Disusun Oleh:
dr. Risky Septiana
Pembimbing:
dr. Ni Wayan Diptaningsih
NIP: 198702162015012001
0
HALAMAN PENGESAHAN
disetujui oleh:
1
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya
sehingga Mini Project ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Mini Project ini disusun
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan Program Internship
Dokter Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat di Puskesmas Pejeruk. Mini Project ini
berjudul: Hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita usia 12-59
bulan di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk tahun 2016.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan petunjuk-
petunjuk, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik dari institusi maupun dari luar
institusi Puskesmas Pejeruk. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Ibu dr. Ni Wayan Diptaningsih selaku Dokter Pembimbing di Puskesmas Pejeruk atas
kesabaran serta bimbingan yang telah diberikan.
2. Ibu Srianingsih, SST., M.Kes. selaku Kepala Puskesmas Pejeruk yang telah memberikan
izin untuk melakukan penelitian.
3. Ibu Hj. B. Karnawati, SH., selaku Kasubag Tata Usaha Puskesmas Pejeruk atas bantuan
yang telah diberikan.
4. Teman-teman dokter internship sekelompok dan seperjuangan, dr. Rilnia Metha Sofia, dr.
Qory Adawiyah, dr. Aini Pusva Dewi, dr. Rodi Kurniawan dan dr. Rangga Haryo
Notokusuma, atas dukungan, semangat, kritik, dan saran yang telah diberikan.
5. Perawat dan segenap karyawan/wati Puskesmas Pejeruk atas kebersamaan dan
dukungannya selama ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Mini Project ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada
penulis dalam penyusunan Mini Project ini.
Semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan
memberikan manfaat bagi kita semua.
2
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan.................................................................................................................1
Prakata........................................................................................................................................2
Daftar Isi....................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................5
3
3.5. Prosedur penelitian..........................................................................................................16
4.1. Pembahasan.....................................................................................................................32
5.1. Kesimpulan.....................................................................................................................34
5.2. Saran...............................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................35
LAMPIRAN............................................................................................................................35
4
BAB I
PENDAHULUAN
Program gizi anak di seluruh dunia terus melakukan inovasi untuk mengurangi
angka kejadian gizi kurang tersebut. Salah satunya adalah dengan program pemberian
ASI Eksklusif (Cai, 2012). Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin dan mineral) (Depkes, 2014).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ASI eksklusif untuk bayi
sampai berumur 6 bulan dan kemudian dilanjutkan bersama makanan pendamping
ASI sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih (Marnoto, 2010).
5
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2012, terdapat 47.501 bayi
(57,63%) yang mendapatkan ASI eksklusif. (Depkes RI, 2012). Sedangkan di kota
Mataram hanya 1977 bayi (39,82%) yang mendapatkan ASI eksklusif (Dikes NTB,
2012).
Terjadinya rawan gizi pada bayi disebabkan antara lain oleh karena ASI (Air
Susu Ibu) banyak diganti oleh susu formula dengan jumlah dan cara yang tidak sesuai
kebutuhan. ASI merupakan makanan yang bergizi yang mudah dicerna oleh bayi dan
langsung diserap. Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan mampu untuk
menghasilkan air susu ibu dalam jumlah yang cukup untuk keperlun bayinya secara
penuh tanpa makanan tambahan bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun dapat
menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama
(Widyastuti E, 2007)
Manary dan Salomons menyatakan bahwa frekuensi atau durasi pemberian ASI
eksklusif yang tidak cukup menjadi faktor risiko untuk terjadinya defisiensi
makronutrien maupun mikronutrien pada usia dini. Keadaan gizi kurang yang banyak
ditemukan pada bayi-bayi terlihat ketika para ibu di daerah perkotaan memilih untuk
menggunakan susu formula sebagai pengganti ASI (Widyastuti E, 2009)
6
Dengan mengetahui hubungan riwayat pemberian ASI ekslusif dan status gizi
diharapkan dapat menjadi rujukan dalam pengambilan kebijakan mengenai
penanganan gizi kurang di Provinsi NTB khususnya di Puskesmas Pejeruk.
Apakah terdapat hubungan riwayat pemberian ASI ekslusif dengan status gizi
balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk?
