Anda di halaman 1dari 12

REVIEW JURNAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah dari Rehabilitas Sosial
yang diampu oleh
Dr. Hj. Isma Widianty, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Aurora Pahlevi Indrati (2007569)


2. Dellya Dian Narulita (2009430)
3. Diva Risvanetta Azahra (2005848)
4. Hanifa Azzahra Nurrahman (2008031)
5. Putri Kurnia Agustina (2006624)
6. Siti Raina Hajida (2003003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2022
1. Review Jurnal 1 (Pembinaan Anak Jalanan oleh Dinas Sosial Kota Bandar
Lampung)

- Anak Jalanan

Menurut kalangan LSM peduli anak, beberapa penyebab anak turun ke jalanan ialah pertama,
kondisi ekonomi keluarga yang miskin seringkali dipahami sebagai faktor utama yang
memaksa anak turun ke jalan, Kekerasan yang terjadi dalam keluarga menjadi faktor penting
yang mendorong anak untuk turun ke jalan. Tidak sedikit anak dipaksa lingkungan untuk
turun ke jalan. Adakalanya sebelum terpengaruh faktor lingkungan, sesorang anak berasal
dari keluarga miskin, sehingga faktor lingkungan, seperti diajak teman atau bermasalah
disekolah, menjadi penguat alasan untuk turun dijalan.

- Fator Pendorong Munculnya Anak Jalanan

a. Faktor pembangunan, dimana masyarakat pedesaan melakukan peerpindahan


penduduk dari desa ke kota. Lemahnya pengetahuan dan keterampilan yang
mengakibatkan mereka kalah dalam persaingan yang tadinya mereka melalukan
urbanisasi agar mendapatkan kehidupan yang layak tetapi mereka kalah dalam
persaingan memasuki sektor formal dan menyebabkan mereka bekerja apapun untuk
mempertahankan hidup
b. Faktor kemiskinan, faktor yang sering ditemui dan dominan yang menyebabkan
munculnya anak-anak jalanan.
c. Faktor kekerasan keluarga, anak selalu menjadi korban kekerasan baik fisik, mental
dan seksual memiliki resiko tinggi menjadi anak jalanan.
d. Faktor perceraian orang tua (broken home), perceraian orang tua yang diikuti dengan
pernikahan baru telah membuat anak menjadi shock dan tertekan. Tidaklah mudah
untuk memilih mengikuti ayah atau ibu. Ini merupakan salah satu faktor yang
mendorong anak melarikan diri dari rumah dan hidup dijalanan.
e. Faktor ikut-ikutan teman, sering anak yang telah memasuki dunia jalanan
menceritakan pengalamannya pada teman-temannya. Nilai-nilai kebebasan
kemudahan mendapatkan uang akan merangsang anak-anak lain untuk mengikuti
jejaknya.
f. Faktor kehilangan orang tua, banyak anak, banyak anak memasuki dunia jalanan
karena kedua orangtuanya meninggal atau ditangkap kamtib dan dikembalikan ke
daerah asalnya atau dilepas begitu saja di suatu tempat. Akhirnya anak terpaksa hidup
sendiri, untuk mempertahankan hidupnya, mereka melakukan kegiatan di jalanan.
g. Faktor budaya ada beberapa daerah yang menganjurkan anak laki-laki mengadu nasib
ke daerah lain

