (Parse, 1981, 1998). Perawat, dengan cara mereka
hadir dengan orang lain, membantu atau menghalangi upaya orang
untuk mengklarifikasi harapan, impian, dan arah yang diinginkan
mereka.

2. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Aktivitas pada


Kasus Diabates Mellitus
a. Pengkajian
Pada saat pengkajian yang perlu diketahui adalah tanyakan
tentang sistem personal, sistem interpersonal dan sistem sosial pasien.
Pengkajian pada pasien dengan gangguan aktivitas dengan DM menurut
Doenges (2000) dan Tucker (1998) diperoleh data ganguan
aktivitas/stirahat, Lemah, letih, sulit bergerak/ berjalan, gangguan
tidur/istirahat, takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau
dengan aktivitas, penurunan kekuatan otot.
b. Diagnos Keperawatan
Diagnosa yang sering ditemukan pada kasus gangguan aktivias akibat
DM adalah gangguan aktivitas berhubungan dengan penyakit jangka
panjang / progresif yang tidak diobati
c. Intervensi Keperawatan
Perawat melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditemukan. Pelaksanaan di sesuaikan dengan
Teori Rosemarie Rizzo Parse yang terdiri dari 3 bagian besar yaitu:
structuring, cocreating rhythmical pattern, and cotranscendence (Parse,
1998).
d. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan menurut Teori Rosemarie Rizzo Parse
adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan
yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
30

disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual,


teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang
tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis.
Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi
intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.
e. Evaluasi
Evaluasi menurut Teori Rosemarie Rizzo Parse merupakan tahap
terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi
keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana
tujuan tercapai:
1) Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau
tanggal yang ditetapkan di tujuan.
2) Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik
yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3) Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan
prilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

3. Kerangka Teori Penelitian


Konsisten terhadap keyakinannya, Parse tidak menggambarkan atau
menuliskan tentang keperawatan sebagai konsep dalam disiplinnya dengan
metaparadigma keperawatannya. Meskipun begitu, Parse menuliskan
keyakinan dan perhatiannya secara luas terhadap keperawatan sebagai ilmu
dasar. Parse (2000) menulis bahwa ini adalah harapan dari banyak perawat
bahwa perawat sebagai disiplin akan menikmati memiliki berbagai dasar ilmu
pengetahuan yang unik dan profesi yang berbeda dari medis (pengobatan),
orang-orang akan melihat secara aktual bahwa perawat untuk pelayanan
keperawatan, bukan diagnosa medis. Manusia dan phenomenilogical
eksistensial-pikir. Dengan intuisi, Parse secara metodis diperoleh asumsi,
konsep, prinsip, dan praktik dan metodologi penelitian menjadi manusia
sekolah pemikiran
31

Pendekatan Teori Rosemarie Rizzo Parse pada asuhan keperawatan dapat


dijelaskan dalam kerangka teori dibawah ini :

Keterangan :

A.Imaging (pandangan individu terhadap realita)


Perawat diharapkan mampu memberikan pemahaman terhadap klien
tentang persepsi dirinya terpenyakit yang dideritanya dengan mengikut
sekeluarga untuk mengungkapkan ketakutan-ketmereka, pengungkapan
memungkinkan untuk berbagi dan memberikan kesempatan memperbaiki
konsep yang tidak benar.
B.Valuing (perpindahan nilai)
Perawat diharapkan mampu memberikan kesempatan pada klien dan
keluarga untuk mengungkperasaan, mendiskusikan kehilangan secara
terdan menggali makna pribadi dari kehilangan.
C. Languaging (gambaran seseorang dalam suatu situasi)
Perawat diharapkan mampu menjelaskan kepada klien bahwa berduka
adalah reaksi yang umum dan sehat, pengetahuan bahwa kematian
sedang menanti dapat menyebabkan/menimbulkan perasaan
ketidakberdayaan, marah dan kesedihan yang dalam dan respon berduka
32

yang lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien dan
anggota keluarga menerima dan mengatasi situasi dan respon mereka
terhdap situasi tersebut.
D. Revealing-concealing (mengutarakanmenyembunyikan)
Perawat diharapkan mampu mendorong klien.
E. Enabling – limiting (memungkinkanterbatas)
Perawat diharapkan dapat membantu klien merenungkan terhadap pilihan
yang telah dipilihnya serta mengantisipasi dari konsekuen pada pilihan
yang sulit .
F. Connecting–separating (Berhubungan - Terpisah)
Perawat diharapkan mampu mendiskusikan dengan klien dan keluarga
tentang perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan
kehidupan keluarga, takut akan hasil (kematian). Diskusi terbuka dan
jujur dapat membantu klien dan anggota keluarga menerima dan
mengatasi situasi dan respon mereka terhadap situasi tersebut
G. Powering (perjuangan & kemauan)
Perawat diharapkan mampu memberi motivasi kepada klien dengan cara
meningkatkan harapan hidup dengan perawatan penuh perhatian serta
menghilangkan ketidaknyamanan.
H. Originating (keunikan manusia)
Perawat mampu mengikut sertakan suami dan anak-anak klien dalam
setiap kegiatan diskusi tentang permasalahan yang dihadapi klien.
I. Transforming (perubahan/pergeseran)
Perawat diharapkan mampu mendiskusikan dengan klien dan keluarga
tentang perubahan proses keluarga, tanggung jawab dan peran dalam
keluarga setelah dilakukan tindakan operasi.
33

