“PROAKTIF”
Oleh:
Pembimbing:
KABUPATEN BANTUL
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 1
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... 2
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
BAB II.......................................................................................................................... 10
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 10
A. Dislipidemia ...................................................................................................... 10
BAB IV ........................................................................................................................ 22
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................... 22
BAB V ......................................................................................................................... 27
PENUTUP.................................................................................................................... 27
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 27
B. Saran ................................................................................................................. 27
1
DAFTAR GAMBAR
2
DAFTAR TABEL
3
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki beban penyakit ganda, yaitu penyakit menular dan penyakit tidak
menular. Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi antara lain oleh perubahan
lingkungan, perilaku masyarakat, transisi demografis, teknologi, ekonomi dan sosial budaya.
Peningkatan beban akibat penyakit tidak menular sejalan dengan meningkatnya faktor risiko
yang meliputi meningkatnya tekanan darah, gula darah, indeks massa tubuh atau obesitas, pola
makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan merokok serta alkohol.2
Penyakit tidak menular memang merupakan penyakit yang tidak ditularkan namun sulit
untuk disembuhkan dan apabila kondisi penyakit sudah sampai pada tahap akhir menyebabkan
individu menjadi tidak produktif dan memerlukan beban biaya pengobatan yang besar,
sehingga penyakit-penyakit tidak menular harus dicegah dengan mengendalikan faktor resiko
melalui deteksi dini.
Berdasarkan Insititute of Health Metrics and Evaluation pada tahun 2010, terjadi
peningkatan angka kematian setiap tahunnya akibat penyakit-penyakit tidak menular dan
cedera di Indonesia yaitu 37% dan 7% pada tahun 1990, menjadi 49% dan 8% pada tahun 2000,
dan meningkat lagi menjadi 58% dan 9% pada tahun 2010.3
4
Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan pada indikator-indikator kunci PTM, sebagai berikut:
a. Prevalensi tekanan darah tinggi pada penduduk usia 18 tahun keatas meningkat dari
25,8% menjadi 34,1%;
b. Prevalensi obesitas pada penduduk usia 18 tahun ke atas meningkat dari 14,8 % menjadi
21,8%;
c. Prevalensi merokok penduduk usia ≤ 18 tahun meningkat dari 7,2% menjadi 9,1%. 2
a. Prevalensi Asma pada penduduk semua umur menurun dari 4,5% menjadi 2,4%;
b. Prevalensi Kanker meningkat dari 1,4 per menjadi 1,8 per mil;
c. Prevalensi Stroke pada penduduk umur ≥ 15 tahun meningkat dari 7 menjadi 10,9 per
mil;
d. Prevalensi penyakit ginjal kronis ≥ 15 tahun meningkat dari 2,0 per mil menjadi 3,8 per
mil;
e. Prevalensi Diabetes Melitus pada penduduk umur ≥ 15 tahun meningkat dari 6,9 %
menjadi 10,9%;
f. Prevalensi aktivitas fisik kurang pada penduduk umur ≥ 10 tahun meningkat dari 26,1%
menjadi 33,5%;
g. Prevalensi konsumsi buah/sayur kurang pada penduduk umur ≥ 5 tahun meningkat dari
93,5% menjadi 95,5%.2
Peningkatan kasus PTM akan menambah beban individu dan pemerintah. Data dari Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) tahun 2017 ada sebanyak 10.801.787 orang
atau 5,7% peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mendapat pelayanan untuk penyakit
katastropik dan menghabiskan biaya kesehatan sebesar 14,6 triliun rupiah atau 21,8% dari
seluruh biaya pelayanan kesehatan dengan komposisi peringkat penyakit jantung sebesar
50,9% atau 7,4 triliun, penyakit ginjal kronik sebesar 17,7% atau 2,6 triliun rupiah.2
Daerah cakupan puskesmas Banguntapan I sendiri terdiri dari 3 desa yaitu Desa Baturetno,
Desa Potorono, dan Desa Jambidan. Hingga bulan Juni 2019, terdapat 8.123 orang yang
menjadi sasaran pelayanan kesehatan usia produktif, dimana 5.960 orang (73%) dari total
tersebut belum terskrining untuk faktor resiko penyakit tidak menular. Untuk pelayanan
5
kesehatan pada penderitan hipertensi, sasarannya sebanyak 1.831, dimana hingga Juni 2019
terdapat 1.104 orang (60%) yang belum terskrining. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan
penderita Diabetes Melitus, target sasarannya sebanyak 1.744 orang, dan terdapat 1.372 orang
(79%) orang yang belum diperiksa.
