Anda di halaman 1dari 53

MINI PROJECT

HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI EKLUSIF DENGAN STATUS GIZI


BALITA USIA 12-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEJERUK
TAHUN 2016

Disusun Sebagai Bagian dari Persyaratan Menyelesaikan


Program Internship Dokter Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat di Puskesmas Pejeruk
Periode September 2016 Januari 2017

Disusun Oleh:
dr. Risky Septiana

Pembimbing:
dr. Ni Wayan Diptaningsih
NIP: 198702162015012001

DINAS KESEHATAN KOTA MATARAM


PUSKESMAS PEJERUK
2017

0
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan : Hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan status


gizi balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Pejeruk tahun 2016
Tujuan Penulisan : Laporan Pemecahan Masalah Kesehatan ini Diajukan dalam
Rangka Pembelajaran Community Health Problem Solving
sekaligus Sebagai Bagian dari Persyaratan Menyelesaikan
Program Internship Dokter Indonesia Provinsi Nusa
Tenggara Barat di Puskesmas Pejeruk
Disusun Oleh : dr. Risky Septiana

Telah diperiksa : Januari 2017

disetujui oleh:

Kepala Puskesmas Pejeruk Dokter Pembimbing Wahana

Srianingsih, SST, M.Kes dr. Ni Wayan Diptaningsih

NIP: 197608142002122011 NIP: 198702162015012001

1
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya
sehingga Mini Project ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Mini Project ini disusun
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan Program Internship
Dokter Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat di Puskesmas Pejeruk. Mini Project ini
berjudul: Hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita usia 12-59
bulan di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk tahun 2016.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan petunjuk-
petunjuk, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik dari institusi maupun dari luar
institusi Puskesmas Pejeruk. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Ibu dr. Ni Wayan Diptaningsih selaku Dokter Pembimbing di Puskesmas Pejeruk atas
kesabaran serta bimbingan yang telah diberikan.
2. Ibu Srianingsih, SST., M.Kes. selaku Kepala Puskesmas Pejeruk yang telah memberikan
izin untuk melakukan penelitian.
3. Ibu Hj. B. Karnawati, SH., selaku Kasubag Tata Usaha Puskesmas Pejeruk atas bantuan
yang telah diberikan.
4. Teman-teman dokter internship sekelompok dan seperjuangan, dr. Rilnia Metha Sofia, dr.
Qory Adawiyah, dr. Aini Pusva Dewi, dr. Rodi Kurniawan dan dr. Rangga Haryo
Notokusuma, atas dukungan, semangat, kritik, dan saran yang telah diberikan.
5. Perawat dan segenap karyawan/wati Puskesmas Pejeruk atas kebersamaan dan
dukungannya selama ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Mini Project ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada
penulis dalam penyusunan Mini Project ini.
Semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan
memberikan manfaat bagi kita semua.

Pejeruk, Desember 2016


Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan.................................................................................................................1

Prakata........................................................................................................................................2

Daftar Isi....................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................5

1.1. Latar Belakang..................................................................................................................5

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................6

1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................................................6

1.4. Manfaat Penelitian............................................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................8

2.1. Status Gizi Balita..............................................................................................................8

2.1.1. Definisi Status Gizi........................................................................................................8

2.1.2. Penilaian Status Gizi......................................................................................................8

2.1.3. Parameter untuk menentukan Status Gizi......................................................................9

2.1.4. Klasifikasi Status Gizi....................................................................................................9

2.2. ASI eksklusif...................................................................................................................10

2.3. Kerangka Konsep............................................................................................................12

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................................14

3.1. Desain penelitian............................................................................................................14

3.2. Tempat dan Waktu...........................................................................................................14

3.3. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian.....................................................................14

3.4. Definisi Operasional.......................................................................................................15

3
3.5. Prosedur penelitian..........................................................................................................16

3.6. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data..........................................................................17

3.7. Etika Penelitian................................................................................................................17

3.8. Jadwal Penelitian.............................................................................................................18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................17

4.1. Profil Puskesmas Pejeruk................................................................................................19

4.1. Hasil Penelitian...............................................................................................................30

4.1. Pembahasan.....................................................................................................................32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................34

5.1. Kesimpulan.....................................................................................................................34

5.2. Saran...............................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................35

LAMPIRAN............................................................................................................................35

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan yang terkait gizi di Indonesia semakin kompleks dalam


beberapa dekade mendatang karena Indonesia masih memerlukan waktu panjang
untuk mengatasi kemiskinan yang erat kaitannya dengan kekurangan gizi. Sampai saat
ini Indonesia masih menghadapi masalah gizi kurang seperti Kurang Energi Protein
(KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), dan Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY). Di sisi lain, prevalensi gizi lebih (overnutrition)
dengan segala implikasinya pada kesehatan dari waktu-ke waktu cenderung
meningkat seiring dengan derasnya arus global yang memperngaruhi budaya dan pola
makan masyarakat Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2103 menunjukkan bahwa prevalensi


berat-kurang mencapai 19,6%, terdiri dari 5,7% persen gizi buruk dan 13,9% gizi
kurang (Kemenkes RI, 2013). Diantara 33 provinsi di Indonesia, 18 provinsi memiliki
prevalensi gizi buruk-kurang di atas angka prevalensi nasinonal diantaranya adalah
provinsi Nusa Tenggara Berat yang memiliki prevalensi 25%. Berdasarkan Profil
Kesehatan Provinsi NTB tahun 2012, Kota Mataram memiliki prevalensi gizi buruk
sebesar 2,03% dan gizi kurang 11,49% (Dikes NTB, 2012). Dan untuk di Puskesmas
Pejeruk sendiri pada tahun 2015 terdapat 3,04% balita yang memiliki gizi kurang.
Jumlah ini cenderung lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2014 yaitu 2,69%.

Program gizi anak di seluruh dunia terus melakukan inovasi untuk mengurangi
angka kejadian gizi kurang tersebut. Salah satunya adalah dengan program pemberian
ASI Eksklusif (Cai, 2012). Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin dan mineral) (Depkes, 2014).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ASI eksklusif untuk bayi
sampai berumur 6 bulan dan kemudian dilanjutkan bersama makanan pendamping
ASI sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih (Marnoto, 2010).

5
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2012, terdapat 47.501 bayi
(57,63%) yang mendapatkan ASI eksklusif. (Depkes RI, 2012). Sedangkan di kota
Mataram hanya 1977 bayi (39,82%) yang mendapatkan ASI eksklusif (Dikes NTB,
2012).