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian
kualitatif dengan strategi penelitian case study research. Metode ini digunakan
untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang Pengelolaan Klien dengan
Gangguan Aktivitas pada Kasus Diabetes Mellitus dengan Pendekatan Teori
Rosemarie Rizzo Parse secara objektif. Metode deskriptif bertujuan untuk
mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada,
mengidentifikasi masalah atau memelihara kondisi dan praktik-praktik yang
berlaku.
Bogdan and Taylor (Moloeng, 2007:4) mengemukakan bahwa
penelitian kualitatif adalah produser penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Menurut Aminudin (1990:2) metode kualitatif
merupakan jenis penelitian dimana perumusan masalah penelitian bukan
diarahkan oleh teori melainkan oleh gejala penelitian yang dihadapi
dilapangan.
Untuk mempertahankan tingginya keabsahan data, maka sebelum
melaksanakan pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan berbagai
kesiapan, terutama untuk mempersiapkan bentuk-bentuk dan jenis data yang
dipergunakan. Dengan kesiapan ini diharapkan tidak terjadi kesenjangan atau
perbedaan cara memperoleh data dari sumber yang satu dengan yang lain.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Talang Babatan Kec.

Seberang Musi Kabupaten Kepahiang. Dengan alasan tersedianya data yang

akan dikumpulkan dan kemudahan peneliti dalam melakukan penelitian.

33
34

2. Waktu

Penelitian dilakukan pada tanggal 4-6 Juli 2018

C. Setting Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan berbentuk Studi kasus Asuhan
keperawatan, untuk itu peneliti mempersiapkan setting penelitian berupa
keterangan lokasi penelitian, sarana dan prasarana, jumlah pasien yang ada,
jumlah petugas yang ada di Puskesmas Talang Babatan dan apakah tempat
tersebut pernah dilakukan penelitian studi kasus oleh peneliti terdahulu.
Berikut penjelasan lebih rinci mengenai setting penelitian diantaranya.
1. Keterangan Lokasi
Puskesmas Talang Babatan Kecamatan Seberang Musi Kabupaten
Kepahiang
2. Sarana dan Prasarana yang dimiliki
Sarana prasarana yang dimiliki puskesmas Talang Babatan sehubungan
dengan kasus penyakit Diabetes Mellitus, Puskesmas memiliki poli umum
tempat pasien melakukan konsultasi dengan dokter umum maupun perawat
tentang penyakit yang ia derita.
3. Jumlah Pasien Diabetes Mellitus
Jumlah pasien Diabetes Mellitus yang berkunjung ke Puskesmas Talang
Babatan sebanyak 10 orang setiap bulannya.
4. Jumlah Petugas yang ada
Jumlah perawat yang ada di Puskesmas Talang Babatan berjumlah 8 orang
baik pegawai maupun non pegawai.

D. Subjek Penelitian/Partisipan
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
degan strategi penelitian case study research (CSR) maka :
1. Teknik sampling penelitian adalah menggunakan non probability
sampling dengan pendekatan purposive sampling (teknik pengambilan
sampel dengan pertimbangan atau tujuan tertentu)
2. Instrumen penelitian studi kasus adalah peneliti sendiri, maka peneliti
betul –betul harus:
35

a. Memahami model analisis CSR;


b. Menguasai wawasan/konsep yang diteliti;
c. Kematangan kesiapan melakukan CSR; dan
d. Selalu melakukan evaluasi

E. Metode Pengumpulan Data


Sebagian instrumen dalam penelitian kualitatif adalah penelitian itu
sendiri (Moloeng, 2002 : 168). Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan tehnik observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang Pengelolaan
Klien dengan Gangguan Aktivitas pada Kasus Diabetes Mellitus dengan
Pendekatan Teori Rosemarie Rizzo Parse. Dengan menggunakan teknik
observasi partisipatif dengan merinci aspek-aspek yang akan diobservasi.
maka kemungkinan peneliti mengenal secara baik keluhan pasien sehingga
penerapan teori asuhan keperawatan Rosemarie Rizzo Parse dapat
diterapkan .
Objek yang diobservasi adalah keluhan gangguan aktivitas yang
sedang dihadapi klien sejauhmana gangguan aktivitas yang dihadapi klien.
Observasi keperawatan dalam penarapan teori Rosemarie Rizzo Parse
untuk menurunkan gangguan aktivitas klien. Observasi situasi dan kondisi
yang sedang berlangsung yang berhubungan dengan aktivitas klien.
Secara lebih terperinci dengan melakukan observasi maka perawat
diharapkan : (a) mampu memahami situasi/keluhan yang dihadapi klien,
(b) memungkinkan perawat menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak
dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya, (c) peneliti
dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak diamati oleh orang lain
(d) peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap
oleh responden dalam wawancara karena ingin ditutupi (e) peneliti dapat
menemukan hal-hal diluar persepsi responden sehingga peneliti
memperoleh gambaran lebih komprehensif (f) melalui observasi peneliti
tidak hanya dapat mengadakan pengamatan akan tetapi juga memperoleh
kesan-kesan.
36

