Anda di halaman 1dari 16

Asuhan Keperawatan Agregat dalam Komunitas Anak Jalanan

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Agregat Komunitas

Dosen Pengampu Tirta Adikusuma Suparto, S.Kep.,Ners., M.Kep.

Disusun Oleh :

Halwiyana Ziyanka Latiefah 2001954

Maharani Pooja Natasya Bone 2009694

Nadya Anggi Pratiwi 2001918

Nanda Putri Novita Sari 2009787

Rizki Kania Oktaviani Pujawati 2006737

Siti Mu’minah 2007948

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perlindungan anak-anak yang tumbuh di tengah kekerasan politik dan
pengungsian telah menjadi salah satu prioritas utama intervensi kemanusiaan di
seluruh dunia. Anak-anak juga kehilangan Pendidikan, budaya, keluarga, yang
menghambat perkembangan sosial mereka. Selain itu, tidur di jalanan adalah masalah
hak asasi manusia. Anak jalanan adalah sebutan bagi anak-anak yang mengalami tuna
wisma yang hidup di jalanan kota. Namun, anak jalanan adalah korban dari
kurangnya sistem pendidikan. Mereka menjadi sasaran jaringan prostitusi, penculikan
untuk menjadi tentara dan kekerasan dalam rumah tangga (UNICEF, 2006, p. 35).
Organisasi Kesehatan Dunia (2000) memperkirakan saat ini terdapat 10 dan 100 juta
anak jalanan di dunia.
Anak jalanan juga sangat membutuhkan makanan, tempat tinggal, akses ke
layanan kesehatan dan perlindungan, tetapi juga informasi agar mereka dapat
memahami bagaimana menjaga diri mereka tetap aman. Ini berarti organisasi yang
bekerja dengan anak jalanan membutuhkan bantuan untuk mengadvokasi anak jalanan
di saat krisis.
Ada dua kelompok anak jalanan. Kelompok pertama adalah 'anak jalanan',
yang mengacu pada anak-anak yang tunawisma, dan jalan-jalan di daerah perkotaan
adalah sumber mata pencaharian, tempat mereka tidur dan tinggal. Kelompok kedua
adalah 'anak-anak di jalanan', yang bekerja dan tinggal di jalanan di siang hari tetapi
kembali ke rumah pada malam hari di mana mereka tidur di rumah, beberapa dari
mereka kadang-kadang tidur di jalan,
B. Rumusan Masalah
Dari Latar belakang yang ada maka rumusan masalahnya adalah bagaimana Asuhan
Keperawatan Agregat dalam Komunitas Anak Jalanan?
C. Tujuan Masalah
Untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan secara mendalam mengenai Asuhan
Keperawatan Agregat dalam Komunitas Anak Jalanan

1
D. Manfaat Penulisan
Hasil dari diskusi ini, diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan untuk
mahasiswa dan profesi keperawatan terkait Asuhan Keperawatan Agregat dalam
Komunitas Anak Jalanan.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Anak jalanan adalah sebutan bagi anak-anak yang mengalami tuna wisma
yang hidup di jalanan kota. Pemuda gelandangan sering disebut anak jalanan dan
pemuda jalanan; definisi anak jalanan diperdebatkan, tetapi banyak praktisi dan
pembuat kebijakan menggunakan konsep anak laki-laki dan perempuan UNICEF,
yang berusia di bawah delapan belas tahun, untuk siapa "jalanan" telah menjadi
rumah dan/atau sumber penghidupan mereka, dan yang tidak dilindungi atau diawasi
secara memadai.
Beberapa anak jalanan, khususnya di negara yang lebih maju, merupakan
bagian dari subkategori yang disebut anak terlantar yang merupakan anak yang
terpaksa meninggalkan rumah. Anak-anak yang dibuang lebih mungkin berasal dari
kelas pekerja dan rumah orang tua tunggal. Anak jalanan sering mengalami
pelecehan, penelantaran, eksploitasi, atau, dalam kasus ekstrim, pembunuhan oleh
"pasukan pembersih" yang disewa oleh bisnis lokal atau polisi. Dalam masyarakat
Barat, anak-anak seperti itu terkadang diperlakukan sebagai anak tunawisma daripada
penjahat atau pengemis. (Geovani et al., 2021)
Ada dua kelompok anak jalanan. Kelompok pertama adalah 'anak jalanan',
yang mengacu pada anak-anak yang tunawisma, dan jalan-jalan di daerah perkotaan
adalah sumber mata pencaharian, tempat mereka tidur dan tinggal. Kelompok kedua
adalah 'anak-anak di jalanan', yang bekerja dan tinggal di jalanan di siang hari tetapi
kembali ke rumah pada malam hari di mana mereka tidur di rumah, beberapa dari
mereka kadang-kadang tidur di jalan. Namun demikian, ada tidak ada perbedaan yang
jelas antara kedua kelompok karena mereka sering berbeda dari definisi umum
mereka: beberapa anak jalanan mungkin masih memiliki hubungan dengan keluarga
mereka.

