Anda di halaman 1dari 2

peranan surat kabar

November 14, 2009Uncategorized

Pers adalah usaha percetakaan dan penerbitan berita melalui surat kabar, majalah, radio, televisi
dll. Pers mulai muncul dan berkembang di tanah air sejalan dengan masuknya perkembangan
teknologi medern dan paham – paham baru pada akhir abad ke-19. Pada awalnya surat kabar
hanya dapat dinikmati oleh kalangan masyarakat Belanda dan Cina.

Beberapa surat kabar yang beredar dimasyarakat yang diterbitkan kalangan pengusaha Cina dan
pribumi :
1. Sumatra : Sinar Soematra, Tjahaja Soematra, Pemberita Atjeh, dan Pertja Barat.
2. Jawa : Bromantani, Pewarta Soerabaja, Kabar Perniagaan, Pemberitaan Betawi, Pewarta
Hindia, Bintang pagi, Sinar Djawa, dan Poetra Hindia.
3. Kalimantan : Pewarta Borneo.
4. Sulawesi : Pewarta Manado.

Seiring dengan bangkitnya kesadaran nasional, pers telah dimanfaatkan sebagai sarana untuk
menyebarluaskan cita – cita mencapai Indonesia merdeka. Pada masa pergerakan nasional, terbit
surat kabar yang dikelola organisasi – organisasi pergerakan sebagai berikut :
a. Darmo Kondo : dikelola oleh Budi utomo.
b. Oetoesan Hindia : dikelola oleh Sarikat Islam.
c. Het Tijdschrift : dikelola oleh De Express yang diterbitkan oleh Indische Partij.

Surat kabar dan majalah yang diterbitkan kalangan pribumi Indonesia tidak saja membahas
persoalan politik. Sebagai usaha membangkitkan semangat nasionalisme, surat kabar tersebut
membahas juga masalah yang berkaitan dengan ekonomi, sosial, budaya, bahkan menyangkut
soal keamanan negri. Beberapa artikel yang sering muncul dalam beberapa media massa ditulis
tokoh – tokoh pers dengan menggunakan nama singkatan, antara lain A.M. ( Abdoel Muis ),
O.S.Tj. (Oemar Said Tjokroaminoto), dan H.A.S. (Haji Agus Salim).
Munculnya beberapa surat kabar dan majalah di Indonesia mendorong pemerintah Hindia-
Belanda untuk menghambat laju pengaruh pers. Dalam upaya mengawasi pers bumiputra,
Belanda memanfaatkan Staatblad ( Lembaran Negara ) nomor 74 tahun 1856. Disebutkan bahwa
bagi penerbit yang dianggap menggangu ketertibanumum akan dikenakan pidana penjara selama
3 sampai 12 bulan.

Para pemuda Indonesia di negri Belanda tetap bersemangat menerbitkan majalah Hindia Poetra.
Majalah tersebut berupa jurnal yang diterbitkan oleh Indisvhe Vereniging pada tahun 1916.
Seiring dengan perubahan struktur dan sifat perjuangan, nama Indische Vereniging diganti
dengan nama Perhimpunan Indonesia. Begitu pula nama majalah Hindia Poetra diganti dengan
nama baru, Indonesia Merdeka.

Sejak tahun 1924 majalah Indonesia Merdeka diterbitkan dalam dua bahasa, yaitu Indonesia dan
Belanda. Penulis artikel pada majalah tersebut tidak dicantumkan. Selain itu, penyebarannya juga
dilakukan secara rahasia. Kendati demikian, majalah tersebut mempunyai banyak pelanggan,
seperti para mahasiswa, guru besar, pejabat pemerintah, wiraswasta,dan redaktur surat kabar.

Anda mungkin juga menyukai