Disusun oleh:
Kelompok 3 / Kelas 1B
TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021/2022
DR. H HUSEN SARUJIN, SH., MM., M.Si., MH.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ya akung berjudul
"Implementasi Pelaksanaan HAM di Indonesia" ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pengampu mata kuliah "Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan".
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
"Implementasi Pelaksanaan HAM di Indonesia" bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DOSEN PENGAMPU……………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR………………………………………………….…………..ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN………………….………………….……………..……1
A、Latar Belakang………………………………………..….….…...……….1
B、Rumusan Masalah……………………………………...…………………1
C、Tujuan…………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….…3
A、Kesimpulan………………………………………..…………………….27
B、Saran……………………………………………………………….……27
DAFTAR PUSTAKA……………….…….………….…….…………..………...29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak paling dasar yang dimiliki oleh setiap
individu yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Setiap individu terlahir ke
dunia ini memiliki seperangkat hak-hak yang merupakan karunia Tuhan yang
diberikan secara otomatis dimiliki oleh individu tersebut ketika ia terlahir ke dunia
ini. Hal ini sifatnya sangat mendasar dan fundamental bagi hidup dan kehidupan
manusia dan merupakan hak kodrati, yang tidak bisa terlepas dari dan dalam
kehidupan manusia. Penerapan HAM di Indonesia masih kurang
merata/keseluruhan, hal ini disebabkan karena masih ada saja perbuatan yang
menyalahi HAM atau menginjak- nginjak HAM sehingga tidak mempunyai harga
diri lagi. Permasalahan yang lain yang terjadi adalah banyak sekali kasus
pelanggaran HAM di Indonesia pada saat ini. HAM bersifat mutlak, yang artinya
hak asasi manusia harus ada dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun. Untuk
itu, perlunya untuk mempelajari dan memahami penerapan atau implementasi
HAM khususnya di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1
4. Bagaimana implementasi pelaksaan HAM di Indonesia?
A、Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Implementasi
Sacara formal konsep mengenai Hak Asasi Manusia (HAM) lahir pada tanggal
10 Desember 1948, ketika PBB memproklamirkan Deklarasi Universal HAM.
Yang didalamnya memuat 30 pasal, yang kesemuanya memaparkan tentang hak
dan kewajiban umat manusia.
Secara eksplisit, pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) adalah suatu yang
melekat pada manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai
manusia, sifatnya tidak dapat dihilangkan atau dikurangi oleh siapapun.
a. Haar Tilar
3
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah hak-hak yang sudah ada atau melekat pada
tiap-tiap manusia dan tanpa mempunyai hak-hak itu, tiap-tiap manusia itu tidak
dapat hidup selayaknya manusia. Hak ini didapatkan sejak lahir ke dunia.
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah suatu hak yang sifatnya mendasar atau juga
asasi. Hak-hak yang dipunyai pada tiap-tiap manusia tersebut dengan berdasarkan
kodratnya, pada hakikatnya tidak akan dapat dipisahkan sehingga akan bersifat
suci.
c. John Locke
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah hak-hak yang secara langsung diberikan
Tuhan Yang Maha Esa pada tiap manusia sebagai hak yang kodrati. Oleh sebab itu,
tidak ada kekuatan di dunia ini yang dapat mencabutnya. HAM sifatnya
fundamental atau mendasar bagi tiap kehidupan manusia dan pada hakikatnya
sangat suci.
d. Peter R. Baehr
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah hak dasar yang bersifat mutlak dan juga
harus dipunyai pada tiap insan untuk perkembangan dirinya tersebut.
e. UU No 39 Tahun 1999
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah seperangkat hak yang sudah ada pada diri
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang mana hak ini ialah
anugerah yang wajib untuk dihargai dan juga untuk dilindungi oleh pada tiap orang
untuk dapat melindungi harkat dan juga martabat manusia.
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak dasar / pokok yang dibawa
4
manusia sejak lahir sebagai anugerah tuhan yang maha esa.
g. Austin-Ranney
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah ruang kebebasan suatu individu yang
dirumuskan secara jelas dalam konstitusi dan dijamin oleh pemerintah dalam
pelaksanaannya.
h. A. J.M. Milne
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang dimiliki oleh seluruh umat
manusia di setiap masa dan di segala tempat karena keutamaan keberadaannya
sebagai manusia.
i. Peter R. Baehr
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak dasar yang bersifat mutlak dan
harus dimiliki oleh setiap insan di dunia, guna perkembangan dirinya.
