Anda di halaman 1dari 34

DR. H. HUSEN SARUJIN, SH., MM., M.Si., MH.

Dosen Pengampu Mata Kuliah


PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

“IMPLEMENTASI PELAKSANAAN HAM DI INDONESIA”

Disusun oleh:
Kelompok 3 / Kelas 1B

1. Nurul Amelya Adharani Wahid (60100121041)


2. Desi Puspitasari (60100121042)
3. Zuljalali Wal Ikram (60100121044)
4. Yusril Ramadhani Nugraha (60100121040)
5. Aisyah Marwah (60100121043)

TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021/2022
DR. H HUSEN SARUJIN, SH., MM., M.Si., MH.

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS SAINSTEK UIN ALAUDDIN MAKASSAR

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ya akung berjudul
"Implementasi Pelaksanaan HAM di Indonesia" ini tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Pengampu Pendidikan


Pancasila dan Kewarganegaraan, Dr. H. Husen Sarujin, SH.. MM., M.Si., MH.,
yang membimbing dan membina kami dalam menyelesaikan penulisan makalah ini,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan sesuai waktu
yang diberikan.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pengampu mata kuliah "Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan".
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
"Implementasi Pelaksanaan HAM di Indonesia" bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Makassar, 7 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

DOSEN PENGAMPU……………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR………………………………………………….…………..ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN………………….………………….……………..……1

A、Latar Belakang………………………………………..….….…...……….1

B、Rumusan Masalah……………………………………...…………………1

C、Tujuan…………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….…3

A、Pengertian Implementasi ……..………………………………………….3

B、Pengertian Hak Asasi Manusia…………………………………………...3

C、Tujuan dari HAM..……………………………………………………….7

D、Implementasi Pelaksaan HAM di Indonesia……………………………..8

E、Upaya Penegakan HAM………………………………………………....25

BAB III PENUTUP………………………………………….…………………...23

A、Kesimpulan………………………………………..…………………….27

B、Saran……………………………………………………………….……27

DAFTAR PUSTAKA……………….…….………….…….…………..………...29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak paling dasar yang dimiliki oleh setiap
individu yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Setiap individu terlahir ke
dunia ini memiliki seperangkat hak-hak yang merupakan karunia Tuhan yang
diberikan secara otomatis dimiliki oleh individu tersebut ketika ia terlahir ke dunia
ini. Hal ini sifatnya sangat mendasar dan fundamental bagi hidup dan kehidupan
manusia dan merupakan hak kodrati, yang tidak bisa terlepas dari dan dalam
kehidupan manusia. Penerapan HAM di Indonesia masih kurang
merata/keseluruhan, hal ini disebabkan karena masih ada saja perbuatan yang
menyalahi HAM atau menginjak- nginjak HAM sehingga tidak mempunyai harga
diri lagi. Permasalahan yang lain yang terjadi adalah banyak sekali kasus
pelanggaran HAM di Indonesia pada saat ini. HAM bersifat mutlak, yang artinya
hak asasi manusia harus ada dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun. Untuk
itu, perlunya untuk mempelajari dan memahami penerapan atau implementasi
HAM khususnya di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian implementasi?

2. Apa pengertian HAM?

3. Apa tujuan dari HAM?

1
4. Bagaimana implementasi pelaksaan HAM di Indonesia?

5. Bagaimana upaya penegakan HAM?

A、Tujuan

1. Mendeskripsikan pengertian implementasi.

2. Mendeskripsikan pengertian HAM.

3. Mendeskripsikan tujuan HAM.

4. Menjelaskan implementasi pelaksaan HAM di Indonesia

5. Menjelaskan upaya penegakan HAM.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Implementasi

Menurut KBBI implementasi adalah pelaksanaan, penerapan. Implementasi


berasal dari kata “to implement” yang berarti mengimplementasikan. Arti
implementasi ialah kegiatan yang dilakukan melalui perencanaan dan mengacu
pada aturan tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan tersebut. Implementasi adalah
tindakan untuk menjalankan rencana yang telah dibuat. Dengan demikian,
implementasi hanya dapat dilakukan jika terdapat sebuah rencana.

B. Pengertian Hak Asasi Manusia

Sacara formal konsep mengenai Hak Asasi Manusia (HAM) lahir pada tanggal
10 Desember 1948, ketika PBB memproklamirkan Deklarasi Universal HAM.
Yang didalamnya memuat 30 pasal, yang kesemuanya memaparkan tentang hak
dan kewajiban umat manusia.

Secara eksplisit, pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) adalah suatu yang
melekat pada manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai
manusia, sifatnya tidak dapat dihilangkan atau dikurangi oleh siapapun.

Pengertian HAM Menurut Para Ahli

a. Haar Tilar

3
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah hak-hak yang sudah ada atau melekat pada
tiap-tiap manusia dan tanpa mempunyai hak-hak itu, tiap-tiap manusia itu tidak
dapat hidup selayaknya manusia. Hak ini didapatkan sejak lahir ke dunia.

b. Prof. Koentjoro Poerbopranoto

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah suatu hak yang sifatnya mendasar atau juga
asasi. Hak-hak yang dipunyai pada tiap-tiap manusia tersebut dengan berdasarkan
kodratnya, pada hakikatnya tidak akan dapat dipisahkan sehingga akan bersifat
suci.

c. John Locke

Hak Asasi Manusia (HAM) ialah hak-hak yang secara langsung diberikan
Tuhan Yang Maha Esa pada tiap manusia sebagai hak yang kodrati. Oleh sebab itu,
tidak ada kekuatan di dunia ini yang dapat mencabutnya. HAM sifatnya
fundamental atau mendasar bagi tiap kehidupan manusia dan pada hakikatnya
sangat suci.

d. Peter R. Baehr

Hak Asasi Manusia (HAM) ialah hak dasar yang bersifat mutlak dan juga
harus dipunyai pada tiap insan untuk perkembangan dirinya tersebut.

e. UU No 39 Tahun 1999

Hak Asasi Manusia (HAM) ialah seperangkat hak yang sudah ada pada diri
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang mana hak ini ialah
anugerah yang wajib untuk dihargai dan juga untuk dilindungi oleh pada tiap orang
untuk dapat melindungi harkat dan juga martabat manusia.

f. Prof. Dr. Dardji Darmodiharjo, SH

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak dasar / pokok yang dibawa
4
manusia sejak lahir sebagai anugerah tuhan yang maha esa.

