Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN AGREGRAT DALAM KOMUNITAS

KESEHATAN ANAK DAN REMAJA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan


Komunitas II

Dosen Pengampu : Ns. Dedi Wahyudi, M.Kep

Disusun oleh :

1. Alwi Wahyudi (091900001


2. Anisa Alma Frima (091900001
3. Ayu Ningsih (091900001
4. Cici Airin Destriyani (091900001
5. Erni Amalia Utami (091900001
6. Hana Hamidah (091900001
7. Livia Amelia (091900001
8. Muhammad Viki (091900001
9. Pitriyani (091900001
10. Siti Halimatus Sa’ Diah (091900001
11. Sri Wulandari (091900001

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

Jl. Harapan no.50, lenteng agung, kec. Jagakarsa, kota Jakarta selatan,
daerah khusus ibukota Jakarta 12610
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat rahmat dan
kasihnya penyusun dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan pada
Agregrat dalam Komunitas Kesehatan Anak dan Remaja” untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan hal-hal yang belum


sempurna . Oleh karena itu penyusun mohon maaf serta kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penyusun harapkan

Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang


telah membantu penyusunan makalah ini dan besar harapan penyusun semoga
makalah ini memberikan manfaat dan menambah pengetahuan.

Cianjur, 31 Oktober 2021

Penyusun

i
Daftar isi

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

Daftar isi.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................2

C. Tujuan..................................................................................................................2

D. Manfaat................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

A. Pengertian Anak..................................................................................................4

B. Batasan Usia Anak..............................................................................................5

C. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.........................................5

D. Permasalahan Kesehatan pada Anak.................................................................13

E. Proses Keperawatan Komunitas Agregat Anak................................................17

F. Pengertian Remaja.............................................................................................28

G. Batasan Usia Remaja.........................................................................................29

H. Karakteristik Usia Remaja.................................................................................29

I. Permasalahan yang Terjadi pada Remaja..........................................................31

J. Tugas Perkembangan Anak Usia Remaja.........................................................34

K. Perubahan- Perubahan yang Terjadi pada Remaja............................................36

L. Proses Keperawatan Komunitas Agregat Remaja.............................................40

BAB III PENUTUP..............................................................................................45

A. Kesimpulan........................................................................................................45

B. Saran..................................................................................................................46

ii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................47

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep mengenai "anak" dipahami berbeda sesuai dengan perspektif dan
kepentingan yang beragam, misalnya Undang-undang Republik Indonesia
No. 23 Tahun 2002 mengenai Perlindungan Anak, menyebutkan bahwa anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan. Dan ini diamini oleh UNICEF dengan memberikan
pengertian yang sama mengenai batas usia anak yaitu anak sebagai penduduk
yang berusia diantara 0 s/d 18 tahun. Menurut Haditono (dalam Damayanti,
1992), anak adalah mahluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang
dan tempat bagi perkembangannya. Dari perspektif Augustinus (dalam
Suryabrata, 1987), yang dipandang sebagai peletak dasar permulaan
psikologi anak, mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa,
anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan
ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian
terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-
contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa.
Sedangkan Menurut WHO (2003), mendefinisikan anak-anak antara usia 0–
14 tahun karena di usia inilah risiko cenderung menjadi besar. Dilihat dari
pengertian tersebut Undang-Undang nomor 4 tahun 1974 tentang
Kesejahteraan Anak memiliki pandangan sedikit berbeda dimana
menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21
tahun dan belum menikah.

Remaja adalah masa peralihan dari anak menuju dewasa, pada masa ini
terjadi berbagai macam perubahan yang cukup bermakna baik secara fisik,
biologis, mental dan emosional serta psikososial. Seluruhnya dapat
mempengaruhi kehidupan pribadi, lingkungan keluarga maupun masyarakat,
ketidaksiapan remaja dalam mengalami perubahan tersebut dapat

1
menimbulkan berbagai perialaku menyimpan seperti: kenakalan remaja,
penyalahgunaan obat terlarang, peyakit menular seksual (PMS) dan
HIV/AIDS, kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi dsb.

Untuk mendukung remaja berperilaku reproduksi seacara sehat dan


bertanggung jawab maka mereka perlu dierikan pengetahuan dan informasi
tentang kesehatan reproduksi. Informasi tersebut dimaksud untuk
mengimbangi informasi global yang dapat mengancam terwujudnya generasi
muda yang sehat, mandiri dan berkualitas

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian anak ?
2. Jelaskan batasan usia anak ?
3. Jelaskan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak ?
4. Apa permasalahan kesehatan pada anak ?
5. Jelaskan proses keperawatan komunitas agregat anak ?
6. Apa pergertian dari remaja ?
7. Jelaskan batasan usia remaja
8. Jelaskan karakterisktik usia remaja ?
9. Jelaskan permasalahan yang terjadi pada remaja ?
10. Jelaskan tugas perkembangan anak usia remaja ?
11. Apa saja perubahan yang terjadi pada remaja ?
12. Jelaskan proses keperawatan komunitas agregat anak remaja

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian anak.
2. Untuk menjelaskan batasan usia anak .
3. Untuk memaparkan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak.
4. Untuk memaparkan permasalahan kesehatan pada anak .
5. Untuk memaparkan proses keperawatan komunitas agregat anak.
6. Untuk memaparkan pergertian dari remaja.
7. Untuk menjelaskan batasan usia remaja .

2
8. Untuk menjelaskan karakterisktik usia remaja ?.
9. Untuk memaparkan permasalahan yang terjadi pada remaja ?.
10. Untuk memaparkan tugas perkembangan anak usia remaja ?
11. Untuk memaparkan perubahan yang terjadi pada remaja ?
12. Untuk memaparkan proses keperawatan komunitas agregat anak remaja

D. Manfaat
1. Agar penulis mendapatkan gambaran dan menambah wawasan
pengetahuan asuhan keperawatan komunitas agregat anak dan remaja.
2. Untuk perawat, agar perawat dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat
menerapkan asuhan keperawatan komunitas agregat anak dan remaja.

3
BAB II

PEMBAHASAN
1. KESEHATAN ANAK

A. Pengertian Anak
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran
sedangkan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi
secara bertahap dan tingkat yang paling rendah dan kompleks melalui proses
maturasi dan pembelajaran (Whalex dan Wone.2000)
Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang
anak tidak hanya tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi lebih
terampil yang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling
berkaitan dan sulit dipisahkan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
jumlah, besar, ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa
diukur berat, panjang, umur tulangdan keseimbangan elektrolit.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan sebagai hasil antara lain proses pematangan termasuk
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil dengan
lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang optimal tergantung
pada potensi biologis, psikososial, dan perilaku yang merupakan proses yang
unik dan hasil akhir berbeda-beda yang memberi cirri tersendiri pada setiap
anak.
Dalam Tumbang anak perlu dilakukan berbagai macam imunisasi,
dimana imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud
vaksin adalah bahan yang di pakai untuk merangsang pembentukan zat anti

4
yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT,
Campak, dan melalui mulut seperti vaksin Polio. Tujuan diberikan imunisasi
adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit tertentu.

B. Batasan Usia Anak


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak adalah sejak
anak di dalam kandungan sampai usia 19 tahun. Berdasarkan Konvensi Hak-
hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa
pada tanggal 20 Nopember 1989 dan diratifikasi Indonesia pada tahun 1990,
Bagian 1 pasal 1, yang dimaksud Anak adalah setiap orang yang berusia di
bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak
ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.

C. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


1. Perkembangan Fisik

     Fisik atau tubuh manusia merupaRkan sistem organ yang kompleks


dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode
pranatal (dalam kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini
Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa
perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu : 

a. Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan


kecerdasan dan emosi;
b. Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan
kemampuan motorik;
c. Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola
tingkah laku baru,             seperti pada usia remaja berkembang

5
perasaan senang untuk aktif dalam suatu           kegiatan, yang
sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan 
d. Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
1) Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak – kanak (0
–5 tahun) 
Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan
mulai mampu melakukan bermacam macam gerakan dasar yang
semakin baik , yaitu gerakan gerakan berjalan, berlari, melompat
dan meloncat, berjingkrak, melempar, menangkap, yang
berhubungan dengan kekuatan yang lebih basar sebagai akibat
pertumbuhan jaringan otot lebih besar. Selain itu perkembangan
juga ditandai dengan pertumbuhan panjang kaki dan tangan secara
proporsional. Perkembagan fisik pada masa anak juga ditandai
dengan koordinasi gerak dan keseimbanga berkembang dengan
baik.
2) Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak (5-11
Tahun)
Perkembangan:waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak
kanak,koordinasi mata berkembang dengan baik ,masih belum
mengembangkan otot otot kecil, kesehatan umum relative tidak
stabil dan mudah sakit ,rentan dan daya tahan kurang
3) Usia 8-9 tahun     Terjadi perbaikan koordinasi tubuh,Ketahanan
tubuh bertambah,Anak laki laki cenderung aktifitas yang ada
kontak fisik seperti berkelahi dan bergulat,Koordinasi mata dan
tangan lebih baik,Sistim peredaran darah masih belum
kuat,Koordinasi otot dan syaraf masih kurang baik,Dari segi
psiologi anak wanita lebih maju satu tahun dari lelaki
4) Usia 10-11 tahun     Kekuatan anak laki laki lebih kuat dari
wanita,Kenaikan tekanan darah dan metabolism yang tajam. Wanita
mulai mengalami kematangan seksual (12tahun), Lelaki hanya 5%
yang mencapai kematangan seksual.

6
2. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang
kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini
berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga,
setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola
interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh
yang dikontrol oleh otak.    
Jadi dapat disimpulkan pula bahwa perkembangan motorik berarti
perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat
syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut
berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada
waktu lahir. Sebelum perkembangan itu terjadi anak akan tetap tidak
berdaya.
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat
lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga
keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan –
ketrampilan motorik, anak – anak terus melakukan berbagai aktivitas
fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan.
Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas
permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
a. Motorik  Gerakan Kasar
Perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh seperti
berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar, dan
menangkap, serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan
dalam meninkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar.
Pada anak usia 4 tahun, anak sangat mnyenangi kegiatan fisik yang
mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi. Pada
usia 5 atau 6 th keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya

7
bertambah, anak pada masa ini menyukai kegiatan lomba seperti
balapan sepeda, atau kegiatan lain yng mengandung bahaya.
b. Perkembangan Gerakan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus pada masa usia 6-7  tahun,
koordinasi gerakan berkembang secara pesat, pada masa ini anak
sudah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti
mengkoordinasikan gerkan mata dengan tangan, lengan dan tubuh
secara bersamaan, antara lain dapat dilihat saat anak menulis dan
menggambar.
Beberapa perkembangan motorik (kasar  maupun halus) selama
periode ini, antara lain :
a) Anak Usia 5 Tahun

 Mampu melompat dan menari


 Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan
badan
 Dapat menghitung jari – jarinya
 Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu
bercerita
 Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
 Memprotes bila dilarang apa yang menjadi
keinginannyaMampu membedakan besar dan kecil
b) Anak Usia 6 Tahun

 Ketangkasan meningkat
 Melompat tali
 Bermain sepeda
 Mengetahui kanan dan kiri
 Mungkin bertindak menentang dan tidak sopa
 Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c) Anak Usia 7 Tahun

8
 Mulai membaca dengan lancar
 Cemas terhadap kegagalan\
 Peningkatan minat pada bidang spiritual
 Kadang Malu atau sedih
d) Anak Usia 8 – 9 Tahun

 Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat


 Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
 Ketrampilan lebih individual
 Ingin terlibat dalam sesuatu
 Menyukai kelompok dan mode
 Mencari teman secara aktif.
e) Anak Usia 10 – 12 Tahun

 Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh 


yang berhubungan dengan pubertas mulai tampak
 Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci,
menjemur pakaian sendiri , dll.
 Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu
orang lain
 Mulai tertarik dengan lawan jenis.
3. Perkembangan Intelektual
Piaget membangi empat tahapan perkembangan intelektual/ kognitif,
yaitu:
a. tahap sensori motoris, 
b. tahap praoperasional, 
c. tahap operasional konkret dan 
d. tahap operasional formal.

Setiap tahapan memiliki karakteristik tersendiri sebagai


perwujudan kemampuan intelek individu sesuai dengan tahap

9
perkembangannya. Adapun karakteristik setiap tahapan perkembangan
intelek tersebut adalah sebagai berikut :

a. Karakteristik Tahap Sensori-Motoris


Tahap sensori-motoris ditandai dengan karakteristik menonjol
sebagai berikut :

 Segala tindakannya masih bersifat naluriah


 Aktivitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman
indra
 Individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi
belum mampu           untuk mengategorikan pengalaman
 Individu mulai belajar menangani objek-objek konkret melalui
skema-skema sensori motorisnya.
Sebagai upaya lebih memperjelas karakteristik tahap
sensori-motoris ini, Piaget  merinci lagi tahap sensori-motoris ke
dalam enam fase dan setiap fase memiliki karakteristik
tersendiri.
a) Fase pertama (0-1 bulan) memiliki karakteristik sebagai
berikut :

 Individu mampu bereaksi secara refleks


 Individu mampu menggerak-gerakkan anggota badan
meskipun belum terkoordinir
 Individu mampu mengasimilasi dan mengakomodasikan
berbagai pesan yang diterima dari lingkungannya.
b) Fase kedua (1-4 bulan) memiliki karakteristik bahwa
individu mampu memperluas skema yang dimilikinya
berdasarkan hereditas

10
c) Fase ketiga (4-8 bulan) memiliki karakteristik bahwa
individu mulai dapat memahami hubungan antara
perlakuannya terhadap benda dengan akibat yang terjadi pada
benda itu.
d) Fase keempat (8-12 bulan) memiliki karakteristik sebagai
berikut :

 Individu mampu memahami bahwa benda tetap ada


meskipun untuk sementara waktu hilang dan akan muncul
lagi di waktu lain.
 Individu mulai mampu mencoba sesuatu
 Individu mampu menentukan tujuan kegiatan tanpa
tergantung kepada orangtua
e) Fase kelima (12-18 bulan) memiliki karakteristik sebagai
berikut :

 Individu mulai mampu untuk meniru


 Individu mampu untuk melakukan berbagai percobaan
terhadap lingkungannya secara  lancar
f) Fase keenam (18-24 bulan) memiliki karakteristik sebagai
berikut :

 Individu mulai mampu untuk mengingat dan berpikir


 Individu mampu untuk berpikir dengan menggunakan
simbol-simbol bahasa sederhana
 Individu mampu berpikir untuk memecahkan masalah
sederhana sesuai dengan tingkat perkembangannya
 Individu mampu memahami diri sendiri sebagai individu
yang sedang berkembang
b. Karakteristik Tahap Praoperasional

Tahap praoperasional ditandai dengan karakteristik menonjol


sebagai berikut :
11
 Individu telah mengkombinasikan dan mentrasformasikan
berbagai informasi
 Individu telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam
menyatakan ide-ide
 Individu telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam
suatu peristiwa konkret,  meskipun logika hubungan sebab
akibat belum tepat
 Cara berpikir individu bersifat egosentris ditandai oleh
tingkah laku :- berpikir imajinatif- berbahasa egosentris-
memiliki aku yang tinggi- menampakkan dorongan ingin
tahu yang tinggi dan- perkembangan bahasa mulai pesat. 
c. Karakteristik Tahap Operasional Konkret

Tahap operasional konkret ditandai dengan karakteristik


menonjol bahwa segala sesuatu dipahami sebagaimana yang
tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami.
Jadi, cara berpikir individu belum menangkap yang abstrak
meskipun cara berpikirnya sudah tampak sistematis dan logis.
Dalam memahami konsep, individu sangat terikat kepada proses
mengalami sendiri. Artinya, mudah memahami konsep kalau
pengertian konsep itu dapat diamati atau melakukan sesuatu
yang berkaitan dengan konsep tersebut.

d. Karakteristik Tahap Operasional Formal


Tahap operasional formal ditandai dengan karakteristik menonjol
sebagai berikut :

 Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat


menggunakan abstraksi
 Individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek
yang abstrak

12
 Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang
bersifat hipotesis
 Individu bahkan mulai mampu membuat perkiraan
(forecasting) di masa depan
 Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri
sehingga kesadaran diri sendiri tercapai
 Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang
akan diperankan sebagai orang dewasa
 Individu mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan
kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang
dalam masyarakat tersebut.

D. Permasalahan Kesehatan pada Anak


Di dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, pada usia
1 – 2 tahun merupakan masa masa penting dalam proses ini. Beberapa
faktor yang mengambil peranan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah faktor asupan gizi anak tersebut. Berdasarkan
data WHO beberapa tahun yang lalu, terdapat belasan juta kematian
seorang anak yang disebabkan oleh gangguan kekurangan gizi. Hal ini
merupakan masalah yang besar di negara negara berkembang seperti
Indonesia.