1. Peneliti
Sebagai pengetahuan dan informasi kepada peneliti mengenai hubungan antara
riwayat ASI eksklusif dan gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk
2. Bagi Masyarakat
Dapat mengetahui pentingnya pengetahuan ASI eksklusif bagi gizi balita.
3. Pelayanan kesehatan
Sebagai informasi bagi pelayanan kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dimana perlu diberi intervensi berupa penyuluhan kesehatan pada orang
tua mengenai ASI eksklusif.
4. Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber data untuk
kepentingan penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1 Status Gizi
Penilaian status gizi di lakukan dengan empat cara yaitu penilaian secara
klinis, biokimia, biofisik dan antropometri.
Jenis parameter yang sering dipakai untuk menentukan status gizi yakni umur,
berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala serta lingkar dada. Kesalahan
8
penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil
pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila
tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Sedangkan berat badan
merupakan salah satu ukuran tubuh yang paling banyak digunakan karena dapat
memberikan gambaran masa jaringan termasuk cairan tubuh, berat badan sangat
mdah dipengaruhi oleh keadaanyang mendadak seperti terserang diare dan
konsumsi makanan yang menurun. Tinggi badan merupakan parameter yang
penting bagi keadaan sekarang. Dalam antropometri gizi, razio lingkar kepala dan
lingkar dada digunakan untuk menentukan KEP pada balita (Depkes RI, 2002)
Status gizi lebih terjadi karena sumber energi yang masuk ke dalam tubuh
melebihi energi yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan. Status gizi baik adalah
suatu keadaan kesehatan yang disebabkan oleh adanya keseimbangan antara
kebutuhan tubuh akan zat zat gizi untuk berlangsungnya kehidupan,
pertumbuhan, pemeliharaan alat tubuh dan fungsi normal tubuh serta untuk
menghasilkan tenaga dari zat zat gizi yang dikonsumsi. Status gizi sedang
9
adalah disebabkan adanya suatu keadaan yang berbeda diantara gizi baik dan gizi
kurang.
10
menurut ukuran awam, tetapi kolostrum yang terkandung dalam payudara
mendekati kapasitas lambung bayi usia 1-2 hari. Cairan emas yang encer dan
sering kali berwarna kuning atau dapat pula cairan menyerupai sel darah putih
yang dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum merupakan pencahar yang
ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi baru lahir dan
mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.
Kolostrum banyak mengandung protein dibandingkan ASI yang matang.
Mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibanding ASI yang matang,
sementara volumenya mencapai 150-300 ml/24 jam.
2. ASI Transisi (Peralihan)
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi
ASI matang. Kadar proteinnya makin rendah sedangkan kadar lemak dan
karbohidratnya meningkat seiring dengan peningkatan volume.
3. ASI Matang (Mature) Merupakan ASI yang keluar pada hari ke-14 dan seterusnya
dimana komposisinya relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan komposisi ASI
yang cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup
untuk bayi sampai umur 6 bulan.
Manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6
bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan pemberian ASI eksklusif
serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi
berumur 6 bulan. Berdasarkan hal-hal tersebut, WHO-UNICEF membuat deklarasi
yang dikenal dengan Deklarasi innocenti. Deklarasi yang dilahirkan di Innocenti Italia
tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan
pemberian ASI. Deklarasi yang juga ditandatangani Indonesia ini memuat hal-hal
berikut (Sentra Laktasi Indonesia, 2008).
11
Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan
bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi
diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah berumur 4-6 bulan,
bayi dberi makanan pendamping padat yang benar dan tepat. Sedangkan ASI tetap
diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan untuk bayi ideal
seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dari
lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif.
12
pemberian ASI tetap dilakukan, sebaiknya menyusui dilakukan sampai anak
berusia dua tahun menurut rekomendasi WHO.
BAB III
METODE PENELITIAN
13
ASI eksklusif dengan status gizi kurang pada anak usia 12-59 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Pejeruk.
Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda
dua proporsi, yaitu:
Keterangan:
n = Besar sampel
Z1- /2 = Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-/2 atau derajat kepercayaan pada
uji dua sisi (two tail), yaitu sebesar 5% = 1.96.
Z1- = Nilai Z pada kekuatan uji 1- , yaitu sebesar 80% = 0.84.
P = Proporsi rata-rata = (P1-P2)/2.
P1 = Proporsi balita yang status gizi kurang dengan jumlah anggota keluarga
sedikit sebesar 0.182 ( Ruhana, 2008).
