Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang berada di kawasan asia
tenggara. Layaknya sebuah Negara berkembang, Indonesia tak akan pernah lepas dengan
program-program pembangunan baik dalam skala lokal maupun skala nasional. Pada
hakikatnya tujuan pembangunan adalah mewujudkan masyarakat yang mempunyai
tingkat kesejahteraan sosial yang tinggi. Namun dalam perjalanannya, berbagai kendala
masih sering dijumpai.
Menurut data BPS indonesia, jika dilihat dari administratif kabupaten/kota, data
terkini pemerintah menyebutkan terdapat 122 kabupaten/kota yang memiliki daerah
tertinggal. Padahal lanjut Marwan, dari hasil pertemuannya dengan berbagai kepala
daerah dan aparatur desa, jumlah kabupaten/kota yang memiliki desa tertinggal mencapai
200 - 300 kabupaten/kota. Sebanyak 32.000 desa dari 74.093 jumlah desa di Indonesia
atau 52,79 persen. (SJ)
Ekonom menilai bahwa banyak potensi desa di Indonesia yang belum muncul ke
permukaan. Padahal jika potensi itu dimanfaatkan, maka upaya membangun ekonomi
desa akan lebih mudah dan cepat terlaksana. Potensi di daerah harus diperjelas dan
dirumuskan dalam buku agar terlihat lebih jelas. Sebab ini jadi acuan juga dalam
menjalankan program desa, hal itu disampaikan oleh pengamat ekonomi dari Core
Indonesia, Hendri Saparini dalam diskusi peluncuran Indeks Desa Membangun (IDM) di
Kementrian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal, dan Transmigrasi, Jakarta.
Masalah yang ada di desa harus segera ditindaklanjuti agar proses pembangunan
bisa berjalan secara merata. Ketimpangan pembangunan antar desa dan daerah juga perlu
mendapat perhatian khusus. Pembangunan insfratruktur, pemberdayaan masyarakat, serta
penguatan desa berbasis potensi lokal harus dijalankan secara simultan. Peningkatan
ekonomi untuk membangun desa itu tentu yang sesuai dengan karakteristik dari
masyarakat itu sendiri, karena membangun desa yang melibatkan masyarakat memang
harus.
Program yang mensejahterahkan masyarakat harus dijalankan berkelanjutan,
dengan begitu akan ada langkah-langkah program peningkatan potensi desa secara terus
menerus. Indeks diharapkan bisa dijadikan rujukan untuk mengentaskan jumlah desa
tertinggal dan meningkatkan jumlah desa mandiri diseluruh Indonesia. IDM yang
diluncurkan ingin meletakkan prakarsa dan kuatnya kapasitas masyarakat sebagai basis
utama dalam proses kemajuan dan pemberdaya desa
Pemerintah Kota Semarang yang diprakarsai oleh walikota semarang
meluncurkan program Kampung Tematik yang diselaraskan dengan program
penanggulangan kemiskinan Gerbang Hebat. Ditargetkan pada 2016 ini sudah bisa di-
realisasikan 32 kampung tematik yang tersebar di 16 kecamatan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui komponen alam dan manusia dari wisata desa kampung tematik
jajanan tradisional di kelurahan pudak payung semarang.
2. Untuk mengetahui potensi wisata desa kampung tematik jajanan tradisional di
kelurahan pudak payung semarang.
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Potensi komponen alam komponen alam dan manusia dari wisata desa kampung tematik
jajanan tradisional di kelurahan pudak payung semarang.

a) lokasi kelurahan pudakpayung


Lokasi Pudakpayung merupakan sebuah kelurahan di Kecamatan Banyumanik, Kota
Semarang, provinsi Jawa Tengah, Indonesia. pudakpayung terletak tidak jauh dari
jalan raya, sehingga pudakpayung sendiri tidak tergolong kelurahan yang sepi.
pudakpayung sendiripun sudah terbilang sedikit maju, hal ini dikarenakan oleh
pudakpayung merupakan pintu masuk dari bagian selatan kota semarang yang
tempatnya strategis.