b. Wawancara
Wawancara dilakukan peneliti langsung dengan menggunakan
pedoman wawancara. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data
yang berhubungan dengan suatu peristiwa yang bersifat abstrak dan
kompleks, dalam hal dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana
responden mempersepsikan, memandang suatu peristiwa/fenomena dan
kemudian memberikan tanggapan berdasarkan pandangannya sendiri
lengkap dengan alasan-alasan atau motif yang melandasi pendapatnya.
Melalui wawancara (bertanya jawab) dengan responden, peneliti
dapat merespon dan mendengarkan secara langsung suara mereka sehingga
memungkinkan peneliti memperoleh data yang jelas dan mendalam.
Dalam proses wawancara peneliti dapat mengadakan klarifikasi secara
fleksibel dengan responden terhadap segala sesuatu yang ingin peneliti
ketahui lebih lanjut. Hal ini sejalan dengan pendapat nasution (1988:73)
bahwa tujuan wawancara ialah untuk mengetahui apa yang terkandung
dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang
dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui observasi. Hasil
wawancara akan didapat data tentang status kesehatan dan penyakit
dengan cara pengkajian langsung
Adapun substansi materi wawancara terfokus pada Pengelolaan
Klien dengan Gangguan Aktivitas pada Kasus Diabetes Mellitus dengan
Pendekatan Teori Rosemarie Rizzo Parse.

c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data rekam medik dan
buku registrasi yang ada di Puskesmas Talang Babatan. Dalam penelitian
ini peneliti juga membuat dokumentasi terhadap peristiwa atau keadaan
melalui foto. Berkaitan dengan penggunaan foto dalam penelitian
naturalistik kualitatif Nasution (1988:87) antara lain menyatakan : Foto
bukan sekedar gambar. Banyak hal yang dapat dikorek dari foto itu bila
kita berusaha untuk memperhatikannya dengan cermat dalam usaha untuk
memahaminya lebih mendalam.
37

F. Metode Uji Keabsahan Data (Uji Triangulasi Sumber)


Untuk validasi data dilakukan dengan triangulasi data, triangulasi sumber
dan triangulasi metode. Triangulasi sumber digali dari sumber informasi yang
berbeda yaitu informan yang berbeda (klien, perawat, keluarga klien sebagai
sumber infomasi dan sumber dokumentasi. Triangulasi metode digali dari
wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumentasi, serta triangulasi data
dengan cara meminta umpan balik dari informan (Moloeng, 2002:330). Jika
informasi yang didapat dari sumber klien sama dengan yang didapat dari
perawat dan keluarga klien maka informasi tersebut valid.

G. Metode Analisa Data


Analisa data penelitian studi kasus keperawatan yang digunakan adalah
domain analisis, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang bersifat
umum dan relative menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam fokus
penelitian.
Dalam penelitian ini penulis akan menguraikan laporan kasus/asuhan
keperawatan yang diberikan pada Tn “M” dengan mengaplikasikan teori
Rosemarie Rizzo Parse yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai
dengan September 2018 dengan menggunakan metode proses keperawatan
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
tindakan keperawatan, evaluasi..

H. Etika Penelitian
Persetujuan dan kerahasiaan responden merupakan hal utama yang perlu
diperhatikan. Oleh karena itu penelitian ini dimulai dengan melakukan
berbagai prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian :
1. Lembaran persetujuan responden
Lembaran persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti,
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang akan dilakukan serta
dampak yang mungkin akan terjadi selama sesudah pengumpulan data,
jika subjek penelitian bersedia diteliti, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan tersebut, tetapi jika menolak untuk
38

diteliti, maka peneliti tidak akan memaksakan dan tetap menghormati hak-
haknya.
2. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan subjek peneliti maka peneliti tidak
mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan
memberi nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi subjek penelitian dijamin oleh peneliti hanya
kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai
hasil riset.
39

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil (Tinjauan Kasus)


1. Pengkajian
I. Identitas
a. Pasien
Nama : Ny H
Umur : 52 Tahun
Jenis kelamin : Wanita
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Tani
Alamat : Talang Babatan
DX Medis : DM
No. Reg : 008/06/2018
Tanggal masuk : 28 Juni 2018
Tanggal dikaji : 04 Juli 2018
b. Keluarga/Suami
Penanggung Jawab :
Nama : Tn. B
Umur : 58 Tahun
Pekerjaan : Tani
Hub. dengan klien : Suami
Jumlah Anak : 3 Orang
II. Masalah Fisik
Keadaan umum pasien tampak lemah, adanya gangguan aktivitas
oleh karena karena kurangnya asupan gizi dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual,
peningkatan metabolisme protein, lemak. Hasil observasi tanda – tanda

