NASIONAL INDONESIA
yang ditujukan untuk mengahadapi segala anaman dan kekuatan membahayakan kelangsungn
hidup negara dan bangsa Indonesia. Kata segala menunjukkan kesadaran akan spectrum
ancamn yang lebih dari sekedar anacaman komunis dan atau pemberontakan.Kesadaran akan
spectrum ini diperluas tahun 1972 menjadi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan
(ATHG). Konsepsi Ketahanan Nasional tahun 1972 dirumuskan sebagai kondisi dinamis satu
bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional, didalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dalam, yang langsung
maupun tidak langsung yang membahayakan identitas, integritas kelangsungan hidup bangsa
dan negara serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan nasional.
Dari sejarah dapat di catat tentang perkembangan Ketahanan Nasional Bangsa
Indonesia sebagai berikut :
a. Pada jaman kerajaan Sriwijaya abad-VIII dan pada jaman Majapahit abad
XIII-XV, bangsa indonesia telah memiliki negara nasional yang merdeka,
bersatu, berdaulat serta memiliki ketahanan nasional yang mantap sehingga
setiap hakekat ancaman yang muncul dapat diatasi dengan baik.
b. Pada abad-XVI datanglah bangsa Eropa ke wilayah Indonesia dengan dalih
untuk berdagang namun akhirnya menjajah Indonesia. Oleh penjajah, bangsa
Indonesia di pecah belah sehingga menyebabkan tingkat ketahanan nasional
bangsa Indonesia sangat rendah sehingga tidak mampu menghadapi gangguan,
ancaman serta hambatan yang berpengaruh pada kedaulatan, kemerdekaan
serta keutuhan bangsa Indonesia. Karena dampak yang dihasilkan sangat tidak
menguntungkan maka timbullah Amanat Penderitaan Rakyat (AMPERA)
yang menuntut kembalinya kemerdekaan kedaulatan bangsa , maka bermula
pada saat itu timbullah perlawanan terhadap penjajah.
Penjajahan fisik atau perlawanan terhadap kaum penjajah yang terjadi di
seluruh wilayah itu antara lain di pimpin oleh Sultan Agung di Mataram Jawa
Tengah (tahun 1613), Iskandar Muda di Aceh (1636), Sultan Hasanuddin di
Makassar (tahun 1660) dan banyak lagi. Namun perlawan fisik melawan
penjajah waktu itu kurang berhasil karena kurang adanya persatuan antar
bangsa Indonesia serta para penjajah menggunakan persenjataan yang lebih
Hatta
atas
nama
bangsa
Indonesia
telah
memproklamasikan
Sumatera kecuali Daerah Istimewa Aceh, bagian dari Sumatera Selatan dan
Keresidenan Banten. Mengenai jalannya aksi polisional II, Jendral Spoor,
Panglima Tentera Belanda dengan nada optimis antara lain menyatakan
operasi-operasi pokok telah selesai, seterusnya kita hanya melakukan gerakan
pembersihan terhadap sisa-sisa kekuatan lawan, yang akan menghabiskan
waktu dua atau tiga bulan.
Pernyataan Jendral Spoor tersebut tidak sesuai dengan fakta yang terjadi,
bahwa serangan-serangan terhadap pos-pos dan kedudukan pasukan Belanda
telah menyebar ke daerah-daerah yang tadinya ditinggalkan hijrah oleh
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, sedangkan perlawanan dan serangan
terhadap kekuatan militer dan aparat pemerintahan sipil Belanda di
luar Pulau Jawa dan Sumatera masih tetap ada, bahkan masing sering terjadi.
Pendadakan dan kejutan yang sangat memalukan serta menjatuhkan
martabat Belanda dimata dunia internasional ialah, pada waktu terjadi
serangan terhadap Yogyakarta yang dilancarkan pada tanggal 1 Maret 1949.
Walaupun Yogyakarta dapat direbut atau diduduki hanya dalam waktu enam
jam, namun dampaknya terhadap moral bangsa Indonesia dan diplomasi di
forum internasional cukup besar, serta merupakan bukti bahwa keberadaan
dan perjuangan bangsa dan Negara Indonesia masih tetap berlanjut.
Tamparan kedua bagi Belanda adalah pada waktu terjadi serangan umum
terhadap Surakarta antara tanggal 7 hingga 10 Agustus 1949, empat hari
menjelang dihentikannya tembak menembak oleh pihak Belanda dan
Indonesia yang menghasilkan didudukinya sebagian dari kota Surakarta oleh
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Aksi polisional II merupakan kegagalan Belanda untuk memaksa rakyat
dan pemerintah Republik Indonesia bertekuk lutut serta menerima kembali
kedaulatan dan kekuasaannya di Indonesia. Akhirnya Belanda harus mengakui
kedaulatan dan kekuasaan (rakyat dan) pemerintah Republik Indonesia
diseluruh bekas wilayah jajahannya di kepuluan Nusantara.
Pengakuan kedaulatan oleh Belanda tersebut secara rasmi dikukuhkan
dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 27 Desember 1949
di Den Haag negeri Belanda.
KESIMPULAN
Makalah Pkn
SEJARAH PERKEMBANGAN
KETAHANAN NASIONAL INDONESIA
Di Susun Oleh :
Kelompok 2
Ptik 05
Vivi Mujianti
Awwaliyah Hakiman
Muh. Nur Ilman
Irfan
Awaluddin Dariatno
1129040169
1129040168
1129040167
1129040170
1129040171