g. Austin-Ranney

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah ruang kebebasan suatu individu yang
dirumuskan secara jelas dalam konstitusi dan dijamin oleh pemerintah dalam
pelaksanaannya.

h. A. J.M. Milne

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang dimiliki oleh seluruh umat
manusia di setiap masa dan di segala tempat karena keutamaan keberadaannya
sebagai manusia.

i. Peter R. Baehr

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak dasar yang bersifat mutlak dan
harus dimiliki oleh setiap insan di dunia, guna perkembangan dirinya.

j. Prof. Padmo Wahyono

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang memungkinkan orang hidup
berdasarkan suatu harkat dan martabat tertentu.

k. David Beetham dan Kevin Boyle

Kebebasan-kebebasan fundamental dan Hak Asasi Manusia (HAM) adalah


hak-hak individual yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan serta
kapasitas-kapasitas manusia.

l. Jan Materson

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang ada pada setiap manusia
yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.

m. Muladi
5
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seluruh hal yang pokok atau mendasar
yang melekat pada diri setiap manusia dalam kehidupannya.

n. Thomas Hobbes

Beliau berpendapat bahwa satu-satunya Hak Asasi Manusia (HAM) adalah


hak hidup.

o. Haar Tilar

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat atau pasti ada pada diri
manusia, apabila setiap manusia tidak memiliki hak-hak itu maka setiap manusia
itu tidak bisa hidup seperti manusia. Hak tersebut diperoleh sejak pertama kali lahir
ke dunia.

p. Miriam Budiardjo

Beliau membatasi pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai hak yang
dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran
atau kehadirannya di dalam masyarakat.

q. Franz Magnis – Suseno

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang dipunyai manusia bukan
bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat. Jadi bukan karena hukum
positif yang berlaku, akan tetapi martabatnya sebagai manusia. Manusia
memilikinya karena ia manusia.

r. G.J. Wolhos

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah sejumlah hak yang sudah melekat dan
mengakar pada diri manusia di dunia, dan hak-hak tersebut tidak boleh dihilangkan,
karena menghilangkan HAM orang lain sama dengan menghilangkan derajat
kemanusiaan.
6
s. Karel Vasak

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan 3 generasi yang didapat dari revolusi
prancis. Hal ini dimaksudkan untuk merujuk pada inti serta ruang lingkup dari hak
yang menjadi prioritas utama dalam beberapa kurun waktu tertentu.

t. Jack Donnelly

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia


semata-mata karena ia manusia. Seluruh manusia memilikinya bukan diberikan
kepadanya oleh masyarakat atau hukum positif, akan tetapi semata-mata
berdasarkan martabatnya sebagai manusia dan hak itu merupakan pemberian dari
Tuhan Yang Maha Esa.

u. Oemar Seno Adji

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang melekat pada martabat
manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, sifatnya tidak boleh
dilanggar oleh siapapun, seolah-olah merupakan holy area.

f. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) Menurut Leah Kevin

Hak Asasi Manusia (HAM) mempunyai 2 makna dasar. Yang pertama adalah
bahwa hak-hak hakiki serta tidak dapat dipisahkan menjadi hak seseorang hanya
karena ia adalah manusia. Hak tersebut adalah hak moral yang keberadaannya ada
karena sebagai seorang manusia. Yang kedua HAM adalah hak hukum baik itu
secara nasional maupun internasional.

C. Tujuan HAM

Menurut PBB, tujuan utama HAM adalah memastikan seorang manusia akan
mampu mengembangkan dan menggunakan sepenuhnya kualitas manusia seperti
7
kecerdasan, bakat, dan hati nurani serta memuaskan kebutuhan spiritual dan
lainnya.

1. Melindungi hak manusia

Tujuan HAM adalah melindungi hak manusia untuk hidup dengan harga diri,
yang meliputi hak untuk hidup, hak atas kebebasan, dan hak keamanan. Hidup
dengan harga diri berarti bahwa manusia harus memiliki sesuatu seperti tempat
yang layak untuk tinggal dan makanan yang cukup. Artinya, untuk mencapai tujuan
HAM ini manusia harus dapat berpartisipasi dalam masyarakat, menerima
pendidikan, bekerja, mempraktikkan ajaran agamanya, berbicara dalam bahasanya
sendiri, dan hidup dengan damai.

2. Melindungi manusia dari kekerasan dan kesewenang-wenangan

HAM juga bertujuan adalah sebagai alat untuk melindungi manusia dari
kekerasan dan kesewenang-wenangan. HAM mengembangkan sikap saling
menghargai antara manusia. HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran
dan tanggung jawab untuk menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar.

D. Implementasi HAM di Indonesia

Salah satu karakteristik hak asasi manusia adalah bersifat universal. Artinya,
hak asasi merupakan hak yang dimiliki oleh setiap manusia di dunia tanpa
membeda-bedakan suku bangsa, agama, ras maupun golongan. Oleh karena itu,
setiap negara wajib menegakkan hak asasi manusia. Akan tetapi, karakteristik
penegakan hak asasi manusia berbeda-beda antara negara yang satu dengan negara
lainnya. Ideologi, kebudayaan dan nilai-nilai khas yang dimiliki suatu negara akan

8
mempengaruhi pola penegakan hak asasi manusia disuatu negara Contohnya, di
Indonesia, dalam proses penegakan hak asasi manusia dilakukan dengan
berlandaskan kepada ideologi negara yaitu Pancasila. Pancasila merupakan
ideologi yang mengedepankan nilai-nilai kemanusian. Pancasila sangat
menghormati hak asasi setiap warga negara maupun bukan warga negara Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu: Nilai Ideal, Nilai
Instrumental dan Nilai Praksis (Syarbaini,2003:27).

Jika dilihat dari kehidupan sehari- hari hak asasi manusia di Indonesia
hanya berupa kebebasan hidup dan jaminan hidup dari siksaan dan dari kekerasan
fisik saja. Sedangkan hal hal lain tentang yang membahas HAM tersebut tidak
diperhatikan seperti contoh ; penderitaan kaum tidak mampu, pendidikan dan
tentang kepercayaan seseorang atau keyakinan.

1. Penderitaan Kaum tidak mampu

Jika di lihat dari kenyataan yang ada, kaum yang tidak mampu di Indonesia ini
semakin banyak dan menjadi pemandangan yang tidak asing lagi . Tetapi
pemerintah seperti tidak memperdulikan hal itu, tidak ada sumbangan yang
tersalurkan dengan baik kepada kaum tidak mampu . Hal ini membuktikan bahwa
pemerintah gagal dalam kesejahteraan masyarakat dan dalam mengharagai HAM
untuk kaum tidak mampu.