39
40

vital: TD : 150/90 mmHg, S : 37º C, N : 92 x/mnt, HR : 92 x/mnt, P : 18


x/mnt.
III. Masalah Psikologis
Fungsi Peran dan Pengetahuan Keluarga dan Ny.H beranggapan
bahwa penyakitnya dapat disembuhkan dengan minum obat-obatan dapat
menyembuhkan sepenuhnya seperti sedia kala Ny.H sedih memikirkan
biaya pengobatan untuk dirinya, serta apakah nanti mampu melakukan
aktifitas dan bagaimana nasib keluarganya, anak-anaknya dan bagaimana
nasib masa depan keluarganya.
IV. Sistem Personal
Ny. H sangat terpukul dengan kondisi penyakitnya dia tidak rela jika dia
harus hiduptergantung dengan suaminya, aktivitasnya selalu meminta
bantuan dari suaminya, berjalan seperti orang lumpuh, jika berjalan
terasa lemah. Ny. H menganggap dia tidak bisa melakukan apa-apa demi
keluarganya jika kondisi tubuhnya yang untuk beraktivitas sangat
terganggu seperti itu. Ny. H tidak bisa lagi pergi ke kebun dan ke ladang
untuk memetik kopi dan bertanam padi. Ny. H sedih memikirkan biaya
pengobatan untuk dirinya, serta apakah nanti mampu melakukan aktifitas
seperti sebelumnya, dimana dia harus bekerja dan bagaimana dengan
nasib anak-anaknya dan bagaimana nasib masa depan keluarganya
V. Sistem Interpersonal
Ns. G (perawat) memberikan support kepada Ny. H bahwa penyakit
yang dideritanya adalah ujian dari Tuhan untuk meningkatkan derajat
Iman. Dan apabila seseorang menderita penyakit dan dia sabar maka
penyakit yang diderita akan mengurangi dosa. Ns. G juga memberi
penjelasan tentang penyakit yang diderita Ny. H, tindakan serta
pengobatan yang akan dijalani Ny.H. Ns. G, Ny. H dan keluarga
bersama-sama menentukan tujuan pengobatan dan tindakan apa yang
dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan.
41

VI. Sistem Sosial


Dalam mencapai tujuan penanganan penyakit Ny.H, memerlukan
pengobatan yang cukup lama, sehingga Ny. H juga memerlukan
dukungan ekonomi/biaya, dalam hal ini pasien memiliki asuransi
menanggung biaya operasi dan biaya perawatan, sehingga hal tersebut
mampu mengatasi masalah untuk sementara namun perlu difikirkan
untuk jangka panjang agar memiliki sumber pembiayaan lain dalam
melanjutkan program therapinya serta memikirkan bagaimana Ny. H bisa
menemani dan melayani suaminya serta bagaimana Ny. H harus
melayani anak-anaknya.Untuk itu Ny.H dan keluarga memiliki rencana
untuk mencari modal untuk membuat usaha yang bisa dikelolah oleh Ny.
H di rumah tanpa haru pergi ke kebun/ladang lagi, usaha yang
disesuaikan dengan kemampuan fisik Ny. H agar mempunyai
penghasilan dan bisa ikut menghidupi keluarga dan menyekolahkan
anak-anaknya dan melayani suaminya. Karena teori ini masih bersifat
abstrak, tidak dapat diterapkan secara langsung pada praktek
keperawatan atau program-program yang kongkret dalam ilmu
perawatan. Jadi harus diterjemahkan dengan mengidentifikasi data
empiris, terdefinisikan dan tergambarkan, maka teori ini berguna dan
dapat diaplikasikan dalam situasi-situasi yang nyata. Peran perawat
terhadap sistem sosial ini perawat memberikan informasi dan pendidikan
kesehatan kepada klien mengenai pengobatan atau rehabilitasi fisik
Ny.H.

VII. Pengkajian Menurut Teori Rosemarie Rizzo Parse pada Ny. H :


A (Image) Ny. H masih ragu-ragu dengan kemampuan aktivitasnya
B (Valuing) Ny H mempunyai keyakinan yang salah terhadap apa yang
sudah ia alami walaupun sudah diberi penjelasan oleh dokter.
C (Language) Ny. H mengungkapkan keragu-raguannya terhadap orang
lain dengan diagnose berbeda dengan menggunakan bahasa
yang tidak dimengerti oleh perawat
D (Revealling-Concealing) Ny. H berusaha mengutarakan apa yang
menjadi keragu-raguannya dengan gangguan aktivitas karena
42

kelemahan tubuhnya kepada kepada orang lain secara


terbuka, dilain pihak Ny. H menyembunyikan perasaannya
dari perawat.
E (Enabling-Limiting) Ny. H takut perannya sebagai istri akan terganggu
dan akan mempengaruhi perannya sebagai ibu bagi anak-
anaknya juga.
F (Connecting-Separating) Ny H ingin tetap berperan dalam keluarganya,
dan selalu bersama dengan suami dan anak-anaknya .
G (Powering) Perawat sudah mempunyai strategi untuk mengikutsertakan
Tn. B untuk memberikan support pada Ny. H. Keinginan Ny
H untuk tetap beraktivitas seperti biasanya bersama dengan
suami dan anak-anaknya
H (Originating) Perawat sadar bahwa manusia itu unik dan untuk melihat
bahwa Ny. H mengalami suatu masalah atau tidak setelah
dilakukan tindakan perlu melibatkan orang terdekat.
I (Transforming) Perawat memfasilitasi agar Ny.H dan Tn B dapat
mengetahui kondisi yang sedang dihadapi oleh Ny H dengan
jelas.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan maka masalah
keperawatan yang ditemukan yaitu :
Tabel Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa keperawatan
1. Adanya gangguan aktivitas oleh karena kurangnya asupan gizi,
sehubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual,
peningkatan metabolisme protein, lemak
43

