Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang
mengalami peningkatan terus menerus dari tahun ke tahun.Diabetes Melitus
merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik dan progresif dengan ciri
meningkatnya konsentrasi gula dalam darah. Peningkatan tersebut dapat
mengakibatkan komplikasi penyakit lain yang lebih serius. DM dibedakan
menjadi dua, yaitu Diabetes Melitus tipe 1 (DM Tipe 1) dan Diabetes Melitus Tipe
2 (DM tipe 2). DM tipe 1 jarang dijumpai, hanya sebesar 10% dari kasus DM
seluruhnya, sedangkan yang kasus yang paling banyak ditemukan di masyarakat
adalah DM tipe 2.1
Saat ini penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe-2 di berbagai penjuru
dunia.Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah
penyandang DM yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global. WHO
memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada
tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan ini menunjukkan
adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun
2035.2Pada tahun 2012 angka kejadian diabetes melitus didunia adalah sebanyak
371 juta jiwa, dimana proporsi kejadiandiabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari
populasi dunia yang menderita diabetesmellitus dan hanya 5% dari jumlah
tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1.3
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003,
diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun sebanyak 133 juta
jiwa. Dengan mengacu pada pola pertambahan penduduk, maka diperkirakan pada
tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia diatas 20 tahun.2
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Departemen
Kesehatan, menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi DM di daerah urban untuk

1
usia di atas 15 tahun sebesar 5,7%.2,3Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun
2008, menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar sampai 57%.3
International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah
penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta
pada tahun 2035.2
Data-data diatas menunjukkan bahwa jumlah penyandang DM di
Indonesia sangat besar. Dengan kemungkinan terjadi peningkatan jumlah
penyandang DM di masa mendatang akan menjadi beban yang sangat berat untuk
dapat ditangani sendiri oleh dokter spesialis/subspesialis atau bahkan oleh semua
tenaga kesehatan yang ada.4
Berdasarkan penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa sangat
banyak penderita Diabetes Melitus di lingkungan sekitar kita, Maka daripada itu
peneliti tertarik mengangkat judul ini sehingga diharapkan pasien dapat
mengontrol kadar gula darah, mencegah komplikasi dan mengatasi komplikasi
yang sudah terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui
bagaimana Profil Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Singosari
Periode Mei-Agustus 2018.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Profil Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas
Singosari Periode Mei-Agustus 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui profil penderita diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan umur
di Puskesmas Singosari periode Mei-Agustus 2018.
2. Mengetahui profil penderita diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan jenis
kelamin di Puskesmas Singosari periode Mei-Agustus 2018.

2
3. Mengetahui profil penderita diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan factor
resiko di Puskesmas Singosari periode Mei-Agustus 2018.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritik
Mini projek ini dilakukan untuk memperoleh pengalaman belajar di
lapangan melalui studi kasus dan untuk meningkatkan pengetahuan.Selain itu
melatih dalam menilai suatu kemampuan dan kecermatan dalam berinteraksi di
dalam masyarakat serta mencari alternatif penyelesaian dari suatu masalah dan
menyelesaikannya.
1.4.2 Manfaat Aplikatif
Sebagai informasi dan data bagi pelaksana program terutama yang akan
melaksanakan program yang berhubungan dengan mini projek ini dan khususnya
bagi penulis dapat menambah wacana keilmuan dan wawasan.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus


2.1.1 Definisi
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolic
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya.5 Insulin adalah hormon yang disekresi oleh
pankreas. Pankreas merupakan organyang letaknya di belakang lambung dan
memiliki fungsi memproduksienzim-enzim pencernaan dan hormon.Insulin
memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat,
yaitu bertugas memasukan glukosa ke dalam sel dan digunakan sebagai bahan
bakar. Insulin diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu
masuknya glukosa ke dalam sel, yang kemudian di dalam sel tersebut glukosa
akan dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa tidak
dapat masuk ke sel, yang mengakibatkan glukosa tetap berada di dalam pembuluh
darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.6
Karbohidrat diserap dari usushalus ke dalam darah, pankreas akan
terangsang untuk melepaskan insulinsecara proposial. Kebanyakan sel tubuh
memiliki reseptor insulin yangmengikat insulin yang beredar dalam tubuh.
Dengan adanya reseptor insulintersebut, sel-sel dapat menyerap glukosa dari
aliran darah ke dalam sel. Selmemanfaatkan glukosa dan nutrisi lainnya sebagai
energi.7
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi DM dapat dilihat pada table berikut:2
Tabel 2.1 Klasifikasi etiologi DM
Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke
defisiensi insulit absolut
a. Autoimun
b. Idiopatik

