Anda di halaman 1dari 65

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT REMAJA

DI RW 1 KELURAHAN UNGARAN KABUPATEN SEMARANG


(18November-04Januari 2020)

Oleh :

KELOMPOK 1
Andina Ema Retang
Gyastuti Dewi Apriyanti
Habibatuzzakiyah
Jefry Andryansyah
Juvenalda Florencia Cabral
Ninik Tri Budiyati
Nuke Hermila Zulfah
Rini Kusuma Dewi
Amalia Dyah Imanita
Agus Susanto

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa
keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani
menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang.
Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan
jatuh kedalam perilaku beresiko dan mungkin harus menanggung akibat jangka pendek
dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial. Sifat dan
perilaku beresiko pada remaja tersebut memerlukan ketersediaan pelayanan kesehatan
peduli remaja yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan remaja termasuk pelayanan
kesehatan reproduksi (WHO, 2014).
Remaja adalah penduduk dalam rentan usia 10-19 tahun. Menurut peraturan
menteri kesehatan RI no 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentan usia 10-18
tahun dan menurut bada kependudukan dan keluarga berencana (BKKBN) rentan usia
remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di
Indonesia menurut sensus penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari
jumlah penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 miliar atau 18%
dari jumlah penduduk (WHO, 2014).
Perilaku hidup sehat sejak dini merupakan salah satu upaya yang cukup penting
dalam menciptakan SDM yang produktif dan berkualitas di masa yang akan datang.
Beberapa perilaku beresiko pada usia remaja di antaranya adalah kebiasaan merokok, gizi
tidak seimbang, kurang aktivitas fisik, depresi/stres, dan kurangnya pengetahuan
mengenai HIV/AIDS dan cara menjaga kesehatan reproduksi.
Data dari survei tembakau pada anak sekolah usia 13 – 15 tahun Global Youth
Tobacco Survey (GYTS) yang dilakukan di 50 sekolah menunjukkan prevalensi pelajar
yang pernah merokok sebesar 33%. Data dari Susenas 2011 menunjukkan bahwa
persentase merokok pada usia 10 tahun ke atas di Jawa Barat adalah sebesar 31%, dimana
angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional (27.7%). Penelitian ini
menggambarkan bahwa sebagian dari pelajar SMP dan SMA mempunyai orang tua yang
merokok (51.3%) pada laki-laki dan (56.1%) pada perempuan. Hal ini tidak berbeda jauh
dari hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi merokok pada usia 15 tahun ke
atas adalah sebesar 56.7% pada laki-laki, sementara survei kesehatan anak sekolah ini
menunjukkan 48% pelajar laki-laki dan 54.4% remaja perempuan mengakui mempunyai
ayah yang merokok (Hasil Survey Nasional Kesehatan Berbasis Sekolah Di Indonesia,
2015).
Kesehatan reproduksi juga masih merupakan salah satu masalah kesehatan di usia
remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Suwandono, dkk di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan
Bali, menunjukkan bahwa 65% orang tua remaja, 83.3% guru sekolah, dan 77.3% remaja
mempunyai pengetahuan yang kurang, dalam hal perkembangan reproduksi remaja,
perubahan psikologis dan emosional remaja, penyakit menular seksual dan abortus (Hasil
Survey Nasional Kesehatan Berbasis Sekolah Di Indonesia, 2015).
Konsumsi makanan siap saji juga merupakan kebiasaan berisiko kesehatan yang
umumnya dilakukan para pelajar di Indonesia dan proporsinya sedikit lebih tinggi pada
perempuan (52.58% vs 56.17%) (Hasil Survey Nasional Kesehatan Berbasis Sekolah Di
Indonesia, 2015).
Konsumsi kurang sayur dan buah cukup tinggi pada perempuan, meskipun masih
lebih rendah dibandingkan hasil RISKESDAS 2013. Angka proporsi kurang konsumsi
sayur dan buah pada populasi yang lebih tinggi usia 13-15 tahun (97.6%) dan pada usia 16-
19 tahun (97.1%). Masyarakat Indonesia pada umumnya dan para pelajar SMP dan SMA
cenderung jarang makan buah. Proporsi makan buah sayur kurang dari 5 porsi pada studi
ini adalah sekitar 76.18% pada laki-laki dan 77.35% pada perempuan. Dibandingkan
dengan negara Asia lainnya, prevalensi kurang konsumsi sayur dan buah masih tinggi
dibandingkan dengan Thailand (67%) pada tahun 2012. Studi pustaka yang dilakukan oleh
Rasmussen dkk (2011) menunjukkan bahwa beberapa studi di berbagai negara menetapkan
faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi sayur dan buah pada remaja adalah aspek
sosial ekonomi, demografi, preferensi (kesukaan), pola konsumsi orang tua dan
ketersediaan atau akses terhadap sayur dan buah (Hasil Survey Nasional Kesehatan
Berbasis Sekolah Di Indonesia, 2015).
Kurang aktifitias fisik merupakan perilaku berisiko yang dialami oleh setidaknya
hampir sebagian dari pelajar SMP dan SMA dimana proporsinya lebih tinggi pada pelajar
perempuan. Angka ini cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2013,
yang menunjukkan proporsi kurang aktifitas fisik sebesar 43.5% pada populasi usia 13-15
tahun dan 34.2% pada usia 16-18 tahun. Studi di Arab Saudi tahun 2009-2010 di tiga kota
dengan jumlah sampel 2908 pelajar SMP dan SMA usia 14-19 tahun menunjukkan angka
proporsi yang cukup tinggi untuk aktifitas yaitu sebesar 84% laki-laki dan 91.2%
perempuan.
Berdasarkan hasil wawancara di RW 01 Kuncen Lama Ungaran didapatkan data
bahwa rata-rata remaja sebagaian besar adalah pelajar, mereka jarang berolahraga, sering
makan-makanan tidak sehat, merokok.Selama ini nampak bahwa perhatian yang lebih
besar ditujukkan kepada mereka yang sakitsedangkan mereka yang berada diantara sehat
dan sakit tidak banyak mendapatkan upaya promosi.Oleh karena itu, perlu adanya upaya
promotif untuk menjaga derajat kesehatan masyarakat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan komunitas pada remaja
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui latar belakang masalah kesehatan komunitas agregat
remaja dengan melalui pengkajian keperawatan di RW 1 Kuncen lama
kelurahan ungaran.
b. Untuk menentukan masalah keperawatan pada komunitas agregat remaja di
RW 1 Kuncen lama kelurahan Ungaran.
c. Untuk menentukan prioritas masalah keperawatan komunitas agregat remaja
di RW 1 Kuncen lama kelurahan Ungaran.
d. Untuk menentukan intervensi keperawatan komunitas agregat remaja dengan
mengacu pada 4 pilar intervensi komunitas.
e. Untuk melaksanakan implementasi dan evaluasi keperawatan pada agregat
remaja di RW 1 Kuncen Lama Kelurahan Ungaran.
f. Pengaplikasian konsepteori keperawatan komunitas agregat remaja dengan
melakukan kerjasama dengan pihak terkait dari proses pengkajian sampai
dengan evaluasi.

C. Manfaat Penulisan
Sesuai dengan masalah dan tujuan di atas asuhan keperawatan yang ditunjukkan kepada
komunitas agregat remaja di RW 01 Kuncen Lama Ungaran. Diharapkan dapat
memberikan manfaat antara lain:
1. Dapat membantu remaja dalam mencegah terjadinya perilaku menyimpang
2. Memberikan informasi data tentang remaja dan resiko yang mungkin akan terjadi
3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terbaik
dengan remaja
4. Membantu masyarakat khususnya keluarga yang mempunyai anak remaja dalam
memberikan intervensi
5. Sebagai bahan informasi tambahan bagi petugas kesehatan dalam memberikan
penanganan masalah kesehatan pada remaja baik dalam hal promotif maupun
preventif.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Remaja
1. Definisi
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata bendanya
adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Adolescence
artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial
serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum, yaitu bahwa
pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba-tiba, tetapi
pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-Mighwar, 2012).
Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual (Sarwono, 2011).Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial
budaya daerah setempat. WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian, yaitu remaja
awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Batasan usia remaja Indonesia usia
11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2011). Menurut Hurlock (2011), masa
remaja dimulai dengan masa remaja awal (12-24 tahun), kemudian dilanjutkan
dengan masa remaja tengah (15-17 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).
Dalam tahapan perkembangan remaja menempati posisi setelah masa anakdan
sebelum masa dewasa. Adanya perubahan besar dalam tahap perkembanganremaja
baik perubahan fisik maupun perubahan psikis (pada perempuan setelahmengalami
menarche dan pada laki-laki setelah mengalami mimpi basah)menyebabkan masa
remaja relatif bergejolak dibandingkan dengan masaperkembangan lainnya. Hal ini
menyebabkan masa remaja menjadi penting untukdiperhatikan.
2. Batasan Usia Remaja
Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga masatua akhir
menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni masaremaja awal,
masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Adapun kriteriausia masa remaja
awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu15-17 tahun. Kriteria
usia masa remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18tahun dan pada laki-laki
yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhirpada perempuan yaitu 18-21
tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib, 2010).
Menurut Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012), masa remaja adalah masatransisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnyadimulai
pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahunatau awal dua
puluhan tahun.
Jahja (2012) menambahkan, karena laki-laki lebih lambat matang daripadaanak
perempuan, maka laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang lebihsingkat,
meskipun pada usia 18 tahun ia telah dianggap dewasa, seperti halnyaanak
perempuan. Akibatnya, seringkali laki-laki tampak kurang untuk
usianyadibandingkan dengan perempuan. Namun adanya status yang lebih matang,
sangatberbeda dengan perilaku remaja yang lebih muda.
Menurut Mappiare masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampaidengan
21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.Rentang usia
remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahunsampai dengan
17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampaidengan 21/22 tahun
adalah remaja akhir (Ali & Asrori, 2006).
Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telahdewasa
apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti padaketentuan
sebelumnya. Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangkusekolah menengah
(Hurlock dalam Ali & Asrori, 2006). Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12
sampai masa remaja akhir atauawal usia dua puluhan, dan masa tersebut membawa
perubahan besar salingbertautan dalam semua ranah perkembangan (Papalia, dkk.,
2008). Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun.
MenurutDepkes RI adalah antara 10 samapi 19 tahun dan belum kawin.Menurut
BKKBNadalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti dkk., 2009).
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa usia remaja padaperempuan
relatif lebih muda dibandingkan dengan usia remaja pada laki-laki.Hal ini menjadikan
perempuan memiliki masa remaja yang lebih panjangdibandingkan dengan laki-laki.