2. Pendidikan

Dalam hak asasi manusia ini juga membahas tetang setaip orang berhak
memiliki atau mendapatkan pendidikan sama seperti yang lain, untuk di Indonesia
dalam penerapan HAM untuk pendidikan masih kurang umumnya dalam
pendidikan diluar daerah, khususnya di luar kota-kota besar di Indonesia banyak

9
anak-anak yang ingin bersekolah tetapi tidak cukup biaya atau tidak adanya sekolah
didaerah tersebut. Kebanyakan orang tua disana mengiginkan anaknya dapat
menghasikan uang saja tanpa adanya pendidikan atau sekolah, sedangkan pada kota
kota besar HAM dalam pendidikan ini banyak dilanggar oleh institut pendidikan itu
sendiri seperti pada peneriamaan calon siswa atau maha siswa yang pas-pasan,
mereka pandai tetapi tidak bisa masuk pada sekolah negeri atau perguruan tinggi
negeri karena banyak diantara badan pendidikan tadi lebih memihak pada uangnya
saja sedangkan kualitas bagi orang yang kurang mampu mereka hanya menjadi
cadangan saja.

3. Kepercayaan atau keyakinan

Jika kita merujuk pada pasal 28 (e) ayat 2 undang-undang hasil amandemen, di
sana disebutkan: Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan fikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya”. undang-undang ini
disempurnakan pula dengan pasal 29 ayat 1 dan 2 yang menyebutkan: Negara
berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa, Negara Menjamin Kemerdekaan Tiap-tiap
Penduduk untuk memeluk agamanya, dan beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”. Undang-undang yang baru disebutkan sebelumnya, pada
prinsipnya sudah cukup mapan sebagai jaminan konstitusi untuk kebebasan
beragama di Indonesia. Jika ditafsirkan secara bebas, undang-undang ini
mencerminkan beberapa prinsip tentang hak kebebasan beragama, yaitu: hak untuk
meyakini suatu kepercayaan, dan hak untuk mengekspresikan fikiran serta sikap
sesuai dengan hati nurani. Jika saja undang-undang ini terimplementasi dengan
baik, barangkali tidak akan ada kelompok yang diklaim sebagai aliran sesat, dan
atau jikapun ada, setidaknya mereka yang dinilai sesat masih bebas menikmati
haknya untuk tetap hidup dan tumbuh di negeri ini. Bukan sebaliknya, perlakuan
terhadap mereka yang dinilai sesat justru mencerminkan penghakiman terhadap
10
keyakinan yang bersumber dari hati nurani mereka. Fenomena yang paling
menggelitik adalah, jaminan konstitusi terhadap kebebasan beragama di Indonesia
seolah hanya merupakan “macan kertas” yang tidak memiliki power sedikitpun.
Perkembangan kehidupan yang berkelanjutan sampai saat ini dari realitas
lokal, nasional dan internasional, nampaknya bahwa hak asasi manusia
berkembang seiring dalam suatu hubungan yang komplementer. Hak asasi manusia
sudah berkembang sebagai suatu tatanan yang semula hanya sebatas Negara
tertentu, namun sekarang telah mendunia. Instrumen hak asasi manusia yang
awalnya bersifat universal telah dijadikan cermin berbagai norma perilaku yang
diterima secara khusus oleh sebagaian besar negara-negara di dunia. Asumsi inilah
yang dijadikan dasar diterimanya pernyataan/piagam hak asasi manusia sedunia
(universal declaration of human rights) pada tahun 1948 oleh badan sedunia
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada pembukaan deklarasi Hak Asasi Manusia
tersebut ada suatu pengakuan atas mertabat yang hakiki dan hak yang sama tanpa
diskriminasi, tidak dapat dicabut oleh segenap umat manusia, sekaligus sebagai
landasan adanya kebebasan, keadilan, dan perdamaian dunia. Nilai-nilai hak asasi
manusia yang besifat universal itu, secara teoritis dapat diterima oleh semua negara,
akan tetapi pada tataran implementasi selalu terdapat perbedaan antara satu negara
dengan negara yang lainnya, karena adanya persepsi/pandangan yang berbeda.
Perbedaan sudut pandang inilah yang mengakibatkan implementasi dari nilai-nilai
universal hak asasi manusia tidak seragam ( Muladi, 2007 : 86 ).

Berdasarkan instrumen hak asasi manusia internasional telah diadopsi oleh


Negara Republik Indonesia ke dalam Tap MPR No. XVII/MPR/1998, UU No. 39
tahun 1999, Perpu No. 1 tahun 1999, dan UU No. 26 tahun 2000. sekarang
tergantung bagaimana Political Will Pemerintah Republik Indonesia untuk
melaksanakan secara murni dan konsekuen peraturan tersebut. Secara umum kita
bersama sudah memahami bahwa negara Indonesia adalah negara berdasarkan
11
hukum, tetapi hukum belum dapat berperan sebagai Panglima (rule of low).
Sebagai instrumen perundang-undangan hak asasi manusia supaya disosialisasikan
kepada masyarakat agar masyarakat dapat mengetahui dan berupaya
mengembangkan sarana-sarana pendukung agar apa yang dikandung dalam hak
asasi manusia dapat ditaati dan dilaksanakan dalam kehidupan berbangsa maupun
bermasyarakat. Dengan demikian akan berdampak pada perundang-undangan hak
asasi manusia berjalan secara efektif, oleh karena itu perlu adanya upaya-upaya
penegakan undang-undang hak asasi manusi dengan baik, pelaksanaan dalam
menunaikan tugas dapat searah dan senafas dengan bunyi serta penafsiran yang
telah disepakati oleh para penegak hak asasi manusi dan menuntut para
pelanggarnya (Howards dan Rummers (1999) dalam Muladi, 2007 : 87 ). Atau
dengan kata lain bahwa perundang-undangan hak asasi manusia supaya berjalan
dengan baik dan efektif maka pembuatnya, pelaksananya dan pemegang perannya
harus dalam satu sistem kerja, dan ketika hal ini tidak berada dalam satu sistem
maka pelaksanaan hak asasi manusia dalan kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat tidak dapat berjala dengan baik. Pelaksanaan hak asasi manusia
perlu adanya ketentuan yang normatif dan komitmen moral dari pelaksananya.
Peraturan normatif ini dapat berupa ketentuan-ketentuan yang memuat hak dan
kewajiban, baik pemerintah maupun masyarakat, sedangkan komitmen moral
berupa perjuangan yang tulus iklas dan peduli memperjuangkan hak dan kewajiban
orang lain sesuai dengan perundang- undangan hak asasi manusia. Belakangan ini
pemerintah Indonesia mendapat penilaian umum dari dunia Barat, bahwa
seakan-akan tidak konsekuen melaksanakan hak asasi manusia. Penilaian tersebut
memang tidak semua benar dan juga tidak semua salah, dan bila pelaksanaan hak
asasi manusia menggunakan standar Barat yang bersifa individual, liberal dan
kapitalis, sehingga apa yang nampak di Indonesia pasti berbeda, karena Indonesia
mengakui adanya hak individu dan hak kolektif/umum maka hak individu bisa
12
dikesampingkan bila dianggap oleh pemerintah merugikan masyarakat banyak.
Negara Barat menekankan hak sipil dan politik.