Sebagai upaya mengendalikan faktor resiko penyakit tidak menular dengan deteksi dini,
dokter internship Puskesmas Banguntapan I mengangkat tema ini sebagai program skrining
dengan judul “PROAKTIF” (Pemeriksaan Orang Usia Produktif). Untuk deteksi dini ini, kami
memilih rentang usia produktif (15-64 tahun) karena faktor-faktor resiko penyakit tidak
menular kebanyakan ditemukan pada individu dengan rentang usia tersebut. Fokus
pemeriksaan yang kami lakukan juga difokuskan ke beberapa faktor resiko saja dan akan dibagi
menjadi 6 judul kecil, yaitu:
Agar lebih banyak masyarakat yang dapat diperiksa, program skrining “PROAKTIF”
ini akan diadakan dibeberapa tempat, meliputi:
6
MAN METHOD ENVIROMENT
System
Tidak ada SOP
pencatatan dan
pelayanan
pelaporan yang
screening PTM.
kurang baik,
sehingga tidak Stick
ada data siapa pemeriksaan Anggaran Puskesmas
saja yang sudah kolesterol dan Banguntapan I yang
asam urat yang belum terpakai
terbatas. maksimal untuk
screening PTM.
7
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut ditentukan perumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa saja faktor resiko terjadinya penyakit tidak menular (obesitas, hipertensi,
diabetes melitus dan hiperkolesterolemia) pada orang-orang usia produktif?
2. Bagaimana cara mendeteksi dini penyakit tidak menular di masyarakat?
3. Berapa banyak masyarakat di lingkungan puskesmas Banguntapan I yang mengalami
obesitas, hipertensi, diabetes melitus dan hiperkolesterolemia?
4. Bagaimana cara mencegah penyakit tidak menular ini?
5. Bagaimana peran edukasi dalam pencegahan dan pemantauan penyakit tidak menular
di masyarakat?
6. Bagaimana cara memantau dan mengontrol pasien-pasien yang sudah terdiagnosis
dengan hipertensi, diabetes melitus dan hiperkolesterolemia?
C. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum :
Pencegahan dan deteksi dini penyakit tidak menular pada orang usia produktif (15 – 64
tahun).
2. Tujuan Khusus :
a. Mengidentifikasi faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular (obesitas,
hipertensi, diabetes melitus dan hiperkolesterolemia) pada orang-orang usia
produktif.
b. Mendeteksi dini penyakit tidak menular di masyarakat melalui program skrining.
c. Mengetahui seberapa banyak masyarakat di lingkungan puskesmas Banguntapan I
yang mengalami obesitas, hipertensi, diabetes melitus dan hiperkolesterolemia.
d. Edukasi kepada masyarakat mengenai penyakit tidak menular, cara pencegahannya
serta pengobatannya.
e. Menetapkan alur deteksi dini (skrining) penyakit tidak menular baik di puskesmas
(poli skrining) maupun di luar puskesmas (tilik ibu di posyandu dan acara-
acara/event di masyarakat).
8
f. Memberikan kartu kendali kepada setiap pasien yang terdiagnosis hipertensi,
diabetes melitus, atau hiperkolesterolemia untuk dibawa setiap kunjungan ke
puskesmas.