4
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi
insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai yang dominan defek sekresi
insulin disertai resistensi insulin

Tipe Lain a. Defek genetik fungsi sel beta


b. Defek genetic kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pancreas
d. Endokrinopati
e. Karena obat atau zat kimia
f. Infeksi
g. Sebab imunologi yang jarang
h. Sindrom genetic lain yang berkaitan
dengan DM
Diabetes mellitus
gesrasional

2.1.3 Kriteria Diagnosis


Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan (polidipsia),sering
kencing terutama malam hari (poliuria), banyak makan (polifagia), serta berat
badan yang turun dengan cepat. Di samping itu terdapat beberapa keluhan lain
yaitu ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-
gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada
ibu-ibu sering melahirkan bayi di atas empat kg. Kadang-kadang ada pasien yang
sama sekali tidak merasakan adanya keluhan, mereka mengetahui adanya diabetes
karena pada saat periksa kesehatan ditemukan kadar glukosa darahnya tinggi.8
Kadar gula dalam darah meninggi ke tingkat pada saat jumlah glukosa
yang difiltrasi oleh sel-sel tubulus untuk di reabsorbsi melebihi kapasitas, glukosa
akan muncul di urin (glukosuria). Glukosa di urin menimbulkan efek osmotik
yang menarik air bersamanya, menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh
sering berkemih terutama dimalam hari (poliuria). Cairan yang berlebihan yang
keluar menimbulkan dehidrasi yang pada gilirannya dapat menyebabkan
kegagalan sirkulasi perifer karena darah turun mencolok. Sel-sel kehilangan air
karena tubuh mengalami dehidrasi akibat perpindahan osmotik air dalam sel ke

5
cairan ekstrasel, sehingga tubuh mengkompensasi dehidrasi dengan rasa haus
berlebihan sehingga penderita banyak minum (polidipsia).8
Glukosa sangat diperlukan oleh sel untuk metabolisme sel itu sendiri,
walaupun glukosa dalam sel menurun sel tetap melakukan metabolisme sehingga
tubuh berusa meningkatkan kadar glukosa dengan meningkatnya nafsu makan
(polifagi). Akan tetapi walaupun terjadi peningkatan makanan, berat tubuh turun
secara progresif akibat efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak dan
protein. Sintesis trigliserida menurun saat lipolisis meningkat, sehingga terjadi
mobilisasi besar-besaran asam lemak dari simpanan trigliserida. Peningkatan asam
lemak dalam darah sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber energi
alternatif. Pada metabolisme protein juga mengalami gangguan karena terjadi
defisiensi insulin sehingga terjadi penguraian protein secara besar-besaran
sehingga terjadi penurunan berat badan.8
KriteriadiagnostikDM:2
1. Glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada assupan
kalori minimal 8 jam
2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah TTGO
3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik
4. Pemeriksaan HbA1c ≥ 6.5%

Tabel 2.2 Kadar tes Laboratorium untuk diagnosa Diabetes Melitus2


HbA1c (%) Glukosa darahGlukosa plasma 2 jam
puasa (mg/dL) setelah TTGO (mg/dL)
Diabetes ≥ 6.5 ≥ 126 mg/dl ≥200 mg/dL
Prediabetes 5.7-6.4 100-125 140-199
Normal ≤ 5.7 < 100 <140

6
Gambar 2.1 Langkah diagnostic DM5

2.1.4 Penatalaksaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkankualitas hidup
penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi:2
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas
hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan polahidup sehat (terapi
nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis
dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan. Obat anti
hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi.2

7
Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dangejala hipoglikemia
dan cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pengetahuan tentang
pemantauan mandiritersebut dapat dilakukan setelah mendapat pelatihan khusus.2