3. Tahap Perkembangan Remaja


Menurut Sarwono (2011) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses
penyesuaian diri menuju dewasa :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan
yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-
pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.
Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik.
Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali
terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang
dewasa.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan
kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada
kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-
teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada
dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka
atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau
meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes
Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan
mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Ego nya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam
pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public).
4. Karakteristik Perkembangan Remaja
Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan menjadi :
a. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009),
menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan
terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas dan
berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau ketika
hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas
kelompok versus pengasingan diri.
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi dari
keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi peran.
Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan
identitas pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah
tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab
pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan
masyarakat.
1) Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok semakin
kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal yang penting
karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok dapat
memberi mereka status. Ketika remaja mulai mencocokkan cara dan minat
berpenampilan, gaya mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja
terhadap kelompok teman sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok
orang dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja sehingga mereka dapat
memerankan penonjolan diri mereka sendiri sementara menolak identitas dari
generasi orang tuanya. Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan remaja
tidak diterima dan diasingkan dari kelompok.
2) Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan yang mereka
kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di masa lalu, seperti
halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu dilakukan di masa yang
akan datang. Proses perkembangan identitas pribadi merupakan proses yang
memakan waktu dan penuh dengan periode kebingungan, depresi dan
keputusasaan. Penentuan identitas dan bagiannya di dunia merupakan hal yang
penting dan sesuatu yang menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika
setahap demi setahap digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai,
identitas yang positif pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi
peran terjadi jika individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas
dari berbagai aspirasi, peran dan identifikasi.
3) Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran seksual.
Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai mengomunikasikan
beberapa pengharapan terhadap hubungan heterokseksual dan bersamaan
dengan kemajuan perkembangan, remaja dihadapkan pada pengharapan
terhadap perilaku peran seksual yang matang yang baik dari teman sebaya
maupun orang dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya,
antara daerah geografis, dan diantara kelompok sosioekonomis.
4) Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja akhir.
Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional, dan
walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih kuat dan
mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja akhir.
Sementara remaja awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir dapat
mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan
emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat
diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi, dan
jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan perasaan tidak
aman, ketegangan, dan kebimbangan.
b. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja
tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode
berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan
terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian
pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang
mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana
segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan
orang tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah.
Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada
waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka dapat mempertimbangkan hubungan
antara kecepatan, jarak dan waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata.
Mereka dapat mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok
pernyataan dan mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku
yang lebih dapat dianalisis.
c. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009), masa
remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral dan
individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka memahami
tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga
memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan hukuman terhadap
kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan
yang salah. Namun demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral
yang telah ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu
peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi
peraturan tersebut.
d. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain,
beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka.
Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai
elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan
konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah
yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual dengan privasi dalam
kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan eksplorasi terhadap konsep
keberadaan Tuhan. Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat
menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada
akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.
e. Perkembangan Emosi Masa Remaja
Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa
dewasa, status remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi
lingkungannya (Ali & Asrori, 2006).
Semiawan (dalam Ali & Asrori, 2006) mengibaratkan: terlalu besar untuk
serbet, terlalu kecil untuk taplak meja karena sudah bukan anak-anak lagi,
tetapijuga belum dewasa. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar,
emosiberkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna.Remaja
jugasering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.
Ali & Ansori (2006) menambahkan bahwa perkembangan emosiseseorang
pada umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya.Perkembangan
emosi remaja juga demikian halnya.Kualitas atau fluktuasi gejalayang tampak
dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasiemosi yang ada
pada individu tersebut.Dalam kehidupan sehari-hari sering kitalihat beberapa
tingkah laku emosional, misalnya agresif, rasa takut yangberlebihan, sikap apatis,
dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai dirisendiri dan memukul-mukul
kepala sendiri.
f. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri
mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri
dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari
remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali
orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk memahami tanggung
jawab yang terkait dengan kemandirian.
1) Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari menyayangi dan
persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali melibatkan
kekacauan dan ambigulitas karena baik orang tua maupun remaja berajar
untuk menampilkan peran yang baru dan menjalankannya sampai selesai,
sementara pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali merupakan
rangkaian kerenggangan yang menyakitkan, yang penting untuk menetapkan
hubungan akhir. Pada saat remaja menuntut hak mereka untuk
mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering kali menciptakan
ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang kendali orang tua, dan
konflik dapat muncul pada hampir semua situasi atau masalah.
2) Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian besar
kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih berperan
penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanak-kanak. Kelompok
teman sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan dan kekuasaan.
5. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut (Hurlock, 2011) antara lain :
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap
dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki dan anak perempuan
yang dapat diharapkan untuk menguasai tugastugas tersebut selama awal masa
remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan harapan
ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda akan meletakkan dasar-
dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku.
b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita
Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa jauh
perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan itu
sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan dalam
waktu yang relatif singkat sebagai akibat perubahan usia kematangan yang
menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang menganggu para
remaja.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak
kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan diri
pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini
dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih
sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai
banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal
masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-
anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat,
sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin dewasa yang diakui masyarakat
dan menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang
memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun. Karena adanya
pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir masa
kanak-kanak dan masa puber, makan mempelajari hubungan baru dengan lawan
jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui lawan jenis dan
bagaimana harus bergaul dengan mereka. Sedangkan pengembangan hubungan
baru yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri secara
emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas
perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan
kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan
membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang
tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya
dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan
yang akrab dengan anggota kelompok.
f. Mempersiapkan karier ekonomi
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan dan
mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih pekerjaan yang
memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan untuk memperoleh
kemandirian ekonomi bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa nantinya.
Secara ekonomi mereka masih harus tergantung selama beberapa tahun sampai
pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai dijalani.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan perkawinan
merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahuntahun remaja.
Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-ansur mengendur
dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual, tetapi aspek
perkawinan yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan. Kurangnya persiapan ini
merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak terselesaikan, yang oleh
remaja dibawa ke masa remaja.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku
mengembangkan ideologi
Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang sesuai
dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam perkembangan ini. Namun
bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan teman sebaya, masa remaja harus
memilih yang terakhir bila mengharap dukungan teman-teman yang menentukan
kehidupan sosial mereka. Sebagian remaja ingin diterima oleh teman-temannya,
tetapi hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa
dianggap tidak bertanggung jawab.
B. Keperawatan Komunitas
Praktik keperawatan kesehatan komunitas menurut WHO dalam Stanhope dan
Lancaster (2010) adalah mencakup perawatan kesehatan keluarga dan juga meliputi
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang luas dan membantu masyarakat
mengidentifikasi masalah kesehatan sendiri serta memecahkan masalah kesehatan
tersebut sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada pada komunitas sebelum
mereka meminta bantuan kepada orang lain. Keperawatan kesehatan komunitas
merupakan keperawatan yang berfokus pada perawatan kesehatan komunitas atau
populasi dari individu, keluargadan kelompok (Stanhope dan Lancaster, 2010).
1. Unsur-unsur Penting dalam Kesehatan Komunitas
Unsur penting dalam kesehatan masyarakat menurut Allender, Rector dan Warner
(2014) adalah memprioritaskan upaya pencegahan, proteksi dan promosi kesehatan
tanpa mengesampingkan upaya kuratif sebagai bentuk praktik profesional; mengukur
dan menganalisis masalah kesehatan komunitas dengan konsep epidemiologi dan
biostatistik; mempengaruhi faktor dari lingkungan untuk kesehatan aggregate atau
kelompok; prinsip yang menjadi dasar dalam kesehatan masyarakat adalah
manajemen dan pengorganisasian kesehatan komunitas melalui pengorganisasian
masyarakat; analisis kebijakan dan pengembanganpublik; advokasi kesehatan
serta pemahaman terhadap proses politik.Unsur-unsur penting tersebut adalah
sebagai upaya dalam mencapai kesehatan yang optimal khususnya bagi keperawatan
kesehatan komunitas lansia depresi.
2. Karakteristik Keperawatan Komunitas
Menurut Clark, 2008 dalam Maglaya et.al.,(2009), karakteristik keperawatan
komunitas meliputi promosi kesehatan dan pencegahan penyakit ataumasalah
kesehatan sebagai bentuk praktik profesional yang dilakukan secara komprehensif,
general dan berkelanjutan pada tiga level atau tingkatan klien yaitu individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat (populasi). Selain itu, perawat juga mengenal
dampak dari faktor yang berbeda pada kesehatan dan mempunyai kesadaran yang
lebih besar terhadap situasi dan kehidupan klien dengan menggunakan strategi
keperawatan komunitas yangtepat.
3. Strategi KeperawatanKomunitas
a. Proses Kelompok (GroupProcess).
Proses kelompok merupakan proses pembentukan suatu kelompok untuk
mencapai suatu tujuan bersama. Kelompok ini dapat membantu dalam program
promosi kesehatan keperawatan komunitas dan dapat diwujudkan dalam
kelompok lansia sebaya. Pengorganisasian masyarakat ini merupakan suatu
proses perubahan komunitas yang memberdayakan individu dan kelompok
berisiko dalam menyelesaikan masalah komunitas dan mencapai tujuan yang
diinginkan bersama. Individu-individu dalam suatu kelompok dapat
mempengaruhi pemikiran, perilaku, nilai dan interaksi sosial di masyarakat,
makadiperlukan kekompakan di dalam suatu kelompok (Stanhope & Lancaster,
2010).
Proses kelompok dilakukan dengan proses pembentukan kelompok khusus
bagi lansia yang mengalami depresi yaitu kelompok lansia MaSa INDAH.
Kelompok lansia merupakan salah satu sarana bentuk dukungan sosial yang dapat
berkontribusi dalam promosi kesehatan.Kelompok swabantu adalah kumpulan
dua orang atau lebih yang datang bersama untuk membuat kesepakatan saling
berbagi masalah yang mereka hadapi, kadang disebut juga kelompokpemberi
semangat (Pistrang, 2008).
Perawat dapat melibatkan lansia dalam kegiatan kelompok di
masyarakat.Kegiatan kelompok dapat dilakukan dengan kegiatan yang dipadukan
dengan kegiatan keagamaan.Kelompok dapat membantu lansia membangun
integritas dan penghargaan atas diri sendiri. Situasi kelompok juga akan
membimbing lansia
keluardariketerisolasiandanlansiaakanmenemukanmaknadalamkehidupan mereka,
sehingga mereka dapat hidup sepenuhnya dengan fungsi sosial dan physiologis
yang tinggi. Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan memiliki kesempatan
dalam memfasilitasi kelompok dalam meningkatkan perawatan therapeutik bagi
lansia dengan masalah depresi (Pistrang,2008).
b. Pendidikan Kesehatan (HealthPromotion).
Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan,
mengurangi ketidakmampuan dan mengoptimalkan potensi kesehatan yang
dimiliki oleh individu, kelompok dan masyarakat. Pendidikan kesehatan juga
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, perbaikan sikap dan peningkatan
keterampilan, sehingga diharapkan ada perubahan gaya hidup yang lebih baik.
Perubahan perilaku sehat masyarakat dapat mengubah penerimaan yang kondusif
terhadap program promosi kesehatan yang dilakukan. Strategi pendidikan
kesehatan merupakan suatu proses yang memfasilitasi pembelajaran yang
mendukung perilaku sehat dan mengubah perilaku tidak sehat (Friedman,
Bowden, & Jones, 2010).
Pendidikan kesehatan dilakukan untuk lansia yang mengalami depresi
maupun lansia yang mengalami risiko depresi. Selain itu pendidikan kesehatan
juga dilakukan dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti kegiatan
keagamaan. Pendidikan kesehatan adalah memberikan informasi kesehatan
tentang masalah kesehatan lansia, depresi pada lansia, komunikasi yang efektif
bagi lansia dan keluarga, harga diri rendah dan cara meningkatkannya.
Intervensi promosi kesehatan juga diberikan tentang faktor risiko yang
mengkibatkandepresidapatdilakukanmelaluiintervensikeperawatan.Diskusi tentang
perubahan fungsional yang terjadi pada lansia yang merupakan konsekuensi proses
penuaan dengan faktor risiko pada lansia. Diskusi tentang hubungan potensial dan
identifikasi pemecahan masalah bersama dengan pemberi pelayanan keperawatan
(Miller, 2012).
c. Pemberdayaan Masyarakat(empowerment)
Pemberdayaan (empowerment) merupakan proses pemberian kekuatan atau
motivasi sehingga membentuk interaksi transformasi kepada masyarakat antara
lain dengan adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru dan kekuatan
mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Hitchock, Scubert, & Thomas,
1999). Perawat komunitas mendorong masyarakat untuk dapat berbuat mandiri
dan berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatannya. Kerjasama ini dilakukanuntuk
mencapai tujuan bersama dalam upaya meningkatkan kesehatan lansia depresi
yaitu dengan melibatkan masyarakat dan keluarga.
Pemberdayaan juga merupakan proses pengembangan pengetahuan dan
keterampilan yang meningkatkan kemampuan seseorang atas keputusan-
keputusan mempengaruhi orang lain (Helvie, 1998). Pemberdayaan juga
merupakan proses yang memungkinkan orang untuk memilih, mengendalikan,
dan membuat keputusan tentang kehidupannya dengan rasa saling menghargai
terhadap semua yang terlibat (Friedman, Bowden, & Jones, 2010).
d. Kemitraan (partnership)
Kemitraan dilakukan untuk upaya kesehatan lansia dengan depresi yaitu
menjalin kemitraan dengan lintas program dan lintas sektoral. Kemitraan
dilakukan agar mengoptimalkan kegiatan program yang direncanakan, karena
suatu program berkaitan langsung dengan sektor kehidupan yang lain.
Misalnya upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tidak hanya
dipengaruhi olehfasilitas pelayanan kesehatan saja, namun juga dapat dipengaruhi
oleh politik, ekonomi, budaya dan sektor yang lainnya.
Partnership juga merupakan suatu strategi negosiasi membagi kekuasaan
antara tenaga kesehatan profesional dengan individu, keluarga, dan/atau rekan
komunitas yang mempunyai tujuan saling menguntungkan untuk
meningkatkankemampuan individu, keluarga dan mitra masyarakat untuk
melakukan kepentingan sendiri secara efektif (Helvie, 1998).
Strategi keperawatan komunitas digunakan untuk mencapai tujuan
perawatan komunitas yaitu mempromosikan dan menjaga kesehatan komunitas.
Tujuan keperawatan akan tercapai jika dilakukan dengan strategi keperawatan
yang tepat. Strategi keperawatan komunitas harus tetap memperhatikan prinsip-
prinsip dari keperawatan komunitas (Allender, Rector & Warner, 2014).
4. Prinsip Keperawatan Komunitas
Prinsip-prinsip ditetapkan oleh ANA (2007, dalam Allender, Rector & Warner, 2014) untuk
praktik keperawatan kesehatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Fokus padakomunitas
Prinsip pertama adalah tanggungjawab perawatan kesehatan komunitas adalah
pelayanan langsung. Selain itu, perawat kesehatan komunitas dapat memberikan
intervensi untuk individu, keluarga atau kelompok yang membutuhkan dan
menjadi bagian dalam komunitas (komunitas sebagai klien).
b. Memprioritaskan untuk kebutuhankomunitas
Prinsip kedua adalah perawat kesehatan komunitas memprioritaskan kebutuhan
komunitas. Perawat harus berusaha untuk mempertimbangkan intervensi yang
Memprioritaskan untuk kebutuhankomunitas Prinsip kedua adalah perawat
kesehatan komunitas memprioritaskan kebutuhan komunitas. Perawat harus
berusaha untuk mempertimbangkan intervensi yang terbaik dan yang akan
diberikan kepada komunitas.
c. Bekerja bersama anggota masyarakat
Prinsip ketiga adalah perawat bekerja bersama-sama dengan komunitas
(komunitas sebagai rekan kerja) dalam mencapai tujuan intervensi keperawatan
kesehatan komunitas. Perawat dan anggota komunitas masing-masing memiliki
sistem nilai, kepercayaan dan keahlian masig-masing dalam hubungan kerjanya.
Perkembangankebijakandanjaminanlebihmemungkinkanuntukbisaditerima dan
diterapkan sebagai dasar pertimbangan saling menghormati satu sama lain.
d. Fokus pada pencegahan primer
Prinsip keempat adalah keperawatan kesehatan komunitas menekankan pada
pentingnya tindakan pencegahan primer dalam promosi kesehatan masyarakat.
Perawat kesehatan komunitas berinisiatif untuk menemukan kelompok berisiko
tinggi, potensial masalah-masalah kesehatan, dan situasi yang berkontribusi dalam
masalah kesehatan. Kemudian perawat membuat suatu program pencegahan
masalah kesehatan.
e. Promosi lingkungan yang menyehatkan
Prinsip kelima adalah merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa
masyarakat hidup dalam kondisi yang mendukung kesehatan. Masyarakat akan
memiliki tingkat kesehatanyang rendah jika hidup dalam lingkungan yang tinggi
pengangguran, perumahan yang padat, tidak memiliki sumber air bersih, serta
pola hidup merokok, minum minuman keras, penggunaan obat-obatan terlarang.
Untuk mengubah kondisi tersebut membutuhkan komitmen, ketekunan,
kesabaran, akal dan pandangan yang jangka panjang dari semua lapisan
masyarakat.
f. Target intervensi untuk semua yang membutuhkan manfaat intervensi
Prinsip keenam adalah perawat kesehatan komunitas memeriksa kebijakan atau
program untuk menentukan apakah kebijakan atau program tersebut dapat diakses
dan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan dan
advokasi untuk perubahan jika diperlukan
g. Promosi alokasi sumber daya yang optimal
Prinsip ketujuh adalah perawat kesehatan komunitas mengetahui hasil penelitian
yang efektif dari berbagai program. Perawat juga mengumpulkan informasi
tentang biaya jangka pendek dan jangka panjang dari program.

