Disusun Oleh:
Egi Ahmad Hidayat
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan
anugerah dan kasih sayang, petunjuk dan kekuatannya yang telah diberikan pada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Sejarah Pers di Indonesia...............................................................................3
2.2 Perkembangan Pers Nasional.........................................................................7
2.2.1 Pers pada masa Penjajahan Belanda dan Jepang.....................................7
2.1.2 Pers pada masa Revolusi.........................................................................8
2.1.3 Pers pada masa Demokrasi Liberal..........................................................9
2.1.4 Pers pada masa Demokrasi Terpimpin.....................................................9
2.1.5 Masa Orde Baru.....................................................................................10
2.1.6 Masa Reformasi.....................................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
3.1 Kesimpulan..................................................................................................15
3.2 Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada awalnya, komunikasi antar manusia sangat bergantung pada
komunikasi dari mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan
penerbitan media massa terpicu penemuan mesin cetak oleh Johannes
Gutenberg.
Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh
Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan
jurnalisme sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timur, Bintang
Barat, Java Bode, Medan Prijaji, dan Java Bode terbit.
Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, korankoran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang
mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan
Suara Asia.
Kemerdekaan
Indonesia
membawa
berkah
bagi
jurnalisme.
komunikasi.
Menjelang
penyelenggaraan Asian
Games
IV,
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pers di Indonesia
Berbicara perihal dunia pers di Indonesia, tentunya tidak bisa
dipisahkan dari hadirnya bangsa Barat di tanah air kita. Memang tidak bisa
dimungkiri, bahwa orang Eropa lah, khususnya bangsa Belanda, yang telah
berjasa memelopori hadirnya dunia pers serta persuratkabaran di
Indonesia. Masalahnya sebelum kehadiran mereka, tidak diberitakan adanya
media masa yang dibuat oleh bangsa pribumi.
Tentang awal mula dimulainya dunia persurat kabaran di tanah air
kita ini, Dr. De Haan dalam bukunya, Oud Batavia (G. Kolf Batavia
1923), mengungkap secara sekilas bahwa sejak abad 17 di Batavia sudah
terbit sejumlah berkala dan surat kabar. Dikatakannya, bahwa pada tahun
1676 di Batavia telah terbit sebuah berkala bernama Kort Bericht Eropa
(berita singkat dari Eropa). Berkala yang memuat berbagai berita dari
Polandia, Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol, Inggris, dan Denmark ini,
dicetak di Batavia oleh Abraham Van den Eede tahun 1676. Setelah itu terbit
pula Bataviase Nouvelles pada bulan Oktober 1744, Vendu Nieuws pada
tanggal 23 Mei 1780, sedangkan Bataviasche Koloniale Courant tercatat
sebagai surat kabar pertama yang terbit di Batavia tahun 1810.
Sejak abad 17 dunia pers di Eropa memang sudah mulai dirintis.
Sekalipun masih sangat sederhana, baik penampilan maupun mutu
pemberitaannya, surat kabar dan majalah sudah merupakan suatu kebutuhan
bagi masyarakat di masa itu. Bahkan, para pengusaha di masa itu telah
meramalkan bahwa dunia pers di masa mendatang merupakan lahan bisnis
yang menjanjikan. Oleh karena itu, tidak heran apabila para pengusaha
persuratkabaran serta para kuli tinta asal Belanda sejak masa awal
pemerintahan VOC, sudah berani membuka usaha dalam bidang penerbitan
berkala dan surat kabar di Batavia.
Kendati demikian, tujuan mereka bukan cuma sekadar untuk
memperoleh keuntungan uang. Namun, mereka telah menyadari bahwa
akhirnya
disukai
oleh
para
pengelolanya
karena
bisa
baru
yang
menguntungkan
penduduk.
Keberanian
Pada
masa
ini
tokoh-tokoh
pergerakan
yang
mengopinikan
kemerdekan lewat media massa seperti Soekarno, Hatta dan Syahrir dibuang
ke Boven Digul oleh dua penguasa tertinggi Pemerintah Kolonial Hindia
Belanda, yaitu Gubernur Jenderal De Jonge (1931-1936) dan Gubernur
Jenderal Tjarda van Star. De Jonge sendiri menamakan artikel-artikel tokoh
pergerakan (memberi labelling) gezagsvijandige artikelen atau tulisan-tulisan
yang memusuhi pemerintah.
Di masa pemerintahan Jepang kehidupan pers lebih dipersempit,
selain UU Belanda UU No 16 yang pasal-pasalnya sangat menakutkan
mengenai izin terbit, pembelengguan kebebasan pers dengan memasukan
tokoh-tokoh pergerakan kedalam penjara, dan membreidel penerbitannya
diberlakukan. Di setiap surat kabar ditempatkan Shidooin (penasihat) yang
tidak jarang menulis artikel dengan mencatat nama anggota redaksi
2.2 Perkembangan Pers Nasional
2.2.1 Pers pada masa Penjajahan Belanda dan Jepang
2.2.1.1 Zaman Belanda
Pada tahun 1828 di Jakarta diterbitkan Javasche Courant yang isinya
memuat berita- berita resmi pemerintahan, berita lelang dan berita kutipan
dari
harian-harian
di
Eropa.
Sedangkan
di
Surabaya
Soerabajash
demokrasi liberal. Pada masa demokrasi liberal, banyak didirikan partai politik
dalam rangka memperkuat sistem pemerintah parlementer. Pers, pada masa itu
merupakan alat propaganda dari Par- Pol. Beberapa partai politik memiliki
media/koran sebagai corong partainya. Pada masa itu, pers dikenal sebagai pers
partisipan.
8
2.1.4
Orde Baru. Pada awal masa Orde Baru ini fungsi -dan sistem pers masih
belum berjalan dengan baik. Ketika itu surat kabar-surat kabar yang terbit
merupakan terompet masyarakat untuk menentang kebijaksanaan Orde Lama clan
menyokong aksi-aksi mahasiswa/pemuda sehingga surat kabar-surat kabar yang
terbit merupakan parlemen masyarakat.
Gejala-gejala pers liberal kembali melekat. Apalagi ketika menjelang
Pemilu 1971, sinisme dan kritik yang sifatnya tidak membangun kembali
memenuhi lembaran-lembaran surat kabar kita. Timbulnya gejala-gejala yang
tidak menguntungkan tersebut, antara lain disebabkan tidak adanya pembinaan
yang tegas, baik dari instansi-instansi resmi maupun badan-badan atau
organisasi-organisasi yang berkepentingan tentang adanya pers nasional yang
sehat, pers nasional yang dapat melaksanakan fungsi-fungsinya, baik yang
bersifat universal maupun sebagai alat perjuangan bangsa.
Namun, ketika alam Orde Baru ditandai dengan kegiatan pembangunan
di segala bidang, kehidupan pers kita pun mengalami perubahan dengan
sendirinya karena pers mencerminkan situasi dan kondisi dari kehidupan
masyarakat di mana pers itu bergerak. Oleh karenanya, pada masa ini pers
merupakan salah satu unsur penggerak pembangunan. Kita tentu menyadari
bahwa pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses perubahan yang
bertujuan meningkatkan taraf hidup rakyat. Namun demikian, kita juga
menyadari bahwa perubahan sebagai akibat dari pembangunan tidak akan
terjadi jika rakyat tidak mengetahui dan dapat menerima motivasi, metode, dan
hasil-hasil yang akan dibawa oleh pembangunan itu. Untuk inilah diperlukan
penerangan
yang
lugs
kepada
rakyat
tentang
maksud
Berta
tujuan
masa-masa
ini
menjadi
penghalang
bagi
rakyat
untuk
10
kroni-kroninya.
Kehidupan
pemerintahan
diliputi
dengan
11
yang sama juga telah melahirkan jenis-jenis pers yang aneh. Banyak
pengamat mengeluh bahwa pers kini sudah memberitakan apa saja, kecuali yang
benar. Bila pers Orde Baru ditandai dengan pers yang tidak bebas dan
bertanggung jawab; pers Orde Habibie adalah pers yang bebas dan tidak
bertanggung jawab.
Diwarnai oleh suasana politik yang tidak menentu, hampir Semua surat
kabar memusatkan perhatiannya pada berita politik. Karena situasi politik
sebenarnya cenderung tidak banyak berubah, pers menjadi sangat aktif untuk
membuat berita politik dengan mengakses sumber-sumber berita yang tidak
lazim, sekaligus tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan segala efek sampingnya, pers kita sekarang sedang menikmati
bulan madu kebebasannya. Bila kita kecewa dengan kinerjanya, kita tidak punya
hak untuk mencabut kebebasan itu. Semua orang sepakat walaupun sebagian
hanya dalam kata-kata bahwa reformasi harus dilanjutkan. Salah satu institusi
yang sangat berperan dalam proses reformasi ini adalah pers. Sekaranglah
saatnya pers Indonesia menemukan jati dirinya, dengan merumuskan
perannya secara jelas. Siapakah yang paling bertanggung jawab di sini? Jelas
sekali, bukan pemerintah, bukan Dewan Pers, apalagi TNI; tetapi insan pers
sendiri, khususnya para pemimpin dan penentu kebijakan surat kabar.
Dalam hubungannya dengan pemerintah, para pakar komunikasi
bercerita tentang tiga modus peran pers. Pers dapat menjadi watch-dog,
yang segera menggonggong ketika terjadi penyimpangan pada perilaku
rezim. Semua kebijakan pemerintah menjadi target serangan pers. Peran watchdog ini sudah lama kita tepiskan sebagai peran yang tidak sesuai dengan
pers Pancasila.
Secara ideal, kita sudah memilih peran pers sebagai mitra (partner)
pemerintah. Di sini pers berdampingan dengan pemerintah mengemban
misi mulia memberikan penerangan dan pendidikan (membangun masyarakat).
Lalu, lahirlah pers pembangunan. Secara praktis, pers kita selama Orde Baru
mengambil posisi sebagai budak pemerintah (slave). Kemitraan hanya tumbuh di
antara yang setingkat, yang sama (equal). Dalam hubungan yang supra dan
subordinasi, pers hanya menjadi kuda tunggangan pemerintah.
12
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejarah pers Indonesia tidaklah sepanjang sejarah pers bangsa
bangsa yang lebih dahulu memerdekakan dirinya. Jika kita merunut titik
pangkalnya, awal pers di Indonesia memainkan peranan dalam memberikan
pencerahan pada masyarakat bermula pada masa, ketika Belanda menjajah
Indonesia. Dalam masa-masa penjajahan, kemunculan pers pribumi ditujukan
untuk memotivasi, menyentil memberikan pendidikan politik dan membakar
perasaan rakyat agar mau berjuang melepaskan diri dari penjajahan. Agar
lekas memperoleh kemerdekaan.
3.2 Saran
Dengan mempelajari sejarah pers, diharapkan kita dapat mengetahui
bagaimana perkembangan pers dari zaman penjajahan hingga sekarang dan
kitapun dapat mengetahui bagaimana system pers yang berjalan selama ini.
Dengan demikian, pers sangat penting bagi masyarakat untuk
mengetahui berita berita yang ada di dunia khususnya di Indonesia ini. Dan
kita dapat menimbulkan rasa persatuan dan kesatuan terhadap bangsa
Indonesia
14
DAFTAR PUSTAKA
Ismail,
Taufiq
Moeljanto.
1995.
Prahara
Budaya.
Jakarta
Mizan
15