D. Lokasi Kegiatan
Mini project “PROAKTIF” dilakukan di poliklinik skrining (poli cespleng) Puskesmas
Banguntapan I, kegiatan tilik ibu di setiap posyandu di daerah cakupan Puskesmas
Banguntapan I, serta diadakan acara-acara (event) yang melibatkan masyarakat-
masyarakat di daerah cakupan Puskesmas Banguntapan I.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DISLIPIDEMIA
Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia, yang sebagian besar datanya
berdasarkan wawancara terhadap gejala penyakit, besarnya 1,5%.1 Sementara itu,
prevalensi dislipidemia atas dasar konsentrasi kolesterol total >200 mg/dL adalah
39,8%.2 Dislipidemia, khususnya kolesterol LDL, mempunyai hubungan kausal
dengan penyakit kardiovaskular aterosklerotik berdasarkan studi genetik,
observasional, dan luaran klinis.
Dislipidemia disebabkan oleh terganggunya metabolisme lipid akibat interaksi
faktor genetik dan faktor lingkungan. Terdapat bukti kuat hubungan antara kolesterol
LDL dengan kejadian kardiovaskular berdasarkan studi luaran klinis sehingga
kolesterol LDL merupakan target utama dalam tata laksana dislipidemia. Kolesterol
HDL dapat memprediksi kejadian kardiovaskular bahkan pada pasien yang telah
diterapi dengan statin17 tetapi studi klinis tentang hubungan peningkatan konsentrasi
kolesterol HDL dengan proteksi kardiovaskular tidak meyakinkan. Bila target
kolesterol LDL sudah tercapai, peningkatan kolesterol HDL tidak menurunkan risiko
kardiovaskular berdasarkan studi klinis yang ada.
Panduan Tata Laksana Dislipidemia PERKI memakai sistem SCORE untuk
estimasi risiko kardiovaskular karena panduan yang digunakan oleh ESC/EAS ini
dianggap praktis, lengkap, dan dapat dicapai dengan biaya pengobatan yang masuk akal
untuk digunakan sebagai acuan di Indonesia. Estimasi risiko kardiovaskular total
menggunakan sistem SCORE dianjurkan bagi mereka yang berumur ≥40 tahun yang
tidak mempunyai bukti PJK, DM, PGK, dan hiperkolesterolemia familial.
10
Gambar 1. Chart Score
11
7. Penyakit inflamasi kronik.
8. Lingkar pinggang > 90 cm untuk laki-laki atau lingkar pinggang > 80 cm untuk
wanita.
9. Disfungsi ereksi.
10. Adanya aterosklerosis atau abdominal aneurisma.
11. Manifestasi klinis dari hiperlipidemia.
12. Obesitas (IMT > 25 kg/m2).
13. Laki-laki usia > 40 tahun atau wanita dengan usia > 50 tahun atau sudah
menopause.
Dalam pemeriksan fisik, yang paling mudah dan objektif untuk mendeteksi awal
adanya kemungkinan penyakit dislipidemia dengan mengukur lingkar perut dan menilai
obesitas menggunakan indeks massa tubuh (IMT). Lingkar perut pada setiap etnis
berbeda-beda. Untuk etnis melayu dan asia-india mempunya batasan kriteria ukuran
pinggang untuk obesitas yang sama. Dikatakan obesitas jika pengukuran lingkar perut
> 90 cm pada laki-laki dan perempuan > 80 cm. Pengukuran harus menggunakan pita
ukur dan diukur pada lokasi di tubuh yang terpat. Posisinya adalah diantara pangkal
tulang rusuk yang paling bawah dengan tonjolan tulang panggul samping atau tepat
berada diatas umbilicus.
Untuk mengukur IMT, harus diketahui berat badan dalam kilogram dan tinggi tubuh
dalam centimeter terdahulu. Lalu akan dimasukan di dalam rumus untuk
menghitungnya.
12
Setelah didapatkan hasil dari rumus tersebut, akan dikategorikan dalam
beberapa kelompok.
13
Tabel 1. Gaya hidup untuk menurunkan kadar kolesterol
Tidak hanya gaya hidup yang harus dirubah, namun perlu ditambahkan terapi
yang berfungsi untuk menurunkan resiko terkena penyakit kardiovaskular. Pada tabel
selanjutnya akan dijelaskan jenis obat-obatan yang bisa menurunkan kadar kolesterol
(hipolipidemik) yang bisa diberikan.