1. Hak Asasi Manusia Dalam Beragama

Sebagai makhluk bermartabat, manusia memiliki sejumlah hak dasar yang


inheren dan wajib dilindungi siapapun. Hak-hak ini meliputi hak hidup, hak
beropini, hak berpendapat, hak berkumpul, serta hak beragama dan hak
berkepercayaan. Nilai-nilai HAM mengajarkan agar hak-hak dasar yang asasi
tersebut dilindungi dan dimuliakan.

Hak Asasi Manusia juga mengajarkan prinsip persamaan hak egaliteran dan
kebebasan independen manusia, sehingga tidak boleh ada diskriminasi,
marginalisasi, eksploitasi dan kekerasan terhadap manusia dalam bentuk apapun
dan juga tidak boleh ada pembatasan dan pengekangan apa pun terhadap kebebasan
dasar manusia, termasuk di dalamnya hak kebebasan dalam beragama.

Keberagaman budaya dalam kesatuan di Indonesia dimulai ketika semua


keragaman di Indonesia tunduk di bawah Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Walaupun realisasinya penghargaan terhadap keragaman di Indonesia
muncul sebelum Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 ditetapkan sebagai
falsafah ideologi bangsa dan landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia. Namun kedudukan seluruh suku bangsa yang ada di Indonesia terhadap
pancasila membuktikan betapa Umat Islam begitu toleran, menghargai perbedaan,
mengutamakan keutuhan bangsa dibanding dengan urusan pribadi, kelompok dan
golongan.

Kendala dalam mengaktualisasi kebebasan beragama atau berkeyakinan itu


boleh jadi berkaitan dengan ketentuan- ketentuan regulasi dan policy suatu Negara,

13
yang menyebabkan individu atau masyarakat tidak dapat sepenuhnya
mengekspresikan agama atau keyakinan yang mereka anut. Agar kebebasan agama
atau keyakinan dapat terwujud lebih baik, membutuhkan upaya serius untuk
mengadakan perubahan regulasi dan policy Negara.

Masalah kebebasan beragama atau berkeyakinan sedang mengemuka di


masyarakat awam. Bukan ingin mengatakan pemerintah telah melakukan
pembiaran atas masalah ini menjadi gulungan bola salju yang bisa saja eskalasinya
semakin menggiring masyarakat akar rumput dalam konflik sosial.

Dalam RUU KUHP, khususnya berkaitan dengan pasal- pasal yang memuat
soal tindak pidana terhadap agama terkesan terdapat tiga hal. Pertama, bahwa RUU
ini sangat ambisius mengatur soal agama. Pada UU KUHP sebelumnya masalah
agama hanya diatur dalam satu pasal, yaitu pasal 156 a tentang tindak pidana
terhadap tindakan penodaan pada suatu agama yang dianut di Indonesia. RUU
sekarang merumuskan soal agama dalam suatu bab khusus yang dinamakan Tindak
Pidana terhadap Agama dan Kehidupan Beragama, terdiri dari dua bagian. Pertama,
soal tindak pidana terhadap agama dan kehidupan beragama; dan kedua, soal
Pembangunan agama dalam konteks ke-Indonesiaan seharusnya merupakan upaya
untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan, pemahaman, dan pengamalan
ajaran agama kepada seluruh umat beragama sehingga masyarakat memperoleh
kemudahan dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan dan
kepercayaannya masing-masing. Selain itu, pembangunan agama juga ditujukan
untuk membangun masyarakat yang memiliki kesadaran akan realitas
kebhinnekaan budaya dan memahami makna kemajemukan sosial sehingga tercipta
harmoni sosial yang toleran, bertenggang rasa, dan menghargai martabat
kemanusiaan.

14
Jika problem hak individu dalam beragama dikaitkan dengan agenda
pembangunan nasional, maka pembangunan agama diharapkan dapat mendukung
mewujudkan masyarakat Indonesia sejahtera dan menciptakan Indonesia aman dan
damai.

Berdasarkan hasil Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia 2009


(diterbitkan oleh Program Studi Agama dan Lintas Budaya, Sekolah Pascasarjana,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta), salah satu persoalan yang mengambil porsi
cukup besar menyangkut kasus-kasus pertentangan dalam masyarakat terkait
agama yang masih menjadi warna amat kuat dalam kehidupan keberagamaan
bangsa kita. Fakta yang ada juga menunjukkan persoalan yang sama masih
berulang dan bahkan eskalasinya relatif meningkat terjadi juga selama tahun 2010.
Oleh karena itu, perlu upaya serius dan berkelanjutan dari pemerintah untuk
menyikapi dinamika masyarakat yang semakin kritis dalam merespon berbagai
perubahan sosial ekonomi yang pesat sebagai dampak dari globalisasi dan
keterbukaan informasi. Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk mengarahkan
setiap perubahan yang ada ke arah yang positif dan memberdayakan setiap lapisan
masyarakat.