h. Kolaborasi dengan semua pihak yang ada di komunitas


Prinsip kedelapan adalah perawat kesehatan komunitas menekankan pada
pentingnya kolaborasi dengan perawat yang lain, pemberi pelayanan kesehatan,
pekerja sosial, guru, pemimpin agama, pengusaha dan pegawai pemerintahan di
masyarakat. Kolaborasi interdisiplin tersebut sangat penting dalam pelaksanaan
dan keefektifan program. Program tersebut direncanakan dan dilaksanakan tanpa
ada kesenjangan dan tumpang tindih dalam pelayanan kesehatan.
Praktik keperawatan komunitas mencakup pelayanan keperawatan
komunitas dan asuhan keperawatan komunitas. Pelayanan keperawatan komunitas
perlu dikelola dan ditata dengan fungsi-fungsi manajemen. Hal tersebut bertujuan
agar pencapaian kesehatan masyarakat menjadi lebih optimal.
BAB III
PENGKAJIAN

A. Melakukan Kajian Data Core Komunitas


Tahap pengkajian dilakukan pada tanggal 21-23 November 2019 yang dilakukan
oleh 10 mahasiswa. Berdasarkan data yang didapat dari kelurahan Ungaran didapatkan
jumlah KK pada RW 01 berjumlah 795 KK yaitu sebagai berikut.

Jumlah KK per RT

RT 14
RT 13 RT 1RT 2
5% 3%3% 5%
RT 12 RT 3
9% 9%

RT 11 RT 4
8% 6%

RT 5
RT 10 9%
9%
RT 6
RT 9 6%
10% RT 7
RT 8 9%
8%

RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 5 RT 6 RT 7
RT 8 RT 9 RT 10 RT 11 RT 12 RT 13 RT 14

a. Jumlah penduduk
Berdasarkan hasil pengkajian di RW 01 Kuncen Lama Kelurahan Ungaran, didapatkan
data jumlah penduduk sebanyak2.606 jiwa.
b. Jenis kelamin
Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagai berikut.

Jenis kelamin
17%

83%

Laki-laki Perempuan

Berdasarkan diagram di atas warga Kelurahan Ungaran RW 01 terdiri dari 83% laki-laki
dan 17% perempuan.
c. Pendidikan

Pendidikan

Perguruan Tinggi
SMA
SMP
SD
d. Kelompok umur

Kelompok Umur

Remaja Awal (12-15)


Remaja Tengah (15-18)
Remaja Akhir (18-24)

Jumlah remaja di RW 01 sebanyak 85 orang dengan jumlah perempuan sebanyak 47


orang dan jumlah laki-laki sebanyak 38 orang
e. Agama

Agama

Islam
Kristen
Katolik

f. Status perkawinan
Status Perkawinan

Menikah
Belum Menikah

g. Bahasa
Bahasa yang sering digunakan remaja dalam kehidupan sehari-hari di Kuncen Lama
RW 01 adalah bahasa jawa dan bahasa Indonesia.
h. Penghasilan
Berdasarkan data yang telah didapatkan, mayoritas remaja di RW 01 belum
berpenghasilan dan masih bersekolah ataupun menjadi mahasiswa.Serta untuk
remaja yang sudah bekerja penghasilannya sesuai UMR Kabupaten Semarang.
i. Budaya di Masyarakat
Bahasa yang digunakan sehari-hari di Kuncen Lama RW 01 adalah bahasa Jawa.
Sedangkan keyakinan remaja di Kuncen Lama RW 01 yang berkaitan dengan
penyakit atau kesehatan, biasanya remaja sekitar tidaklangsung berobat ke dokter
atau rumah sakit terdekat, melainkan ke apotek terlebih dahulu untuk membeli obat
sesuai dengan keluhan yang dirasakan, jika setelah minum obat rasa sakit tidak
kunjung membaik maka remaja sekitar langsung periksa ke rumah sakit terdekat atau
puskesmas.
B. Melakukan kajian wishield survey
a. Batas wilayah
Batas wilayah utara RW 01 adalah jalan kepodang cucian mobil sampai perumahan
kepodang, batas wilayah selatan sampai pom bensin, batas wilayah timur sampai
panti jompo, batas wilayah barat pertigaan bengkel lurus sampai tahu bakso bu tun.
b. Pembagian wilayah
Wilayah di Kelurahan Ungaran khususnya di RW 01 Kuncen lama dibagi atas 14 RT.
c. Kondisi perumahan
Perumahan warga sangat dekat (rapat) antar rumah, pemukiman warga terlihat sebagian
besar bersih dan sebagian kecil sedikit kumuh di area kontrakan. Perumahan warga
sebagian besar bertingkat satu dengan lantai keramik dan bangunan permanen.
d. Kondisi lingkungan
Lingkungan cukup bersih, tidak ada rumput liar, sampah-sampah ditampung pada
tempatnya, sebagian selokan tertutup rapat sehingga tidak menimbulkan bau, namun di
area kontrakan (kos-kosan) tampak selokan kumuh dan banyak tikus-tikus liar dan
berbau tidak sedap.
e. Observasi terhadap keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat hampir sebagian besar individualis karena di daerah tersebut
termasuk dalam area perkotaan. Namun setiap bulannya terdapat pertemuan rutin antar
warga .Warga mengikuti kumpulan rutin yang dilakukan di rumah warga secara
bergantian. Kerja bakti dilakukan secara spontan dan tidak terjadwal.
f. Tanda kerusakan
Tidak ada tanda kerusakan rumah/jalan/fasilitas umum di lingkungan RW 01.
g. Area rekreasi
Di wilayah RW 01 tidak ada tempat rekreasi.
h. Tempat umum (sarana ibadah)
Terdapat sarana ibadah untuk agama Islam yaitu masjid Baitussyukur.

i. Pertokoan/pasar
Didaerah lingkungan RW 01 terdapat banyak pertokoan, banyak rumah makan atau
warung makan kecil, terdapat juga alfamart, bengkel, counter handpone, salon potong
rambut serta meubel.
j. Transportasi
Warga menggunakan alat transportasi yaitu kendaraan bermotor, beberapa warga ada
yang memiliki mobil, dan ada yang menggunakan transportasi umum seperti angkot.
k. Pusat pelayanan sosial dan kesehatan
Wilayah RW 01 memiliki pelayanan kesehatan yaitu posyandu dan posbindu yang
dilakukan bersama yaitu satu RW
l. Pos bencana/perlindungan
Belum terdapat pos bencana/perlindungan di RW 01 Kuncen Lama Kelurahan Ungaran.
C. Elemen Sub Sistem Keperawatan Komunitas
1. Fisik dan lingkungan perumahan
1) Bunyi bising, bau, debu, dan lain-lain berkaitan dengan masalah pencemaran
Diwilayah RW 01 terdengar bunyi bising kendaraan bagi rumah warga yang
berada di pinggir jalan raya, rumah warga yang dilingkungan dalam cukup tenang.
Di sebagian lingkungan rumah warga terdapat bau dari selokan yang terkadang
mengganggu pengguna jalan. Pengelolaan sampah sudah dikelola oleh Lembaga
Ketahanan Masyarakat Kelurahan (LKMK).
Setiap rumah sudah memiliki jamban sendiri-sendiri, jenis jamban yang dipakai
rata-rata yaitu leher angsa dan duduk, setiap rumah memiliki pembuangan
tinja/kotoran (saptictank) sendiri-sendiri. Jarak antara saptictank dengan sumber air
rata-rata 10-15 m. Untuk pembuangan limbah rumah tangga di RW 01 masih
dibuang di selokan dan juga sebagian ada yang memiliki resapan air sendiri.
2) Kondisi pemukiman
Rata-rata kondisi pemukiman di RW01 berkondisi baik. Rumah-rumah warga sudah
bangunan permanent, mayoritas berkeramik, ada beberapa yang masih pakai jubin
(plester), atapnya berupa genteng dan setiap rumah memiliki jendela yang dibuka
setiap hari.

