Anda di halaman 1dari 14

SHARE SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - ISSN:2339 -0042

PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH


Oleh:
Fikriryandi Putra, Desy Hasanah St. A, & Eva Nuriyah H

Email:
fikriryandi@gmail.com; desyhasanah@yahoo.com; enuriyah@yahoo.co.id

ABSTRAK
Tulisan ini akan menggambarkan pemberdayaan anak jalanan yang dilakukan oleh Rumah
Singgah. Untuk memperoleh data tersebut tulisan ini menggunakan studi literatur yang berupa
kajian konseptual. Hasil tulisan ini melihatkan bahwa program penanganan anak jalanan telah
dilakukan yang salah satunya adalah dengan menggunakan, pendekatan Rumah Singgah. Rumah
Singgah menggunakan pendekatan centre based program dengan fungsi intervensi rehabilitatif.
Meskipun demikian Rumah Singgah juga menggunakan pendekatan community based dan street
based yang tercermin dalam beberapa program dan kegiatannya yaitu dengan melakukan
pemberdayaan. Pemberdayaan mencakup sasaran yang diharapkan untuk mengatasi
permasalahan sosial anak jalanan dengan meningkatkan kemampuan dirinya melalui pendidikan,
pelatihan keterampilan dan pendidikan moral. Hal ini diupayakan untuk bisa mendorong dan
menstimulasi supaya anak jalanan tersebut bisa mendapatkan hak untuk mendapatkan hidup yang
lebih layak, perlindungan, dan bisa menampilkan perilaku positif sesuai dengan norma dan etika
yang ada di lingkungan masyarakat. Adapun tahapan pelayanan atau kegiatan tersebut adalah
penjangkauan, identifikasi, resosialisasi, pemberdayaan dan terminasi. Program pemberdayaan
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan anak jalanan sehingga mempunyai pengetahuan yang
meningkat, dapat mandiri sehingga anak jalanan tidak beraktivitas di jalan lagi.

Abstract
This article will describe the empowerment of street children conducted by Open House for
Street Children. To obtain the data of this paper uses literature in the form of a conceptual study.
Results of this paper that show some programs handling street children have done that one is
using, Open House for Street Children. Open House for Street Children have some of the programs
and activities by doing empowerment. Empowerment includes the expected goals to overcome the
social problems of street children to improve themselves by education, skills training and moral
education. It is attempted to be able to encourage and stimulate so that the street children can
get the right to get a better life, protection, and can display positive behavior in accordance with
the norms and ethics that exist in society. As for step services or activities are outreach,
identification, resocialization, empowerment and termination. Empowerment program intended to
improve the ability of street children so as to have an increased knowledge, can independently so
that street children are not active on the road again.
Keywords: Pemberdayaan, Anak Jalanan, Rumah Singgah

PENDAHULUAN penerus yang berkualitas. Kesejahteraan


anak sebagai bagian dari upaya menciptakan
Latar belakang sumber daya manusia yang berkualitas hanya
Anak sebagai generasi penerus dan akan terwujud apabila semua pihak dapat
aset bangsa, perlu mendapatkan perhatian menghormati dan memperlakukan anak
yang serius, karena maju mundurnya suatu sesuai hak-haknya. Apabila anak tidak
negara akan sangat tergantung pada mendapatkan hak-haknya dan perlindungan
generasi saat ini dan masa yang akan sosial sebagai salah satu pilar bangsa,
datang. Karena itu kesejahteraan anak harus mereka akan cenderung mengalami masalah
dikedepankan agar terlahir generasi-generasi atau menjadi masalah. Salah satu masalah

51
SHARE SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - ISSN:2339 -0042

anak yang masih menjadi perhatian di kembang anak secara optimal karena resiko
Indonesia saat ini adalah masalah anak eksploitasi dan ancaman kekerasan
jalanan. Masalah anak jalanan ini dipandang merupakan dua hal yang terkadang sekaligus
sebagai masalah yang memberi pandangan dialami dan terpaksa dirasakan oleh anak
negatif terhadap pembangunan. Keberadaan jalanan. Sehingga resiko tinggal atau hidup
mereka tidak jarang dijadikan indikator dijalan akan melekat pada diri anak dan anak
kemelaratan dan krisis nilai-nilai sosial Aep menjadi tidak mempunyai keterampilan di
(2001:5). sektor lain, tidak memiliki identitas diri
Pada dasarnya anak jalanan adalah dengan sempurna, internalisasi perilaku,
kelompok anak yang menghadapi banyak traumatized dan stigamatized serta
masalah Mulandar (1996:153). Menurut reproduksi kekerasan (Handayani, 1999).
UNICEF Anak jalanan merupakan anak-anak Anak jalanan memiliki banyak
yang berumur di bawah 16 tahun yang sudah pengalaman yang berasal dari budaya keras
melepaskan diri dari keluarga, sekolah, dan dan tidak semuanya diterima oleh
lingkungan masyarakat terdekat, larut dalam masyarakat. Oleh karena itu, perlu ada
kehidupan yang berpindah-pindah di jalan pendekatan dan penanganan dalam
raya. Akan tetapi tidak semua anak jalanan membantu mengembangkan proses berfikir
tidak memiliki hubungan dengan orang tua. mereka, mengajarkan begaimana
Menurut UNICEF (1986) yang dikutip oleh membangun hubungan antara masa lalu,
Lusk dalam Journal of Sociology & Social masa sekarang dan masa depan, dengan
Welfare (1989:59) anak jalanan di bagi 3 mengarahkan mereka kepada pola-pola
kategori: Anak yang mempunyai resiko tinggi perilaku yang dapat diterima masyarakat.
(children at high risk), Anak yang bekerja di Salah satu kebutuhan dasar yang harus
jalan (children on the street) dan anak yang dipenuhi agar anak mengalami proses
hidup di jalan (children of the street). tumbuh kembang optimal adalah kebutuhan
Laporan Yayasan Kesejahteraan Anak stimulasi atau pendidikan yang
Indonesia (2004) memberikan bahwa mempengaruhi proses berfikir, berbahasa,
fenomena anak jalanan semakin meningkat sosialisasi dan kemandirian seoarang anak
baik segi kualitas maupun kuantintitas. Hurlock (1978:257) dan menurut Suharto
Permasalahan yang dialami anak jalan (1997:363) sejak dini mereka perlu
berbagai macam seperti tindak kekerasan pendidikan dan sosialisasi dasar, pengajaran
baik fisik, psikis ekonomi, maupun kekerasan tanggung jawab sosial, peran-peran sosial
sosial. Kebanyakan kekerasan akibat dari dan keterampilan dasar agar menjadi warga
ketidak maupuan orang tua yang tidak dapat masyarakat yang bermanfaat.
memenuhi kebutuhan dasar mereka, Penanganan masalah anak jalanan
diantaranya faktor-faktor intermediasi seperti sangat penting untuk dilakukan dan
harmoni keluarga, kemampuan pengasuhan diperhatikan, disamping hak anak untuk
anak dan langkanya dukungan keluarga pada mendapatkan pelayanan kesejahteraan yang
saat krisis keluarga dirumah. telah dilindungi oleh undang-undang, juga
Berdasarkan data Hasil Survei Sosial untuk menghindari dampak negatif apabila
Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat masalah anak marjinal ini tidak dapat
Statistik Republik Indonesia terpecahkan. Kita harus menyadari bahwa
tahun 2008, menunjukkan bahwa anak terhambatnya pemenuhan hak-hak anak
jalanan secara nasional berjumlah sekitar 2,8 terutama pada anak jalanan akan berdampak
juta anak. Dua tahun kemudian, tahun 2010, pada kelangsungan hidup anak itu sendiri,
angka tersebut mengalami kenaikan sekitar bangsa dan negara Indonesia.
5,4%, sehingga jumlahnya menjadi 3,1 juta Saat ini pemerintah maupun
anak. Pada tahun yang sama, anak yang masyarakat banyak memberikan perhatian
tergolong rawan menjadi anak jalanan yang cukup tinggi, yaitu dengan dilihat
berjumlah 10,3 juta anak atau 17, 6% dari dengan munculnya organisasi sosial yang
populasi anak di Indonesia, yaitu 58,7 juta telah banyak memberikan program-program
anak (Soewignyo, 2010). yang membantu memenuhi kebutuhan anak
Hidup dan berada di jalanan bukanlah jalanan dan mewujudkan kesejahteraan anak
tempat yang layak untuk membantu tumbuh jalanan. Oleh karena itu, model pertolongan

