Anda di halaman 1dari 2

F1 UPAYA PROMKES DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. Judul : Sosialisasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obat


terlarang
Latbel : Penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin banyak terjadi pada beberapa
kalangan mulai dari masyarakat yang berekonomi rendah maupun tinggi. Badan
Narkotika Nasional Pusat (BNNP) mencatat bahwa pada tahun 2013, korban
penyalahgunaan narkoba mencapai angka sebesar 2,2 persen dari total jumlah
penduduk Indonesia atau setara 4,2 juta jiwa (Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan, 2014). Korban penyalahgunaan narkoba itu berusia antara usia 10-59
tahun. Keadaan ini sungguh riskan karena paling banyak yang menjadi korban narkoba
padausia produktif. Padahal usia produktif merupakan usia dimana individu dapat
meningkatkan taraf hidupnya mulai dari ekonomi, sosial, dan kesehatan. Apabila
narkoba digunakan terus-menerus maka dapat menimbulkan ketergantungan.
Ketergantungan pada narkoba merupakan salah satu dampak akibat penyalahgunaan
obat yang tidak sesuai dengan dosis yang diharuskan, sehingga pemakai zat tersebut
tidak dapat menghentikan untuk mengonsumsinya dan secara berkala harus terus
mendapatkannya. Apabila telah mengkonsumsi narkoba terus-menerus maka akan
merugikan kesehatan dan menimbulkan dampak sosial yang luas.
Permasalahan : Banyaknya kasus narkoba yang terjadi saat ini menjadi permasalahan
kesehatan yang memiliki dampak yang cukup besar yaitu fisik, emosi, dan perilaku
pemakai narkoba.
Intervensi (metode penyuluhan/penetapan prioritas masalah) :
Melakukan penyuluhan dengan menggunakan media powerpoint dan film edukasi
disertai dengan tanya jawab yang interaktif dengan warga desa

Pelaksanaan : Pelaksanaan kegiatan Penyuluhan NAPZA dilakukan oleh tenaga


kesehatan dari puskesmas rejosari , kepolisian kecamatan dawe, warga desa dan
dokterintership di desa tergo, desa kuwukan dan desa cranggang pada bulan oktober
2019- januari 2020 untuk meningkatkan pengetahuan warga desa.
MonEv : warga aktif dalam sesi tanya jawab mengenai isi dari penyuluhan

F3 UPAYA KIA-KB
1. Judul : Kelas Balita
Latbel : Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko untuk terkena
berbagai macam gangguan kesehatan (kesakitan) dan kematian. i. Oleh karena itu
Kementerian Kesehatan RI telah meluncurkan berbagai program kesehatan untuk
menanggulangi hal ini, antara lain: Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita.
Permasalahan : Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007, Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 44/10.000 Kelahiran Hidup. Bila
dihitung secara matematis, berarti dalam setiap jam terjadi 22 kematian balita di
Indonesia, suatu jumlah yang tergolong fantastis untuk ukuran di era globalisasi.Tidak
semua ibu dan keluarga mau/dapat membaca buku KIA karena berbagai sebab atau
alasan, misalnya malas membaca, tidak punya waktu membaca, sulit mengerti atau
memang tidak mampu membaca (buta aksara).
Intervensi (metode penyuluhan/penetapan prioritas masalah) :
Kelas dimana para ibu mempunyai anak berusia antara 0 sampai 5 tahun secara
bersama-sama berdiskusi , tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan
pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing
oleh fasilitator dengan menggunakan buku KIA
Pelaksanaan : Kelas Balita dilaksanakan di rumah warga /kader pada setiap desa
selama bulan oktober 2019-januari 2020. Peserta kelas ibu balita adalah kelompok
belajar ibu-ibu yang mempunyai anak usia antara 0-5 th dengan pengelompokan 0-1 th,
1-2 th, 2-5 th. Peserta kelompok belajar terbatas, paling banyak 15 orang. Fasilitator
kelas ibu balita adalah bidan/perawat/tenaga kesehatan lainnya seperti dokter
intershipyang mendapat pelatihan fasilitator kelas ibu balita.Narasumber adalah tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian bidang tertentu, misalnya di bidang gizi, gigi,
PAUD, penyakit menular dan sebagainya.
MonEv : ibu dan balitaaktif dalam sesi tanya jawab mengenai isi dari
penyuluhan

Anda mungkin juga menyukai