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang memungkinkan orang hidup
berdasarkan suatu harkat dan martabat tertentu.
l. Jan Materson
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang ada pada setiap manusia
yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.
m. Muladi
5
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seluruh hal yang pokok atau mendasar
yang melekat pada diri setiap manusia dalam kehidupannya.
n. Thomas Hobbes
o. Haar Tilar
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat atau pasti ada pada diri
manusia, apabila setiap manusia tidak memiliki hak-hak itu maka setiap manusia
itu tidak bisa hidup seperti manusia. Hak tersebut diperoleh sejak pertama kali lahir
ke dunia.
p. Miriam Budiardjo
Beliau membatasi pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai hak yang
dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran
atau kehadirannya di dalam masyarakat.
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang dipunyai manusia bukan
bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat. Jadi bukan karena hukum
positif yang berlaku, akan tetapi martabatnya sebagai manusia. Manusia
memilikinya karena ia manusia.
r. G.J. Wolhos
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah sejumlah hak yang sudah melekat dan
mengakar pada diri manusia di dunia, dan hak-hak tersebut tidak boleh dihilangkan,
karena menghilangkan HAM orang lain sama dengan menghilangkan derajat
kemanusiaan.
6
s. Karel Vasak
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan 3 generasi yang didapat dari revolusi
prancis. Hal ini dimaksudkan untuk merujuk pada inti serta ruang lingkup dari hak
yang menjadi prioritas utama dalam beberapa kurun waktu tertentu.
t. Jack Donnelly
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang melekat pada martabat
manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, sifatnya tidak boleh
dilanggar oleh siapapun, seolah-olah merupakan holy area.
Hak Asasi Manusia (HAM) mempunyai 2 makna dasar. Yang pertama adalah
bahwa hak-hak hakiki serta tidak dapat dipisahkan menjadi hak seseorang hanya
karena ia adalah manusia. Hak tersebut adalah hak moral yang keberadaannya ada
karena sebagai seorang manusia. Yang kedua HAM adalah hak hukum baik itu
secara nasional maupun internasional.
C. Tujuan HAM
Menurut PBB, tujuan utama HAM adalah memastikan seorang manusia akan
mampu mengembangkan dan menggunakan sepenuhnya kualitas manusia seperti
7
kecerdasan, bakat, dan hati nurani serta memuaskan kebutuhan spiritual dan
lainnya.
Tujuan HAM adalah melindungi hak manusia untuk hidup dengan harga diri,
yang meliputi hak untuk hidup, hak atas kebebasan, dan hak keamanan. Hidup
dengan harga diri berarti bahwa manusia harus memiliki sesuatu seperti tempat
yang layak untuk tinggal dan makanan yang cukup. Artinya, untuk mencapai tujuan
HAM ini manusia harus dapat berpartisipasi dalam masyarakat, menerima
pendidikan, bekerja, mempraktikkan ajaran agamanya, berbicara dalam bahasanya
sendiri, dan hidup dengan damai.
HAM juga bertujuan adalah sebagai alat untuk melindungi manusia dari
kekerasan dan kesewenang-wenangan. HAM mengembangkan sikap saling
menghargai antara manusia. HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran
dan tanggung jawab untuk menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar.
Salah satu karakteristik hak asasi manusia adalah bersifat universal. Artinya,
hak asasi merupakan hak yang dimiliki oleh setiap manusia di dunia tanpa
membeda-bedakan suku bangsa, agama, ras maupun golongan. Oleh karena itu,
setiap negara wajib menegakkan hak asasi manusia. Akan tetapi, karakteristik
penegakan hak asasi manusia berbeda-beda antara negara yang satu dengan negara
lainnya. Ideologi, kebudayaan dan nilai-nilai khas yang dimiliki suatu negara akan
8
mempengaruhi pola penegakan hak asasi manusia disuatu negara Contohnya, di
Indonesia, dalam proses penegakan hak asasi manusia dilakukan dengan
berlandaskan kepada ideologi negara yaitu Pancasila. Pancasila merupakan
ideologi yang mengedepankan nilai-nilai kemanusian. Pancasila sangat
menghormati hak asasi setiap warga negara maupun bukan warga negara Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu: Nilai Ideal, Nilai
Instrumental dan Nilai Praksis (Syarbaini,2003:27).
Jika dilihat dari kehidupan sehari- hari hak asasi manusia di Indonesia
hanya berupa kebebasan hidup dan jaminan hidup dari siksaan dan dari kekerasan
fisik saja. Sedangkan hal hal lain tentang yang membahas HAM tersebut tidak
diperhatikan seperti contoh ; penderitaan kaum tidak mampu, pendidikan dan
tentang kepercayaan seseorang atau keyakinan.
