PENDAHULUAN
1
usia di atas 15 tahun sebesar 5,7%.2,3Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun
2008, menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar sampai 57%.3
International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah
penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta
pada tahun 2035.2
Data-data diatas menunjukkan bahwa jumlah penyandang DM di
Indonesia sangat besar. Dengan kemungkinan terjadi peningkatan jumlah
penyandang DM di masa mendatang akan menjadi beban yang sangat berat untuk
dapat ditangani sendiri oleh dokter spesialis/subspesialis atau bahkan oleh semua
tenaga kesehatan yang ada.4
Berdasarkan penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa sangat
banyak penderita Diabetes Melitus di lingkungan sekitar kita, Maka daripada itu
peneliti tertarik mengangkat judul ini sehingga diharapkan pasien dapat
mengontrol kadar gula darah, mencegah komplikasi dan mengatasi komplikasi
yang sudah terjadi.
2
3. Mengetahui profil penderita diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan factor
resiko di Puskesmas Singosari periode Mei-Agustus 2018.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi
insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai yang dominan defek sekresi
insulin disertai resistensi insulin
5
cairan ekstrasel, sehingga tubuh mengkompensasi dehidrasi dengan rasa haus
berlebihan sehingga penderita banyak minum (polidipsia).8
Glukosa sangat diperlukan oleh sel untuk metabolisme sel itu sendiri,
walaupun glukosa dalam sel menurun sel tetap melakukan metabolisme sehingga
tubuh berusa meningkatkan kadar glukosa dengan meningkatnya nafsu makan
(polifagi). Akan tetapi walaupun terjadi peningkatan makanan, berat tubuh turun
secara progresif akibat efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak dan
protein. Sintesis trigliserida menurun saat lipolisis meningkat, sehingga terjadi
mobilisasi besar-besaran asam lemak dari simpanan trigliserida. Peningkatan asam
lemak dalam darah sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber energi
alternatif. Pada metabolisme protein juga mengalami gangguan karena terjadi
defisiensi insulin sehingga terjadi penguraian protein secara besar-besaran
sehingga terjadi penurunan berat badan.8
KriteriadiagnostikDM:2
1. Glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada assupan
kalori minimal 8 jam
2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah TTGO
3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik
4. Pemeriksaan HbA1c ≥ 6.5%
6
Gambar 2.1 Langkah diagnostic DM5
2.1.4 Penatalaksaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkankualitas hidup
penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi:2
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas
hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan polahidup sehat (terapi
nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis
dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan. Obat anti
hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi.2
7
Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dangejala hipoglikemia
dan cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pengetahuan tentang
pemantauan mandiritersebut dapat dilakukan setelah mendapat pelatihan khusus.2
8
- Serat
Penyandang DM dianjurkanmengonsumsi serat dari kacangkacangan,buah
dan sayuran sertasumber karbohidrat yang tinggi serat.Anjuran konsumsi
serat adalah 20-35gram/hari yang berasal dari berbagaisumber bahan
makanan.
- Pemanis Alternatif
Pemanis alternatif aman digunakansepanjang tidak melebihi batas aman.
Kebutuhan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlahkalori yang dibutuhkan
penyandang DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal
yang besarnya 25-30 kal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan tersebut ditambah
ataudikurangi bergantung pada beberapa factor yaitu: jenis kelamin, umur,
aktivitas, berat badan, dan lain-lain. Beberapa cara perhitunganberat badan ideal
adalah sebagai berikut:2,5
- Perhitungan berat badan ideal (BBI)
menggunakan rumus Broca yang dimodifikasi:
Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
- Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori basal perhariuntukperempuan sebesar 25 kal/kgBB
sedangkan untuk pria sebesar 30 kal/kgBB.
- Umur
Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhankalori dikurangi 5% untuk setiap
decade antara 40 dan 59 tahun.Pasien usia diantara 60 dan 69
tahun,dikurangi 10%. Pasien usia diatas usia 70 tahun,dikurangi 20%.
- Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuaidengan intensitas aktivitas
fisik.Penambahan sejumlah 10% darikebutuhan basal diberikan
padakeadaan istirahat.Penambahan sejumlah 20% pada pasiendengan
aktivitas ringan: pegawaikantor, guru, ibu rumah tangga.Penambahan
sejumlah 30% padaaktivitas sedang: pegawai industry ringan, mahasiswa,
militer yang sedangtidak perang.Penambahan sejumlah 40% padaaktivitas
9
berat: petani, buruh, atlet,militer dalam keadaan latihan.Penambahan
sejumlah 50% padaaktivitas sangat berat: tukang becak,tukang gali.
- Stres Metabolik
Penambahan 10-30% tergantung dariberatnya stress metabolik
(sepsis,operasi, trauma).