3) Sanitasi
1. Penyediaan air bersih
Terdapat sarana air bersih di setiap rumah bersumber dari PDAM dan sumur.
1) Penyediaan air minum
Mayoritas warga mengkonsumsi air minum yang dimasak sendiri, ada
beberapa warga yang kadang mengkonsumsi air minum instan (galon).
2) Penggunaan jamban
Di setiap rumah sudah menggunakan jamban sehat yaitu leher angsa dan
duduk. Setiap rumah sudah memiliki pembuangan tinja/kotoran (saptictank)
sendiri disetiap rumah.
2. Sarana pembuangan air limbah
Pembuangan air limbah rumah tangga sebagian besar dialirkan ke area selokan
dan ada yang dialirkan di resapan tanah.
a) Pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah sudah dikelola oleh Lembaga Ketahanan Masyarakat
Kelurahan (LKMK), di setiap rumah tersedia tempat sampah.
b) Polusi udara, air, tanah atau suara kebisingan
Daerah RW 01 termasuk ke dalam daerah semi perkotaan yang sudah mulai
tercemar udaranya karena polusi dari kendaraann dan suara bising dari jalan
raya
c) Sumber polusi
Sumber polusi di RW 01 disebabkan oleh polusi kendaraan.
3. Pendidikan
1) Tingkat pendidikan
Pendidikan

Perguruan Tinggi
SMA
SMP
SD

2) Fasilitas pendidikan yang tersedia


Tidak terdapat pelayanan pendidikan
3) Jenis bahasa yang digunakan
Warga menggunakan bahasa jawa untuk bahasa sehari-hari. Warga juga
dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik.
Prevalensi warga yang menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari sebanyak 30% sedangkan yang dengan bahasa jawa sebanyak
70%.
4. Keamanan dan transportasi
1) Jenis kriminalitas yang ada
Tidak ada tindakan kriminalitas di wilayah RW 01.
2) Sistem keamanan lingkungan
Pelayanan keamanan yang ada di RW 01 yaitu pos kampling. Sistem
keamanan lingkungan dilakukan kegiatan pos ronda setiap malam tetapi
masih kurang efektif karena kadang tidak berjalan.
5. Penanggulangan bencana
Tidak ada layanan/sistem penanggulangan bencana di wilayah RW 01.
6. Penanggulangan kebakaran
Tidak ada layanan/sistem penanggulangan kebakaran di wilayah RW 01.
7. Kondisi jalan
Sebagian besar kondisi jalan di wilayah RW 01 sudah cukup baik dan beraspal
sertatidak terdapat banyak kerusakan.
8. Jenis transportasi yang dimiliki/digunakan masyarakat
a) Warga RW 01 menggunakan alat transportasi yaitu kendaraan bermotor
sebanyak 54, menggunakan sepeda dan jalan kaki sebanyak 31 orang.
b) Sarana transportasi yang ada
Sarana transportasi yang ada di RW 01 berupa kendaraan umum (angkot),
ojek online (gojek), dan ojek.
c) Politik dan Kebijakan Pemerintah
9. System pengorganisasian
a) Terdapat system pengorganisasian yang dapat membantu dalam pelayanan
kesehatan di masyarakat
b) Adakah struktur organisasi komunitas
Ada di RW 01 terdapat ketua RT di masing – masing wilayah
10. Kelompok organisasi komunitas
a. Terdapat kelompok organisasi komunitas terdapat PKK dan dawis
b. Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
Belum adanya peran serta kelompok dalam pembentukan kader kesehatan
11. Keyakinan masyarakat tentang politik
Adanya keyakinan masyarakat mengenai politik dibuktikan dengan ikut
sertanya masyarakat dalam pemilihan seperti pemilu lurah, presiden dll.
12. Pelayanan kesehatan dan sosial
a. Jenis pelayanan kesehatan yang ada
Wilayah mengikuti pelayanan kesehataan posyandu dan posbindu di tingkat
RW, posbindu berada di wilayah RW 01. Tetapi terdapat beberapa lansia
yang tidak mengikuti posbindu karena bekerja. Warga kurang antusias
dalam mengikuti posyandu, terutama yang berada jauh dari tempat yang
diadakannya posyandu, sehingga terdapat beberapa warga yang tidak
mengikuti posyandu lebih memilih untuk memeriksakan kesehatanya
langsung ke bidan dan dokter keluarga.
b. Sumber daya yang dimiliki
Sumber daya yang dimiliki posyandu antara lain penimbangan berat badan,
dan tinggi badan.
c. Karakteristik pemakai pelayanan kesehatan
Warga di RW 01 sebagian besar memiliki BPJS dan KIS, jika sakit
memeriksakan dirinya ke dokter, klinik, puskesmas sesuai dengan
penanggung jawab dokter BPJSnya. Masyarakat mengatakan kadang-
kadang periksa ke puskesmas apabila ada anggota keluarga yang sakit.
d. Jumlah kunjungan
Kunjungan ke posyandu untuk wilayah RW 01 warganya kurang antusias,
karena sebagian warga sibuk bekerja. Sedangkan kunjungan ke puskesmas,
warga kadang-kadang ke Puskesmas, namun lebih sering ke Dokter.
e. Jaminan Kesehatan
Jaminan kesehatan yang biasa digunanakan oleh warga RW 01 adalah BPJS
sebanyak 57%
f. Fasilitas sosial meliputi lokasi, kepemilikan, dan kecukupan
Terdapat toko di setiap RT yang dimiliki oleh warga, yang menjual barang-
barang kebutuhan sehari-hari, namun untuk kebutuhan pokok warga pergi
ke pasar.
13. Sistem komunikasi
a. Sarana umum komunikasi
Untuk kegiatan formal seperti kumpulan rutin warga menggunakan surat,
namun untuk kebutuhan komunikasi sehari-hari warga menggunakan group
whatsapp
b. Apakah tersedia papan pengumuman
Tidak tersedia papan pengumuman di daerah RW 01
c. Apakah jenis area pertemuan kelompok
Pertemuan kelompok biasanya dilakukan dirumah warga secara bergantian
dalam satu bulan sekali.
14. Ekonomi
a. Komposisi pekerjaan
Sebagian besar remaja di RW 01 sebagai pelajar
b. Jumlah pengangguran
Jumlah remaja yang tidak bekerja tidak ada
c. Sejauh mana ekonomi mempengaruhi kesehatan kelompok
Warga RW 01 ekonomi penting untuk menunjang kesehatan masyarakat
namun warga tidak mempermasalahkan biaya karena sudah memiliki kartu
BPJS dan KIS yang meringankan warga.
d. Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan (sesuai UMR Kabupaten
Semarang)
e. Rata-rata penghasilan per-bulan > Rp. 1.500.000 s/d 2.500.000.
Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
Rata-rata jumlah pengeluaran per bulan lebih dari Rp. 500.000,00

