Anda di halaman 1dari 19

WACANA PROPOSAL SKRIPSI

SUARA PERLAWANAN KAUM PRIBUMI TERHADAP KOLONIALISME BELANDA


DALAM SURAT KABAR MEDAN PRIJAJI 1907 – 1912

Oleh :

Erick Maulana Sapoetra

11180220000124

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN JAKARTA

2022
A. LATAR BELAKANG

Seperti yang kita ketahui bersama, berbicara mengenai sejarah percetakan (pers)
semua itu diawali dengan kedatangan belanda ke Indonesia. Sejarahnya dimuai ketika
Verenigde Nederlandsche Geoctroyeerde Oost Indische Compagnie (VOC) menyadari
manfaat pers untuk mencetak aturan hukum yang termuat dalam maklumat resmi
pemerintah. Pengenalan percetakan itu diprakarsai oleh para misionaris gereja protestan
belanda yang menggunakannya untuk menerbitkan literatur kristen dalam bahasa daerah
untuk keperluan penginjilan. Para misionaris Gereja itulah yang mula-mula berusaha
memperkenalkan percetakan di Hindia Belanda dengan membeli sebuah mesin cetak dari
Belanda pada 1624.1

Awal mula lahirnya surat kabar di Hindia Belanda berawal dari catatan VOC
berupa tulisan tangan, kutipan surat–surat dan berita dari surat kabar terbitan Negeri
Belanda. Penyusunnya dipercayakan kepada staf sekretariat VOC. Surat kabar pertama
pada masa VOC adalah Memories des Nouvelles.2 Jan Pieterzoon Coen, Gubernur Jenderal
pertama dari VOC di Indonesia, pada tahun 1615 telah memerintahkan menerbitkan
Memories des Nouvelles. Penerbitan ini tidak dicetak, tetapi di tulis tangan, suatu hal yang
lazimnya terdapat pada masa itu di eropa dan kemudian diterapkan oleh coen disini. Setelah
itu pada 1717 kembali pemerintah mendatangkan percetakan baru dari Belanda dan dengan
demikian pada saat itu di seluruh Indonesia baru terdapat dua buah percetakan.3

Baru pada 1744, dibawah pemerintahan Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron
van Imhoff, lahirlah Bataviase Nouvelles. Sulit mengatakan apakah penduduk pribumi
jawa mengetahui keberadaan Bataviase Nouvelles. Agaknya sirkulasi surat kabar itu
terbatas di kalangan para pegawai VOC dan komunitas kecil orang eropa. Sulit
membayangkan surat kabar tersebut bisa menarik minat sesiapa pun orang pribumi, karena
tidak ada diantara mereka yang mengenal tulisan eropa pada masa itu. Barangkali, surat

1Ahmat Adam, Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan, (Jakarta :
Hasta Mitra, 2003), 1 – 2.
2
Edward Cecil Smith, Sejarah Pembredelan Pers di Indonesia,(Jakarta: GrafitiPers,
1983), 63.
3H. Soebagijo I.N., Sejarah Pers Indonesia, (Jakarta : Dewan Pers, 1977), 7.
kabar pertama yang bersentuhan dengan orang Indonesia adalah Vendu Nieuws, yang terbit
pada 1776, tiga dasawarsa setelah Bataviase Nouvelles mati. Vendu Nieuws merupakan
surat kabar kedua dan terakhir yang terbit selama masa VOC.4

Keruntuhan VOC tahun 1799 yang digantikan oleh pemerintah kolonial tahun 1800
tidak menyurutkan perkembangan surat kabar. Hal itu dibuktikan dengan terbitnya
beberapa surat kabar seperti, Bataviase Koloniale Courant terbit tahun 1810, The Java
Goverment Gazette tahun 1812, Javasche Courant tahun 1829, Verhandeling an het
Bataviaasch Genootschap dan Tijdschrift voor Nederlandsche-Indie terbit tahun 1838,
Java Bode 1852, Bataviasch Nieuwsblad tahun 1885.5

Pada 1855 juga mulailah terbit surat kabar berbahasa daerah di Indonesia yaitu
ketika mingguan berbahasa jawa, Bromartani, meluncurkan penerbitan perdananya pada
25 Januari 1855. Bromartani didirikan setelah UU tahun 1854 yang membayangkan
kelonggaran peraturan pers di Hindia diumumkan. Sebenarnya Bromartani bukanlah satu-
satunya publikasi berbahasa daerah yang muncul pada januari 1855. Secara simultan
muncul pula penerbitan berkala, Poespitamantjawarna. Dipimpin dan diterbitkan oleh
Gustaaf Winter yang menguasai bahasa dan sastra jawa6. Pada 1856, ketika Bromartani
memasuki tahun kedua penerbitannya, seorang penerbit di Surabaya, E. Fuhri, menerbitkan
surat kabar berbahasa melayu di Indonesia, Soerat Kabar Bahasa Melaijoe. Penerbitan ini
diumumkan oleh De Oostpost, sebuah surat kabar berbahasa belanda yang beredar di
surabaya. Edisi perdana Soerat Kabar Bahasa Melaijoe yang berorientasi komersial itu
terbit pada 5 Januari 1856. Di dalam ediorialnya yang pertma, penerbit menyatakan
harapannya agar surat kabar tersebut mampu memenuhi kebutuhan para pedagang dan
pemilik toko di Jawa Timur.7