3. Intervensi Keperawatan
Tabel Intervensi Keperawatan

No Tujuan Intervensi Keperawatan


1 Klien mampu 1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses
beradaptasi serta penyakit, harapan masa depan
dapat Rasionalisasi: Berikan kesempatan untuk
meningkatkan mengidentifikasi kesalahan konsep dan menghadapinya
rasa percaya diri langsung.
terhadap 2. Diskusikan arti dari perubahan terhadap peran
perannya dikeluarga dan memastikan bagaimana pandangan hidup
Kriteria Hasil : sehari-hari
Mengungkapkan Rasionalisasi : Mengidentifikasi bagaimana penyakit
peningkatan mempengaruhidan menetukan intervensinya
rasa percaya diri 3. Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana
dalam menerima keterbatasan
kemampuan Rasionalisasi : syarat verbal dan non verbal orang
untuk terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor dan
melakukan bagaimana pasien memandang dirinya sendiri
aktivitas 4. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan dan
ketergantungan
Rasionalisasi : bermusuhan umum terjadi dan kita
mengakui
5. Perhatikan perilaku menarik diri, menyangkal
Rasionalisasi : Metode koping maladaptive,
membutuhkan intervensi lanjut/ dukungan psikologis
6. Susun batasan pada perilaku maladaftif, bantu pasien
identifikasi perilaku positif yang dapat membantu
koping
Rasionalisasi : Membantu pasien mempertahankan
control diri,yang dapat meningkatkan harga diri

7. Ikutsertakan pasien dalam perencanaan perawatan dan


jadwal aktifitas
Rasionalisasi : Menigkatkan perasaan kompetensi, harga
diri, mendorong kemandirian
44

4. Implementasi Keperawatan
Tabel Impelementasi Keperawatan
Hari/ Impelementasi Keperawatan Respon Hasil
Tanggal
Rabu/04 1. Memberikan kesempatan klien untuk Pasien
Juli 2018 mengungkapkan mengenai masalah tentang mengungkapkan
proses penyakit, harapan masa depan klien adanya peningkatan
terhadap penyakit yang dideritanya rasa percaya diri,
2. Mengajak pasien berdiskusi tentang menerima kondisi
perubahan yang dialaminya dan bagaimana yang ia hadapi serta
peran keluarga dalam menghadapi penyakit perubahan gaya hidup
yang ia derita.
3. Mendorong klien untuk tidak menarik diri
terhadap lingkungan dan memberikan
motivasi psikologis kepada klien
4. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu
mempertahankan control diri, serta
meningkatkan harga diri
5. Mengikutsertakan pasien dalam
perencanaan perawatan dan rehabilitasi
serta jadwal melaksanakan terapi latihan

Tabel Implementasi Keperawatan


Hari/ Impelementasi Keperawatan Respon Hasil
Tanggal
Kamis/05 1. Memberikan kesempatan klien untuk Pasien
Juli 2018 mengungkapkan mengenai masalah mengungkapkan
tentang proses penyakit, harapan masa adanya peningkatan
depan klien terhadap penyakit yang rasa percaya diri,
dideritanya menerima kondisi
2. Mengajak pasien berdiskusi tentang yang ia hadapi serta
perubahan yang dialaminya dan perubahan gaya hidup
bagaimana peran keluarga dalam
menghadapi penyakit yang ia derita.
3. Mendorong klien untuk tidak menarik diri
terhadap lingkungan dan memberikan
motivasi psikologis kepada klien
4. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu
mempertahankan control diri, serta
meningkatkan harga diri
5. Mengikutsertakan pasien dalam
perencanaan perawatan dan rehabilitasi
serta jadwal melaksanakan terapi latihan
45

Hari/ Impelementasi Keperawatan Respon Hasil


Tanggal
Jum’at/06J 1. Memberikan kesempatan klien untuk Pasien
uli 2018 mengungkapkan mengenai masalah mengungkapkan
tentang proses penyakit, harapan masa adanya peningkatan
depan klien terhadap penyakit yang rasa percaya diri,
dideritanya menerima kondisi
2. Mengajak pasien berdiskusi tentang yang ia hadapi serta
perubahan yang dialaminya dan perubahan gaya hidup
bagaimana peran keluarga dalam
menghadapi penyakit yang ia derita.
3. Mendorong klien untuk tidak menarik diri
terhadap lingkungan dan memberikan
motivasi psikologis kepada klien
4. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu
mempertahankan control diri, serta
meningkatkan harga diri
5. Mengikutsertakan pasien dalam
perencanaan perawatan dan rehabilitasi
serta jadwal melaksanakan terapi latihan

5. Evaluasi
Tabel Evaluasi Keperawatan
Hari/ Evaluasi Keperawatan
Tanggal
Rabu/04 Setelah dilakukan tindakan yang berhubungan dengan masalah klien,
Juli 2018 Pasien mengungkapkan belum adanya peningkatan rasa percaya diri,
menerima kondisi yang ia hadapi serta belum ada perubahan perubahan
gaya hidup

Kamis/05 Setelah dilakukan tindakan yang berhubungan dengan masalah klien,


Juli 2018 Pasien mengungkapkan sudah ada sedikit peningkatan rasa percaya
diri, menerima kondisi yang ia hadapi serta sudah ada perubahan
perubahan gaya hidup

