Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah dari Rehabilitas Sosial
yang diampu oleh
Dr. Hj. Isma Widianty, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh :
- Anak Jalanan
Menurut kalangan LSM peduli anak, beberapa penyebab anak turun ke jalanan ialah pertama,
kondisi ekonomi keluarga yang miskin seringkali dipahami sebagai faktor utama yang
memaksa anak turun ke jalan, Kekerasan yang terjadi dalam keluarga menjadi faktor penting
yang mendorong anak untuk turun ke jalan. Tidak sedikit anak dipaksa lingkungan untuk
turun ke jalan. Adakalanya sebelum terpengaruh faktor lingkungan, sesorang anak berasal
dari keluarga miskin, sehingga faktor lingkungan, seperti diajak teman atau bermasalah
disekolah, menjadi penguat alasan untuk turun dijalan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil bacaan jurnal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Peran Dinas
Sosial itu sendiri adalah melakukan pembinaan dan penanganan anak jalanan. Adapun
bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan oleh pengelola rumah singgah meliputi program
pendidikan kesetaraaan bagi anak jalanan yang putus sekolah, pendidikan moral, pelatihan
dan pemberdayaan keterampilan serta potensi yang dimiliki anak jalanan seperti ketrampilan
vakasional berbasis hobi, menyediakan wadah sebagai tempat hasil karya anak-anak jalanan
yang kemudian dapat dijual di pasaran dan menghasilkan uang, serta penerbitan bukubuku
dan iklan layanan masyarakat. Dalam menjalankan programnya, Dinas Sosial Kota Medan
masih banyak hambatan/kendala yang dihadapi oleh Dinas Sosial itu sendiri, yaitu: belum
tersedianya panti rehabilitas sosial atau penumpangan untuk pengemis yang tertangkap,
percuma saja karena pengemis yang tertangkap hanya dilakukan pendataan setelah itu
dibebaskan, kemudian mereka mengulangi perbuatannya karena terdesak oleh kebutuhan
sehari-hari. Pekerjaan patroli yang dilakukan oleh Dinas Sosial sering mendapatkan
perlawanan, dan kegiatan penanganan pengemis ini yaitu ditemukannya wajah lama yang
pernah terjaring razia. Melihat permasalahan yang telah ditangani oleh Dinas Sosial Kota
Medan dalam pemberdayaan anak jalanan, sejauh ini hasil yang dicapai sudah berjalan
dengan baik, namun belum sepenuhnya terealisasi dengan sempurna.
Kesimpulan:
Motivasi untuk sembuh anak jalanan dari penyalahgunaan NAPZA didapat dari
dorongan dalam diri, pengaruh lingkungan dan pihak signifikan lainnya.
Kesimpulan:
Implementasi program pelayanan rehabilitasi anak jalanan yang dilakukan oleh Lembaga
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) Kasih Ibu Kota Padang sudah dilakukan
dengan baik dan dikatakan berhasil. Dengan adanya program rehabilitasi untuk anak jalanan
itu bisa membuat anak jalanan berubah menjadi lebih baik. Bentuk program rehabilitasi anak
jalanan yang ada di LPKS Kasih Ibu diantaranya:
1) Program Pendidikan,
2) Program keterampilan dasar,
4) Program kebersihan.
Kota Semarang merupakan salah satu kotabesar di Indonesia yang tidak terlepas dari masalah
anak jalanan. Banyaknya anak jalanan hingga saat ini bukan berarti pemerintah tidak
melakukan upaya untuk menanganinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku
anak-anak jalanan di Kota Semarang.
Kesimpulan :
Banyaknya anak jalanan hingga saat ini bukan berarti pemerintah tidak melakukan
upaya untuk menanganinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku anak-anak
jalanan di Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukan beragam perilaku sosial anak-anak
jalanan di Kota Semarang, yaitu sopan santun, solidaritas, bergaul, dan interaksi dengan
lawan jenis. Perilaku sosial anak jalanan tidak selalu menyimpang seperti pandangan
masyarakat umum, mereka masih memegang nilai dan norma dalam masyarakat seperti sopan
santun dan solidaritas terlebih sesama anak jalanan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ketua
Persatuan Anak Jalanan Semarang (PAJS) bahwa anak-anak jalanan di Semarang berasal dari
berbagai daerah di Jawa Tengah.
Anggapan tersebut menjadikan anak jalanan merasa terasing secara sosial dan mereka
tidak berdaya untuk mengubah kondisi hidupnya. Sebagai contoh, bila ada anak jalanan yang
sakit, yang lainnya akan bergotong royong mencari bantuan untuk mengobati atau merujuk
ke petugas kesehatan. Bila ada seorang anak jalanan yang tertangkap, karena terdesak dengan
biaya yang tidak cukup untuk mengeluarkannya, mereka akan minta bantuan aparat
penertiban untuk merazia mereka semua bersama-sama. Anak-anak jalanan tersebut memiliki
aspirasi yang tinggi untuk bisa bersekolah kembali dan menginginkan kehidupan yang lebih
baik di masa depannya.
Anandar, R., Wibhawa, B., & Wibowo, H. (2015). Dukungan sosial terhadap anak jalanan di
rumah singgah. Share: Social Work Journal, 5(1).
Pamuchtia, Y., & Pandjaitan, N. K. (2010). Konsep Diri Anak Jalanan: Kasus Anak Jalanan
di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 4(2).
Puruhita, A. A., Suyahmo, S., & Atmaja, H. T. (2016). Perilaku Sosial Anak-Anak Jalanan Di
Kota Semarang. Journal of Educational Social Studies, 5(2), 104-112.
Putra, M. A. H., Mutiani, M., & Jumriani, J. (2021). Pendidikan Karakter Anak Jalanan di
Sekolah Kelas Khusus Pasar Lima Banjarmasin. Jurnal Mahasiswa BK An-Nur:
Berbeda, Bermakna, Mulia, 7(2), 32-36.
Samara, G. A., & Wuryaningsih, C. E. (2022). Motivasi Sembuh Pada Anak Jalanan Korban
Penyalahgunaan NAPZA (Studi Kualitatif di Yayasan Balarenik). Perilaku dan
Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior, 4(1), 8-
20.
Syahrul, S., & Kibtiyah, M. (2020). Problematika Pendidikan Anak Jalanan:(Studi Anak
Penjual Koran di Kota Kupang). Jurnal Basicedu, 4(4), 1336-1349.