Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH PERKEMBANGAN KETAHANAN

NASIONAL INDONESIA

Konsepsisi ketahanan nasional memiliki latar belakang sejarah kelahirannya di


Indonesia. Gagasan tentang ketahanan nasiona bermula pada awal tahun 1960-an pada
kalangan militer angjatan darae yang sekarang bernama SESKOAD. Masa itu adalah sedang
meluasnya pengaruh komunisme yang berasal dari Uni Sovyet dan Cina. Pengaruh
Komunisme menjalar samapai kawasan Indo Cina sehingga satu persatu kawasan Indo Cina
seperti Laos, Vietnam, dan Kamboja. Bahkan infiltrasi komunis mulai masuk ke Thailand,
Malaysia dan Singapura. Akankan efek domino itu akan terus ke Indonesia?
Concern atas fenomena tersebut mempengaruhi para pemikir militer di SSKAD(pada
masa itu). Mereka mengadakan pengamatan atas kejadian terseut, yaitu tidak adanya
perlawanan yang gigih dan ulet di Indo Cina dalam menghadapi ekspansi KOmunis. Bila
dibandingkan dengan Indonesia, kekuatan apa yang dimiliki bangsa ini, sehingga mampu
menghadapi berbagai ancaman termasuk pemeberontakan dala negeri. Jawaban sementara
dari kalangan pemikir tersebut adalah adanya kemampuan territorial dan perang gerilya.
Tahun 1060-an terjadi gerakan Komunis di Filiphina, Singapura dan Thailand.
Bahkan gerakan komunis Indonesia berhasil mengadakan pemberontakan pada 30 September
1965, namun akhirnya dapat diatasi menyadari atas berbagai kejadian tersebutr, semakin
kuata gagasan pemikiran tentang kekuatan apa yang seharusnya ada dalam masyarakat dan
abngsa Indonesia agar kedaulatan dan keutuhan bangsa negara Indonesia terjamin di masamasa mendatang. Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah adanya kekuatan nasional yang
anatara lain berupa unsure kesatuan dan persatuan kukatan nasional. Pengembangan atasa
pemikiran tersebut dilnjutkan oleh Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional). Dalam
pemikiran Lemhanas tahun 1968 telah ada kemajuan konseptual berupa ditemukannya
unsure-unsur dari tata kehidupan nasional yang berupa ideology, politik, social, ekonomi dan
militer. Pada tahun 1969 lahirlah istilah Ketahanan Nasional yang menjadi pertanda dari
ditinggalkannya konsep kekuatan, meskipun dalam ketahanan nasional sendiri terdapaty
konsep kekuatan. Konsepsi Ketahan nasional waktu itu dirumuskan sebagai keuletan dan
daya tahan suatu bangsa yang mengandung kemampuan mngembangkan kekuatan nasional

