Anda di halaman 1dari 28

TUGAS PENYUNTINGAN 5 - 10

LATIHAN 5
MENYUNTING NASKAH BERITA

Amelinda Ruby Felicia


2125160339
4 Si S 1 / 2016

Perhatikan naskah berikut ini.

KETAHANAN PANGAN
BI Serahkan Dua Unit Mesin Pemanen Padi

Bank Indonesia (BI) memberikan dua mesin panen padi untuk meningkatkan ketahanan
pangan kepada kelompok petani di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Minggu (19/10/2014).

SRAGEN - Bank Indonesia (BI) melalui kantor perwakilan di daerah mendorong


pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dengan pendekatan klaster yang fokus
pada komoditas terkait ketahanan pangan.

Langkah tersebut dilakukan karena komoditas pangan menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi tekanan inflasi. Salah satu program yang dilakukan BI adalah membantu
kelompok tani di wilayah Solo dengan menyerahkan bantuan berupa dua mesin panen padi
terkombinasi atau combine harvester.

Pada kesempatan tersebut BI menyerahkan alat panen kepada kelompok tani. Di antaranya,
Tani Maju di Desa Ngarum, Kecamatan Ngrampal dan kelompok Tani Gemah Ripah Loh
Jinawi di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, keduanya berada di Kabupaten Sragen.

Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, mesin tersebut mampu melakukan tiga
pekerjaan sekaligus yakni memotong, mengumpulkan, dan merontokkan padi. "Dengan mesin
ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi salah satu permasalahan salah satunya
yaitu banyaknya bulir padi yang hilang saat panen dilakukan secara manual," ungkap Perry saat
pemberian dua alat mesin di desa ngarum, kecamatan Ngrampal, kabupaten Sragen, Jawa
Tengah, Minggu (19/10/2014).

Perry melanjutkan, mesin 'combine harvester', dapat meminimalisir bulir padi yang hilang saat
panen hingga 3-5%. Sementara dengan teknologi pemanenan yang tersedia sekarang
(pemotongan padi manual dan perontokan dengan mesin thresher), bulir padi yang hilang saat
panen masih relatif tinggi yakni sekitar 15-20%.

Dua mesin seharga Rp 240 juta per unit ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petani
sehingga mampu melakukan panen dengan lebih efektif dan efisien, dan akhirnya dapat
meningkatkan produktivitas hasil panen. Menurutnya, pendekatan klaster yang diterapkan BI

1
dalam pengembangan usaha komoditas pangan terbukti mampu membantu meningkatkan
produksi komoditas tersebut.

Bupati Kabupaten Sragen, Agus Fatchurrahman menambahkan, pemilihan untuk


pengembangan klaster di dua lokasi di Sragen ini dikarenakan sawah di sana sangat luas dan
tidak terkontaminasi oleh konversi jadi daerah perumahan. Selain itu, para petani di desa
Ngrampal dan Masaran menurut Agus kompak dan sangat antusias terhadap teknologi baru.

"Saya berharap, semoga stimulus yang diberikan oleh keluarga BI dapat bermanfaat dan
dapat mendorong kelompok petani lainnya untuk bisa lebih beradaptasi dengan
teknologi baru," ungkapnya.

Dia juga mengungkap, semoga klaster usaha padi di Sragen dapat menjadi klaster yang
produktif, berkualitas, maju, berdaya saing, dan berkesinambungan. Serta mampu
berkontribusi dalam pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi di daerah.

"Tahun ini dengan keberhasilan klaster, kita lakukan fokus pada lima komoditas seperti cabe
merah, bawang merah, beras, daging, serta peternakan (ayam dan telor) dan itu serentak
dilakukan di seluruh kantor perwakilan di Indonesia. Dan produksi juga serentak meningkat,"
tukasnya.

Kepala Perwakilan BI Solo Ismet Inono menambahkan, pihaknya berharap agar lahan yang
sudah sebagai desain dan penyangga ini jangan cepat berubah. "Sehingga masyarakat dapat
memanfaatkan lahan ini dan mengurangi ketergantungan," tandasnya. kunthi fahmar sandy

Petunjuk Pengerjaan Latihan:


1. Bacalah teks di atas, kemudian suntinglah dengan dengan memperhatikan:
a. Judul berita
b. Tanggal berita
c. Inti berita (5W + H : what = ‘apa’, when = ‘kapan’, who = ‘siapa’, why = ‘mengapa’,
where = ‘di mana’, dan how = ‘bagaimana’)
2. Penyuntingan tidak hanya berkaitan dengan masalah-masalah di atas. Jika Anda menemukan
kesalahan lain, silakan perbaiki kesalahan tersebut.
3. Anda diperbolehkan menyunting secara manual atau langsung dengan menggunakan
komputer.
4. Untuk meningkatkan kemahiran menyunting berita tidaklah cukup hanya mengerjakan latihan
ini. Oleh karena itu, carilah teks berita lain, dan suntinglah teks tersebut.

2
LATIHAN 6
MENYUNTING NASKAH OPINI

AMELINDA RUBY FELICIA


2125160339
4 Si S 1 / 2016

Perhatikan naskah berikut ini.


Oleh A Fatih Syuhud

Natan Sharansky adalah disiden terkenal Yahudi Soviet yang dibebaskan setelah mendapatkan
hukuman penjara sembilan tahun. Terkadang dia dianggap sebagai inspirasi untuk kebijakan
perubahan rezim neokonservatif, khususnya mengenai pandangan terhadap rasionalisasi
neoimperialisme terbaru dalam mencegah terjadinya prinsip kedaulatan nasional atau tanpa
intervensi bersenjata dan tentang keefektivan aktual dalam menghasilkan perdamaian yang
stabil.

Argumen Sharanskyterdapatdalam bukunya yang berjudul The Case for Democracy: The
Power of Freedom to Overcome Tyranny and Terror yang ditulis bersama sahabatnya Ron
Dermer, yang diterbitkan oleh Public Affairs di New York tahun 2004. Dalam bukunya
dituliskan,“berdasarkan pada keyakinan bahwa apa pun rezim atau budayanya, seluruh umat
manusia pada dasarnya mencintai kebebasan dan akan memilihnya apabila diberi kesempatan,
sebagaimana yang terjadi pada Eropa Timur pada tahun 1989” Dia juga berpendapat bahwa
disiden di era moral hitam putih Uni Soviet membutuhkan kekuatan batin untuk melawan
kejahatan. Dalam membagi bangsa-bangsa ke dalam masyarakat yang bebas dan masyarakat
yang takut (fear society) dia menggambarkan pemerintahan pada kelompok kedua sebagai
perampas kebebasan hak milik, budaya, dan sejarah rakyatnya. Ketika teror internal tidak lagi
ada, pemerintah semacam itu akan menciptakan lawan eksternal, baik riil atau hanya
persepsiguna memelihara dukungan populer. Dalam menghadapi ancaman eksternal, rakyat
akan secara sukarela tunduk pada segala bentuk deprivasi dan ongkos yang mesti diemban:
negara sebebas Amerika sekalipun telah mentoleransi perampasan hak kebebasan sipil pasca
kejadian 11/9.

Mekanisme demokrasi menciptakan pemimpin bertanggung jawab yang tidak dapat terpilih
kembali apabila mereka mengadopsi kebijakan agresif tanpa dukungan dari publik. Dengan
demikian, demokrasi lebih enggan melakukan perang sekalipun apabila kepentingan
nasionalnya sendiri memaksa melakukannya. Sharansky menyimpulkan bahwa karena
sistem demokrasi bertindak sebagai rem pada individu agresif, maka hanya demokrasi yang
dapat menjadi basis menuju perdamaian murni dalam bentuk apa pun.

Tesisnya ini didukung oleh kajian empiris yang menunjukkan bahwa masyarakat demokratis
tidak akan berperang satu sama lain. Semuanya tergantung pada bagaimana demokrasi itu
didefinisikan, dan dengan merasuknya demokrasi ke dalam berbagai budaya yang berbeda,

3
banyak hal yang perlu direkonsiliasikan. Ada dua hal berbeda yang cukup penting antara
agenda Sharansky dan agenda yang dianut AS di Irak. Untuk “melunakkan” negara yang
berpotensi ancaman, dia mendukung sanksi dan tekanan diplomatik yang dikaitkan dengan
HAM, bukan intervensi militer langsung. Kedua, dia tidak sepakat dengan pengadaan pemilu
di negara yang baru “dibebaskan”. Sebaliknya, dia lebih memilih periode interim selama tiga
sampai empat tahun untuk membangun institusi sipil, dan sistem kebebasan baru. Karena
tesisnya ini berkaitan dengan masyarakat yang telah terbebas, maka teori ini tentunya tidak
berlaku untuk kasus Irak saat ini.

Berbeda dengan kalangan realis, Sharansky menekankan perlunya moralitas dalam hubungan
internasional. Akan tetapi pemahamannya atas moralitas berbeda dengan kalangan liberal
Amerika dan Eropa yang kritiknya atas Reagan dan Bush dia anggap sebagai pembasmian
moral yang berdasar pada kurangnya analisis atas karakter sebenarnya dari totalitarianisme.

Kebebasan bukanlah ketakutan, tapi tatanan. Kebebasan harus dijaga dari pembusukan
kebebasan mutlak dan kekacauan. Sebagaimana tatanan dari sikap opresif dan kejam. Akan
tetapi kebutuhan sosial atas tatanan sama validnya dengan butuhnya individual atas
kebebasan.