Jika di lihat dari kenyataan yang ada, kaum yang tidak mampu di Indonesia ini
semakin banyak dan menjadi pemandangan yang tidak asing lagi . Tetapi
pemerintah seperti tidak memperdulikan hal itu, tidak ada sumbangan yang
tersalurkan dengan baik kepada kaum tidak mampu . Hal ini membuktikan bahwa
pemerintah gagal dalam kesejahteraan masyarakat dan dalam mengharagai HAM
untuk kaum tidak mampu.
2. Pendidikan
Dalam hak asasi manusia ini juga membahas tetang setaip orang berhak
memiliki atau mendapatkan pendidikan sama seperti yang lain, untuk di Indonesia
dalam penerapan HAM untuk pendidikan masih kurang umumnya dalam
pendidikan diluar daerah, khususnya di luar kota-kota besar di Indonesia banyak
9
anak-anak yang ingin bersekolah tetapi tidak cukup biaya atau tidak adanya sekolah
didaerah tersebut. Kebanyakan orang tua disana mengiginkan anaknya dapat
menghasikan uang saja tanpa adanya pendidikan atau sekolah, sedangkan pada kota
kota besar HAM dalam pendidikan ini banyak dilanggar oleh institut pendidikan itu
sendiri seperti pada peneriamaan calon siswa atau maha siswa yang pas-pasan,
mereka pandai tetapi tidak bisa masuk pada sekolah negeri atau perguruan tinggi
negeri karena banyak diantara badan pendidikan tadi lebih memihak pada uangnya
saja sedangkan kualitas bagi orang yang kurang mampu mereka hanya menjadi
cadangan saja.
Jika kita merujuk pada pasal 28 (e) ayat 2 undang-undang hasil amandemen, di
sana disebutkan: Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan fikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya”. undang-undang ini
disempurnakan pula dengan pasal 29 ayat 1 dan 2 yang menyebutkan: Negara
berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa, Negara Menjamin Kemerdekaan Tiap-tiap
Penduduk untuk memeluk agamanya, dan beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”. Undang-undang yang baru disebutkan sebelumnya, pada
prinsipnya sudah cukup mapan sebagai jaminan konstitusi untuk kebebasan
beragama di Indonesia. Jika ditafsirkan secara bebas, undang-undang ini
mencerminkan beberapa prinsip tentang hak kebebasan beragama, yaitu: hak untuk
meyakini suatu kepercayaan, dan hak untuk mengekspresikan fikiran serta sikap
sesuai dengan hati nurani. Jika saja undang-undang ini terimplementasi dengan
baik, barangkali tidak akan ada kelompok yang diklaim sebagai aliran sesat, dan
atau jikapun ada, setidaknya mereka yang dinilai sesat masih bebas menikmati
haknya untuk tetap hidup dan tumbuh di negeri ini. Bukan sebaliknya, perlakuan
terhadap mereka yang dinilai sesat justru mencerminkan penghakiman terhadap
10
keyakinan yang bersumber dari hati nurani mereka. Fenomena yang paling
menggelitik adalah, jaminan konstitusi terhadap kebebasan beragama di Indonesia
seolah hanya merupakan “macan kertas” yang tidak memiliki power sedikitpun.
Perkembangan kehidupan yang berkelanjutan sampai saat ini dari realitas
lokal, nasional dan internasional, nampaknya bahwa hak asasi manusia
berkembang seiring dalam suatu hubungan yang komplementer. Hak asasi manusia
sudah berkembang sebagai suatu tatanan yang semula hanya sebatas Negara
tertentu, namun sekarang telah mendunia. Instrumen hak asasi manusia yang
awalnya bersifat universal telah dijadikan cermin berbagai norma perilaku yang
diterima secara khusus oleh sebagaian besar negara-negara di dunia. Asumsi inilah
yang dijadikan dasar diterimanya pernyataan/piagam hak asasi manusia sedunia
(universal declaration of human rights) pada tahun 1948 oleh badan sedunia
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada pembukaan deklarasi Hak Asasi Manusia
tersebut ada suatu pengakuan atas mertabat yang hakiki dan hak yang sama tanpa
diskriminasi, tidak dapat dicabut oleh segenap umat manusia, sekaligus sebagai
landasan adanya kebebasan, keadilan, dan perdamaian dunia. Nilai-nilai hak asasi
manusia yang besifat universal itu, secara teoritis dapat diterima oleh semua negara,
akan tetapi pada tataran implementasi selalu terdapat perbedaan antara satu negara
dengan negara yang lainnya, karena adanya persepsi/pandangan yang berbeda.
