Disusun oleh :
Kelompok IV
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “asuhan keperawatan
pada agregat dalam komunitas anak dan remaja”. Makalah ini diajukan sebagai salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini, khususnya dari dosen
mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di
masa yang akan datang.
Penyusun
(Kelompok IV)
DAFTAR ISI
Sampul …………………………………………………………………………………………
Kata pengantar ………………………………………………………………………………i
Daftar isi…………………………………………………………………………………..….ii
BAB I
A. Latar belakang ………………………………………………………………………1
B. Tujuan ………………………………………………………………………………..3
BAB II………………………………………………………………………………………...4
A. Definisi dan Deskripsi Komunitas anak …………………………………...………4
B. Peran Perawat Komunitas Terkait Anak Usia Sekolah…………………………...8
C. Remaja……………………………………………………………………………....10
BAB III ……………………………………………………………………………………...16
A. Anak ………………………………………………………………………………...16
B. Remaj .………………………………………………………………………………34
BAB IV ……………………………………………………………………………………...39
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………39
B. Saran ………………………………………………………………………………...39
C. Daftar pustaka ……………………………………………………………………...40
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, bertolak dari latar
belakang manusia yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan banyak faktor yang terjadi dan
berhubungan dengan masalah kesehatan. Di dalam komunitas masyarakat suatu daerah bila
kesehatan terganggu adalah kelompok khusus anak usia sekolah. Salah satu upaya yang
dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan melakukan
kegiatan keperawatan pada komunitas atau masyarakat yang didalamnya terdapat kelompok
yang dilakukan pada tanggal 12 November 2015. Ditemukan sebagian besar anak SDN IV
Wonokromo yang memiliki masalah kebersihan diri (personal hygiene), cukup banyak antara
lain 45 murid yang bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 %, 25 murid yang tidak
menggosok gigi dengan persentase 20.3%, 6 murid yang tidak tidak mencuci tangan sebelum
makan dengan persentase 4.9%, 15 murid yang tidak mencuci kaki sebelum tidur dengan
persentase 12.1 %, 7 murid tidak biasa memakai alas kaki dengan persentase 5.7 %, 20 murid
tidak biasa potong kuku dengan persentase 16.2% , 5 murid yang mempunyai kebiasaan
mandi 1 kali sehari dengan persentase 4%. Dampak negatif dari perilaku tersebut adalah
menimbulkan berbagai penyakit yang terjadi seperti karies gigi, diare, cacingan, dan gatal-
gatal. Sehingga perlu untuk ditindak lanjuti dengan pemberian asuhan keperawatan.
Saat ini di seluruh Indonesia, banyak institusi kesehatan tersebar di bebagai daerah.
Jadi dapat diperkirakan mahasiswa-mahasiswa dengan basic kesehatan semakin banyak
pula. Untuk membantu mengatasi masalah remaja, maka mahasiswa dengan basic
kesehatan hendaknya ikut berperan aktif yakni dengan memberikan pendidikan pada
remaja di sekolah ataupun di fakultas non kesehatan. Strategi yang dapat di jalankan
adalah melalui penyebarluasan pengalaman dan pelajaran tentang masalah yang banyak
terjadi pada remaja.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa yang
yang menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Banyak proses yang harus
dilalui seseorang dimasa transisi kanak-kanak menjadi dewasa ini. Tantangan yang
dihadapi orangtua dan petugas kesehatan dalam menangangi problematika remaja pun
akan semakin kompleks. Namun ada penyelesaian masalah untuk membentuk manusia-
manusia kreatif dengan karakter yang kuat, salah satunya dengan melakukan asuhan
keperawatan komunitas pada kelompok remaja.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin canggih
membawa dampak pada semua kehidupan, terutama pada generasi penerus bangsa
khususnya pada remaja. Salah satunya dampak negative banyak para pelajar di kalangan
remaja sudah merokok, berkendaraan dengan kecepatan tinggi, percobaan bunuh diri,
minum-minuman dan penggunaan zat yang merusak kesehatan.
Dampak yang terjadi pada remaja itu merupakan masalah yang komplek, ditandai
oleh dorongan penggunaan yang tidak terkendali untuk terus menerus digunakan,
walaupun mengalami dampak yang negative dan menimbulkan gangguan fungsi sehari-
hari baik dirumah, sekolah maupun di masyarakat.