Memang di sebagian besar kota-kota besar di Indonesia hal ini


bukan merupakan masalah besar, tetapi perlu diingat bahwa indosenisa
terdiri dari ribuan pulau pulau dimana mayoritas penduduk atau
pemukiman tersebut tidak memiliki fasilitas kesehatan dan pangan yang
adekuat seperti kebanyakan kota kota besar di indonesia. Beberapa studi
yang sudah dilakukan oleh dinas kesehatan menyatakan bahwa beberapa
daerah yang masih terdapat masalah kesehatan gizi , terutama di Indonesia
bagian timur ( NTT, NTB dan Papua). Menurut Survei Ekonomi nasional (
SUSENAS) oleh Badan pusat statistik, dan laporan survei departemen

13
kesehatan indonesia dan kerjasama dengan UNICEF bahwa di indonesia
masih terdapat 169 kabupaten dari 343 kabupaten diindonesia masih
terdapat gangguan gizi, dan jumlah penderita tersebut sangat tinggi pada
tiap kabupaten.

Masalah gangguan gizi ini masih seperti fenomena gunung Es,


dimana di pelosok pelosok indonesia masih terdapat penduduk / balita
yang mengalami gangguan gizi yang tidak terdeteksi oleh pemerintah
ataupun dinas kesehatan. Dengan perkiraan sebesar 5.4 juta anak anak di
indonesia yang mengalami kekurangan gizi, perlu dierikan perhatian lebih
oleh pemerintah dan instansi pendukungnya, agar generasi emas indonesia
untuk kemudian hari tidak cacat atau menghilang akibat kekurangan gizi
saat kecil.

1. GANGGUAN GIZI / MALNUTRISI


Malnutrisi, adalah gangguan absorbsi makanan yang dapat disebabkan
oleh faktor patologis atau non patologis sehingga pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak terganggu. Jika keadaan ini berlangsung
kronik atau lama dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada anak.
Sedangkan menurut WHO, mendefinisikan malnutrisi
sebagai “ketidakseimbangan seluler antara pasokan nutrisi dan energi
dan kebutuhan tubuh terhadap mereka untuk menjamin pertumbuhan,
pemeliharaan, dan fungsi tertentu"
Gangguan gizi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu kekurangan
gizi (undernutrition) atau kelebihan gizi (over nutrition)
Beberapa kondisi kekurangan gizi (undernutrition) yang serius dapat
menyebabkan kondisi kesehatan yang terganggu seperti:

 Marasmus : Ditandai dengan gangguan pertumbuhan dan hilangnya


lemak dan otot di bawah kulit (atrofi)
 Kwarsiorkor : Ditandai dengan tidak adanya cukup protein dan
karbohidrat di dalam diet sehingga menimbulkan perubahan pigmen

14
kulit, penurunan massa otot, diare, kegagalan untuk mendapatkan
kenaikan berat badan dan tumbuh, kelelahan, perubahan rambut (warna
atau tekstur), infeksi meningkat dan lebih parah karena sistem
kekebalan tubuh rusak, perut buncit, kelesuan atau apatis, ruam
(dermatitis), syok (tahap akhir) dan pembengkakan (edema).
 Marasmus – Kwarsiorkor ( Gabungan) : Etiology atau penyebab
malnutrisi sendiri sangatlah banyak, seperti contoh pada negara negara
berkembang, penyebab utama dari kekurangan gizi disebabkan oleh
kurangnya supply makanan pada daerah tersebut. Contoh pada daerah
di Indonesia bagian timur, sangatlah sulit bagi penduduk untuk
mendapatkan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi anak
mereka hanya karena mereka tidak memiliki makanan yang cukup
untuk dikonsumsi. Berbeda dengan daerah-daerah yang sudah
berkembang, beberapa kasus kekurangan gizi disebabkan oleh faktor
faktor seperti :

 Pola diet yang tidak baik, seperti picky eater, eating disorder,
kurangnya edukasi dari orang tua atau pemerintah mengenai
makanan yang sehat seperti empat sehat lima sempurna.
 Gangguan mental / psikosomatis, gangguan kondisi mental pada
seseorang dapat mengakibatkan mereka tidak mengkonsumsi
makanan sesuai dengan kebutuhan badannya.
 Gangguan pencernaan atau masalah di usus.
 Ketergantungan alkohol atau drug abuse.

Beberapa kondisi Kelebihan gizi (over nutrition) yang dapat menyebabkan


gangguan kondisi kesehatan antaralain adalah :

 Overweight, diukur dengna BMI (Body Mass Index ) Berkisar


antara 25 – 30
 Obesitas, diukur dengna BMI diatas 30 
 Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang kelebihan Gizi

15
 Faktor Keturunan
 Konsumsi Makanan yang berlebihan
 Pengeluaran energi yang kurang.

Untuk mengatasi masalah malnutrisi pada suatu daerah, dibutuhkan


analisa yang konprehensive dari berbagai aspek disertai dengan kerjasama
oleh berbagai instansi, terutama dinas kesehatan. Jika faktor yang
menyebabkan adalah kurangnya supply makanan pada suatu daerah,
dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan kesehatan untuk menfasilitasi
distribusi makanan baik dari daerah lain atau dari daerah sendiri untuk
mencukupi kebutuhan makanan di daerah tersebut.

Jika faktor yang menyebabkan adalah kurangnya edukasi kepada pihak


masyarakat mengenai pentingnya konsumsi makanan 4 sehat lima
sempurna, dibutuhkan kerjasama antara instansi dinas kesehatan dengan
pihak pemerintah di segmen kabupaten dan kecamatan agar segera
dilakukan sosialisasi mengenai masalah ini dan pencegahannya.

MASALAH UTAMA KESEHATAN ANAK :

 Kategori masalah kesehatan anak di seluruh dunia :

a. Negara maju
1. Keganasan adalah kanker, neoplasma, atau tumor yang tumbuh
secara tidak terkontrol, dan dapat menyerang jaringan di
dekatnya dan bermetastasis, atau menyebar, ke area lain dari
tubuh.
2. Kecelakaan
3. Kelainan genetic
4. Gangguan pertumbuhan intra uterin
5. Gangguan psikososial
b. Negara berkembang: Penyakit infeksi, infeksi parasite, penyakit
kurang gizi
16
 Masalah Kesehatan Anak di Indonesia
a. Malnutrisi energi protein ( MEP )
b. Defisiensi vitamin A
c. Defisiensi besi
Bila ditinjau dari indikator kesehatan, maka masalah utama
kesehatan anak di Indonesia :Tingginya morbiditas
d. Tingginya mortalitas pada golongan bayi dan balita
Penyebabnya :Lingkungan yang kurang menunjang
e.Mutu pelayanan kesehatan yang masih rendah
f. Keadaan sosekbud

Faktor timbulnya suatu penyakit :

a. Genetik
b. Lingkungan ( bio-psiko-sosial )
c. Perilaku individu sendiri

E. Proses Keperawatan Komunitas Agregat Anak


1. PENGKAJIAN
Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
o Identitas Anak dan/atau Orang Tua
a. Nama
b. Alamat
c. Tempat dan tanggal lahir
d. Ras/kelompok entries
e. Jenis kelamin
f. Agama
g. Tanggal wawancara
h. Informan
o Keluhan Utama (KU)
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi
sehat jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam

17
imunisasi yang akan memicu fungsi imunnya, namun seiring
dengan kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari
lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki
jadwal imunisasi ia berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu,
perlu ditanyakan apakah anak memiliki keluhan kesehatan baik
secara langsung pada anak ataupun orang tua/pengasuhnya
beberapa saat sebelum diimunisasi. Keluhan ini dapat dijadikan
indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan, ditunda sementara
waktu, atau tidak diberikan sama sekali.
o Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan
dengan keluhan utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat
penyakit sekarang mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi
jika anak dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian
lebih lanjut untuk mengetahui status kesehatan anak saat ini, selain
untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan
apakah anak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai
penyakitnya.
o Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera,
atau pembedahan sebelumnya yang pada kesempatan ini akan
digunakan sebagai petunjuk yang berarti dalam pemberian
imunisasi.
a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan
perinatal).
b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.
c. Alergi.
d. Pengobatan terbaru.
e. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi
terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.