D. PORJAKKES
1. Adakah POKJAKES
Tidak ada program kerja kesehatan pada remaja
2. Mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan remaja dan pemuda
a. Mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan remaja diwilayahnya:
Kesehatan remaja di RW 01 kurang baik karena belum adanya kegiatan rutin
mengenai kesehatan remaja. Remaja di RW 01 aktifitas sehari-hari setelah
pulang sekolah atau kuliah yang dihabiskan di di rumah yaitu bermain game,
bermain di media sosial serta menonton tv.
b. Mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan remaja
Di RW 01 belum pernah diberikan penyuluhan tentang HIV/AIDS terhadap
remaja di RW 01
3. Penyuluhan napza
Sudah diadakan penyuluhan dan skringing napza pada remaja.
4. Pergaulan remaja dan pemuda
Pergaulan remaja dan pemuda tergolong baik
5. Produktivitas remaja dan pemuda
Di RW 01 ada organisasi atau perkumpulan remaja yang digerakkan oleh pemuda di
RW 01
6. Penggerak dan motor kesehatan lingkungan
a. Sanitasi lingkungan
Penyedian air bersih : air bersih dari mata air sumur, PAM,PDAM
b. Penanggulangan air bersih dan pembuangan sampah
Sampah di RW 01 dikelola dengan baik, dikarenakan warga RW 01 setiap
bulannya dipungut biaya untuk pengelolaan sampah yang dilakukan oleh
TPU.
c. Penangganan sampah sampah dan design tempat sampah
Terdapat tempat sampah yang sudah disediakan di setiap rumah warga yang
berwarna biru
d. Pemanfaatan pekarangan
Warga di RW 01 memanfaatkan pekarangan rumah dengan menghias
halaman rumah dengan tanaman didalam pot
e. Drainase/saluran air hujan/limbah warga
Saluran air hujan di lingkungan RW 01 terdapat saluran air seperti selokan
7. Adakah kader kesehatan
Tidak ada kader kesehatan dari puskesmas
E. Kajian Masalah Kesehatan Komunitas
Remaja di RW 01 terdapat 85 jiwa
Hasil pengkajian melalui kuesioner :
1. Remaja dengan perilaku merokok sebanyak 13 orang (15%)
Perilaku Merokok

15%

tidak merokok
merokok

85%

2. Remaja yang memiliki aktivitas fisik ringan sebanyak 15 orang (18%), yang memiliki
aktivitas fisik sedang sebanyak 58 orang (68%), yang memiliki aktivitas berat
sebanyak 12 orang (14%)

Pengukuran Aktivitas Fisik


14%
18%

Ringan
Sedang
Berat

68%

3. Remaja yang memiliki gaya hidup tidak sehat sebanyak 65 orang 77%,
Gaya Hidup

24%

Gaya hidup tidak sehat


Gaya hidup sehat

76%

4. Kuesioner pengetahuan tentang HIV/AIDS


a. 70% orang menjawab salah pada pertanyaan berganti-ganti pasangan dalam
berhubungan seksual tidakakan menularkan HIV/AIDS
b. 63% orang menjawab salah pada pertanyaan mencium pipi dengan orang yang
mengidap HIV dapat menularkan HIV

Pengetahuan Tentang HIV/AIDS


5%

Pengetahuan Kurang
Pengetahuan Baik

95%

5. Kesehatan Reproduksi
a. 70% orang menjawab pertanyaan setuju pada pertanyaan saya tahu bahwa penyakit
menular seksual hanya akan menular bila hanya melakukan hubungan seksual
dengan pekerja seks komersial
b. 57% orang menjawab sangat setuju pada pertanyaan seks boleh dilakukan remaja
sebagai ekspresi cinta yang tulus untuk pacar

Peengetahuan Kesehatan Reproduksi

15%

Negatif
Positif

85%

6. Depresi
a. 14% orang yang mengalami depresi menjawab hamper setiap saat merasa sedih
dan depresi
b. 8% orang yang mengalami depresi menjawab hampir setiap saat menganggap
hidupnya tidak berarti
Pengukuran Depresi

tidak depresi
42%
depresi

58%

Tingkat Depresi

20%
Ringan
Sedang
2% Parah
49%
Sangat Parah

29%

7. Kecemasan
a. 30% orang yang mengalami kecemasan menjawab hampir setiap saat cemas
berlebihan dalam situasi namun bisa lega jika hal atau situasi itu berakhir
b. 17% orang yang mengalami kecemasan menjawab hampir setiap saat takut diri
terhambat oleh tugas-tugas yang tidak bisa dilakukan
Pengukuran Kecemasan

35% tidak cemas


cemas

65%

Tingkat Kecemasan
12%

27%
Ringan
Sedang
Parah
Sangat Parah

61%

8. Stress
a. 8% orang yang mengalami stress menjawab hampir setiap saat tidak sabaran
b. 7% orang yang mengalami stress menjawab hamper setia psaat kesulitan untuk
tenang setelah sesuatu yang mengganggu
Pengukuran Stres

29%
Tidak Stres
Stres

71%

Tingkat Stres

28%
Ringan
Sedang
44% Parah
Sangat Parah

16%

12%

9. Skrinning ODGJ
a. 30% orang yang berpotensi gangguan jiwa menjawab ya, mereka merasa
kesulitan dalam mengambil keputusan
b. 23% orang yang berpotensi gangguan jiwa menjawab ya, sering merasa sakit
kepala

Skrinning ODGJ

25%

Tidak Berpotensi
Berpotensi

75%

F. UKS
a. Pendidikan kesehatan
1) Bahaya merokok dan Vape
2) HIV/AIDS
3) Kesehatan reproduksi
4) Gaya hidup sehat
5) Gizi Seimbang
b. Pelayanan kesehatan
1) Promotif : Penyuluhan kesehatan
2) Preventif : Kegiatan penjaringan kesehatan.
c. Kuratif dan rehabilitatif : pengobatan ringan untuk mengurangi kekakuan otot dan
depresi.
Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN


1 DS : Resiko penurunan derajat Defisit kesehatan komunitas
1) Perilaku Merokok kesehatan (D.0110)
46% orang yang merokok menjawab kadang-
kadang menganggap kebiasaan merokok
sangat penting bagi perokok
2) Gaya hidup
a. 68% orang menjawab kadang-kadang
melaporkan tanda dan gejala yang tidak
biasa kepada dokter atau tenaga kesehatan
b. 66% orang menjawab kadang-kadang
membaca atau menonton program tv
tentang peningkatan kesehatan
DO :
a) Remaja dengan perilaku merokok sebanyak 13
orang (15%)
b) Remaja yang memiliki aktivitas fisik ringan
sebanyak 15 orang (18%), yang memiliki aktivitas
fisik sedang sebanyak 58 orang (68%), yang
memiliki aktivitas berat sebanyak 12 orang (14%)
c) Remaja yang memiliki gaya hidup tidak sehat
sebanyak 65 orang 77%, gaya hidup sehat 20
orang 23%
2 DS : Kurang percaya diri dalam Defisit pengetahuan
1) Kuesioner pengetahuan tentang HIV/AIDS kemampuan mengatasi (D.0111)
a. 70% orang menjawab salah pada pertanyaan masalah
berganti-ganti pasangan dalam berhubungan
seksual tidakakan menularkan HIV/AIDS
b. 63% orang menjawab salah pada pertanyaan
mencium pipi dengan orang yang mengidap
HIV dapat menularkan HIV
2) Kesehatan Reproduksi
a. 70% orang menjawab pertanyaan setuju pada
pertanyaan saya tahu bahwa penyakit menular
seksual hanya akan menular bila hanya
melakukan hubungan seksual dengan pekerja
seks komersial
b. 57% orang menjawab sangat setuju pada
pertanyaan seks boleh dilakukan remaja
sebagai ekspresi cinta yang tulus untuk pacar

DO :
1) Yang memiliki pengetahuan kurang tentang HIV
AIDS sebanyak 81 orang (95%)
2) Yang memiliki sikap seksual negative sebanyak
66 orang (78%)
3) Kebutuhan status gizi yang memiliki IMT kurang
16 orang (19%) IMT ideal 63 orang (74%), IMT
lebih 5 orang (6%), gemuk 1 orang (1 %)
3 DS : Kurang percaya diri dalam Koping komunitas tidak efektif
1) Depresi kemampuan mengatasi (D.0095)
j. 14% orang yang mengalami depresi masalah
menjawab hamper setiap saat merasa sedih
dan depresi
k. 8% orang yang mengalami depresi menjawab
hampir setiap saat menganggap hidupnya
tidak berarti
2) Kecemasan
l. 30% orang yang mengalami kecemasan
menjawab hampir setiap saat cemas
berlebihan dalam situasi namun bisa lega jika
hal atau situasi itu berakhir
m. 17% orang yang mengalami kecemasan
menjawab hampir setiap saat takut diri
terhambat oleh tugas-tugas yang tidak bisa
dilakukan
3) Stress
n. 8% orang yang mengalami stress menjawab
hampir setiap saat tidak sabaran
o. 7% orang yang mengalami stress menjawab
hamper setia psaat kesulitan untuk tenang
setelah sesuatu yang mengganggu
4) ODGJ
p. 30% orang yang berpotensi gangguan jiwa
menjawab ya, mereka merasa kesulitan dalam
mengambil keputusan
q. 23% orang yang berpotensi gangguan jiwa
menjawab ya, sering merasa sakit kepala

DO :

1) Remaja yang mengalami depresi ringan sebanyak


24 orang (28%) yang mengalami depresi sedang
sebanyak 14 orang (16%), yang mengalami
depresi parah sebanyak 1 orang (1%), yang
mengalami depresi sangat parah sebanyak 10
orang 12%.
2) Remaja yang mengalami kecemasan ringan
sebanyak 6 orang (7%), yang mengalami
kecemasan sedang 30 orang (35%), yang
mengalami kecemasan sangat parah sebanyak 13
orang (15%).
3) Remaja yang mengalami stress ringan sebanyak
11 orang (13%), yang mengalami stress sedang
sebanyak 3 orang (4%), yang mengalami stress
parah sebanyak 4 orang (5%), yang mengalami
stress sangat parah sebanyak 7 orang (8%).
4) Remaja yang berpotensi ganggun jiwa 64 orang
75%,

PERENCANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi


Komunitas
Defisit kesehatan komunitas Tujuan Pencegahan primer
(D.0110) 1. Meningkatkan kesehatan remaja Proses Kelompok
2. Meningkatkan pengetahuan bahaya 1. Pengembangan kesehatan masyarakat (I.14548)
merokok dan gaya hidup Definisi : memfasilitasi anggota kelompok atau
3. Remaja dapat menyebutkan dan masyarakat untuk mengidentifikasi isu kesehatan
menjelaskan kembali tentang materi komunitas dan mengimplemantasikan solusi yang
penyuluhan ada
Kriteria Hasil Observasi
Status kesehatan komunitas (L.12109) - Identifikasi masalah atau isu kesehatan dan
Definisi : kondisi kesejahteraan fisik, mental prioritasnya
dan sosial komunitas. - Identifikasi kekuatan dan partner dalam
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama mengembangkan kesehatan
1 minggu diharapkan status kesehatan Terapeutik
komunitas dengan kriteria hasil - Berikan kesempatan kepada setiap anggota
a. Ketersediaan program promosi kesehatan masyrakat untuk berpartisipasi sesuai asset
b. Ketersediaan program proteksi kesehatan yang dimiliki
c. Partisipasi dalam program kesehatan - Libatkan anggota masyarakat untuk
komunitas meningkatkan kesedaran terhadap isu dan
d. Kepatuhan terhadap standar kesehatan masalah kesehatan yang dihadapi
lingkungan - Perkuat komunikasi antar individu dan
e. Pemantauan standar kesehatan komunitas kelompok untuk bermusyawarah terkait daya
f. Angka gangguan kesehatan mental tarik yang sama
g. Angka kebiasaan merokok Kembangkan strategi dalam managemen konflik
h. Angka penyakit menular seksual  Empowerment
2. Promosi perilaku upaya kesehatan (I.12472)
a. Berikan lingkungan yang mendukung
kesehatan
b. Anjurkan tidak merokok didalam rumah
Parnership
3. Skrining kesehatan.(I.14581)
a. Identifikasi target populasi skrining kesehatan
b. Gunakan instrumen skrining yang valid dan
akurat
c. Informasikan hasil skrining kesehatan
Pendidikan kesehatan
4. Edukasi perilaku upaya kesehatan (I.12435)
a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
b. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
c. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan

Defisit pengetahuan Tujuan Pencegahan primer


(D.0111) 1. Meningkatkan kesehatan remaja Proses Kelompok
2. Meningkatkan pengetahuan tentang 1. Edukasi Kesehatan (I.12383)
HIV/AIDS, KESPRO. Definisi : menggajarkan pengelolaan faktor resiko
3. Remaja dapat menyebutkan dan penyakit dan perilaku hidup bersih serta sehat.
menjelaskan kembali tentang materi Observasi
penyuluhan - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Kriteria Hasil menerima informasi
Tingkat Pengetahuan (L.1211) Terapeutik
Definisi : kecukupan informasi kognitif - Sediakan materi dan media pendidikan
yang berkaitan dengan topik tertentu. kesehtan
Setelah diberikan tindakan keperawatan - Berikan kesempatan untuk bertanya.
selama 1 minggu diharapkan status Edukasi
kesehatan komunitas dengan kriteria hasil : - Menjelaskan faktor resiko yang dapat
a. Perilaku sesuai anjuran mempengaruhi kesehatan
b. Verbalisasi minat dalam belajar - Ajarkan srategi yang dapat digunakan untuk
c. Kemampuan menjelaskan pengetahuan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
tentang suatu topik  Empowerment
d. Menggambarkan pengalaman 2. Bimbingan sistem kesehatan.(I.12360)
sebelumnya yang sesuai dengan topik a. Identifikasi masalah kesehatan individu,
e. Perilaku sesuai dengan pengetahuan keluarga, dan masyarakat
f. Pertanyaan tentang masalah yang b. Bimbing untuk bertanggung jawab
dihadapi mengidentifikasi dan mengembangkan
g. Persepsi yang keliru terhadap masalah kemampuan memecahkan masalah kesehatan
secara mandiri
Parnership
3. Skrining  kesehatan (I.14581)
a. Tentukan populasi target untuk dilakukannya
Skrining pemeriksaan kesehatan
b. Berikan privasi dan kerahasiaan.
c. Berpartner dengan tenaga kesehatan.
Pendidikan kesehatan
5. Edukasi perilaku upaya kesehatan (I.12435)
a. Pendidikan Kesehatan tentang:
1. HIV/AIDS
2. Kesehatan Reproduksi
3. Gaya Hidup dan Gizi Seimbang
b. Targetkan sasaran pada kelompok beresiko
tinggi dan rentan usia yang akan mendapat
manfaat besar dari pendidikan kesehatan
c. Identifikasi faktor internal dan eksternal yang
dapat meningkatkan atau mengurangi
motivasi untuk berperilaku  sehat
pertimbangkan riwayat individu dalam
konteks personal dan riwayat sosial budaya
individu, keluarga dan masyarakat.
d. Tentukan pengetahuan kesehatan gaya hidup
perilaku saat ini pada indivudu, keluarga, atau
kelompok sasaran
Koping komunitas tidak efektif Tujuan Pencegahan Primer
(D.0095) 1. Meningkatkan kesehatan Proses kelompok
remaja 1. Pengembangan Kesehatan
2. Melatih kebugaran Masyarakat (I.14548)
jasmani dan rohani Definisi : memfasilitasi anggota kelompok atau
3. Mengurangi cemas, stres masyarakat untuk mengidentifikasi isu kesehatan
dan depresi pada remaja komunitas dan mengimplementasikan solusi yang
Kriteria Hasil ada.
Status koping komunitas (L.09089) Observasi :
1. Status Koping Komunitas (L.09089) - Identifikasi masalah atau isu kesehatan dan
Definisi : Pola adaptasi aktivitas komunitas prioritasnya
dan penyelesaian masalah yang Terapeutik :
memuasakan untuk memenuhu tuntutan - Berikan kesempatan kepada setiap anggota
kebutuhan masyarakat. masyarakat untuk berpartisipasi sesuai aset
Setelah diberikan tindakan keperawatan yang dimiliki
selama 1 minggu diharapkan status - Libatkan anggota masyarakat untuk
kesehatan komunitas dengan kriteria hasil : meningkatkan kesadaran terhadap isu dan
a. Keberdayaan komunitas masalah kesehatan yang dihadapi.
b. Perencnaan komunitas - Libatkan masayarakat dalam proses
c. Pemecahan masalah komunitas perencanaan dan implementasi serta revisinya
d. Sumber daya komunitas - Libatkan anggota masyarakat dalam
e. Partisipasi masyarakat mengembangkan jaringan kesehatan
f. Tanggung jawab komunitas terhadap - Kembangan strategi dalam manajemen
pelaksanaan stres konflik
g. Tingkat stres Kembangkan mekanisme keterlibatan tatanan lokal,
regional bahkan nasional terkait isu kesehatan
komunitas

PLAN OF ACTION
Masalah Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana Penanggung Jawab
Kesehatan
Defisit kesehatan 1. Penkes Semua Desember RW 01 Mandiri 1. Jefry Andriyansyah
komunitas Memberikan pendidikan remaja RW 2019 2. Amalia Dyah Imanita
kesehatan tentang bahaya 01 3. Juvenalda F. C
perilaku merokok
2. Proses Kelompok
Diskusi kelompok khusus
pada remaja yang merokok
3. Pemberdayaan
Membantu remaja untuk
meningkatka kesadaran dan
memberikan perhatian
mengenai bahaya merokok
4. Kemitraan
Tingkatkan jaringan dengan
perkumpulan remaja karang
taruna mengenai dukungan
komunitas

Defisit 1. Penkes Semua Desember RW 01 Mandiri 1. PJ Gaya Hidup Sehat


pengetahuan Memberikan pendidikan remaja RW 2019 dan gizi seimbang
kesehatan tentang gaya 01 a. Giyastuti Dewi A
hidup sehat dan gizi b. Rini Kusuma Dewi
seimbang, kesehatan 2. PJ Kesehatan
reproduksi, dan HIV/AIDS Reproduksi
2. Proses Kelompok a. Andina Ema Retang
Diskusi kelompok tentang b. Habibatuzzakiyah
gaya hidup sehat dan gizi 3. PJ HIV/AIDS
seimbang, kesehatan a. Ninik Tri B
reproduksi, dan HIV/AIDS b. Nuke Hermila Z
3. Pemberdayaan
Membantu remaja untuk
meningkatkan kesadaran
dan memberikan perhatian
mengenai gaya hidup sehat
dan gizi seimbang,
kesehatan reproduksi, dan
HIV/AIDS
4. Kemitraan
Bekerjasama dengan
perkumpulan remaja karang
taruna