52
SHARE SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - ISSN:2339 -0042

terhadap anak jalan bukan sekedar mereka menjadi warga masyarakat yang
menghapus anak-anak dari jalanan, produktif. Hal ini dapat diumpamakan dengan
melainkan harus bisa meningkatkan kualitas memberi kail kepada anak jalanan dengan
hidup sekurang-kurangnya melindungi harapan ketika, ikan yang dikonsumsi anak
mereka dari situasi yang eksploitatif dan jalanan habis, anak jalan ini akan kembali
membahayakan. Mengacu pada prinsip- berusaha mengailnya sendiri karena mereka
prinsip profesi pekerjaan sosial yakni salah punya cara sendiri untuk hal itu. Dengan
satunya adalah konsep pemberdayaan yang demikian, pemberdayaan anak jalanan ini
dimana dikemukakan oleh Hogan (2000:13) menjadi sangat startegis karena dapat
yang mengutip dari pandangan Rotter menyelamatkan anak jalanan dengan
(1966), Selignan (1975), dan Hopson dan mencegah berbagai masalah lain, baik dalam
Scally (1995) dalam Adi (2008:212) yang menghindari eksploitasi dalam pekerjaan
melihat proses pemberdayaan individu maupun masalah dalam penampilan perilaku.
sebagai suatu proses yang relatif terus Di Indonesia, kepedulian terhadap
berjalan sepanjang usia manusia yang kesejahteraan anak sebagai bagian dari
diperoleh dari pengalaman individu tersebut upaya peningkatan kualitas sumber daya
dan bukannya suatu proses yang berhenti manusia telah lama menjadi komitmen. Hal
pada suatu masa saja. itu diantaranya ditunjukan dalam UUD 1945
Proses pemberdayaan mengandung pasal 34, yang menyebutkan bahwa “Fakir
dua kecenderungan, pertama yang miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
menekankan pada proses pemberian atau negara”. Pemerintah juga telah
pengalihan sebagian kekuasaan, kekuatan mengeluarkan UU No.4 tahun 1979 tentang
atau kemampuan kepada masyarakat agar Kesejahteraan Anak dan UU No.23 Tahun
individu lebih berdaya. Kedua, 2002 tentang perlindungan anak. Melihat
kecenderungan yang menekankan pada Undang-undang tersebut yang terdapat
proses menyelimuti, mendorong atau adanya jaminan atas hak anak, penanganan
memotivasi agar individu mempunyai masalah anak jalanan sangat penting untuk
kemampuan atau keberdayaan untuk dilakukan dan diperhatikan, disamping hak
menentukan apa yang menjadi pilihan anak untuk mendapatkan pelayanan
hidupnya. Hal ini sejalan dengan tujuan kesejahteraan yang telah dilindungi oleh
pemberdayaan bagi anak jalanan yakni tidak undang-undang, juga untuk menghindari
hanya sekedar memenuhi kebutuhan atau dampak negatif apabila masalah anak
hak anak jalanan yang terampas karena marjinal ini tidak dapat terpecahkan.
berkeliaran dijalan, tetapi juga ingin Departemen Sosial RI bekerja sama
menanamkan penguasaan hak dan memberi dengan UNDP (United Nation United
peluang agar potensi setiap anak dapat Programe) dalam proyek INS/94/007
teridentifikasi kemudian dikembangkan. pembuatan Rumah Singgah (Departemen
Tujuan tersebut antara lain untuk Sosial,1997:31) model Rumah Singgah (Open
mengembalikan rasa percaya diri dan rasa House For Street Children), secara konseptual
aman, membuka wacana pada masalah yang menggunakan metode dan teknik yang
dihadapi anak, kemapuan bertahan hidup, meliputi street based, centre based,
serta pembekalan diri untuk masa depan community based, bimbingan sosial dan
Indrasari Tjandraningsih (1996:3) pemberdayaan (Depsos RI, 1999 : 2) Model
Maka pemberdayaan anak jalanan ini tersebut yang dapat dikatakan Rumah
adalah suatu proses pemberian kemampuan Singgah merupakan salah satu alternatif
yang berupaya agar anak jalanan dapat startegi penanganan anak jalanan yang
memotivasi, mendorong dirinya guna dimana didalamnya telah masuk
memperoleh daya dan memaksimalkan daya pemberdayaan anak jalanan pada aspek
yang ia miliki untuk menentukan tindakan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, kesenian
termasuk mengurangi efek negatif atau dan agama. Secara umum tujuan
hambatan yang ada di dalam dirinya dan dibentuknya Rumah Singgah adalah
lingkugannya. Dengan kegiatan peningkatan membantu anak jalan dalam mengatasi
kualitas anak jalanan melalui pemberian masalah-masalah dan menemukan altrenatif
pendidikan, pelatihan dan belajar usaha agar