B. Tujuan
2. Melakukan analisis dan sintesa data komunitas agregat anak usia sekolah.
5. Melakukan intervensi sesuai prioritas terhadap komunitas agregat anak usia sekolah.
10. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Komunitas
A. ANAK
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem
sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat.
Salah satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong
kelompok berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku
tidak sehat. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai
definisi tentang anak usia sekolah yaitu:
a. Menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan anak yang berusia
antara 7-15 tahun , sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun.
b. Menurut Wong (2016), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun
Sebagai komunitas yang dikaji adalah komunitas agregat anak usia sekolah di SDN
IV Wonokromo Surabaya pada tanggal 12 November s.d 26 November 2017. Luas
2
wilayah komunitas 700 m dengan batas wilayah sebelah utara rumah penduduk RT.5
Kel. Wonokromo, sebelah selatan rumah penduduk RT.4 Kel. Wonokromo, sebelah Barat
Masjid Qomarudin Wonokromo dan sebelah timur rumah penduduk RT.4 Kel.
Wonokromo.
3. Besarnya Komunitas
Komunitas agregat anak usia sekolah yang menjadi sasaran pengkajian adalah anak usia
duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya. Anak
usia sekolah merupakan kelompok risiko yaitu suatu kondisi yang dihubungkan dengan
peningkatan kemungkinan adanya kejadian penyakit. Hal ini tidak berarti bahwa jika faktor
risiko tersebut ada pasti akan menyebabkan penyakit, tetapi dapat berakibat potensial
terjadinya sakit atau kondisi yang membahayakan kesehatan secara optimal dari populasi.
Anak usia sekolah merupakan populasi risiko karena beberapa hal yaitu:
pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia sekolah) digambarkan sebagai
inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8
3. Nilai, kepercayaan dan agama : nilai dan kepercayaan yang dianut oleh anak usia
sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama yang dianut, fasilitas ibadah yang ada,
adanya organisasi keagamaan, kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikerjakan oleh
B. Data subsystem
Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia sekolah dari guru kelas,
Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik bagi
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah, bentuk pelayanan kesehatan
bila ada, apakah terdapat pelayanan konseling bagi anak usia sekolah melalui wawancara.
3. Ekonomi
Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua siswa, jumlah uang jajan
para siswa melalui wawancara dan melihat data di staff tata usaha sekolah.
b. Transportasi
Jenis transportasi yang dapat digunakan anak usia sekolah, adanya bis sekolah untuk
6. Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak usia sekolah untuk memperoleh informasi
b. Komunikasi informal
Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia sekolah dengan guru dan orang tua,
peran guru dan orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak sekolah,
keterlibatan guru dan orang tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak
usia sekolah.
7. Pendidikan
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang digunakan sekolah, dan
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat sarana penyaluran bakat anak
usia sekolah seperti olahraga dan seni, pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan
B. Peran Perawat Komunitas Terkait Anak Usia Sekolah
1. Praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas.
kesehatan dengan tanggung jawab utama perawat CHN pada keseluruhan populasi
keluarga.
2. Fungsi dan Peran Perawat CHN Pada Agregat Anak Usia Sekolah
Fungsi dan peran perawat kesehatan komunitas terkait agregat anak usia sekolah
antara lain :
a. Kolaborator
Perawat bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral dalam
sekolah. Seperti halnya perawat melakukan kemitraan dengan tokoh masyarakat, tokoh
b. Koordinator
Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai kebutuhan anak sekolah,
c. Case finder
Mengembangkan tanda dan gejala kesehatan yang terjadi pada agregat anak usia
e. Pendidik
Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga dengan anak usia sekolah di
f. Konselor
Membantu anak usia sekolah mengidentifikasi masalah dan alternatif solusi,
membantu anak usia sekolah mengevaluasi efek solusi dan pemecahan masalah.
g. Peneliti
Merancang riset terkait anak usia sekolah, mengaplikasikan hasil riset pada anak usia
h. Care giver
Mengkaji status kesehatan komunitas anak usia sekolah, menetapkan diagnosa
i. Pembela
Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi anak usia sekolah, menentukan
kebutuhan advokasi, menyampaikan kasus anak usia sekolah terhadap pengambil
keputusan, mempersiapkan anak usia sekolah untuk mandiri
C. REMAJA
Tingkat insiden tertinggi mengharuskan adolesens yang aktif seksual dilakukan skrining
terhadap PMS, meskipun mereka tidak menunjukan gejala. Kehamilan remaja merupakan
kejadian umum di Amerika Serikat; 1 dari setiap 10 wanita dibawah usia 20 tahun
mengalami kehamilan, dan banyak yang memilih untuk memelihara bayinya sendiri.