Pers Indonesia bermula dari surat kabar Bromartini di Surakarta (1855), Slompret
Melajoe di Semarang (1860-1911), Bintang Timur (1862-1887), Biang Lala (1868-1872),

4Ahmat Adam, Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan, (Jakarta :
Hasta Mitra, 2003), 5.
5H. Soebagijo I.N., Sejarah Pers Indonesia, (Jakarta : Dewan Pers, 1977), 9.
6Ahmat Adam, Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan, (Jakarta :

Hasta Mitra, 2003), 27 – 28.


7Ibid, 32.
Insulinde (1869-1871), Bintang Djohar (1873-1886), Hindia Nederland (1872-1917),
Tjahaja India (1885), Dinihari (1885), Berita India (1885), Betara India (1885), Hindia
Olanda (1888-1897), Pembrita Betawi (1885-1916), Sinar Terang (1888), Bintang Betawi
(1893-1906), Penghantar (1899-1901). Selain itu ada Primbon Soerabaja, Bintang
Soerabaja, Soenting Melajoe, Pertja Barat, Slompret Hindia, Sinar Matahari, Betari
Negeri, Hoekoem Hindia, dan Taman Sari.8

Kemudian seperti yang kita ketahui bersama bahwa pada penghujung abad 19 dan
awal abad ke-20 merupakan masa politik etis dimana merupakan masa yang memicu
terjadinya sejarah pergerakan nasional bangsa Indonesia. Sejarah pergerakan nasional
bangsa Indonesia di mulai sejak diterapkannya kebijakan politik etis atau politik balas budi
yang di gagas oleh Van de Venter pada tahun 1902. Dari kebijakan politik etis ini lah
dimana lahirnya elit-elit bangsa Indonesia. Dimana pemerintah Hindia-Belanda
mencanangkan pengadaan dan perbaikan terhadap sektor pendidikan untuk kaum pribumi.
Akhirnya pada awal abad ke-20 lahirlah kaum elit terdidik yang mulai memiliki kesadaran
kebangsaan. Hal ini sejalan dengan langkah progresif yang dilakukan tokoh-tokoh pribumi
dalam mengorganisasikan diri dan menuangkan gagasan serta konsep kebangsaan melalui
pers. Dimana pers menjadi langkah positif yang dipergunakan oleh tokoh-tokoh muda
terpelajar pribumi sebagai sarana yang tepat untuk menyebarluaskan gagasan kebangsaan
bagi bangsa pribumi. Hal tersebut juga dapat dilihat dari kemajuan pers milik pribumi pada
abad ke-20 yang memberikan warna baru bagi kehidupan sosio-politik Hindia Belanda.
Dimana pada awal abad ke-20 merupakan kebangkitan para editor pribumi dan sejumlah
percetakan, serta petumbuhan organisasi sosial ekonomi yang dikelola dan dijalankan
insan pers pribumi. Yang mencolok dari perkembangan ini adalah tumbuhnya pers pertama
milik pribumi dan bangkitnya kesadaran sosial kaum pribumi di jawa.9

Ada empat belas surat kabat, enam berkala yang beredar di Hindia Belanda pada
1900. Lima surat kabat berkala berbahasa anak negeri terbit harian. Tetapi, hampir semua

8H. Soebagijo I.N., Sejarah Pers Indonesia, (Jakarta : Dewan Pers, 1977), 13.
9Ahmat Adam, Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan, (Jakarta :
Hasta Mitra, 2003), 183.
surat kabar itu Cuma melayani pembaca tionghoa serta menerbitkan berita artikel yang
disesuaikan dengan selera warga tionghoa. Persaingan diantara para penerbit dan editor
untuk merebut para pembaca tionghoa yang jumlahnya terus meningkat ini menjadi intens.
Karena itu, tak mengherankan ketika berkala pertama milik pribumi, Soenda Berita, terbit
perdana pada 17 Agustus 1903, penerbit dan editornya, Raden Mas Tirto Adhi Soerjo,
mengumumkan bahwa 20 persen keuntungan yang diperoleh dari para pelanggan akan
disumbangkan untuk tionghoa hwee koan, koloni salib puth di Salatiga (sebuah rumah
penampungan bagi warga miskin kristen), dan badan-badan kesejahteraan yang melayani
kaum pribumi di Semarang; Tirto juga menjanjikan akan menyumbangkan 20 persen
keuntungan iklan untuk badan-badan sosial. Tujuan Tirto ini jelas untuk meraih pelanggan
dan pemasang iklan di kalangan Tionghoa, Indo, dan juga Eropa di luar pembaca pribumi.
Namun, isi berkala ini tetap menguamakan kepentingan kaum pribumi.