P2 = Proporsi balita yang status gizi kurang dengan jumlah anggota keluarga
banyak sebesar 0,421 ( Ruhana, 2008).
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel minimal sebanyak 57.
Karena balita umur 12-59 bulan tidak mampu menjawab pertanyaan pada kuesioner,
maka yang menjadi responden pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai
anak usia 12-59 bulan dengan kriteria tidak sedang menderita penyakit apapun pada
saat dilakukan penelitian.
14
Keterangan :
N = Jumlah populasi target
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
Ni = Jumlah populasi setiap posyandu
ni = Jumlah sampel yang dibutuhkan posyandu
1. Ibu yang memiliki balita usia 12-59 bulan yang datang ke posyandu.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
Hasil ukur :
Skala : ordinal
15
3.6.2 Variabel Independen
ASI eksklusif
Definisi ASI eksklusif menurut WHO (1990) adalah pemberian ASI saja tanpa
cairan atau makanan padat lainnya kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam
bentuk tetes atau sirup selama 6 bulan kehidupannya.
Alat : kuesioner
Skala : ordinal
16
Adapun variabel yang dianalisis secara univariat terdiri dari status gizi subyek dan
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam hal ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
variabel-variabel dalam penelitian berupa riwayat ASI eksklusif dan status gizi
subyek.
Rencana Kegiatan X1 X2 X3 X4
Pelaksanaan penelitian
Pengolahan data
Analisis data
Penyusunan laporan
17
Keterangan:
X: minggu ke-n, dimulai setelah proposal disetujui
: pelaksanaan rencana kegiatan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
18
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Tahun 2015
19
Sebelah Utara : Kelurahan Ampenan Utara wilayah kerja Puskesmas
Ampenan, Kec. Ampenan
Sebelah Selatan : Kelurahan Dasan Agung wilayah kerja Puskesmas
Dasan Agung Kecaman Selaparang.
Sebelah Timur : Kelurahan Karang Baru wilayah Kerja Puskesmas
Selaparang , Kecamatan Selaparang.
Sebelah Barat : Kelurahan Ampenan Tengah wilayah kerja Puskesmas
Ampenan Kecamatan Ampenan.
Wilayah kerja Puskesmas Pejeruk adalah 2.170 Km2, yang terbagi dalam
3 kelurahan dan 18 Lingkungan. Masing masing adalah kelurahan Pejeruk
dengan 8 Lingkungan , Kelurahan Pejarakan Karya dengan 4 Lingkungan, dan
Kelurahan Kebun Sari dengan 5 Lingkungan. Kelurahan terluas adalah
Kelurahan Pejeruk seluas 80,5 km2, disusul dengan kelurahan Pejarakan Karya
0,74 km2, dan terakhir adalah kelurahan Kebun Sari seluas 0,58 km2.
Tabel 4.1. Luas Wilayah, Jumlah /Kelurahan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Menurut Kelurahan diwilayah Puskesmas Pejeruk Tahun 2015
20
Tahun 2014 23.993 4854 110,56/
jiwa/km2
Sumber : BPS Kota Mataram Tahun 2015
ASI Eksklusif adalah pemberian hanya air susu ibu saja kepada bayi
usia 0 bulan sampai 5 bulan 29 hari tanpa makanan/minuman lain termasuk air
putih kecuali pemberian obat bila sakit dan vitamin. Pemberian ASI secara
ekslusif dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus
meningkatkan status gizi masyarakatuntuk menuju tercapainya kualitas sumber
daya manusia yang memadai. Untuk lebihjelasnya pencapaian ASI Eksklusif
per Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk dapat dilihat pada grafik
berikut :
80.00
70.00
60.00
50.00
% Cakupan
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Pejeruk Kebun Sari Pejarakan Puskesmas
21
Grafik di atas menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI Ekslusif tahun
2015 tertinggi adalah Kelurahan Pejeruk (53,99 %), sedangkan terendah adalah
Kelurahan Pejarakan(48,58 %).