2.1.4.1 Terapi Non farmakologi


a. Edukasi2
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perluselalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari
pengelolaan DM secara holistik.
b. Terapi Nutrisi Medis (TNM)2,5
TNM merupakan bagian penting daripenatalaksanaan DMT2 secara
komprehensif.Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara menyeluruh dari
anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan
keluarganya). Guna mencapai sasaran terapi TNM sebaiknya diberikan sesuai
dengan kebutuhan setiap penyandang DM.
Penyandang DM perludiberikan penekanan mengenai pentingnya
keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama pada
mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi
insulin itu sendiri.
Komposisi Makanan yang Dianjurkan terdiridari:2,5
- Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar45-65% total asupan energi.
- Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
- Protein
Kebutuhan protein sebesar 10 – 20%total asupan energi.
- Natrium
Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan orang sehat
yaitu <2300 mg perhari.

8
- Serat
Penyandang DM dianjurkanmengonsumsi serat dari kacangkacangan,buah
dan sayuran sertasumber karbohidrat yang tinggi serat.Anjuran konsumsi
serat adalah 20-35gram/hari yang berasal dari berbagaisumber bahan
makanan.
- Pemanis Alternatif
Pemanis alternatif aman digunakansepanjang tidak melebihi batas aman.
Kebutuhan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlahkalori yang dibutuhkan
penyandang DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal
yang besarnya 25-30 kal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan tersebut ditambah
ataudikurangi bergantung pada beberapa factor yaitu: jenis kelamin, umur,
aktivitas, berat badan, dan lain-lain. Beberapa cara perhitunganberat badan ideal
adalah sebagai berikut:2,5
- Perhitungan berat badan ideal (BBI)
menggunakan rumus Broca yang dimodifikasi:
Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
- Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori basal perhariuntukperempuan sebesar 25 kal/kgBB
sedangkan untuk pria sebesar 30 kal/kgBB.
- Umur
Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhankalori dikurangi 5% untuk setiap
decade antara 40 dan 59 tahun.Pasien usia diantara 60 dan 69
tahun,dikurangi 10%. Pasien usia diatas usia 70 tahun,dikurangi 20%.
- Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuaidengan intensitas aktivitas
fisik.Penambahan sejumlah 10% darikebutuhan basal diberikan
padakeadaan istirahat.Penambahan sejumlah 20% pada pasiendengan
aktivitas ringan: pegawaikantor, guru, ibu rumah tangga.Penambahan
sejumlah 30% padaaktivitas sedang: pegawai industry ringan, mahasiswa,
militer yang sedangtidak perang.Penambahan sejumlah 40% padaaktivitas

9
berat: petani, buruh, atlet,militer dalam keadaan latihan.Penambahan
sejumlah 50% padaaktivitas sangat berat: tukang becak,tukang gali.
- Stres Metabolik
Penambahan 10-30% tergantung dariberatnya stress metabolik
(sepsis,operasi, trauma).
- Berat Badan
Penyandang DM yang gemuk,kebutuhan kalori dikurangi sekitar 20-30%
tergantung kepada tingkatkegemukan.Penyandang DM kurus,
kebutuhankalori ditambah sekitar 20-30% sesuaidengan kebutuhan untuk
meningkatkanBB.Jumlah kalori yang diberikan palingsedikit 1000-1200
kal perhari untukwanita dan 1200-1600 kal perhari untukpria.
c. Jasmani2
Latihan jasmani merupakan salah satu pilardalam pengelolaan DMT2
apabila tidak disertai adanya nefropati.Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan
jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama
sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda
ntar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaranjuga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa
latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-
70% denyut jantung maksimal) seperti: jalancepat, bersepeda santai, jogging, dan
berenang.