Kita seharusnya tidak melupakan sejarah panjang bangsa ini, suatu monumen
nasional yang telah merefleksikannya sebagai miniatur kebebasan beragama dan
berkeyakinan yang disertai keragaman sosial budaya masyarakat kita kepada
generasi penerus bangsa ini. Kita juga bisa merenung sesaat dengan hati nurani
yang bersih menatap megahnya personifikasi harmoni dan kerukunan
keberagamaan yang tercermin pada berdirinya Mesjid Istiqlal dan Gereja Katolik
Katedral berdampingan dengan damai dan harmonis di Jakarta, ibu kota negara
Indonesia tercinta. Idealnya, fenomena tersebut seharusnya menggugah kesadaran
setiap anak bangsa untuk membuang stigma kebebasan beragama dan berkeyakinan

15
hanya sebagai ilusi belaka. Dengan demikian kebebasan hak manusia dalam
beragama merupakan hak yang melekat dalam individu untuk dapat menghargai,
menghormati dan mentolerir agama yang dianutnya, baik untuk dirinya maupun
untuk orang lain. Dalam syariat Islam, kebebasan beragama setiap individu tidak
ada paksaan maupun keterpaksaan dalam memeluk suatu agamanya.

2. Hak Asasi Manusia Dalam Berpolitik

Pada dasarnya manusia adalah makhluk bebas. Sebagaimana pendapat Jean


Jaquas Rousseau bahwa manusia akan semakin berkembang potensinya dan
merasakan nilai- nilai kemanusiaan dalam suasana kebebasan alamiah. Kebebasan
merupakan tuntutan manusia sebagai makhluk individu. Di sisi lain manusia adalah
makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri, dia selalu hidup di
tengah-tengah sosialitasnya, baik itu kelompok kecil masyarakat, suku, bangsa atau
negara. Dalam kedudukan manusia sebagai makhluk sosial inilah masalah hak asasi
manusia menjadi sangat kompleks.

Banyak benturan manusia yang satu dengan manusia yang lain, kelompok
yang satu dengan kelompok yang lain. Hak dan kebebasan secara alamiah dimiliki
setiap manusia. Dalam hidup berkelompok hak ini diambil atau didelegasikan
kepada kelompoknya untuk pengaturan hidup bersama. Dalam perkembangannya
kelompok masyarakat menjadi semakin kuat, sehingga manusia hanya sebagai sub
ordinasi dari tata kehidupan yang berlaku. Hidup dan kebebasan manusia diabaikan
untuk kelompok. Saat itulah hak yang melekat pada manusia sudah terampas.

Hak Asasi Manusia merupakan suatu konsep etika politik modem dengan
gagasan pokok penghargaan dan penghormatan terhadap manusia dan kemanusiaan.
Gagasan ini membawa kepada sebuah tuntutan moral tentang bagaimana
seharusnya manusia memperlakukan sesamanya manusia. Tuntutan moral tersebut
sejatinya merupakan ajaran inti dari semua agama. Sebab, semua agama
16
mengajarkan pentingnya penghargaan dan penghormatan terhadap manusia, tanpa
ada pembedaan dan diskriminasi. Tuntutan moral itu diperlukan, terutama dalam
rangka melindungi seseorang atau suatu kelompok yang lemah atau “dilemahkan”
(al-mustad'afin) dari tindakan dzalim dan semena-mena yang biasanya datang dari
mereka yang kuat dan berkuasa. Karena itu, esensi dari konsep hak asasi manusia
adalah penghormatan terhadap kemanusiaan seseorang tanpa kecuali dan tanpa ada
diskriminasi berdasarkan apapun dan demi alasan apapun; serta pengakuan
terhadap martabat manusia sebagai makhluk termulia di muka bumi.

Dalam Komentar Umum 26 (61) berdasarkan pasal 40 ayat 4 Kovenan


Internasional tentang Hak Sipil dan Politik sebagai berikut:

a. Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik tidak memuat


ketentuan apa pun mengenai pengakhiran (termination) dan pengaduan
(denunciation) atau penarikan-mundur (withdrawal). Sebagai akibatnya,
kemungkinan tentang pengakhiran, pengaduan, atau penarikan-mundur harus
dipertimbangkan dalam kerangka aturan-aturan yang berlaku dari hukum kebiasaan
internasional yang dicerminkan dalam Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian.
Berdasarkan hal ini, Kovenan tidak menjadi subyek pengaduan atau
penarikan-mundur kecuali jika telah disepakati bahwa pihak-pihak yang terlibat
berkeinginan untuk mengajukan kemungkinan akan pengaduan atau penarikan
mundur atau suatu hak untuk melakukan hal tersebut dinyatakan secara implisit
dalam sifat perjanjian yang bersangkutan.

b. Bahwa Negara-negara Pihak pada Kovenan tidak mengakui adanya


kemungkinan untuk mengajukan kritik dan bahwa Kovenan bukan hanya sekadar
kesalahpahaman mereka untuk menanggalkan referensi pada pengajuan kritik
ditunjukkan oleh kenyataan bahwa pasal 14 (2) Kovenan mengijinkan suatu Negara
Pihak untuk menarik diri dari penerimaannya terhadap kompetensi Komite untuk
17
memeriksa komunikasi antar-Negara dengan membuat pemberitahuan yang
selayaknya terhadap dampak tersebut namun tidak ada satupun ketentuan untuk
mengajukan kritik terhadap atau menarik diri dari Kovenan itu sendiri. Kemudian,
Protokol Opsional pada Kovenan, yang dinegosiasikan dan diadopsi secara
bersamaan dengan Kovenan, mengijinkan Negara-negara Pihak untuk
mengkritisinya. Sebagai tambahan, berdasarkan perbandingan, Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial yang diadopsi setahun sebelum
Kovenan, secara nyata mengijinkan adanya kritik terhadap Konvensi. Oleh
karenanya dapat disimpulkan bahwa para perancang Kovenan secara sengaja
bermaksud untuk mengeluarkan kemungkinan untuk pengajuan kritik
(denunciation). Kesimpulan yang sama berlaku bagi Protokol Opsional Kedua yang
dalam perancangannya pengajuan kritik dengan sengaja dihilangkan.

c. Kemudian, jelas bahwa Kovenan buka merupakan suatu jenis perjanjian


yang berdasarkan sifatnya, menunjukkan secara tidak langsung tentang hak atas
pengajuan kritis. Bersama dengan Kovenan Internasionl tentang Hak Ekonomi,
Sosial, dan Budaya yang dipersiapkan dan diadopsi secara bersamaan, Kovenan
mengkodifikasi dalam bentuk perjanjian hak asasi manusia universal yang terdapat
dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, ketiga instrumen tersebut
seringkali dirujuk sebagai “Hukum Utama Hak Asasi Manusia Internasional”
(International Bill of Human Rights). Dengan demikian, Kovenan tidak memiliki
karakter sementara yang biasanya dimiliki oleh perjanjian-perjanjian di mana suatu
hak untuk mengajukan kritik diberikan, walaupun tidak terdapat ketentuan khusus
yang memiliki dampak demikian.