Di Puskesmas Pejeruk, terdapat penurunan cakupan ASI eksklusif. Tahun 2014


cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Pejeruk mencapai 53,74% dan menurun menjadi
51,88% pada tahun 2015. Angka tersebut menunjukkan bahwa Puskesmas Pejeruk
belum mencapai target nasional cakupan ASI eksklusif sebesar 80%. Salah satu
penyebab rendahnya keberhasilan pemberian ASI Ekslusif adalah pemberian MP-ASI
yang terlalu dini. Pemberian makanan tambahan sebelum usia 6 bulan ini dilakukan
karena para ibu beranggapan bahwa ASI saja tidak cukup untuk kebutuhan bayi setiap
hari. Di samping karena kesibukan ibu serta anggapan bahwa susu formula dapat
membuat bayi merasa tenang dan tidak rewel. Selain itu meningkatnya kebutuhan ASI
bagi bayi berusia 3 hingga 6 bulan menimbulkan persepsi ketidakcukupan produksi
ASI, hal ini membuat ibu mudah berhenti memberikan ASI Ekslusif. Hal lain yang
menjadi faktor penyebab rendahnya cakupan ASI Ekslusif antara lain maraknya
promosi susu formula, tradisi di keluarga dan psikologis ibu. (Puskesmas Pejeruk,
2016).

Terjadinya rawan gizi pada bayi disebabkan antara lain oleh karena ASI (Air
Susu Ibu) banyak diganti oleh susu formula dengan jumlah dan cara yang tidak sesuai
kebutuhan. ASI merupakan makanan yang bergizi yang mudah dicerna oleh bayi dan
langsung diserap. Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan mampu untuk
menghasilkan air susu ibu dalam jumlah yang cukup untuk keperlun bayinya secara
penuh tanpa makanan tambahan bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun dapat
menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama
(Widyastuti E, 2007)

Manary dan Salomons menyatakan bahwa frekuensi atau durasi pemberian ASI
eksklusif yang tidak cukup menjadi faktor risiko untuk terjadinya defisiensi
makronutrien maupun mikronutrien pada usia dini. Keadaan gizi kurang yang banyak
ditemukan pada bayi-bayi terlihat ketika para ibu di daerah perkotaan memilih untuk
menggunakan susu formula sebagai pengganti ASI (Widyastuti E, 2009)

6
Dengan mengetahui hubungan riwayat pemberian ASI ekslusif dan status gizi
diharapkan dapat menjadi rujukan dalam pengambilan kebijakan mengenai
penanganan gizi kurang di Provinsi NTB khususnya di Puskesmas Pejeruk.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan riwayat pemberian ASI ekslusif dengan status gizi
balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan riwayat


pemberian ASI ekslusif dengan status gizi balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Pejeruk.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan akan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Peneliti
Sebagai pengetahuan dan informasi kepada peneliti mengenai hubungan antara
riwayat ASI eksklusif dan gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk
2. Bagi Masyarakat
Dapat mengetahui pentingnya pengetahuan ASI eksklusif bagi gizi balita.
3. Pelayanan kesehatan
Sebagai informasi bagi pelayanan kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dimana perlu diberi intervensi berupa penyuluhan kesehatan pada orang
tua mengenai ASI eksklusif.
4. Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber data untuk
kepentingan penelitian selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

7
2.1 Status Gizi

2.1.1 Definisi status Gizi

Status gizi adalah gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan


zat gizi dan penggunaannya dalam tubuh. Status gizi tersebut dapat dipengaruhi
oleh 2 hal pokok yaitu konsumsi makanan dan keadaan kesehatan tubuh atau infeksi
(Depkes RI, 2002)

2.1.2 Penialaian Status Gizi

Penilaian status gizi di lakukan dengan empat cara yaitu penilaian secara
klinis, biokimia, biofisik dan antropometri.

Penilaian secara klinis yaitu penilaian yang mempelajari mengevaluasi


tanda-tanda fisik yang ditimbulkan sebagai akibat gangguan kesehatan dan
penyakit gizi kurang. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit,
mata, rambut dan buccal mucosa atau organ yang dekat dengan permukaan kulit
misalnya kelenjar tiroid.
Penilaian secara biokimia dilakukan dengan pengukuran zat gizi dalam darah,
urine, tinja serta beberapa jaringan tubuh saperti hati dan otot.
Penilaian secara biofisik dilakukan dengan tiga cara yaitu uji radiologi, test
fungsi fisik dan sitologi.
Penilaian secara antropometri berhubungan dengan pengukuran berbagai
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur. Penilaian secara
antropometri terbagi dua yaitu ukuran linear yang menunjukan keadaan
kurang gizi akibat kurang kalori dan protein yang di derita pada waktu lampau,
dan ukuran masa jaringan yang menunjukan keadaan kurang gizi pada saat
pengukuran di lakukan. (Depkes RI, 2002)

2.1.3 Parameter Untuk Menentukan Status Gizi

Jenis parameter yang sering dipakai untuk menentukan status gizi yakni umur,
berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala serta lingkar dada. Kesalahan

8
penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil
pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila
tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Sedangkan berat badan
merupakan salah satu ukuran tubuh yang paling banyak digunakan karena dapat
memberikan gambaran masa jaringan termasuk cairan tubuh, berat badan sangat
mdah dipengaruhi oleh keadaanyang mendadak seperti terserang diare dan
konsumsi makanan yang menurun. Tinggi badan merupakan parameter yang
penting bagi keadaan sekarang. Dalam antropometri gizi, razio lingkar kepala dan
lingkar dada digunakan untuk menentukan KEP pada balita (Depkes RI, 2002)

2.1.4 Klasifikasi Status Gizi

Dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur, berdasarkan baku


rujukan WHO-NCHS:

Tabel 1 : Baku Antropometri menurut standart WHO-NCHS

Status gizi lebih terjadi karena sumber energi yang masuk ke dalam tubuh
melebihi energi yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan. Status gizi baik adalah
suatu keadaan kesehatan yang disebabkan oleh adanya keseimbangan antara
kebutuhan tubuh akan zat zat gizi untuk berlangsungnya kehidupan,
pertumbuhan, pemeliharaan alat tubuh dan fungsi normal tubuh serta untuk
menghasilkan tenaga dari zat zat gizi yang dikonsumsi. Status gizi sedang

9
adalah disebabkan adanya suatu keadaan yang berbeda diantara gizi baik dan gizi
kurang.