- Pembinaan Untuk Anak Jalanan


1. Pembinaan keterampilan dan skill Pembinaan keterampilan disini sebagai upaya
untuk memberikan anak jalanan keahlian skill supaya nantinya mereka bisa menjadi
anak yang mandiri. Pembinaan keterampilan yang dilakukan seperti pelatihan yang
difsilitasi oleh yayasan tersebut, baik bersifat kerajinan tangan maupun pelatihan
tentang teknologi.
2. Pembinaan yang melibatkan sejumlah tokoh masyarakat Dalam pengertian ini,
mengajak segenap masyarakat untuk peduli terhadap anak jalanan, dintaranya melalui
tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh seperti RT, RW, kelurahan atau orang
yang bisa mempengaruhi anak ke arah yang lebih baik.
Bisa jadi pelibatan tokoh masyarakat digunakan sebagai pengenalan terhadap anak
jalanan tentang norma-norama yang kurang dihiraukan.
3. Pembinaan yang melibatkan pihak kepolisian Pembinaan ini lebih ditekankan pada
bagaimana sebenarnaya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dan dilarang
kemudian dijelaskan. Selain itu, pelibatan aparat kepolisian juga bertujuan agar anak
njalanan lebih paham dan mengerti tentang tata tertib dijalanan. Pembinaan aparat
kepolisian tidak hanya memberikan pengenalan tengah peraturan-peraturan jalanan,
tetapi juga lebih banyak mengajak anak jalanan untuk terlibat kriminalitas dan belanja
untuk obat-obatan terlrang ( narkoba) dan lainlain.
4. Program pendididikan
a. Kegiatan pendidikan melalui kejar paket sebagai usaha preventif agar anak jalanan
tetap bersekolah, karena banyak sekali dari anak jalanan itu yang putus sekolah
dan tidak dapat menikmati pendidikan.
b. Kegiatan rekreasi kegiatan rekreasi itu sebagai sarana mengajak anak jalanan
untuk lebih mengenal diri sendiri (refleksi diri) baik potensi, bakat dan minatnya
dengan metode reaksi yng dipadukan dengan permainan-permainan dan
menyenangkan bagi anak.
2. Review Jurnal 2 (Implementasi Kebijakan Program Pembinaan Anak Jalanan Di
Kota Medan)
Hidup anak jalanan memang tidak mudah menarik karena mereka berada dalam
keadaan tanpa masa depan yang jelas, dan Kehadiran mereka tidak jarang bagi banyak pihak,
baik itu masyarakat,keluarga dan negara. Anak jalanan bukanlah pilihan hidup yang
idealseseorang, tetapi paksaan karena beberapa keadaan atau alasan. Namun, anak jalanan
sudah menjadi fenomena di perkotaan, secara psikologis mereka adalah Ia adalah anak yang
belum membentuk formasi psikologis emosional yang kuat. Sementara Pada saat yang sama,
mereka juga harus menghadapi dunia jalanan yang keras dan berdampak negatif terhadap
perkembangan dan pembentukan kepribadiannya, aspek psikologis ini. Efek pada aspek
sosial, di mana ketidakstabilan emosional dan mental mereka didukung.

Munculnya kawasan kumuh menciptakan citra negatif anak-anak di sebagian besar


masyarakat , Anak jalanan tidak bisa dilihat dari alasan dan intensitasnya turun ke jalan
setara. Dari alasannya, sangat tidak mungkin tidak semua anak jalanan hadir.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil bacaan jurnal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Peran Dinas
Sosial itu sendiri adalah melakukan pembinaan dan penanganan anak jalanan. Adapun
bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan oleh pengelola rumah singgah meliputi program
pendidikan kesetaraaan bagi anak jalanan yang putus sekolah, pendidikan moral, pelatihan
dan pemberdayaan keterampilan serta potensi yang dimiliki anak jalanan seperti ketrampilan
vakasional berbasis hobi, menyediakan wadah sebagai tempat hasil karya anak-anak jalanan
yang kemudian dapat dijual di pasaran dan menghasilkan uang, serta penerbitan bukubuku
dan iklan layanan masyarakat. Dalam menjalankan programnya, Dinas Sosial Kota Medan
masih banyak hambatan/kendala yang dihadapi oleh Dinas Sosial itu sendiri, yaitu: belum
tersedianya panti rehabilitas sosial atau penumpangan untuk pengemis yang tertangkap,
percuma saja karena pengemis yang tertangkap hanya dilakukan pendataan setelah itu
dibebaskan, kemudian mereka mengulangi perbuatannya karena terdesak oleh kebutuhan
sehari-hari. Pekerjaan patroli yang dilakukan oleh Dinas Sosial sering mendapatkan
perlawanan, dan kegiatan penanganan pengemis ini yaitu ditemukannya wajah lama yang
pernah terjaring razia. Melihat permasalahan yang telah ditangani oleh Dinas Sosial Kota
Medan dalam pemberdayaan anak jalanan, sejauh ini hasil yang dicapai sudah berjalan
dengan baik, namun belum sepenuhnya terealisasi dengan sempurna.