18
f. Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan
imunisasi dapat pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan
anak sehingga dapat mengidentifikasikan indikasi imunisasi
serta pendidikan kesehatan yang sesuai dengan usia serta pola
perilaku anak baik ditujukan secara langsung pada anak ataupun
keluarganya).
g. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.
o Tinjauaan Sistem (TS)
Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya
kemungkinan masalah kesehatan pada anak, walau tampak jarang
dilakukan saat akan diimunisasi, namun tinjauan ini akan menjadi
pilihan yang lebih baik selain pengkajian riwayat kesehatan anak
karena dalam pengkajian cenderung hanya berfokus pada informasi
yang diberikan anak/keluarga sedangkan kemungkinan terhadap
kondisi kelainan yang ada pada tubuh anak belum disadari olehnya
dan juga keluarga, sehingga alangkah baik jika sebelum
diimunisasi anak mendapatkan tindakan pemeriksaan fisik untuk
peninjauan terhadap sistem tubuhnya. Tinjauan sistem meliputi:
Menyeluruh/umum: Integument, Kepala, Mata, Telinga, Hidung,
Mulut, Tenggorokan, Leher, Dada, Respirasi, Kardiovaskular,
Gastrointestinal. Genitourinaria, Ginekologik, Muskuluskeletal,
Neurologik dan Endokrin.
o Riwayat pengobatan keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang
memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk
mengkaji pajanan terhadap penyakit menular pada anggota
keluarga dan kebiasaan keluarga yang dapat memengaruhi
kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan bahan kimia lain,
serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak mengalami sakit.
o Riwayat Psikososial

19
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama
terfokus pada riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila
riwayat sebelumnya menyisakan kerisauan pada anak maka akan
lebih baik jika saat imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki untuk
mengubah konsep anak terrhadap imunisasi, menanamkan padanya
bahwa hal ini penting untuk mencegah penyakit yang mungkin
mendatanginya, serta diperlukan keterlibatan keluarga yang dapat
memberikan dukungan mental pada anaknya sehingga anak tidak
risau dalam menghadapi imunisasi.
o Riwayat Keluarga       
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu
dan sebagai anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga
berfokus pada sejauh mana keluarga memahami tentang imunisasi
yang akan diberikan pada anak, meliputi jenis imunisasi, alasan
diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. Hal ini akan
sangat membantu jika keluarga telah memahami pentingnya
imunisasi sebagai langkah penting yang diperlukan untuk
mencegah penyakit pada anaknya. Untuk beberapa keluarga yang
belum begitu memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan
untuk memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman
terhadap imunisasi.
o Pengkajiaan Nutrisi
Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan
kebutuhan nutrisi anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak
saat ini sebelum ia mendapatkan imunisasi dan dapat dijadikan
bahan untuk pendidikan kesehatan pasca imunisasi anak.
Pengkajian nutrisi meliputi pengkajian terhadap asupan diet dan
pemeriksaan klinis.
o Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang

20
anak, sehingga dengan data yang ada, dapat diketahui mengenai
keadaan anak yang dapat membantu proses imunisasi dan juga
pendidikan kesehatan seputaran imunisasi anak. Dalam
melaksanaakan pengkajiaan atas pertumbuhan dan perkembangan
anak, hal penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana
mempersiapkan anak agar pemeriksaan berjalan lancar. Sebelum
melakukan pengkajiaan, prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan
dan dapat diterapkan di lapangan adalah:
o Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko
tinggi saat hamil, seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak
naik, preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah ehamilannya
dipantau berkala. Kehamilan risiko tinggi yamg tidak ditangani
dengan benar dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Dengan
mengetahui riwayat prenatal maka keadaan anaknya dapat
diperkirakan.
o Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran
anaknya, apakah secara normal, dan bagaimana keadaan anak
sewaktu lahir. Anak yang dalam kandungan terdeteksi sehat,
apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara kelahiran dengan
tindakan seperti forceps, partuss lama, atau kasep), maka gangguan
tersebut dapat mempengaruhi keadaan tumbuh kembang anak.
o Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu
diperlakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik.
Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, pengukuran
antropometri yang sering digunakan di lapangan untuk memantau
tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala.
Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan bila
dicurigai adanya gangguan pada anak. Apabila petugas akan

21
mengkaji pertubuhan fisik anak, maka petugas tersebut cukup
mengukur BB, TB, dan lingkar kepala.
o Pemeriksaan fisik
Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangkan,
namun petugas perlu mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu
dilakukan agar keadaan anak dapat diketahui secara keseluruhan.
Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada,
perut, genetalia, ekstremitas. Selain itu, tanda-tanda vital dan
keadaan umum perlu dikaji. Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan
dan perkembangan ini adalah sama seperti cara pemeriksaan fisik
pada bayi dan anak. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik tidak
dibahas secara khusus pada bagian ini.
o Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat
digunakan buku Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita
sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Dari pedoman ini dapat
diketahui mengenai keadaan perkembangan anak saat ini, apakah
anak berada dalam keadaan normal, meragukan, atau memerlukan
rujukan. Apabila anak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka
dapat dilakukan DDST yang dapat dibaca pada Buku Tumbuh
Kembang oleh Soetjiningsih (1996).
o Data lain
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas
anak, data penunjang lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium,
serta data yang diperlukan terutama apabila anak berada di klinik.
o Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan
Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi dan balita, terdapat interpretasi hasil
sebagai berikut:
a. Pertumbuhan dan perkembangan normal

22
Menurut Moersintowarti (2002), pertumbuhan anak dikatakan
normal apabila grafik berat badan anak berada pada jalur
berwarna hijau pada kalender balita (KMS) atau sedikit di
atasnya. Arah grafik harus naik dan sejajar mengikuti
lengkungan jalur (kurva) berwarna hijau. Sementara,
pertumbuhan anak dikatakan ideal jika pertumbuhan yang
ditetapkan dengan pengukuran antropometri adalah BB/U;
BB/M, dan lingkar kepala/U.
Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan
kemampuan/kepandaian anak sesuai dengan patokan yang
berlaku. Berdasarkan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang
Balita, skor yang diperoleh saat pemeriksaan harus berjumlah
9-10. Apabila menggunakan kalender balita (KMS), maka
kemampuan anak sesuai usia yang terdapat pada gambar.
Sementara apabila menggunakan tes DDST, anak dapat
melewati tugas-tugas perkembangannya sesuai usia. Demikian
juga untuk pemeriksaan lainnya.
b. Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal
Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila
grafik berat badan anak berada jauh di atas warna hijau atau
berada dibawah jalur hijau, khususnya pada jalur merah.
Ukuran antropometri lain yang mengikuti biasanya adalah
lingkar lengan atas dan lingkar lengan dada. Perkembangan
anak mengalami penyimpangan apabila kemampuan
kepandaian anak tidak dicapai sesuai dengan usianya, sehingga
anak mengalami keterlambatan. Pada tes DDST, anak tidak
dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya, atau pada
gambar kalender balita (KMS), kemampuan anak tidak sesuai
dengan usianya.

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

23
1) Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang
tumbang anak
2) Kesiapan meningkatkan status imunisasi b/d keinginan untuk
meningkatkan status imunisasi
3) Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan situasi yang terjadi di lingkungan
4) Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang peran sebagai orangtua baru
5) Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.
6) Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak
berdasarkan tumbuh kembangnya.
3. Intervensi Keperawatan

No Dx Intervensi Rasional
1. Dx. 1 1. Bantu ibu mengetahui tahapan yang 1. Agar ibu paham tentang tumbang
seharusnya terjadi pada anak saat ini anaknya.
sesuai umur
2. Bantu menurunkan tingkat kecemasan 2. Mengurangi kecemasan ibu
dengan informasi yang diberikan
3. Beri dukungan pada ibu untuk tetap 3. Agar kesehatan anak tetap terjaga
menjaga kesehatan anaknya dan tetap
memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Dx 2 1. Beri penjelasan tentang imunisasi yang 1. Meningkatkan pemahaman tentang
seharusnya didapatkan  oleh anaknya. imunisasi yang harus didapatkan
2. Beri penjelasan tentang imunisasi oleh anak
tambahan yang dapat diberikan kepada 2. Memberikan pemahaman tentang
anaknya selain imunisasi yang harusnya imunisasi tambahan
didapatka
3. Anjurkan ibu untuk memberikan
imunisasi tambahan untuk mencegah 3. Mencegah penyakit yang mungkin
penyakit yang bisa diderita oleh anaknya diderita anak.