2.1.4.2 Terapi Farmakologis


Terapi farmakologis diberikan bersama denganpengaturan makan dan
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan
bentuk suntikan.2,5

a. Golongan Insulin Sensitizing2,5


- Biguanid

10
Metformin mempunyai efek utamamengurangi produksi glukosa
hati(glukoneogenesis), dan memperbaikiambilan glukosa di jaringan
perifer.Metformin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus
DMT2.
- Glitazone
Glitazone (Tiazolidindion) merupakan agonis dariPeroxisome Proliferator
ActivatedReceptor Gamma (PPAR-gamma), suatureseptor inti yang
terdapat antara laindi sel otot, lemak, dan hati. Golonganini mempunyai
efek menurunkanresistensi insulin dengan meningkatkanjumlah protein
pengangkut glukosa,sehingga meningkatkan ambilanglukosa di jaringan
perifer.
b. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)2,5
- Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efekutama meningkatkan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas.Efek samping utamaadalah hipoglikemia dan
peningkatan berat badan.Hati-hati menggunakan sulfonilurea pada pasien
dengan risiko tinggi hipoglikemia.
- Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,
dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama.
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaituRepaglinid (derivat asam
benzoat) danNateglinid (derivat fenilalanin).Obat inidiabsorbsi dengan
cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresisecara cepat melalui
hati. Obat ini dapatmengatasi hiperglikemia post prandial.Efek samping
yang mungkin terjadiadalah hipoglikemia.

11
Gambar 2.2 Algoritma pengelolahan DM tipe 2 Tanpa Dekompensasi

Gambar 2.3 Algoritma pengelolahan DM tipe 2 dengan Dekompensasi

12
2.1.5 KOMPLIKASI
1. Komplikasi Akut2,5
- Reaksi Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan
glukosa, dengan tanda-tanda: rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing.
Jika keadaan ini tidak segera diobati, penderita dapat menjadi koma.
Karena koma pada penderita disebabkan oleh kekurangan glukosa di
dalam darah,maka koma disebut “Koma Hipoglikemik”.
- Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik (HHNK)
Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik merupakan komplikasi
akut yang ditandai oleh hiperglikemia, hyperosmolar tanpa disertai adanya
ketosis.Faktor yang memulai timbulnya HHNK adalah diueresis
glukosuria. Glukosuria mengakibatkan kegagalan pada kemampuan ginjal
dalam mengkonsentrasikan urin yang akan semakin memperberat derajat
kehilangan air. Hilangnya air yang lebih banyak dibandingkan natrium
menyebabkan keadaan hiperosmolar. Keadaan dimana insulin yang tidak
tercukupi akan menyebabkan hiperglikemia. Hiperglikemia yang terjadi
menyebabkan diuresis osmotic dan menurunnya cairan secara
total.Keluhan pasien HHNK adalah rasa lemah, gangguan penglihatan atau
kaki kejang.Dpat pula terjadi keluhan mual dan muntah.Pada beberapa
pasien datang dalam keadaan letargi, disorientasi, hemiparesis atau koma.
- Ketoasidosis Diabetik (KAD)
Ketoasidosis Diabetik adalah keadaan dekompensasi- kekacauan
metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis.Pada
Ketoasidosis Diabetik terdapat defisiensi insulin absolut atau relative.
Gejala yang timbul dapat terjadi secara tiba-tiba dan bisa berkembang
dengan cepat. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena
sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-
sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan
menghasilkan keton dan asam lemak bebas yang berlebihan (10). Keton
merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi
asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa

13
haus dan sering kencing, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama
pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat (Kussmaul) karena
tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau nafas penderita
tercium seperti bau aseton. Derajat kesadaran pasien dapat dijumpai mulai
komposmentis, delirium atau depresi sampai koma.
2. KOMPLIKASI KRONIS2,5
Komplikasi kronis terjadi pada semua pembuluh darah adalah seluruh
bagian tubuh yang disebut sebagi angiopati diabeti . Komplikasi kronis tersebut
antara lain:
- Mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskuler adalah komplikasi pada pembuluh darah kecil,
diantaranya:Retinopati diabetika, yaitu kerusakan mata seperti katarak dan
glukoma atau meningkatnya tekanan pada bola mata. Bentuk kerusakan
yang paling sering terjadi adalah bentuk retinopati yang dapat
menyebabkankebutaan.Nefropati diabetika, yaitu gangguan ginjal yang
diakibatkan karena penderita menderita diabetes dalam waktu yang cukup
lama.
- Makrovaskular
Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang mengenai pembuluh
darah arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkan atherosklerosis.
Akibat atherosklerosis antara lain timbul penyakit jantung koroner,
hipertensi, stroke, dan gangren pada kaki.
- Nefrotika diabetika
yaitu gangguan sistem syaraf pada penderita DM. Indera perasa pada kaki
dan tangan berkurang disertai dengan kesemutan, perasaan baal atau tebal
serta perasaan seperti terbakar, mudah timbul luka yang sukar sembuh,
sistem imun menurun sehingga rentan terjadinya infeksi.