Dari grafik diatas terlihat bahwa dari semua kelurahan belum ada yang
melampaui target harapan sebesar 80 %. Salah satu penyebab rendahnya
keberhasilan pemberian ASI Ekslusif adalah pemberian MP-ASI yang terlalu
dini. Pemberian makanan tambahan sebelum usia 6 bulan ini dilakukan karena
para ibu beranggapan bahwa ASI saja tidak cukup untuk kebutuhan bayi setiap
hari. Di samping karena kesibukan ibu serta anggapan bahwa susu formula
dapat membuat bayi merasa tenang dan tidak rewel. Selain itu meningkatnya
kebutuhan ASI bagi bayi berusia 3 hingga 6 bulan menimbulkan persepsi
ketidakcukupan produksi ASI, hal ini membuat ibu mudah berhenti
memberikan ASI Ekslusif. Hal lain yang menjadi faktor penyebab rendahnya
cakupan ASI Ekslusif antara lain maraknya promosi susu formula, tradisi di
keluarga dan psikologis ibu.
INDIKATOR MAKSUD
22
K/S ( 100 % ) Cakupan program atau persentase sasaran yang
mengikuti program penimbangan di Posyandu ( punya
KMS )
Tabel 4.3. Data Hasil Penimbangan Bulanan Balita Puskesmas Pejeruk Periode Tahun 2014 - 2015.
(%) (%)
7 DO 16,55 18,44
23
Sumber : Rekap F/ SKDN / Puskesmas Pejeruk Tahun 2015.
100.00
80.00
60.00
% Cakupan
40.00
20.00
0.00
Pejeruk Kebun Sari Pejarakan Puskesmas
24
Grafik 4.3. Liputan Program (K/S) Puskesmas Pejeruk Tahun 2014-2015
100.00
80.00
% Cakupan 60.00
40.00
20.00
0.00
Pejeruk Kebun Sari Pejarakan Puskesmas
25
CAKUPAN D/S PUSKESMAS PEJERUK
TAHUN 2014-2015
100.00
80.00
60.00
% Cakupan
40.00
20.00
0.00
Pejeruk Kebun Sari Pejarakan Puskesmas
26
Grafik 4.5. Cakupan N/D-O-B Puskesmas Pejeruk Tahun 2-14-2015
100.00
80.00
60.00
% Cakupan
40.00
20.00
0.00
Pejeruk Kebun Sari Pejarakan Puskesmas
27
CAKUPAN T2/D PUSKESMAS PEJERUK TAHUN 2014-2015
30.00
25.00
20.00
% C akupan 15.00
10.00
5.00
0.00
Pejeruk Kebun Sari Pejarakan Puskesmas
9.00
8.00
7.00
6.00
% Cakupan 5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Pejeruk Kebun Sari Pejarakan Puskesmas
28
7) Balita Yang Tidak Menimbang Ke Posyandu (DO)
DO merupakan banyaknya balita yang tidak datang menimbang ke
posyandu. DO tertinggi ada di Kelurahan Pejarakan Karya (22,02 %), lebih
tinggi dibandingkan tahun lalu (19,80 %). DO terendah ada di Kelurahan
Pejeruk (15,06 %), lebih tinggi dari tahun lalu. Jadi secara keseluruhan DO
Puskesmas Pejeruk tahun 2015 lebih tinggi dari tahun 2014 dimana tahun 2014
DO 16,55 % sedangkan tahun 2015 DO 18,44 %. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada grafik di bawah ini:
20
15
% Cakupan
10
0
Pejeruk Kebun Sari Pejarakan Puskesmas
Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan data yang didapat distribusi ibu dan balita adalah :
29
a. Karakteristik Balita
Karakteristik Frekuensi Presentase
Responden
Jenis Kelamin
Laki-laki 34 44,2 %
Perempuan 43 55,8 %
Balita dalam penelitian ini adalah sebanyak 77 balita usia 12-59 bulan.
Populasi balita perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki. Balita
perempuan sebanyak 43 anak (55,8%) dan balita laki-laki sebanyak 34 anak
(44,2%).
b. Karakteristik Ibu
Karakteristik Frekuensi Presentase
Responden
Pendidikan Ibu
SD 11 14,3%
SMP 23 29,9%
SMA 32 41,6%
Sarjana 11 14,3%
Status Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja 65 84,4%
Bekerja 12 15,6%
2. Variabel Penelitian
a. Riwayat ASI eksklusif
ASI Eksklusif Frekuensi Presentase
Ya 60 77,9%
Tidak 17 22,1%
30
Status Gizi Frekuensi Presentase
Kurang 29 37,7%
Baik 48 62,3%
Analisis Bivariat
Hubungan ASI eksklusif dengan status gizi balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Pejeruk dapat dilihat pada tabel berikut :
Dalam tabel tersebut ditunjukkan bahwa p > 0,05, dengan nilai p 0,372. Artinya
tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara riwayat ASI eksklusif
dengan status gizi balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk.