53
SHARE SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - ISSN:2339 -0042

untuk pemenuhan hidupnya (Armai Arif, ikatan dengan keluarganya atau sudah
2002:1). mempunyai sudah tidak mempunyai ikatan
Rumah Singgah merupakan suatu dengan keluarganya.
wahana yang dipersiapkan sebagai perantara Menurut UNICEF (1986) yang dikutip
antara anak jalanan dengan pihak yang akan oleh Lusk dalam Journal of Sociology & Social
membantu mereka kegiatan, pelaksanaan Welfare (1989:59) menyebutkan bahwa:
penanganan masalah anak jalanan melalui “kelompok remaja terbagi dalam tiga
Rumah Singgah. Berdasarkan pedoman kategori: anak dalam resiko tinggi,
Penyelenggaraan Pembinaan Anak Jalanan anak yang berkerja dijalan dan anak
Melalui Rumah Singgah (Depsos, 1999:31-34) yang hidup di jalan”
pelayanan dan kegiatan Rumah Singgah Anak yang mempunyai resiko tinggi
terbagi ke dalam 6 tahapan. Tahapan- (children at high risk) adalah anak yang
tahapan tersebut mencangkup: mempunyai resiko tinggi untuk menjadi anak
Penjangkauan, Identifikasi anak, resosialisasi, jalanan. Mereka belum menjadi anak jalanan,
pemberdayaan anak, pemberdayaan orang murni, tetapi masih tinggal dengan orang
tua dan terminasi. Dengan demikian tulisan tuanya. Kerentanan ini bisa dilihat juga dari
ini ingin menggambarkan pemberdayaan kondisi ekonomi orang tuanya yang rentan,
anak jalanan melalui Rumah Singgah.. sehingga suatau saat anak tersebut bisa
menjadi anak jalanan. Anak-anak seperti ini
Hasil dan Pembahasan hidup di lingkungan kemiskinan absolut atau
di daerah slum.
Anak jalanan Anak yang berkerja di jalan (children
Anak jalanan adalah sebuah realitas on the street) yaitu mereka yang
yang menjadi bagian dari pemandangan menghabiskan sebagian besar waktunya di
kehidupan perkotaan yang secara awam, jalanan atau ditempat-tempat umum lainnya
masyarakat sering mendefinisikan anak untuk bekerja dan penghasilannya digunakan
jalanan berdasarkan jenis pekerjaan yang untuk membantu keluarganya. Anak-anak
dilakukannya. Mereka sering disebut sebagai tersebut mempunyai kegiatan ekonomi
pengamen, pemulung, pendagang asongan, (sebagai pekerja anak) di jalan adan masih
pengemis, penjual koran, pengojek payung, mempunyai hubungan yang kuat dengan
penyemir sepatu, tukang parkir, pembersih orang tua mereka. sebagain penghasilan
mobil, joki dan lain sebagainya. Pemberian mereka di jalan diberikan kepada orang
definisi terhadap anak jalanan yang berbeda- tuanya.
beda ini ternyata terjadi tidak hanya di Anak-anak yang hidup di jalan
kalangan individu tetapi juga di kalangan (children of the street) adalah mereka yang
aktivis lembaga swadaya masyarakat maupun menghabiskan sebagian besar waktunya di
oleh negara. Pendefinisian anak jalanan jalanan atau di tempat-tempat umum lainnya,
dengan mudah dapat berbeda-beda. tetapi hanya sedikit waktu yang digunakan
United Nation Children’s Fund untuk bekerja. Mereka jarang berhubungan
(UNICEF) dalam Bakhrul (2003:18) dengan keluarganya. Beberapa diantara
mengemukakan definisi dari anak jalanan mereka tidak memiliki rumah tinggal
adalah sebagai berikut: (homeless), mereka hidup di sembarang
“Anak jalanan merupakan anak-anak tempat. Banyak diantara mereka adalah
yang berumur di bawah 16 tahun anak-anak yang karena suatu sebab lari atau
yang sudah melepaskan diri dari pergi dari rumah. Anak-anak ini sangat rawan
keluarga, sekolah, dan lingkungan terhadapp perlakuan salah baik secara
masyarakat terdekat, larut dalam emosional, fisik, maupun seksual. Biasanya
kehidupan yang berpindah-pindah di perlakuan salah ini datan dari mereka yang
jalan raya.” lebih dewasa.
Dari definisi ini menujukan pada anak- Hakekatnya pengertian tentang anak
anak yang telah meninggalkan rumah dan jalanan ini menunjukan bahwa kenyataannya
juga telah meninggalkan sekolah sebelum anak jalanan diperlakukan tidak seperti
usia 16 tahun dan hidup tidak menetap di konsep-konsep yang dikemukakan di
jalanan. Anak jalan ini bisa masih mempunyai atas.banyak permasalahan anak jalanan yang

54
SHARE SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - ISSN:2339 -0042

terjadi pada kehidupan sesugguhnya yang kekerasan atau terpisah dari orang
menyebabkan anak jalanan merupakan tua.
generasi yang hilang, yaitu suatu generasi 2) Tingkat Mezzo (underlying causes)
yang keberadaannya tidak mendapatkan Yakni faktor di masyarakat seperti
perhatian, sehingga jaminan akan hidup yang kebiasan mengajarkan untuk bekerja
layak tidak didapatkan sebagaimana seorang sehingga suatu saat menjadi
anak. Seperti apa yang dikatakan Suyoto keharusan dan kemudian
(2010:185) mendefinisikan anak jalanan yang meninggalkan sekolah, kebiasaan
lebih menitikberatkan kepada hal-hal yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan
dihadapi oleh anak jalanan, dengan karena keterbatasan kemampuan di
mendefiniskan: daerahnya.
“Anak jalanan adalah anak-anak yang 3) Tingkat makro (basic causes)
tersisihkan, marjinal dan teralienasi Yakni faktor yang berhubungan
dari perlakuan kasih sayang karena dengan struktur makro, seperti
kebanyakan dalam usia yang relatif peluang pekerjaan pada sektor
dini sudah harus berhadapan dengan informal yang tidak terlalu
lingkungan kota yang keras dan membutuhkan modal dan keahlian
kadang tidak bersahabat.” yang besar, urbanisasi, biaya
Dari definisi tersebut dapat pendidikan yang tinggi dan perilaku
disimpulkan bahwa anak jalanan adalah anak guru yang diskriminatif, belum adanya
yang berusia 7-16 tahun yang menggunakan kesamaan persepsi instansi
sebagian waktunya dijalan untuk bermain pemerintah terhadap anak jalanan.
maupun bekerja. Mereka adalah anak-anak
yang yang tinggal bersama orang tua dan Strategi Pemberdayaan Anak Jalanan
keluarga yang hidup di jalanan, tinggal Pemberdayaan merupakan
terpisah dengan orang tuanya, terjemahan dari bahasa inggris yaitu
diterlantarkan, memutuskan hubungan “empowerment” yang secara harafiah berarti
dengan lari dari keluarga mereka. Sebagian “pemberkuasaan”. Pemberkuasaan itu sendiri
anak jalanan juga terkadang mendapatkan dapat dipahami sebagai upaya memberikan
perlakuan yang tidak sesuai dimasyarakat, atau meningkatkan kekuasaan (power)
dengan diperlakukan sebagai kelompok kepada pihak yang lemah atau kurang
tersisihkan dan marjinal di perkotaan dan beruntung (disadvantaged). Pemberdayaan
dieksploitasi oleh oknum-oknum di merupakan upaya untuk membangun
masyarakat. Hal ini menyebabkan anak eksistensi seseorang dalam kehidupan
jalanan rentan karena harus menanggung dengan memberi dorongan agar memiliki
resiko-resiko berhadapan dengan lingkungan kemampuan.
kota. Model penampungan anak jalanan
dimulai pada tahun 1981. Pada tahun itu,
Faktor-faktor Yang mempengaruhi Longres, mengadakan suatu pengamatan
munculnya anak jalanan tentang strategi intervensi dan program-
Anak jalanan yang ada di perkotaan program yang bertujuan untuk menangani
tidak hanya muncul begitu saja tanpa adanya masalah sosial ini. Longres. Menghubungkan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. antara asumsi dan ideologi yang membentuk
Sudrajat (1996:154) mengemukakan masalah tersebut, serta menjadi norma-
penyebab munculnya anak jalanan meliputi norma dasar dilakukannya intervensi. Ia
tingkat mikro, mezzo dan makro, yang dapat mengembangkan faktor-faktor yang bisa
diuraikan sebagai berikut: digunakan untuk mengidentifikasi norma-
1) Tingkat mikro (immediate causes) norma dasar dari suatu intervensi sosial
Yakni faktor yang berhubungan berdasarkan pengamatan tersebut, Lusk
dengan anak dan keluarganya seperti (1984) melihat faktor-faktor yang dibuat
lari dari keluarga, dipaksa bekerja, Longres dapat digunakan untuk memahami
berpetualang, diajak temen, intervensi sosial pada anak jalanan. Startategi
kemiskinan keluarga, ditolak atau yang dibuat Longres berawal dari adabtasi
sistem sosial ekonomi hingga kebutuhan