Ketertarikan Tirto pada jurnalisme telah dimulai sejak dini, ketika masih belajar di
school tot opleiding van inlandsche artsen atau Stovia, tempat dia menuntut ilmu guna
menjadi dokter jawa walau akhirnya tak lulus. Tirto mengawali karier jurnalisnya sebagai
koresponden Hindia Ollanda pada 1894 tanpa gaji dan hanya dibayar dengan edisi gratis
surat kabar itu. Kecakapannya sebagai editor pribumi mulai mapan ketika ia menjadi
pemimpin redaksi Pemberita Betawi pada 1 April 1902, ketika pada waktu yang sama juga
ia bekerja sebagai asissten F. Wiggers, editor harian Warna Sari, yaitu sebuah harian yang
diusahakan oleh L. Weber di Bogor dan pertama terbit pada 1 Oktober 1901. Di Pemberita
Betawi Tirto hanya bertahan sekitar setahun sampai ia mengundurkan diri pada April 1903
dengan alasan kesehatan yang buruk. Tetapi, tak lama setelah itu, keinginan memulai
sebuah penerbitan milik sendiri mendorong Tirto menerbitkan Soenda Berita pada 17
Agustus 1903. Mingguan berharga 7,5 Gulden pertahun atau 4 Gulden per enam bulan ini
dicetak oleh G. Kolff & Co. Di Batavia, dan terdiri dari dua puluh empat halaman, empat
belas diantaranya iklan. Berbagai tulisan mengenai perdagangan, pertanian, dan hukum
dalam Soenda Berita jelas merefleksikan keinginan sang editor merangsang pembacanya
agar berjuang bagi kemajuan dengan cara belajar. Soenda Berita penerbitan pertama yang
dimiliki, diedit, dan dikelola oleh orang pribumi ini, hanya bisa bertahan selama dua tahun,
karena tirto dipaksa meninggalkan batavia untuk pergi ke Maluku sebagai hukuman buang
yang dikenakan kepadanya oleh pengadilan karena ia dituduh menghianati kepercayaan.10

Pada 1 Januari 1907 mingguan Medan Prijaji muncul dengan Tirto sebagai editor
dan pengelolanya. Medan Prijaji adalah surat kabar pertama di jawa yang mengambil peran
sebagai corong kaum terpelajar pribumi dan forum bagi pembaca pribumi untuk
mengeskpresikan pandangan mereka serta mendiskusikan berbagai isu menyangkut
kesejahteraan pribumi, terutama soal pendidikan bagi kaum pribumi dan soal soisal poltik
seperti kritik terhadap priyayi korup dan pejabat pemerintah yang menyalahgunakan
kekuasaan dan mengeskploitasi orang kecil. Disini pandangan Medan Prijaji jauh lebih
radikal dari pada pendahulunya Soenda Berita. Kritik blak-blakan Tirto kepada pejabat
belanda dan pribumi, serta sentimen nasionalistisnya yang mencolok jelas menunjukkan
orientasi politik mingguan ini. Selain membela kepentingan pribumi melawan eksploitasi
dan ketidak adilan penguasa pribumi yang korup, Medan Prijaji juga sangat keras
mengkritik sistem kolonial belanda. Itu tampak pada tuntutan hukum yang segera
dikenakan penguasa pada pemimpin redaksinya yang lebih dari sekali dituduh melanggar
UU Pers kolonial yang melarang kritik terhadap pejabat pemerintah dan kalangan priyayi
senior.

Dalam bulan januari 1904 dengan piagam notaris simon didirikanlah N.V.
Javaansche Boekhandel en drukkerij en handel schrijfbehoeften medan prijaji, bertempat
di jalan naripan bandung. Yang dimulai dengan besar modal permulaan F 75.000 dan
terbagi melalui saham saham.11

Medan prijaji mempergunakan motto dibawah surat kabarnya “Swara bagai kalian
Radja radja, bangsawan asli dan fikiran dan saudagar saudagar anak negeri, lid lid
geemente dan gewestelijke raden dan saudagar saudagar bangsa jang terprenta lainnya”.