Perbedaan sudut pandang inilah yang mengakibatkan implementasi dari nilai-nilai
universal hak asasi manusia tidak seragam ( Muladi, 2007 : 86 ).
Hak Asasi Manusia juga mengajarkan prinsip persamaan hak egaliteran dan
kebebasan independen manusia, sehingga tidak boleh ada diskriminasi,
marginalisasi, eksploitasi dan kekerasan terhadap manusia dalam bentuk apapun
dan juga tidak boleh ada pembatasan dan pengekangan apa pun terhadap kebebasan
dasar manusia, termasuk di dalamnya hak kebebasan dalam beragama.
13
yang menyebabkan individu atau masyarakat tidak dapat sepenuhnya
mengekspresikan agama atau keyakinan yang mereka anut. Agar kebebasan agama
atau keyakinan dapat terwujud lebih baik, membutuhkan upaya serius untuk
mengadakan perubahan regulasi dan policy Negara.
Dalam RUU KUHP, khususnya berkaitan dengan pasal- pasal yang memuat
soal tindak pidana terhadap agama terkesan terdapat tiga hal. Pertama, bahwa RUU
ini sangat ambisius mengatur soal agama. Pada UU KUHP sebelumnya masalah
agama hanya diatur dalam satu pasal, yaitu pasal 156 a tentang tindak pidana
terhadap tindakan penodaan pada suatu agama yang dianut di Indonesia. RUU
sekarang merumuskan soal agama dalam suatu bab khusus yang dinamakan Tindak
Pidana terhadap Agama dan Kehidupan Beragama, terdiri dari dua bagian. Pertama,
soal tindak pidana terhadap agama dan kehidupan beragama; dan kedua, soal
Pembangunan agama dalam konteks ke-Indonesiaan seharusnya merupakan upaya
untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan, pemahaman, dan pengamalan
ajaran agama kepada seluruh umat beragama sehingga masyarakat memperoleh
kemudahan dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan dan
kepercayaannya masing-masing. Selain itu, pembangunan agama juga ditujukan
untuk membangun masyarakat yang memiliki kesadaran akan realitas
kebhinnekaan budaya dan memahami makna kemajemukan sosial sehingga tercipta
harmoni sosial yang toleran, bertenggang rasa, dan menghargai martabat
kemanusiaan.
14
Jika problem hak individu dalam beragama dikaitkan dengan agenda
pembangunan nasional, maka pembangunan agama diharapkan dapat mendukung
mewujudkan masyarakat Indonesia sejahtera dan menciptakan Indonesia aman dan
damai.
Kita seharusnya tidak melupakan sejarah panjang bangsa ini, suatu monumen
nasional yang telah merefleksikannya sebagai miniatur kebebasan beragama dan
berkeyakinan yang disertai keragaman sosial budaya masyarakat kita kepada
generasi penerus bangsa ini. Kita juga bisa merenung sesaat dengan hati nurani
yang bersih menatap megahnya personifikasi harmoni dan kerukunan
keberagamaan yang tercermin pada berdirinya Mesjid Istiqlal dan Gereja Katolik
Katedral berdampingan dengan damai dan harmonis di Jakarta, ibu kota negara
Indonesia tercinta. Idealnya, fenomena tersebut seharusnya menggugah kesadaran
setiap anak bangsa untuk membuang stigma kebebasan beragama dan berkeyakinan
15
hanya sebagai ilusi belaka. Dengan demikian kebebasan hak manusia dalam
beragama merupakan hak yang melekat dalam individu untuk dapat menghargai,
menghormati dan mentolerir agama yang dianutnya, baik untuk dirinya maupun
untuk orang lain. Dalam syariat Islam, kebebasan beragama setiap individu tidak
ada paksaan maupun keterpaksaan dalam memeluk suatu agamanya.
Banyak benturan manusia yang satu dengan manusia yang lain, kelompok
yang satu dengan kelompok yang lain. Hak dan kebebasan secara alamiah dimiliki
setiap manusia. Dalam hidup berkelompok hak ini diambil atau didelegasikan
kepada kelompoknya untuk pengaturan hidup bersama. Dalam perkembangannya
kelompok masyarakat menjadi semakin kuat, sehingga manusia hanya sebagai sub
ordinasi dari tata kehidupan yang berlaku. Hidup dan kebebasan manusia diabaikan
untuk kelompok. Saat itulah hak yang melekat pada manusia sudah terampas.