55
SHARE SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - ISSN:2339 -0042

individu, dari adabtasi individu hingga Pendekatan ini mengasumsikan


prasarat sistem sosial. dengan demikian bahwa hal terbaik untuk
pengembangan program strategi intervensi menanggulangi masalah anak jalanan
bagi anak jalanan tersebut meliputi: adalah dengan mendidik dan
1) Pendekatan Koreksional memberdayakan anak jalanan. Para
(Correctional/Instutionalization) pendidik jalanan yakin kesenjangan
Fenomena anak jalanan dalam struktur sosial merupakan peneyebab
pandangan ini didominasi oleh dari masalah ini. Menurut mereka
pemikiran sebagian besar polisi dan anak merupakan individu normal yang
pengadilan anak yang memang didorong oleh kesenjangan kondisi
banyak berurusan dengan anak masyarakat yang hidup di bawah
jalanan. Pemikiran inilah yang keadaan yang sulit. Dengan
mempengaruhi pandangan masyarakt melibatkan partisipasi dari anak
untuk melihat anak jalanan sebagai jalanan itu sendiri, maka dapat
perilaku nakal. Sebab itu intervensi dipelajari tentang situasi mereka dan
yang cocok adalah dengan mengikutsertakan dalam aksi bersama
memindahkan anak dari jalanan dan guna menemukan pemecahan dari
memperbaiki perilaku mereka. masalah bersama. Bentuk kegiatan
pendekatan ini menempatkan dari pandangan pendidikan jalanan
pentingnya “mendidik kembali” (adapt pada saat ini lebih dikenal dengan
the deviant behaviour) agar sesuai nama program yang berpusat di
dengan norma yang berlaku di jalanan atau street based program.
masyarakat. Kelemahan pendekatan Street based adalah program yang
ini adalah adanya kenyataan bahwa berusaha untuk memberikan hak-hak
para petugas dipandang oleh anak anak jalanan, khususnya mereka yang
sebagai musuh ketimbang mitra memiliki hubungan tidak teratur
(partner) juga adanya kenyataan dengan keluarga. strategi ini
bahwa kekerasan dan pelecehan menghendaki, mengenal terlebih
seksual tetap berkembang dahulu kebutuhan anak untuk
2) Pendekatan Rehabilitas mempertahankan hidup dan
Para profesional memperdebatkan pendapatnya. Jadi bukan untuk
bahwa anak jalanan bukanlah perilaku mendorong anak agar kembali pada
menyimpang karena banyak dari keluarga atau mengirim mereka ke
mereka justru merupakan korban lembaga (pusat pelayanan) melalui
penganiayaan dan penelantaran, program ini, dampak negatif dari
dampak kemiskinan dan kondisi kehidupan jalanan bagi anak dikurangi
rumah yang tidak tetap. Anak jalanan dengan kegiatan yang memungkinkan
dilihat sebagai anak yang dirugikan bakat dan minat anak untuk tampil.
oleh lingkungannya, sehingga 4) Pencegahan (preventif)
mengakibatkan banyak gereja dan Pendekatan ini memandang penyebab
program-program sukarela yang dari masalah anak jalanan adalah
muncul. Pendekatan rehabilitatif dorongan dari masyarakat itu sendiri.
memandang anak jalanan sebagai Strategi pencegahan berusaha
anak yang berada dalam kondisi memberikan pendidikan dan
ketidakmampuan (inadequate), pembelaan (advocacy) serta mencoba
membutuhkan (needy), ditelantarkan menemukan penyelesaian dari apa
(abandoned), dirugikan (harmed), yang diperkirakan menjadi penyebab
sehingga intervensi yang dilakukan permasalahannya. Yaitu dengan cara
adalah dengan melindungi dan berusaha menghentikan kemunculan
merehabilitasi. Pada saat ini kegiatan anak di jalanan. Mengatasi masalah
dari pendekatan rehabilitatif ini lebih anak jalanan, bukan hanya anak
dikenal dengan center based program jalanan yang dijadikan fokus untuk
3) Pendidikan yang dilakukan di jalanan dapat menyesuaikan diri dalam
(Street Education) masyarakat, mengingat masyarakat

56
SHARE SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - ISSN:2339 -0042

sendiri terus mengalami perubahan pelayanan pendidikan, keterampilan,


sesuai dengan pembangunan yang kebutuhan dasar, kesehatan,
berlangsung. Bentuk kegiatan dari kesenian, dan pekerjaan. Dalam
pandangan preventif ini dikenal penanganan di lembaga atau di panti
dengan community based program. terdapat beberapa jenis atau model
Program ini membantu anak yang penampungan yang bersifat
masih memiliki hubungan dengan sementara (drop in centre) dan tetap
keluarga agar dapat melakukan (residential centre) untuk anak
hubungan tersebut. Program ini jalanan yang masih bolak balik ke
didasarkan pada suatu keyakinan jalan biasanya dimasukan ke dalam
bahwa suatu cara yang terbaik drop in centre, sedangkan untuk
mencegah terjadinya kehancuran nilai anak-anak yang sudah benar-benar
keluarga yang akhirnya menyebabkan meninggalkan jalanan akan di
terlemparnya anak menjadi anak tempatkan di residential centre.
jalanan adalah dengan menguatkan 3) Community Based
dasar keluarga tersebut serta Di dalam community based
mengorganisir keluarga sebagai penanganan melibatkan seluruh
komunitas yang mandiri. potensi masyarakat, utamanya
Dipandang dari fungsi intervensi, keluarga atau orang tua anak jalanan.
penganan anak jalanan diatas, terjadi Pendekatan ini bersifat preventif,
tumpang tindih dengan jenis pendekatan yakni mencegah anak-anak turun ke
yang dilakukan. Secara ringkas model dan jalan. Keluarga diberikan kegiatan
pendekatan yang dikembangkan di banyak penyuluhan pengasuhan anak dan
negara dan digunakan oleh LSM (lembaga peningkatan taraf hidup, sementara
Swadaya Masyarakat) menurut Lusk (1989 anak-anak diberi kesempatan
67-74) yang dikutip Sudrajat (1997:4), untuk memperoleh pendidikan formal
menangani anak jalanan meliputi: maupun informal, pengisian waktu
1) Street Based luang dan kegiatan lainnya.
Merupakan penganan di jalan atau Pendekatan ini bertujuan
tempat-tempat anak jalanan berada, meningkatkan kemampuan keluarga
kemudian para street educator datang dan masyarakat agar sanggup
kepada mereka, berdialog, melindungi, mengasuh dan memenuhi
mendampingi mereka bekerja, kebutuhan anak-anaknya.
memahami dan menerima situasinya Tabel 1
serta menempatkan diri sebagai Pendekatan dan Penanganan Anak
teman. Dalam beberapa jam, anak- Jalanan
anak diberikan materi pendidikan dan Pendidikan Fungsi
Pengelompokan Anak
keterampilan, di samping itu anak Program/St Intervensi
Jalanan
jalanan memperoleh kehangatan rategi
hubungan dan perhatian yang bisa Anak yang masih Community Preventif
menumbuhkan kepercayaan satu berhubungan/tinggal based
sama lain yang berguna bagi dengan orang tua
pencapaian tujuan intervensi. Anak yang masih ada Street Perlindunga
2) Centre Based hubungan dengan Based n
Pendekatan ini merupakan keluarga tetapi jarang
penanganan di lembaga atau panti.
berhubungan/tinggal
Anak-anak yang masuk dalam
dengan orang tua
program ini di tampung dan diberikan
Anak tersisih/putus Centre Rehabilitasi
pelayanan di lembaga atau panti
hubungan dengan Based
seperti pada malam hari diberikan
makanan dan perlindungan, serta keluarga/orang tua
perlakukan yang hangat dan Sumber: Mulandar (2010:159)
bersahabat dari pekerja sosial. pada
panti yang permanen disedikan