Status gizi kurang adalah keadaan pathologis yang berkembang dari


kurang makan sehingga pemakainnya dalam jangka waktu tertentu tidak mencukupi.
Status gizi buruk merupakan akibat terpenuhinya kebutuhan zat gizi dalam waktu
lama sehingga dapat menyebabkan penyakit defisiensi (FKUI, 2005)

2.2 ASI Ekslusif

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33


Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam
bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain
(kecuali obat, vitamin dan mineral). Pengaturan pemberian ASI eksklusif bertujuan
untuk : (Depkes RI, 2014)
a. menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak
dilahirkan sampai dengan berusia enam bulan dengan memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangannya;
b. memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya; dan
c. meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah daerah, dan
pemerintah terhadap ASI eksklusif.
ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung
protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga
pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi. Kolostrum
berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga. Hari keempat
sampai hari kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin, protein, dan laktosa lebih
sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih tinggi dengan warna
susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat makanan, ASI juga mengandung zat
penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan menganggu enzim di usus. Susu
formula tidak mengandung enzim sehingga penyerapan makanan tergantung pada
enzim yang terdapat di usus bayi.
Berdasarkan stadium laktasi maka komposisi ASI dibagi menjadi 3 bagian
yaitu : (Sentra Laktasi Indonesia, 2008).
1. Kolostrum, adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi dan
berprotein tinggi. Pada hari pertama dan kedua meski ASI yang keluar sedikit

10
menurut ukuran awam, tetapi kolostrum yang terkandung dalam payudara
mendekati kapasitas lambung bayi usia 1-2 hari. Cairan emas yang encer dan
sering kali berwarna kuning atau dapat pula cairan menyerupai sel darah putih
yang dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum merupakan pencahar yang
ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi baru lahir dan
mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.
Kolostrum banyak mengandung protein dibandingkan ASI yang matang.
Mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibanding ASI yang matang,
sementara volumenya mencapai 150-300 ml/24 jam.
2. ASI Transisi (Peralihan)
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi
ASI matang. Kadar proteinnya makin rendah sedangkan kadar lemak dan
karbohidratnya meningkat seiring dengan peningkatan volume.
3. ASI Matang (Mature) Merupakan ASI yang keluar pada hari ke-14 dan seterusnya
dimana komposisinya relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan komposisi ASI
yang cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup
untuk bayi sampai umur 6 bulan.

Manfaat Air Susu Ibu (ASI)

1. Sumber zat kekebalan tubuh alami


2. Menurunkan angka kematian bayi
3. Mencegah penyakit gangguan pernapasan akut
4. Meningkatkan kecerdasan kognitif
5. Mencegah alergi
6. Mengurangi risiko asma

Manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6
bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan pemberian ASI eksklusif
serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi
berumur 6 bulan. Berdasarkan hal-hal tersebut, WHO-UNICEF membuat deklarasi
yang dikenal dengan Deklarasi innocenti. Deklarasi yang dilahirkan di Innocenti Italia
tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan
pemberian ASI. Deklarasi yang juga ditandatangani Indonesia ini memuat hal-hal
berikut (Sentra Laktasi Indonesia, 2008).

11
Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan
bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi
diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah berumur 4-6 bulan,
bayi dberi makanan pendamping padat yang benar dan tepat. Sedangkan ASI tetap
diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan untuk bayi ideal
seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dari
lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif.

Pada tahun 1999, UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi


jangka waktu pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama
World Health Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan
jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Sentra Laktasi Indonesia,
2008).

Pemberian makanan padat/tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu


pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan bayi. Selain itu, tidak
ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan padat/tambahan pada
usia 4 atau 5 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan
mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak
positif untuk perkembangan pertumbuhannya (Widyastuti E, 2007).

Untuk mencapai ASI ekslusif, WHO dan UNICEF merekomendasikan


langkah-langkah berikut untuk memulai dan mencapai ASI eksklusif, yaitu: (Sentra
Laktasi Indonesia, 2008).

Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran


Menyusui secara esklusif: hanya ASI. Artinya, tidak ditambah makanan atau
minuman lain, bahkan air putih sekalipun.
Menyusui kapan pun bayi meminta (on-demand), sesering yang bayi mau, siang
dan malam.
Tidak menggunakan botol susu atau empeng.
Mengeluarkan ASI dnegan memompa atau memerah dengan tangan, disaat tidak
bersama anak.
Mengendalikan emosi dan pikiran agak tenang.
Setelah pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tersebut, bukan berarti
pemberian ASI dihentikan. Seiring dengan pengenalan makanan kepada bayi,

12
pemberian ASI tetap dilakukan, sebaiknya menyusui dilakukan sampai anak
berusia dua tahun menurut rekomendasi WHO.

2.3 Kerangka Konsep

Riwayat pemberian ASI eksklusif pada balita Status gizi balita

Berat badan lahir


Tingkat pendidikan ibu
Pola Asuh
Status pekerjaan ibu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross
sectional di mana pengukuran variabel independen dan variabel dependen dilakukan
pada waktu yang bersamaan. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan

13
ASI eksklusif dengan status gizi kurang pada anak usia 12-59 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Pejeruk.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2016 di wilayah
Puskesmas Pejeruk, Mataram.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi penelitian ini adalah seluruh balita usia 12-59 bulan yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Pejeruk.

Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda
dua proporsi, yaitu:

[ Z1- /22P(1-P) + Z1-P1(1-P1)+P2(1-P2) ]2


n=
(P1-P2)2

Keterangan:
n = Besar sampel
Z1- /2 = Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-/2 atau derajat kepercayaan pada
uji dua sisi (two tail), yaitu sebesar 5% = 1.96.
Z1- = Nilai Z pada kekuatan uji 1- , yaitu sebesar 80% = 0.84.
P = Proporsi rata-rata = (P1-P2)/2.
P1 = Proporsi balita yang status gizi kurang dengan jumlah anggota keluarga
sedikit sebesar 0.182 ( Ruhana, 2008).
P2 = Proporsi balita yang status gizi kurang dengan jumlah anggota keluarga
banyak sebesar 0,421 ( Ruhana, 2008).

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel minimal sebanyak 57.
Karena balita umur 12-59 bulan tidak mampu menjawab pertanyaan pada kuesioner,
maka yang menjadi responden pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai
anak usia 12-59 bulan dengan kriteria tidak sedang menderita penyakit apapun pada
saat dilakukan penelitian.

14
Keterangan :
N = Jumlah populasi target
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
Ni = Jumlah populasi setiap posyandu
ni = Jumlah sampel yang dibutuhkan posyandu

3.4 Kriteria Inkulusi dan Ekslusi


3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Ibu yang memiliki balita usia 12-59 bulan yang datang ke posyandu.
3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Balita dalam keadaan sakit saat ke posyandu.


2. Tidak bersedia untuk menjadi responden

3.5 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
accidental sampling.