Hak Asasi Manusia merupakan suatu konsep etika politik modem dengan
gagasan pokok penghargaan dan penghormatan terhadap manusia dan kemanusiaan.
Gagasan ini membawa kepada sebuah tuntutan moral tentang bagaimana
seharusnya manusia memperlakukan sesamanya manusia. Tuntutan moral tersebut
sejatinya merupakan ajaran inti dari semua agama. Sebab, semua agama
16
mengajarkan pentingnya penghargaan dan penghormatan terhadap manusia, tanpa
ada pembedaan dan diskriminasi. Tuntutan moral itu diperlukan, terutama dalam
rangka melindungi seseorang atau suatu kelompok yang lemah atau “dilemahkan”
(al-mustad'afin) dari tindakan dzalim dan semena-mena yang biasanya datang dari
mereka yang kuat dan berkuasa. Karena itu, esensi dari konsep hak asasi manusia
adalah penghormatan terhadap kemanusiaan seseorang tanpa kecuali dan tanpa ada
diskriminasi berdasarkan apapun dan demi alasan apapun; serta pengakuan
terhadap martabat manusia sebagai makhluk termulia di muka bumi.
18
bersenjata. Bahkan terdapat HAM yang belum tercantum dalam Universal
Declaration of Human Right yaitu hak menentukan nasib sendiri, hak mengunakan
sumber daya alam, dan hak perutusan. Beberapa HAM yang terdapat dalam UUD
1945:
1) Hak atas kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (pasal 2
ayat 1).
5) Hak atas kebebasan memeluk suatu agama yang dipercayai (pasal 29 ayat 2)
19
c. Pasal 1 ayat 3; Negara Pihak pada Kovenan ini, termasuk mereka yang
bertanggung jawab atas penyelenggaraan Wilayah Tanpa Pemerintahan Sendiri dan
Wilayah Perwalian, harus memajukan perwujudan hak untuk menentukan nasib
sendiri, dan harus menghormati hak tersebut sesuai dengan ketentuan dalam
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
d. Pasal 2 ayat 1; setiap Negara pihak pada Kovenan ini berjanji untuk
menghormati dan menjamin hak-hak yang diakui dalam Kovenan ini bagi semua
orang yang berada dalam wilayahnya dan tunduk pada wilayah hukumnya, tanpa
pembedaan apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik
atau pendapat lain, asal-usul kebangsaan atau sosial, kekayaan, kelahiran atau
status lainnya.
1). Menjamin bahwa setiap orang yang hak-hak atau kebebasannya diakui
dalam Kovenan ini dilanggar, akan memperoleh upaya pemulihan yang efektif,
walaupun pelanggaran tersebut dilakukan oleh orang-orang yang bertindak
dalam kapasitas resmi
20
diatur oleh sistem hukum Negara tersebut, dan untuk mengembangkan segala
kemungkinan upaya penyelesaian peradilan
Selain dari pada itu, dalam perjanjian internasional hak sipil dan politik
menekankan perlindungan penuh atas hak dan kewenangan individu maupun
kelompok dalam suatu negara apabila terjadi kesenjangan, disintegrasi sosial,
diskriminasi hukum, sosial dan budaya serta etnis dengan upaya melindungi,
menghormati, menegakkan dan menghargai pendapat, gagasan dan ide serta
kebebasan individu dalam keluarga, masyarakat, lingkungan, budaya, agama dan
negaranya.
Sikap dan pandangan bangsa Indonesia tentang hak asasi manusia secara tegas
termuat dalam ketetapan MPR-RI. Untuk pertama kali secara eksplisit dirumuskan
dalam bentuk piagam HAM. Piagam ini terdiri dari Pembukaan dan Batang Tubuh
yang berisi X Bab dan 44 pasal. Dalam pembukaan bahwa bangsa Indonesia pada
hakekatnya mengakui, menyadari, menjamin dan menghargai hak asasi manusia.
Dalam pelaksanaan ini terpadu dalam kewajiban asasi manusia sebagai pribadi,
21
anggota keluarga masyarakat, bangsa dan negara serta anggota masyarakat
bangsa-bangsa di dunia.