57
SHARE SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - ISSN:2339 -0042

Bila pendeketan program/strategi di memberikan berbagai masukan yang


atas dihubungkan dengan tipologi anak jalan, positif serta direktif sebagai bagian dari
maka akan tampak pada tabel 2.1. Dari tabel pengalaman-pengalamannya.
2.1 ini juga diketahui fungsi intervensi lebih 3) Representational Roles
dari satu, namun yang ditulis merupakan Dalam kerangka pelaksanaan ini seorang
fungsi utama. pendamping berinteraksi dengan
lembaga-lembaga eksternal atas nama
Pendampingan dalam Pemberdayaan individu ataupun masyarakat untuk
Anak Jalanan kepentingan dampingannya.
Sudah semakin banyaknya program- 4) Technical Roles
program pemberdayaan pada bidang Peran teknis lebih mengacu pada aplikasi
kesejahteraan sosial beberapa tahun keterampilan yang bersifat teknis. Dalam
belakangan ini, sudah juga melazimkan peran ini pendamping dituntut tidak
penggunan “pendampingan” untuk menyebut hanya mampu mengorganisir kelompok,
upaya-upaya pekerja sosial dalam tetapi juga tugas-tugas teknis seperi
melaksanakan tugasnya meningkatkan taraf pengumpulan dan analisis data,
kesejahteraan bagi individu, kelompok atau penggunaan peralatan penunjang,
masyarakat yang mengalami pengelolaan administrasi maupun
ketidakberdayaan dan ketidakberfungsian pengendalian keuangan.
sosial.
Menurut Midgley (1997:117) untuk Rumah Singgah
melaksanakan tugas tersebut harus dilakukan Perhatian khusus pemerintah
oleh para profesional tenaga terlatih yang terhadap anak jalanan baru muncul sekitar
berasal dari luar komunitasnya. Meskipun tahun 1998, yaitu dengan mendirikan Rumah
demikian dimungkinkan juga menggunakan Singgah bagi anak jalalanan. Pembentukan
tenaga dari petugas-petugas lokal dalam Rumah Singgah merupakan upaya pelayanan
rangka memobilisasi partisipasi lokal, kesejahteraan sosial terhadap anak jalanan
mengorganisir kegiatan serta yang di landasi oleh UUD 1945 pasal 34.
menghubungkan dengan sistem sumber Rumah Singgah sendiri menurut Departemen
ataupun kelembagaan setempat. Sosial didefinisikan sebagai suatu wahanan
Perlunya pendampingan dalam usaha yang akan dipersiapkan sebagai perantara
menyelesaikan masalah anak jalanan antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang
didasarkan pada sebuah asumsi bahwa anak akan membantu mereka mereka. Rumah
jalanan merupakan penyandang masalah Singgah merupakan proses informal yang
yang kompleks. Sehingga pemberdayaan memberikan suasana resoalisasi anak jalanan
yang dilakukan tak ubahnya sebagai upaya terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku
membantu mereka dalam mengatasi di masyarakat. Rumah Singgah merupakan
masalah-masalahnya serta menemukan tahap awal bagi seorang anak untuk
alternatif untuk pemenuhan kebutuhan memperoleh pelayanan selanjutnya, oleh
hidupnya (Departemen Sosial RI, 1999:5.) karenanya penting menciptakan Rumah
oleh karena itu, Ife (1997:201) menyarankan Singgah sebagai tempatt yang aman,
bahwa kegiatan pendampingan harus nyaman, menarik dan menyenangkan bagi
dilaksanakan secara generalis. Untuk itu pula anak jalanan.
seorang pendamping harus mampu Tujuan Rumah Singgah adalah
memerankan tugas dan fungsinya sebagai membantu anak jalan mengatasi masalah-
berikut: masalahnya dan menemukan alternatif untuk
1) Fasilitative Roles pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sedangkan
Sebagai fasilitator seorang pendamping tujuan khususnya adalah:
harus mampu merangsang dan 1) Membentuk kembali sikap dan perilaku
mendukung kemajuan individu atau anak yang sesuai dengan nilai dan norma
komutas yang didampingi. yang berlaku di masyarakat.
2) Education Roles 2) Mengupayakan anak-anak kembali ke
Dalam menjalankan peran ini seorang rumah jika memungkinkan atau ke panti
pendamping harus secara aktif