14
Tabel 2. Golongan obat hipolipidemik
Setelah melakukan modifikasi gaya hidup dan pemberian obat, maka para
penderita wajib memantau secara rutin. Pemantauan pertama dilakukan setelah 6
minggu diberikan penanganan. Jika terjadi perbaikan maka bisa mengevaluasi dengan
interval 6-12 bulan. Jika belum ada perubahan, disarankan untuk mengevaluasi dengan
interval 6 bulan.
15
BAB III
KEGIATAN POKOK
1. Kegiatan Pokok:
Meningkatkan cakupan Standar Pelayanan Minimum (SPM) tahun 2019 pada
pencegahan dan deteksi dini penyakit tidak menular pada usia produktif melalui kegiatan
“PROAKTIF” Pemeriksaan Orang Usia Produktif. Kegiatan “PROAKTIF” ini
dilaksanakan pada poliklinik CESPLENG, Tilik Ibu dan Event. Pada poliklinik
CESPLENG dilakukan pemeriksaan berupa deteksi dini atau screening obesitas,
hipertensi, diabetes melitus dan kolesterol, pemberian kartu kendali serta lembar edukasi
guna meningkatkan pengetahuan mengenai hipertensi, diabetes melitus, kolesterol dan
obesitas pada masyarakat usia produktif di Puskesmas Banguntapan I. Sedangkan pada
Tilik Ibu dilakukan screening hipertensi, diabetes melitus dan obesitas dengan sasaran
ibu-ibu yang mengantarkan balitanya ke posyandu. Event dilakukan screening hipertensi,
diabetes melitus dan obesitas pada acara besar di desa Batu Retno
2. Rincian Kegiatan:
Kegiatan pokok dilakukan dengan berkolaborasi dengan seluruh jajaran Puskesmas
Banguntapan I mulai dari kepala puskesmas, dokter, perawat, bidan, apoteker, laborat,
pendaftaran dan rekam medis. Kolaborasi ini berfokus pada penyusunan program kerja
guna meningkatkan kesadaran serta screening masyarakat usia produktif pada penyakit
tidak menular, kegiatannya berupa:
a. Melakukan survey awal masyarakat usia produktif di Puskesmas Banguntapan I dari
data PISPK serta cakupan indikator SPM pelayanan kesehatan pada usia produktif
2018.
b. Pembuatan poliklinik CESPLENG.
c. Pembuatan program Tilik Ibu di posyandu untuk screening penyakit tidak menular.
d. Pembuatan Event untuk screening penyakit tidak menular.
e. Pembuatan Standard Operasional Prosedur (SOP) yang harus dilakukan pada kegiatan
“PROAKTIF”.
f. Pembuatan Kartu Kendali bagi masyarakat usia produktif dengan hipertensi/ diabetes
melitus/ hiperkolesterol/ obesitas.
g. Pembuatan Lembar Balik dan leaflet untuk media edukasi masyakarat usia produktif.
16
h. Pembuatan Lembar Pretest-Postest untuk menilai pemahaman masyarakat terhadap
penyakit tidak menular
i. Pembuatan Lembar Rujukan Internal yang digunakan jika dibutuhkan pemeriksaan
lebih jauh
j. Pembuatan database hasil screening.
B. Sasaran
Sasaran miniproject ini adalah untuk semua masyarakat pada usia produktif (15-64 tahun)
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Banguntapan I yaitu desa Jambidan,
Potorono dan Baturetno.