3.6 Definisi Operasional


3.6.1 Variabel Dependen
Status Gizi
Status gizi diperoleh berdasarkan indek antropometri menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010,
tentang standar antropometri penilaian status gizi anak, indeks antropometri
Berat Badan menurut Umur (BB/U) dibagi menjadi beberapa kategori status.
Cara ukur : Mengukur berat badan bayi berdasarkan umur kemudian
dibandingkan dengan berat badan baku WHO-NCHS dan disajikan dalam Z-
score.

Alat : Timbangan berat badan

Hasil ukur :

0 = Gizi Kurang : Z Score < -2 SD sampai -3 SD

1 = Gizi Baik : Z Score -2 SD sampai +2 SD

Skala : ordinal

15
3.6.2 Variabel Independen
ASI eksklusif
Definisi ASI eksklusif menurut WHO (1990) adalah pemberian ASI saja tanpa
cairan atau makanan padat lainnya kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam
bentuk tetes atau sirup selama 6 bulan kehidupannya.

Cara ukur : menggunakan kuesioner

Alat : kuesioner

Hasil ukur : 0 = ASI eksklusif

1 = Tidak ASI eksklusif

Skala : ordinal

3.7 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian terdiri dari tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
1. Tahap persiapan:
a. mengajukan tema penelitian
b. berkoordinasi dengan bagian gizi Puskesmas Pejeruk
c. menyusun kuesioner penelitian
2. Tahap pelaksanaan:
a) tahap pelaksanaan dimulai dengan informed consent kepada subyek penelitian
dan penjelasan prosedur penelitian.
b) prosedur pelaksanaan dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Meminta ibu subyek untuk mengisi kuesioner penelitian
2. Melakukan pengukuran berat badan subyek

3.8 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data


Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Sebelum dilakukan
analisis, pada data yang terkumpul dilakukan pemeriksaan kelengkapan data, koding
dan data ditabulasi lalu dimasukkan ke dalam komputer. Pada analisis data, akan
dilakukan pebandingan status gizi pada subyek dengan riwayat ASI eksklusif dan
subyek tanpa riwayat ASI eksklusif. Data tersebut kemudian akan diuji dengan
bantuan SPSS for Windows v.16.0.
1. Analisis Univariat

16
Adapun variabel yang dianalisis secara univariat terdiri dari status gizi subyek dan

riwayat asi ekslusif

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam hal ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variabel-variabel dalam penelitian berupa riwayat ASI eksklusif dan status gizi

subyek.

3.9 Etika Penelitian


Komponen etika penelitian meliputi:
1. Inform Concern
Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan serta maksud penelitian sebelum
menyerahkan surat permohonan menjadi responden penelitian sebagai permintaan
untuk menjadi responden.
2. Anonimity ( tanpa nama )
Peneliti tidak mencantumkan nama pada data tapi hanya memberikan kode sebagai
nomor urut subyek.

3.10 Jadwal Pelaksanaan


Untuk rencana kegiatan serta waktu pelaksanaan penelitian, dijadwalkan sebagai
berikut.

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Rencana Kegiatan X1 X2 X3 X4

Pelaksanaan penelitian
Pengolahan data
Analisis data
Penyusunan laporan

17
Keterangan:
X: minggu ke-n, dimulai setelah proposal disetujui
: pelaksanaan rencana kegiatan

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 PROFIL PUSKESMAS PEJERUK


4.1.1 Kondisi Geografi dan Topografi
Puskesmas Pejeruk terletak di wilayah kecamatan Ampenan, letaknya diapit
antara wilayah kerja Puskesmas Dasan Agung, Puskesmas Ampenan dan Puskesmas
Selaparang.

18
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Tahun 2015

Sumber: Bappeda Kota Mataram

Adapun batas-batas administrasi adalah sebagai berikut :

19
Sebelah Utara : Kelurahan Ampenan Utara wilayah kerja Puskesmas
Ampenan, Kec. Ampenan
Sebelah Selatan : Kelurahan Dasan Agung wilayah kerja Puskesmas
Dasan Agung Kecaman Selaparang.
Sebelah Timur : Kelurahan Karang Baru wilayah Kerja Puskesmas
Selaparang , Kecamatan Selaparang.
Sebelah Barat : Kelurahan Ampenan Tengah wilayah kerja Puskesmas
Ampenan Kecamatan Ampenan.

Wilayah kerja Puskesmas Pejeruk adalah 2.170 Km2, yang terbagi dalam
3 kelurahan dan 18 Lingkungan. Masing masing adalah kelurahan Pejeruk
dengan 8 Lingkungan , Kelurahan Pejarakan Karya dengan 4 Lingkungan, dan
Kelurahan Kebun Sari dengan 5 Lingkungan. Kelurahan terluas adalah
Kelurahan Pejeruk seluas 80,5 km2, disusul dengan kelurahan Pejarakan Karya
0,74 km2, dan terakhir adalah kelurahan Kebun Sari seluas 0,58 km2.

4.1.2 GAMBARAN DEMOGRAFI


Berdasarkan hasil proyeksi sementara dari Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2015, jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Pejeruk 25.479jiwa,
dengan kepadatan penduduk sebesar 110,5 jiwa/km2. Sedangkan jumlah
penduduk dan kepadatan penduduk menurut kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Pejeruk tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1. Luas Wilayah, Jumlah /Kelurahan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Menurut Kelurahan diwilayah Puskesmas Pejeruk Tahun 2015

Luas Jumlah Jumlah Jml Kepadata


No Kelurahan Wilayah Pendudu n
Des Desa
(Km2) Kelu k KK Penduduk
a +
/ Km2
1 Pejeruk - 1 1 9921 119,77
0,85 km2 1984
jiwa/km2

2 Kebun Sari - 1 1 9198 1840 158,58


0,58 km2
jiwa/km2
Pejarakan 85,94
3 0. 74 km2 - 1 1 6360 1272
Karya jiwa/km2
Tahun 2015 - 3 3 25.479 5096

20
Tahun 2014 23.993 4854 110,56/
jiwa/km2
Sumber : BPS Kota Mataram Tahun 2015

Rata-rata kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk


adalah 110,56 jiwa/km2 pada tahun 2014 dan meningkat menjadi 117,41 pada
tahun 2015.Jika dirinci menurut kelurahan maka kelurahan dengan kepadatan
penduduk tertinggi adalah kelurahan Kebun Sari dengan kepadatan penduduk
sebesar 158,58 jiwa/Km sedangkan kelurahan yang kepadatan penduduknya
paling rendah adalah kelurahanPejarakan Karya sebesar 85,94 Jiwa/Km.

4.1.3 Cakupan ASI Ekslusif

ASI Eksklusif adalah pemberian hanya air susu ibu saja kepada bayi
usia 0 bulan sampai 5 bulan 29 hari tanpa makanan/minuman lain termasuk air
putih kecuali pemberian obat bila sakit dan vitamin. Pemberian ASI secara
ekslusif dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus
meningkatkan status gizi masyarakatuntuk menuju tercapainya kualitas sumber
daya manusia yang memadai. Untuk lebihjelasnya pencapaian ASI Eksklusif
per Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk dapat dilihat pada grafik
berikut :

Grafik 4.1. Cakupan ASI Ekslusif di Puskesmas PejerukTahun 2014-2015

CAKUPAN ASI EKSLUSIF PUSKESMAS PEJERUK TAHUN 2014-2015


90.00

80.00

70.00

60.00

50.00
% Cakupan
40.00

30.00

20.00

10.00

0.00
Pejeruk Kebun Sari Pejarakan Puskesmas

21
Grafik di atas menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI Ekslusif tahun
2015 tertinggi adalah Kelurahan Pejeruk (53,99 %), sedangkan terendah adalah
Kelurahan Pejarakan(48,58 %).

Dari grafik diatas terlihat bahwa dari semua kelurahan belum ada yang
melampaui target harapan sebesar 80 %. Salah satu penyebab rendahnya
keberhasilan pemberian ASI Ekslusif adalah pemberian MP-ASI yang terlalu
dini. Pemberian makanan tambahan sebelum usia 6 bulan ini dilakukan karena
para ibu beranggapan bahwa ASI saja tidak cukup untuk kebutuhan bayi setiap
hari. Di samping karena kesibukan ibu serta anggapan bahwa susu formula
dapat membuat bayi merasa tenang dan tidak rewel. Selain itu meningkatnya
kebutuhan ASI bagi bayi berusia 3 hingga 6 bulan menimbulkan persepsi
ketidakcukupan produksi ASI, hal ini membuat ibu mudah berhenti
memberikan ASI Ekslusif. Hal lain yang menjadi faktor penyebab rendahnya
cakupan ASI Ekslusif antara lain maraknya promosi susu formula, tradisi di
keluarga dan psikologis ibu.

4.1.4 Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita


Data ini dikumpulkan setiap bulan di Posyandu sebagai bahan
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan kesehatan bayi dan anak balita.
Dalam kegiatan ini digunakan KMS atau buku KIA sebagai alat bantu dalam
memantau kesehatan balita. Selain itu data ini dapat digunakan sebagai alat
pemantau kinerja di posyandu dan keadaan gizi masyarakat setiap bulan
dengan menganalisa data tersebut menjadi indikator : JPL/JP, K/S, D/S, N/D-
O-B, T2/D, BGM/D dan DO. Maksud masing-masing indikator adalah sebagai
berikut :

Tabel 4.2. Indikator Program Gizi Tahun 2015

INDIKATOR MAKSUD

JPL/JP (100 %) Persentase Posyandu yang lapor atau melaksanakan


kegiatan ( buka ) pada H Posyandu

22
K/S ( 100 % ) Cakupan program atau persentase sasaran yang
mengikuti program penimbangan di Posyandu ( punya
KMS )

D/S (80 %) Persentase balita yang datang ke posyandu


dibandingkan dengan jumlah sasaran seluruh balita

N/D-O-B ( 80 % ) Hasil penimbangan atau persentase sasaran yang berat


badannya naik

T2/D (Maksimal1 %) Persentase balita yang berat badannya tidak naik


berturut-turut dalam 2 bulan penimbangan

BGM/D Persentase Bawah Garis Merah atau kasus kurang gizi


yang perlu diwaspadai
( Maksimal 5 % )

DO (Maksimal 20 %) Persentase balita yang tidak dating menimbang ke


posyandu

Tabel dibawah ini menunjukkan hasil penimbangan balita di Puskesmas


Pejeruk periode Tahun 2014 - 2015.

Tabel 4.3. Data Hasil Penimbangan Bulanan Balita Puskesmas Pejeruk Periode Tahun 2014 - 2015.

No Indikator Th. 2014 Th. 2015

(%) (%)

1 JPL/JP 100 100

2 K/S 100 100

3 D/S 83,45 81,56

4 N/D-O-B 40,88 41,55

5 T2/D 13,39 13,24

6 BGM/D 2,69 3,04

7 DO 16,55 18,44

23
Sumber : Rekap F/ SKDN / Puskesmas Pejeruk Tahun 2015.

1) Jumlah Posyandu Yang Melapor ( JPL /JP )


JPL/JP adalah persentase posyandu yang lapor atau melaksanakan
kegiatan ( buka ) pada hari H Posyandu. Jumlah posyandu di Puskesmas
Pejeruk tahun 2015 adalah 18 posyandu. Jumlah ini sama dengan tahun lalu.
Rata-rata posyandu yang lapor (JPL/JP) tahun ini adalah sebanyak 18
posyandu (100 %). Rata-rata setiap posyandu mempunyai kader aktif sebanyak
5 orang dengan frekwensi penimbangan rata-rata 12 kali setahun. JPL/JP
tahun ini sama dibandingkan tahun lalu. Trend cakupan JPL/JP selama 2 tahun
terakhir sebagai berikut :

Grafik 4.2. Cakupan posyandu yang melapor tahun 2014-2015

CAKUPAN JPL/JP PUSKESMAS PEJERUK TAHUN 2014-2015


120.00

100.00

80.00

60.00
% Cakupan

40.00

20.00

0.00
Pejeruk Kebun Sari Pejarakan Puskesmas

2) Cakupan Program ( K/S )


K/S adalah perbandingan antara jumlah sasaran penimbangan yang
telah tercakup dalam kegiatan penimbangan dan memiliki KMS dengan
jumlah sasaran penimbangan. K/S dapat dikatakan cakupan program atau
persentase sasaran yang mengikuti program penimbangan di Posyandu (punya
KMS). Pencapaian K/S Puskesmas Pejeruk sebesar 100% sama dengan tahun
lalu. Trend cakupan K/S selama 2 tahun terakhir sebagai berikut :

24
Grafik 4.3. Liputan Program (K/S) Puskesmas Pejeruk Tahun 2014-2015

CAKUPAN K/S PUSKESMAS PEJERUK TAHUN 2014-2015


120.00

100.00

80.00

% Cakupan 60.00

40.00

20.00

0.00
Pejeruk Kebun Sari Pejarakan Puskesmas

3) Tingkat Partisipasi Masyarakat ( D/S )


Tingkat partisipasi masyarakat (D/S) diukur berdasarkan jumlah balita
yang datang menimbang ke posyandu dibandingkan dengan jumlah balita
sasaran penimbangan. Pencapaian D/S Puskesmas Pejeruk pada tahun ini
sebesar 81.56 %, dimana kelurahan yang mencapai D/S tertinggi yaitu
Kelurahan Pejeruk (84,94 %) dan yang terendah Kelurahan Pejarakan (77,98
%) . Hasil ini menurun dari tahun lalu, dimana cakupan D/S tahun 2014
sebesar 83.45 %.

Trend cakupan D/S selama 2 tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Grafik 4.4. Cakupan D/S Puskesmas Pejeruk Tahun 2014-2015

25
CAKUPAN D/S PUSKESMAS PEJERUK
TAHUN 2014-2015
100.00

80.00

60.00

% Cakupan
40.00

20.00

0.00
Pejeruk Kebun Sari Pejarakan Puskesmas

4) Hasil Kegiatan Penimbangan ( N/D-O-B )


Hasil Kegiatan Penimbangan yang berat badannya naik (N/D-O-B)
tahun ini adalah sebesar 41,55 %. Pencapaian ini lebih meningkat
dibandingkan tahun lalu yaitu sebesar 40,88 %. Cakupan N/D-O-B tertinggi
dicapai Kelurahan Pejarakan sebesar 43,38 % dan terendah di Kelurahan
Pejeruk 40,13 % Trend cakupan N/D-O-B selama 2 tahun terakhir sebagai
berikut:

26
Grafik 4.5. Cakupan N/D-O-B Puskesmas Pejeruk Tahun 2-14-2015

CAKUPAN N/D-O-B PUSKESMAS PEJERUK TAHUN 2014-2015

100.00

80.00

60.00

% Cakupan

40.00

20.00

0.00
Pejeruk Kebun Sari Pejarakan Puskesmas

5) Balita Dengan Berat Badan (BB) Tidak Naik 2 Kali Berturut-Turut


(T2/D )
T2/D merupakan persentase balita yang berat badannya tidak naik bert
(urut-turut selama 2 bulan berturut-turut saat penimbangan. Untuk tahun 2015
T2/D tertinggi di Kelurahan Kebun Sari (13,69 %), lebih tinggi dari tahun lalu
sebesar 12,20 %. T2/D terendah ada di Kelurahan Pejarakan Karya (12,73 %),
lebih rendah dari tahun lalu sebesar 13,74 %. Untuk Tahun 2015 persentase
T2/D sebesar 13,24 % dan tahun 2014 sebesar 13,39 % sehingga secara
keseluruhan terdapat penurunan persentase T2/D untuk Puskesmas Pejeruk
sebesar 0,15 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 4.6. Cakupan T2/D Puskesmas Pejeruk Tahun 2014-2015

27
CAKUPAN T2/D PUSKESMAS PEJERUK TAHUN 2014-2015

30.00

25.00

20.00

% C akupan 15.00

10.00

5.00

0.00
Pejeruk Kebun Sari Pejarakan Puskesmas

6) Balita Kurang Gizi ( BGM/D )


Persentase kasus BGM/D di Puskesmas Pejeruk tahun ini adalah
sebesar 3,04 %. Dibandingkan dengan tahun lalu, terjadi peningkatan kasus
BGM sebesar 0,35 % dimana persentase BGM/D tahun lalu sebesar 2,69 %.

Grafik 4.7. Cakupan BGM/D Puskesmas Pejerruk Tahun 2014-2015

CAKUPAN BGM/D PUSKESMAS PEJERUK TAHUN 2014-2015


10.00

9.00

8.00

7.00

6.00

% Cakupan 5.00

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00
Pejeruk Kebun Sari Pejarakan Puskesmas

28
7) Balita Yang Tidak Menimbang Ke Posyandu (DO)
DO merupakan banyaknya balita yang tidak datang menimbang ke
posyandu. DO tertinggi ada di Kelurahan Pejarakan Karya (22,02 %), lebih
tinggi dibandingkan tahun lalu (19,80 %). DO terendah ada di Kelurahan
Pejeruk (15,06 %), lebih tinggi dari tahun lalu. Jadi secara keseluruhan DO
Puskesmas Pejeruk tahun 2015 lebih tinggi dari tahun 2014 dimana tahun 2014
DO 16,55 % sedangkan tahun 2015 DO 18,44 %. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada grafik di bawah ini:

Grafik 4.8. Cakupan DO Puskesmas Pejeruk Tahun 2014-2015

CAKUPAN DO PUSKESMAS PEJERUK TAHUN 2015


25

20

15

% Cakupan

10

0
Pejeruk Kebun Sari Pejarakan Puskesmas

4.2 HASIL PENELITIAN

Analisis Univariat

1. Karakteristik Responden
Berdasarkan data yang didapat distribusi ibu dan balita adalah :

29
a. Karakteristik Balita
Karakteristik Frekuensi Presentase
Responden
Jenis Kelamin
Laki-laki 34 44,2 %
Perempuan 43 55,8 %
Balita dalam penelitian ini adalah sebanyak 77 balita usia 12-59 bulan.
Populasi balita perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki. Balita
perempuan sebanyak 43 anak (55,8%) dan balita laki-laki sebanyak 34 anak
(44,2%).

b. Karakteristik Ibu
Karakteristik Frekuensi Presentase
Responden
Pendidikan Ibu
SD 11 14,3%
SMP 23 29,9%
SMA 32 41,6%
Sarjana 11 14,3%
Status Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja 65 84,4%
Bekerja 12 15,6%

Berdasarkan data ibu balita, diketahui sebanyak 11 orang (14,3%) dengan


pendidikan terakhir SD, 23 orang (29,9%) pendidikan SMP, 32 orang (41,6%)
pendidikan SMA, dan 11 orang (14,3%) pendidikan sarjana. Ibu balita yang
menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar tidak bekerja. Jumlah
ibu yang tidak bekerja sebanyak 65 orang (84,4%) dan ibu yang bekerja
sebanyak 12 orang (15,6%).

2. Variabel Penelitian
a. Riwayat ASI eksklusif
ASI Eksklusif Frekuensi Presentase
Ya 60 77,9%
Tidak 17 22,1%

b. Status Gizi Balita

30
Status Gizi Frekuensi Presentase
Kurang 29 37,7%
Baik 48 62,3%

Analisis Bivariat

Hubungan ASI eksklusif dengan status gizi balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Pejeruk dapat dilihat pada tabel berikut :

Hasil Uji Spearman Riwayat ASI Eksklusif dan Status Gizi


ASI eksklusif
2 status gizi 2
Spearman's rho ASI eksklusif Correlation
1.000 -.103
2 Coefficient
Sig. (2-tailed) . .372
N 77 77
status gizi 2 Correlation
-.103 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .372 .
N 77 77

Dalam tabel tersebut ditunjukkan bahwa p > 0,05, dengan nilai p 0,372. Artinya
tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara riwayat ASI eksklusif
dengan status gizi balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk.

4.3 PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna
secara statistik antara riwayat ASI eksklusif dengan status gizi balita usia 12-59 bulan.
Penelitian ini bertolak belakang dengan teori yang menyebutkan bahwa pemberian
ASI dapat mencegah malnutrisi pada anak. Teori itu menyebutkan bahwa terdapat
korelasi positif antara pemberian ASI dengan status gizi anak. Semakin sering anak

31
yang mendapat perhatian (lewat menyusui) mempunyai probabilitas yang lebih baik
dibandingkan dengan bayi yang tidak disusui atau disusui tapi hanya sebentar saja.
Karena adanya pertambahan umur bayi yang disertai kenaikan berat badan maupun
tinggi badan, maka kebutuhan akan energi maupun nutrient akan bertambah pula
(Adriani, 2012).
Saat menginjak usia 6 bulan ke atas, ASI sebagai sumber nutrisi sudah tidak
mencukupi kebutuhan gizi bayi yang terus berkembang, sehingga anak perlu
diberikan makanan pendamping ASI (Waryana, 2010). Kebutuhan gizi anak terus
bertambah sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh yang cukup
pesat. Hal itu dapat dipengaruhi oleh umur, kecepatan pertumbuhan, banyaknya
aktivitas fisik, efisiensi penyerapan dan utilisasi makanannya (Adriani, 2012). Oleh
karena itu, kebutuhan zat gizi bayi umur 0-6 bulan berbeda dengan anak usia 7-36
bulan.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Basit pada
tahun 2012 dimana melalui penelitiannya Risk factors for under-nutrition among
children aged one to five years in Udupi taluk of Karnataka, India diperoleh hasil
bahwa tidak ditemukan adanya hubungan antara status gizi dengan rendahnya
pemberian ASI Eksklusif, pengetahuan ibu dan sanitasi lingkungan.
Andajani dkk (2010), menyatakan tidak adanya hubungan antara pemberian ASI
Eksklusif dengan status gizi balita dikarenakan sebagian besar ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang kurang.
Pendidikan pada satu sisi mempunyai dampak positif yaitu ibu mengerti akan
pentingnya pemeliharaan kesehatan termasuk pemberian ASI ekslusif. Rendahnya
tingkat pengetahuan ibu tentang ASI menyebabkan ibu tidak memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya hal ini akan mempengaruhi status gizi balitanya. Pemberian
ASI pada bayi dianggap tidak modern dan menempatkan ibu pada kedudukan lebih
rendah dibandingkan dengan ibu golongan atas. Pengetahuan dan sikap petugas
kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang ASI sangat berpengaruh pada
keberhasilan menyusui (Asrinisa, 2009).
Memang tidak selalu bayi dengan bukan ASI eksklusif mempunyai status gizi
yang lebih buruk atau kurang dari bayi dengan ASI eksklusif. ASI eksklusif tidak
selalu menjadi faktor yang mempengaruhi status gizi, melainkan ada faktor-faktor
yang lebih mempengaruhi status gizi itu sendiri (Paramitha, 2010). Faktor-faktor
tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan

32
keluarga. Semakin tinggi pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan terdapat
kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, semakin baik pola
pengasuhan anak dan keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada.
Ketahanan pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan,
dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan (Waryana,
2010). Faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi anak adalah faktor genetik
(Proverawati, 2011).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

33
1. Balita usia 12-59 bulan di wilayah Puskesmas Pejeruk lebih banyak yang
mendapatkan ASI ekslusif daripada yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.
2. Balita usia 12-59 di wilayah Puskesmas Pejeruk lebih banyak yang memiliki gizi
baik daripada gizi buruk.
3. Tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara riwayat ASI eksklusif
dengan status gizi balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk.

5.2 Saran

1. Bagi Petugas
Diharapkan para tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Pejeruk lebih giat lagi
dalam memberikan pendidikan kepada ibu hamil dan ibu menyusui tentang
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI telah terbukti mempunyai
banyak manfaat yang baik bagi ibu dan bayi, serta tetap melanjutkan pemberian
ASI sampai balita umur 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan karena
setelah bayi berusia 6 bulan ASI tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bagi
bayi. Para tenaga kesehatan juga diharapkan tetap memberikan semangat kepada
ibu yang mempunyai balita agar tetap datang ke posyandu untuk melakukan
penimbangan balita setiap bulan agar dapat diketahui jika ada masalah malnutrisi
pada balita sehingga dapat diberikan penanganan segera.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi status gizi kurang pada balita.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M. & Wirjatmadi, B. (2012) Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana


Prenadamedia Group.

34
Andajani, Susilowati (2010) Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan
Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Anak Usia 7-36 Bulan di Posyandu
Delima 2 Dusun Sanan Desa Watugede Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.
Tersedia dalam:www.digilib.unair.ac.id [Accesed 21 Desember 2016]

Asrinisa R., Khomsan (2009) Pengetahuan, Sikap, dan Praktek ASI Ekslusif Serta Status Gizi
Bayi Usia 4-12 Bulan di Pedesaan dan Perkotaan. Tersedia
dalam:www.jurnal_gizi_dan_pangan.com.[Accesed 21 Desember 2016]

Buku Kuliah I. (2007). Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Indonesia: Jakarta

Depkes RI. (2002). Pedoman Pemantauan Status Gizi Posyandu. Direktorat Gizi
Masyarakat Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. EGC: Jakarta

Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. (2012). Profil Dinas Kesehatan Provinsi
Nusa Tenggara Barat Tahun 2012. Mataram

Kementeri Kesehatan RI. (2011). Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Direktorat Jenderal
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak : Jakarta.

Kemenerian Kesehatan RI (2011) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan : Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kemenkes RI : Jakarta.

Puskesmas Pejeruk. (2016). Laporan Tahunan Puskesmas Pejeruk Tahun 2015, Pejeruk.

Proverawati, A. & Kusumawati, E. (2011) Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika

Sentra Laktasi Indonesia. Mengenal ASI eksklusif.

Waryana (2010) Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihana.

35
Widyastuti, E. (2009). Hubungan Riwayat Pemberian ASI eksklusif dengan Status Gizi Bayi
6-12 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2007.

LAMPIRAN

Statistics

jenis kelamin subyek

N Valid 77

Missing 1

36
jenis kelamin subyek

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid perempuan 43 55.1 55.8 55.8

laki-laki 34 43.6 44.2 100.0

Total 77 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 78 100.0

Statistics

posyandu

N Valid 78

Missing 0

37
posyandu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 1.3 1.3 1.3

dasan sari 2 2.6 2.6 3.8

kb barat 4 5.1 5.1 9.0

kb jeruk baru 7 9.0 9.0 17.9

kb tengah 3 3.8 3.8 21.8

kb timur 19 24.4 24.4 46.2

kebun jeruk 10 12.8 12.8 59.0

moncok 5 6.4 6.4 65.4

moncok karya 1 1.3 1.3 66.7

pejeruk abian 4 5.1 5.1 71.8

pejeruk desa 21 26.9 26.9 98.7

pejeruk perluasan 1 1.3 1.3 100.0

Total 78 100.0 100.0

38
Statistics

pekerjaan ibu

N Valid 77

Missing 1

39
pekerjaan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak bekerja 65 83.3 84.4 84.4

bekerja 12 15.4 15.6 100.0

Total 77 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 78 100.0

Statistics

pola asuh

N Valid 77

Missing 1

40
pola asuh

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid pola asuh tidak baik 21 26.9 27.3 27.3

pola asuh baik 56 71.8 72.7 100.0

Total 77 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 78 100.0

41
Statistics

pendidikan ibu

N Valid 77

Missing 1

pendidikan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid pendidikan rendah 34 43.6 44.2 44.2

pendidikan tinggi 43 55.1 55.8 100.0

Total 77 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 78 100.0

42
Statistics

pendidikan ibu

N Valid 77

Missing 1

pendidikan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 11 14.1 14.3 14.3

SMP 23 29.5 29.9 44.2

SMA 32 41.0 41.6 85.7

perguruan tinggi 11 14.1 14.3 100.0

Total 77 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 78 100.0

43
Statistics

berat badan lahir

N Valid 77

Missing 1

berat badan lahir

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <2500 17 21.8 22.1 22.1

>2500 60 76.9 77.9 100.0

Total 77 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 78 100.0

44
Statistics

ASI eksklusif 2

N Valid 77

Missing 1

ASI eksklusif 2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid asi eksklusif 60 76.9 77.9 77.9

non asi eksklusif 17 21.8 22.1 100.0

Total 77 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 78 100.0

45
Statistics

frekuensi pemberian ASI

N Valid 77

Missing 1

frekuensi pemberian ASI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 70 89.7 90.9 90.9

1 7 9.0 9.1 100.0

Total 77 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 78 100.0

46
Statistics

status gizi 2

N Valid 77

Missing 1

status gizi 2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid gizi kurang 29 37.2 37.7 37.7

gizi baik 48 61.5 62.3 100.0

Total 77 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 78 100.0

47
Correlations

ASI eksklusif 2 status gizi 2

Spearman's rho ASI eksklusif 2 Correlation Coefficient 1.000 -.103

Sig. (2-tailed) . .372

N 77 77

status gizi 2 Correlation Coefficient -.103 1.000

Sig. (2-tailed) .372 .

N 77 77

48
KUESIONER

No Responden :

Tanggal :

A. Identitas Balita

A.1 Nama : .....................................................

A.2 Tanggal Lahir : .....................................................

A.3 Jenis Kelamin : ......................................................

A.4 Anak ke berapa : .

B. Identitas Orang Tua

B.1 Nama Ibu : .....................................................

B.2 Umur : .....................................................

B.3 Pekerjaan Ibu : .....................................................

B.4 Suku Suami : .

B.5 Suku Ibu :

B.6 Alamat : .

B.7 No telepon : .

C. Status Gizi

C.1 Berat Badan anak ibu :

C.2 Umur anak Ibu : .

49
Pilihlah semua pertanyaan dengan memilih satu jawaban. Dengan memberikan tanda

silang (X) yang sesuai dengan keadaan ibu.

1. Apa pendidikan formal terakhir yang pernah ibu ikuti?

a. Tidak sekolah

b. Tamat SD

c. Tamat SMP

d. Tamat SMA

e. Tamat perguruan tinggi

2. Berapa berat badan anak ibu saat lahir?

a. <2500 gram
b. >2500 gram

3. Apa yang ibu berikan selama 6 bulan pertama usia anak ibu?

a. ASI (Air Susu Ibu) saja

b. ASI dan susu formula

c. Susu formula, air putih atau makanan lain seperti pisang dan lain-lain

4. Berapa kali ibu memberi ASI untuk anak ibu dalam satu hari?

a. Lebih dari 8 kali

b. Kurang dari 8 kali

5. Pada usia berapa anak Anda berhenti disusui (disapih)?

a. Kurang dari 2 tahun

b. Lebih dari 2 tahun

6. Berapa kali ibu memberi makan anak dalam sehari?

a. 3 kali

50
b. <3 kali

c. >3 kali

7. Apakah waktu pemberian makan diberikan secara teratur?

a. Teratur b. Kadang-kadang teratur c. Tidak pernah teratur

8. Jenis makanan yang diberikan kepada anak setiap anak makan dalam sehari?

a. jenis yang berbeda setiap kali makan

b. kadang-kadang berbeda jenis setiap kali makan

c. jenis yang sama setiap kali makan

9. Bagaimana ragam makanan yang diberikan kepada anak?

a. selalu beraneka ragam

b. sekali-kali beraneka ragam

c. tidak pernah beraneka ragam

10. Apakah makanan yang diberikan selalu memenuhi syarat empat sehat lima sempurna?

a. Ya (makanan pokok+lauk pauk+sayur mayur+buah-buahan+susu)

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

11. Bagaimana reaksi anak setiap makan?

a. Senang (menunjukkan ketertarikan terhadap makanan)

b. Kadang senang, kadang menangis

c. Menangis (tidak mau makan)

12. Situasi yang diciptakan ibu pada saat makan?

a. Menyenangkan bagi anak (sambil bermain)

b. Kadang-kadang menyenangkan bagi anak, kadang membosankan

51
c. Membosankan pada anak (dimeja makan/tempat yang sama setiap hari)

13. Apakah makanan dihabiskan oleh anak?

a. Dihabiskan

b. Kadang-kadang habis

c. Tidak pernah habis

14. Bila anak tidak mau makan, apa yang ibu lakukan?

a. Membujuk b. Memaksa c. Membiarkan

15. Apakah anak selalu didampingi saat makan?

a. Selalu b. Kadang-kadang c.Tidak pernah

16. Apakah ibu selalu memberikan makanan jajanan pada anak

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

17. Apakah ada perlakuaan makanan untuk anak diutamakan daripada anggota keluarga
lainnya?

a.Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

18. Apakah ibu selau menyiapkan makanan untuk anak ibu?

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

52

Anda mungkin juga menyukai