58
SHARE SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - ISSN:2339 -0042

dan lembaga pengganti lainnya jika situasi, dan kehidupan bermasyarakat bagi
diperlukan. anak jalanan. Pada sisi lain mengarah
3) Memberikan berbagai alternatif pada pengakuan, tanggung jawab, dan
pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan upaya masyarakat terhadap penanganan
anak dan menyiapkan masa depannya masalah anak jalanan ini.
sehingga menjadi warga masyarakat 7) Pusat rujukan
yang produktif. Dalam fungsi ini Rumah Singgah menjadi
rujukan bagi anak jalanan terhadap
Menyiapkan masa depannya sehingga kebutuahn dan masalah yang tidak
menjadi warga masyarakat yang produktif. terpenuhi di jalanan.
Rumah Singgah memiliki fungsi sebagai
berikut: Prinsip-prinsip Rumah Singgah
1) Fasilitatornya (perantara dengan 1) Semi Institusional
keluarga/lembaga lain) Dalam bentuk ini anak jalanan sebagai
Rumah Singgah merupakan perantara anak penerima pelayanan boleh bebas keluar
jalanan dengan keluarga, panti, keluarga masuk, baik untuk tinggal sementara
pengganti, dan lembaga lainnya. Anak maupun hanya mengikuti kegiatan.
jalanan diharapkan tidak terus menerus 2) Pusat kegiatan
bergantung kepada Rumah Singgah Rumah Singgah merupakan tempat
melainkan dapat memperoleh kehidupan kegiatan, pusat informasi, dan akses bagi
yang lebih baik melalui atau setelah proses seluruh kegiatan baik yang dilakukan di
yang dijalaninnya. dalam maupun di luar Rumah Singgah.
2) Kuratif-Rehabilitatif (mengembalikan dan 3) Terbuka 24 jam
menanamkan fungsi sosial bagi anak). Rumah Singgah terbuka 24 jam bagi
Dalam fungsi ini, para pekerja sosial anak. mereka boleh datang kapan saja,
diharapkan mampu mengatasi siang hari maupun malam hari terutama
permasalahan anak jalanan dan bagi anak jalanan yang baru mengenal
membetulkan sikap dan perilaku sehari- Rumah Singgah. Para pekerja sosial siap
hari yang akhirnya akan mampu dikondikan untuk menerima anak dalam
menumbuhkan keberfungsian sosialan 24 jam tersebut.
anak. cara-cara atau intervensi profesional 4) Hubungan Informal (kekeluargaan)
dilakukan untuk fungsi ini termasuk Hubungan-hubungan yang terjadi di
menggunakan konselor yang sesuai Rumah Singgah bersifat informal seperti
dengan masalahnya. perkawanan atau kekeluargaan. Anak
3) Perlindungan jalanan dibimbing untuk merasa sebagai
Rumah Singgah dipandang sebagai tempat anggota keluarga besar dimana para
anak berlindung dari pekerja sosial berperan sebagai teman,
kekerasan/penyalahgunaan seks, ekonomi, saudara/kakak atau orang tua.
dan bentuk-bentuk yang terjadi dijalanan. 5) Bebas untuk apa saja bagi anak
4) Pusat informasi Di dalam Rumah Singgah anak jalan
Rumah Singgah menyediakan informasi dibebaskan untuk melakukan apa saja,
berbagai hal yang berkaitan dengan seperti tidur, bermain, bercanda,
kepentingan anak jalanan seperti data dan bercengkrama, mandi dan sebagainya.
informasi tentang anak jalanan, bursa Meskipun demikian, perilaku yang negatif
kerja, pendidikan, kursus keterampilan seperti perjudian, merokok, minuman
dan lain-lain. keras dan sejenisnya dilarang. Peraturan
5) Akses terhadap pelayanan dibuat dan disepakati oleh anak-anak.
Sebagai persinggahan, Rumah Singgah 6) Persinggahan dari jalanan ke rumah atau
menyediakan akses kepada berbagai ke alternatif lain
pelayanan sosial. Pekerja Sosial membantu
anak mencapai pelayanan tersebut. Pengertian singgah sebagai berikut:
6) Lokasi Rumah Singgah berada di tengah- a. Anak jalanan boleh tinggal sementara
tengah lingkungan masyarakat sebagai untuk tujuan perlindungan. Biasanya
upaya mengenalkan kembali norma, dihadapi oleh anak yang hidup di

59
SHARE SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - ISSN:2339 -0042

jalanan yang tidak mempunyai tempat pendidikan luar sekolah yang memiliki
tinggal. peranan penting bagi kehidupan anak-anak
b. Pada saat tinggal sementara mereka jalanan, terutama jika dijalankan sesuai
akan memperoleh intervensi yang dengan fungsinya. Rumah Singgah
instensif dari pekerja sosial merupakan upaya agar hak-hak dari anak
c. Anak jalanan datang sewaktu-waktu jalan dapat terpenuh, yang akan mendorong
untuk bercakap-cakap, istirahat, kelancaran proses tumbuh kembang, dengan
bermain, mengikuti kegiatan dan lain- harapan dapat mengembalikan anak-anak
lainnya. jalanan itu kembali pada kehidupan normal
d. Rumah Singgah tidak memperkenalkan seperti anak-anak lain dan meminimalkan
anak jalanan yang tinggal selamanya, waktu anak dijalan.
misalkan karena tidak bayar.
e. Anak jalanan yang masih tinggal Tahapan-tahapan Pemberdayaan Anak
dengan orang tua saudaranya atau Jalanan Melalui Rumah Singgah
sudah mempunyai tempat tinggal tetap Sesuai dengan jenis kegiatan,
sendirian maupun berkelompok tidak pelaksanaan penanganan masalah anak
diperkenalkan tinggal menetap di jalanan melalui Rumah Singgah berdasarkan
Rumah Singgah, kecuali ada beberapa pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Anak
situasi yang bersifat darurat. Jalanan Melalui Rumah Singgah (Depsos,
7) Partisipasi 1999:31-34) pelayanan dan kegiatan Rumah
8) Kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Singgah terbagi ke dalam 6 tahapan.
Singgah didasarkan pada prinsip Tahapan-tahapan tersebut mencangkup:
partisipasi dan kebersamaan. Pekerja 1) Penjangkauan dan pendampingan di
sosial dengan anak jalanan memahami jalan, adalah kegiatan kunjungan keluar
masalah, merencanakan, dan Rumah Singgah untuk menjangkau anak
merumuskan kegiatan. Dengan cara ini jalanan sebagai upaya menciptakan
anak dilatih belajar mengatasi kontak pendahuluan dan persahabatan
masalahnya dan merasa memiliki atau dengan mereka
memikirkan kegiatan-kegiatan yang 2) Indentifikasi anak (problem assessment)
dilaksanakan. kegiatan ini merupakan suatu proses
9) Berlajar Bermasyarakat untuk menginvestasikan dan mengkaji
Anak jalanan seringkali menunjukan identitas anak riwayat hidup, masalah,
sikap dan perilaku yang berbeda dengan kebutuhan, potensi dan dinamika
norma masyarakat. Rumah Singgah kehidupan anak jalanan secara cermat
ditempatkan di tengah-tengah dan teliti.
masyarakat agar mereka kembali belajar 3) Resosialisasi adalah suatu kegiatan
norma dan menunjukan sikap dan merubah sikap dan perilaku anak agar
perilaku normatif. sesuai dengan nilai dan norma sosial.
4) Pemberdayaan untuk anak jalan
Dalam rangka mencapai tujuan serta dimaksudkan sebagai upaya mengangkat
mendukung fungsi penanganan anak jalanan anak jalanan dari keterlantaran serta
melalui pendekatan Rumah Singgah didukung sekaligus mengatasi masalah-masalah
dengan program pemberdayaan, dalam hal yang disandangnya dengan berusaha
ini ditempuh berbagai metode agar anak memenuhi segala keperluan yang
jalanan mengubah keadaan hidupnya seperti dibutuhkan, teruatam yang menyangkut
menggunakan pelatihan keterampilan, modal kebutuhan dasar hidupnya.
untuk kegiatan ekonomi, pendidikan dan juga 5) Pemberdayaan untuk orang tua anak
disamping melayani anak, Rumah Singgah jalanan merupakan upaya Rumah
juga melayani orang tua anak, dikarenakan Singgah dalam rangka membangun
anak jalanan salah satunya muncul oleh kembali fungsi-fungsi sosial keluarga
kemiskinan dan ketidak harmonisan dalam melalui bimbingan sosial, bimbingan
keluarga. kewirausahaan maupun pendampingan.
Dengan melihat uraian diatas maka 6) Terminasi (pengakhiran pelayanan)
Rumah Singgah merupakan lembaga adalah serangkaian kegiatan yang