Jum’at/06 Setelah dilakukan tindakan yang berhubungan dengan masalah klien,


Juli 2018 Pasien mengungkapkan adanya peningkatan rasa percaya diri,
menerima kondisi yang ia hadapi serta perubahan gaya hidup
46

B. Pembahasan
1. Evaluasi Perkembangan Kasus
Hasil Asuhan Keperawatan
Pada bab ini akan dibahas mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan pada
Ny. H dan keluarga. Dari tanggal 04 -06 Juli 2018 dilakukan beberapa
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa,
itervensi dan evaluasi.
a. Tahap Pengkajian
Pengkajian juga disebut sebagai pengumpulan data. Pengkajian
merupakan langkah awal dalam berpikir kritis dan pembuatan keputusan
yang mengarah pada diagnosis keperawatan. Perawat melakukan
pengkajian pada Ny. H dan keluarga berdasarkan proses pengkajian
melalui proses wawancara dengan Ny. H dan keluarganya, serta
melakukan pengkajian identitas, masalah fisik, psikososial, personal dan
interpersonal dan sistem sosial. Setelah melakukan pengkajian
didapatkan data nama pasien Ny. H, umur 52 tahun, alamat Talang
Babatan Kecamatan Seberang Musi Kabupaten Kepahiang. Masalah
Human Becoming (Human Science)
1) Klien masih ragu-ragu dengan kemampuan aktivitasnya
2) Klien mempunyai keyakinan yang salah terhadap apa yang sudah ia
alami walaupun sudah diberi penjelasan oleh dokter.
3) Klien mengungkapkan keragu-raguannya terhadap orang lain dengan
diagnose berbeda dengan menggunakan bahasa yang tidak dimengerti
oleh perawat
4) berusaha mengutarakan apa yang menjadi keragu-raguannya dengan
gangguan aktivitas karena kelemahan tubuhnya kepada kepada orang
lain secara terbuka, dilain pihak Ny. H menyembunyikan perasaannya
dari perawat.
5) Klien takut perannya sebagai istri akan terganggu dan akan
mempengaruhi perannya sebagai ibu bagi anak-anaknya juga.
47

b. Tahap Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan didasarkan pada analisa dari kesimpulan yang
diperoleh dari informasi dan penilaian. Diagnosa keperawatan
mencerminkan pentingnya kemampuan manusia.
c. Tahap Intervensi Keperawatan
Promosi Kesehatan ini dapat diimplementasikan dalam berbagai
tatanan. Dalam menentukan implementasi yang akan diberikan pada Ny.
H beserta keluarga, penulis mengambil data yaitu dengan menyesuaikan
pada interval yang telah direncanakan untuk diagnosa Pemahaman
individu tentang gangguan aktivitasnya
Perawat melakukan interaksi dengan memberikan nasehat kepada
klien, memberikan kesempatan klien untuk mengungkapkan mengenai
masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan klien terhadap
penyakit yang dideritanya. Mengajak pasien berdiskusi tentang
perubahan yang dialaminya dan bagaimana peran keluarga dalam
menghadapi gangguan aktivitas yang ia derita. Perawat memberikan
penjelasan tentang apa yang pasien derita. Bersama-sama mereka dapat
mencoba menentukan tujuan melalui komunikasi dan interaksi. Perawat
berhubungan dengan pasien sebagai manusia, dan penentuan tujuan juga
dapat dilihat sebagai proses penelitian yang terdapat dua orang yang
ingin memberikan arah pada pemulihan kesehatan pasien, sehingga dia
dapat berfungsi kembali sesuai dengan peran yang diinginkan. Jika
interaksi ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, maka
interaksi ini disebut transaksi
d. Tahap Implementasi Keperawatan
Tahap implemnatsi keperawatan dalam pelaksanaan teori
Rosemarie dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan.
Perawat langsung berinteraksi dengan klien mengimplementasikan hal-
hal yang telah disepakati sehingga apa yang menjadi keluhan klien dapat
segera teratasi.
48

e. Tahap Evaluasi Keperawatan


Tahap evaluasi pada promosi kesehatan pada dasarnya memiliki
kesamaan dengan tahap evaluasi pada proses keperawatan secara umum..
Didalam tahapan evaluasi hal penting yang harus diperhatikan adalah
standar ukuran yang digunakan untuk dijadikan suatu pedoman evaluasi.
Standar ini diperoleh dari tujuan dan hasil yang diharapkan diadakannya
suatu kegiatan tersebut. Kedua standar ini selalu dirumuskan ketika
kegiatan ataupun tindakan keperawatan belum diberikan. Selain itu,
dalam tahapan evaluasi juga dilakukan pengkajian lagi yang lebih
dipusatkan pada pengkajian objektif dan subjektif klien atau objek
kegiatan setelah dilakukan tindakan promosi kesehatan.