10Ibid, 184 – 186.


11H. Soebagijo I.N., Sejarah Pers Indonesia, (Jakarta : Dewan Pers, 1977), 15 .
Majalah medan prijaji mendapat kemajuan dan kemudian menjelma mennjadi
harian. Mottonnya pun bertambah tegas pula yaitu “orgaan boeat bangsa yang terperintah
HO tempat akan memboeka swaranja anak hindia”.

Jelaslah bahwa medan prijaji bukan saja merupakan surat kabar nasional yang
dipimpin oleh tenaga nasional sendiri, melainkan juga dimodali oleh modal nasional.

Pada Oktober 1907, Medan Prijaji terbukti telah populer di kalangan berpendidikan
bangsa Indonesia. Pembacanya menurut Tirto terdiri dari raja, para bupati, patih, pemimpin
distrik, jaksa, dan anggota Laandrad (pengadilan negeri).12

Sebagai pemimpin redaksi Medan Prijaji, Tirto juga menyumbang sejumlah artikel
yang tajam dan menggigit, mendedah korupsi maupun beragai penyalahgunaan kekuasaan
oleh para pejabat pemerintah. Hal ini kemudian menjadikan Tirto kerap mendapat masalah
serius. Tak ada editor berkebangsaan Indonesia lainnya pada sejarah pers berbahasa anak
negri ini yang seblak-blakan dan seberani Tirto Adhi Soerjo. Ia tak hanya mencerca pejabat
pribumi, tetapi juga mempermalukan orang Belanda yang hidup seperti binatang bersama
perempuan-perempuan pribumi, hingga menciptakan sebuah ras baru di tengah bangsa
eropa yang berdarah murni.13

Keberhasilan Tirto sebagai redaktur penerbit pertama juga karena hubungannya


dengan Gubernur Jenderal Van Heutsz yang memberinya perlindungan dari gangguan
birokrasi dan kehormatan diantara anak bangsanya yang terdidik.14 Akan tetapi, pada 1909
Van Heutsz meninggalkan jabatannya dan Gubernur Jenderal baru, A.W.F Idenburg tiba
di Hindia dan ia segera kehilangan perlindungannya dan beberapa bulan harus menjalani
hukuman pembuangan atas kritikan dan tulisan-tulisannya terhadap pemerintah. Setelah
itu juga berbagai serangan datang dari lawan politiknya yang pernah ia bongkar skandal
atau kasus-kasusnya.15

12Ibid,
189.
13Ibid,
194.
14PramoedyaAnantaToer, SangPemula (Jakarta: HastaMitra, 1985), 49.
15Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak : Radikalisme Rakyat di Jawa, (Jakarta : Pustaka

Utama Grafiti, 2005), 45.


Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pers merupakan unsur yang tidak bisa kita
lepaskan dalam urusan pemerintahan. Dimana dalam pembagiannya, orientasi pers terbagi
menjadi dua, pers dapat memihak kepada masyarakat dan pers dapat menjadi alat
pemerintahan atau negara. Pers dapat dikatakan memihak masyarakat ketika pers
memberitakan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dan pers dapat dikatakan
memihak kepada pemerintah ketika pers lebih condong pro terhadap segala bentuk
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

Seperti yang kita ketahui bersama juga bahwa dalam sejarah Indonesia terdapat
suatu masa yang memang sangat memengaruhi dunia perpolitikan saat itu yaitu Masa
Pergerakan Nasional Bangsa Indonesia. Yang bahkan bisa disebutkan bahwa masa
pergerakan nasional bangsa Indonesia merupakan cikal bakal atau gerbang awal bagi
Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya. Terjadinya masa pergerakan nasional dilatar
belakangi oleh diterapkannya kebijakan Politik Etis oleh pemerintah Belanda. Dimana
sejak diterapkannya kebijakan politik etis ini, terjadilah beberapa perubahan yang begitu
signifikan. Dimana pada masa itu lahirlah tokoh – tokoh pergerakan. Pada masa itu juga
dimana perjuangan yang sebelumnya dilakukan dengan fisik berubah menjadi perjuangan
yang dilkakukan oleh otak. Dimana pada masa ini pers menjadi salah satu sarana
perjuangan utama melawan sistem pemerintahan kolonial Belanda.

Maka dari itu berdasarkan studi kasus terhadap Pers Medan Prijaji sebagai pers
yang tidak hanya dimiliki dan dipimpin oleh kaum bumi putera ini, melainkan juga
dimodali oleh modal nasional dan juga sebagai pers yang berpihak dan membela
kepentingan pribumi, tentu kehadirannya sangat menjadi ancaman terhadap jalannya
pemerintahan kolonial belanda pada saat itu. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengkaji
lebih dalam bagaimana peran pers pada masa pegerakan nasional melalui studi kasus pers
Medan Prijaji ini.