- Berat Badan
Penyandang DM yang gemuk,kebutuhan kalori dikurangi sekitar 20-30%
tergantung kepada tingkatkegemukan.Penyandang DM kurus,
kebutuhankalori ditambah sekitar 20-30% sesuaidengan kebutuhan untuk
meningkatkanBB.Jumlah kalori yang diberikan palingsedikit 1000-1200
kal perhari untukwanita dan 1200-1600 kal perhari untukpria.
c. Jasmani2
Latihan jasmani merupakan salah satu pilardalam pengelolaan DMT2
apabila tidak disertai adanya nefropati.Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan
jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama
sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda
ntar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaranjuga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa
latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-
70% denyut jantung maksimal) seperti: jalancepat, bersepeda santai, jogging, dan
berenang.
10
Metformin mempunyai efek utamamengurangi produksi glukosa
hati(glukoneogenesis), dan memperbaikiambilan glukosa di jaringan
perifer.Metformin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus
DMT2.
- Glitazone
Glitazone (Tiazolidindion) merupakan agonis dariPeroxisome Proliferator
ActivatedReceptor Gamma (PPAR-gamma), suatureseptor inti yang
terdapat antara laindi sel otot, lemak, dan hati. Golonganini mempunyai
efek menurunkanresistensi insulin dengan meningkatkanjumlah protein
pengangkut glukosa,sehingga meningkatkan ambilanglukosa di jaringan
perifer.
b. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)2,5
- Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efekutama meningkatkan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas.Efek samping utamaadalah hipoglikemia dan
peningkatan berat badan.Hati-hati menggunakan sulfonilurea pada pasien
dengan risiko tinggi hipoglikemia.
- Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,
dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama.
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaituRepaglinid (derivat asam
benzoat) danNateglinid (derivat fenilalanin).Obat inidiabsorbsi dengan
cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresisecara cepat melalui
hati. Obat ini dapatmengatasi hiperglikemia post prandial.Efek samping
yang mungkin terjadiadalah hipoglikemia.
11
Gambar 2.2 Algoritma pengelolahan DM tipe 2 Tanpa Dekompensasi
12
2.1.5 KOMPLIKASI
1. Komplikasi Akut2,5
- Reaksi Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan
glukosa, dengan tanda-tanda: rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing.
Jika keadaan ini tidak segera diobati, penderita dapat menjadi koma.
Karena koma pada penderita disebabkan oleh kekurangan glukosa di
dalam darah,maka koma disebut “Koma Hipoglikemik”.
- Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik (HHNK)
Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik merupakan komplikasi
akut yang ditandai oleh hiperglikemia, hyperosmolar tanpa disertai adanya
ketosis.Faktor yang memulai timbulnya HHNK adalah diueresis
glukosuria. Glukosuria mengakibatkan kegagalan pada kemampuan ginjal
dalam mengkonsentrasikan urin yang akan semakin memperberat derajat
kehilangan air. Hilangnya air yang lebih banyak dibandingkan natrium
menyebabkan keadaan hiperosmolar. Keadaan dimana insulin yang tidak
tercukupi akan menyebabkan hiperglikemia. Hiperglikemia yang terjadi
menyebabkan diuresis osmotic dan menurunnya cairan secara
total.Keluhan pasien HHNK adalah rasa lemah, gangguan penglihatan atau
kaki kejang.Dpat pula terjadi keluhan mual dan muntah.Pada beberapa
pasien datang dalam keadaan letargi, disorientasi, hemiparesis atau koma.
- Ketoasidosis Diabetik (KAD)
Ketoasidosis Diabetik adalah keadaan dekompensasi- kekacauan
metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis.Pada
Ketoasidosis Diabetik terdapat defisiensi insulin absolut atau relative.
Gejala yang timbul dapat terjadi secara tiba-tiba dan bisa berkembang
dengan cepat. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena
sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-
sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan
menghasilkan keton dan asam lemak bebas yang berlebihan (10). Keton
merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi
asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa
13
haus dan sering kencing, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama
pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat (Kussmaul) karena
tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau nafas penderita
tercium seperti bau aseton. Derajat kesadaran pasien dapat dijumpai mulai
komposmentis, delirium atau depresi sampai koma.
2. KOMPLIKASI KRONIS2,5
Komplikasi kronis terjadi pada semua pembuluh darah adalah seluruh
bagian tubuh yang disebut sebagi angiopati diabeti . Komplikasi kronis tersebut
antara lain:
- Mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskuler adalah komplikasi pada pembuluh darah kecil,
diantaranya:Retinopati diabetika, yaitu kerusakan mata seperti katarak dan
glukoma atau meningkatnya tekanan pada bola mata. Bentuk kerusakan
yang paling sering terjadi adalah bentuk retinopati yang dapat
menyebabkankebutaan.Nefropati diabetika, yaitu gangguan ginjal yang
diakibatkan karena penderita menderita diabetes dalam waktu yang cukup
lama.