yang ditujukan untuk mengahadapi segala anaman dan kekuatan membahayakan kelangsungn
hidup negara dan bangsa Indonesia. Kata segala menunjukkan kesadaran akan spectrum
ancamn yang lebih dari sekedar anacaman komunis dan atau pemberontakan.Kesadaran akan
spectrum ini diperluas tahun 1972 menjadi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan
(ATHG). Konsepsi Ketahanan Nasional tahun 1972 dirumuskan sebagai kondisi dinamis satu
bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional, didalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dalam, yang langsung
maupun tidak langsung yang membahayakan identitas, integritas kelangsungan hidup bangsa
dan negara serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan nasional.
Dari sejarah dapat di catat tentang perkembangan Ketahanan Nasional Bangsa
Indonesia sebagai berikut :
a. Pada jaman kerajaan Sriwijaya abad-VIII dan pada jaman Majapahit abad
XIII-XV, bangsa indonesia telah memiliki negara nasional yang merdeka,
bersatu, berdaulat serta memiliki ketahanan nasional yang mantap sehingga
setiap hakekat ancaman yang muncul dapat diatasi dengan baik.
b. Pada abad-XVI datanglah bangsa Eropa ke wilayah Indonesia dengan dalih
untuk berdagang namun akhirnya menjajah Indonesia. Oleh penjajah, bangsa
Indonesia di pecah belah sehingga menyebabkan tingkat ketahanan nasional
bangsa Indonesia sangat rendah sehingga tidak mampu menghadapi gangguan,
ancaman serta hambatan yang berpengaruh pada kedaulatan, kemerdekaan
serta keutuhan bangsa Indonesia. Karena dampak yang dihasilkan sangat tidak
menguntungkan maka timbullah Amanat Penderitaan Rakyat (AMPERA)
yang menuntut kembalinya kemerdekaan kedaulatan bangsa , maka bermula
pada saat itu timbullah perlawanan terhadap penjajah.
Penjajahan fisik atau perlawanan terhadap kaum penjajah yang terjadi di
seluruh wilayah itu antara lain di pimpin oleh Sultan Agung di Mataram Jawa
Tengah (tahun 1613), Iskandar Muda di Aceh (1636), Sultan Hasanuddin di
Makassar (tahun 1660) dan banyak lagi. Namun perlawan fisik melawan
penjajah waktu itu kurang berhasil karena kurang adanya persatuan antar
bangsa Indonesia serta para penjajah menggunakan persenjataan yang lebih

modern. Akibat kekalahan itu maka bangsa Indonesia merubah cara


perjuangannya denagn bentuk lain atau secara non-fisik yaitu :

Pada tahun 1908 perjuangan melalui pendidikan melalui pendidikan


dipelopori oleh Budi Utomo, untuk meningkatkan kecerdasan serta

membangkitkan semangat nasional menuju kemerdekaan Indonesia.


Pada 28 Oktober 1928, perjuangan yang dipelopori generasi muda
Indonesia ditandai adanya Sumpah Pemuda yang menyatakan sebagai
Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa.
Dari keberhasilan perjuangan

non-fisik menunjukkan bahwa jika

persatuan bangsa Indonesia telah bangkit dan telah lebih berani


membela serta menuntut kemerdekaan bangsa Indonesia.
c. Jaman Penjajahan Jepang
Jepang baru datang di Indonesia pada bulan Maret 1942, ini merupakan babak
penjajahan baru. Jepang lebih menindas dan lebih kejam sehingga rakyat
Indonesia lebih menderita. Dalam penjajahan Jepan timbullah perlawanan
rakyat Indonesia antara lain perlawanan PETA (Pembela Tanah Air) di Blitar
Jawa timur , perlawanan pesantren di Tsaikmalaya dan masih banyak lagi.
d. Jaman Kemerdekaan Republik Indonesia
Kekalahan Jepang pada perang dunia II memberi peluang kepada bangsa
Indonesia untuk merdeka. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Bung Karno dan
Bung

Hatta

atas

nama

bangsa

Indonesia

telah

memproklamasikan

kemerdekaan Indonesia. Namun sejak Proklamasi itu bangsa Indonesia terus


dihadapkan oleh tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan dari dalam
dan luar.
e. Perang Kemerdekaan II
Pada tanggal 19 Desember 1948 setelah dapat menambah jumlah kekuatan
militernya dengan mendatangkan lagi bantuannya dari negeri Belanda
sehingga mencapai sekitar 100.000 orang, Belanda melancarkan lagi serangan
militernya yang merupakan aksi polisional II atau bagi bangsa Indonesia
dikenal sebagai Perang Kemerdekaan II.
Aksi polisional II Belanda, bagi prajurit Angkatan Bersenjata yang berasal
dari kantung-kantung merupakan suatu hal yang dinanti-nantikan, kerana
apabila Belanda melancarkan serangan ketenteraannya, maka hal itu akan
membuka peluang untuk kembali bergerilya di tempat asal masing-masing.
Dalam waktu singkat tentara Belanda mampu menguasai kota-kota penting
dan jalan-jalan raya diseluruh sisa daerah kekuasaan Indonesia di Jawa dan

Sumatera kecuali Daerah Istimewa Aceh, bagian dari Sumatera Selatan dan
Keresidenan Banten. Mengenai jalannya aksi polisional II, Jendral Spoor,
Panglima Tentera Belanda dengan nada optimis antara lain menyatakan
operasi-operasi pokok telah selesai, seterusnya kita hanya melakukan gerakan
pembersihan terhadap sisa-sisa kekuatan lawan, yang akan menghabiskan
waktu dua atau tiga bulan.
Pernyataan Jendral Spoor tersebut tidak sesuai dengan fakta yang terjadi,
bahwa serangan-serangan terhadap pos-pos dan kedudukan pasukan Belanda
telah menyebar ke daerah-daerah yang tadinya ditinggalkan hijrah oleh
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, sedangkan perlawanan dan serangan
terhadap kekuatan militer dan aparat pemerintahan sipil Belanda di
luar Pulau Jawa dan Sumatera masih tetap ada, bahkan masing sering terjadi.
Pendadakan dan kejutan yang sangat memalukan serta menjatuhkan
martabat Belanda dimata dunia internasional ialah, pada waktu terjadi
serangan terhadap Yogyakarta yang dilancarkan pada tanggal 1 Maret 1949.
Walaupun Yogyakarta dapat direbut atau diduduki hanya dalam waktu enam
jam, namun dampaknya terhadap moral bangsa Indonesia dan diplomasi di
forum internasional cukup besar, serta merupakan bukti bahwa keberadaan
dan perjuangan bangsa dan Negara Indonesia masih tetap berlanjut.
Tamparan kedua bagi Belanda adalah pada waktu terjadi serangan umum
terhadap Surakarta antara tanggal 7 hingga 10 Agustus 1949, empat hari
menjelang dihentikannya tembak menembak oleh pihak Belanda dan
Indonesia yang menghasilkan didudukinya sebagian dari kota Surakarta oleh
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Aksi polisional II merupakan kegagalan Belanda untuk memaksa rakyat
dan pemerintah Republik Indonesia bertekuk lutut serta menerima kembali
kedaulatan dan kekuasaannya di Indonesia. Akhirnya Belanda harus mengakui
kedaulatan dan kekuasaan (rakyat dan) pemerintah Republik Indonesia
diseluruh bekas wilayah jajahannya di kepuluan Nusantara.
Pengakuan kedaulatan oleh Belanda tersebut secara rasmi dikukuhkan
dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 27 Desember 1949
di Den Haag negeri Belanda.

KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sejak memproklamasikan kemerdekaannya


bangsa indonesia sudah dihadapkan pada bermacam-macam bahaya bahkan beberapa kali
mengalami krisis berat. Namun bangsa Indonesia tetap mempertahankan hidupnya, karena
bangsa Indonesia memiliki kekuatan yang bersifat nasional yaitu Ketahanan Nasional.
Keuletan dan ketangguhan bangsa Indonesia yang berkembang secara dinamis telah mampu
mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa indonesia yang berdasarkan Pancasila
dab UUD 1945, ini berarti ketahan nasional bangsa Indonesia telah tumbuh dan meningkat
sesuai dengan perkembangan tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan serta
perkembanagn ilmu pengetahuan dan teknologi .

Makalah Pkn

SEJARAH PERKEMBANGAN
KETAHANAN NASIONAL INDONESIA

Di Susun Oleh :
Kelompok 2
Ptik 05
Vivi Mujianti
Awwaliyah Hakiman
Muh. Nur Ilman
Irfan
Awaluddin Dariatno

1129040169
1129040168
1129040167
1129040170
1129040171

Universitas Negeri Makassar


Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
Prodi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Anda mungkin juga menyukai