24
3. Dx. 3 1. Ajarkan orang tua tentang tugas 1. Agar orang tua mampu melakukan
perkembangan yang sesuai dengan tugas tumbang pada anak
kelompok usia
2. Tingkatkan rangsangan dengan 2. Mainan dapat meningkatkan
menggunakan berbagai mainan dalam rangsangan anak dalam tumbang
tempat tidur anak.
3. Berikan tindakan nyaman setelah 3. Mengurangi rasa ketidaknyamanan
prosedur yg menyebabkan rasa takut.
4. KIE orang tua untuk kontrol setiap 4. Mengetahui adanya keluhan dalam
bulan. tumbang anak
4. Dx. 4 1. Jelaskan pada orang tua tentang 1. Meningkatkan pemahaman orang
perawatan anak seperti makanan yang tua terhadap perawatanan anak
baik sesuai umur anak, cara
menggendong, cara memberikan ASI
yang baik dan bagaimana
menyendawakan bayi.
2. Jelaskan bahwa keberadaan kedua 2. Memberi pemahaman orang tua
orang tua sangat penting sebagai role supaya bias memberi contoh yang
model anaknya. baik bagi anaknya
3. Jelaskan pada orang tua tentang 3. Meningkatkan pemahaman orang
tahapan tumbuh kembang yang harus tua terhadap tumbang
dilewati anak sesuai dengan umurnya
5. Dx. 5 1. Awasi anak saat makan, mandi, 1. Mengurangi risiko cedera pada saat
bermain, eliminasi anak beraktivitas
2. Lindungi kaki anak dengan sandal/ 2. Mengurangi risiko cedera pada kaki
sepatu anak
3. Beri makanan yang aman untuk usia 3. Mencegah risiko keracunan
anak makanan
4. Periksa suhu air mandi sebelum 4. Mengurangi risiko cedera yang
dimandikan diakibatkan oleh air mandi yang
terlalu panas
6. Dx. 6 1. Jelaskan pada orang tua tentang proses 1. meningkatkan pemahaman orang

25
tumbang yang terjadi tua terhadap tumbang
2. Bantu ibu/ orang tua untuk mengerti 2. agar orang tua mengetahui tentang
dan mengetahui tentang tahapan tumbuh kembang anaknya
tumbang yang dilewati anak dengan
masa pertumbuhandan perkembangan
3. Anjurkan ibu membaca berbagai tips 3. Meningkatatkan pemahaman
perawatan anak tentang perawatan anaknya

4. Implementasi

No Dx Intervensi
1. Dx. 1 o Membantu ibu mengetahui tahapan yang seharusnya terjadi pada anak saat
ini sesuai umur
o Membantu menurunkan tingkat kecemasan dengan informasi yang
diberikan
o Memberi dukungan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan anaknya dan
tetap memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Dx 2 o Memberi penjelasan tentang imunisasi yang seharusnya didapatkan  oleh
anaknya.
o Memberi penjelasan tentang imunisasi tambahan yang dapat diberikan
kepada anaknya selain imunisasi yang harusnya didapatka
o Menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi tambahan untuk mencegah
penyakit yang bisa diderita oleh anaknya
3. Dx. 3 o Mengajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia
o Meningkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai mainan dalam
tempat tidur anak.
o Memberikan tindakan nyaman setelah prosedur yg menyebabkan rasa
takut.
o KIE orang tua untuk kontrol setiap bulan.

26
4. Dx. 4 o Menjelaskan pada orang tua tentang perawatan anak seperti makanan yang
baik sesuai umur anak, cara menggendong, cara memberikan ASI yang
baik dan bagaimana menyendawakan bayi.
o Menjelaskan bahwa keberadaan kedua orang tua sangat penting sebagai
role model anaknya.
o Menjelaskan pada orang tua tentang tahapan tumbuh kembang yang harus
dilewati anak sesuai dengan umurnya
5. Dx. 5 o Mengawasi anak saat makan, mandi, bermain, eliminasi
o Melindungi kaki anak dengan sandal/ sepatu
o Memberi makanan yang aman untuk usia anak
o Periksa suhu air mandi sebelum dimandikan
6. Dx. 6 o Menjelaskan pada orang tua tentang proses tumbang yang terjadi
o Membantu ibu/ orang tua untuk mengerti dan mengetahui tentang tahapan
tumbang yang dilewati anak dengan masa pertumbuhandan perkembangan
o Menganjurkan ibu membaca berbagai tips perawatan anak

5. Evaluasi
1) Dx 1 : Orang tua mengetahui tugas pekembangan anak yang sesuai
dengan kelompok usia.
2) Dx 2 : Orang tua mengerti bagaimana cara merawat anaknya
3) Dx 3 :Anak bebas dari cedera dan fraktur potensial berbahaya
diidentifikasi dan lingkungan rumah. Keluarga akan menekankan
dan mendemonstrasikan kegiatan yang aman di rumah.
4) Dx 4 : Ibu tidak cemas dan mampu menggambarkan proses
tumbang pada anaknya dan informasi yang diberikan.
5) Dx 5 :Orang tua mampu memahami dan dapat memantau harapan
perkembangan anak
6) Dx 6  : ibu dapat memberikan imunisasi tambahan yang bisa
didapat oleh anaknya selain imunisasi yang harus didapat oleh
anaknya.

27
F. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewas. Istilah adolensence mempunyai arti yang
lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional , sosial dan
fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak
termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh calon (dalam monks, dkk 1994) bahwa
masa remaja menunjukan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena
remaja memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Menurut Sri Rumini&Situ Sundari (2004:53) masa remaja adalah
peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa
remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan
menurut Zakiah Darajat (1990:23) remaja adalah: masa peralihan diantara
masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan
psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan maupun
bertindak, tetapi bukab pula orang dewasa yang lebih matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003:26) bahwa remaja
(adolescne) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa
anak dan masa dewasayang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosial-ekonomi. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli
adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya
dibedakan atas tiga, yaitu 12-15 tahun= masa remaja awal, 15-18
tahun=masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun= masa remaja akhir.
Tetapi Monks, Knoers, dan Harditono membedakan masa remaja menjadi
empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15
tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21
tahun (Deswita, 2006:192)

28
G. Batasan Usia Remaja
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19
tahun,menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun
2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun
dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)
rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

H. Karakteristik Usia Remaja


Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang
mencakup perubahan transisi bilogis, transisi kognitif. Dan transisi sosial
akan dipaparkan di bawah ini
1. Transisi Biologis
Menurut Santrock (2003:91) perubahan fisik yang terjadi pada
remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya
tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan
fisik itu yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja
adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan
tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat refroduksi(ditandai
dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-
tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarlito Wiraman Sarwono,
2006:52).
Selanjutnya, menurut Muss (dalam Sunarto&Agung Hartono,
2002:79) menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak
perempuan yaitu: pertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi,
anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh payudara. Tumbuh
bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan
ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan
menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
Sedangkan pada anak laki-laki perubahan yang tetjadi antara lain:
pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah petir) membesar, tumbuh bulu
kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan

29
suara, ejakulasi (keluarnya air mani) bulu kemaluan menjadi kriting,
pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap
tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajah (kumis, jenggot),
tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut diwajah
bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada.
Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar
pituitary dan kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-
masing menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dab
merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua
pada remaja (Sunmarto&Agung Hartono, 2002:94)
2. Transisi Kognitif
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari
lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan
budaya dalam perkembangan kognitif remaja.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003:110) secara lebih nyata
pemikiran eperasional formal bersifat lebih abstrak, idealis dan logis.
Remaja berfikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak
misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga
lebih idealis dalam berfikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari
diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang
mulai berfikir seperti ilmuan, menyusun berbagai rencana untuk
memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan
yang terpikirkan.
3. Transisi Sosial
Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada
masa kanak-kanak san selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial
anak pertama-tama masing sangat terbatas dengan orang tuanya dalam
kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan berkembang semakin
meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman
sejenis maupin lain jenis ( dalam Rita Eka Izzaty dkk, 2008:139)