Kehamilan tidak memiliki risiko fisik pada ibu yang masih remaja kecuali mereka dibawah
proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana
proses tersebut
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT ANAK USIA SEKOLAH DAN
REMAJA
A.ANAK
Asuhan keperawatan agregat anak sekolah yang dilakukan di SDN Wonokromo IV
evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan melibatkan kader UKS, guru pada institusi
I. Pengkajian
Wonokromo IV Surabaya untuk usia 6 – 12 tahun + 123 siswa, jumlah anak sekolah
menurut jenis kelamin dan golongan umur tergambar pada grafik di bawah ini.
25
20
15 Perempuan
10 Laki-laki
tahun
Dari 123 siswa SDN IV Wonokromo antara siswa laki-laki yang berumur 8 – 9 tahun dan
anak perempuan berumur 8 – 9 tahun mempunyai prosentase yang hampir sama yaitu 20.5 %
dan 20 %.
2. Status perkawinan
Agama yang dianut oleh anak sekolah tergambar pada diagram di bawah ini :
Diagram 2 : Karakteristik anak usia sekolah Berdasarkan Agama di SDN IV Wonokromo
Surabaya pada November 2012
untuk tempat beribadah karena letak SD bersebelahan dengan masjid, kegiatan keagamaan
Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru agama, menyatakan bahwa nilai/norma/budaya
yang dianut anak-anak SD baik, kehidupan beragama berjalan dengan harmonis, dan anak-
anak rajin dan antusias dalam mengikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan.
B. Data subsystem
Inspeksi : Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat dengan jalan raya.
Terdapat 2 kamar mandi yang terpisah antara kamar mandi anak laki-laki
seperti olahraga meliputi sepak bola dan senam, kesenian meliputi tari
Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik
bagi perkembangan anak yaitu orang tua dan lingkungan anak yang
istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang sakit. Selain itu juga terdapat ruang BK
3. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang tua para siswa
a. Keamanan
Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah menyebrang jalan raya,
akan tetapi ditemukan kebiasaan yang mengancam kesehatan anak usia sekolah:
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan jajan
Diagram 3 : Kebiasaan jajan sembarangan yang dilakukan oleh anak usia sekolah di
sekolah SDN IV Wonokromo.
Kebiasaan Jajan Sembarangan
80
70
60
50
40
30
20
10
Ya Tidak
Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah memiliki kebiasaan jajan
sembarangan sebesar 98 anak (80%). Ini merupakan hal yang negatif bagi
kesehatan anak usia sekolah karena kebersihan makanan dan kandungan gizi
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan jajan
50
45
40
35
30
25
20
15
10
18
Pada diagram diketahui mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah adalah
permen sebanyak 50 anak (40,6 %). Ini merupakan hal yang negatif bagi
kandungan gula yang tinggi sehingga berisiko tinggi terjadi kejadian karies
80
70
60
50
40
30
20
10
Ya Tidak
Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah tidak menggosok gigi
sebelum tidur sebanyak 92 anak (75 %). Ini merupakan hal yang negatif bagi
perilaku anak usia sekolah karena kebiasaan ini harusnya ditanamkan sejak
dini, selain itu apabila tidak menggosok gigi dapat menyebabkan berbagai
gigi. Alasan kebiasaan anak SD tidak menggosok gigi sebelum tidur dapat
Tabel 1: Frekuensi alasan anak SDN IV Wonokromo tidak menggosok gigi sebelum
tidur
Malas 50 40.6 %
Tidak disuruh ortu 60 48.7 %
Lupa 13 10.5 %
b. Transportasi
Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi anak usia sekolah adalah keikut sertaan
anak dalam organisasi sosial di sekolah serta kebijakan pemerintah terhadap masalah
yang terkait dengan anak usia sekolah. Keikutsertaan anak pada organisasi di sekolah
6. Pendidikan
Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang tuanya biasanya
ke Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-taman kota, Pantai Kenjeran, dan
Taman Hiburan Remaja (THR). Untuk pengembangan bakat anak di bidang olah
raga dan seni di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat lapangan sepak bola,
sanggar senam, dan tari.