3. Review Jurnal 3 (Motivasi Sembuh Pada Anak Jalanan Korban Penyalahgunaan


NAPZA)
Anak jalanan sangat rentan menjadi korban penyalahgunaan NAPZA. Yayasan
Balarenik menjadi salah satu Lembaga Rehabilitasi Sosial khusus untuk anak-anak jalanan.
Penyalahguna NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi tetap memiliki peluang untuk
kambuh (relapse). Perilaku relapse pada penyalaguna NAPZA tersebut dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, salah satunya adalah motivasi diri untuk dapat sembuh.Tujuan.
Mengetahui motivasi sembuh pada anak jalanan korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan
Balarenik. Lingkungan pertemanan mempengaruhi anak jalanan untuk mengenal,
menggunakan, dan mendapatkan NAPZA. Kemauan dalam diri yang kuat menjadi faktor
instrinsik anak jalanan untuk dapat sembuh dari penyalahgunaan NAPZA. Faktor ekstrinsik
motivasi untuk sembuh anak jalanan adalah adanya pengaruh dari teman yang sudah berhenti
menggunakan NAPZA, peran dari konselor, pekerja sosial, serta pemberian reward dari
Yayasan. Anak jalanan juga mendapatkan pengaruh dari abang-abangan tongkrongan untuk
mengikuti rehabilitasi dan berhenti menyalahgunakan NAPZA.

Kesimpulan:

Motivasi untuk sembuh anak jalanan dari penyalahgunaan NAPZA didapat dari
dorongan dalam diri, pengaruh lingkungan dan pihak signifikan lainnya.

4. Review Jurnal 4 (Implementasi Program Pelayanan Rehabilitasi Anak Jalanan Oleh


Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lpks) Kasih Ibu Kota Padang)

Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) berperan penting dalam membantu 


pelayanan kesejahteraan sosial anak yang mengedepankan hak dan perlindungan yang
seharusnya anak dapatkan. salah satu hal yang dilakukan yaitu  memberikan pelayanan
rehabilitasi terhadap anak jalanan dengan memberikan program-program yang berdampak
baik bagi perubahan kehidupan anak.

Kesimpulan:

Implementasi program pelayanan rehabilitasi anak jalanan yang dilakukan oleh Lembaga
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) Kasih Ibu Kota Padang sudah dilakukan
dengan baik dan dikatakan berhasil. Dengan adanya program rehabilitasi untuk anak jalanan
itu bisa membuat anak jalanan berubah menjadi lebih baik. Bentuk program rehabilitasi anak
jalanan yang ada di LPKS Kasih Ibu diantaranya:

1) Program Pendidikan,
2) Program keterampilan dasar,

3)  Program keagamaan.  dan

4) Program kebersihan.

5. Review Jurnal 5 (Jurnal Of Educational Social Studies Perilaku Sosial Anak-Anak


Jalanan di Kota Semarang)

Kota Semarang merupakan salah satu kotabesar di Indonesia yang tidak terlepas dari masalah
anak jalanan. Banyaknya anak jalanan hingga saat ini bukan berarti pemerintah tidak
melakukan upaya untuk menanganinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku
anak-anak jalanan di Kota Semarang.