30
I. Permasalahan yang Terjadi pada Remaja
Masalah remaja sebagai usia bermasalah. Setiap periode hidup
manusia mempunyai masalah tersendiri, termasuk periode remaja. Remaja
seringkali sulit mengatasi masalah mereka. Ada dua alas an hal itu terjadi
yaitu : yang pertama ketika masih anak anak dan seluruh masalah mereka
selalu diatasi oleh orang-orang dewasa. Hal inilah yang membuat remaja
tidak mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah yangkedua
karena remaja telah menganggap dirinya lebih mandiri, maka mereka
mempunyai gengsi dan menolak bantuan dan orang dewasa remaja pada
umunya mengalami bahwa pencarian jati diri atau keutuhan diri itu suatu
masalah utama karena adanya perubahan perubahan sosial, fisiologi, dan
psikologis didalam diri dalam masyarakat kita yang semakin kompleks
dan berteknologi modern.
1. Kecelakaan
Kecelakaan tetap merupakan penyebab utama kematian pada
adolesens (sekitar 70%). Kecelakaan kendaraan bermotor, yang
merupakan penyebab umum terbanyak, mengakibatkan hamper
setengah kematian pada usia 16 sampai 19 tahun (Edelmen da Mandel,
1994). Kecelakaan ini sering dikaitkan dengan intoksikasi alcohol atau
penyalahgunaan obat.
2. Penyalahgunaan Zat
Penyalahgunaan zat merupakan kenyataan masalah utama bagi
mereka yang bekerja dengan adolesens. Adolesens dapat menyakini
bahwa zat yang merubah alam persaan menciptakan perasaan sejahtera
atau membuktika tingkat penampilan. Semua adolesensberada pada
risiko penggunaan zat untuk eksperimental atau kebiasaan atau berasal
dari keluarga yang tidak stabil lebih berisiko terhadap penggunaan
kronik dan ketergantungan fisik. Beberapa adolesens percaya bahwa
penggunaan zat membuat mereka lebih matur.
3. Bunuh diri

31
Bunuh diri merupakan penyebab utama kemtian ketiga pad adolesens
usia antara 15 dan 24 tahun (Hawton, 1990); kecelakaan dan
pembunuhan merupakan penyebab utama. Depresi dan isolasi social
biasanya mendahului usha diri, tetapi bunuh diri mungkin juga sebagai
akibat dari kombinasi beberapa factor.
4. Penyakit menular
Penyakit menular seksual dialami sekitar 10 juta orang per tahun di
bawah usia 25 tahun. Tingkat insiden tertinggi mengharuskan
adolesens yang aktif seksual dilakukan skrining terhadap PMS,
meskipun mereka tidak menunjukan gejala. Kehamilan remaja
merupakan kejadian umum di Amerika Serikat; 1 dari setiap 10 wanita
dibawah usia 20 tahun mengalami kehamilan, dan banyak yang
memilih untuk memelihara bayinya sendiri. Kehamilan tidak memiliki
risiko fisik pada ibu yang masih remaja kecuali mereka dibawah usia
16 tahun atau tidak menerima perawatan prenatal. B.

Adapun masalah lain yang dihadapi remaja masa kini antara lain :

1. Kebutuhan akan figure teladan


Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang
berlangsung dan keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar
nasehat-nasehat bagus yang tinggal hanya kata-kata indah.
2. Sikap apatis
Merupakan kecenderungan untuk menolak sesuatu pada saat
bersamaan tidak mau melibatkan diri didalamnya. Sikap apatis ini
terwujud didalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi
dimasyarakatnya.
3. Kecemasan dan kurangnya harga diri
Kata stress atau prustasi semakin umum dipakai kalangan remaja.
Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam
bentuk “pelarian”
4. Ketidakmampuan untuk melibatkan diri

32
Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola
piker ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara
emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam
kehidupan masyarakat. Persahabatan dinilai untung dan rugi atau
malahan dengan uang.
5. Perasaan yang tidak berdaya
Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi
semakin menguasai gaya hidup dan berpola fikir masyarakatmodern.
6. Pemujaan dan pengalaman
Sebagian besar tindakan-tindakan negative anak muda dengan
minuman keras. Obat-obatan dan seks pada mulanya berawal dan
mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini
memberikan pandangan yang keliru tentang pengalaman
Bentuk-bentuk dan perbuatan yang anti sosial antara lain :
a. Anak-anak muda yang berasal dari golongan orang kaya yang
biasanya memakai pakaian yang mewah. Hidup hura-hura dan pergi
kediskotik
b. Disekolah, misalnya dengan melanggar tata tertib sekolah seperti
bolos, terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan tugas dan lain
sebagainya.
c. Ngebut, yaitu mengendairai mobil atau motor ditengah tengah
keramaian kota dengan kecepatan yang melampau batas maksimum
yang dilakukan oleh pemuda belasan tahun.
d. Membentuk kelompok remaja yang tingkah lakunya sangat
menyimpang dengan norma yang berlaku dimasyarakat, seperti
tawuran antar kelompok.

J. Tugas Perkembangan Anak Usia Remaja


Salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah (fase) remaja.
Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus
perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat

33
diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat
melakukan sosialisasi dengan baik, remaja harus menjalankan tugas-tugas
perkembangan pada usinya dengan baik.
Apabila tugas pekembangan sosial ini dapat dilakukan dengan
baik, remaja tidak akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya
serta akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan
tugas perkembangan untuk fase-fase berikutnya. Sebaliknya, manakala
remaja gagal menjalankan tugas-tugas perkembangannya akan membawa
akibat negatif dalam kehidupan sosial fase-fase berikutnya, menyebabkan
ketidakbahagiaan pada remaja yang bersangkutan, menimbulkan
penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-
tugas perkembangan berikutnya.
William Kay, sebagaimana dikutip Yudrik Jahja14 mengemukakan
tugas-tugas perkembangan masa remaja sebagai berikut:
1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas.
3. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan bergaul
dengan teman sebaya, baik secara individual maupun kelompok.
4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.
5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
6. Memeperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar
skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup (weltanschauung).
7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)
kekanak-kanakan.
Tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst sebagaimana
dikutip Gunarsa18, sebagai berikut:
1. Menerima kenyataan terjadinya perubahan fisik yang dialaminya dan
dapat melakukan peran sesuai dengan jenisnya secara efektif dan
merasa puas terhadap keadaan tersebut.

34
2. Belajar memiliki peranan sosial dengan teman sebaya, baik teman
sejenis maupun lawan jenis sesuai dengan jenis kelamin masing-
masing.
3. Mencapai kebebasan dari ketergantungan terhadap orangtua dan orang
dewasa lainnya.
4. Mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep tentang
kehidupan bermasyarakat.
5. Mencari jaminan bahwa suatu saat harus mampu berdiri sendiri dalam
bidang ekonomi guna mencapai kebebasan ekonomi.
6. Mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang sesuai
dengan bakat dan kesanggupannya.
7. Memahami dan mampu bertingkah laku yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai
yang berlaku.
8. Memperoleh informasi tentang pernikahan dan mempersiapkan diri
untuk berkeluarga.
9. Mendapatkan penilaian bahwa dirinya mampu bersikap tepat sesuai
dengan pandangan ilmiah.
Mengingat tugas-tugas perkembangan tersebut sangat kompleks dan
relatif berat bagi remaja, maka untuk dapat melaksanakan tugas-tugas
tersebut dengan baik, remaja masih sangat membutuhkan bimbingan dan
pengarahan supaya dapat mengambil langkah yang tepat sesuai dengan
kondisinya. Di samping tugas-tugas perkembangan, remaja masih
mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang tentu saja menuntut pemenuhan
secepatnya sesuai darah mudanya yang bergejolak. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut, menurut Edward, sebagaimana dikutip Hafsah,19 adalah
meliputi: (1) kebutuhan untuk mencapai sesuatu, (2) kebutuhan akan rasa
superior, ingin menonjol, ingin terkenal, (3) kebutuhan untuk
mendapatkan penghargaan, (4) kebutuhan akan keteraturan, (5) kebutuhan
akan adanya kebebasan untuk menentukan sikap sesuai dengan
kehendaknya, (6) kebutuhan untuk menciptakan hubungan persahabatan,

35
(7) adanya keinginan ikut berempati, (8) kebutuhan mencari bantuan dan
simpati, (9) keinginan menguasai tetapi tidak ingin dikuasai, (10)
menganggap diri sendiri rendah, (11) adanya kesediaan untuk membantu
orang lain, (12) kebutuhan adanya variasi dalam kehidupan, (13) adanya
keuletan dalam melaksanakan tugas, (14) kebutuhan untuk betgaul dengan
lawan jenis, dan (15) adanya sikap suka mengkritik orang lain.
Intensitas kebutuhan-kebutuhan di atas tidak semua sama antara
individu yang satu dengan yang lain, karena kondisi pribadi yang berbeda,
situasi lingkungan yang berlainan, dan ada individu yang ingin segera
kebutuhannya terpenuhi, namun kenyataannya banyak yang tidak
terpenuhi. Dari uraian ini nampak bahwa tugas perkembangan dan
kebutuhan merupakan sesuatu yang muncul pada periode tertentu dalam
rentang kehidupan remaja. Apabila tugas dan kebutuhan dapat terpenuhi,
maka membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas-
tugas perkembangan berikutnya. Sebaliknya apabila gagal, maka akan
menyebabkan ketidakbahagiaan pada remaja yang bersangkutan,
menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam
menuntaskan tugas-tugas perkembangan peridode-periode berikutnya.