C. Analisa Data
Data Masalah
1. Lingkungan fisik :
- Adanya kebiasaan pada lingkungan
anak usia sekolah yang kurang baik
Defisit kebersihan diri pada agregat anak
bagi perkembangan anak yaitu orang
usia sekolah
tua dan lingkungan anak yang
membiasakan tidak menggosok gigi
sebelum tidur sehingga kebiasaan ini
diikuti oleh anak usia sekolah
1. Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan pada
2. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan
anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur sebesar 75%, mayoritas jenis
jajanan anak usia sekolah adalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %), 45 murid yang
bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 % dan sebesar 48.7% anak usia
sekolah beralasan tidak menggosok gigi karena tidak disuruh oleh orang tuanya
3. Risiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik pada anak untuk memperoleh
informasi yang tidak sesuai dengan perkembangannya b/d sumber informasi yang
digunakan anak untuk mengetahui informasi tentang gosok gigi sebelum tidur
bersumber dari media khusunya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%
4. Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua b/d anak jarang diskusi dengan
orang tua untuk menyelesaikan masalah sebesar 60% dan perlunya peran ortu untuk
III. Perencanaan
a. Prioritas masalah
keperawatan komunitas yang mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu dengan
masyarakat.
Risiko penyalahgunaan 2 1 1 4
Pentingnya Perubahan Penyelesaian Total
media cetak dan elektronik
penyelesaian positif untuk untuk score
pada anak untuk
Diagnosa keperawatan pada masalah penyelesaian Peningkatan
memperoleh informasi yang
agregat anak usia sekolah di komunitas kualitas
tidak sesuai dengan
1 : rendah hidup
perkembangannya
0 : tidak ada
2 : sedang 0 : tidak ada
Ketidakefektifan 2 1 2 5
1 : rendah
komunikasi anak dengan
3 : tinggi 1 : rendah
orang tua
2 : sedang
2 : sedang
3 : tinggi
3 : tinggi
gnosa
Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Waktu Tem
awatan
Berdasarkan table diatas, umur 13-20 tahun yaitu umur remaja sebanyak laki-laki 91
orang dan perempuan sebanyak 85 orang, menurut WHO batasan umur remaja
adalah 12-24 tahun di interval umur 6-12 tahun ada 2 orang yang berumur 12 tahun,
pada interval 21-35 tahun ada 12 orang yang termasuk dalam batasan umur menurut
WHO. Jadi jumlah remaja di kelurahan A adalah 190 orang, dengan persentase
18,09% dari jumlah penduduk di kelurahan A.
1) Etnisitas
Kelompok budaya yaitu: bangsa Jawa, Batak, Padang, dll.
2) Nilai dan Keyakinan
Nilai yang mereka anut adalah kebersamaan dan keyakinan yang mereka anut
yang terdiri dari agama Islam, Kristen. Tapi kenyataan dari menganut agama
Islam terlihat dari banyaknya bangunan masjid.
2. Data Lingkungan Fisik
Di lingkungan Kelurahan A banyak terdapat perumahan dengan tipe permanen
dengan persentase 82%, semi permanen13%, tidak permanen 5%. Sebagian besar
status kepemilikan rumah di kelurahan A milik sendiri. Belum terdapatnya lokasi
untuk wadah perkumpulan remaja seperti karang taruna di Kelurahan A. Biasanya
remaja berkumpul di persimpangan dekat RW 02 untuk dijadikan lokasi pertemuan
kebut-kebutan.
3. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Sarana kesehatan yang paling terdekat adalah puskesmas, sebagian besar orang
tua biasanya membawa remaja de puskesmas jika remaja sakit, jika ada keadaan
yang darurat barulah dibawa ke rumah sakit. Tempat pelayanan kesehatan yang
lainnya adalah dokter praktek umum, bidan, balai pengobatan
4. Ekonomi
Di Kelurahan kebanyakan orang tua dari remaja berekonomi menengah ke
atas, sehingga tidak ada kendala untuk memenuhi keinginan remaja seperti
membelikan kendaraan bermotor. Sebagian besar remaja masih bergantung dengan
orang tua mereka dalam pemenuhan kebutuhan, sebagiannya lagi remaja tidak ada
kegiatan atau penganguran.
5. Keamanan dan Transportasi
Kendaraan di Kelurahan A sangat mudah dan banyak, sehingga para remaja
bisa menggunakan fasilitas kendaraan umum tersebut. Tetapi kebanyakan dari
mereka tidak bisa memanfaatkan kendaraan tersebut, 50% remaja mengisi waktu
untuk kebut-kebutan dijalan raya. Hamper seluruh remaja memiliki kendaraan
dengan persentase 89%.