17
7. Pembuatan Lembar Perencanaan Pengumpulan Edukasi -
Balik dan Leaflet Konsep dan materi menggunakan
Isi lembar balik lembar balik
dan leaflet dan leaflet
18
E. Alur Kegiatan “PROAKTIF”
1. Poliklinik CESPLENG
19
F. Instrumen Pelaksanaan Kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, kami menggunakan :
Form pengkajian
20
Alat cek gula darah dan kolesterol
Kartu kendali : digunakan untuk monitor dan pencatatan angka tekanan darah,
gula darah dan kolesterol
21
BAB IV
22
26. Duku 57 24
27. Banjerdadak 13 3
28. MT wetan 24 9
29. Balong 26 4
TOTAL 926 343
NO TB BB BMI
1. 155 58 24,1
2. 158 54 21,6
3. 158 51 20,4
4. 153 65 27,7
5. 151 51 22,3
6. 150 63 28
7. 165 69 25,3
8. 144 44 21,2
9. 162 79 30,1
10. 165 78 28,6
11. 163 56 21
12. 152 64 27,7
13. 153 58 24,7
14. 167 74 26,5
23
Data peserta terdeteksi obesitas pada event
NO TB BB BMI
1. 150 75 33,3
2. 158 58 23,2
3. 157 64 26,0
4. 160 66 25,7
5. 154 56 23,6
6. 168 72 25,5
7. 146 48 22,75
8. 173 61 20,4
9. 146 50 23,4
10. 156 55 22,6
11. 159 52 20,5
12. 155 45 18,7
13. 163 61 22,9
14. 156 57 23,4
15. 180 85 26,2
16. 155 68 28,3
17. 170 85 29,4
18. 160 64 25
19. 155 65 27
20. 150 58 25,7
21. 157 57 23,1
22. 158 70 28
23. 150 57 25,3
24. 165 54 19,8
25. 164 71 26,3
26. 157 56 23,7
27. 166 83 30,1
28. 170 72 24,9
29. 146 42 19,7
24
30. 160 45 17,5
31. 145 52 24,7
32. 162 50 19,0
B. PEMBAHASAN
Menurut tiga table di atas, pada kegiatan tilik ibu yang dilakukan saat posyandu
balita dari 926 peserta yang dilakukan pemeriksaan, didapatkan 343 peserta yang
terdeteksi obesitas dimana hasil perhitungan IMT > 25 kg/m2 Pada kegiatan Pandu
PTM yang dilakukan pada tanggal 23 Oktober 2019, dari 14 peserta, didapatkan 7
peserta yang terdeteksi obesitas. Lalu pada kegiatan Event yang saat itu bertepatan
dengan perayaan ulangtahun Desa Baturetno, dari 32 peserta yang diperiksa,
didapatkan 14 peserta yang terdeteksi obesitas.
Jumlah total peserta yang terdeteksi obesitas mencapai 364 orang dari 972 orang
yang di skrining dengan presentase 37,4%.. Kelompok yang terdeteksi obesitas tersebut
selanjutnya mempunyai faktor resiko yang bisa menyebabkan dyslipidemia, sehingga
sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah yang berfungsi mengetahui
kadar kolesterol di dalam darah. Dalam 3 kegiatan tersebut hanya di pandu PTM yang
dapat dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol, sehingga sebagian besar peserta dengan
obesitas tersebut tidak diketahui apakah mengalami dyslipidemia atau tidak.
Di puskesmas banguntapan 1 belum adanya sistem pencatatan khusus untuk
deteksi obesitas serta belum adanya SOP tindak lanjut bagi pasien dengan obesitas.
Pada program skrining ini, peserta dengan obesitas diberikan edukasi agar melakukan
perubahan gaya hidup seperti meningkatkan aktifitas fisik, melakukan olahraga secara
rutin, mengurangi asupan makanan berlemak, meningkatkan makanan tinggi serat dan
lain-lain yang di tuangkan dalam media edukasi yaitu lembar balik dan leaflet. Setelah
melakukan modifikasi gaya hidup maka para penderita wajib memantau secara rutin
serta disarankan untuk mengevaluasi dengan interval 6 bulan.
25
Foto Kegiatan
26
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Deteksi obesitas perlu di lakukan sebagai langkah awal dalam mendeteksi
adanya kemungkinan penyakit dyslipidemia dan penyakit tidak menular lainnya
Jumlah total peserta yang terdeteksi obesitas mencapai 364 orang dari 972 orang
yang di skrining dengan presentase 37,4%
B. Saran
Kegiatan yang dilakukan sudah terlaksana dengan baik. Hanya saja perlu perhatian
lebih terhadap peserta dengan obesitas dalam hal pencatatan dan evaluasi, untuk
melihat dan menilai respon dari edukasi yang sudah di sampaikan dengan harapan dapat
mengurangi angka obesitas sehingga bisa menurunkan resiko terjadinya penyakit tidak
menular.
27
DAFTAR PUSTAKA
28