B. Etiologi
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Anak Jalanan diyakini bersifat lokal dan
internasional yang disebabkan oleh pribadi faktor-faktor seperti pencarian otonomi
dan persepsi daya tarik streetisme dan faktor ekologis seperti kemiskinan, kematian
orang tua karena HIV, penelantaran, pelecehan, urbanisasi dan alkoholisme.

3
anak jalanan fenomena tidak dapat dikaitkan dengan faktor penyebab tunggal.
Ada banyaknya faktor yang menyebabkan masalah streetisme dan faktor-faktor risiko
ini spesifik konteksnya. Kebanyakan peneliti setuju penyebab utamanya Stretisme
yaitu
1. kemiskinan ekstrim
2. pengangguran
3. kehancuran keluarga (perceraian)
4. pelecehan anak
5. penelantaran
6. gangguan perilaku
7. pencarian sensasi dan
8. perang saudara.
9. Urbanisasi
Faktor-faktor ini dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu tidak langsung
penyebab (penyebab yang membuka jalan menuju streetisme tapi tidak langsung
menyebabkan anak berada di jalanan) dan penyebab langsung (penyebab yang
menyebabkan anak bertempat tinggal di jalan, jauh dari rumah)
Ada banyak faktor yang menyebabkan fenomena anak jalanan. seperti kondisi
iklim yang tidak dapat diprediksi dan metode pertanian yang tidak cocok
membujuk masyarakat pedesaan untuk bermigrasi ke kota-kota. Oleh karena itu,
daerah perkotaan tidak dapat memuaskan kebutuhan mereka dan mengakomodasi
harapan mereka. Hasilnya adalah frustrasi, kemiskinan dan pengangguran.
Urbanisasi diyakini sebagai salah satu faktor sosial yang menyebabkan
fenomena anak jalanan urbanisasi progresif sehubungan dengan kurangnya akses
ke perumahan yang layak dan kesehatan dan kesejahteraan menyebabkan anak-
anak bermigrasi ke jalanan. Karena urbanisasi, orang tua terpaksa bekerja sangat
lama dengan gaji rendah dan meninggalkan anak-anak mereka tanpa pengawasan
yang tepat, perawatan dan sistem pendukung yang memadai. Dikonfirmasi bahwa
kebanyakan orang tua menghabiskan sebagian besar waktu mereka di tempat kerja
daripada di rumah. Akibatnya, keluarga melemah dan hubungan memburuk.
Dalam hal ini, anak menjadi korban utama yang tidak lagi memiliki nilai-nilai
yang ditetapkan oleh orang tua. Mereka kebanyakan meninggalkan rumah mereka
untuk hidup di jalanan dan tidak pernah datang kembali. Keluarga-keluarga ini

4
menjadi hancur, yang menghasilkan yang lain anggota keluarga, terutama anak-
anak, memilih jalanan sebagai pilihan mereka. (Owoaje et al., 2011)