Adapun ruang lingkup batas rentang waktu yang diambil oleh penulis yaitu tahun
1907 – 1912. Hal ini dipilih karena pada tahun 1907 merupakan awal penerbitan surat kabar
ini. Kesuksesan surat kabar Soenda Berita membuat Tirto Adhi Soerjo terpacu untuk
menerbitkan surat kabar dengan tema dan pembahasan yang berbeda. Penerbitan Medan
Prijaji yang fokus pada pemberitaan sosial dan politik membuat surat kabar ini memiliki
warna berbeda di antara surat kabar lainnya di Hindia Belanda. Pada tahun 1912 dipilih
karena pada tahun itu surat kabar Medan Prijaji berhenti terbit. Pemberhentian terbit dari
Medan Prijaji memiliki beberapa faktor diantaranya karena terlilt hutang, kasus-kasus
yang dihadapi Tirto Adhi Soerjo, dan intervensi dari pemerintah Hindia Belanda.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang sudah penulis paparkan tentu ada beberapa rumusan
masalah utama yaitu “Bagaimana suara perlawanan kaum pribumi terhadap kolonialisme
Belanda dalam surat kabar Medan Prijaji”. Adapun rumusan masalah turunan dari
rumusan masalah utama antara lain sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah lahirnya pergerakan nasional dan surat kabar Medan Prijaji?
2. Bagaimana surat kabar Medan Prijaji dalam menyuarakan perlawanan kepada
kolonialisme Belanda?
3. Bagaimana peran dan pengaruh surat kabar Medan Prijaji pada masa Pergerakan
nasional?

C. SUMBER
Adapun sumber yang digunakan pada pada penelilitian ini merupakan sumber
primer yang berupa terbitan surat kabar Medan Prijaji yang menjadi bahan kajian
mendalam sebagaimana dengan fokus penelitian ini tentang suara perlawanan kaum
pribumi terhadap kolonialisme Belanda dalam surat kabar Medan Prijaji. Adapun sumber
pendukung yang menunjang proses penelitian juga dapat berupa foto dan dokumen terkait
kebijakan pemerintah Hindia Belanda pada zaman pergerakan dan juga beberapa sumber
surat kabar sezaman.
Sumber sekunder juga digunakan dalam proses penelitian ini. Beberapa sumber
sekunder tersebut antara lain buku Sejarah Pers Indonesia16, Sang Pemula17, Zaman

16 H. Soebagijo I.N., Sejarah Pers Indonesia, (Jakarta : Dewan Pers, 1977).


17 Pramoedya Ananta Toer, SangPemula, (Jakarta: HastaMitra, 1985).
Bergerak ; Radikalisme Rakyat di Jawa18, Sejara Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran
Keindonesiaan19, Beberapa Segi Perkembangan Pers Indonesia20.

D. LITERATUR REVIEW
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa saat ini banyak ditemukan skripsi, buku,
ataupun jurnal ilmiah yang membahas surat kabar seperti Medan Prijaji. Namun
kebanyakan peneliti hanya berorientasi kepada sang redaktur sekaligus pemilik surat kabar
Medan Prijaji yakni R.M Tirto Adhiesoerjo. Maka dari itu pada penelitian kali ini penulis
terfokus kepada bagaimana suara perlawanan yang dilakukan kaum pribadi kepada
kolonialisme belanda dalam surat kabar Medan Prijaji ini.

Berikut beberapa literatur yang digunakan dalam proses penelitian ini :


1. Sejarah Pers Indonesia21 buku yang diterbitkan oleh Dewan Pers ini menjelaskan
terkait bagaimana sejarah munculnya pers di Indonesia yang didatangkan dari
Belanda sampai perkembangannya hingga munculnya pers milik bumi putera
Medan Prijaji.
2. Sang Pemula22 buku yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Tour ini terfokus kepada
perjalanan seorang tokoh yaitu R.M Tirto Adhiesoerjo yang digambarkan sebagai
sang pemula dalam konteks perjuangan awal pergerakan. Namun disisi lain buku
ini sangat berguna dalam informasi terkait Medan Prijaji sebagai surat kabar yang
didirikan oleh R.M Tirto Adhiesoerjo. Dalam buku dijelaskan bagaimana awal
mula Tirto mendirikan Medan Prijaji serta perkembangannya dan juga masa
berakhirnya Medan Prijaji.