4.3 PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna
secara statistik antara riwayat ASI eksklusif dengan status gizi balita usia 12-59 bulan.
Penelitian ini bertolak belakang dengan teori yang menyebutkan bahwa pemberian
ASI dapat mencegah malnutrisi pada anak. Teori itu menyebutkan bahwa terdapat
korelasi positif antara pemberian ASI dengan status gizi anak. Semakin sering anak
31
yang mendapat perhatian (lewat menyusui) mempunyai probabilitas yang lebih baik
dibandingkan dengan bayi yang tidak disusui atau disusui tapi hanya sebentar saja.
Karena adanya pertambahan umur bayi yang disertai kenaikan berat badan maupun
tinggi badan, maka kebutuhan akan energi maupun nutrient akan bertambah pula
(Adriani, 2012).
Saat menginjak usia 6 bulan ke atas, ASI sebagai sumber nutrisi sudah tidak
mencukupi kebutuhan gizi bayi yang terus berkembang, sehingga anak perlu
diberikan makanan pendamping ASI (Waryana, 2010). Kebutuhan gizi anak terus
bertambah sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh yang cukup
pesat. Hal itu dapat dipengaruhi oleh umur, kecepatan pertumbuhan, banyaknya
aktivitas fisik, efisiensi penyerapan dan utilisasi makanannya (Adriani, 2012). Oleh
karena itu, kebutuhan zat gizi bayi umur 0-6 bulan berbeda dengan anak usia 7-36
bulan.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Basit pada
tahun 2012 dimana melalui penelitiannya Risk factors for under-nutrition among
children aged one to five years in Udupi taluk of Karnataka, India diperoleh hasil
bahwa tidak ditemukan adanya hubungan antara status gizi dengan rendahnya
pemberian ASI Eksklusif, pengetahuan ibu dan sanitasi lingkungan.
Andajani dkk (2010), menyatakan tidak adanya hubungan antara pemberian ASI
Eksklusif dengan status gizi balita dikarenakan sebagian besar ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang kurang.
Pendidikan pada satu sisi mempunyai dampak positif yaitu ibu mengerti akan
pentingnya pemeliharaan kesehatan termasuk pemberian ASI ekslusif. Rendahnya
tingkat pengetahuan ibu tentang ASI menyebabkan ibu tidak memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya hal ini akan mempengaruhi status gizi balitanya. Pemberian
ASI pada bayi dianggap tidak modern dan menempatkan ibu pada kedudukan lebih
rendah dibandingkan dengan ibu golongan atas. Pengetahuan dan sikap petugas
kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang ASI sangat berpengaruh pada
keberhasilan menyusui (Asrinisa, 2009).
Memang tidak selalu bayi dengan bukan ASI eksklusif mempunyai status gizi
yang lebih buruk atau kurang dari bayi dengan ASI eksklusif. ASI eksklusif tidak
selalu menjadi faktor yang mempengaruhi status gizi, melainkan ada faktor-faktor
yang lebih mempengaruhi status gizi itu sendiri (Paramitha, 2010). Faktor-faktor
tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan
32
keluarga. Semakin tinggi pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan terdapat
kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, semakin baik pola
pengasuhan anak dan keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada.
Ketahanan pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan,
dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan (Waryana,
2010). Faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi anak adalah faktor genetik
(Proverawati, 2011).
BAB V
5.1 Kesimpulan
33
1. Balita usia 12-59 bulan di wilayah Puskesmas Pejeruk lebih banyak yang
mendapatkan ASI ekslusif daripada yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.
2. Balita usia 12-59 di wilayah Puskesmas Pejeruk lebih banyak yang memiliki gizi
baik daripada gizi buruk.
3. Tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara riwayat ASI eksklusif
dengan status gizi balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk.