K. Perubahan- Perubahan yang Terjadi pada Remaja


Perubahan yang terjadi antara lain :

1. Perubahan Fisik

Perubahan fisik adalah perubahan pada diri seseorang mengenai


perubahan jasmani, seperti tinggi badan, berat badan, dan lain sebagainya.
Berikut ini beberapa perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja:

a. Laki-laki
Perubahan yang dialami seperti : pertumbuhan tulang-tulang, testis
(buah pelir) membesar, tumbuh bulu kemaluan, awal perubahan suara,
ejakulasi (keluarnya air mani), pertumbuhan tinggi badan mencapai

36
tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus di
wajah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, rambut-rambut di wajah
bertambah tebal dan gelap, tumbuh bulu di dada, dan lain sebagainya.
b. Perempuan
Perubahan yang dialami seperti : pertumbuhan tulang-tulang
(badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang),
pertumbuhan payudara, tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di
kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum
setiap tahunnya, mentruasi , tumbuh bulu-bulu ketiak, dan lain
sebagainya.
2. Perubahan Psikis
Perubahan psikis adalah perubahan mengenai rohani seseorang
seperti tingkah laku, sikap, mental, dan lain sebagainya. Berikut ini
adalah beberapa prubahan psikis pada masa remaja.
1. Keadaan emosi yang tidak stabil sehingga remaja mudah merasa
gembira sekaligus mudah sedih. Keadaan ini menjadikan remaja
memiliki emosi yang meledak-ledak.
2. Perasaan menjadi sangat peka atau sensitive. Situasi tertentu dapat
menjadikan remaja mudah tersentuh dan tersinggung.
3. Sikap mental agresif, ditunjukkan dalam bentuk suka menentang
kepada aturan atau perintah. Keadaan ini muncul karena dalam diri
anak mulai merasakan bahwa ia sudah tidak mau lagi disebut
sebagai anak kecil dan menganggap dirinya sudah dewasa dan
berhak menentukan pilihan dan kemauannya sendiri.
4. Mulai mencari identitas diri. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai
perilaku, antara lain:
 Senang berkelompokan melakukan kegiatan bersama
kelompoknya
 Senang melakukan hal-halang menantang, yang cenderung
memuaskan perasaan ingin tahu yang begitu besar terhadap
sesuatu hal, maka sering anak remaja ini melakukan sesuatu

37
yang di luar perhitungan akan kemampuannya.Senang menarik
perhatian orang lain dengan melakukan sesuatu yang menyalahi
aturan pada umumnya.
Permasalahan Yang Muncul dari Perubahan Fisik dan Psikis Remaja :
1. Ketidakmatangan intelektual dan emosional. Hal ini berakibat pada
tindakan yang tidak rasional, cenderung emosional dan tanpa pikir
panjang.
2. Penerimaan (akseptansi) menyeluruh terhadap setiap perubahan
bentuk dan fungsi tubuhnya sebagai usaha penyesuaian diri terhadap
pertumbuhan dan perkembangannya. Mereka merasa tidak puas
akan penampilannya. Mereka terhambat dalam hal akseptansi
karena menyadari pentingnya penampilan dalam penerimaan sosial.
Apalagi pada saat pubertas ini, minat terhadap jenis kelamin lain
mulai berkembang pula.
3. Perkembangan seksual yang meningkat. Pemuasan dorongan seks
masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga
kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas yang pada
awalnya berupa keinginan untuk jatuh cinta atau bercinta
4. Krisis identitas. Setiap remaja harus mam.pu melewati krisisnya dan
menemukan jati dirinya. Sehingga dapat memahami dirinya sendiri,
kemampuan dan kelemahan dirinya serta peranan dirinya dalam
lingkungannya.
5. Ikatan kelompok yang kuat. Ketidakmampuan remaja dalam
menyalurkan segala keinginan dirinya menyebabkan timbulnya
dorongan yang kuat untuk berkelompok. Dalam kelompok, segala
kekuatan dirinya seolah-olah dihimpun sehingga menjadi sesuatu
kekuatan yang besar.
3. Cara Menyesuaikan Diri Dengan Perubahan Fisik Dan Psikis Masa
Remaja

38
Penyesuaian diri yang harus dilakukan pada masa remaja meliputi
perkembangan intelegensi, perkembangan peran sosial, perkembangan
peran seksual dam perkembangan moral dan religi.

1. Penerimaan Atas Diri Sendiri


Perubahan dan perkembangan yang pesat oleh remaja
sebaiknya dapat dijadikan motivasi untuk dapat menjadi seseorang
yang dapat mencapai kematangan menuju kedewasaan yang
bertanggung jawab terhadap diri dan kehidupan sekitarnya.
Janganlah berpikir jika perubahan bentuk tubuh yang terjadi itu
adalah sebuah kesialan karena tidak seperti yang kita inginkan,
siswa harus dapat menerimanya bengan lapang dada karena masih
banyak orang lain yang mungkin lebih buruk dari yang kita alami
sekarang.
2. Membiasakan hidup sehat
3. Mengatur aktifitas
4. Menanamkan keimanan kepada Tuhan YME. Ketebalan dan
kekuatan iman merupakan kunci pokok perkembangan mental
5. Menghindari pengaruh lingkungan yang tidak baik. Ini merupakan
hal yang paling sulit, karena ada perasaan takut dikucilkan
6. Mengarahkan aktifitas berkelompok di kalangan remaja ke arah
kegiatan yang positif misalnya menyalurkan hobi berkelahi dengan
mengikutsertakan anak dalam klub bela diri, dan sebagainya

L. Proses Keperawatan Komunitas Agregat Remaja


Asuhan Keperawatan Pada Agregat Remaja di Komunitas

1. Pengkajian
Inti Komunitas

39
a. Sejarah
Terdapat 137 warga yang berusia antara 13-18 tahun di Desa
Pondokrejo. Hasil distribusi remaja berdasarkan kebiasaan merokok
didapatkan bahwa Sebagian remaja tidak memiliki kebiasaan
merokok, yaitu sebanyak 83 orang (60,58%) dan remaja sebanyak
54 orang (39,42%) memiliki kebiasaan merokok. Hasil distribusi
remaja berdasarkan alasan remaja tidak merokok didapatkan bahwa
untuk menjaga kesehatan, yaitu sebanyak 57 orang (68,67%) karena
dimarahi orang tua sebanyak 15 orang (18,07%), karena
pemborosan sebanyak 1 orang (1,20%) dan karena lain – lain 10
orang (12,05%).
b. Demografi
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, terdapat 504
KK yang dikaji yang terdiri dari 1697 penduduk. Perbandingan sex
ratio dari jumlah penduduk yang dilakukan pengkajian. Sebagian
besar penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 825 orang
(48,62%) dan jenis kelamin laki – laki sebanyak 872 orang
(51,38%). Hal ini menggambarkan pertumbuhan penduduk
perempuan lebih tinggi, komposisi jumlah penduduk berdasarkan
rentang usia dari 1697 penduduk yang dilakukan pengkajian.
Sebagian besar penduduk yang dikaji terdiri dari kelompok usia
dewasa sebanyak 931 (54,9%) dan sebagian kecil terdiri dari
kelompok bayi, balita, balita sejumlah 164 orang (9.7%). Data
tersebut menjelaskan data usia produktif menempati urutan jumlah
tertinggi sehingga angka ketergantungan semakin kecil.
c. Etnisitas
Suku di Desa Pondokrejomayoritas adalah suku Madura.
d. Nilai dan Keyankinan
Penduduk di Desa Pondokrejomayoritas beragama Islam.
Banyak berdiri mesjid dan musholla di sekitar pemukiman warga.