Kesimpulan :

Banyaknya anak jalanan hingga saat ini bukan berarti pemerintah tidak melakukan
upaya untuk menanganinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku anak-anak
jalanan di Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukan beragam perilaku sosial anak-anak
jalanan di Kota Semarang, yaitu sopan santun, solidaritas, bergaul, dan interaksi dengan
lawan jenis. Perilaku sosial anak jalanan tidak selalu menyimpang seperti pandangan
masyarakat umum, mereka masih memegang nilai dan norma dalam masyarakat seperti sopan
santun dan solidaritas terlebih sesama anak jalanan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ketua
Persatuan Anak Jalanan Semarang (PAJS) bahwa anak-anak jalanan di Semarang berasal dari
berbagai daerah di Jawa Tengah.

Anggapan tersebut menjadikan anak jalanan merasa terasing secara sosial dan mereka
tidak berdaya untuk mengubah kondisi hidupnya. Sebagai contoh, bila ada anak jalanan yang
sakit, yang lainnya akan bergotong royong mencari bantuan untuk mengobati atau merujuk
ke petugas kesehatan. Bila ada seorang anak jalanan yang tertangkap, karena terdesak dengan
biaya yang tidak cukup untuk mengeluarkannya, mereka akan minta bantuan aparat
penertiban untuk merazia mereka semua bersama-sama. Anak-anak jalanan tersebut memiliki
aspirasi yang tinggi untuk bisa bersekolah kembali dan menginginkan kehidupan yang lebih
baik di masa depannya.