C. Karakteristik
1. Tempat berlindung
Anak jalanan biasanya tidak memiliki tempat tidur tetap. Banyak dari mereka
tidur di jalanan atau di trotoar dekat pertokoan dan mal, sementara yang lain lebih
suka tidur di terminal bus, peron kereta api, di bawah jembatan dan di dekat
bioskop. Sementara itu, beberapa anak perempuan lebih suka menghabiskan
malam mereka dengan penjaga keamanan karena rentan dan mengalami pelecehan
jika mereka menghabiskan malam mereka di jalanan. Sehingga mereka berusaha
mencari tempat yang cocok untuk tidur sesuai dengan keadaan di sekitarnya.
(UNICEF, 2002).
2. Penghasilan
Anak jalanan bekerja sebagai tukang parkir mobil, pencuci mobil, penjaga
mobil, penyemir sepatu dan pemuat bagasi. Beberapa gadis yang lebih tua
menukar seks dengan uang. Beberapa dari mereka mengandalkan menjual barang
dan mengemis di lalu lintas untuk mendapatkan penghasilan. Lainnya terlibat
dalam pekerjaan ilegal seperti perdagangan narkoba (UNICEF, 2002).
3. Fasilitas Infrastruktur
Beberapa anak jalanan menggunakan air laut untuk mencuci, sementara yang
lainnya menggunakan kamar mandi umum. Kadang-kadang mereka menggunakan
air bocor dari pipa umum atau menggunakan kios air umum untuk memenuhi
kebutuhan air minum mereka. Namun, mereka dilecehkan baik oleh orang atau
oleh polisi. Beberapa menggunakan toilet umum dan kereta api sementara yang
lain menggunakan trotoar, taman dan pantai.
4. Jejaring Sosial
Anak jalanan bergantung pada kelompok sebaya sebagai jaringan sosial
mereka untuk perlindungan, dukungan dan solidaritas mereka. Kaum miskin
perkotaan pada umumnya juga membentuk semacam jaringan sosial yang
memberi mereka sarana pendukung, terutama dukungan ekonomi dan solidaritas.
5. Perawatan Kesehatan
Selain rentan terhadap HIV/Aids anak jalanan juga terpapar penyakit lain
karena lingkungan tempat tinggal mereka yang keras. Untuk pengobatan,
5
tergantung dari seberapa besar kemampuan anak jalanan ketika salah satu dari
mereka jatuh sakit. Jika mereka memiliki uang, mereka pergi ke apotek untuk
membeli obat, terutama jika mereka memiliki pengetahuan tentang obat-obatan,
tetapi jika mereka tidak memiliki uang, mereka menunggu sampai tubuh mereka
sembuh secara alami. Beberapa dari mereka juga mendapat dukungan dari teman-
temannya selama sakit.
6. Aset
Anak jalanan tidak memiliki aset. Mereka tidak memiliki apa-apa kecuali
pakaian yang mereka kenakan dan apa yang mereka peroleh dari bekerja di siang
hari. Nampaknya satu-satunya aset yang dimiliki anak jalanan adalah sehat,
sehingga mereka mampu menghasilkan pendapatan untuk menutupi kebutuhan
sehari-hari. (Kunwar, 2022)

D. Layanan Yang Dibutuhkan Anak Jalanan


1. Kebutuhan dasar
kebutuhan dasar individu akan pangan dan sandang
2. Kebutuhan psikologis
Kebutuhan terapi, Seperti cinta tanpa syarat dan keberlanjutan
3. Kebutuhan untuk bekerja secara strategis
4. Kebutuhan Sosial
5. Kebutuhan Jasmani dan Rohani (Amanda Friberg, 2017)

6
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK JALANAN

A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian inti komunitas
a. Riwayat
- Riwayat wilayah yang ditempatkan anak jalanan
- Mengetahui adanya perluasan wilayah yang ditempati
- Mengetahui umur paling tua dari anak jalanan disekitar wilayah tertentu
(yang di kaji)
b. Demografi
- Mengetahui umur rata rata dari kelompok anak jalanan di wilayah tersebut
- Mengetahui jumlah keseluruhan anak jalanan di wilayah tersebut
berdasarkan jenis kelamin
- Mengetahui jumlah anak jalanan laki – laki dan perempuan berdasarkan
persentase
- Mengetahui rata-rata dari penghasilkan yang di peroleh oleh anak jalanan
c. Statistik Vital
- Mengetahui masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak jalanan di
wilayah tersebut
- Memaparkan masalah kesehatan berdasarkan persentase
- Mengetahui data kematian anak jalanan di wilayah tersebut
d. Nilai dan kepercayaan
- Mengetahui mayoritas agama anak jalanan diwilayah tersebut
- Mengetahui kebiasaan yang dilakukan oleh anak jalanan di wilayah
tersebut
- Mengetahui budaya yang di anut di wilayah tersebut
2. Pengkajian Sub Sistem
a. Lingkungan Fisik
- Inspeksi
Mengobservasi tempat anak jalanan mengamen atau melakukan kegiatan
lain (misalnya terdapat lampu merah untuk mengamen di pinggir jalan)
- Tanda Vital