Subsistem komunitas
40
a. Lingkungan
Sebagian besar rumah penduduk telah memenuhi
persyaratan lantai rumah sehat dengan lantai berupa ubin atau
semen yang kedap air dan mudah dibersihkan. Mayoritas penduduk
yang dilakukan pengkajian menyatakan nyamuk sebagai vaktor
penyakin terbesar sebanyak 392 rumah (77.93%) dan sebagian kecil
diakibatkan oleh kecoa sebanyak 16 rumah (2.98%). Kondisi ini
mendukung fakta di lapangan bahwa Desa Pondokrejo dengan
insiden penyakit Demam Berdarah Tergolong tinggi akibat Vaktor
penyakit akibat nyamuk.
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Distribusi kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit
ke Puskesmas sebanyak 261 warga (42,86%). Kebiasaan warga
untuk minta tolong bila sakit ke dokter praktik sebanyak 64 warga
(12,70%). Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke
perawat sebanyak 101 warga (20,01%). Kebiasaan keluarga untuk
minta tolong bila sakit ke bidan sebanyak 107 warga (21,23%).
Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke fasilitas lain
sebanyak 9 warga (1,79%).
c. Ekonomi
Sebagia besar mata pencaharian peduduk yaitu buruh tani
sebanyak 807 orang dan karyawan sebesar 654 orang.
d. Transfortasi dan keamanan
Transfortasi di Desa Pondokrejo mayoritas menggunakan
kendaraan roda dua. Sebagian penduduk juga ada yang
menggunakan kendaraan roda empat dalam melakuka mobilisasi,
dan ada juga yang hanya berjalan kaki dalam mengakses pelayanan
kesehatan.
e. Politik dan Pemerintahan

41
Untuk meminimalkan terjadinya peningkatan jumlah
Perokok remaja di Kecamatan Tempurejo banyak dilakuka
program kesehatan mengenai bahaya dari merokok.
f. Komunikasi
Desa Pondokrejo tidak memiliki telepon umum, karena
masyarakan sebagian besar menggunakan ponsel untuk saling
berkomunikasi antar masyarakat.
g. Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Pondokrejo sebagian
besar adalah yang sedang sekolah yaitu sejumlah 530 orang
(76,3%). Sedangkan penduduk yang belum TK sebesar 26 orang,
penduduk TK 96 orang dan tamat S-1 43 orang.
h. Rekreasi
Desa Pondokrejo tidak memiliki tempat rekreasi atau
fasilitas rekreasi. Masyarakat Pondokrejo biasanya pergi ke pantai,
atau ke taman hiburan lain yang letaknya berada di Kecamatan
lain.
2. Diagnosa
Ketidak efektifan koping komunitas pada kelompok remaja di
Dusun Sumberejo, Desa Pondokrejo Kecamatan Tempurejo dalam
mengatasi masalah remaja berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan remaja mengenai Kesehatan remaja serta kurangnya
keterampilan remaja dalam mrningkatkan kualitas kesehatan.

3. Intervensi

No Diaagnosa Tgl Tujuan dan Intervensi keperawatan Nama


Keperawatan Pembu kriteri hasil dan

42
atan tanda
tanggan
1. Ketidak efektifan 16 juli Tujuan: 1. Memberikan informasi
koping komunitas pada 2013 Menurunkan mengenai penyakit,
kelompok remaja di Perilaku berhubungan dengan
Dusun Sumberejo, Desa merokok di Prilaku Merokok
Pondokrejo Kecamatan kalangan remaja 2. Mengajarkan pantangan
Tempurejo dalam (smp) Kriteria terhadap perilaku
mengatasi masalah hasil: Minimal merokok bila sudah
remaja berhubungan 80% peserta aktif merokok ajarkan
dengan kurangnya hadir, serta cara untuk berhenti
pengetahuan remaja mampu menjadi perokok aktif
mengenai kesehatan menjelaskan 3. Memberikan informasi
remaja serta kurangnya kembali bahaya akurat tentang
keterampilan remaja merokok konsekuensi perilaku
dalam meningkatkan 4. Memberi penjelasan
kualitas kesehatan. tentang bahaya
kandungan zat dalam
rokok
5. Memberikan informasi
kepada orang tua atau
wali perilaku anak
mereka yang rentan
melakukan prilaku
merokok

4. Implementasi
Komponen implmentasi dalam proses keperawatan mencakup
penerapan keterampilan yang di perlukan untuk mengimlementasikan

43
intervensi keperawatan yang telah dibuat. Implementasi dilakukan
sesuai intervensi yang telah di buat.
5. Evaluasi
Kriteria :
Minimal 80% peserta hadir, serta mampu menjelaskan kembali bahaya
merokok.

44
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang
anak tidak hanya tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi lebih
terampil yang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling
berkaitan dan sulit dipisahkan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
jumlah, besar, ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang
bisa diukur berat, panjang, umur tulangdan keseimbangan elektrolit.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil antara lain proses pematangan
termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil
dengan lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang optimal
tergantung pada potensi biologis, psikososial, dan perilaku yang
merupakan proses yang unik dan hasil akhir berbeda-beda yang memberi
cirri tersendiri pada setiap anak.
Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orang
tua tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses yang wajar yang
berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh
seorang manusia. Setiap masa pertembuhan memiliki ciri-ciri tersendir.
Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula
dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang
paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering
menimbulkan kekhawatiran bagi para orang tua. Oleh karena itu, parang
orang tua hendaknya lebih memperhatikan kehidupan remaja agar tidak
terjerumus kedalam hak-hak yang tidak diingainkan.

45
B. Saran
Dengan tersusunya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca
maupun penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan,
karena penulis sadar bahwa penyusunan makalh ini jauh dari kata
kesempurnaan dan sangat mengharapkan kritik dan saran itu dari pembaca
untuk penulisan makalah selanjutnya yang lebih baik.
Adapun saran penulisan kepada teman-teman seremaja antara lain :
Berbagi rasa dengan orang tua atau orang yang dituakan dirumah
Carilah seorang sahabat terbaik
Tingkatkan rasa percaya diri dan katakana tidak pada negative
Bergaulah dengan kelompok atau bentuklah kelompok dengan
aktifitas positif
Jagalah kesehatan fsikismu sendiri mungkin dan secara terus menerus

46
DAFTAR PUSTAKA

 WEB SITE
1. [Online]. Pengertian Anak Menurut Para Ahli. Tersedia :
https://pengertianartidefinisidari.blogspot.com/2018/11/hari-anak-
pengertian-anak-menurut-para-ahli.html
2. [Online]. Batasan Usia Anak Dan Pembagian Kelompok Umur Anak.
Tersedia : https://www.infodokterku.com/index.php/en/103-daftar-isi-
content/info-kesehatan/kesehatan-anak/263-batasan-usia-anak-dan-
pembagian-kelompok-umur-anak
3. [Online]. Batasan Usia Anak. Tersedia :
www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-anak
4. [Online]. Tersedia : https://www.infodokterku.com/index.php/en/103-
daftar-isi-content/info-kesehatan/kesehatan-anak/263-batasan-usia-
anak-dan-pembagian-kelompok-umur-anak
5. [Online]. Tersedia : Karakteristik Perkembangan Anak-Anak
http://pgsd-pgsd.blogspot.com/2014/11/Karakteristik-Perkembangan-
Anak.html
6. [Online]. Tersedia : Pengertian dan Ciri-ciri Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak
https://www.kumpulanmakalah.com/2016/10/pertumbuhan-dan-
perkembangan-anak.html
7. [Online]. Tersedia : Ciri-ciri Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak
https://www.ibudanbalita.com/forum/diskusi/Ciri-ciri-pertumbuhan-
dan-perkembangan-anak
8. [Online]. Tersedia :
https://www.admedika.co.id/index.php/id/medias/sehati-
blog/item/110-masalah-kesehatan-pada-anak

47
9. [Online]. Tersedia : LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK SEHAT (TUMBANG)
https://www.academia.edu/13568169/ASKEP_ANAK_SEHAT
10. [Online]. Tersedia :
https://dokumen.tips/documents/pendokumentasian-asuhan-
keperawatan-pada-agregat-smp-di-komunitas.html
11. [Online]. Tersedia : Makalah Remaja Dan Permasalahannya
https://www.academia.edu/20009824/makalah_remaja_dan_permasal
ahan
12. [Online]. Tersedia : www.depkes.go.id/download.php?
file=download/.../infodatin%20reproduksi%20remaja
13. [Online]. Tersedia : ejournal.uin-
suka.ac.id/pusat/aplikasia/article/download/1362/1180
14. [Online]. Tersedia :
https://ghurubhaz.wordpress.com/2018/05/01/memahami-perubahan-
fisik-dan-psikis-remaja/

48

Anda mungkin juga menyukai