Berkaitan dengan hak asasi manusia dalam Pancasila sebenarya sudah


dijabarkan oleh UUD 1945. Pengumuman HAM tersebar dalam beberapa pasal
yang menyangkut HAM pada masa kedamaian dan HAM pada masa sengketa

18
bersenjata. Bahkan terdapat HAM yang belum tercantum dalam Universal
Declaration of Human Right yaitu hak menentukan nasib sendiri, hak mengunakan
sumber daya alam, dan hak perutusan. Beberapa HAM yang terdapat dalam UUD
1945:

1) Hak atas kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (pasal 2
ayat 1).

2) Hakmendapatpenghidupanyanglayak (pasa l27 ayat 2)

3) Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan berpolitik (pasal 28)

4) Hak atas kebebasan mengemukakan pendapat (28)

5) Hak atas kebebasan memeluk suatu agama yang dipercayai (pasal 29 ayat 2)

Sementara dalam International Covenant of Civil and Political Rights


(Penjanjian Internasional Hak Sipil dan Politik menyebutkan bahwa hak individu
maupun kelompok dalam bernegara dan berpolitik disebutkan pada pasal 1 dan 2
sebagai berikut:

a. Pasal 1 ayat 1; semua bangsa berhak untuk menentukan nasib sendiri.


Berdasarkan hak tersebut mereka bebas untuk menentukan status politik mereka
dan bebas untuk mengejar kemajuan ekonomi, sosial dan budaya mereka.

b. Pasal 1 ayat 2; Semua bangsa, untuk tujuan-tujuan mereka sendiri, dapat


mengelola kekayaan dan sumber daya alam mereka tanpa mengurangi kewajiban-
kewajiban yang timbul dari kerjasama ekonomi internasional, berdasarkan prinsip
saling menguntungkan dan hukum internasional. Dalam hal apapun tidak
dibenarkan untuk merampas hak-hak suatu bangsa atas sumber-sumber
penghidupannya sendiri.

19
c. Pasal 1 ayat 3; Negara Pihak pada Kovenan ini, termasuk mereka yang
bertanggung jawab atas penyelenggaraan Wilayah Tanpa Pemerintahan Sendiri dan
Wilayah Perwalian, harus memajukan perwujudan hak untuk menentukan nasib
sendiri, dan harus menghormati hak tersebut sesuai dengan ketentuan dalam
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

d. Pasal 2 ayat 1; setiap Negara pihak pada Kovenan ini berjanji untuk
menghormati dan menjamin hak-hak yang diakui dalam Kovenan ini bagi semua
orang yang berada dalam wilayahnya dan tunduk pada wilayah hukumnya, tanpa
pembedaan apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik
atau pendapat lain, asal-usul kebangsaan atau sosial, kekayaan, kelahiran atau
status lainnya.

e. Pasal 2 ayat 2; apabila belum diatur dalam ketentuan perundang-undangan


atau kebijakan lainnya yang ada, setiap Negara Pihak dalam Kovenan ini berjanji
untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan, sesuai dengan proses
konstitusinya dan dengan ketentuan - ketentuan dalam Kovenan ini, untuk
menetapkan ketentuan perundang-undangan atau kebijakan lain yang diperlukan
untuk memberlakuka hak-hak yang diakui dalam Kovenan ini.

f. Pasal 2 ayat 3; setiap Negara pihak pada Kovenan ini berjanji:

1). Menjamin bahwa setiap orang yang hak-hak atau kebebasannya diakui
dalam Kovenan ini dilanggar, akan memperoleh upaya pemulihan yang efektif,
walaupun pelanggaran tersebut dilakukan oleh orang-orang yang bertindak
dalam kapasitas resmi

2). Menjamin bahwa setiap orang yang menuntut upaya pemulihan


tersebut harus ditentukan hak-haknya itu oleh lembaga peradilan, administratif,
atau legislatif yang berwenang, atau oleh lembaga berwenang lainnya yang

20
diatur oleh sistem hukum Negara tersebut, dan untuk mengembangkan segala
kemungkinan upaya penyelesaian peradilan

3). Menjamin, bahwa lembaga yang berwenang tersebut akan


melaksanakan penyelesaian demikian apabila dikabulkan.

Dengan demikian, negara sangat mengapresiasi hak asasi manusia dalam


berpolitk sebagaimana yang dituangkan dalam undang-undang yang setiap individu
memiliki kebebasan dalam mengikuti suatu kelompok atau berpolitik,
mengemukakan pendapat di muka umum, bermusyawarah dan saling menghormati
serta menjunjung tinggi hak-hak orang lain.

Selain dari pada itu, dalam perjanjian internasional hak sipil dan politik
menekankan perlindungan penuh atas hak dan kewenangan individu maupun
kelompok dalam suatu negara apabila terjadi kesenjangan, disintegrasi sosial,
diskriminasi hukum, sosial dan budaya serta etnis dengan upaya melindungi,
menghormati, menegakkan dan menghargai pendapat, gagasan dan ide serta
kebebasan individu dalam keluarga, masyarakat, lingkungan, budaya, agama dan
negaranya.

3. Hak Asasi Manusia Dalam Bermasyarakat

Sikap dan pandangan bangsa Indonesia tentang hak asasi manusia secara tegas
termuat dalam ketetapan MPR-RI. Untuk pertama kali secara eksplisit dirumuskan
dalam bentuk piagam HAM. Piagam ini terdiri dari Pembukaan dan Batang Tubuh
yang berisi X Bab dan 44 pasal. Dalam pembukaan bahwa bangsa Indonesia pada
hakekatnya mengakui, menyadari, menjamin dan menghargai hak asasi manusia.
Dalam pelaksanaan ini terpadu dalam kewajiban asasi manusia sebagai pribadi,

21
anggota keluarga masyarakat, bangsa dan negara serta anggota masyarakat
bangsa-bangsa di dunia.