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa diagnosa keperawatan yang


ditemukan yang sesuai dengan teori Teori Rosemarie Rizzo Parse adalah
Adanya Gangguan aktivitas oleh karena kurangnya asupan gizi, sehubungan
dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme
protein, lemak. Pengkajian dilakukan berdasarkan sistem personal,
interpersonal dan sosial. Berdasarkan hasil diagnosa tersebut perawat
menentukan rencana dan tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari
mulai dari tanggal 07 Juni 2018 sampai dengan 09 Juni 2018. Intervensi yang
dilakukan adalah : 1) Memberikan kesempatan klien untuk mengungkapkan
mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan klien
terhadap penyakit yang dideritanya, 2) Mengajak pasien berdiskusi tentang
perubahan yang dialaminya dan bagaimana peran keluarga dalam
menghadapi penyakit yang ia derita, 3) Mendorong klien untuk tidak menarik
diri terhadap lingkungan dan memberikan motivasi psikologis kepada klien
dan 4) Membantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat
membantu mempertahankan control diri, serta meningkatkan harga diri, 5)
Mengikutsertakan pasien dalam perencanaan perawatan dan rehabilitasi serta
jadwal melaksanakan terapi latihan.
Respon hasil dari intervensi diatas adalah Pasien mengungkapkan
adanya peningkatan rasa percaya diri, menerima kondisi yang ia hadapi serta
49

perubahan gaya hidup. Hal ini berhubungan kasus Diabetes Melitus yang ia
hadapi sebagai pencetus kelemahan aktivitas.
Konsisten terhadap keyakinannya, Parse tidak menggambarkan atau
menuliskan tentang keperawatan sebagai konsep dalam disiplinnya dengan
metaparadigma keperawatannya. Meskipun begitu, Parse menuliskan
keyakinan dan perhatiannya secara luas terhadap keperawatan sebagai ilmu
dasar. Parse (2000) menulis bahwa ini adalah harapan dari banyak perawat
bahwa perawat sebagai disiplin akan menikmati memiliki berbagai dasar ilmu
pengetahuan yang unik dan profesi yang berbeda dari medis (pengobatan),
orang-orang akan melihat secara aktual bahwa perawat untuk pelayanan
keperawatan, bukan diagnosa medis. Manusia dan phenomenilogical
eksistensial-pikir. Dengan intuisi, Parse secara metodis diperoleh asumsi,
konsep, prinsip, dan praktik dan metodologi penelitian menjadi manusia
sekolah pemikiran.
Tujuan prinsip utama adalah struktur manusia, atau pilihan maksudnya,
mereka bekerja sama dalam menciptakan sesuatu yang nyata melalui
ekspresi diri dalam hidup berdasarkan nilai-nilai mereka dari jalan/cara yang
dipilih. Structuring Meaning merupakan prinsip pertama teori, " Structuring
ini memiliki 3 konsep, yaitu : languaging, valuing dan imaging
50

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah
penerapan aplikasi model konsep keperawatan Teori Rosemarie Rizzo Parse di
Puskesmas Talang Babatan pada kasus gangguan aktivitas akibat Diabetes
Mellitus sangat cocok dan baik untuk digunakan.
Berdasarkan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Perawat mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Gangguan
Aktivitas pada Kasus Diabetes Mellitus dengan Pendekatan Teori
Rosemarie Rizzo Parse.
b. Perawat mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan
Gangguan Aktivitas pada Kasus Diabetes Mellitus dengan Pendekatan
Teori Rosemarie Rizzo Parse.
c. Perawat mampu melakukan perencanaan pada klien dengan Gangguan
Aktivitas pada Kasus Diabetes Mellitus dengan Pendekatan Teori
Rosemarie Rizzo Parse.
d. Perawat mampu melakukan implementasi pada klien dengan Gangguan
Aktivitas pada Kasus Diabetes Mellitus dengan Pendekatan Teori
Rosemarie Rizzo Parse.
e. Perawat mampu melakukan Evaluasi pada klien dengan Gangguan
Aktivitas pada Kasus Diabetes Mellitus dengan Pendekatan Teori
Rosemarie Rizzo Parse.
f. Perawat mampu menganalisa aplikasi teori Rosemarie Rizzo Parse pada
klien dengan Gangguan Aktivitas Kasus Diabetes Mellitus.
g. Berdasarkan penelitian ternyata penarapan aplikasi teori Rosemarie Rizzo
Parse pada klien dengan Gangguan Aktivitas Kasus Diabetes Mellitus
sangat efektif
h. Keunggulan teori Rosemarie Rizzo Parse dalam menyelesaikan masalah
yang diangkat pada klien dengan Gangguan Aktivitas Kasus Diabetes
Mellitus adalah Rosemarie mengemukakan adanya teori Human

50
51

Becoming. Human becoming merupakan human science dasar. Teori ini


berfokus pada pengalaman manusia. Inti dari teori ini adalah manusia
dalam proses mutualisme dengan alam, memiliki arti multidimensional,
bebas memilih hal-hal yang akan datang dan bergerak maju dalam setiap
momen dengan harapan dan impian. Human Becoming Theory dalam
keperawatan dihadirkan oleh Rosemary Rizzo Parse sebagai alternatif
dalam pendekatan biomedis dan bio-psycho-social-spiritual.
i. Kelemahan Rosemarie Rizzo Parse dalam menyelesaikan masalah yang
diangkat pada klien dengan Gangguan Aktivitas Kasus Diabetes Mellitus
adalah teori ini tidak bisa dilakukan secara terpisah, harus secara
keseluruhan pendekatan biomedis dan bio-psycho-social-spiritual.