6. Review Jurnal 6 (Efektivitas Jurnal Kebahagian Dalam Meningkatkan Self


Esteem Pada Anak Jalanan)
Saat ini self esteem telah menjadi hal yang penting dalam kehidupan individu.
Self esteem merupakan salah satu konsep sentral dalam kajian psikologi. Self esteem
pada dasarnya menerima diri kita tanpa syarat dan memiliki perasaan bahwa
seseorang layak menjalani hidup dan mencapai kebahagiaan dalam kehidupannya.
Menurut Agathangelou (2015) self esteem yang rendah lebih mengarah pada
pemikiran-pemikiran negatif mengenai diri sendiri, sedangkan seseorang dengan self
esteem yang baik lebih menerima dirinya sendiri dengan kehidupannya dan
menjauhkan diri dari pemikiran-pemikiran negatif. Lyubomirsky, Tkach dan Dimatteo
(2006) menyatakan terdapat hubungan antara self esteem dengan kebahagiaan atau
happiness. Orang-orang yang merasakan kebahagiaan di dalam kehidupan sehari-
harinya akan merasa baik mengenai dirinya dan memiliki harga diri atau self esteem
dan penghargaan terhadap dirinya yang lebih baik (Lyubomirsky, Tkach & Dimatteo
2006).
Kesimpulan, Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas Jurnal
Kebahagiaan dalam meningkatkan self esteem pada anak jalanan. Berdasarkan
analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan, Jurnal Kebahagiaan
efektif dalam meningkatkan self esteem pada anak jalanan. Menulis mengenai
pengalaman-pengalaman positif dan bahagia yang dirasakan dalam kehidupan sehari-
hari dapat mengubah keraguan dan dapat membuat self esteem seseorang meningkat.
Pada saat individu secara rutin menuliskan kebahagiaan yang dirasakan seperti
mengenai kualitas dan prestasi yang dimiliki, individu akan merasa lebih layak untuk
memperbaiki kualitas diri yang dimilikinya dan hal tersebut dapat membuat self
esteem seseorang berkembang.
7. Review Jurnal 7 (Konsep Diri Anak Jalanan : Kasus Anak Jalanan di Kota
Bogor Provinsi Jawa Barat)
Isu kesejahteraan anak terus mendapat perhatian masyarakat dunia. Mulai
dari permasalahan buruh anak, peradilan anak, pelecehan seksual pada anak, dan
anak jalanan.Data Yayasan Gerbong Rakyat, anak jalanan di kota Bogor pada tahun
2003 berjumlah 400 jiwa. Jumlah ini meningkat kurang lebih sebesar 50 persen dari
tahun sebelumnya (Anonim, 2003). Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak
Seto Mulyadi mengatakan jumlah anak jalanan pada tahun 2008 di wilayah
Jabodetabek mencapai 80 ribu anak dengan 30 ribu anak berada di wilayah
Jakarta (Moeko, 2008). Hal ini memperlihatkan jumlah anak jalanan yang terus
meningkat tiap tahunnya.Penelitian ini dilakukan memiliki arti cukup
penting karena permasalahannya, jumlah anak jalanan yang terus meningkat ini
masih ditangani secara terbatas. Studi-studi yang ada sebelumnya masih terbatas
pada pembahasan mengenai karakteristik sosial ekonomi, pembinaan rumah
singgah dan tingkat kekerasan yang dialami anak jalanan saja dan belum melihat
anak jalanan dari sudut psikologi sosial yaitu dengan memahami konsep diri anak
jalanan. Konsep diri anak jalanan perlu dipahami karena konsep diri mempunyai
pengaruh yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang ditampilkan seseorang
(Muslim dan Mardiyati, 2004).Dengan memahami perbedaan konsep diri anak
jalanan berdasarkan karakteristik mereka maka pembinaan anak jalanan akan tepat
sasaran sesuai dengan konsep diri anak jalanan.
Kesimpulan, Pada umumnya anak jalanan adalah laki-laki dengan sebagian
besar berusia 16 sampai 18 tahun dengan sebagian lainnya berusia dengan yang
berusia 13 sampai 15 tahun. Pekerjaan yang banyak dilakukan anak jalanan
adalah pengamen. Tingkat pendidikan responden sebagian besar hanya sampai
Sekolah Dasardan Sekolah Menengah Pertama. Tingkat sosial ekonomi keluarga
responden secara keseluruhan menunjukkan mereka tergolong dalam keluarga
miskin menurut kriteria BPS yaitu pendapatan di bawah Rp. 600.000,00 per bulan
dan pendidikan tertinggi kepala rumah tangga hanya sampai Sekolah
Dasar.Sebagian besar anak jalanan tidak pernah mengalami kekerasan di lingkungan
kerjanya.
8. Review Jurnal 8 (Problematikan Pendidikan Anak Jalanan (Studi Anak Penjual
Koran di Kota Kupang))
Pendidikan orangtua yang rendah menjadi salah satu penyebab munculnya anak
penjual koran di Kota Kupang. Ternyata tingkat pendidikan orangtua anak penjual
koran di Kota Kupang tersebut sangat rendah, ada yang hanya lulusan Sekolah Dasar
(SD) dan sebagian lainnya hanya lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan ada
juga orangtua yang tidak sekolah. Rendahnya pendidikan orangtua anak tersebut pada
akhirnya berimbas pada pekerjaan orangtua anak itu sendiri yang tidak dapat bersaing
dengan warga pendatang lain yang tingkat pendidikannya lebih tinggi, dan didukung
lagi dengan kemampuan dan keahlian lain yang telah dimiliki oleh mereka yang telah
siap mengadu nasib di Kota Kupang sebagai pendatang.
Ajisuksmo mengatakan bahwa tidak hanya faktor ekonomi saja yang menjadikan anak
menjadi penjual koran, tetapi ada juga berbagai masalah, misalnya, ketiadaan uang,
