DISUSUN OLEH :
SMAN 3 BURU
TAHUN AJARAN 2021/2022
Nasionalisme Indonesia adalah suatu gerakan kebangsaan yang timbul pada
bangsa Indonesia untuk menjadi sebuah bangsa yang merdeka dan
berdaulat. Perlakuan diskriminatif dari kolonial Belanda menimbulkan kesengsaraan
dan penderitaan terhadap rakyat Indonesia yang akhirnya menimbulkan perasaan
senasib. Golongan terpelajar menyadari akan nasib bangsanya sehingga terbentuk
kepribadian, pola pikir dan etos juang yang tinggi untuk membebaskan diri dari
penjajahan yang disadari tidak hanya dicapai melalui perjuangan fisik tetapi juga
harus melalui kancah politik.
Bidang pendidikan ternyata membuka wawasan bagi kaum muda terpelajar.
Mereka adalah golongan baru yang membawa ide-ide pada kesadaran kebangsaan.
Sarana komunikasi dan transportasi adalah hal penting yang menghubungkan para
kaum terpelajar untuk membentuk suatu ideologi kebangsaan. Bidang pendidikan
pula yang mendorong perubahan sosial masyarakat saat itu, melalui pendidikan
tidak saja menciptakan tenaga-tenaga profesional, akan tetapi juga mendorong
gerakan kebangsaan. Selain itu, Peranan Pers dalam usaha membantu
menumbuhkembangkan kesadaran nasional cukup besar artinya bagi langkah
perjuangan rakyat Indonesia menuju kemerdekaan. Ada keterkaitan yang erat antara
pers nasional dengan pergerakan-pergerakan kebangsaan sebagai penerus ide-ide
nasionalisme.
A. POLITIK ETIS
Memasuki abad ke-20, kebijakan pemerintah kolonial Belanda mendorong
untuk menguasai seluruh wilayah Nusantara. Daerah-daerah kolonial yang masih
terpisah disatukan dalam penerapan adminstrasi baru yang berpusat di Batavia,
yang disebut Pax Neerlandica. Sistem administrasi tradisional berubah ke sistem
administrasi modern. Pemerintah kolonial menerapkan kebijakan ekonomi yang
berbasis pada sistem kapitalisme Barat melalui komersialisasi, sistem moneter, dan
komoditas barang. Sistem itu didukung dengan kebijakan pajak tanah, sistem
perkebunan, perbankan, perindustrian, perdagangan, dan pelayaran.
Dampak kebijakan tersebut kehidupan rakyat Hindia Belanda mengalami
penurunan kesejahteraan. Kebijakan itu mendapat kritik dari C.Th. Van Deventer
dalam tulisannya yang berjudul “Een Eereschlud’ (hutang kehormatan), yang dimuat
di majalah De Gids (1899). Kritik-kritik itu mendapat perhatian serius dari pemerintah
Belanda. Ratu Wilhelmina kemudian mengeluarkan kebijakan baru yang disebut
Politik Etis.
Politik Etis (balas budi) adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa
pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi.
Ada tiga program Politik Etis, yaitu irigasi, edukasi, dan trasmigrasi. Adanya Politik
Etis membawa pengaruh besar terhadap perubahan arah kebijakan politik negeri
Belanda atas negeri jajahan.
Pada masa itu pembangunan infrastruktur mulai diperhatikan dengan
dibangunnya jalur kereta api Jawa-Madura, di Batavia adanya trem listrik. Dalam
bidang pertanian pemerintah kolonial membangun irigasi. Pemerintah kolonial juga
melakukan emigrasi sebagai tenaga kerja murah di perkebunan-perkebunan daerah
di Sumatera. Zaman kemajuan ditandai dengan adanya surat-surat R.A. Kartini
kepada sahabatnya Ny. R.M. Abendanon di Belanda, yang merupakan inspirasi bagi
kaum etis pada saat itu.
Pendidikan gaya barat menghasilkan tenaga kerja yang diperlukan oleh
negara dan sektor swasta Belanda. Pengaruh pendidikan Barat memunculkan
intelektual bumiputra yang memunculkan kesadaran harus mampu bersaing dengan
bangsa-bangsa lain untuk mencapai kemajuan. Golongan yang disebut “priyayi
baru” sebagian besar adalah guru dan jurnalis di kota-kota. Pendidikan dan pers
digunakan menyalurkan ide-ide dan pemikiran mereka. Mereka tidak memandang
Jawa, Sunda, Minangkabau, Ambon, atau apa pun karena mereka adalah
bumiputra.
Para kaum muda terpelajar membentuk kesadaran “nasional” sebagai
bumiputra di Hindia. Mereka saling berbagi pengalaman, gagasan, dan asumsi
tentang dunia, Hindia, dan zaman mereka. Pemerintah Kolonial Belanda juga
membentuk Volksraad (Dewan Rakyat) yang sejumlah tokoh Indonesia bergabung di
dalamnya. Mereka itu penggerak wacana perubahan di lembaga tersebut.