- Makrovaskular
Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang mengenai pembuluh
darah arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkan atherosklerosis.
Akibat atherosklerosis antara lain timbul penyakit jantung koroner,
hipertensi, stroke, dan gangren pada kaki.
- Nefrotika diabetika
yaitu gangguan sistem syaraf pada penderita DM. Indera perasa pada kaki
dan tangan berkurang disertai dengan kesemutan, perasaan baal atau tebal
serta perasaan seperti terbakar, mudah timbul luka yang sukar sembuh,
sistem imun menurun sehingga rentan terjadinya infeksi.
14
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
Profil pasien
1. Jenis Kelamin Diabetes Melitus
2. Umur
3. Faktor Resiko
15
umur Umur responden Melihat rekam a. < 18 Tahun Interval
b. 19-44
merupakan usia medis dan
Tahun
responden dari awal Wawancara
c. 45-54
kelahiran sampai langsung
Tahun
pada saat penelitian d. 55+ Tahun
ini dilakukan
Faktor Faktor resiko yang Melihat rekam a. Iya Nominal
b. Tidak
resiko dapat di modifikasi medis dan
dan yang tidak dapat Wawancara
di modifikasi langsung
16
BAB 4
METODE PENELITIAN
17
1. Bukan penderita diabetes mellitus tipe 2
2. Tidak melakukan kunjungan ke Puskesmas Singosari pada bulan
Juli-Agustus2018
18
BAB 5
HASIL PENELITIAN
19
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempua
40.00%
60.00% n
b. Berdasarkan Umur
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi %
< 18 Tahun 0 0
19-44 Tahun 0 0
>45 Tahun 20 100
Jumlah 20 100
Usia
<18
19-44
45>
100.00%
20
c. Berdasarkan Faktor resiko
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko
FaktorResiko Frekuensi %
Dapat Di Modifikasi 0 0
Tidak Dapat Di Modifikasi 20 100
Jumlah 20 100
Faktor Resiko
Dapat Di Modifikasi
Tidak Dapat Di
Modifikasi
100.00%
21
BAB 6
PEMBAHASAN
1.1. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Singosari pada bulan Juli-
Agustus2018. Pengambilan data dilakukan dengan mengambil data dilakukan
dengan mewawancarai langsung penderita diabetes mellitus tipe 2.
a. Jenis Kelamin
Kartono (dalam Astuti, 2009) mengemukakan bahwa jenis kelamin
merupakan kualitas yang menentukan individu itu laki-laki atau perempuan yang
menyatakan bahwa perbedaan secaara anatomis dan fisiologi pada manusia
menyebabkan perbedaan struktur tingkah laku dan struktur aktivitas antara pria
dan wanita. Pada penelitian ini responden yang menderita diabetes mellitus tipe 2
lebih banyak laki-laki darip pada perempuan. Dijelaskan oleh Kozier (dalam
Darusman,2009) pada umumnya perempuan lebih memperhatikan dan peduli
pada kesehatan mereka.
b. Umur
Hasil penelitian ini menunjukan persentase umur responden mayoritas
berada pada usia 15-64 Tahun. Soegondo (2011) menjelaskan bahwa usia
merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Di
Negara berkembang kebanyakan penderita diabetes mellitus berusia antar 45-64
tahun, yang merupakan golongan usia yang masih sangat produktif.
c. Faktor Resiko
22
Pada penelitian ini menunjukan bahwa penderita diabetes melitus tipe 2
kebanyakan dari kelompok tidak dapat di modifikasi. Hal ini menunjukan bahwa
usia diatas 45 Tahun sangat rentan menderita diabetes militus tidak menjalani pola
hidup sehat.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil yang peneliti peroleh dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Distribusi responden penderita diabetes mellitus tipe 2
berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Singosari periode
Juli-Agustus2018yang terbanyak adalah Perempuan sebanyak
12 orang (60%) dan diikuti Laki-laki sebanyak 8 orang (40%)
b. Distribusi responden penderita diabetes mellitus tipe 2
berdasarkan umur di Puskesmas Singosari periode Juli-
Agustus2018 yang terbanyak adalah kelompok umur >45 tahun
sebanyak 20 orang (100%) .
23
2. Untuk mencegah meningkatnya angka kejadian terhadap komplikasi
yang akan ditimbulkan oleh diabetes mellitus maka penderita
sebaiknya dapat mengonsumsi obat agar kadar gula darahnya
terkontrol.
DAFTAR PUSTAKA
4. Pusat Data dan Informasi. 2014. Waspada DiabetesEat well live well.
Kementrian Kesehatan RI: Jakarta.
5. Setiati S, Alwi I, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI.
.FKUI: Jakarta.
24
25