keadaan rumah yang sempit dan tidak memenuhi standar kebutuhan, dan lain-lain. Di
sisi lain kemiskinan keluarga yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu
kesehatan dan gizi, pola interaksi orangtua dengan anak, aspirasi orangtua terhadap
masa depan anak, dukungan dan bentuk afeksi yang diberikan orangtua, kekerasan
yang dialami anak, pola asuh, dan sebagainya (Ajisuksmo, 2013b)
Kesimpulan :
Ada beberapa faktor yang melatar belakangi munculnya anak penjual koran di Kota
Kupang, diantaranya (1) faktor kemiskinan, yaitu anak terpaksa berjualan koran
meskipun dengan usia yang belum cukup untuk bekerja karena orangtua tidak mampu
memenuhi kebutuhan pendidikan dan kehidupan mereka sehari-hari. (2) Rendahnya
pendidikan orangtua sekaligus menjadi penyebab rendahnya kesadaran orangtua
terhadap pentingnya pendidikan, sehingga menyebabkan anak putus sekolah dan
menjadi penjual koran di Kota Kupang. (3) Faktor budaya karena anak menganggap
membantu orangtua adalah sebua wujud bakti mereka terhadap orangtua. (4) Adanya
kemauan anak untuk berjualan koran karena mereka dapat memperoleh uang daripada
di sekolah. Pendidikan anak penjual koran di Kota Kupang terdiri dari dua jenis,
yaitu, anak penjual koran yang masih sekolah dan anak penjual koran yang tidak
sekolah. Anak penjual koran yang masih sekolah beranggapan bahwa pekerjaan
sebagai penjual koran bukanlah menjadi penghalang bagi mereka untuk menempuh
pendidikan, sedangkan anak penjual koran yang tidak sekolah dikarenakan faktor
ekonomi orangtua yang tidak mendukung dan keegoisan orangtua sehingga mereka
berjualan koran untuk membantu kebutuhan keluarga.
9. Review Jurnal 9 ( Pendidikan Karakter Anak Jalanan dI Sekolah Kelas Khusus
Pasar Lima Banjarmasin)
Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peranan sebagai tempat berinteraksi
suatu masyarakat untuk mendapatkan pendidikan. Anak jalanan selain membutuhkan
pendidikan juga membutuhkan pendidikan karakter. Selama ini anak jalanan kurang
mendapatkan perhatian dari orang tuanya terlebih anak jalanan yang terjun ke jalanan
dengan berbagai alasan diantaranya karena disuruh orang tuanya untuk bekerja
mengumpulkan uang.
Anak jalanan yang melakukan aktivitas di jalanan sudah merasakan bagaimana
rasanya mendapatkan uang, tidak jarang dari anak jalanan yang tergiur untuk ikut ke
jalananan demi untuk mendapatkan uang. Ada juga alasan mereka terjun ke jalanan
karena disuruh orang tua, dengan orang tua mereka mengharapkan anaknya untuk
mengamen, secara tidak langsung membentuk karakter anak tersebut sesuai dengan
kehidupannya yaitu ada yang di jalanan.Sebagai salah satu usaha untuk
mengembalikan anak jalanan agar tidak banyak membuang waktu ke jalanan adalah
dengan adanya sebuah lembaga pendidikan yaitu Sekolah Kelas Khusus Pasar Lima
Kota Banjarmasin yang membantu mereka mengurangi aktivitas di jalanan
Kesimpulan:
Adanya sekolah ini memberikan dampak positif dalam memberikan pendidikan bagi
anak jalanan. Anak Jalanan di Sekolah ini anak jalanan diberikan pendidikan umum,
agama dan pendidikan keterampilan. Selain itu, anak jalanan juga dibina dan
dibimbing agara mereka tidak lagi melakukan aktivitas mengesmis maupun meminta-
minta. Diharapakan sekolah inimemberikan kontribusi bagi pemerintah kota
Banjarmasin dalam mengatasi masalah anak jalanan.
10. Review Jurnal 10 (Dukungan Sosial Terhadap Anak Jalanan Di Rumah Singgah
Anak-anak menjadi anak jalanan karena berbagai alasan. menurut Soetji Andari
dalam bukunya tentang Pengkajian Berbagai Tindak Kekerasan dan Upaya
Perlindungan Anak Jalanan mengemukakan bahwa penyebab anak turun ke jalan
adalah Meningkatnya skala dan kompleksitas masalah psikososial yang dialami
keluarga, seperti keterpisahan orang tua, stress yang dialami orang tua, rendahnya
kemampuan dalam pengasuhan dan perawatan anak, kekerasan dalam keluarga, dan
lain-lain, Rendahnya tingkat kemampuan ekonomi keluarga yang mengakibatkan
tidak mampunya keluarga memenuhi kebutuhan anak, Mengakarnya nilai budaya
yang tidak berpihak pada anak, yang membawa kecenderungan pada pengabaian
terhadap hak-hak anak.
Dukungan sosial memang suatu kebutuhan yang dibutuhkan oleh individu, entah
dalam keadaan terpuruk entah untuk menjadikan dirinya lebih baik lagi. Tidak hanya
secara psikologis, dukungan sosial juga memberikan dampak yang lebih dalam. Hal
ini diperkuat dengan pernyataan menurut Sarafino (1994), dukungan sosial tidak
hanya menolong pada saat terjadinya stress, tetapi dukungan sosial dapat mengatasi
masalah sejak awal.
Kesimpulan:
Dari hasil penelitian tinjauan pustaka, kebutuhan anak jalanan akan dukungan sosial
di rumah singgah sangat penting. , dukungan sosial memiliki pengaruh positif pada
kesehatan seseorang tanpa memperhatikan tingkat stress individu. Dengan perkataan
lain, dukungan sosial dapat melindungi individu baik dalam situasi stress ataupun
situasi tidak stress. Dengan adanya dukungan sosial maka kesehatan individu baik
kesehatan fisik serta mental akan terjaga dan lebih baik.
REFERENSI