18
Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak : Radikalisme Rakyat di Jawa, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti,
2005).
19
Ahmat Adam, Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan, (Jakarta : Hasta Mitra,
2003).
20
Abdurrahman Surjomihardjo, Hilman Adil, dkk, Beberapa Segi Perkembangan di Indonesia,(Jakarta :
Kompas, 2002).
21
H. Soebagijo I.N., Sejarah Pers Indonesia, (Jakarta : Dewan Pers, 1977).
22
Pramoedya Ananta Toer, SangPemula, (Jakarta: HastaMitra, 1985).
3. Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan23 buku karya
Ahmat Adam yang lebih menjelaskan bagaimana sejarah awal pers dan
perkembangannya. Tetapi dalam buku ini juga dijelaskan terkait Medan Prijaji
sebagai mingguan pertama milik pribumi di jawa yang berperan sebagai corong
kaum terpelajar pribumi dan forum bagi para pembaca untuk mendiskusikan
pandangan mereka terkait isu kesejahteraan dan soal pendidikan politik seperti
kritik terhadap priyayi yang korup dan kritik terhadap kolonialisme.
4. Beberapa Segi Perkembangan Pers di Indonesia24 buku yang disusun oleh tim
peneliti sejarah pers Indonesia ini menjelaskan terkait aspek perkembangan pers
Indonesia dalam lintas sejarah. Buku ini sedikit menjelaskan terkait Medan Prijaji
yang didirikan oleh R.M Tirto Adhiesoerjo yang berawal mula terbit dalam skala
mingguan yang kemudian berubah menjadi terbit dalam skala harian sampai
akhirnya runtuh pada tahun 1912.

E. SIGNIFIKANSI HASIL YANG DI HARAPKAN

Penelitian ini tentu diharapkan mampu untuk menjelaskan bagaimana suara


perlawanan kaum pribumi yang dilakukan pada masa pergerakan nasional dalam surat
kabar Medan Prijaji. Hal tersebut juga guna menjadi bahan refleksi bagi kita semua dalam
mendalami berbagai macam perjuangan yang dilakukan oleh para pendahulu kita baik
perjuangan dengan fisik maupun dengan pikiran seperti pada masa pergerakan nasional.
Dari penelitian ini juga penulis berharap mampu menjawab berbagai rumusan masalah
yang telah disebutkan sebelumnya, seperti :

1. Menjelaskan bagaimana sejarah lahirnya masa pergerakan nasioan dan surat


kabar Medan Prijaji.
2. Menjelaskan bagaimana perlawanan yang dilakukan oleh kaum pribumi
melalui surat kabar Medan Prijaji terhadap kolonialisme Belanda.

23
Ahmat Adam, Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan, (Jakarta : Hasta Mitra,
2003).
24
Abdurrahman Surjomihardjo, Hilman Adil, dkk, Beberapa Segi Perkembangan di Indonesia,(Jakarta :
Kompas, 2002).
3. Menjelaskan bagaimana peran dan pengaruh surat kabar Medan Prijaji pada
masa pergerakan nasional.

F. METODOLOGI PENELITIAN
METODE
Dalam melakukan proses penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
sejarah. Yang dimana menurut Kuntowijoyo, terdapat lima tahap dalam melakukan
penelitian sejarah. Tahap-tahapan itu sendiri diantara lain adalah pemilihan tema atau
topik, pengumpulan sumber (heuristik), verifikasi atau kritik sumber, interpretasi, serta
penulisan atau historiografi.25

1. Pemilihan Topik
Pemilihan topik atau tema merupakan tahap pertama dalam melakukan
penelitian. Dengan adanya topik atau tema, kita akan mengetahui batasan-batasan yang
akan dikerjakan dalam penelitian ini. Dengan topik atau tema juga, kita akan
menemukan permasalahan yang akan menjadi kajian penelitiannya. Dalam pemilihan
topik atau tema biasanya ditentukan dengan ketertarikan kita dengan sebuah tema atau
topik, baik itu kedekatan emosional maupun kedekatan intelektual. Oleh karena itu,
penulis menentukan topik atau tema penelitian ini dengan judul “Suara Perlawanan
Kaum Pribumi terhadap Kolonialisme Belanda dalam Surat Kabar Medan Prijaji
1907 – 1912”.