b) Luas kelurahan pudakpayung
Luas wilayah kelurahan pudakpayung 392.932 km2 pada tahun 2015.
c) Keadaan tanah kelurahan pudakpayung
Keadaan tanah kelurahan pudakpayung cukup subur karena banyak jenis tanaman
yang tumbuh di desa ini.
d) Keadaan iklim kelurahan pudakpayung
Keadaan iklim kelurahan pudakpayung sama seperti keadaan iklim umumnya di
Indonesia, karena kelurahan pudakpayung sendiri masih bagian dari Indonesia.
e) Keadaan bentang alam kelurahan pudakpayung
Adapun batas-batas administratif adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kelurahan banyumanik dan padangsari
Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang
Sebelah Timur : Kelurahan Jabungan
Sebelah Barat : Kelurahan gedawang
jumlah penduduk di kelurahan pudakpayung 23.080 orang pada tahun 2015 dan akan
terus bertambah setiap tahunnya.
f) Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-
kekuatan yang menambah dan mengurangi jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk
ini dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, dan migrasi. Jumlah kelahiran, kematian,
dan migrasi dapat dilihat pada table berikut. Kelurahan pudakpayung merupakan
daerah yang potensial dikembangkan sebagai kawasan permukiman dengan
memperhatikan kondisi lingkungan yang ada. Hal ini terlihat dengan banyaknya
perumahan dengan berbagai tipe yang dibangun. Jumlah mutasi yang paling banyak
adalah pendatang atau imigrasi sebanyak 23.080 orang pada tahun 2015 dan akan
terus bertambah setiap tahunnya.

2. potensi wisata desa kampung tematik jajanan tradisional di kelurahan pudak payung
semarang
Kampung tematik ini juga untuk mengatasi kekumuhan dan menggerakkan
potensi di lingkungan masing-masing. Beberapa kampung yang sudah siap di antaranya,
Kampung jajanan tradisional di Kelurahan pudakpayung, melalui program ini pemerintah
kota semarang ingin mengatasi permasalahan kebutuhan dasar, terutama pada
peningkatan kualitas lingkungan rumah tinggal warga miskin dan prasarana dasar
permukiman dengan mengubah lokasi kumuh menjadi tidak kumuh. Hendi
menyebutkan, setidaknya ada beberapa kriteria kampung sebagai kawasan permukiman
dinyatakan ideal, yakni infrastruktur jalannya, kondisi kampungnya bagus, dan menarik.
Melalui program Kampung Tematik yang diselaraskan dengan Gerbang Hebat,
diharapkan akan menggugah para pemberi bantuan sosial melalui program Corporate
Social Responsibility (CSR) untuk mereplikasi kampung tematik di wilayah kelurahan
lainnya sehingga mempercepat pengentasan kemiskinan, salah satunya seperti Kelurahan
Pudakpayung Kecamatan Banyumanik terutama dilakukan oleh warga di RW 7. Upaya
pihak kelurahan dalam memberdayakan warganya telah dilakukan dengan
terselenggaranya Kampung Tematik Jajanan Tradisional. Di wilayah itu terdapat 30
kepala keluarga mengusahakan pembuatan jajanan tradisional khas Jawa yang
produksinya dipasarkan di seluruh wilayah Semarang maupun luar kota serta dapat
menarik minat pengunjung wisatawan dari dalam maupun luar kota untuk singgah ke
kelurahan pudakpayung untuk membeli snak jajanan tradisional sebagai oleh-oleh.
Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik menggeliat. Ini terutama
dilakukan oleh warga di RW 7. Upaya pihak kelurahan dalam memberdayakan warganya
telah dilakukan dengan terselenggaranya Kampung Tematik Jajanan Tradisional. Di
wilayah itu terdapat 30 kepala keluarga mengusahakan pembuatan jajanan tradisional
khas Jawa yang produksinya dipasarkan di seluruh wilayah Semarang. Kampung
tematik ini mulai ada sejak Oktober 2016, karena kebetulan sejak lama warga dari
kelurahan pudakpayung sebagian besar usahanya dalam pembuatan jajanan tradisional
seperti getuk, klepon, arem-arem, lemper, puding labu, bubur dan beberapa yang lain.
Yang menarik, selama ini mereka mengelola usahanya itu dengan modal sendiri. Meski
pihak kelurahan telah mengajukan bantuan permodalan ke Dinas Koperasi dan UMKM
Kota Semarang, tapi sampai sekarang belum direspon.
Upaya bantuan itu sebenarnya lebih ke pendampingan seperti pelatihan dan
kemasan produk, yakni bagaimana menjadikan produk makanan ini menjadi bersih dan
higienis. Memang warga kampung tematik kelurahan pudakpayung telah dibantu oleh
Pak Wali (Hendrar Prihadi) sebesar Rpo 200 juta melalui anggaran perubahan, tapi itu
untuk perbaikan infrastruktur, misalnya membangun jalan, pot bunga, pendirian gapura
(tetenger kampung tematik).
Hal dan suatu kabar gembira buat para pengunjung wisatawan yang ingin
mencoba sensasi berbeda membeli oleh-oleh atau yang masih bingung mencari snack
ketika dapat Jatah tempat arisan atau kumpulan yang solusinya bisa langsung ke
kampung jajanan tradisional. Wisatawan dalam kota maupun penduduk sekitar kelurahan
pudak payung bisa memilih berbagai macam jenis snack basah atau semacam lemper,
arem-arem, sus kering dan banyak lagi, dan jajanan itupun ada yang bisa bertahan dalam
beberapa hari sehingga cocok untuk oleh-oleh.
Uniknya lagi pengunjung bisa memilih langsung dan melihat langsung proses
pembuatan dari pembuat Snack atau kue dengan melihat Plang penanda yang tertancap
di depan rumah penduduk yang memuat keterangan di rumah tersebut memproduksi
Snack apa saja. Dengan harga yang menurut saya MURAH dan hygenies pasti ini
merupakan solusi yang mengharukan, untuk pengunjung bisa mendapatkan solusi
tentang snack atau oleh-olehnya di kampung jajanan tradisional pudakpayung dan inilah
potensi yang harus senantiasa dilestarikan serta terus dikembangkan sehingga menjadi
tujuan wisata untuk membeli oleh-oleh dan menjadi desa wisata jajanan tradisional yang
hampir punah keberadaannya.
Ramuan penting dalam upaya untuk mewujudkan perencanaan pembangunan
desa wisata yaitu pelibatan atau partisipasi masyarakat setempat, pengembangan mutu
produk wisata pedesaan, pembinaan kelompok pengusaha setepat. Keaslian akan
memberikan manfaat bersaing bagi produk wisata pedesaan. Unsur-unsur keaslian
produk wisata yang utama adalah kualitas asli, keorisinalan, keunikan, ciri khas daerah
dan kebanggaan daerah diwujudkan dalam gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya.
Secara khusus berkaitan dengan prilaku, integritas, keramahan dan kesungguhan
penduduk yang tinggal dan berkembang menjadi milik masyarakat desa tersebut.
Prinsip pengembangan desa wisata adalah sebagai salah satu produk wisata
alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan yang
berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan antara lain, ialah: (1)
memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat, (2) menguntungkan
masyarakat setempat, (3) berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal
balik dengan masyarakat setempat, (4) melibatkan masyarakat setempat, (5) menerapkan
pengembangan produk wisata pedesaan, dan beberapa kriteria yang mendasarinya seperti
antara lain: 1.Penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal yang
biasanya mendorong peran serta masyarakat dan menjamin adanya akses ke sumber fisik
merupakan batu loncatan untuk berkembangnya desa wisata. 2.Mendorong peningkatan
pendapatan dari sektor pertanian dan kegiatan ekonomi tradisional lainnya. 3. Penduduk
setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses pembuatan keputusan tentang
bentuk pariwisata yang memanfaatkan kawasan lingkungan dan penduduk setempat
memperoleh pembagian pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata. 4. Mendorong
perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat, kesemua hal itu sudah dimiliki oleh
kampung tematik jajanan tradisional pudakpayung.
Sedangkan agar bisa mempromosikan jajanan tradisional sampai kepenjuru
daerah maupun luar negeri yaitu dengan pola kemitraan atau kerjasama dapat saling
menguntungkan antara pihak pengelola desa wisata dengan para pengusaha pariwisata di
kota atau pihak Pembina desa wisata dalam hal ini pihak dinas pariwisata daerah.
Bidang-bidang usaha yang bisa dikerjasamakan, antara lain seperti : bidang akomodasi,
perjalanan, promosi, pelatihan, dan lain-lain. Desa wisata harus sering dipromosikan
melalui berbagai media, oleh karena itu desa atau kabupaten harus sering mengundang
wartawan dari media cetak maupun elektronik untuk kegiatan hal tersebut supaya
kampung tematik jajanan tradisional ini makin dikenal masyarakat luas tidak hanya
didalam kota tetapi juga diluar kota dan luar negeri.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini ialah kampung tematik jajanan tradisional yang
terletak di kelurahan pudakpayung kecamatan banyumanik semarang Indonesia adalah
perkampungan yang memberdayakan warganya untuk meningkatkan daya saing untuk
meningkatkan kualitas taraf hidup dengan berdagang.
Serta untuk mengetahui potensi sebuah wilayah langkah pertama yang harus
diketahui terlebih dahulu ialah karakteristik desa itu dengan dilihat dari mata pencaharian
penduduk, kondisi sosial masyarakatnya, dan perkembangan wilayah yang berada dalam
masa transisi dan mulai dimasuki pengaruh dari luar. Dengan demikian maka akan dapat
mengetahui sebuah potensi yang ada pada desa itu sendiri.

B. Saran
Potensi di daerah harus diperjelas dan dirumuskan dalam buku agar terlihat lebih
jelas. Sebab ini jadi acuan juga dalam menjalankan program suatu daerah salah satunya
dengan diadakannya kampung tematik.
Masalah yang ada di suatu daerah harus segera ditindaklanjuti agar proses
pembangunan bisa berjalan secara merata. Ketimpangan pembangunan antar desa dan
daerah juga perlu mendapat perhatian khusus. Pembangunan insfratruktur, pemberdayaan
masyarakat, serta penguatan desa berbasis potensi lokal harus dijalankan secara simultan.
Peningkatan ekonomi untuk membangun desa itu tentu yang sesuai dengan karakteristik
dari masyarakat itu sendiri, karena membangun desa yang melibatkan masyarakat
memang harus.
Program yang mensejahterahkan masyarakat harus dijalankan berkelanjutan,
dengan begitu akan ada langkah-langkah program peningkatan secara terus menerus.
Indeks diharapkan bisa dijadikan rujukan untuk mengentaskan jumlah desa tertinggal dan
meningkatkan jumlah desa mandiri dan berdaya saing diseluruh Indonesia.
Daftar pustaka

1. Acep Hidaya, 1999. Linking Enterpreneurship into the Education in Tourism. A Keynote
Speech Presented in the Occation of ATLAS ASIA Inaguration CONFERENCE, Institute
Technology Bandung, 5 7 July 1999.
2. Berne, 1995. For a Dynamic Partnership between Tourism and Culture, Forum on
Culture and International Tourism, UGM, Jogyakarta, August 1995.
3. Departemen Dalam Negeri, 2000. Tentang Visi, Misi, Startegi, dan Kebijakan
Pemberdayaan Masyarakat Desa.
4. Hawkins, Donald, 1995. Private Letter Hurdle, Sue, 1999. The Capability of ACT
(Action for Conservation througjh Tourism).
5. Leinberg and Donald Hawkins, 1993. Eco-tourism for planners and Managers.
6. Zulkarimen Nasution, 2007. Komunikasi Pembangunan (Pengenalan Teori dan
Penerapannya). Yang Menerbitkan PT Raja Grafindo Persada : Jakartanote
7. Suyono, Haryono. 2005. Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri. Jakarta:
Yayasan Dana Sejahtera Mandiri.
8. Suyono, Haryono. 2006. Pemberdayaan Masyarakat: Mengantar Manusia Mandiri,
Demokratis dan Berbudaya. Jakarta: Khanata.

Anda mungkin juga menyukai