14
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Profil pasien
1. Jenis Kelamin Diabetes Melitus
2. Umur
3. Faktor Resiko

Gambar 3.1 KerangkaKonsep

3.2 Definisi Operasional


Definisi operasional yang digunakan pada penelitian ini akan dijelaskan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Jenis Jenis Kelamin Melihat rekam a. laki-laki Nominal
b. Perempuan
Kelamin adalah tanda fisik medis dan
yang terindentifikasi Wawancara
pada pasien dan langsung
dibawa sejak
dilahirkan

15
umur Umur responden Melihat rekam a. < 18 Tahun Interval
b. 19-44
merupakan usia medis dan
Tahun
responden dari awal Wawancara
c. 45-54
kelahiran sampai langsung
Tahun
pada saat penelitian d. 55+ Tahun
ini dilakukan
Faktor Faktor resiko yang Melihat rekam a. Iya Nominal
b. Tidak
resiko dapat di modifikasi medis dan
dan yang tidak dapat Wawancara
di modifikasi langsung

16
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui profil penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Singosari
periode Juli-Agustus2018.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di poli penyakit tidak menular (PTM) Puskemas
Singosari.Penelitian ini berlangsung dari Juli-Agustus2018.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1 Populasi
Semua pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang datang berobat ke poliklinik
PTM Puskesmas Singosari pada bulan Juli-Agustus2018.
4.3.2 Sampel
Untuk menghitung jumlah sampel pada penelitian ini digunakan teknik
total sampling. Pada total sampling, semua subyekpenelitian yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan dalam penelitian (Sudigdo, 2010).

4.4 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi


Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah :
a. Kriteria Inklusi :
1. Menderita diabetes melitus tipe 2
2. Melakukan kunjungan ke Puskesmas Singosari pada bulan Juli-
Agustus2018
b. Kriteria Eksklusi :

17
1. Bukan penderita diabetes mellitus tipe 2
2. Tidak melakukan kunjungan ke Puskesmas Singosari pada bulan
Juli-Agustus2018

4.5 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung (melihat dan
mencatat jumlah) terhadap data-data pasien yang menderita diabetes mellitus tipe
2 yang ada di Puskesmas Singosari pada bulan Juli-Agustus 2018.

4.6 Pengolahan dan Analisis Data


4.6.1 Pengolahan Data
Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan
atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu :
1. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.
Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi
dengan mewancarai ulang responden.
2. Coding
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan
kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual
sebelum diolah dengan komputer.
3. Cleaning
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer
guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
4. Saving
Penyimpanan data untuk siap dianalisis.

4.6.2 Analisis Data


Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat.
Analisa ini dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian. Pada umumnya
dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.

18
BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian


5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas SingosariKota Pematang Siantar
yang memiliki 8 Kecamatan yang ada Kota Pematang Siantar yang terdiri 53
Kelurahan, dengan luas wilayah 79,971 Km2 jumlah penduduk 247.411 terdiri
dari laki-laki 120.597 dan perempuan 126.814.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden


Dalam penelitian ini melibatkan 20 penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang
datang berobat ke poliklinik penyakit tidak menular Puskesmas Singosari pada
bulan Juli-Agustus2018.
a. Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki-Laki 8 40
Perempuan 12 60
Jumlah 20 100

Berdasarkan jenis kelamin, kelompok terbanyak adalah Perempuanyaitu


sebesar 60% dan paling sedikit pada kelompok Laki-laki yaitu sebesar 40%.

19
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempua
40.00%
60.00% n

Gambar 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

b. Berdasarkan Umur
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi %
< 18 Tahun 0 0
19-44 Tahun 0 0
>45 Tahun 20 100
Jumlah 20 100

Berdasarkan umur, kelompok terbanyak adalah pada usia lanjut yaitu


umur >45 tahun sebesar 100%.

Usia
<18
19-44
45>

100.00%

Gambar 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

20
c. Berdasarkan Faktor resiko
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko
FaktorResiko Frekuensi %
Dapat Di Modifikasi 0 0
Tidak Dapat Di Modifikasi 20 100
Jumlah 20 100

Berdasarkan factor resiko, kelompok terbanyak adalah yang tergolong


tidak dapat di modifikasi sebesar 100%

Faktor Resiko

Dapat Di Modifikasi
Tidak Dapat Di
Modifikasi

100.00%

Gambar 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

21
BAB 6
PEMBAHASAN

1.1. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Singosari pada bulan Juli-
Agustus2018. Pengambilan data dilakukan dengan mengambil data dilakukan
dengan mewawancarai langsung penderita diabetes mellitus tipe 2.
a. Jenis Kelamin
Kartono (dalam Astuti, 2009) mengemukakan bahwa jenis kelamin
merupakan kualitas yang menentukan individu itu laki-laki atau perempuan yang
menyatakan bahwa perbedaan secaara anatomis dan fisiologi pada manusia
menyebabkan perbedaan struktur tingkah laku dan struktur aktivitas antara pria
dan wanita. Pada penelitian ini responden yang menderita diabetes mellitus tipe 2
lebih banyak laki-laki darip pada perempuan. Dijelaskan oleh Kozier (dalam
Darusman,2009) pada umumnya perempuan lebih memperhatikan dan peduli
pada kesehatan mereka.
b. Umur
Hasil penelitian ini menunjukan persentase umur responden mayoritas
berada pada usia 15-64 Tahun. Soegondo (2011) menjelaskan bahwa usia
merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Di
Negara berkembang kebanyakan penderita diabetes mellitus berusia antar 45-64
tahun, yang merupakan golongan usia yang masih sangat produktif.

c. Faktor Resiko

22
Pada penelitian ini menunjukan bahwa penderita diabetes melitus tipe 2
kebanyakan dari kelompok tidak dapat di modifikasi. Hal ini menunjukan bahwa
usia diatas 45 Tahun sangat rentan menderita diabetes militus tidak menjalani pola
hidup sehat.

BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil yang peneliti peroleh dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Distribusi responden penderita diabetes mellitus tipe 2
berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Singosari periode
Juli-Agustus2018yang terbanyak adalah Perempuan sebanyak
12 orang (60%) dan diikuti Laki-laki sebanyak 8 orang (40%)
b. Distribusi responden penderita diabetes mellitus tipe 2
berdasarkan umur di Puskesmas Singosari periode Juli-
Agustus2018 yang terbanyak adalah kelompok umur >45 tahun
sebanyak 20 orang (100%) .

c. Distribusi responden penderita diabetes mellitus tipe 2


berdasarkan faktor resiko di Puskesmas Singosari periode Juli-
Agustus2018 yang terbanyak adalah yang tergolong tidak dapat
dimodifikasi.
d. Saran
1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian pasien tentang
penyakit diabetes mellitus tipe 2 perlu dilakukan penyuluhan mengenai
penyakit diabetes mellitus.

23
2. Untuk mencegah meningkatnya angka kejadian terhadap komplikasi
yang akan ditimbulkan oleh diabetes mellitus maka penderita
sebaiknya dapat mengonsumsi obat agar kadar gula darahnya
terkontrol.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nurlaili Haida Kurnia Putri. Hubungan Empat Pilar Pengendalian Dm


Tipe 2 Dengan Rerata Kadar Gula Darah. Universitas Airlangga. Di akses
di http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jbed89640f867full.pdf. (Sitasi 5 Mei
2018).

2. Konsensus. 2015. Pengelolahan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2


di Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

3. Restyana Noor F. DIABETES MELITUS TIPE 2. Di akses di


http://jukeunila.com/wp-content/uploads/2016/02/Restyana-nor.pdf. (Sitas
1 Mei 2018).

4. Pusat Data dan Informasi. 2014. Waspada DiabetesEat well live well.
Kementrian Kesehatan RI: Jakarta.

5. Setiati S, Alwi I, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI.
.FKUI: Jakarta.

6. Price dan Sylvia.2006.Patofisiologi Edisi 6. Jakarta : EGC.


7. Sjamsuhidayat R dan De Jong W. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta :
EGC.
8. Sherwood, Laurale. 2006. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.
Jakarta :EGC.

24
25

Anda mungkin juga menyukai