5.2 Saran
1. Bagi Petugas
Diharapkan para tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Pejeruk lebih giat lagi
dalam memberikan pendidikan kepada ibu hamil dan ibu menyusui tentang
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI telah terbukti mempunyai
banyak manfaat yang baik bagi ibu dan bayi, serta tetap melanjutkan pemberian
ASI sampai balita umur 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan karena
setelah bayi berusia 6 bulan ASI tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bagi
bayi. Para tenaga kesehatan juga diharapkan tetap memberikan semangat kepada
ibu yang mempunyai balita agar tetap datang ke posyandu untuk melakukan
penimbangan balita setiap bulan agar dapat diketahui jika ada masalah malnutrisi
pada balita sehingga dapat diberikan penanganan segera.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi status gizi kurang pada balita.
DAFTAR PUSTAKA
34
Andajani, Susilowati (2010) Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan
Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Anak Usia 7-36 Bulan di Posyandu
Delima 2 Dusun Sanan Desa Watugede Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.
Tersedia dalam:www.digilib.unair.ac.id [Accesed 21 Desember 2016]
Asrinisa R., Khomsan (2009) Pengetahuan, Sikap, dan Praktek ASI Ekslusif Serta Status Gizi
Bayi Usia 4-12 Bulan di Pedesaan dan Perkotaan. Tersedia
dalam:www.jurnal_gizi_dan_pangan.com.[Accesed 21 Desember 2016]
Buku Kuliah I. (2007). Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Indonesia: Jakarta
Depkes RI. (2002). Pedoman Pemantauan Status Gizi Posyandu. Direktorat Gizi
Masyarakat Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. EGC: Jakarta
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. (2012). Profil Dinas Kesehatan Provinsi
Nusa Tenggara Barat Tahun 2012. Mataram
Kementeri Kesehatan RI. (2011). Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Direktorat Jenderal
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak : Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan : Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kemenkes RI : Jakarta.
Puskesmas Pejeruk. (2016). Laporan Tahunan Puskesmas Pejeruk Tahun 2015, Pejeruk.
Proverawati, A. & Kusumawati, E. (2011) Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika
35
Widyastuti, E. (2009). Hubungan Riwayat Pemberian ASI eksklusif dengan Status Gizi Bayi
6-12 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2007.
LAMPIRAN
Statistics
N Valid 77
Missing 1
36
jenis kelamin subyek
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 78 100.0
Statistics
posyandu
N Valid 78
Missing 0
37
posyandu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
38
Statistics
pekerjaan ibu
N Valid 77
Missing 1
39
pekerjaan ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 78 100.0
Statistics
pola asuh
N Valid 77
Missing 1
40
pola asuh
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 78 100.0
41
Statistics
pendidikan ibu
N Valid 77
Missing 1
pendidikan ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 78 100.0
42
Statistics
pendidikan ibu
N Valid 77
Missing 1
pendidikan ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 78 100.0
43
Statistics
N Valid 77
Missing 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 78 100.0
44
Statistics
ASI eksklusif 2
N Valid 77
Missing 1
ASI eksklusif 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 78 100.0
45
Statistics
N Valid 77
Missing 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 78 100.0
46
Statistics
status gizi 2
N Valid 77
Missing 1
status gizi 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 78 100.0
47
Correlations
N 77 77
N 77 77
48
KUESIONER
No Responden :
Tanggal :
A. Identitas Balita
B.6 Alamat : .
B.7 No telepon : .
C. Status Gizi
49
Pilihlah semua pertanyaan dengan memilih satu jawaban. Dengan memberikan tanda
a. Tidak sekolah
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
a. <2500 gram
b. >2500 gram
3. Apa yang ibu berikan selama 6 bulan pertama usia anak ibu?
c. Susu formula, air putih atau makanan lain seperti pisang dan lain-lain
4. Berapa kali ibu memberi ASI untuk anak ibu dalam satu hari?
a. 3 kali
50
b. <3 kali
c. >3 kali
8. Jenis makanan yang diberikan kepada anak setiap anak makan dalam sehari?
10. Apakah makanan yang diberikan selalu memenuhi syarat empat sehat lima sempurna?
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
51
c. Membosankan pada anak (dimeja makan/tempat yang sama setiap hari)
a. Dihabiskan
b. Kadang-kadang habis
14. Bila anak tidak mau makan, apa yang ibu lakukan?
17. Apakah ada perlakuaan makanan untuk anak diutamakan daripada anggota keluarga
lainnya?
52