Anda di halaman 1dari 2

Peranan Pers dalam Pergerakan Nasional Indonesia

Senin, 10 Maret 2014 Dilihat : 17,006 Cat : Sosial Budaya,2015 0 Komentar


Surat kabar yang oleh sebagian ahli diidentifikasi sebagai surat kabar pertama yang dimiliki dan
dierbitkan oleh bangsa Indonesia adalah Medan Priyayi yang diterbitkan oleh R.M.
Tirtoadisuryo tahun 1907.3) Dan pendiri Medan Priyayi dianggap dianggap sebagai wartawan
pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat untuk membentuk pendapat umum. Seiring
dengan meningkatnya kesadaran kebangsaan yang aktualisasinya nampak dari semakin
banyaknya organisasi pergerakan, maka pers nasional juga semakin menempatkan kedudukannya
sebagai alat perjuangan pergerakan. Biasanya tokoh pergerakan terlibat dalam kegiatan
jurnalistik, bahkan banyak di antaranya yang memulai aktivitasnya melalui profesi jurnalis.4)
Hampir semua organisasi pergerakan pada masa itu memiliki dan menggunakan surat kabar atau
majalah untuk menyuarakan ide-ide dan aspirasi perjuangannya. Bung Karno ketika memberikan
kata sambutan pada hari ulang tahun koran “Sipatahoenan” yang ke-10 di tahun 1933,
mengatakan bahwa tiada perjuangan kemerdekaan secara modern yang tidak perlu memakai
penyuluhan, propaganda dan agitasi dengan pers.5) Pengakuan semacam ini diungkap pula oleh
Muhammad Hatta sewaktu membina koran PNI Baru, “Daulat Rakjat”, yakni:
Memang majalah gunanya untuk menambah pengetahuan, menambah pengertian dan menambah
keinsyafan. Dan bertambah insyaf kaum pergerakan akan kewajiban dan makna bergerak,
bertambah tahu kita mencari jalan bergerak. Sebab itu majalah menjadi pemimpin pada
tempatnya. Dan anggauta-anggauta pergerakan yang mau memenuhi kewajibannya dalam
perjuangan tidak dapat terpisah dari majalahnya.6)
Pengakuan yang diungkapkan oleh kedua kampiun pergerakan tersebut memberi gambaran akan
pentingnya peranan pers dalam perjuangan pergerakan nasional.
Budi Utomo pada awal pertumbuhannya telah mengambil alih Dharmo Kondo, majalah yang
sebelumnya dimiliki dan diterbitkan oleh orang Cina.7) Setelah mengalami masa pasang surut
dalam perkembangannya, harian Dharmo Kondo berubah nama menjadi Pewarta Oemoem, dan
menjadi pembawa suara Partai Indonesia Raya (Parindra). Selain Dharmo Kondo, Budi Utomo
pernah juga menerbitkan Budi Utomo (1920), Adilpalamerta (1929), dan Toentoenan Desa
pada tahun 1930.8)
Sementara itu Sarekat Islam setelah mengadakan kongresnya yang pertama pada tahun 1931 di
Surabaya, menerbitkan Oetoesan Hindia. SI juga menerbitkan Bendera Islam, Sarotama,
Medan Moelimin, Sinar Djawa, Teradjoe.9)
Indische Partij di bawah pimpinan Tiga Serangkai menjadikan Het Tijdsichrift dan De Expres
sebagai alat propagandanya. Melalui kedua media ini, tulisan-tulisan tokoh Indische Partij
dimuat. Di antaranya yang terkenal adalah tulisan Suardi Suryaningrat yang berjudul Als ik eens
Nederlander was (Andaikata Aku Seorang Belanda).10)
Lahirnya PKI (1920) makin menambah jumlah surat kabar partai. Pada akhir tahun 1926, tercatat
lebih dari dua puluh penerbitan PKI yang tersebar di berbagai kota.
Di lain tempat, organisasi pergerakan yang ada di negeri Belanda, Perhimpunan Indonesia telah
menerbitkan medianya Indonesia Merdeka yang sebelumnya bernama Hindia Putera.11) Tulisan-
tulisan tokoh PI dalam majalah tersebut banyak berpengaruh terhadap perjuangan pergerakan di
tanah air.
Bukan hanya organisasi politik yang menerbitkan pers, tapi organisasi kedaerahan, organisasi
kepemudaan, organisasi yang bersifat sosial keagamaan turut pula menerbitkan surat kabar atau
majalah. Para perkumpulan ini telah menyadari pentingnya sebuah media pers untuk
menyampaikan aspirasi perjuangan.
Syamsul Basri menjelaskan peranan pers yang menentukan dalam perjuangan pergerakan
nasional, yakni:

1. Menyadarkan masyarakat/bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan adalah hak yang harus


diperjuangkan
2. Membangkitkan dan mengembangkan rasa percaya diri, sebagai syarat utama
memperoleh kemerdekaan
3. Membangkitkan dan mengembangkan rasa persatuan
4. Membuka mata bangsa Indonesia terhadap politik dan praktek kolonial Belanda.12)
Demikianlah peranan pers nasional sebagai alat perjuangan dengan orientasinya yang
mendukung perjuangan pergerakan nasional telah mengambil bagian penting dari epsidoe
perjuangan dalam upaya mencapai kemerdekaan. Di samping sebagai wadah di mana ide-ide dan
aspirasi organisasi disuarakan, juga telah berperan dalam menyadarkan dan membangkitkan
semangat persatuan dan kesatuan yang kemudian menjadi senjata ampuh melawan politik devide
et impera Belanda

Anda mungkin juga menyukai