60
SHARE SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - ISSN:2339 -0042

dilakukan pada akhir sebuah proses kepada keluarga asli, keluarga panti, panti
pemberdayaan anak jalanan. Kegiatan atau bersama teman-temannya. Dengan
terminasi dilaksanakan dengan maksud demikian RSAJ menggunakan pendekatan
agar hasil-hasil yang telah dicapai pada melalui anak dan keluarga secara sekaligus.
tahap proses pemberdayaan bisa di Pencapaian tujuan pelepasan anak
pertahankan dan secara terus menerus dari jalan ternyata bukan pekerjaan mudah,
dapat ditumbuh kembangkan. bahkan ada kelompok anak yang tidak bisa
dirujuk ke manapun, termasuk juga anak-
Dalam tahapan-tahapan kegiatan anak jalanan yang memang sudah tidak
pelaksanaan pemecahan anak jalanan ini tinggal dengan orang tuanya serta
yang berupa pemberdayaan dibutuhkan berkelompok mengontontrak bersama-sama.
peran pendamping atau fasilitator yang Proses pelepasan pada kasus ini sangat
berasal dari tenaga profesional khususnya bervariasi, dari yang bisa dicapai beberapa
peklerja sosial dan penanganan yang serius, hari sampai berbulan-bulan.
agar tahapan-tahapan dalam tiap kegiatan Dengan pola demikian, RSAJ sendiri
dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan dikembangkan dengan tujuan agar:
efektif, sehingga pelaksanaan pemberdayaan 1) Anak mempunyai cara hidup yang sehat
anak jalanan ini dapat berjalan secara dan normatif
berkelanjutan. 2) Anak mempunyai pengetahuan dan
keterampilan
Pengalaman Rumah Singgah Anak 3) Anak dapat menghindarkan diri dari
Jalanan YKAI pengaruh negatif jalanan.
Rumah Singgah Anak Jalanan (RSAJ)
merupakan penanganan anak jalanan yang Dengan demikian maka selama anak
dilakukan oleh Yayasan Kesejahteraan Anak dalam proses pemulangan di RSAJ, anak-
Indonesia (YKAI). Perhatian YKAI terhadap anak dibekali materi sesuai dengan tujuan di
anak jalanan telah dimulai sejak tahun 1989 atas, sehingga apabila seorang anak tidak
melalui berbagai kajian penelitian, penerbitan lepas dari jalan, ia akan tetap survive hidup
buletin maupun forum ilmiah. RSAJ di jalanan.
merupakan lembaga semi institusional (semi Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
panti), bentuknya berbeda dengan sistem untuk mencapai tujuan RSAJ dan sesuai
panti dan non panti. Program semi dengan bentuk lembaga, fungsinya,
institutional bersifat terbuka (open house) pendekatan yang kemudian di lakukan
selama 24 jam untuk anak jalanan. Anak- adalah:
anak tidak diikat secara formal dan mereka 1) Bimbingan sosial
bebas masuk RSAJ kapan pun mereka mau. Bimbingan sosial merupakan kegiatan
Meski semi instutional, RSAJ dapat dipandang membantu anak untuk mengatasi
sebagai centre based, yakni suatu masalah sehari-hari, baik dalam
lembaga/panti yang dikelola secara fleksibel lingkungan jalanan, pekerjaan, keluarga
menuruti keadaan anak jalanan. RSAJ maupun masalah pribadi. Anak-anakdi
memang kecil dan hanya bisa menampung tangani secaar satu persatu dengan
sekitar 10 anak, namun pelayanan yang pendekatan case by case (social case
diberikan kepada anak-anak yang tinggal di work). Selain itu anak-anak yang
RSAJ lebih intensif. Di Rumah Singgah ini mempunyai kesamaan masalah
anak-anak bagai suatu keluarga, karena dikelompokan melalui metoda social grup
pekerja sosial yang menangani mereka work. Kegiatan ini untuk mengarahkan
bertindak sebagai orang tua peganti. anak agar mempunyai mekanisme
Akan tetrapi, disadari RSAJ pertahanan diri agar dapat memenuhi
mempunyai keterbatasan pekerja sosial dan kebutuhannya sendiri dan mengatasi
anak jalanan sendiri masih mempunyai ancaman-ancaman di jalanan.
keluarga, maka RSAJ hanya bertindak 2) Pendidikan jalanan
sebagai jembatan antara anak dan Banyak anak jalanan yang menghadapi
keluarganya atau berupa drop-in centre. situasi jalanan namun tidak tahu tentang
Dengan fungsi referal, seperti merujuk apa yang dihadapinya. Dengan demikian,

61
SHARE SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - ISSN:2339 -0042

pendidikan jalanan yang diberikan adalah dibagi kedalam tiga kelompok kategori yaitu
materi pengetahuan yang sesuai dengan Children of the street, children on the street
situasi dan masalah yang dihadapi anak dan children at high risk. Dapat diketahui
jalanan. Materi ini berupa pengetahuan terjadinya anak jalanan bukan hanya
umum, kesehatan, sistem sosial, disebabkan dari faktor ekonomi saja, namun
komunikasi dan literacy. faktor keluarga dan lingkungan juga cukup
3) Home Visit berpengaruh terhadap munculnya anak
Kegiatan ini merupakan penjabaran dari jalanan. Dengan demikian berbagai faktor
pendekatan keluarga. Home visit akan mempengaruhi keberadaan anak
dilakukan kepada semua keluarga anak jalanan.
jalanan, utamanya anak jalanan yang Departemen Sosial RI bekerja sama
sudah kembali ke orang tuanya. Kegiatan dengan UNDP (United Nation United
ini terbagi empat kegiatan, yakni: 1. Programe) dalam proyek INS/94/007
Kunjungan keluarga, 2. Mengirim surat, pembuatan Rumah Singgah (Departemen
3. Datang ke RSAJ dan 4. Meneriman Sosial,1997:31). Dalam pendekatan ini
surat. Dalam setiap kunjungan dilakukan penanganannya tidak dilakukan sendiri-
bimbingan pengasuhan anak kepada sendiri. Namun, dilakukan secara terpadu
orang tua dan mengidentifikasi anak dari tiga pendekatan yang pernah ada.
yang sudah pulang. Dalam Sehingga dalam pendekatan Rumah Singgah
perkermbangannya, kepada orang tua tercangkup pula pendekatan street based
anak diberikan pula pinjaman uang. yaitu dengan melakukan penjangkauan dan
Pinjaman ini digunakan untuk masalah pendampingan. Pendekatan centre based
sehari-hari atau income generating. dimana Rumah Singgah merupakan tempat
persinggahan bagi anak, selain itu Rumah
Dari uraian diatas terlihat bahwa RSAJ Singgah juga melakukan kerja sama dengan
bertumpu pada pengasuhan anak dan pihak lain sebagai rujukan dalam
kelurganya, selain itu RSAJ juga melaksanakan kegiatan centre based ini.
mengarahkan anak binaan dan keluarganya Sedangkan pendekatan community based
agar dapat mandiri, berusaha bisa mengatasi rumah singgah melakukan kerja sama atau
masalah secara benar dan pemenuhan hidup menggali sumber yang ada di dalam
sehari-hari. masyarakat sehingga penanganan anak
Untuk mencapai tujuannya, beberapa jalana dapat sinkron dengan kehidupan dan
hambatan sering kali terjadi. hambatan kebutuhan di masyarakat.
tersebut antara lain: Selain itu Rumah Singgah juga
1) Keterbatasan pekerja sosial yang melakukan kegiatan berupa bimbingan dan
hanya dua orang, tidak maksimal pemberdayaan. Bimbingan dilakukan baik
melaksanakan kegiatan. terhadap anak jalanan maupun terhadap
2) Anak binaan yang menyebar di luar orang tua anak jalanan. Bimbingan dilakukan
Jakarta sehingga sulit memonitor baik dibutuhkan maupun tidak dibutuhkan
3) Beberapa anak sangat mobile: oleh anak jalan dan orang tua anak jalan.
sehingga tidak mudah untuk dilayani. Bimbingan ini dilaksanakan dengan cara
Tata Sudrajat (1996:159-164). mendatangi anak jalanan atau orang tua
anak jalanan.
Sedangkan program pemberdayaan
Kesimpulan dan Saran dalam pelayanan dan kegiatan Rumah
Singgah terbagi ke dalam 6 tahapan.
Kesimpulan Tahapan-tahapan tersebut mencangkup:
Anak jalanan merupakan kelompok Penjangkauan, Identifikasi anak, resosialisasi,
anak marjinal juga menyebutkan Marjinal, pemberdayaan anak, pemberdayaan orang
rentan, dan eksploitasi yang sebagian besar tua dan terminasi. Program pemberdayaan di
waktunya dipergunakan untuk mencari tujukan untuk meningkatkan kemampuan
nafkah atau berkeliaran di jalan atau tempat- anak jalanan dan orang tua anak jalan
tempat umum lainnya. Akan tetapi, sehingga mempunyai pengetahuan yang
keberadaan anak jalanan secara umum