Anandar, R., Wibhawa, B., & Wibowo, H. (2015). Dukungan sosial terhadap anak jalanan di
rumah singgah. Share: Social Work Journal, 5(1).

Arifin, S. (2017). Pembinaan Anak Jalanan oleh Dinas Sosial Kota Bandar


Lampung (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Grimaldy, D. V., Nirbayaningtyas, R. B., & Haryanto, H. C. (2017). Efektivitas jurnal


kebahagiaan dalam meningkatkan self esteem pada anak jalanan. INQUIRY: Jurnal
Ilmiah Psikologi, 8(2), 100-110.

Harahap, R. S. (2020). Implementasi kebijakan program pembinaan anak jalanan di kota


medan. FOCUS MAHASISWA UPMI, 1(2), 92-98.

Pamuchtia, Y., & Pandjaitan, N. K. (2010). Konsep Diri Anak Jalanan: Kasus Anak Jalanan
di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 4(2).

Putri, S. R., Putra, I. M., & Erningsih, E. (2022). IMPLEMENTASI PROGRAM


PELAYANAN REHABILITASI ANAK JALANAN OLEH LEMBAGA
PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (LPKS) KASIH IBU KOTA
PADANG. SOSIOLOGI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya, 24(2), 217-
236.

Puruhita, A. A., Suyahmo, S., & Atmaja, H. T. (2016). Perilaku Sosial Anak-Anak Jalanan Di
Kota Semarang. Journal of Educational Social Studies, 5(2), 104-112.

Putra, M. A. H., Mutiani, M., & Jumriani, J. (2021). Pendidikan Karakter Anak Jalanan di
Sekolah Kelas Khusus Pasar Lima Banjarmasin. Jurnal Mahasiswa BK An-Nur:
Berbeda, Bermakna, Mulia, 7(2), 32-36.

Samara, G. A., & Wuryaningsih, C. E. (2022). Motivasi Sembuh Pada Anak Jalanan Korban
Penyalahgunaan NAPZA (Studi Kualitatif di Yayasan Balarenik). Perilaku dan
Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior, 4(1), 8-
20.

Syahrul, S., & Kibtiyah, M. (2020). Problematika Pendidikan Anak Jalanan:(Studi Anak
Penjual Koran di Kota Kupang). Jurnal Basicedu, 4(4), 1336-1349.

Anda mungkin juga menyukai