Melihat hak asasi manusia dalam bermasyarakat di atas, maka paling tidak
terdapat tiga hak yang fundamental dalamsuatu masyarakat untuk merealisasikan
hak asasi manusia tersebut, yaitu hak atas kepemilikan kolektif, hak berpartisipasi
dan hak atas pembangunan.

a. Hak Atas Kepemilikan Kolektif

Pengabaian pemerintah terhadap kepemilikan kolektif masyarakat dapat


dianggap melanggar Pasal 27 dari ICCPR yang menyatakan bahwa pemerintah
tidak boleh apatis terhadap hak minoritas untuk dapat mengartikulasikan
kebudayaannya.

Dalam konteks ini, bahwa yang dimaksud “kepemilikan kolektif” merupakan


sebagai bagian integritas masyarakat dari kebudayaan masyarakat adatnya. Selain
itu juga menyatakan bahwa “masyarakat adat memiliki hak yang sama dengan
masyarakat non-adat.” Oleh karena itu, adalah menjadi hal yang sudah sewajarnya
apabila melakukan diskriminasi terhadap “hak kepemilikan kolektif” juga berlaku
mendiskriminasi masyarakat adat.

b. HakBerpartisipasi

Sebagaimana diketahui bahwa hak berpartisipasi dalam masyarakat


merupakan suatu keharusan yang direalisasikan dalam kehidupan pada suatu
bagian dari negaranya. Hal ini relevan dengan Undang-undang RI No 29 Tahun
2000 tentang Hak Asasi Manusia yang berisi tentang hak mannusia sebagai ciptaan
Tuhan, hak manusia sebagai makhluk sosial, hak manusia sebagai warga negara.11
Oleh karenanya, hak individu dalam berpartisipasi merupakan hak yang dilakukan
untuk berkontribusi dan berkomunikasi dengan yang lain, baik berpartisipasi dalam
22
lingkungan sendiri maupun lingkungan yang lain. Dengan demikian bahwa hak
berpartisipasi sebagaimana yang dimaksud dalam UU No 29 tahun 2000 di atas
adalah dalam rangka menjaga dan menjunjung tinggi nilai manusia dan
kemanusiaan, maka dari itu pentingnya hak untuk saling menciptakan kolaborasi
positif antara individu dengan lingkungan sosial, negara dan agamanya.

c. Hak Atas Pembangunan

Hak yang melingkupi semua isu-isu krusial tentang hak masyarakat adalah
hak atas pembangunan (right to depelovment) yang merupakan simbol perlawanan
kontradiksi hak asasi manusia terhadap aliran developmentalisme. Tonggak sejarah
perjuangan dimulai pada tahun 1986 dengan diselenggarakannya The Declaration
on The Right to Development (DRD). DRD menyatakan bahwa hak atas
pembangunan memiliki substansi yang inklusif dengan menggabungkan dan tidak
membeda-bedakan antara Hak Sipil dan Politik (Pasal 1–21), dan Hak Ekonomi,
Sosial, dan Budaya (Pasal 22–28) yang termaktub dalam rumusan Universal
Declaration of Human Rights (UDHR) atau dalam istilah DUHAM (Deklarasi
Umum Hak Asasi Manusia).

Secara garis besar, hak atas pembangunan dalam Declaration Right on


Development adalah sebagai berikut:

1) Deklarasi menyatakan hak atas pembangunan adalah hak asasi manusia,


dengan kata lain hak asasi manusia menjadi prasyarat kebijakan atas suatu
pembangunan

2) Pelaksanaan hak atas pembangunan harus dibarengi dengan prinsip


kebebasan, yang berarti proses pembangunan harus dilakukan secara transparan,
terbuka, akuntabel, memberi distribusi keuntungan yang adil bagi masyarakat

23
3) Kewajiban untuk menjaga pemenuhan terhadap hak atas pembangunan ini,
diberikan kepada warga negara/masyarakat dan juga terhadap pemerintah.

Berdasarkan pemaparan tersebut di atas mengenai hak asasi manusia dalam


beragama, berpolitk dan bermasyarakat. Maka perlunya menghubungkan dengan
perspektif Islam sebagai ajaran agama mayoritas pemeluknya bagi masyarakat
Indonesia. Islam sebagai rahmatan lil alamin yang dalam konsep ajarannya
sebenarnya telah meletakkan dasar utama dalam membuat perlindungan terhadap
hak asasi manusia. Pengakuan perlindungan hak asasi manusia sudah dicetuskan
dan dipromotori oleh Muhammad Saw melalui program Piagam Madinah. Dari sini,
peradaban dan pemerintahan yang syarat utamanya dengan perhormatan dan
perlindungan atas hak asasi manusia mulai lahir dan bergulir dicerminkan dalam
sejarah peradaban ummat manusia melalui sebuah pemerintahan yang bercirikan
transparan, egaliteran, demokratis, sejahtera, gotong royong dan toleransi.
Pemerintahan yang demikian adalah pemerintahan sangat menjunjung tinggi
regulasi hukum.

Sebagai konsekuensi logis dari terbentuknya program Piagam Madinah, maka


terbentuk pula suatu masyarakat yang madani, yaitu suatu masyarakat yang terbuka,
sejajar dalam persamaan hak (egaliter) yang memiliki persamaan di mata hukum,
demokratis yang memiliki sikap mengedepankan etika dan tanggung jawab moral
dan bergotong royong dalam berpartisipasi kepada masyarakat demi terciptanya
kemaslahatan kemanusiaan, keagamaan dan kenegaraan secara universal.

24
E. Upaya Penegakan HAM

Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh setiap orang dalam kehidupan
sehari-hari untuk menghargai dan menegakkan HAM antara lain dapat dilakukan
melalui perilaku sebagai berikut :

1. Mematuhi instrumen-instrumen HAM yang telah ditetapkan.


2. Melaksanakan hak asasi yang dimiliki dengan penuh tanggung jawab.
3. Memahami bahwa selain memiliki hak asasi, setiap orang juga
memiliki kewajiban asasi yang harus dijalankan dengan penuh tanggung
jawab.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menghormati hak-hak orang lain

Selain upaya di atas Pendidikan HAM juga dapat diimplementasikan sebagai


proses penyadaran dan pemberdayaan (conscientization and empowering)
masyarakat akan hak dan tanggung jawab sosial yang dipikulnya. Membentuk
masyarakat berperadaban (civilized society) adalah tujuan sosialnya, sementara
tujuan akhirnya adalah kearifan serta kebahagiaan seluruh umat manusia. Dengan
demikian pendidikan HAM harus diupayakan sebagai wahana pembentuk dan
pengembangan pribadi dalam upaya pembentukan masyarakat yang beradab (civil
society) yang penuh kearifan dan kebahagiaan, lahir maupun batin.