Kondisi tak stabil dapat membuka jalan ketertiban melalui rezim totalitarian, otoritarian,
atau despot. Hal ini pada gilirannya akan mengecewakan dan mengaktifkan kemauan
untuk bebas. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara
kebebasan dan ketertiban, khusus untuk dunia ketiga, bagi pembangunan ekonomi.

Sharansky membuat dikotomi terlalu tajam antara demokrasi dan tirani, karena sejumlah rezim
non-demokratik ada juga yang menghormati HAM.

Sebagai contoh, bangsa Tibet pada prakemerdekaan 1949, tidak dapat memenuhi separuh dari
empat poin tes kebebasan Sharansky. Pertama, rakyat tidak dapat berbicara terus terang apabila
itu bertujuan untuk mengeritik Dalai Lama. Kedua, mereka tidak dapat mempublikasikan
(menyiarkan) opini yang menentang. Tetapi, pada poin ketiga dan keempat mereka berhasil
memenuhinya, yaitu pada poin ketiga mereka bebas mengamalkan agama dan kepercayaan
dan keempat, bebas mempelajari sejarah dan budaya mereka.

Begitu juga Menteri Senior Singapura Lee Kuan Yew yang dikritik tajam karena mengekang
kebebasan berpolitik. Namun,berhasil gemilang dalam mengantar penduduk negara-kota
tersebut menjadi terdidik, terintegrasi, makmur, dan tenang. Memang, humanisme modern
dengan fondasi HAM mendapat tempat ekspresi terbaiknya pada sistem demokrasi. Akan tetapi
paradigma HAM yang terdapat dalam Universal Declaration sendiri agak kontroversial
mengingat konsepsi dasarnya diambil dari nilai-nilai Yudeo – Kristen yang dipandang oleh
sebagian kalangan, berbau kental nuansa kultur dan sosial barat, bukan murni bernilai universal.

4
Kehendak untuk tidak ditindas dan dikekang, serta keinginan untuk “bebas dari” rasa takut,
jelas bernilai universal. Tetapi, kebebasan dalam sistem demokrasi termasuk di dalamnya, di
antaranya “bebas untuk” tak jarang bertentangan dengan budaya lokal serta dapat dianggap
sebagai ancaman pada kultur dan tatanan sosial yang ada.

Dengan demikian, proyek demokratisasi tampaknya menjadi tantangan pada esensi pluralisme
umat manusia, kecuali dibuat pemisahan yang jelas antara sistem politik dan kultur yang cukup
problematik. Dalam dunia kontemporer, demokrasi sedang mendapat tempat sebagai bentuk
pemerintahan ideal. Apabila ia terbukti fleksibel untuk beradaptasi dan kultur setempat dapat
menerima separonya saja, maksa aplikasinya dapat terus meningkat.

Apabila lebih banyak lagi negara yang terdemokratisasi tanpa serangan pada kedaulatan
mereka, tidak seperti dalam kasus Irak, maka skenario terciptanya kesepakatan internasional
semakin dimungkinkan. Ini bukan jaminan 100 persen menuju perdamaian, tetapi jelas dapat
mengurangi potensi konflik.***

Suara Karya Selasa, 11 April 2006

Petunjuk Pengerjaan Latihan:


1. Bacalah teks opini di atas, kemudian suntinglah dengan dengan memperhatikan:
a. orisinalitas pendapat, gagasan atau pikiran penulis
b. rasionalitas dan objektivitas fakta yang digunakan penulis
c. argumentasi dan fakta yang digunakan penulis

2. Penyuntingan tidak hanya berkaitan dengan masalah-masalah di atas. Jika Anda menemukan
kesalahan lain, silakan perbaiki kesalahan tersebut.

3. Anda diperbolehkan menyunting secara manual atau langsung dengan menggunakan


komputer.
4. Teks-teks yang ada di media massa tidak hanya berita dan opini, tetapi masih banyak jenis teks
lainnya, seperti feature, tajuk rencana, laporan, wawancara, dan obituari. Carilah teks-teks
tersebut, kemudian suntinglah teks-teks tersebut agar kemahiran Anda dalam menyunting teks-
teks di media massa semakin baik.

5
LATIHAN 7
MENYUNTING KARANGAN ILMIAH

Amelinda Ruby Felicia


2125160339
4 SI S/1 2016

Perhatikan naskah berikut ini!

PENINGKATAKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU


MELALUI PENGEMBANGAN DIGITAL PUBLIHSING

ABSTRAK

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,


Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah
Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, guru adalah pendidik profesional yang wajib memiliki: (i)
kualifikasi akademik minimum S1/D-IV; (ii) kompetensi sebagai agen pembelajaran yaitu
kompetesi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional; dan (iii) sertifikat pendidik. Oleh
karena itu, Guru harus terus ditingkatkan kompetensinya. Pengembangan yang dilakukan
meliputi berbagai macam pengembangan teknologi yang digunakan sebagai alat untuk
mendukung terselenggaranya pembelajaran. Teknologi yang dimaksud terdiri atas teknologi
cetak, audiovisual, teknologi berbasis komputer, dan teknologi terpadu. Teknologi cetak adalah
cara-cara untuk memproduksi dan menyampaikan materi pembelajaran seperti buku dan materi-
materi visual melalui proses pencetakan fotografi atau mesin cetak. Teknnologi multimedia
merupakan teknologi yang menggunakan bantuan alat, media, dan elektronika untuk
mengantarkan pesan untuk mencapai tujuannya. Digital Publishing merupakan sebuah media
komunikasi yang dapat dibuat oleh guru untuk membuat isi materi pembelajaran menjadi lebih
menarik. Digital Publishing akan memudahkan guru dan peserta didik untuk melakukan proses
pembelajaran. Digital Publishing dapat dikemas dalam bentuk cd, web based learning, film,
audio, dan lain-lain. Digital Publishing merupakan pembelajaran e-learning. Pembelajaran e-
Learning adalah pembelajaran melalui jasa elektronik. E-Learning menjadi salah satu alternatif
pembelajaran karena keunggulan untuk memudahkan peserta didik.Kompetensi pedagogik
dapat dibagi ke dalam lima kategori, yakni: (1) Menggunakan dan mengembangkan
pengetahuan dan nilai-nilai profesional; (2) Berkomunikasi, berinteraksi, dan bekerja dengan
siswa dan pihak lain; (3) Merencanakan dan mengelola proses pembelajaran; (4) Memantau
dan mengukur kemajuan siswa dan hasil belajar; dan (5) Merefleksikan, mengevaluasi, dan
merencanakan peningkatan yang berkesinambungan.

Kata Kunci: Kompetensi Guru, Kompetensi Pedagogik, Teknologi Audio Visual

A. PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia diatur melalui sistem pendidikan nasional
yang ditetapkan oleh Pemerintah melalui Kementerian pendidikan nasional sebagai
perwujudan Pasal 31 UUD 1945. Pendidikan nasional tidak hanya fokus pada pendidikan
formal. Namun juga pada pendidikan nonformal dan informal. Sumber daya manusia yang
diharapkan sebagaimana yang menjadi tujuan pendidikan nasional dalam Pasal 3 UU
Sisdiknas tahun 2003 yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekeria keras, tangguh,
bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil, serta sehat jasmani dan rohani. Di samping
itu melalui pendidikan nasional juga manusia tersebut mampu menumbuhkan dan
memperdalam rasa cinta tanah air, mempertebal rasa kebangsaan, dan kesetiakawanan
sosial. Pemerintah Indonesia menganggap sektor pendidikan sangat penting dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa secara menyeluruh dan merata. Menurut Data Badan Pusat
Statistik (BPS) RI sampai dengan tahun 2009 tercatat angka partisipasi sekolah pada tingkat

6
SD/MI (7-12 tahun) sebesar 97,95%; tingkat SMP/MTs (13-15 tahun) sebesar 85,47%;
tingkat SMA/MA/SMK (16-18 tahun) sebesar 55,16%; dan tingkat perguruan tinggi (19-24
tahun) sebesar 12,72%. Angka-angka tersebut mengindikasikan bahwa hingga akhir 2009
masih terdapat anak tidak bersekolah pada usia wajib belajar yaitu 2,05% anak SD/MI yang
tidak bersekolah atau putus sekolah, dan 14,53% anak SMP/MTs tidak bersekolah.
Efektivitas pembelajaran ditentukan oleh perencanaan yang dibuat guru. Perencanaan
pembelajaran tidak hanya sekedar untuk melengkapi kebutuhan administrasi dan
kurikulum, tetapi harus melibatkan komponen-komponen desain instruksional meliputi:
tujuan instruksional yang diawali dengan analisis instruksional, analisis siswa dan kontek,
merumuskan sasaran kinerja, pengembangan instrumen penilaian, mengembangkan strategi
pembelajaran, mengembangkan dan memilih materi, dan mengembangkan serta melakukan
evaluasi formatif dan sumatif (Dick and Carey, 200f).
Pada tahun 2008, pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
mengeluarkan aturan tentang perbukuan. Hal tersebut tercantum dalam Permendiknas RI
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Buku dan Permendiknas RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Harga Eceran Tertinggi (HET) buku teks pelajaran yang hak ciptanya dibeli oleh
Kementrian Pendidikan Nasional. Buku yang dibeli hak ciptanya ini bisa tersedia di Internet
dan bebas diunduh atau pun dicetak. Buku ini disebut Buku Sekolah Elektronik (BSE).
Konsep Buku sekolah Elektronik disebut sebagai Digital Publishing. Digital Publishing
akan memberikan kemudahan baik untuk penulis maupun pembacanya. Segala bentuk
informasi atau pembelajaran yang akan di transfer kepada siswa harus dikemas dalam
bentuk yang menarik, murah, dan terjangkau. Buku merupakan bahan ajar yang utama dan
aktual. Seorang pendidik dan tenaga kependidikan sangat membutuhkan buku yang
dijadikan sebagai mengajar.
Pengembangan bahan ajar yang dilakukan guru selama ini baru dalam batas pengadaan
bahan cetak berupa hand out dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Bahan cetak lain seperti buku
dan modul masih sangat terbatas dihasilkan apalagi kalau bahan ajar berupa audio, visual,
dan multi media. Pembelajaran yang hanya mengandalkan handout dan LKS memang dapat
memberikan ringkasan pelajaran yang bisa disampaikan dalam waktu singkat dan dapat
dipahami lebih cepat.

B. METODE KEGIATAN
1. Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru melalui Pengembangan Digital
Publishing
Guru merupakan komponen kunci untuk menghasilkan kualitas peserta didik yang
baik, oleh karena itu, Guru harus terus menerus meningkatkan kompetensinya.
Kompetensi yang harus dikuasai adalah kompetensi pedagogic, profesional, kepribadian
dan social. Pembahasan pada paper ini mengenai kompetensi pedagogik. Salah satu
komponen dalam kompetensi pedagogik guru yaitu pengembangan bahan ajar dan
kemampun menggunakan ICT. Berkaitan dengan pengembangan bahan ajar, maka

7
bahan ajar yang dapat dikembangkan dapat berupa Digital Publishing. Publishing atau
dikenal sebagai penerbitan dalam bahasa Indonesia merupakan proses atau cara
mencetak atau menerbitkan sebuah tulisan baik itu buku maupun majalah. Yang
dimaksud dengan Digital Publishing adalah percetakan yang dilakukan secara digital
yang bisa diakses melalui internet atau media elektronik lainnya. Penggunaan Digital
Publishing dinilai sangat menguntungkan karena dapat menekan biaya serta dalam
pendistribusiannya lebih mudah dibandingkan materi cetak. Selain itu, Digital
Publishing sangat mudah dikembangkan, siapapun dapat menggunakannya dan bahkan
membuatnya.

Saat ini sudah banyak Digital Publishing yang beredar untuk pembelajaran.
Pembelajaran menggunakan Digital Publishing dinilai memenuhi pendekatan
Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Bisaanya Digital
Publishing yang sudah banyak yang beredar adalah pembelajaran untuk anak usia dini.
Sesuai dengan kompetensi pedagogic bahwa guru harus mampu mengembangkan
kurikulum serta memanfaatkan ICT dalam pembelajaran, maka pengembangan media
pembelajaran dan penggunaan Digital Publishing menjadi salah satu cara bagi guru
dalam mengembangkan kompetensi pedagogiknya.
Penggunaan Digital Publishing dapat dikembangkan yaitu dengan cara pembisaaan
untuk membaca dan menulis lewat media elektronik, penggunaan ICT dalam
pembelajaran baik ketika proses pembelajaran maupun dalam memberikan tugas dan
evaluasi kepada peserta didik.

2. Pembisaaan Membaca dan Menulis lewat Media Elektronik


Pada era sekarang yang serba digital ini, kita dapat mendapatkan informasi melalui
media elektronik. Media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik sebagai
media dalam menyampaikan informasi. Media elektronik dapat berupa television, CD
dan alat elektronik lainnya dapat menjadi salah satu sarana bagi guru dalam
mengembangkan kompetensi pedagogiknya. Selama ini guru hanya mengembangkan
kompetensi pedagogiknya melalui membaca buku, journal atau modul. Cara tersebut
dinilai tidak cukup dapat meningkatkan kompetensi guru. Melalui media elektronik, guru
dapat tercerahkan mengenai hal-hal yang terjadi di dunia lain yang akan menambah
pengetahuan dan meningkatkan kompetensi pedagogic. Hal ini memang masih tergolong
baru, terutama bagi guru-guru di daerah yang masih kesulitan aliran listrik hal ini akan
sulit sekali. Tetapi hal ini sangat penting karena melalui media elektronik segala
informasi dan pengetahuan dapat diakses secara cepat, efektif dan efisien. Pembisaaan
harus mulai dilakukan oleh guru dalam mendapatkan pengetahuan melalui media
elektronik, sehingga guru dapat meningkatkan kompetensi pedagogiknya dan dapat
memberikan pengetahuan kepada peserta didik sesuai dengan perkembangan zaman.
Pembisaaan menulis melalui media elektronik dapat dilakukan dengan cara menulis
di blog atau media social lainnya. Tema penulisan dapat berupa ide, gagasan atau bahkan
pengalaman terkait dengan pembelajaran. Guru juga dapat men-sharing metode

8
pembelajaran yang dinilai efektif dan efisien. Melalui sharing Digital Publishing, guru
dapat juga mendapatkan pengetahuan dari guru lain atau praktisi lain terkait dengan
metode atau pendekatan pembelajaran.

3. Menggunakan ICT dan Digital Publishing dalam Pembelajaran


Penggunaan ICT dalam proses belajar dan pembelajaranmerupakan salah satu media
yang dapat digurnakan oleh guru. Penggunaan Digital Publishing merupakan salah satu
pemanfaatan ICT dalam pembelajaran. Digital Publishing bisa berupa materi yang telah
disiapkan oleh guru dan didistribusikan kepada peserta didik sebagai bahan ajar. Selain
itu penggunaan Digital Publishing dapat juga digunakan dalam memberikan tugas atau
evaluasi kepada peserta didik. Keuntungan dalam penggunaan Digital Publishing ini
adalah hemat biaya, siswa dapat membuat tugasnya di rumah dan segera
mengirimkannya kepada gurunya melalui surel, system pengarsipan jelas karena
dokumen tersimpan dalam surel, selain itu mengurangi biaya penggunaan kertas dan
sebagainya.
Pembelajaran menggunakan Digital Publishing juga dapat dilakukan di dalam
laboratorium computer dimana guru bisa mendistribusikan bahan ajarnya melalui
software atau program interaktif, kemudian peserta didik dapat menggunakan program
interaktif tersebut dalam mempelajari materi pelajaran. Mata pelajaran dengan
menggunakan program interaktif ini dapat dilakukan guru untuk mata pelajaran.
Keuntungan dengan menggunakan metode ini, siswa akan menjadi lebih termotivasi
dalam belajar karena proses pembelajaran inovatif dan menyenangkan.
Penggunaan ICT dalam pembelajaran menjadi sangat penting dewasa ini. Dengan
berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, penggunaan ICT menjadi
kewajiban dalam pembelajaran. Kenapa hal tersebut menjadi penting adalah karena
melalui ICT kita dapat mengetahui apa yang terjadi di dunia sebelah lain hanya dengan
itungan detik. Melalui ICT kita dapat mengetahui hasil penelitian dan kajian yang
terbaru yang bias menjadi referensi kita dalam mengajar.
Penggunaan ICT untuk kepentingan pembelajaran juga perlu kita perkenalkan kepada
siswa. Melalui ICT, siswa dapat memperoleh referensi terkait dengan tugasnya atau
dalam mencari bahan tambahan sebagai bahan belajar.
Pembisaan menggunakan ICT dalam pembelajaran akan memiliki dampak positif
kepada peserta didik, antara lain dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
memanfaatkan ICT dalam pembelajaran, siswa menjadi lebih termotivasi dalam belajar
karena pembelajaran begitu menyenangkan. Selain itu, siswa juga diajar dapat mencari
informasi atau pengetahuan melalui ICT untuk kepentingan pembelajaran.

4. Memiliki Blog dan Penerbitan online

Dewasa ini sudah banyak guru yang memiliki blog pribadi. Blog ini merupakan
tempat dimana guru dapat menuangkan segala apa yang ada di dalam benaknya kedalam
sebuah tulisan. Berbagai macam blog dapat kita cari di dunia maya ini, dan banyak dari

9
blog ini yang memberikan kita inspirasi dan pencerahan dalam mengajar. Blog juga
digunakan dalam men-sharing permasalahan dan pengalaman yang kita dapatkan di
sekolah. Hal ini sangat penting, karena ketika terdapat guru lain yang memiliki
permasalahan yang sama dengan kita, maka ia dapat menggunakan pengalaman kita
dalam memecahkan masalahnya.
Blog dapat juga dikatakan sebagai buku harian seorang pendidik. Di dalam blog kita
bias mengarsipkan segala macam bahan ajar dan media pembelajaran yang kita gunakan
di dalam kelas. Keunggulan dari blog adalah kita dapat mengatur sedemikian rupa
terhadap blog kita. Tidak ada aturan tertulis bagaimana kita membuat blog. Tetapi
sebagai seorang pendidik, kita bias menggunakan blog sebagai salah satu ajang
pengembangan profesional diri.
Sebagai guru yang profesional, guru harus mampu membuat tulisan terkait dengan
pendidikan ataupun mata pelajaran yang diampunya. Selain itu, guru dapat menuangkan
ide, gagasan atau bahkan pengalaman dalam sebuah tulisan. Oleh karena itu, melalui
blog dan penerbitan on-line, hal tersebut menjadi tidak mustahil. Guru dapat memiliki
blog pribadi dimana dalam blog tersebut guru dapat menuangkan seluruh ide, gagasan
dan pengalamannya menjadi seorang pendidik, sehingga guru yang lain atau bahwa
pendidik yang lain dapat membaca ide dan gagasannya.
Melalui penulisan di blog, guru menjadi terbisaa menuangkan ide dan gagasannya
serta penggunaan blog dapat membantu guru dalam mengarsipkan hal-hal yang telah ia
tuangkan dalam bentuk tulisan. Penulisan di dalam blog bisa bermacam-macam, bisa
dalam bentuk artikel, bacaan, makalah, dan sebagainya. Melalui blog juga guru dapat
men-sharing pengalaman terkait dengan pembelajaran, kiat-kita dalam pembelajaran,
bahan ajar, media pembelajaran dan sebagainya. Penerbitan on-line juga dapat dilakukan
oleh seorang guru. Melalui penerbitan on-line ini guru dapat menerbitkan tulisannya
kepada guru lain.

C. KESIMPULAN
Setiap guru harus melakukan perubahan untuk meningkatkan kualitasnya, oleh karena
itu segala usaha harus dilakukannya. Peningkatan komptenesi pedagogic merupakan salah
satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru. Adapun yang termasuk ke dalam
kompetensi pedagogic antara lain: (1) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,
moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual; (2) menguasai teori belajar dan prinsip-
prinsip pembelajaran yang mendidik; (3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan
mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu; (4) menyelenggarakan pembelajaran
yang mendidik; (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran; (6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; (7) berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan peserta didik.
Sejalan dengan perkembangan zaman, maka guru harus ikut berkembang dalam
memenuhi tantangan era globalisasi ini. Oleh karena itu, guru perlu ditingkatkan

10
kompetensi pedagogiknya melalui penggunaan media-medai pembelajaran yang aktif,
kreatif dan inovatif. Pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran dianggap penting dalam era globalisasi ini. Pembelajaran berbasis ICT
merupakan pembelajaran yang selalu dikampanyekan sesuai dengan pengembangan ICT.
pembelajarPengembangan Digital Publishing menjadi salah satu alternative bagi guru
dalam mengembangankan kompetensinya. Selan itu, pengembangkan Digital Publishing
juga dapat menjadi sarana komunikasi dan informasi kepada peserta didik.
Digital Publishing ini dianggap sebagai salah satu media yang dapat membantu guru
dalam proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisein. Pembelajaran melalui Digital
Publishing ini diharapkan dapat meningatkan kompetensi pedagogic guru sekaligus juga
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

A Competency Framework for Effective Teaching. Murdoch University. Retrieved from


www.murdoch.edu.au/planning/docs/acfet/index.html
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan. Teori dan Praktek. Rineka Cipta.
Armstrong, M., (1990). Manajemen Sumber Daya Manusia. Seri Pedoman Manajemen. Cikmat Sofyan,
Alih Bahasa. Jakarta: Elex Media Komputindo, Gramedia
Biro Pusat Statistik (2002). Statistik Indonesia. Statistical Year Book of Indonesia. Jakarta: Biro Pusat
Statistik.
Buku Sekolah Elektronik. Retrieved from http://.bse.depdiknas.go.id
Departemen Perdagangan (2007). Survey Industri Kreatif di Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Departemen
Perdagangan
Dick and Carey. (2005). The Systemstic Design of Instruction, Sixth Edition. New York, NY:Pearson.
Donnely. Ivancevich dan Gibson. (1993). Organisasi dan Manajemen. Perilaku Struktur Proses. Jakarta:
Erlangga.
Esterberg, Kristin. (2002). Qualitative Methods in social research. New York: Mc Grawhill
Gibson, et al, (1993). Organisasi dan Manajemen: Perilaku, Struktur. Proses. Penerjemah: Djoerban
Wahid. Jakarta: Erlangga.
Ngalim Purwanto. (2002). Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Martaniah, Mulyani. (November, 1964). ―Peranan Orang Tua dalam Perkembangan
Kepribadian. Yogyakarta‖ dLm Jiwa Baru 11/12 Th XII.
Muhibbin Syah. (2011). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan 15. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2008 tentang ―Perubahan Atas
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2008 tentang Harga Eceran
Tertinggi (HET)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan
Kompetensi Pendidik.
School Support Services Norther Territory Department of Education – Operation South. Retrieved
from www.interactivetaching/cs/index.html
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Undang-Undang Perpustakaan, yaitu
Undang-Undang No 43 Tahun 2007

Petunjuk Pengerjaan Latihan:


1. Bacalah teks opini di atas, kemudian suntinglah dengan dengan memperhatikan:
a) topik/masalah, penyuntingan judul

11
b) penyuntingan rangka karangan
c) penyuntingan data
d) pengorganisasian dan pengonsepan
e) pemeriksaan atau penyuntingan konsep
f) penyajian atau pengetikan
g) halaman judul
h) tabel/grafik/bagan/ilustrasi/gambar
i) isi dan penutup
j) daftar pustaka dan catatan kaki/akhir/tubuh
k) bahasa yang digunakan
2. Anda diperbolehkan menyunting secara manual atau langsung dengan menggunakan
komputer.
3. Untuk meningkatkan kemahiran menyunting karangan ilmiah, tidaklah cukup hanya
mengerjakan latihan ini. Oleh karena itu, carilah karangan lain, dan suntinglah teks tersebut.

12
LATIHAN 8
MENYUNTING KARANGAN FIKSI

Amelinda Ruby Felicia


2125160339
4 SiS 1/ 2016

Perhatikan naskah berikut ini.

Dari Balik Jendela Kamar Hotel


Karya: Ranu Bagus Saputro

Hotel yang ditempati oleh Sam bukanlah hotel bintang lima, dapat dikatakan hotel yang
ditempatinya adalah hotel berbintang satu. Itu terbukti dari kondisi hotel yang tidak begitu
terawat. Banyak kamar yang ditutup karena tidak layak pakai. Tetapi, karena kondisi kamar
mandinya masih bagus dan bersih, Sam akhirnya rela untuk menempati kamar nomor 9.
Walaupun memang kalau diperhatikan kondisi kamarnya sudah terlihat sangat lama dan tempat
tidurnya pun sudah sangat tua, dirasakannya saat Sam mencoba merebahkan tubuhnya di
tempat tidur, timbul bunyi “kriek-kriek”. Sam terpaksa menginap di hotel ini karena hanya
hotel ini satu-satunya yang berada di kota tempat dia harus meliput berita. Ya, pekerjaan
sebagai seorang wartawan dia tekuni sejak lulus dari kuliah.
Malam semakin larut, akan tetapi Sam belum tidur. Dia masih asyik dengan laptopnya
dan sesekali melihat hasil jepretannya di kamera. Saat Sam akan menutup laptopnya, ia
mendengar suara berisik dari luar Hotel. Sam pun segera menuju jendela untuk melihat apa
yang sedang terjadi. Terlihat ada dua orang sedang berdiri tepat di depan jendela kamar Sam.
Mereka kelihatannya sedang membicarakan masalah serius, terlihat dari raut mukanya yang
serius. Salah seorang di antara mereka bersandar pada tembok salah satu gudang yang berada
di depan jendela kamar Saang sam, satu berbadan gemuk dengan topi hitam di kepalanya dan
satunya lagi berbadan kerempeng dan berambut cepak. Orang yang berbadan gemuk itulah
yang bersandar di tembok gudang. Mereka tidak tahu kalau ada yang memperhatikan mereka,
yaitu Sam. Sam tetap pada posisinya. Tidak beranjak dari tempatnya semula karena dia curiga
dengan dua orang itu. Sam mengambil kameranya dan mulai mengambil gambar, mereka dari
balik jendela kamarnya.
Setelah setengah jam tidak terjadi apa-apa. Namun terlihat si gemuk menyalakan rok*k
dan mulai menyulutnya. Malam itu memang dingin, mungkin rok*k bisa menghangatkannya.
Mata Sam pun mulai terlihat mengantuk dan sesekali matanya terpejam. Setelah satu jam
berlalu, seseorang berkumis dengan badan atletis menghampiri mereka berdua. Terlihat orang
itu sangat galak, karena perlakuannya yang tiba-tiba menampar salah satu dari mereka. Orang
yang ditampar itu ternyata adalah si kerempeng. Setelah ditampar, dia berlalu pergi. Sam pun
dengan jeli memperhatikan apa yang akan terjadi dan setelah beberapa menit, tiba-tiba ada
sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan mereka. Terlihat yang mengemudikannya adalah si
kerempeng. Dia membuka pintu samping mobil dan menurunkan seorang laki-laki yang ditutup
matanya. Laki-laki itu tedengar berteriak-teriak tapi hal itu sia-sia karena mulutnya disumpal

13
dengan kain. Laki-laki itu berbadan gemuk dengan rambut yang pendek. Tiba-tiba saja laki-
laki yang berbadan atletis tadi langsung memukulnya. Sontak saja Sam kaget. Dia langsung
mengambil gambar dengan kameranya. Si ateltis pun semakin gila memukulnya. Memang
terlihat kasihan. Akan tetapi Sam enggan untuk keluar dan membantu laki-laki tadi. Karena
dipikirnya dia tidak tahu masalah apa yang terjadi di antara mereka. Sam lebih memilih
mengambil gambar dari balik jendela kamar.
Setelah selesai memukulinya, si atletis langsung menginstruksi para temannya yaitu si
gendut dan si kerempeng untuk membawa laki-laki yang ditutup matanya ke dalam gudang.
Hal tersebut membuat Sam kaget bukan kepalang adalah karena si kerempeng membawa pisau
di tangannya. Sam pun ingin sekali melihat apa yang terjadi. Akan tetapi ketakutannya seakan
mencegahnya. Apalagi dia adalah seorang pendatang. Dia lebih memilih tetap berada di balik
jendela kamar.
Setelah kira-kira setengah jam, si atletis keluar di susul dengan si kerempeng dan si
gendut. Akan tetapi laki-laki yang satunya tidak keluar. Sam tetap menunggunya. Dan setelah
beberapa saat dia pun keluar tapi penutup matanya telah di buka. Kemudian menyusul ketiga
orang yang telah menunggunya di mobil. Tiba-tiba dari sebelah kanan terlihat orang membawa
kamera dan mereka semua tertawa bersama. Ternyata mereka sedang membuat film. Dalam
hati Sam berkata “Sialan!!!”

Petunjuk Pengerjaan Latihan:


1. Bacalah teks opini di atas, kemudian suntinglah dengan dengan memperhatikan licentia
poetica.
2. Anda diperbolehkan menyunting secara manual atau langsung dengan menggunakan
komputer.
3. Cerita fiksi tidak hanya cerpen, tetapi ada bentuk-bentuk lainnya, seperti novel, pantun, dan
puisi. Carilah karangan lainnya, kemudian suntinglah karangan-karangan tersebut!

14
LATIHAN 9
MENYUNTING BUKU AJAR
Amelinda Ruby Felicia
2125160339
4 SiS 1/ 2016

Perhatikan naskah berikut ini.


BAB I
PENDAHULUAN

Standar kompetensi : Mampu memahami Pendidikan keaksaraan fungsional dan media yang
digunakan
Kompetensi dasar :
- Memahami pengertian pendidikan keaksaraan fungsional
- Memahami pengertian media pada pendidikan keaksaraan fungsional
- Memahami tujuan pendidikan keaksaraan fungsional
- Memahami tujuan penggunaan media pada keaksaraan fungsional

A. Pendidikan Keaksaraan

Secara praktis buta aksara didefenisikan sebagai :


1. Buta Aksara Latin dan Angka
2. Buta Bahasa Indonesia
3. Buta Pengetahuan Dasar
Dengan demikian Buta Aksara adalah: Penduduk yang tidak memiliki kemampuan
menulis dan membaca sebuah kalimat pendek dan berhitung sederhana dan belum
memfungsikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Penyebab Buta Aksara


1. Penduduk yang tidak pernah mendapat akses pendidikan sama sekali
2. Penduduk yang putus sekolah dasar / madrasah ibtidaiyah kelas I, II dan III
3. Penduduk yang semula sudah melek huruf yang menjadi buta aksara kembali

Tujuan dari Program Pemberantasan Buta Aksara


1. Meningkatkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung agar masyarakat
mampu meningkatkan mutu dan taraf hidupnya.
2. Dengan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan
berhitung memungkinkan mereka dapat memecahkan masalah dalam
kehidupannya sehari-hari
3. Menciptakan tenaga lokal yang potensial untuk mengelola sumber daya yang
ada dilingkungannya.
4. Dengan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan
berhitung merupakan dasar untuk terciptanya masyarakat gemar belajar dan

15
mampu menekan angka drop out dipendidikan persekolahan.

Prinsip Penyelenggaraan Program


1. Konteks Lokal
Mengacu pada konteks sosial dan kebutuhan khusus dari setiap warga belajar dan
masyarakat sekitarnya.
2. Desain Lokal
Dirancang dan dibuat berdasarkan kebutuhan, minat dan pengalaman warga belajar,
serta sesuai dengan potensi dan sumber daya setempat.
3. Proses Partisipatif
Strategi partisipatif adalah melibatkan semua pihak dalam perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program.
4. Fungsionalisasi Hasil Belajar
Warga belajar dapat memanfaatkan kemampuan dan keterampilan
keaksaraannya dalam kehidupan sehari-hari
Program pendidikan keaksaraan fungsional merupakan bentuk pelayanan pendidikan
luar sekolah yang bertujuan untuk membelajarkan warga masyarakat penyandang buta
aksara agar memiliki kemampuan menulis, membaca, berhitung dan menganalisis yang
berorientasi pada kehidupaan sehari-hari dengan memanfaatkan potensi yang ada di
lingkungan sekitarnya, sehingga peserta didik dan masyarakat dapat meningkatkan mutu
dan taraf hidupnya.

Prinsip Pembelajaran keaksaraan fungsional


1. Aktivitas pembelajaran digali berdasarkan pengalaman, harapan, minat dan
kebutuhan warga belajar.
2. Orientasi pembelajaran berhubungan erat dengan situasi kehidupannya, bukan pada
mata pelajaran.
3. Tutor berperan dalam meningkatkan proses saling memberi dan menerima, bukan
pada mata pelajaran.
4. Perbedaan individu warga belajar akan mempengaruhi pola pembelajaran . Oleh
karena itu, perlu saling menghargai adanya perbedaan tersebut

Metodologi Pembelajaran Keaksaraan


1. Metode PBB ( Pendekatan Pengalaman Berbahasa)
2. Metode SAS ( Struktur, Analisis, Sintesis)
3. Metode Kata Kunci
4. Metode Suku Kata
5. Metode Abjad
6. Metode Transliterasi
7. Metode Iqra

16
Dalam menjalankan tugas, tutor keaksaraan dapat berfungsi sebagai:
1. Profesi Tutor sebagai profesi ibadah, maknanya bahwa mengajar yang diniatkan
sebagai persembahan kepada Allah, maka yang terbersit di benak seorang Tutor
hanyalah kerendahan hati, menghargai perbedaan pembelajar sebagai potensi, dan
hasrat mengagumkan (passion) untuk memberi yang terbaik
2. Pengajar dengan hati, maknanya membimbing dengan nurani yakni mengarahkan
peserta didik ke jalan yang positif dengan cara konstruktif dan arif tanpa membuat
mereka merasa digurui.
3. Mendidik dengan ikhlas memiliki makna, bahwa sebagai tutor kita harus sadar bahwa
yang kita latihkan bukan hanya semata kemampuan intelek, dan keterampilan vocasi
saja, tetapi juga nilai-moral yang menyangkut: kesederhanaan, kerja keras, disiplin,
tanggung jawab, integritas, sabar, tolerans, kepercayaan diri dan kepedulian.
Mencakup Hard dan Soft Skill.
4. Penginsprirasi Kebenaran .Katakanlah kebenaran itu sekalipun pahit. Sebab
sesungguhnya tidak ada kepahitan hidup yang tidak menyisakan pesan, bila kita mau
membuka hati.

B. Media Pendidikan
Kegiatan belajar mengajar yang terjadi baik di dalam kelas maupun di luar kelas pada
hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi atau proses penyampaian pesan dari tutor
kepada peserta didik. Wujud pesan yang disampaikan berupa bahasa lisan maupun tulisan
atau isyarat, simbol, gambar dan lain-lain (Amir Achsan,1986:6).
Dalam proses belajar mengajar yang menjadi perhatian utama adalah terwujudnya
belajar peserta didik, olehnya itu diperlukan serangkaian kegiatan yang sistimatis sebagai
penunjang kegiatan pembelajaran termasuk di dalamnya menggunakan media
pembelajaran yaitu media tiga dimensi dalam proses pembelajaran.
Media merupakan suatu sarana pendidikan yang sangat membantu pelaksanaan proses
belajar mengajar terutama dalam hal penggunaan indra penglihatan dan indra pendengaran
karena dapat merangsang peserta didik dan tutor untuk menciptakan situasi proses
pembelajaran serta dapat lebih memotivasi minat belajar peserta didik dengan baik
sehingga memiliki ketertarikan dalam mengikuti proses pembelajaran apabila media
dipakai dengan tepat.
Media pengajaran dapat membantu tutor dalam menciptakan berbagai situasi kelas,
menentukan metode pengajaran yang dipakai dalam situasi yang berlainan dan
menciptakan emosional yang sehat diantara murid-muridnya. Bahan pelajaran ini
selanjutnya membantu tutor membawa dunia ke dalam kelas. Dengan demikian ide yang
abstrak dan asing sifatnya menjadi lebih konkrit dan mudah dimengerti oleh peserta didik.
Bila dalam proses pembelajaran tutor dapat menggunakan media dengan tepat maka
peserta didik akan melibatkan diri dalam pelajarannya ada kemungkinan mereka akan
bertambah baik dan maju.

17
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pengajaran. Khususnya
media tiga dimensi sangat diperlukan oleh tutor sebagai alat bantu untuk memperjelas
semua pembelajaran yang terkait dalam proses belajar mengajar yang terjadi di kelas. Tutor
yang profesional haruslah mampu memilih media pengajaran yang tentunya disesuaikan
dengan usia peserta didik yang hendak diajar serta materi pelajaran itu sendiri. Dengan
demikian media tiga dimensi adalah segala wujud benda yang berbentuk dan mirip benda
aslinya serta mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tinggi serta ketebalan yang bukan
media datar.
Hasil belajar adalah merupakan salah satu bentuk penilaian dalam pelaksanaan
kurikulumnya, Bahar (dalam Syamsi, 2010, penggunaan media audio interaktif)
menggambarkan hasil belajar peserta didik dan daya capai kurikulum tiap akhir semester,
bahwa ada dua hal yang sangat penting untuk dijadikan sasaran evaluasi dalam pelaksanaan
kurikulum yaitu: hasil belajar peserta didik tiap semester dan daya capai kurikulum pada
tiap sekolah. Data hasil belajar peserta didik sangat diperlukan oleh tutor untuk mengetahui
keberhasilan dan keterbatasan belajar peserta didik di kelas yang menjadi tanggung
jawabnya.
Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman dari beberapa pakar bahwa pelaksanaan
proses belajar mengajar tanpa menggunakan media pembelajaran pada mata pelajaran
tertentu menyebabkan hasil belajar peserta didik yang diharapkan menjadi tidak
memuaskan. Mungkin telah menjadi era pengembangan teknologi dalam setiap kegiatan
pembelajaran, dimana kebutuhan pembelajaran akan semakin bertambah seiring dengan
kemampuan pemenuhan akan kebutuhan tersebut.
Sebagai upaya yang dapat dihasilkan oleh tutor untuk dapat mengatasi permasalahan di
atas adalah melakukan kegiatan proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta
didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik, salah satu kegiatan proses belajar
mengajar yang menyenangkan adalah tutor mampu menggunakan media tiga dimensi.
Menurut Willem (1989) dalam bukunya “Menjadi guru yang Profesional” mengatakan
bahwa mengajar adalah membimbing kegiatan belajar peserta didik agar ia mau belajar,
lebih lanjut Jhonson dan Rossin (dalam Syamsi, 2010, penggunaan media audio interaktif)
menyatakan bahwa orang dapat mengingat 20% dari yang didengarnya, 50% dari yang
dilihatnya, dan 70% dari yang diperbuatnya.
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
belajar dengan berbuat akan lebih mempercepat dan lebih bermakna daripada belajar dengan
mendengar saja. Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan
topik perangkat-perangkat yang digunakan dalam teknologi informasi dan komunikasi yang
berkaitan dengan penggunaan media tiga dimensi, maka motivasi dan hasil belajar peserta
didik dapat lebih meningkat.

C. Media Pendidikan Keaksaraan


Pencapaian tujuan pengajaraan sangat ditentukan bukan saja penguasaan materi tetapi
juga seorang pengajar harus memiliki sejumlah keterampilan dasar dalam mengajar.

18
Salah satu keterampilan dalam mengajar adalah dengan membuat atau menggunakan
media pembelajaran.
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Dalam
proses komunikasi ini dapat disampaikan atau ditularkan apa yang dimiliki pengajar ke
warga belajarnya dengan tujuan agar pengetahuan yang dimilikinya dapat juga dimiliki
oleh peserta didiknya.
Proses komunikasi merupakan pernyataan kebutuhan bagi kehidupan pendidik dalam
menjalankan tugasnya sehari-hari, seperti kebutuhan dalam kehidupan masyarakat.
Proses komunikasi tidak selalu berjalan dengan lancar, tetapi bahkan proses komunikasi
dapat menimbulkan kebingungan, salah pengertian ataupun salah konsep. Kesalahan
komunikasi bagi seorang pendidik akan dirasakan oleh peserta didik sebagai penyesatan
dalam proses belajarnya. Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan-
kemungkinan terjadinya salah komunikasi digunakan sarana yang membantu proses
komunikasi yaitu yang disebut media. Karena media merupakan unsur penunjang dalam
komunikasi maka jenis, bentuk dan fungsi media itu sangat ditentukan oleh jenis, bentuk
dan tujuan komunikasi itu sendiri.

Ada beberapa kriteria dalam mengembangkan media pembelajaran yaitu:


1. Tujuan Pengajaran
Tujuan pengajaran dalam pembelajaran keaksaraan fungsional adalah agar warga belajar
mampu membaca, menulis, berhitung, dan menganalisa.
2. Ketepatgunaan
Ketepatgunaan media disesuaikan dengan sasaran, lokasi pembelajaran dan kebutuhan
warga belajar.
3. Kemampuan peserta didik
Tingkat kemampuan peserta didik sangat perlu diperhatikan mengingat latar belakang
peserta didik keaksaraan yang majemuk.
4. Biaya
Dalam merancang media untuk pendidikan keaksaraan, faktor biaya pembuatan media
perlu menjadi pertimbangan, sebaiknya membuat media yang sederhana, murah dan
mudah dijangkau.
5. Ketersediaan
Sehubungan dengan biaya, pembuatan media pembelajaran juga memperhatikan faktor
ketersediaan bahan yang akan dibuat sebagai media. Sangat dianjurkan untuk membuat
media yang sudah dikenal dan digunakan oleh warga belajar.
6. Mutu teknis
Walau dalam pembuatan media harus memperhitungkan biaya dan tingkat ketersediaan,
mutu teknis tetap harus diperhatikan.
7. Tingkat kesukarannya
Tingkat kesukaran pembuatan sebuah media, juga perlu diperhatikan, jangan sampai
hanya ada dalam rencana dan tidak dapat diwujudkan karena tingkat kesukarannya

19
tinggi.
8. Disenangi oleh pendidik dan peserta didiknya
Agar pembelajaran menarik, pembuatan media harus disenangi oleh pendidik dan
peserta didik
9. Lingkungan atau tempat digunakannya media tersebut.
Lingkungan tempat pembelajaran perlu diperhatikan dalam merancang dan
menggunakan media pembelajaran. Misalnya pembelajaran keaksaraan di lingkungan
nelayan tentu tidaklah cocok membuat media yang berhubungan dengan kelompok yang
ada daerah pegunungan.

Belajar sebagai sebagai suatu kegiatan komunikasi, merupakan suatu proses yang
kompleks. Tiap orang mempunyai ciri dan caranya tersendiri sebagai individu yang unik.
Hal ini terutama dikarenakan ketepatgunaan atau efesiensi cara kerja penerimaannya serta
kemampuan tanggapan dari masing-masing individu. Dalam merancang media
pembelajaran perlu diperhatikan bahwa secara umum ada 2 cara individu memperoleh
pengertian yaitu:
- Menerima ransangan dari luar melalui alat indranya (penglihatan, pendengaran,
penciuman, kecap maupun rabaan).
- Mengolah ransangan yang sudah diterima. Semakin baik penafsirannya terhadap
objek, orang, peristiwa, keterangan yang diterimanya maka semakin baik pulalah ia
dapat mengerti dan mengingat.

Dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar, antar pendidik dan peserta didik
mempunyai tujuan yang sama, yaitu peserta didik diharapkan mengalami pertumbuhan
yang positif dari sebelum proses belajar dilalui dan sesudahnya, sedangkanpendidik
bertolak dari pemahamannya bahwa penggunaan media dalam proses belajar mengajar
bertujuan untuk memudahkan peserta didik untuk belajar dan memahami. Pemilihan media
dan sumber belajar yang efektif dapat merangsang, menarik minat dan menimbulkan
kesiapan peserta didik untuk terlibat dalam situasi belajar. Jenis-jenis media pembelajaran
yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar (PBM) pada kelompok keaksaraan
dapat berupa seni budaya tempat berlangsungnya PBM, bahasa, aksara, permainan,
gambar, keterampilan dan lain sebagainya.
1. Bahasa sebagai media pembelajaran keaksaraan
Biasanya menggunakan bahasa daerah kemudian warga belajar disuruh
menterjemahkan bahasa tersebut kedalam bahasa Indonesia setelah itu mereka
menuliskan dalam buku catatan mereka.
2. Aksara
Indonesia kaya akan budaya, salah satu budaya adalah beragamnya tulisan daerah yang
digunakan, misalnya tulisan lontarak di Sulawesi selatan. Tulisan ini bisa dijadikan
sebagai media dengan cara menulis tulisan daerah yang mereka kenal kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia lalu mereka disuruh menuliskan dan membaca

20
dalam tulisan latin. Selain bahasa dan tulisan daerah, bahasa Arab yang banyak dikenal
masyarakat Islam juga sangat efektif digunakan sebagai media dalam pembelajaran
keaksaraan fungsional.
3. Permainan
Media pembelajaran permainan juga banyak digunakan dalam proses belajar mengajar
keaksaraan, misalnya permainan domino yang dimodifikasi dengan tujuan mengenal
angka dan hitungan sederhana.
4. Gambar
Media gambar juga dapat digunakan sebagai media dalam pembelajaran keaksaraan.
Warga belajar ditugasi menggambar sesuatu lalu mereka disuruh bercerita tentang
gambar yang mereka buat lalu menuliskannya.
5. Keterampilan
Media ini sudah banyak digunakan, mengingat bahwa salah satu tujuan dari
pembelajaran keaksaraan adalah warga belajar dapat belajar baca tulis sekaligus
memiliki keterampilan sebagai bekal hidupnya dimasa yang akan datang. Media ini juga
sangat digemari oleh warga belajar karena pemilihan keterampilan yang akan diajarkan
juga dari hasil kesepakatan antara warga belajar dan tutor sebelum diadakan proses
pembelajaran.

D. Rangkuman
Program pendidikan keaksaraan fungsional merupakan bentuk pelayanan pendidikan
luar sekolah yang bertujuan untuk membelajarkan warga masyarakat penyandang buta
aksara agar memiliki kemampuan menulis, membaca, berhitung, dan menganalisis. Untuk
menghindari atau mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya salah komunikasi
dalam proses belajar mengajar pada kelompok belajar keaksaraan digunakan sarana atau alat
bantu yang disebut media. Bentuk dan fungsi media sangat ditentukan oleh jenis, bentuk dan
tujuan komunikasi itu sendiri. Dalam merancang media pembelajaran keaksaraan perlu
memperhatikan beberapa kriteria seperti tujuan pengajaran, ketepatgunaan, kemampuan
peserta didik, biaya, ketersediaan, mutu teknis, tingkat kesukarannya, disenangi atau tidak
disenangi oleh peserta didik serta tempat digunakannya media tersebut. Media untuk
keaksaraan dapat berupa seni budaya, bahasa, aksara, permainan, gambar, dan keterampilan

E. Latihan
1. Apa yang dimaksud pendidikan keaksaraan ?
2. Apa tujuan pendidikan keaksaraan ?
3. Apa yang dimaksud media pembelajaran ?
4. Apa tujuan tutor membuat media pembelajaran ?
5. Apa yang perlu diperhatikan tutor sebelum membuat media pembelajaran ?
6. Apasaja yang dapat digunakan tutor dalam membuat media pembelajaran?
7. Sebutkan jenis-jenis media yang dapat digunakan dalam pembelajaran keaksaraan!
8. Mengapa senibudaya daerah dapat dijadikan media?

21
Petunjuk Pengerjaan Latihan:
1. Bacalah bahan ajar di atas, kemudian suntinglah. Apakah bahan ajar tersebut:
a. menimbulkan minat baca.
b. ditulis dan dirancang untuk siswa.
c. menjelaskan tujuan instruksional.
d. disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel.
e. struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi yang akan dicapai.
f. memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih.
g. mengakomodasi kesulitan siswa.
h. memberi rangkuman.
i. gaya penulisan komunikatif dan semi formal
j. kepadatan berdasarkan kebutuhan siswa.
k. dikemas untuk proses instruksional.
2. Anda diperboleh menyunting secara manual atau langsung dengan menggunakan komputer.
3. Untuk lebih meningkatkan keterampilan Anda dalam menyunting bahan ajar, carilah bahan
ajar lain, kemudian suntinglah!

22
LATIHAN 10
MENYUNTING BUKU TEKS

Amelinda Ruby Felicia


2125160339
4 Si S 1/2016

Perhatikan naskah berikut ini.

Keajaiban Rancangan pada Kemampuan Terbang Serangga

Jika masalah penerbangan direnungkan, burung segera terlintas dalam pikiran. Namun,
burung bukanlah satu-satunya makhluk yang dapat terbang. Beberapa jenis serangga juga
dilengkapi dengankemampuan terbang yang melebihi kemampuan burung. Kupu-kupu Raja
dapat terbang dari AmerikaUtara hingga ke pedalaman Benua Amerika. Lalat dan capung
bahkan dapat tetap diam di udara.Para evolusionis menyatakan bahwa serangga mulai terbang
sejak 300 juta tahun yang lalu. Meskidemikian, mereka tidak mampu memberikan jawaban
tuntas terhadap pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti: bagaimana caranya serangga pertama
membentuk sayap-sayapnya, memulai terbang, dan bisadiam di udara?
Evolusionis hanya menyatakan bahwa beberapa lapis kulit tubuhnya mungkin telah
berubah menjadi sayap. Sadar akan tidak meyakinkannya pernyataan mereka, mereka juga
enyatakan bahwacontoh bentuk-bentuk fosil yang menguatkan penilaian ini tidak tersedia lagi.
Padahal, rancangan sempurna pada sayap serangga tidak meninggalkan ruang bagi kejadian
kebetulan.
Dalam artikel berjudul “The Mechanical Design of Insect Wings (Rancang Gerak Sayap
Serangga)” ahli biologi Inggris Robin Wootton berpendapat, “makin baik kita memahami guna
sayap-sayap serangga, makin canggih dan indah rancangannya terlihat”. Bentuk-bentuknya
umumnya dirancang dengan cacat sekecil mungkin; cara kerjanya dirancang untuk
menggerakkan bagian-bagian rancangannya dengan cara yang terencana. Sayap-sayap
serangga menggabungkan kedua hal ini menjadi satu, dengan menggunakan bagian-bagian
rancangan dari beragam bahan lentur, yang terangkai secara sempurna untuk memungkinkan
perubahan bentuk dalam menanggapi kekuatan yang tepat dan untuk menghasilkan
pemanfaatan udara sebaik mungkin. Mereka malah sudah lebih dahulu mempunyai itu, jika
memang ada kesesuaiannya dengan teknologi.
Di sisi lain, tak ada satu bukti fosil pun untuk khayalan evolusi serangga. Inilah yang
disebutkan oleh pakar ilmu hewan Prancis yang terkenal Pierre Paul Grassé ketika beliau
menyatakan, “kita berada dalam kegelapan ketika membahas asal mula serangga,” Sekarang
mari kita teliti beberapa keistimewaan yang menarik dari makhluk - makhluk ini yang
meninggalkan para evolusionis di dalam gelap gulita.

23
A. Yang Mengilhami Helikopter: Capung

Sayap capung tidak dapat dilipat


pada tubuhnya. Selain itu, cara otot terbang
digunakan ketika sayap bergerak, berbeda
dengan kebanyakan serangga lainnya.
Karena sifat ini, para evolusionis
menyatakan bahwa capung adalah
Gambar 1.1 Capung “serangga terbelakang”. Sebaliknya, sistem
terbang makhluk yang disebut “serangga terbelakang” ini tidak lain adalah keajaiban
perancangan. Pembuat helikopter terbaik dunia, Sikorsky, menuntaskan perancangan
satu dari helikopter mereka dengan menjadikan capung sebagai model.
IBM, mitra Sikorsky dalam proyek ini memulai dengan menempatkan suatu model
capung ke dalam komputer (IBM 3081). Dua ribu jenis penggambaran khusus dilakukan
di komputer dalam hal manuver (gerakan jungkir balik) capung di udara. Jadi, model
helikopter Sikorsky yang ditujukan untuk pengangkutan tentara dan persenjataan telah
dibuat berdasarkan contoh yang berasal dari capung.
Gilles Martin, seorang fotografer
alam, telah melakukan pengamatan 2 tahun
untuk meneliti capung, dan dia juga
menyimpulkan bahwa makhluk ini memiliki
cara terbang yang sangat rumit. Tubuh
capung menyerupai bentuk pilin yang
terbungkus logam. Dua sayapnya saling
silang pada badannya yang menampakkan
Gambar 1.2 Capung Terbang
bias warna dari biru muda hingga merah
marun. Karena bentuk begini, capung dilengkapi dengan kemampuan manuver yang luar
biasa. Tak peduli pada kecepatan atau arah bagaimana pun ia telah bergerak, capung
dapat mendadak berhenti dan mulai terbang kembali dengan arah berlawanan. Atau,
capung dapat tetap diam di udara untuk berburu. Pada kedudukan seperti itu, ia dapat
bergerak dengan sangat cepat menuju mangsanya. Ia dapat mempercepat gerakannya
hingga kecepatan yang sangat mengejutkan untuk seekor serangga: 25 mil per jam (40
kilometer/jam), yang dapat disejajarkan dengan seorang atlet lari 100 meter di Olimpiade
dengan kecepatan 24,4 mil per jam (39 kilometer/jam).
Pada kecepatan ini, capung bertabrakan dengan mangsanya. Guncangan tabrakan
ini sangat kuat. Namun, ketahanan capung sangat lentur sekaligus tahan terhadap
benturan. Bentuk yang lentur dari tubuhnya meredam guncangan benturan. Sebaliknya,
hal yang sama tidak akan terjadi pada mangsanya. Mangsa capung akan kehilangan
kesadaran atau bahkan mati karena benturan itu. Menyusul benturan ini, kaki belakang
capung berperan sebagai senjatanya yang paling mematikan. Kaki menjulur ke depan
dan menangkap mangsa yang kaget, kemudian dengan tangkas dicabik-cabik dan
dimakan dengan rahangnya yang kuat.

24
1. Penglihatan Capung
Penglihatan capung sama mengesankannya dengan
kemampuannya menunjukkan maneuver mendadak pada
kecepatan tinggi. Mata capung diakui sebagai contoh
terbaik di antara semua serangga. Capung memiliki
sepasang mata, tiap matanya memiliki sekitar 30 ribu
Gambar 1.3 Mata Capung lensa berbeda. Dua mata nyaris bulat, masing-masing
hampir separuh ukuran kepalanya, memberi serangga ini wilayah pandang yang sangat
luas. Karena mata-mata ini, capung hampir selalu dapat mengetahui keadaan di
belakangnya. Oleh karena itu, capung merupakan gabungan sistem-sistem, yang masing-
masingnya memiliki bentuk tersendiri dan sempurna. Tidak berjalannya salah satu saja
dari sistem-sistem ini akan merusak sistem yang lainnya juga. Walaupun begitu, seluruh
sistem ini diciptakan tanpa cacat, sehingga makhluk ini tetap bertahan.

2. Sayap Capung

Gambar 1.4 Sayap Capung

Bagian tubuh yang paling penting dari capung adalah sayapnya. Akan tetapi,
tidaklah mungkin menggunakan model evolusi perkembangan untuk menjelaskan cara
terbang yang memungkinkan penggunaan sayap ini. Pertama, teori evolusi tidak punya
penjelasan tentang masalah asal mula sayap karena sayap hanya dapat bekerja jika
berkembang bersama sekaligus agar dapat bekerja dengan benar.
Mari kita menganggap, untuk sementara, bahwa gen seekor serangga di tanah
mengalami mutasi dan beberapa bagian dari jaringan kulit pada tubuhnya menunjukkan
perubahan yang tidak pasti. Sangat tidak masuk akal bila menganggap bahwa mutasi
lainnya di puncak perubahan ini bisa ―secara kebetulan‖ menjadi sayap. Lebih dari itu,
mutasi pada tubuhnya pun tidak akan menghasilkan sayap secara utuh bagi serangga ini
atau pun menjadikannya lebih sempurna, malah akan menurunkan daya geraknya.
Akibatnya, serangga perlu membawa beban lebih berat, yang tidak memberikan tujuan
apa pun yang jelas. Ini akan membuat serangga ini berada pada keadaan yang tidak
menguntungkan di hadapan musuhnya. Bahkan, menurut dasar teori evolusi, seleksi
alam akan menimpa serangga cacat tersebut dan keturunannya pun punah. Padahal,
mutasi sangat jarang terjadi. Mutasi selalu merugikan makhluk hidup, mengakibatkan
penyakit mematikan dalam banyak kejadian. Itulah mengapa mustahil suatu mutasi kecil
dapat menyebabkan beberapa pembentukan pada tubuh capung untuk berevolusi

25
menjadi suatu gerakan terbang. Setelah semua ini, mari kita tanyakan pada diri sendiri:
meskipun kita beranggapan, jika hal-hallain tak berpengaruh, bahwa jalan cerita yang
ditawarkan para evolusionis mungkin saja terjadi, mengapa fosil-fosil “capung
terbelakang” yang mendukung jalan cerita ini tidak ada?
Tidak ada perbedaan antara fosil capung tertua dengan capung di masa sekarang.
Tidak ditemukan sisa-sisa ―separuh capung‖ atau seekor ―capung dengan sayap yang
baru muncul‖ yang mendahului fosil tertua tersebut. Layaknya bentuk kehidupan lainnya,
capung juga muncul sekaligus dan tidak mengalami perubahan hingga saat ini. Dengan
kata lain, capung memang diciptakan oleh Allah dan tidak pernah “berevolusi”.
Kerangka serangga terbentuk dari zat yang kokoh dan melindunginya, yang disebut
kitin. Zat ini diciptakan dengan kekuatan yang cukup untuk membentuk rangka luar.
Bahan ini juga cukup lentur untuk digerakkan oleh otot-otot yang digunakan untuk
terbang. Sayap-sayap tersebut dapat bergerak maju mundur atau pun atas bawah. Gerak
sayap ini didukung oleh suatu bentuk persendian yang rumit.
Capung memiliki dua pasang sayap, sepasang di bagian depan pasangan lainnya.
Sayap-sayap tersebut bergerak secara berlawanan, yakni, ketika dua sayap di depan
terangkat, maka kedua sayap belakangnya bergerak turun. Dua kelompok otot yang
berlawanan menggerakkan sayap-sayap tersebut. Otot-otot tersebut terikat pada tuas di
dalam tubuh. Ketika satu kelompok otot menarik sepasang sayap dengan mengerut,
kelompok otot yang lain membuka sepasang sayap lainnya dengan serta merta.
Helikopter naik dan turun dengan cara yang serupa. Hal ini memungkinkan capung untuk
diam di udara, bergerak mundur atau seketika mengubah arah.

3. Perubahan Bentuk (Metamorfosis) Capung


Capung betina tidak akan kawin lagi setelah
pembuahan. Namun, hal ini bukanlah masalah bagi
jenis jantan Calopteryx virgo. Menggunakan kait
pada ekornya, capung jantan menangkap betinanya
di lehernya (1). Sang betina melilitkan kakinya di
sekitar ekor capung jantan. Pejantan dengan
Gambar 1.5 Capung Berkembangbiak menggunakan sambungan khusus di ekornya (2),
membersihkan mani yang mungkin tertinggal dari
pejantan lain. Kemudian, dia memasukkan maninya ke dalam rongga kelamin sang betina.
Karena peristiwa ini memakan waktu berjam-jam, mereka kadangkala terbang dalam posisi
berhimpitan. Capung meninggalkan telur dewasa dikedangkalan danau atau kolam (3).
Begitu kepompong menetas dari telur, kepompong tinggal di dalam air selama tiga
sampai empat tahun (4). Selama masa tersebut, kepompong juga makan di dalam air (5).
Karena itu, ia diciptakan dengan tubuh yang mampu berenang cepat untuk dapat
menangkap ikan dan menjepitnya dengan cukup kuat untuk mencabik-cabik mangsanya.
Dengan tumbuhnya kepompong, kulit yang membungkus tubuhnya menguat. Ia

26
melepaskan kulit tersebut dalam empat masa
yang berbeda.
Ketika sampai pada perubahan terakhir, ia
meninggalkan air dan mulai mendaki
tumbuhan tinggi atau batu (6). Ia mendaki
hingga kakinya terpancang kokoh. Kemudian,
ia melindungi dirinya sendiri dengan bantuan
penjepit di ujung kaki-kakinya. Sekali
terpeleset dan terjatuh berarti kematian pada
Gambar 1.6 Capung Metamorfosis
saat itu. Tahap terakhir berbeda dengan empat
tahap sebelumnya, inilah masa ketika Allah membentuk capung menjadi makhluk yang
dapat terbang melalui peralihan yang mengagumkan. Punggung kepompong pertama-tama
terbelah (7). Belahan itu melebar dan menjadi celah terbuka, tempat makhluk baru yang
sangat berbeda dari bentuk sebelumnya, berjuang untuk keluar. Tubuh yang sangat rentan
ini dilindungi dengan ikatan yang ditarik dari makhluk sebelumnya (8)

Gambar 1.6 Capung Metamorfosis Lengkap

Ikatan ini diciptakan mempunyai kebeningan dan kelenturan yang sempurna. Jika tidak
demikian ikatan akan putus dan tidak bisa dibawa, yang bisa berarti bahwa ulat tersebut
dapat terjatuh ke dalam air dan mati. Di samping itu, terdapat serangkaian cara khusus yang
membantu capung memecahkan kulit kepompongnya. Tubuh capung menyusut dan
mengeriput di dalam tubuh lamanya. Untuk “membuka” kepompong tersebut, suatu sistem
pompa dan cairan tubuh khusus diciptakan untuk digunakan pada proses ini. Bagian tubuh
yang mengeriput ini menggembung dengan memompakan cairan tubuhnya setelah berhasil
keluar dari celah kepompong (9). Sementara itu, larutan-larutan kimiawi mulai memutus
ikatan antara kaki baru dengan kaki lama tanpa merusaknya. Proses ini sangat sempurna
meskipun akan menimbulkan kerusakan seandainya satu kaki terjebak. Kaki-kaki tersebut
dibiarkan mengering dan mengeras selama sekitar dua puluh menit sebelum digunakan.
Sayap-sayapnya sudah terbentuk sempurna namun masih dalam keadaan terlipat. Cairan
tubuh dipompakan dengan pengerutan tubuh yang kuat ke dalam jaringan sayap (10). Sayap
tersebut mengering setelah meregang (11). Setelah capung meninggalkan tubuh lamanya
dan mengering dengan sempurna, capung mencoba seluruh kaki dan sayapnya. Kaki-kaki

27
dilipat dan diregangkan satu demi satu dan sayapnya dinaik-turunkan. Akhirnya, serangga
ini mencapai bentuk yang dirancang untuk terbang. Sangatlah sulit bagi siapa pun untuk
mempercayai bahwa makhluk yang terbang sempurna ini sama dengan makhluk yang
menyerupai ulat yang meninggalkan air (12). Capung memompakan kelebihan cairan
keluar, untuk menyeimbangkan sistemnya. Metamorfosis selesai dan sang capung siap
mengudara. (13)

Kita menyaksikan kemustahilan pernyataan teori evolusi kembali ketika kita mencoba
dengan menggunakan akal untuk menemukan asal mula peralihan yang menakjubkan ini. Teori
evolusi menyatakan bahwa semua makhluk muncul melalui perubahan acak. Padahal,
metamorfosis capung merupakan suatu proses yang sangat rumit dan tidak memberi celah
bahkan untuk satu kesalahan kecil pun pada tiap-tiap tahap yang dilaluinya. Rintangan terkecil
dalam setiap tahap ini akan mengakibatkan metamorfosis tidak sempurna yang mengakibatkan
luka atau kematian capung. Metamorfosis benar-benar merupakan daur hidup dengan
“kerumitan yang tak tersederhanakan” sehingga menjadi bukti perancangan yang nyata.
Pendeknya, metamorfosis capung merupakan satu dari sekian banyak bukti nyata mengenai
betapa sempurnanya Allah menciptakan makhluk hidup. Seni mengagumkan dari Allah
terwujud dengan sendirinya bahkan dalam seekor serangga.

Petunjuk Pengerjaan Latihan:


1. Bacalah bahan ajar di atas, kemudian suntinglah. Apakah buku teks tersebut:
a. Dari sisi pemasaran, naskah mempunyai segmen pembaca yang jelas dan luas.
b. Buku berisi hal-hal baru yang menarik perhatian publik.
c. Memiliki keunikan dan kelebihan dibanding buku sejenis yang sudah terbit.
d. Kualitas penulisan dan bahasanya bagus, sistematis, aktual, disertai data-data yang
lengkap (foto, ilustrasi, tabel, diagram, dll.).
e. Naskah memiliki segi kemanfaatan yang tinggi bagi pembaca.
f. Memiliki judul yang menarik, memancing, dan sugestif.
g. Dari sisi produksi, naskah mudah diproduksi dan tidak memberatkan penerbit dari sisi
biaya cetak.
2. Anda diperbolehkan menyunting secara manual atau langsung dengan menggunakan
komputer.
3. Untuk lebih meningkatkan keterampilan Anda dalam menyunting bahan ajar, carilah bahan
ajar lain, kemudian suntinglah!

28

Anda mungkin juga menyukai