2. Pengumpulan Sumber

25
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2013), 69.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa jenis sumber dibagi menjadi dua. Ada
yang disebut dengan sumber tertulis dan sumber lisan. Sumber tertulis merupakan
sumber yang berbentuk dokumen maupun foto. Sedangkan sumber lisan terdiri dari
narasumber yang berkaitan dengan topik yang akan ditulis peneliti. Yang dimana
seorang narasumber itu akan menceritakan pengalaman dia terkait pertanyaan yang
ditanya si peneliti, kemudian argumen si narasumber akan diaplikasikan ke dalam
bentuk tulisan.26 Sedangkan dalam penyampaiannya, sumber dibagi ke dalam dua
macam, yakni sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah hal yang
disampaikan oleh si pelaku sejarah atau orang yang berkaitan langsung dengan sejarah
tersebut, seperti saksi mata. Sumber primer sendiri juga bisa berbentuk arsip, dokumen,
maupun foto. Sedangkan sumber sekunder adalah sumber yang disampaikan namun
bukan dari orang yang berkunjung langsung dengan sejarah tersebut atau saksi sejarah.
Sumber sekunder biasanya sudah terbentuk ke dalam buku-buku bacaan yang
membahas tentang topik si peneliti.27
Dalam proses penelitian ini penulis baru menemukan peninggalan surat kabar
Medan Prijaji yang penulis dapatkan dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Penulis juga menemukan beberapa sumber pendukung lainnya berupa surat kabar
sezaman yang juga penulis temukan dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Penulis juga menggunakan sumber sekunder berupa koleksi buku pribadi, koleksi buku
teman, serta beberapa jurnal ataupun artikel yang terdapat di beberapa instansi
pendidikan yang melakukan penelitian serupa dengan penulis.

3. Verifikasi atau Kritik Sumber

Setelah sejarawan menemukan sumber pendukung untuk melakukan penelitian,


baik itu berupa sumber primer maupun sekunder, peneliti wajib untuk memilah
sumber-sumber mana saja yang bisa digunakan untuk bahan penelitiannya. Karena
terkadang ada beberapa sumber yang belum otentik, belum akurat, ataupun masih

26
Ibid, 70 - 72
27
Ibid 73 - 76
kredibilitasnya. Oleh karenanya, verifikasi menjadi metode penting dalam menentukan
sumber untuk dimasukkan ke dalam rujukan penelitian.

4. Interpretasi

Dalam tahap ini penulis melakukan analisis terhadap sumber-sumber yang


sudah penulis dapatkan baik itu berupa sumber primer maupun sumber sekunder yang
akhirnya menjadi sintesis yang penulis dapatkan dari satu hipotesa awal.

5. Penulisan atau Historiografi

Penulisan atau Historiografi merupakan langkah terakhir dalam metode


penelitian. Penulisan ini merupakan hasil dari kumpulan sumber yang sudah diolah dan
dipadukan menjadi kedalam bentuk penelitian.28

PENDEKATAN

Adapun pendeketan yang digunakan dalam proses penelitian ini merupakan


pendekatan sosial yang digunakan oleh Selo Soemardjan dan Agus Suryono. Perubahan
sosial dalam konsep sosiologi menurut selo adalah perubahan yang terjadi pada sebuah
lembaga masyarakat yang dapat memengaruhi sistem sosial masyarakat.29

Pendekatan sosiologi berdasar pada buku yang dikemukakan oleh Soerjono


Soekanto dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Sebuah Pengatar.30 Dalam buku itu
Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa sosiologi adalah ilmu sosial yang kategoris, murni,
abstrak, berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional dan empiris, serta bersifat
umum. Selain itu dijelaskan pula bagaimana dinamika kelompok-kelompok sosial dalam

28
Ibid, 78.
29
Yuyun Sri Wahyuni, Teori – teori Sosial Indonesia, (Yogyakarta : UNY Press, 2016)
30
Soekanto, Sosiologi suatu pengantar. (Jakarta : Rajawali , 1989)
masyarakat itu sendiri, dimulai dengan perubahan-perubahan setiap kelompok masyarakat
dan juga konflik-konfliknya.

Pendekatan ini digunakan untuk membantu penulis dalam menjawab permasalahan


dalam proses penelitian ini.

LANDASAN TEORI

Konsep gerakan sosial secara teoritis merupakan sebuah gerakan yang terbentuk
berdasarkan prkarsa masyarakat dengan tujuan untuk melontarkan tuntutan atas perubahan
dalam institusi maupun kebijakan pemerintah yang dirasa sudah tidak sesuai dengan
masyarakat.

Jurgen Habernas dalam karya kutipan pasuk Phongpaicit (2004) mendfinisikan


bahwa gerakan sosial yaitu hubungan defensif individu-individu untuk melindungi ruang
publik dan privat mereka dengan melawan serbuan serbuan dari sistem Negara dan pasar.

Gerakan Sosial menurut Anthony Giddens dalam karya Fadhillah (2006)


didefinisikan sebagai upaya kolektif untuk mencapai kepentingan maupun tujuan bersama
melalui tindakan kolektif terlepas dari intervensi dari lembaga lembaga yang mapan.