B. Saran
Berdasarkan penelitian ini peneliti menyarankan :
1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang maksimal bagi
pasien dalam pengurangan gangguan aktivitas pada Kasus Diabetes Mellitus
dengan Pendekatan Teori Rosemarie Rizzo Parse.
2. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan perawat
serta menambah referensi keperawatan studi kasus terhadap pasien Diabetes
Mellitus dengan keluhan gangguan aktivitas melalui penerapan Teori
Rosemarie Rizzo Parse.
3. Diharapkan dapat menambah pengetahuan yang bermanfaat dan dapat
menambah informasi tentang aplikasi Teori Rosemarie Rizzo Parse pada
klien dengan gangguan aktivitas pada kasus DM sebagai bahan kepustakaan
dan perbandingan pada penanganan kasus gangguan aktivitas karena DM.
4. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi bidang keperawatan tentang
Pengelolaan Klien dengan Gangguan Aktivitas pada Kasus Diabetes
Mellitus dengan Pendekatan Teori Rosemarie Rizzo Parse.
52

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Arikunto, S. (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Bina Aksara,


Jakarta.

Baughman, D.C dan Jo Ann, C.H, (2000), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :
EGC.

Brunner & Suddarth, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :
EGC.

Carpenito, Lynda Juall, (2000), Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek


Klinisi, Edisi VI, Jakarta : EGC.

Diehl Hans, (1998), Waspadai Diabetes, Kolesterol, Hipertensi, Bandung :


Indonesia Publishing House.

Doenges, M.E, (1989), Nursing Care Plans, Edisi III, Jakarta : EGC.

Gustaviani R. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam : buku ajar ilmu
penyakit dalam. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I dkk, editor. Jilid III.
Edisi IV. Jakarta : balai penerbit FKUI, 2006; 1857.

Guyton, Arthur C, (1987), Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi


Revisi, Jakarta : EGC.

Kasdu, Dini, (2002), Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause, Jakarta : Puspa
Suara.

Khisanti. I.A, (2004), Memantau Diabetes Secara Mandiri, Jakarta : RSUP


Fatmawati.

Long, B.C, (1996), Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Padjajaran Bandung.

Mansjoer A, Triyanti, K, Savitri, R, Wardhani, W.I dan Setiowulan W, (1999),


Kapita Selekta Kedokteran (edisi III), Jakarta : Media Aeskulapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Maril S, etl. al, (1999), Medical Surgical Nursing Care Plans, Jakarta : EGC.

Moore, M.C, (1957), Diit dan Nutrisi (edisi II), Jakarta : Hipocrates.

Notoatmodjo, S, (2002), Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.


53

Nurachmah Elly, (2001), Nutrisi Dalam Keperawatan, Jakarta : CV. Sagung Seto.

Octa, (2002), Artikel Diabetes Melitus. Diakses dari


www.promosikesehatan.com.Tanggal 10 Desember 2014

PB. Perkeni, (2006), Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe II.
FKUI. Jakarta

Parse, R R. The Art of the Human Becoming Theory. Diakses tanggal 18 Januari
2018 dari http://www.discoveryinternationalonline.com/site/ihb-
home.html

Parse, R R. The Human Becoming School of Thought. Diakses tanggal 22 Juni


2018 dari http://www.discoveryinternationalonline.com/site/ihb-
home.html

Tomey, A.M. & Alligod, M.R. (2006). Nursing Theories and Their Works. Sixt
Ed. St.Louis; Mosby Elsevier

Persi. Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup Berperan Besar Memicu Diabetes.2008
[ diakses tanggal 12 Juni 2018]

Price A. Sylvia, Lerraine M. Willson, (1994), Patofisiologi, Edisi 4, Jakarta :


EGC.

Profil Puskesmas Tebing Tinggi Tahun 2012 – 2014

Purnawan Junaidi, dkk (1989), Kapita Selekta Kedokteran Jilid II, Jakarta : FKUI.

Sjaifoellah, (2006), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga, Jakarta
: FKUI.

Sudarsono, 2012, Penatalaksanaan Diabetes Mellitus. Didowload dari


http://www.kompas.co.id/suplemen/cetak_detail, 10 desember 2014.

Tambayong, J, (2000), Patofisiologi untuk Keperawatan, Jakarta : EGC.

Tucker, Susan Martin, (2004), Standar Perawatan Penderita Volume II, Edisi V,
Jakarta : EGC.

Vitahealth, (2004), Diabetes, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Waspaji, Sarwono, dkk, (2002), Pedoman Diit Diabetes Mellitus, Jakarta : FKUI.

WHO, (1999), Pencegahan Diabetes Mellitus, Jakarta : Hipokrates.


54

L
A
M
P
I
R
A
N
55
56
57
58
59
60

Nama : Bertinius Ginting, S.Kep


Tempat Tanggal Lahir : Semangat Kab. Karo/15-02-1968
Agama : Kristen Protestan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Talang Babatan
Kec. Seberang Musi Kepahiang
Data Keluarga
Ayah : Alus Ginting
Ibu : Tianna Br. Purba
Riwayat Pendidikan
SD : SD Negeri Tambunan Kab. Karo
SMP : SMP Negeri Sinaman Kab. Karo
SMU : SPK Sembiring Deli Tua
S1 : Stikes Bhakti Husada Bengkulu
Kesan : Teori dipelajari lalu di terapkan
Pesan : Otak manusia diciptakan begitu sempurna
Disiapkan untuk menghadapi dunia
Luasnya dunia, seluas pikiran manusia

Hormat Saya

Bertinius Ginting, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai