Permasalahan
Data PIS-PK yang dilaksanakan pada tahun 2019 oleh Puskesmas Nagreg, masih terdapat
beberapa keluarag yang mememiliki Indeks Keluarga Sehat <0.05. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa keluarga tersebut masih termasuk dalam keluarga prasehat. Hal ini dapat mempengaruhi
pembangunan sumber daya manusia di Indonesia pada masa yang akan datang. Terdapat
beberapa faktor penyebab antara lain rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya tingkat
sosioekonomi, dan ketidakpedulian dari pihak desa.
Pelaksanaan
Waktu : Rabu, 2 Desember 2020 pukul 09.00
Tempat : Rumah Keluarga Prasehat RW 05 Kampung Babakan Desa Nagreg
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
Reizza Dwitara Pramodya, S.Tr.Keb (Bidan Desa Nagreg)
Ibu Cucu (Kader Posyandu RW 05 Kampung Babakan Desa Nagreg)
Peserta : Keluarga Bapak Nanang Hambali beserta 3 anggota keluarganya yang lain
Permasalahan
Data PIS-PK yang dilaksanakan pada tahun 2019 oleh Puskesmas Nagreg, masih terdapat
beberapa keluarag yang mememiliki Indeks Keluarga Sehat <0.05. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa keluarga tersebut masih termasuk dalam keluarga prasehat. Hal ini dapat mempengaruhi
pembangunan sumber daya manusia di Indonesia pada masa yang akan datang. Terdapat
beberapa faktor penyebab antara lain rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya tingkat
sosioekonomi, dan ketidakpedulian dari pihak desa.
Pelaksanaan
Waktu : Rabu, 2 Desember 2020 pukul 09.00
Tempat : Rumah Keluarga Prasehat Kampung Pasanggrahan Desa Citaman
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
Nika, Amd.Keb (Bidan Desa Citaman)
Ibu Asri (Kader Posyandu Kampung Pasanggrahan Desa Citaman)
Peserta : Keluarga Ibu Ipah Saripah beserta 3 anggota keluarganya yang lain (anak)
Permasalahan
Angka tuberculosis yang masih tinggi di Indonesia, terutama Jawa Barat, khususnya
Kabupaten Bandung membutuhkan intervensi secara menyeluruh bagi seluruh tenaga kesehatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung menyebutkan bahwa terdapat 6.845 orang yang menderita
tuberculosis di Kabupaten Bandung pada 2019. Angka ini juga diikuti dengan kenaikan angka
kematian akibat tuberculosis sebesar 152 orang.
Dokter PIDI sebagai dokter yang baru lulus membutuhkan pembiasaan dalam
penanganan pasien TB dan cara penanganan TB sesuai kaidah DOTS. Hal ini karena dokter
umum diharapkan menjadi garda terdepan dalam penanggulangan dan pemberantasan TB di
Indonesia.
Pelaksanaan
Waktu : Selasa, 16 Februari 2021 Pukul 08.00
Tempat : Klinik TB Puskesmas Nagreg
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
Yani Suryani, Amd.Kep (PJ Pelayanan TB)
Peserta : Pasien TB sebanyak 30 orang
Permasalahan
Kampung Margaasih, Desa Ganjarsabar, Kecamatan Nagreg merupakan salah satu
wilayah yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Nagreg. Kampung Margaasih berjarak 3
km dari Puskesmas Nagreg. Meskipun jarak kampung dengan puskesmas tidak terlalu jauh,
mayoritas penduduk Kampung Margaasih adalah lansia, sehingga mobilitas penduduk menuju
puskesmas terhambat. Selain itu mayoritas penduduk Kampung Margaasih juga berada di garis
kemiskinan, sehingga penduduk merasa berat untuk mengakses puskesmas saat mengeluhkan
sakit. Tingkat pendidikan yang rendah juga turut berkontribusi terhadap rendahnya akses
penduduk terhadap masyarakat.
Kelompok orang lanjut usia yang menjadi dominasi penduduk Kampung Margaasih Desa
Ganjarsabar menjadikan kampung tersebut rawan mengalami gejala penyakit kejiwaan lansia.
Hal ini ditandai dengan banyaknya lansia warga Kampung Margaasih yang mengalami gejala-
gejala gangguan jiwa, meliputi kesulitan tidur, gangguan saluran cerna, dan gatal-gatal. Selain itu
gangguan kesehatan jiwa yang dialami lansia menyebabkan meraka mengalami gangguan nafsu
makan sehingga dapat memicu terjadinya gastritis, bahkan ulkus lambung.
Pelaksanaan
Waktu : 19 Desember 2020 pukul 09.00
Tempat : Rumah Ketua RW 13 Kampung Margaasih Desa Ganjarsabar Kecamatan
Nagreg
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
Ucu Hamida, AMK (PJ Lansia)
Asep Syamsurrizal, AMK (PJ Puskesmas Keliling)
Nika, Amd.Keb (PJ Kesehatan Jiwa)
Peserta : Warga RW 13 Kampung Margaasih Desa Ganjarsabar Kecamatan Nagreg
sebanyak 80 orang
Permasalahan
Kampung Lebakjero, Desa Ciherang, Kecamatan Nagreg merupakan salah satu wilayah
yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Nagreg. Kampung Lebakjero berjarak +-7km dari
Puskesmas Nagreg. Kampung Lebakjero meruapakan salah satu kampung yang lokasinya berada
pada posisi paling barat di wilayah Kecamatan Nagreg. Kampung Lebakjero berbatasan langsung
dengan Kampung Cibonteng, Desa Gandamekar, Kecamatan Kadungora yang berada di bawah
naungan Puskesmas Kadungora. Jarak kampung yang jauh tersebut menjadikan pelayanan
kesehatan bagi warga Kampung Lebakjero terbatas. Selain itu warga masyarakat yang
didominasi lansia menyebabkan mobilitas mereka ke Puskesmas Nagreg menjadi terhambat.
sehingga mobilitas penduduk menuju puskesmas terhambat. Penduduk Kampung Lebakjero juga
banyak yang berada di bawah garis kemiskinan, sehingga penduduk merasa berat untuk
mengakses puskesmas saat mengeluhkan sakit. Tingkat pendidikan yang rendah juga turut
berkontribusi terhadap rendahnya akses penduduk terhadap masyarakat.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh warga Kampung
Lebakjero, terutama para lansia. Hal ini diakibatkan oleh faktor makanan dan minuman yang
dikonsumsi warga. Masyarakat masih banyak yang mengonsumsi makanan dengan kadar garam
yang tinggi, seperti ikan asin dan kerupuk. Minuman manis pun masih menjadi idola warga
untuk menghilangkan dahaga. Faktor lain adalah perubahan tingkat sosioekonomi yang
menjadikan warga tidak terlalu aktif dalam melakukan olahraga dan gerak tubuh.
Pelaksanaan
Waktu : Sabtu, 9 Januari 2021 pukul 09.00
Tempat : Posyandu RW 11 Kampung Lebakjero Desa Ciherang Kecamatan Nagreg
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
Ucu Hamidah, AMK (PJ Lansia)
Asep Syamsurrizal, AMK (PJ Puskesmas Pembantu)
Fenti Widianti, Amd.Keb (Bidan Desa Ciherang)
Endah Ariftiati B. S., Amd.G
Peserta : Warga RW 11 Kampung Margaasih Desa Ciherang Kecamatan Nagreg
sebanyak 60 orang
Permasalahan
Kampung Cipeuti, Desa Citaman, Kecamatan Nagreg merupakan salah satu wilayah yang
berada dalam wilayah kerja Puskesmas Nagreg. Kampung Cipeuti berjarak +-4km dari
Puskesmas Nagreg. Kampung Cipeuti meruapakan salah satu kampung yang lokasinya berada
pada posisi paling barat di wilayah Kecamatan Nagreg. Kampung Cipueti berbatasan langsung
dengan Desa Nagrog, Kecamatan Cicalengka yang berada di bawah naungan Puskesmas Sawah
Lega. Jarak kampung yang jauh tersebut menjadikan pelayanan kesehatan bagi warga Kampung
Cipeuti terbatas. Selain itu warga masyarakat yang didominasi lansia menyebabkan mobilitas
mereka ke Puskesmas Nagreg menjadi terhambat. sehingga mobilitas penduduk menuju
puskesmas terhambat. Penduduk Kampung Margaasih juga banyak yang berada di bawah garis
kemiskinan, sehingga penduduk merasa berat untuk mengakses puskesmas saat mengeluhkan
sakit. Tingkat pendidikan yang rendah juga turut berkontribusi terhadap rendahnya akses
penduduk terhadap masyarakat.
Pelaksanaan protokol kesehatan di Kampung Cipeuti masih belum dijalankan sesuai
dengan seharusnya. Masih terdapat banyak warga masyarakat yang berlalu-lalang di jalanan
kampung tanpa mengenakan masker. Pada beberapa tempat di Kampung Cipeuti juga terdapat
beberapa warga masyarakat yang berkumpul tanpa memperhatikan protokol kesehatan.
Pelaksanaan
Waktu : Kamis, 28 Januari 2021 pukul 09.00
Tempat : Rumah Ketua RW 05 Kampung Cipeuti Desa Citaman Kecamatan Nagreg
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
Ucu Hamidah, AMK (PJ Lansia)
Asep Syamsurrizal, AMK (PJ Puskesmas Keliling)
Nika, Amd.Keb (Bidan Desa Citaman)
Endah Ariftiati B. S., Amd.G
Peserta : Warga RW 05 Kampung Cipeuti Desa Citaman Kecamatan Nagreg sebanyak 80
orang
Permasalahan
Cara mencuci tangan yang baik dan benar menurut WHO belum banyak diketahui dan
difahami oeh sebagian besar masyarakat, terutama anak-anak, balita, dan ibu rumah tangga. Hal
ini menyebabkan masih tingginya angka kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Nagreg.
Selain itu angka kejadian demam tifoid di wilayah kerja Puskesmas Nagreg juga masih tinggi.
Selain itu menurut pengamatan masih banyak anak-anak dan balita yang tidak mencuci
tangannya saat akan dan setelah makan. Beberapa anak dan balita juga mencuci tangan ala
kadarnya, bahkan masih banyak ditemui mereka mencuci tangan tanpa sabun.
Penyelenggaraan posyandu yang belum optimal juga menjadi salah satu faktor tingginya
angka diare yang dapat menyebabkan kenaikan angka stunting. Hal ini karena posyandu
memegang peranan penting dalam memantau dan mengintervensi tumbuh kembang balita. Salah
satu faktor yang menyebabkan osyandu belum dapat berjalan optimal adalah kurangnya
sokongan material dan nonmaterial dari pemegang kebijakan, dalam hal ini pihak desa.
Pelaksanaan
Waktu : 5 Februari 2021 pukul 09.00
Tempat : Posyandu RW 10 Kampung Kaledong Desa Ciherang
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
Fenti Windianti, Amd.Keb (Bidan Desa Ciherang)
Peserta : Balita, anak-anak, dan orang tua balita di RW 10 Kampung Kaledong Desa
Ciherang
Permasalahan
Jumlah pasien terkonfirmasi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Nagreg semakin
meningkat. Pasien-pasien terkonfirmasi tersebut yang tidak menunjukkan gejala Covid-19
diminta untuk melakukan isolasi mandiri di rumahnya masing-masing. Selain itu jumlah pasien
kontak erat di wilayah kerja Puskesmas Nagreg juga semakin meningkat. Pasien tersebut juga
diminta melakukan isolasi mandiri selama 10 hari sampai pasien tidak menunjukkan gejala
apapun atau setelah menerima hasil negatif dalam pemeriksaan usap PCR. Pasien yang
melakukan isolasi mandiri tersebut perlu dipantau keadaan kesehatannya agar dapat memberikan
intervensi dan terapi yang tepat. Selain itu pelonggaran dan ketidaktegasan PSBB membuat
pasien-pasien kontak erat tersebut memiliki beberapa risiko penularan ke orang lain yang tidak
disadari oleh pasien.
Permasalahan
Salah satu penyebab stunting adalah nafsu makan anak yang rendah. Anak cenderung
tidak mau makan. Diet makan yang rendah menyebabkan balita mengalami kekurangan energi
dan nutrisi. Pada kondisi yang lebih lanjut kekurangan energi dan nutrisi menyebabkan hambatan
dalam kinerja sel-sel tubuh. Hal ini pada skala yang lebih besar menyebabkan anak mengalami
hambatan pertumbuhan dan berkembangan, baik dalam berat badan, tinggi badan, dan
kemampuan berpikir. Hal ini bila terjadi pada skala nasional dapat menyebabkan hambatan
dalam pertumbuhan negara, baik dalam sektor ekonomi maupun kemanusiaan.
Penyelenggaraan posyandu yang belum optimal juga menjadi salah satu faktor tingginya
angka stunting. Hal ini karena posyandu memegang peranan penting dalam memantau dan
mengintervensi tumbuh kembang balita. Salah satu faktor yang menyebabkan osyandu belum
dapat berjalan optimal adalah kurangnya sokongan material dan nonmaterial dari pemegang
kebijakan, dalam hal ini pihak desa.
Pelaksanaan
Waktu : Rabu, 2 Desember 2020 Jam 09.00
Tempat : Posyandu RW 5 Desa Nagreg
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
Peserta : Orang tua balita dan anaknya sebanyak 23 orang dan kader posyandu sebanyak
8 orang
Permasalahan
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tergolong cukup tinggi, menurut hasil
Survey Kesehatan Demografi Indonesia (SKDI) tahun 2007, secara Nasional AKI Indonesai
untuk periode 2003-2007 adalah 288 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian
Bayi (AKB) indonesia 2007 adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup. AKI merupakan indikator
derajat kesehatan di suatu negara.
Angka balita stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Data Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 menunjukkan bahwa status gizi balita (BB/U) untuk gizi kurang (underweight)
sebesar 13,9% dan berat badan sangat kurang (severely underweight) sebesar 5,7%ka juga masih
cukup tinggi. Angka stunting ini tersebar merata di semua desa yang berada wilayah kerja
Puskesmas Cicalengka. Salah satu desa dengan angka stunting tinggi adalah Desa Cikuya.
Kumunculan kasus stunting di suatu daerah merupakan masalah serius yang harus segera
dilakukan penanganan.
Pelaksanaan
Waktu : 1 - 20 Oktober 2020
Tempat : Posyandu RW 1 - 13 Desa Cikuya
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
dr. Indra Budi Permana (dokter intership)
dr. Winanda Wisesa Moestopo (dokter internsip)
Wini Dwi Astuti, Amd.Keb (Bidan Desa Cikuya)
Kader Posyandu Desa Cikuya sebanyak 30 orang
Sasaran : Bayi, balita, dan ibu hamil
Permasalahan
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tergolong cukup tinggi, menurut hasil
Survey Kesehatan Demografi Indonesia (SKDI) tahun 2007, secara Nasional AKI Indonesai
untuk periode 2003-2007 adalah 288 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian
Bayi (AKB) indonesia 2007 adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup. AKI merupakan indikator
derajat kesehatan di suatu negara.
Angka balita stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Data Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 menunjukkan bahwa status gizi balita (BB/U) untuk gizi kurang (underweight)
sebesar 13,9% dan berat badan sangat kurang (severely underweight) sebesar 5,7%ka juga masih
cukup tinggi. Angka stunting ini tersebar merata di semua desa yang berada wilayah kerja
Puskesmas Cicalengka. Kemunculan kasus stunting di suatu daerah merupakan masalah serius
yang harus segera dilakukan penanganan.
Pelaksanaan
Waktu : 1 - 15 Oktober 2020
Tempat : Posyandu RW 1 - 13 Desa Cikuya
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
dr. Indra Budi Permana (dokter intership)
dr. Winanda Wisesa Moestopo (dokter internsip)
Erliyana Santika, Amd.Keb (Bidan Desa Cicalengka Kulon)
Kader Posyandu Desa Cicalengka Kulon sebanyak 25 orang
Sasaran : Bayi, balita, dan ibu hamil
Permasalahan
Kabupaten Bandung mengalami lonjakan kasus konfirmasi Covid-19 sejak awal
november 2020. Data yang dikeluarkan oleh Dinkes Kabupaten Bandung pada 10 November
2020 menunjukkan bahwa terdapat 1224 kasus konfirmasi dengan 46 angka kematian dan 249
angaka kesembuhan. Selain itu terapat 4.129 kasus kontak erat di Kabuoaten Bandung.
Awal november di Kecamatan Cicalengka dilaporkan terdapat 38 kasus positif. Selain itu
data juga menunjukkan bahwa tiap harinya terdapat penambahan 17 kasus. Salah satu cluster
yang muncul di Kecamatan Cicalengka adalah cluster PT S. Pada awal november dilaporkan
terdapat 30 karyawan PT S yang terkonfirmasi positif Covid-19 berdasarkan hasil Tes Usap
dengan metode PCR.
Pelaksanaan
Waktu : 10 November 2020 Jam 07.00
Tempat : Pabrik PT S
Pelaksana : dr. Yanti Fadillah, M.M.RS (Kepala Puskesmas - Dokter Pendamping PIDI)
dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
Sani Dewi Untari (Epidemiolog Kesehatan Puskesmas Cicalengka)
Wini Dwi Astuti (Bidan Puskesmas Cicalengka)
Tenaga Kesehatan dari Puskesmas Nagreg dan Puskesmas Sawahlega
Sasaran : Seluruh karyawan PT S sebanyak 330 orang
Permasalahan
Pada penyelenggaraan pemilihan umum 2020, terdapat 894 anggota KPPS meninggal
dunia akibat kelelahan. Hal ini menjadikan pemeriksaan kesehatan bagi anggota KPPS menjadi
elemen penting dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah di tahun 2020. Selain itu
anggota KPPS yang sehat secara jasmani dan rohani diharapkan melahirkan pemilihan kepala
daerah yang sukses dan baik secara kualitas.
Pelaksanaan
Waktu : 10 - 17 Oktober 2020
Tempat : Halaman Puskesmas Cicalengka
Pelaksana : Seluruh Tenaga Kesehatan Puskesmas Cicalengka
Sasaran : KPPS Kecamatan Cicalengka Tahun 2020 sebanyak 1200 orang
Permasalahan
Kasus positif Covid-19 melonjak tajam dan menjadikan Kecamatan Cicalengka peringkat
pertama kecamatan di Kabupaten Bandung dengan kasus positif Covid-19 terbanyak.
Penambahan kasus rerata per hari di Kecamatan Cicalengka mencapai 17 kasus hari.
Pelaksanaan protokol kesehatan dan 3M di masyarakat, terutama di tempat umum juga masih
kurang displin. Masjid Besar sebagai salah satu titik pertemuan banyak orang menjadi tempat
yang sangat berisiko sebagai cluster baru penularan Covid-19. Selain itu jama’ah Masjid Besar
Cicalengka masih banyak yang belum menerapkan protokol kesehatan. Pelaksanaan protokol
kesehatan saat ibadah sholat jum’at juga masih belum dijalankan. Jama’ah ibadah sholat jum’at
banyak yang tidak memakai masker. Selain itu jama’ah juga masih berdesak-desakan saat
pelaksanaan ibadah sholat jum’at.
Pelaksanaan
Waktu : 6 November 2020 Jam 11.30
Tempat : Masjid Besar Kecamatan Cicalengka
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
dr. Indra Budi Permana (dokter intership)
dr. Abdul Aziz (dokter Puskesmas Cicalengka)
DKM Masjid Besar Cicalengka
Sasaran : Jama’ah ibadah sholat jum’at Masjid Besar Cicalengka
Latar Belakang
Anak mengalami pertumbuhan sesuai dengan usianya. Namun beberapa keadaan akan
mempengaruhi pertumbuhan sehingga muncul gangguan. Menurut Data World Health
Organization (WHO) tahun 2002 menyebutkan penyebab kematian balita urutan pertama
disebabkan gizi buruk dengan angka 54 %. Pengelompokan prevelensi gizi kurang berdasarkan
WHO, Indonesia pada tahun 2004 tergolong negara dengan status kekurangan gizi yang tinggi
karena 28,47% balita Indonesia termasuk kelompok gizi kurang dan gizi buruk.
Usia balita merupakan usia pra sekolah dimana seorang anak akan mengalami tumbuh
kembang dan aktivitas yang sangat pesat dibandingkan dengan ketika masih bayi, kebutuhan zat
gizi akan meningkat. Sementara pemberian makanan juga akan lebih sering. Pada usia ini, anak
sudah mempunyai sifat konsumen aktif, yaitu mereka sudah bisa memilih makanan yang
disukainya. Seorang ibu yang telah menanamkan kebiasaan makan dengan gizi yang baik pada
usia dini tentunya sangat mudah mengarahkan makanan anak, karena anak telah mengenal
makanan yang baik pada usia sebelumnya. Oleh karena itu, pola pemberian makanan sangat
penting diperhatikan. Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah
faktor ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan, dan lingkungan. Pola makan yang baik perlu
dibentuk sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi dan pola makan yang tidak sesuai akan
menyebabkan asupan gizi berlebih atau sebaliknya kekurangan. Asupan berlebih menyebabkan
kelebihan berat badan dan penyakit lain yang disebabkan oleh kelebihan gizi. Sebaliknya asupan
yang kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap
penyakit. Sehingga pola makan yang baik juga perlu dikembangkan untuk menghindari interaksi
negatif dari zat gizi yang masuk dalam tubuh. Interaksi dapat terjadi antara suatu zat gizi dengan
yang lain, atau dengan zat non gizi. Masing-masing interaksi dapat bersifat positif (sinergis),
negatif (antogenesis), dan kombinasi di antara keduanya. Interaksi disebut positif jika membawa
keuntungan, sebaliknya disebut negatif jika merugikan. Interaksi antara zat gizi dapat
meningkatkan penyerapan, atau sebaliknya menggangu penyerapan zat gizi lain.
Pola makan pada balita sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan pada balita,
karena dalam makanan banyak mengandung gizi. Gizi menjadi bagian yang sangat penting
dalam pertumbuhan. Gizi di dalamnya memiliki keterkaitan yang sangat erat hubungannya
dengan kesehatan dan kecerdasan. Apabila mengalami defisiensi gizi, maka kemungkinan besar
anak akan mudah terkena infeksi. Gizi ini sangat berpengaruh terhadap nafsu makan. Jika pola
makan tidak tercapai dengan baik pada balita maka pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh
kurus, pendek bahkan bisa terjadi gizi buruk pada balita.
Permasalahan
Angka balita stunting Desa Cikuya masih cukup tinggi. Selain itu setiap pelaksanaan
posyandu, banyak orang tua yang mengeluhkan bahwa anaknya susah untuk menyantap
makanan. Pengetahuan orang tua mengenai makanan anak juga masih rendah. Hal ini tampak
saat pelaksanaan posyandu, masih banyak anak < 1 tahun yang diberikan makanan berat dan
keras. Pemberian makanan yang tidak tepat tersebut juga menyebabkan kenaikan angka
penderita diare yang datang ke Puskesmas Cicalengka.
Perencanaan dan Intervensi
Dokter Intersip berkoordinasi dengan Bidan Desa Cikuya untuk pelaksanaan penyuluhan
menegnai pemilihan makanan sesuai anak. Penyuluhan dijadwalkan pada tanggal 3 Oktober
2020 sesuai dengan pelaksanaan posyandu RW 2 dan RW 3 Desa Cikuya. RW 2 dan RW 3
dipilih karena di kedua wilayah tersebut merupakan wilayah dengan jumlah balita tertinggi di
Desa Cikuya.
Promosi ksesehatan yang dipilih berupa penyuluhan. Para orang tua beserta balita
dikumpulkan di gazebo posyandu, kemudia dilakukan penyuluhan. Penyuluhan dimodifikasi
dengan konsep diskusi interaktif. Selain itu penyuluhan juga menggunakan media elektronik
berupa gambar sebagai alat bantu penyuluhan. Diharpkan dengan alat bantu, para orang tua dapat
memahami makanan yang sesuai usia anaknya. Makanan tambahan yang telah disiapkan oleh
kader psyandu juga dijadikan media penyuluhan dengan menjelaskan mengenai nutrisi apa saja
yang terkandung di dalamnya.
Pelaksanaan
Waktu : 3 Oktober 2020 Jam 10.00
Tempat : Posyandu RW 2 dan RW 3 Desa Cikuya
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
dr. Winanda Wisesa Moestopo (dokter internship)
Wini (Bidan Desa Cikuya)
Kader Posyandu Desa Cicalengka Wetan sebanyak 10 orang
Ibu RW 3 dan RW 3
Ibu Kades Cikuya
Peserta : Balita beserta orang tuanya sebanyak 25 orang
Permasalahan
Bulan penimbangan balita yang dilaksanakan pada bulan agustus 2020 menunjukkan
bahwa terdapat 40 balita yang mengalami stunting. Angka stunting yang tinggi ini membutuhkan
penanganan yang cepat. Data ini merupakan hal yang penting bagi puskesmas, sehingga harus
dilakukan pemeriksaan mengenai kebenaran data yang diperoleh tersebut. Hal ini karena saat
bulan penimbangan balita tersebut, penimbangan dilakukan dengan alat timbang dan pengukur
yang berbeda-beda sesuai dengan posyandu yang dilakukan di tiap RW. Selain itu faktor human
error yang dilakukan oleh kader posyandu juga harus diperhitungkan. Hal ini dilakukan agar
didapatkan data yang sebenar-benarnya.
Pelaksanaan
Waktu : 6 Oktober 2020 Jam 08.00
Tempat : Klinik Gizi Puskesmas Cicalengka
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
Elis Nuraeni, Amd.Gizi (PJ Gizi Puskesmas Cicalengka)
Hani Hafianti Solihat, AMG (Nutritionist Puskesmas Cicalengka)
Peserta : Balita tersangka stunting beserta orang tuanya sebanyak 40 orang
Permasalahan
Angka balita stunting Desa Cicalengka Wetan masih cukup tinggi. Data terakhir
menunjukkan bahwa terdapat 10 balita stunting di Desa Cicalengka Wetan. Stunting merupakan
masalah serius yang harus cepat ditangani, karena dapat mengakibatkan hambatan pertumbuhan
dan perkembangan anak. 1 kejadian stunting di suatu wilayah sudah merupakan suatu kejadian
luar biasa.
Pelaksanaan
Waktu : 4 November 2020 Jam 10.00
Tempat : Rumah Bu Nur (Kader Posyandu Desa Cicalengka Wetan)
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
Ira Permata, Amd.Farm (PJ Kesehatan Tradisional Puskesmas
Cicalengka)
Kader Posyandu Desa Cicalengka Wetan sebanyak 3 orang
Kepala Desa Cicalengka Wetan
Peserta : Balita beserta orang tuanya sebanyak 10 orang
Permasalahan
Wanita Usia Subur dengan potensi kehamilan risiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas
Cicalengka masih cukup tinggi. Metode KB yang banyak diminati Pasangan Usia Subur (PUS)
di wilayah kerja Puskesmas Cicalengka juga masih menggunakan metode KB non-MKJP
(Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) yang memiliki efektivitas rendah. Selain itu KB non-
MKJP mengharuskan ketekunan, ketelitian, dan ketaatan PUS (Pasangan Usia Subur) dalam
menjalankannya.
Pelaksanaan
Waktu : 15 September 2020 Jam 08.00
Tempat : Klinik KB Puskemas Cicalengka
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
Suhanah, Amd.Keb (PJ Klinik KB)
Erliyana Santika, Amd.Keb
Kusmiyati, S.St
Ergus Tuti Sukaharina, Amd.Keb
Kader Posyandu Desa Waluya
Peserta : Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Waluya sebanyak 60 orang
Permasalahan
Kasus positif Covid-19 melonjak tajam dan menjadikan Kecamatan Cicalengka peringkat
pertama kecamatan di Kabupaten Bandung dengan kasus positif Covid-19 terbanyak.
Penambahan kasus rerata per hari di Kecamatan Cicalengka mencapai 17 kasus hari.
Pelaksanaan protokol kesehatan dan 3M di masyarakat, terutama di tempat umum juga masih
kurang displin. Alun-alun sebagai salah satu titik pertemuan banyak orang menjadi tempat yang
sangat berisiko sebagai cluster baru penularan Covid-19. Selain itu warga Cicalengka masih
banyak yang berkumpul dan berkerumun di alun-alun untuk sekedar aktivitas hiburan, serta
belum menerapkan protokol kesehatan dan 3M.
Pelaksanaan
Waktu : 26 September 2020 Jam 08.00
Tempat : Alun-alun Cicalengka
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
Anggia Murni Saleha, SKM (PJ Promosi Kesehatan Puskesmas
Cicalengka)
Sani Dewi Untari (Epidemiolog Kesehatan Puskesmas Cicalengka)
Erliyana Santika, Amd.Keb (Bidan Desa Cicalengka Kulon)
Ibu Camat Cicalengka
Permasalahan
Kasus positif Covid-19 melonjak tajam di Kecamatan Cicalengka dan menjadikan
Kecamatan Cicalengka peringkat pertama kecamatan di Kabupaten Bandung dengan kasus
positif Covid-19 terbanyak. Penambahan kasus rerata per hari di Kecamatan Cicalengka
mencapai 17 kasus hari. Pelaksanaan protokol kesehatan dan 3M di masyarakat, terutama di
tempat umum juga masih kurang displin. Pasar dan terminal sebagai salah satu titik pertemuan
banyak orang menjadi tempat yang sangat berisiko sebagai cluster baru penularan Covid-19.
Selain itu di pasar dan terminal masih banyak dijumpai warga yang belum menerapkan protokol
kesehatan dan 3M.
Pelaksanaan
Waktu : 3 November 2020 Jam 09.00
Tempat : Pasar Sabilulungan dan terminal Kecamatan Cicalengka
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
dr. Winanda Wisesa Moestopo (dokter internship)
Anggia Murni Saleha, SKM (PJ Promosi Kesehatan Puskesmas
Cicalengka)
Perwakilan pengelola Pasar Sabilulungan 1 orang
Perwakilan Koramil Cicalengka sebanyak 3 orang
Permasalahan
Wilayah Cicalengka, khususnya Desa Cicalengka Wetan masih memiliki beberapa
masalah kesehatan yang belum terselesaikan. Permasalahan tersebut antara lain mengenai
sanitasi yang buruk, angka penderita penyakit menahun yang tidak tertangani masih tinggi,
keikutsertaan dalam asuransi kesehatan nasional yang rendah, ODGJ yang belum mendapat
akses pelayanan kesehatan, dan masih banyak lagi. Pemecahan masalah tersebut diawali dengan
penggalian yang dilakukan oleh masyarakat sendiri agar masyarakat dapat mengenali
permasalahan yang dimilikinya sehingga diharapkan masyarakat dapat menentukan solusi
terbaik dari masalah tersebut.
Pelaksanaan
Waktu : 1 Oktober 2020 Jam 09.00
Tempat : Aula Puskesmas Cicalengka
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
Anggia Murni Saleha, SKM (PJ Promosi Kesehatan Puskesmas
Cicalengka)
Alfiani Tajin, Amd.Kes (PJ Kesehatan Lingkungan Puskesmas
Cicalengka)
Rinrin Nurwidiarti, Amd.Keb (Bidan Desa Cicalengka Wetan)
Kader Posyandu Desa Cicalengka Wetan sebanyak 25 orang
Perwakilan perangkat desa 1 orang
Permasalahan
Wilayah Cicalengka, khususnya Desa Waluya masih memiliki beberapa masalah
kesehatan yang belum terselesaikan. Permasalahan tersebut antara lain mengenai sanitasi yang
buruk, angka penderita penyakit menahun yang tidak tertangani masih tinggi, keikutsertaan
dalam asuransi kesehatan nasional yang rendah, dan masih banyak lagi. Pemecahan masalah
tersebut diawali dengan penggalian yang dilakukan oleh masyarakat sendiri agar masyarakat
dapat mengenali permasalahan yang dimilikinya sehingga diharapkan masyarakat dapat
menentukan solusi terbaik dari masalah tersebut.
Pelaksanaan
Waktu : 29 September 2020 Jam 08.30
Tempat : Kantor Desa Waluya
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
Anggia Murni Saleha, SKM (PJ Promosi Kesehatan Puskesmas
Cicalengka)
Alfiani Tajin, Amd.Kes (PJ Kesehatan Lingkungan Puskesmas
Cicalengka_
Dayaningsih, Amd.Keb (Bidan Desa Waluya)
Kader Posyandu Desa Waluya sebanyak 20 orang
Perwakilan Kepala Desa 2 orang
Permasalahan
Puskesmas Cicalengka berada di Desa Cicalengka Kulon yang berada sejauh 4 km dari
Desa Penanjoan, terutama Kampung Pamoyanan yang merupakan wilayah terjauh di Desa
Panenjoan dan berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Rancaekek. Letak yang jauh dari
puskesmas membuat kesejahteraan kesehatan masyarakat setempat rendah. Masyarakat
cenderung enggan meminta bantuan tenaga kesehatan ketika mengalami masalah kesehatan
akibat jarak yang jauh.
Perencanaan dan Intervensi
Pimpinan Desa Panenjoan , dan Kader Posyandu melakukan rapat untuk menentukan masalah
kesehatan di Desa Panenjoan, terutama mengenai kebutuahan akses terhadap tenaga kesehatan
yang mudah dan dekat. Aparatur Desa dan Puskesmas sepakat untuk membangun sebuah pos
kesehatan desa sebagai wadah pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa guna menjawab
ketidakmudahan akses warga Desa Panenjoan terhadap puskesmas. Poskesdes Panenjoan
berperan sebagai perpanjangan tangan puskesmas di wilayah Desa Panenjoan. Kader Posyandu
bersama dengan Bidan Desa menyusun jadwal pelayanan kesehatan yang akan diadakan di
Poskesdes Panenjoan. Bidan Desa berkoordinasi dengan dokter internsip rencana pelayanan
kesehatan di Poskesdes Panenjoan. Selanjutnya diadakan koordinasi dengan bagian farmasi
untuk pengadaan obat yang dibutuhkan.
Pelaksanaan
Waktu : 8 September 2020 pukul 09.00
Tempat : Gedung Poskesdes Desa Panenjoan Kecamatan Cicalengka
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
Putri Setiani, Amd.Keb (Bidan Desa)
Kader Posyandu sebanyak 1 orang
Peserta : Warga Desa Panenjoan Kecamatan Cicalengka sebanyak 20 orang
Permasalahan
Kampung Cipajaran, Desa Cikuya, Kecamatan Cicalengka merupakan salah satu wilayah
yang berada jauh dari Puskesmas Cicalengka. Kampung Cipajaran berjarak 5 km dari Puskesmas
CIcalengka dan langsung berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Rancaekek, Puskesmas
Ciluluk, dan Puskesmas CIkancung. Kampung CIoajaran masuk ke dalam wilayah Desa Cikuya,
namun terlatak jauh dari Kantor Desa Cikuya. Akses menuju Kampung CIpajaran harus
ditempuh dengan memutar desa-desa yang berada di wilayah Kecamatan Rancaekek. Akses yang
sulit dan jarak yang jauh menjadikan pelayanan kesehatan bagi warga Kampung Cipajaran tidak
berjalan baik. Tingkat kunjungan warga kampung Cipajaran ke puskesmas juga rendah.
Pelaksanaan
Waktu : 13 Oktober 2020 pukul 10.30
Tempat : Rumah Ketua RW 13 Kampung Cipajaran Desa Cikuya Kecamatan Cicalengka
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
Wini Dwi Astuti, Amd.Keb (Bidan Desa)
Lidya Latifah N., S.Kep., Ners (PJ Program PTM)
Kader Posyandu sebanyak 8 orang
Peserta : Warga RW 13 Kampung Cipajaran Desa Cikuya Kecamatan Cicalengka
sebanyak 50 orang
Permasalahan
Kampung Cipajaran, Desa Cikuya, Kecamatan Cicalengka merupakan salah satu wilayah
yang berada jauh dari Puskesmas Cicalengka. Kampung Cipajaran berjarak 5 km dari Puskesmas
CIcalengka dan langsung berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Rancaekek, Puskesmas
Ciluluk, dan Puskesmas CIkancung. Kampung CIoajaran masuk ke dalam wilayah Desa Cikuya,
namun terlatak jauh dari Kantor Desa Cikuya. Akses menuju Kampung CIpajaran harus
ditempuh dengan memutar desa-desa yang berada di wilayah Kecamatan Rancaekek. Akses yang
sulit dan jarak yang jauh menjadikan pelayanan kesehatan bagi warga Kampung Cipajaran tidak
berjalan baik. Tingkat kunjungan warga kampung Cipajaran ke puskesmas juga rendah.
Pelaksanaan
Waktu : 13 Oktober 2020 pukul 08.00
Tempat : Balai Posyandu RW 12 Kampung Cipajaran Desa Cikuya Kecamatan
Cicalengka
Pelaksana : dr. Moch. Fathonil Aziz (dokter internship)
Wini Dwi Astuti, Amd.Keb (Bidan Desa)
Lidya Latifah N., S.Kep., Ners (PJ Program PTM)
Kader Posyandu sebanyak 8 orang
Peserta : Warga RW 12 Kampung RW 12 Kampung Cipajaran Desa Cikuya Kecamatan
Cicalengka sebanyak 50 orang
Monitoring & Evaluasi
⁃ Tingkat pengetahuan warga masyarakat Kampung Cipajaran mengenai kepentingan
hidup sehat masih rendah
⁃ Puskesmas Keliling tidak bisa menyediakan berbagai jenis obat
⁃ Kasus baru penyakit tidak menular dan kronis masih membutuhkan kedatangan pasien ke
puskesmas untuk pemantauan awal terapi
⁃ Kasus spesialistik masih mengharuskan pasien untuk datang ke puskesmas guna
perujukan ke faskes tingkat II
Pelatihan Kader Pemicuan Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat di Desa Panenjoan, Kecamatan Cicalengka,
Kabupaten Bandung
Latar Belakang
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait permasalahan air minum, higiene dan sanitasi
masih sangat besar. Hasil Risert Kesehatan Dasar 2010 menunjukknan penduduk yang
melakukan BAB numpang di tetangga sebesar 6,7%, menggunakan jamban tidak sehat 25% dan
17,7% BAB disembarang tempat (Definisi JMP).
Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku
masyarakat mencuci tangan dilakukan: (i) setelah buang air besar 12%; (ii) setelah
membersihkan tinja bayi dan balita 9%; (iii) sebelum makan 14%; (iv) sebelum memberi makan
bayi 7%; dan (v) sebe- lum menyiapkan makanan 6%. Studi BHS lainnya terhadap perilaku
pengelolaan air minum rumah tangga menunjukkan 99,20% telah merebus air untuk keperluan
air minum, akan tetapi 47,50% dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.
Implikasinya, diare, yang merupakan penyakit berbasis lingkungan menjadi penyebab nomor
satu kematian bayi di Indonesia, yaitu 42% dari total angka kematian bayi usia 0-11 bulan. Di In-
donesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sejumlah 460 balita setiap harinya
(Riset Kesehatan Dasar 2010).
Dari sudut pandang ekonomi, studi WSP menunjukkan bahwa Indonesia mengalami kerugian
sebesar $6,3 miliar ( Rp. 56,7 trillun ) pertahun akibat buruknya kondisi sanitasi dan higiene. Hal
iIni setara dengan 2,3% dari produk domestik bruto.
Hasil studi WHO (2007), intervensi melalui modifikasi lingkungan dapat menurunkan risiko
penyakit diare sampai dengan 94%. Modifikasi lingkungan tersebut mencakup penyediaan air
bersih menurunkan risiko 25%, pemanfaatan jamban menurunkan risiko 32%, pengolahan air
minum tingkat rumah tangga menurunkan risiko sebesar 39% dan cuci tangan pakai sabun menu-
runkan risiko sebesar 45%.
Laporan kemajuan Millennium Development Goals (MDGs) yang dikeluarkan oleh Bappenas
pada tahun 2010 mengindikasikan bahwa peningkatan akses masyarakat pedesaan terhadap
jamban sehat (target MDGs 7.C) tergolong pada tar- get yang membutuhkan perhatian khusus,
karena kecepatan peningkatan akses tidak sesuai dengan harapan. Dari target akses sebesar
55,6% pada ta- hun 2015 untuk pedesaan, akses masyarakat pada jamban keluarga yang sehat
pada tahun 2009 baru sebesar 34%. Terdapat kesenjangan sebesar 21% dalam sisa waktu 3 tahun
(2009-2015).
Untuk mencapai sasaran sanitasi MDGs tersebut, harus ditemukan cara meningkatkan
pencapaiannya akses sanitasi baik di perdesaan maupun di perkotaan. Di sisi lain dengan
anggaran pemerintah yang terbatas maka perlu dilakukan cara-cara yang lebih efektif dan
inovatif.
Salah satu upaya mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia telah mengembangkan dokumen Strategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008, yang menjadikan STBM sebagai
Program Nasional dan merupakan salah satu sasaran utama dalam RPJMN 2010 – 2014, yang
menargetkan bahwa pada akhir tahun 2014, tidak akan ada lagi masyarakat Indonesia yang
melakukan praktik buang air besar sembarangan (BABS).
Mengacu pada Undang-Undang nomor 32 ta- hun 2004 tentang Otonomi Daerah dan
dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten, bahwa sanitasi menjadi urusan Pemerintah
Kabupaten (Lam- piran Peraturan Pemerintah nomor 38, tahun 2007 bidang Kesehatan).
Pemerintah Indonesia mempertegas komitmennya dalam pembangunan sanitasi, dengan
memasukkan pendekatan STBM, menjadi bagian dari Rencana Tindak Percepatan Pencapaian
Sasaran Program Pro Rakyat yang diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 3, tahun 2010,
tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan dimana pelaksanaannya diawasi langsung oleh
Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).
Upaya lain dari Pemerintah adalah dengan meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap
layanan air minum dan sanitasi yang memadai melalui kerjasama pendanaan dengan pihak lain,
seperti lembaga donor, lembaga swadaya masyarakat (LSM), swasta (investasi langsung maupun
Corporate Social Responsibility) dan masyarakat.
Prinsip pendekatan STBM adalah keterpaduan antara komponen peningkatan kebutuhan
(demand), perbaikan penyediaan (supply) sanitasi dan penciptaan lingkungan yang mendukung,
namun pelaksanaannya perlu dipertimbangkan komponen pendukung lainnya seperti strategi
pembiayaan, metoda pemantauan dan pengelolaan pengetahuan/informasi sebagai media
pembelajaran.
Upaya lain dari Pemerintah adalah dengan meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap
layanan air minum dan sanitasi yang memadai melalui kerjasama pendanaan dengan pihak lain,
seperti lembaga donor, lembaga swadaya masyarakat (LSM), swasta (investasi langsung maupun
Corporate Social Responsibility) dan masyarakat.
Prinsip pendekatan STBM adalah keterpaduan antara komponen peningkatan kebutuhan
(demand), perbaikan penyediaan (supply) sanitasi dan penciptaan lingkungan yang mendukung,
namun pelaksanaannya perlu dipertimbangkan komponen pendukung lainnya seperti strategi
pembiayaan, metoda pemantauan dan pengelolaan pengetahuan/informasi sebagai media
pembelajaran.
Salah satu upaya dalam pelaksanaan STBM tersebut adalah dengan melakukan pemicuan.
Pemicuan merupakan suatu gerakan masyarakat yang difasilitasi oleh puskesmas dengan
melakukan pendekatan partisipatif dalam mengajak masyarakat untuk menganalisa kondisi
sanitasi mereka, sehingga masyarakat dapat berpikir dan mengambil tindakan atas permasalahan
sanitasi yang mereka hadapi.
Permasalahan
Menurut data PIS-PK tahun 2019 yang dilakukan oleh Puskesmas Cicalengka, masih
didapatkan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan di Desa
Panenjoan. Data tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat 9% warga Desa Panenjoan yang
belum mendapatkan akses terhadap sarana air bersih. Pada data tmengenai akses dan penggunaan
jamban sehat, masih terdapat 3% warga Desa Panenjoan yang tidak memiliki akses dan tidak
menggunakan jamban sehat.
Permasalahan lain adalah mengenai pengelolaan sampah. Desa Panenjoan belum memiliki
tempat pembuangan, penampungan, dan pengelolaan sampah terpadu. Selain TPS skala desa,
seluruh RW di Desa Panenjoan juga belum memiliki TPS. Pembuangan dan pengelolaan sampah
masih dilakukan secara mandiir oleh masyarakat dengan cara membuang di tanah kosong,
sungai, atau membakar sampah tersebut di halaman rumah. Pengetahuan masyarakat mengenai
jenis-jenis sampah juga masih sangat terbatas, sehingga masyarakat masih mencampur semua
jenis sampah saat membuangnya. Pengeloaan limbah cair rumah tangga di Desa Panenjoan juga
masih buruk. Air bekas mandi dan mencuci juga masih dibuang secara sembarangan ke selokan
umum dan ke sungai yang berada di dekat rumah.
Pelaksanaan
Kegiatan pelatihan ini diawali dengan melakukan koordinasi antara tenaga kesehatan
Puskesmas Cicalengka, kader kesehatan Desa Panenjoan, dan perangkat pemerintahan Desa
Panenjoan. Hasil dari koordinasi tersebut disepakati bahwa Puskesmas Cicalengka akan
mengadakan pelatihan pemicuan bagi kader ksesehatan Desa Panenjoan yang berlokasi di Aula
Kantor Desa Panenjoan.
Kegiatan dilaksakan pada tanggal 30 september 2020 pukul jam 13.00 di Aula Kantor Desa
Panenjoan. Kegiatan diikuti oleh 22 peserta yang terdiri dari 15 kader kesehatan dari tiap RW di
Desa Panenjoan, 3 orang dokter Puskesmas Cicalengka, 1 orang petugas kesehatan lingkungan
Puskesmas Cicalengka, 1 orang petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Sawahlega, 1 orang
petugas promosi Puskesmas Cicalengka, 1 orang kepala Desa Panenjoan, dan 1 orang kepala
urusan bidang kemasyarakatan Desa Panenjoan. Kegiatan diawali dengan sambutan dari kepala
Desa Panenjoan. Kemudian petugas kesehatan secara bergantian memberikan pemaparan dan
pelatihan pemicuan menggunakan alat peraga. Pada kesempatan ini juga diadakan simulasi
pemicuan oleh para kader kesehatan untuk melihat kemampuan yang dimiliki kader dalam
menjalankan pemicuan STBM. Acara diakhiri dengan tanya jawab dan evaluasi mengenai
pemicuan STBM.