Hakekat dari tujuan akhir (high purpose) pendidikan HAM adalah menciptakan
kemakmuran dan kebahagiaan masyarakat di alam semesta. Dengan kata lain,
tujuan pendidikan HAM adalah membentuk masyarakat yang sarat moralitas.
Pendidikan HAM adalah bagaimana moral dan sistem moral dibangun sebagai
fondasi pemerintahan yang baik (good governance) di atas law enforcement yang
kuat.

25
Untuk mewujudkannya, langkah nyata yang diperlukan adalah menggalakkan
pemahaman tentang HAM, diantaranya dapat dilakukan melalui sosialisasi
nilai-nilai HAM mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Upaya ini dapat
pula dilakukan melalui kampanye, diseminasi atau publikasi media massa.

Langkah yang terkoordinasi antara berbagai lapisan masyarakat termasuk


Lembaga Swadaya Masyarakat, pemerintah dan PBB, tentu akan memberi dampak
positif bagi upaya pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia. Langkah lain
yang perlu segera dilakukan adalah dicanangkannya kampanye HAM secara
nasional, untuk meningkatkan pemahaman HAM dan hak-hak mendasar lainnya.
Kegiatan di tingkat nasional dapat pula dikaitkan dengan aktivitas PBB yang telah
mencanangkan tahun 1995-2004 sebagai Dekade PBB untuk pendidikan HAM.

Meski sasaran kampanye ini ditujukan kepada masyarakat umum, perlu


pula ditekankan bahwa berbagai aparat pemerintah dan penegak hukum pun perlu
mendapat perhatian khusus. Tentu saja peran media massa dalam kegiatan ini tidak
dapat diabaikan, mengingat kemampuan membentuk opini publik dan dalam
penyampaian informasi.

Pasang surut dan perkembangan HAM di Indonesia juga senantiasa terkait


dengan institusi-institusi yang mengemban hak-hak strategis masyarakat seperti
pers, pengadilan, perguruan tinggi, partai politik, Dewan Perwakilan Rakyat,
organisasi kemasyarakatan, Lembaga Swadaya Masyarakat dan sebagainya. Jika
sosialisasi HAM dilakukan dan hakekat tujuan pendidikan HAM dapat dipahami
dan tertransformasi ke seluruh komponen bangsa dengan baik, besar kemungkinan
disintegrasi bangsa tidak perlu terjadi. Pembunuhan, pemerkosaan,
tindakan-tindakan keji serta pelanggaran HAM lainnya tidak perlu menghiasi
media massa. Paling tidak, berbagai wujud tindak kekerasan yang setiap hari terjadi,
semakin berkurang.
26
BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan

1. Hak asasi manusia merupakan suatu isu yang paling banyak dibicarakan
pada lever diskursus nasional maupun internasional, karena semakin banyak
manusia yang ada di muka bumi ini, kini merasa sangat berkepentingan dengan hak
asasi manusia.

2. Di Indonesia sejar bergulirnya reformasi dengan suatu harapan bahwa


dapat terujudnya pemerintahan yang demokratis, dan menjunjung tinggi hak-hak
asasi manusia rakyat Indonesia, walaupun 10 tahun era reformasi berjalan
nampaknya apa yang diharapkan oleh pejuang reformasi (demokrasi dan HAM)
belum berjalan dengan baik, namun sudal lebih baik dari era sesudahnya.

3. Implementasi HAM internasional sepenuhnya tidak dapat dijalankan


sepenuhnya di Indonesia, mengingat budaya dan kemampuan pemerintah Indonesia
sangat berbeda dengan negara-negara penggagas HAM internasional itu sendiri.
Oleh karena itu implementasi HAM di Indonesia semestinya disesuaikan dengan
situasi dan kondisi Indonesia, dan tidak benar kalau melihak pelaksanaan HAM di
Indonesia dari kacamatanya Barat.

B. Saran

Mengingat hak asasi manusia itu adalah sesuatu yang sangat prinsip dan
telah didukung oleh undang-undang internasinal maupun nasional, maka
pemerintah dan bangsa Indonesia sebagai bagian dari bangsa dunia ini wajib
menghormati, melaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta
27
budaya-budaya yang ada di Indonesia. Dengan di berlakukannya undang-undang
HAM internasional maupun nasional pemerintah harus berani mengadili para
pelanggar hak asasi manusii di Indonesia, seperti kasus Tanjung Priuk, 27 Juli,
Semanggi I dan II, Aceh, yang nampaknya sampai saat ini belum terselesaikan, dan
masih banyak lagi kasus-kasus HAM di Indonesia yang belum terselesaikan oleh
pemerintah.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ceswara, D.F., & Wiyatno, P. (2018). “Implementasi Nilai Hak Asasi Manusia
dalam Sila Pancasila”, Lex Scientia Law Review. Volume 2 No. 2, November,
hlm. 207-220.

MURDOKH, A. (2019). Implementasi Hak Asasi Manusia Di Indonesia Dalam

Perspektif Islam. Diploma atau S1 thesis, UIN SMH BANTEN.

http://repository.uinbanten.ac.id/3594/

Oktavia. (2021). Pengertian HAM, Lengkap dengan Penjelasan Instrumen HAM


Internasional dan Nasional. Tribunnews.com.

https://m.tribunnews.com/pendidikan/2021/09/01/pengertian-ham-lengkap-de

ngan-penjelasan-instrumen-ham-internasional-dan-nasional

Punia, I. N. (2011). Implementasi Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.

http://repo.unsrat.ac.id/537/1/IMPLEMENTASI_HAK_ASASI_MANU
SIA_

DI_INDONESIA.pdf

Saintif. (2020). Implementasi – Arti, Pengertian, dan Penjelasannya.


https://saintif.com/implementasi-adalah/

Sendari, A.A. (2021). Tujuan HAM bagi Manusia, Pengertian, Jenis, dan
Pelanggarannya. Liputan6.com.

29
https://hot.liputan6.com/read/4594208/tujuan-ham-bagi-manusia-pengertian-j.
enis-dan-pel anggarannya

Yuda, A. (2021). Pengertian HAM Menurut Para Ahli, Macam, Pelanggaran, dan
Penegakannya di Indonesia. Bola.com.

https://www.bola.com/ragam/read/4519008/pengertian-ham-menurut-para-ahl
i-macam-pelanggaran-dan-penegakannya-di-indonesia

30

Anda mungkin juga menyukai