Koping 1. Penkes Semua Desember RW 01 Mandiri 1. Agus Susanto


komunitas tidak Memberikan pendidikan remaja RW 2019
efektif kesehatan mengenai senam 01
yoga untuk mengurangi
kecemasan pada remaja
2. Proses Kelompok
Melakukan senam yoga
pada remaja
3. Pemberdayaan
Bantu remaja untuk
meningkatkan kesadaran
dan memberikan perhatian
terkait kecemasan
4. Kemitraan
Bekerjasama dengan
instruktur senam yoga dan
perkumpulan remaja karang
taruna

EVALUASI HASIL KEPERAWATAN KOMUNITAS


DI RW 01 KUNCEN LAMA – KEC. UNGARAN BARAT, KAB. SEMARANG
HASIL
WAKTU DAN
NO KEGIATAN RESPON FAKTOR
TEMPAT PENDUKUNG PENGHAMBAT
MASYARAKAT
1. a. Memberikan pendidikan Minggu, 08 Jangka pendek 1. Tersedianya waktu 1. Waktu pelaksanaan
kesehatan tentang bahaya Desember 2019, jam 1. Dari 78remaja dan tempat yang kegiatan tidak
merokok dan vape yang 20.30 Bertempat di yang berada di RW sudah ditentukan sesuai dengan
meliputi : Rumah Bp. 01, terdapat sebelum perkiraan karena
- Pengertian merokok Istraketua RW 01 , 10remaja yang pendidikan remaja datang
dan vape Kelurahan kunceen hadir dan mengikuti kesehatan sangat terlambat.
- Perbedaan rokok dan lama, Kecamatan penyuluhan 2. Tersedianya alat 2. Selama kegiatan
vape Ungaran barat, kesehatan bahaya dan media yang penyuluhan ada
- Dampak yang kabupaten Semarang merokok dan vape digunakan dalam beberapa remaja
ditimbulkan dari yang penyuluhan yang sedikit
rokok dan vape diselenggarakan 3. Leaflet yang dapat bercanda dan
- Kategori perokok oleh mahasiswa. dibawah pulang kurang fokus
- Dampak jangka 2. Remaja dengan materi
panjang merokok mendengarkan yang diberikan
- Cara untuk berhenti materi yang
merokok disampaikan
3. Remajamengik
uti kegiatan dari
awal sampai akhir
4. Remaja tidak
meninggalkan
ruangan ketika
kegiatan dimulai
5. Remaja
bertanya aktif saat
penyuluhan
6. Remaja
tampak antusias
dengan materi yang
Diberikan
2. a. Memberikan Hari/Tanggal Jangka pendek Faktor Pendukung Faktor Penghambat
pendidikan kesehatan 1. Dari 78remaja a. Media a. Jumlah peserta
Minggu, 15
tentang HIV/AIDS yang berada di penyuluhan yang hadir
Desember 2019
yang meliputi : RW 01, terdapat seperti LCD hanya sebagian
- definisi Waktu: 18 remaja yang dan proyektor dari yang
HIV/AIDS hadir dan untuk diundang
20.00-22.00
- tanda dan mengikuti mendukung b. Banyaknya
gejala Tempat: penyuluhan dalam peserta yang
- cara penularan kesehatanHIV/AI penyajian terlambat
Rumah bapak RW
- cara DS, Kespro, yang materi sehingga
01
pencegahan diselenggarakan b. Remaja pelaksanaan
- pengobatan Sasaran: oleh mahasiswa. kooperatif dan acara mundur 1
HIV/AIDS Remaja di RW 01 2. Remaja menghadiri jam dari yang
b. Memberikan mendengarkan penyuluhan sudah
pendidikan kesehatan materi yang c. Bapak RW 01 dijadwalkan
tentang kesehatan disampaikan menyediakan
reproduksi yang 3. Remajamengik tempat untuk
meliputi : uti kegiatan dari pelaksanaan
- Pengertian kesehatan awal sampai akhir penyuluhan
reproduksi 4. Remaja tidak kesehatan
- organ reproduksi pria meninggalkan
dan wanita ruangan ketika
- golongan usia remaja kegiatan dimulai
awal – remaja akhir 5. Remaja
- cara menjaga bertanya aktif saat
kesehatan organ penyuluhan
reproduksi pria dan 6. Remaja
wanita tampak antusias
- pengertian dan dengan materi yang
pencegahan PMS diberikan
c. memberikan
pendidikan kesehatan
tentang Gaya hidup dan
Gizi Seimbang meliputi
:
- Pengertian gizi
seimbang
- 4 pilar gizi seimbang
- 10 pesan gizi
seimbang
- Strategi aktivitas fisik
- Langkah – langkah
peregangan di tempat
kerja
- Manfaat peregangan
di tempat kerja
- Anjuran terkait
konsumsi sayur dan
buah
- Pemeriksaan
kesehatan secara rutin
- Pemeriksaan /
Skrinning kesehatan
sesuai standar usia
15-59 tahun
3. Memberikan senam Yoga Hari/tanggal : Jangka Pendek Faktor Pendukung Faktor Penghambat
untuk mengurangi Sabtu, 21 des 2019 1. Dari 78remaja 1. Instruktur yoga 1. Banyaknya
kecemasan, stres dan depresi Tempat : yang berada di RW yang datang tepat peserta yang
pada remaja, meliputi : Lapangan Futsal 01, terdapat 12 waktu sehingga datang terlambat
- Definisi yoga Astina remaja yang hadir acara dapat sehingga acara
- Tujuan yoga dan mengikuti berjalan dengan diundur 1 jam
- Manfaat yoga senam yoga lancar 2. Jumlah yang
- Praktik senam Yoga 2. Remaja sangat 2. Remaja kooperatif hadir hanya
antusias mengikuti dan menghadiri sebagian dari
senam senam yang undang
3. Remaja mengikuti 3. Bapak RW 01
kegiatan dari awal Kuncen Lama
hingga akhir menyediakan
4. Remaja tidak ada tempat untuk
yang senam yoga di
meninggalkan lapangan futsal
senam sebelum Astina
senam berakhir

RENCANA TINDAK LANJUT KEPERAWATAN KOMUNITAS


DI RW 01 KUNCEN LAMA – KEC. UNGARAN BARAT, KAB. SEMARANG

MASALAH KESEHATAN KEGIATAN SASARAN PENANGGUNG JAWAB


Sebagian remaja masih Mengadakan sharing/atau berbagi Remaja RW 01 Ketua Remaja RW 01
merokok/vape di wilayah RW 01 pengetahuan tentang kesehatan
Kuncen Lama, Kecamatan Ungaran yang dapat diadakan 1 bulan
barat, Kabupaten Semarang sekali setiap pertemuan rutin
Sebagian remaja masih kurang Mengadakan sharing/atau berbagi Remaja RW 01 Ketua Remaja RW 01
memahami pengetahuan kesehatan pengetahuan tentang kesehatan
yang meliputi HIV/AIDS, Kesehatan yang dapat diadakan 1 bulan
reproduksi, Gizi seimbang dan gaya sekali setiap pertemuan rutin
hidup sehat
Sebagian remaja masih mengalami Mengadakan senam yoga yang Remaja RW 01 Ketua Remaja RW 01
kecemasan dari berbagai situasi dapat dilakukan bersama
kondisi yang terjadi dalam instruktur yoga
kehidupan seperti menjelang ujian,
banyaknya pekerjaan, banyaknya
tugas dll.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mighwar, M. 2016. Psikologi Remaja. Bandung: CV Pustaka Setia

BKKBN. 2012. Laporan situasi kependudukan dunia tahun 2012. Jakarta

Bulechek, Gloria dkk. 2017. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby: Elsevier
Hurlock, Elizabeth B. (2011). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Kartono, Kartini. (2011). Patologi Sosial 2Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Moorhead, Sue dkk. 2017. Nursing Outcome Clasification(NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan. Mosby : Elsevier
Mubarak, dkk. 2011. Ilmu keperawatan komunitas: konsep dan aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

NANDA Internasional.2017. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Aplikasi 20015-2017. Jakarta: EGC
Pendidikan dan Konseling Vol. 02 , No .1 , Juni 2016.
Santrock, J. W. 2011. Perkembangan anak edisi kesebelas jilid 2. Jakarta: Erlangga

Sarwono. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Setiadi. 2010. Konsep dan proses keperawatan keluarga edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu

Siahaan M. S. Jokie 2010. Perilaku Menyimpang Pendekatan Sosiolog. Jakarta: PT. INDEKS.

Slameto. 2006. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soedjono Dirdjosisworo. 2011. Hukum Narkotika Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Anda mungkin juga menyukai