Maka dari itu, berdasarkan penjelasan diatas penulis menggunakan ilmu bantu teori
Gerakan Sosial guna membantu dalam menunjang menyelesaikan penelitian ini dan juga
dianggap relevan dengan penelitian ini.
G. KERANGKA BERPIKIR

Suara Perlawanan Kaum Pribumi terhadap Kolonialisme


Belanda dalam Surat Kabar Medan Prijaji 1907 - 1912

Masalah Bagaimana suara perlawanan kaum pribumi kepada


kolonialisme Belanda dalam surat kabar Medan Prijaji?

Terbitan surat kabar Medan Prijaji, kebijakan


Sumber pemerintah Hindia Belanda, surat kabar
sezaman

1. H. Soebagijo I.N., Sejarah Pers Indonesia, (Jakarta : Dewan Pers,


Tinjauan Pustaka
1977)

2. Pramoedya Ananta Toer, SangPemula, (Jakarta: HastaMitra, 1985)

3. Ahmat Adam, Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran


Keindonesiaan, (Jakarta : Hasta Mitra, 2003)

4. Abdurrahman Surjomihardjo, Hilman Adil, dkk, Beberapa Segi


Perkembangan di Indonesia,(Jakarta : Kompas, 2002)

5. Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak : Radikalisme Rakyat di Jawa,


(Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 2005),

Metodologi Metode Historis Studi Pustaka


Hasil/temuan
H. OUTLINE

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Sumber Sejarah Primer
D. Literature Review
E. Signifikansi dan Hasil yang Diharapkan
F. Metode, Pendekatan, dan Teori
G. Kerangka Berpikir

BAB II SEJARAH LAHIRNYA PERGERAKAN NASIONAL DAN SURAT


KABAR MEDAN PRIJAJI

A. Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda dan Sejarah Pergerakan Nasional


B. Sejarah Perkembangan Surat Kabar dan Kebangkitan Surat Kabar Pribumi
C. Sejarah Lahirnya Surat Kabar Medan Prijaji

BAB III SUARA PERLAWANAN KAUM PRIBUMI DALAM SURAT KABAR


MEDAN PRIJAJI

A. Suara Perlawanan Kaum Pribumi sebagai Krititik terhadap Sistem Kebijakan


Pemerintah Kolonial
B. Suara Perlawanan Kaum Pribumi dalam Mengupas Berbagai Skandal
Pemerintahan Kolonial
C. Suara Perlawanan Kaum Pribumi

BAB IV PERAN DAN PENGARUH SURAT KABAR MEDAN PRIJAJI

A. Medan Prijaji sebagai Pemantik Kesadaran Nasional


B. Medan Prijaji sebagai Senjata Perlawanan dan Kendaraan Politik Kaum Pribumi
C. Respon Pemerintahan Kolonial terhadap Surat Kabar Medan Prijaji

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Penutup

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BIBILIOGRAFI SEMENTARA

KORAN :

Medan Prijaji, “Satoe Poelitiek di Bajumas” , no, III th. 1909

Medan Prijaji , No. 20 – 24, Th. IV, 1910.

Medan Prijaji, No. 19, Th. III, 1909.

Medan Prijaji, No. 16, Th. IV.

Poetri Hindia Th. IV. No. 1-2 , Januari 1911.

Soeloeh Keadilan, Th III, Jilid IV, 1909.

BUKU & JURNAL :

Abdurrahman Surjomihardjo, 2002, Beberapa segi perkembangan pers Indoensia, Jakarta :


Kompas

Ahmat Adam, 2003, Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan, Jakarta :
Hasta Mitra

Andi Suwirta, 1999, “Zaman Pergerakan Pers dan Nasionalisme di Indonesia”, Jurnal Mimbar
Pendidikan no. 4 . Bandung Universitas Pendidikan Indonesia .

Edward C. Smith, 1986. Pembredelan Pers Indonesia, Jakarta : Grafiti Pers.

Habib, Miftahul. 2017. “Pers dan Bangkitnya Kesadaran Nasional Indonesia pada Awal Abad
XX”. ISTORIA : Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol. 12 No. 2.

Habib, Miftahul. 2019. “Politik Etis dan Bangkitnya Kesadaran Baru Pers Bumiputra”. BIHARI :
Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah Vol. 2 No.1.

Kuntowijoyo, 1995, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta : Yayasan Bnetang Budaya.

Pramoedya Ananta Toer, 1985. Sang Pemula, Jakarta Hasta Mitra.

Soekanto, Soerjono, 1989. Sosiologi suatu pengantar. Edisi baru 3. Jakarta: Rajawali.

Sri Wahyuni, Yuyun. 2016. Teori-teori Sosial Indonesia. Yogyakarta : UNY Press.

Takashi Shiraishi, 1997, Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912 – 1916 , Jakarta :
Perpustakaan utama graffiti.

Anda mungkin juga menyukai