7
Mengobservasi kondisi lingkungan tempat anak jalanan berkegiatan
(bersih/kotor/dll)
- Pendidikan kesehatan
Mengetahui pengetahuan anak jalanan terhadap pendidikan kesehatan
b. Pelayanan kesehatan dan sosial
- Mengetahui pelayanan kesehatan yang di gunakan oleh anak jalanan di
wilayah tersebut
c. Ekonomi
- Mengetahui pendapatan rata – rata anak jalanan dalam mengamen di
wilayah tersebut
- Mengetahui pendapatan dikeluarkan untuk keperluan apa saja
d. Keamanan
- Menobservasi keadaan lingkungan yang aman
- Mengobservasi resiko cedera akibat pertengkaran anak sesama anak
jalanan
e. Politik dan pemerintahan
- Mengobservasi adanya peraturan yang di buat diwilayah tersebut
f. Komunikasi
- Mengobservasi hubungan komunikasi antar orang tua dan anak
- Mengobservasi kepemilikan alat komunikasi
- Mengobservasi cara berkomunikasi antar anak jalanan
g. Pendidikan
- Mengetahui rata-rata tingkat pendidikan yang ditempuh anak jalanan di
wilayah tersebut
h. Rekreasi
- Mengetahui tempat rekreasi / bermain yang biasa di kunjungi oleh anak
jalanan di wilayah tersebut.

8
B. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1 Ds: Factor ekonomi Defisit kesehatan komunitas
• Mengungkapkan D.0110
factor penyebab
terjadinya masalah Keterbatasan sumber daya dalam
kesehatan memperhatikan kesehatan
Do:
• Masalah kesehatan
yang dialami Hambatan akses ke pemberi
komunitas pelayanan kesehatan
• Factor resiko
fisiologis /
psikologis yang Defisit Kesehatan Komunitas
menyebabkan
komunitas menjalani
perawatan

2 Ds: Kurangnya kemampuan sumber Koping komunitas tidak


• Mengungkapkan daya dalam pemecahan masalah efektif D.0095
ketidakberdayaan
komunitas Kurangnya kestabilan emosi dalam
Do: menghadapi masalah
• Komunitas tidak
memenuhi harapan Kurang terjalinnya komunikasi yang
anggotanya baik antar anak jalanan
• Konflik masyarakat
meningkat
• Kejadian masalah Koping komunitas Tidak efektif

dalam masyarakat
tinggi
(pertengkaran,penya

9
kit mental,
kemiskinan dll)
3 Ds: Faktor Ekonomi lemah Risiko Gangguan
• Sering terjadi Perkembangan D.0107
perselisihan antar Kemampuan anak untuk
anak jalanan mengeksplor diri terbatasi
Do:
• Konflik antar anak
jalanan membuat Risiko Gangguan Perkembangan
anak jalanan tidak
dapat mengatur
emosi nya
• Kehidupan yang
kurang layak

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit Kesehatan komunitas b.d Hambatan akses ke pemberi pelayanan kesehatan


d.d terjadi masalah kesehatan yang dialami komunitas
2. Koping Komunitas tidak efektif b.d Ketidak adekuatan sumber daya untuk
memecahkan masalah d.d kejadian masalah dalam masyarakat
3. Risiko Gangguan Perkembangan d.d Ekonomi lemah
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
(SDKI)
1. D.0110 Defisit Setelah dilakukan intervensi Pengembangan Kesehatan
Kesehatan keperawatan selama 3x24 jam Masyarakat (I.14548)
komunitas b.d maka Status Kesehatan Observasi
Hambatan akses ke komunitas meningkat (L.12109) 1. Identifikasi masalah
pemberi pelayanan dengan kriteria hasil: atau isu kesehatan dan
kesehatan d.d 1. Ketersediaan program prioritasnya
terjadi masalah promosi Kesehatan (3) 2. Identifikasi potensi

10
kesehatan yang 2. Partisifasi dalam program atau aset dalam
dialami komunitas Kesehatan komunitas (3) masyarakat terkait isu
3. Pemantauan standar yang di hadapi
Kesehatan komunitas(4) Terapeutik
4. Prevalensi penyakit (4) 1. Libatkan anggota
masyarakat untuk
meningkatkan
kesabaran terhadap isu
dan masalah Kesehatan
yang di hadapi
2. Libatkan anggota
masyarakat dalam
proses perencanaan dan
implementasi dan
revisinya
3. Fasilitasi struktur
organisasi untuk
meningkatkan
kemampuan
berkomunikasi dan
bernegosisasi
4. Bangun komimen antar
anggota masyarakat

2. D.0095 Koping Setelah dilakukan intervensi Edukasi Kesehatan (I.12383)


Komunitas tidak keperawatan selama 3x24 jam Observasi
efektif b.d Ketidak maka Status Koping Komunitas 1. Identifikasi kesiapan
adekuatan sumber membaik (L.05089) dengan dan kemampuan
daya untuk kriteria hasil: menerima informasi
memecahkan 1. Keberdayaan komunitas 2. Identifikasi daktor
masalah d.d meningkat (3) faktor yang dapat