Melihat hak asasi manusia dalam bermasyarakat di atas, maka paling tidak
terdapat tiga hak yang fundamental dalamsuatu masyarakat untuk merealisasikan
hak asasi manusia tersebut, yaitu hak atas kepemilikan kolektif, hak berpartisipasi
dan hak atas pembangunan.
b. HakBerpartisipasi
Hak yang melingkupi semua isu-isu krusial tentang hak masyarakat adalah
hak atas pembangunan (right to depelovment) yang merupakan simbol perlawanan
kontradiksi hak asasi manusia terhadap aliran developmentalisme. Tonggak sejarah
perjuangan dimulai pada tahun 1986 dengan diselenggarakannya The Declaration
on The Right to Development (DRD). DRD menyatakan bahwa hak atas
pembangunan memiliki substansi yang inklusif dengan menggabungkan dan tidak
membeda-bedakan antara Hak Sipil dan Politik (Pasal 1–21), dan Hak Ekonomi,
Sosial, dan Budaya (Pasal 22–28) yang termaktub dalam rumusan Universal
Declaration of Human Rights (UDHR) atau dalam istilah DUHAM (Deklarasi
Umum Hak Asasi Manusia).
23
3) Kewajiban untuk menjaga pemenuhan terhadap hak atas pembangunan ini,
diberikan kepada warga negara/masyarakat dan juga terhadap pemerintah.
24
E. Upaya Penegakan HAM
Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh setiap orang dalam kehidupan
sehari-hari untuk menghargai dan menegakkan HAM antara lain dapat dilakukan
melalui perilaku sebagai berikut :
Hakekat dari tujuan akhir (high purpose) pendidikan HAM adalah menciptakan
kemakmuran dan kebahagiaan masyarakat di alam semesta. Dengan kata lain,
tujuan pendidikan HAM adalah membentuk masyarakat yang sarat moralitas.
Pendidikan HAM adalah bagaimana moral dan sistem moral dibangun sebagai
fondasi pemerintahan yang baik (good governance) di atas law enforcement yang
kuat.
25
Untuk mewujudkannya, langkah nyata yang diperlukan adalah menggalakkan
pemahaman tentang HAM, diantaranya dapat dilakukan melalui sosialisasi
nilai-nilai HAM mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Upaya ini dapat
pula dilakukan melalui kampanye, diseminasi atau publikasi media massa.
PENUTUP
A. kesimpulan
1. Hak asasi manusia merupakan suatu isu yang paling banyak dibicarakan
pada lever diskursus nasional maupun internasional, karena semakin banyak
manusia yang ada di muka bumi ini, kini merasa sangat berkepentingan dengan hak
asasi manusia.
B. Saran
Mengingat hak asasi manusia itu adalah sesuatu yang sangat prinsip dan
telah didukung oleh undang-undang internasinal maupun nasional, maka
pemerintah dan bangsa Indonesia sebagai bagian dari bangsa dunia ini wajib
menghormati, melaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta
27
budaya-budaya yang ada di Indonesia. Dengan di berlakukannya undang-undang
HAM internasional maupun nasional pemerintah harus berani mengadili para
pelanggar hak asasi manusii di Indonesia, seperti kasus Tanjung Priuk, 27 Juli,
Semanggi I dan II, Aceh, yang nampaknya sampai saat ini belum terselesaikan, dan
masih banyak lagi kasus-kasus HAM di Indonesia yang belum terselesaikan oleh
pemerintah.
28
DAFTAR PUSTAKA
Ceswara, D.F., & Wiyatno, P. (2018). “Implementasi Nilai Hak Asasi Manusia
dalam Sila Pancasila”, Lex Scientia Law Review. Volume 2 No. 2, November,
hlm. 207-220.
http://repository.uinbanten.ac.id/3594/
https://m.tribunnews.com/pendidikan/2021/09/01/pengertian-ham-lengkap-de
ngan-penjelasan-instrumen-ham-internasional-dan-nasional
http://repo.unsrat.ac.id/537/1/IMPLEMENTASI_HAK_ASASI_MANU
SIA_
DI_INDONESIA.pdf
Sendari, A.A. (2021). Tujuan HAM bagi Manusia, Pengertian, Jenis, dan
Pelanggarannya. Liputan6.com.
29
https://hot.liputan6.com/read/4594208/tujuan-ham-bagi-manusia-pengertian-j.
enis-dan-pel anggarannya
Yuda, A. (2021). Pengertian HAM Menurut Para Ahli, Macam, Pelanggaran, dan
Penegakannya di Indonesia. Bola.com.
https://www.bola.com/ragam/read/4519008/pengertian-ham-menurut-para-ahl
i-macam-pelanggaran-dan-penegakannya-di-indonesia
30