62
SHARE SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - ISSN:2339 -0042

meningkat, dapat mandiri sehingga anak merupakan profesi yang sangat memahami
jalan tidak beraktivitas lagi dijalan. persoalan dan permasalahan sosial anak
Pemberdayaan bagi orang tua jalanan di Rumah Singgah dan Lembaga
dimaksudkan agar orang tua dapat Swadaya Masyarakat.
meningkatkan kemampuannya dalam Satu hal hal yang penting: program
mencukup kebutuhan keluarganya. Dengan apapun yang akan dilakukan da pendekatan
demikian anak terhindar untuk beraktivitas apa yang dipilih, modal awal yang dibutuhkan
dijalan. Selain itu orang tua atau keluarganya untuk menangani permasalahan anak jalanan
dapat memenuhi kebutuhan dasar anggota adalah sikap empati dan komitmen yang
keluarganya. benar-benar tulus dari kita semua. Tanpa
dilandasi dan dipandu oleh kedua hal ini,
Salah satu Rumah Singgah Anak maka jangan heran jika nasib anak-anak
Jalanan (RSAJ) yang telah ada sejak tahun jalanan tidak akan pernah selesai sampai ke
1989 adalah Yayasan Kesejahteraan Anak akarnya.
Indonesia (YKAI). RSAJ sendiri dikembangkan
dengan tujuan agar: Anak mempunyai cara Daftar Pustaka
hidup yang sehat dan normatif, Anak Armai Arief. 2002. Rumah Singgah Sebagai
mempunyai pengetahuan dan keterampilan, Tempat Alternative Pemberdayaan
Anak dapat menghindarkan diri dari Anak Jalanan. Dalam Jurnal Fajar.
pengaruh negatif jalanan. Kegiatan-kegiatan Jakarta: LPM UIN.
yang dilakukan untuk mencapai tujuan RSAJ Astutianny April, Maria. 2001. Pemberdayaan
dan sesuai dengan bentuk lembaga, Anak Jalanan Di DKI Jakarta: Studi
fungsinya, pendekatan yang kemudian di Kasus di Rumah Singgah Setia Kawan
lakukan: bimbingan sosial, pendidikan II Jakarta. Tesis. Jakarta: Universitas
jasmani dan home visit. Indonesia.
Dari uraian diatas terlihat bahwa RSAJ Amal, Bakhrul Khair. 2003. Pemberdayaan
bertumpu pada pengasuhan anak dan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah:
kelurganya, selain itu RSAJ juga Studi Kebijakan Penanganan Anak
mengarahkan anak binaan dan keluarganya Jalanan di Indonesia. Tesis. Depeok:
agar dapat mandiri, berusaha bisa mengatasi Universitas Indonesia
masalah secara benar dan pemenuhan hidup Departemen Sosial RI. 1999. Pedoman
sehari-hari. Penyelenggaraan Pembinaan Anak
Akan tetapi, dalam pencapaiannya Jalanan Melalui Rumah Singgah.
RSAJ ada beberapa hambatan yaitu: Jakarta: Departemen Sosial RI.
Keterbatasan tenaga ahli seperti pekerja Dubois, Brenda. Milley, Karla Kongsrud. 1992.
sosial, Anak binaan yang menyebar di luar Social Work An Empowering
jangkauan dan Beberapa anak jalanan yang Profession. Boston: Allyn and Bacon.
memiliki mobilitas yang tinggi sehingga sulit Hurlock, B. Elizabeth. 1980. Psikologi
untuk diberikan pelayanan. Perkembangan. Jakarta: Erlanga.
Ife, Jim. 1995. Community Development:
Saran Creating Community Alternative
Optimalisasi pelaksanaan dengan Vision, Analysis and Practic.
menerapkan metode community base, Australiang: Longman.
dimana penanganan anak jalan dilakukan Isbandi Rukminto, Adi. 2001. Pemberdayaan
bersama-sama dengan warga masyarakat Pengembangan Masyarakat dan
setempat dan pemerintah daerah khususnya Intervensi Komunitas (Pengantar Pada
kota setempat mengadakan penanganan Pemikiran dan Pendekatan Praktis).
anak jalanan ke dalam rencana Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
pembangunan di wilayahnya masing-masing Ekonomi Universitas Indonesia.
dan Lembaga Swadaya Masyarakat bertindak Isbandi, Rukminto, Adi. 2008. Intervensi
sebagai pengawal dalam pelaksanaan Komunitas dan Pengembangan
pemberdayaan tersebut. Masyarakat: Sebagai Upaya
Meningkatkan jumlah pekerja Pemberdayaan Masyarakat. Depok:
profesional khususnya pekerja sosial yang PT RajaGrafindo Persada

63
SHARE SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - ISSN:2339 -0042

Lusk, Mark. W. 1984.Street Children


Program in Latin America. Journal of
Sociology & Social Welfare
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Rosdakarya.
Midgley, James. 1995. Social Development:
The Development Perspective in
Social Welfare. London: Sage
Publication Inc.
Mulandar, Surya. 1996. Dehumanisasi Anak
Marjinal: Berbagai Pengalaman
Pemberdayaan. Bandung:Akatiga
Sudrajat, A. 1989. Profil Anak Jalanan di DKI
Jakarta. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Sosial. Departemen
Sosial RI.
Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak.
Jakarta:Kencana Prenada Media
Group
Sanusi, Makmur. (1995) Beberapa Temuan
Lapangan Survey Anak Jalanan dan
Rencana Penangannya di Jakarta dan
Surabaya. Jakarta. Departemen
Sosial, UNDP.
Web:
http://cumadiindonesia.com/makin-
maraknya-anak-jalanan-siapa-yang
bertanggung-jawab/ di unduh pada
tanggal 27 Maret 2015 pukul 17.28

64

Anda mungkin juga menyukai