6. Politik dan Pemerintah
Di Kelurahan A para remaja banyak tidak mengikuti dan tidak berperan serta
dalam kelompok organisasi di komunitas mereka. Di kelurahan A tidak terdapat
wadah perkumpulan seperti karang taruna.
7. Sistem komunikasi
Sebagian besar remaja kalau ada masalah memberitahukan masalahnya kepada
teman sebaya yang dekat dengannya, ada juga yang hanya diam saja, dan
mengalihkan masalahnya dengan kegiatan yang tidak bermanfaat seperti kebut-
kebutan.
8. Pendidikan
Para remaja mendapatkan ilmu pengetahuan yang pasti tetapi harus
mendapatkan ilmu yang berhubungan dengan kesehatan, karena remaja rentan
terhadap resiko kematian akibat kendaraan bermotor dengan kecepatan yang tinggi,
remaja juga memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga ingin mencoba hal-hal
yang baru, pengetahuan tentang dampak buruk dari merokok dan zat-zat yang
berbahaya harus diberitahuakan kepada kelompok remaja ini.
9. Rekreasi
Di Kelurahan A biasanya remaja lebih memilih rekreasi dengan duduk di
warung sambil merokok dengan persentase 70%, minum-minuman dengan
persentase 15%.
10. Pemeriksaan fisik remaja
ANALISA DATA
MASALAH KESEHATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hasil Quisioner :
50% remaja menggunakan sebagian waktu untuk kebut-kebutan dijalan raya.
Hampir seluruh remaja mempunyai kendaraan bermotor 89%
Hasil Wawancara :
Beberapa remaja mengatakan bahwa umumnya mereka mengisi waktu luang di luar rumah,
seperti: kebut-kebutan di jalan raya.
Hasil Observasi
Tidak ditemukannya wadah perkumpulan remaja (Karang Taruna) di kelurahan A
Resiko cedera pada remaja di kelurahan A
Resiko cedera pada remaja di kelurahan A berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan remaja tentang bahaya kebut-kebutan dijalan raya
Hasil Quisioner :
Kebiasaan remaja; merokok 70% , minum beralkohol 15%, narkoba 10% dan prilaku seksual
5% menyimpang.
Hasil Wawancara :
Beberapa remaja mengatakan bahwa mereka jarang melakukan olahraga
Hasil Observasi
Tidak adanya kegiatan olahraga dan tidak terdapat sarana olahraga di kelurahan A.
B. PENAMPISAN MASALAH
Diagnosa keperawatan
Kriteria penapisan
Tersedia Sumber
perawat komunitas
Besarnya resiko
Minat masyarakat
Keingnan masyarakat
V. Evaluasi Anak
Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dari
100% peserta hadir, 90% peserta terlibat aktif dalam diskusi dan pelaksanaan kegiatan
berjalan sesuai alokasi waktu. Evaluasi hasil yang dapat diketahui adalah melalui
peningkatan pengetahuan kelompok anak usia sekolah tentang cara menggosok gigi
dengan baik dan benar yang dapat dilihat dari antusias anak usia sekolah dalam
W. Evaluasi Remaja
Asuhan keperawatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
khususnya remaja. Remaja dengan jiwa yang masih labil perlu bimbingan melalui
penyulusan agar resiko peningkatan angka kematian dan perubahan pemeliharaan
kesehatan pada remaja kelurahan A teratasi
BAB IV
SIMPULAN
A. Simpulan
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem sosial
satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah dan remaja yang tergolong
kelompok berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak
sehat. Yang menjadi sasaran pengkajian adalah anak usia sekolah SD dengan umur 6 – 12
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah dan remaja
menggunakan pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia sekolah) dan
remaja digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan
fisik, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan
B. Saran
Dibutuhkan peran serta orang tua, guru, dan anggota masyarakat untuk mendukung
keberhasilan intervensi asuhan keperawatan pada komunitas anak usia sekolah dan
reamaja
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI, ( 2015 ). Buletin data dan kesehatan :Situasi Diare diIndonesia,Jakarta :
Kemenkes
Wong Donna L. ( 2018 ). Buku Ajaran Keperawatan Pediatrik. Vol 2. EGC : Jakarta
Ngastiyah. ( 2015 ). Perawatan Anak Sakit Edisi Dua. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Nurasalam ( 2017 ). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi2
Jakarta : Salemba