11
kejadian masalah 2. Sumber daya komunitas meningkatkan dan
dalam masyarakat meningkat (3) menurunkan motivasi
3. Komunikasi positif perilaku hidup bersih
meningkat (4) dan sehat
4. Insiden masalah Kesehatan
dalam komunitas menurun Terapeutik
(4) 1. Sediakan meteri dan
5. Konflik dalam komunitas media Pendidikan
menurun (3) Kesehatan
2. Jadwalkan pedidikan
Kesehatan sesuai
dengan kesepakatan

Edukasi
1. Jelaskan faktor resiko
yang mempengaruhi
Kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup
bersin dan sehat
3. Ajarkan strategi yang
di gunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
3. D.0107 Risiko Setelah dilakukan intervensi Promosi Perkembangan Anak
Gangguan keperawatan selama 3x24 jam (I.103440)
Perkembangan d.d maka Status Perkembangan Observasi
Ekonomi lemah membaik (L.10101) dengan 1. Identifikasi kebutuhan
kriteria hasil: khusus anak dan
1. Keterampilan/perilaku kemampuan adaptasi
sesuai usia meningkat (3) anak
2. Kemampuan melakukan 2. Dukung anak
perawatan diri meningkat berinteraksi dengan
(3) anak lain

12
3. Responsi sosial meningkat 3. Dukung anak
(3) mengekspresikan
4. Afek membaik (3) perasaannya secara
positif
4. Diskusikan Bersama
remaja tujuan dan
harapannya
Edukasi
1. Ajarkan sikap
kooperatif, bukan
kompetisi diantara
anak
2. Ajarkan Teknik asertif
pada anak dan remaja
3. Demonstrasikan
kegiatan yang
meningkatkan
perkembangan pada
pengasuh

13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak jalanan adalah sebutan bagi anak-anak yang mengalami tuna wisma yang hidup
di jalanan kota. Beberapa anak jalanan, khususnya di negara yang lebih maju, merupakan
bagian dari subkategori yang disebut anak terlantar yang merupakan anak yang terpaksa
meninggalkan rumah.
Faktor-faktor yang menyebabkan anak jalanan diyakini bersifat lokal dan
internasional yang disebabkan oleh pribadi faktor-faktor seperti pencarian otonomi dan
persepsi daya tarik streetisme mencakup kemiskinan ekstrim, pengangguran, kehancuran
keluarga (perceraian), pelecehan anak, penelantaran, gangguan perilaku, pencarian
sensasi, perang saudara, sampai urbanisasi dan faktor ekologis seperti kemiskinan,
kematian orang tua karena HIV, penelantaran, pelecehan, urbanisasi dan alkoholisme.
Anak jalanan biasanya tidak memiliki tempat tidur tetap, bekerja sebagai tukang
parkir mobil, pencuci mobil, penjaga mobil, penyemir sepatu dan pemuat bagasi. Layanan
yang dibutuhkan anak jalanan meliputi kebutuhan dasar individu akan pangan dan
sandang, kebutuhan terapi psikologis, kebutuhan untuk bekerja secara strategis,
kebutuhan sosial, hingga kebutuhan jasmani dan rohani.

B. Saran
Adapun yang menjadi saran dalam penulisan makalah ini adalah diharapkan pada
semua calon perawat maupun perawat dapat memahami tentang asuhan keperawatan
agregat dalam komunitas anak jalanan, dimana nantinya perawat akan mengaplikasikan
apa yang dipelajari ini dalam praktek keperawatannya. Oleh karena itu sangat perlu untuk
kita semua calon-calon perawat masa depan memahami hal tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Amanda Friberg, V. M. (2017). Problems and Solutions when Dealing with Street Children.
1–54.
Geovani, I., Nurkhotijah, S., Kurniawan, H., Milanie, F., & Nur Ilham, R. (2021). Juridical
Analysis of Victims of the Economic Exploitation of Children Under the Age To
Realize Legal Protection From Human Rights Aspects. International Journal of
Educational Review, Law And Social Sciences (IJERLAS), 1(1), 45–52.
https://doi.org/10.54443/ijerlas.v1i1.10
Kunwar, M. (2022). Work condition, Exploitation, and Mistreatment of Study of Street
Children of Kathmandu Valley. Nepal Journal of Multidisciplinary Research, 5(1), 38–
52. https://doi.org/10.3126/njmr.v5i1.44613
Owoaje, E., Adebiyi, A., & Asuzu, M. (2011). Socio-demographic characteristics of street
children in rural communities undergoing urbanization. Annals of Ibadan Postgraduate
Medicine, 7(1), 10–15. https://doi.org/10.4314/aipm.v7i1.64055

15

Anda mungkin juga menyukai