Pada bulan Oktober 1908, diadakan kongres Budi Utomo yang pertama di
Yogyakarta, yang menghasilkan kepustusan-keputusan sebagai berikut :
a. Budi Utomo tidak ikut mengadakan kegiatan politik
b. Kegiatan Budi Utomo ditujukan kepada bidang pendidikan dan kebudayaan
c. Ruang gerak terbatas pada daerah Jawa dan Madura.
2. Serikat Islam
2
Pada mulanya, pada tahun 1911, Haji Samanhudi mendirikan Serikat Dagang
Islam (SDI) di Solo, dengan tujuan untuk membela kepentingan pedagang-
pedagang Indonesia dari ancaman pedagang Cina. Dengan masuknya Umar said
Cokroaminoto, SDI diubah namanya menjadi Serikat Islam (SI), agar anggotanya
tidak terbatas pada golongan pedagang saja. Adapun tujuan dari Serikat Islam
adalah sebagai berikut :
a. mengembangkan jiwa dagang
b. membantu para anggotanya yang mempunyai kesulitan dalam usahanya
c. memajukan pengajaran
d. memprbaiki pendapat-pendapat yang keliru tentang Islam.
Dalam waktu yang relatif singkat Serikat Islam mendapatkan simpati dan
jumlah anggota yang sangat besar. Hal ini disebabkan oleh :
a. Serikat Islam terbuka bagi semua golongan
b. Serikat Islam berpolitik untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan
c. Serikat Islam membela kepentingan rakyat pribumi yang menderita karena
penjajahan
d. Serikat Islam dipimpin oleh tokoh-tokoh yang dihormati, seperti alim
ulama dan kiai-kiai
e. Agama Islam dianut oleh mayoritas bangsa Indonesia.
Pada tahun 1915 di Surabaya didirikan Central Serikat Islam (CSI) dengan
tugas mengatur kerjasama antar SI daerah. Sementara itu ISDV (Indische Social
Democratische Vereniging) yang berhaluan komunis yang didirikan oleh H.J.F.M.
Sneevliet meakukan penyusupan (infiltrasi) ke dalam tubuh SI. ISDV berhasil
mempengaruhi tokoh-tokoh muda SI, seperti : Semaun, Darsono, Tan Malaka, dan
Alimin Prawirodirjo melalui SI cabang Semarang. Dalam perkembangannya
terjadi pertentangan antara kelompok SI Putih dan SI Merah yang berhaluan
3
komunis. Oleh karena itu pada konggres SI, Oktober 1921 diputuskan
diberlakukannya disiplin partai. Pada tahun 1924, SI Merah berganti nama menjadi
Sarekat Rakyat.
Nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam Serikat Islam yaitu nilai keadilan
tentang diperbolehkannya golongan lain untuk masuk ke organisasi tersebut. Dalam
nilai persatuan tentang pembelaan kepentingan rakyat pribumi yang menderita karena
penjajahan.
3. Indische Partij
Karena sikap dan programnya yang tegas dan bercita-cita Hindia Merdeka
untuk pertamakalinya, maka surat permohonan untuk mendapatkan pengakuan
sebagai badan hukum ditolak pemerintah Hindia Belanda. Sikap kritis Indische
Partij ini juga tampak dalam artikel yang ditulis oleh Ki Hajar Dewantara dalam
surat kabar De Express yang berjudul Als ik en Nederlanders Was (Seandainya
Aku Seorang Belanda). Artikel tersebut berisi sindiran terhadap pemerintah Hidia
Belanda yang mengajak bangsa Indonesia untuk memperingati hari kemerdekaan
Belanda yang ke-seratus.
4
sebagai tempat pembuangannya. Dengan dibuangnya ketiga tokoh IP tersebut,
maka kegiatan IP semakin menurun. Oleh karena itulah IP kemudian berganti
nama menjadi partai Insulinde. Pada tahun 1919, Insulinde berganti nama lagi
menjadi Nasional Indische Partij (NIP).
B. Masa Radikal
5
Pertama, kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah Indonesia.
Kedua, Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia.
Ketiga, Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan
bahasa Indonesia.
6
Pada tahun 1920-an pengaruh PI di tanah air semakin luas. Beberapa
organisasi lahir di tanah air karena mendapat pengaruh dari PI, seperti : PPPI, PNI,
dan Jong Indonesia. Pada tahun 1927 diadakan penggeledahan terhadap pemimpin-
pemimpin PI. Empat tokoh PI, yaitu : Moh. Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, Ali
Sastroamijoyo, dan Abdul Majid Joyoadiningrat ditangkap pemerintah kolonial
Hindia Belanda. Mereka dituduh akan melakukan pemberontakan dan pemerintah
kolonial menduga ada hubungan antara pemberontakan PKI, 1926 dengan PI.
Nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam organisasi PI yaitu nilai
persatuan tentang perlawanan untuk menghadapi penjajahan belanda.
7
Dalam pengadilan mereka di Sukamiskin, Bandung, Ir. Sukarno membacakan
pidato pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat. Tokoh-tokoh PNI tersebut
akhirnya dijatuhi hukuman penjara.
C. Masa Bertahan
1. Petisi Soetardjo
Gagasan dari petisi ini dicetuskan oleh Sutardjo Kartohadikusumo, Ketua
Persatuan Pegawai Bestuur/ Pamongpraja Bumiputera dan wakil dari organisasi ini di
dalam siding Volksraad pada bulan Juli 1936. Isi petisi itu secara garis besar adalah
tentang permohonan supaya diadakan suatu musyawarah antara wakil-wakil Indonesia
dan Negeri Belanda di mana anggota-anggotanya mempunyai hak yang sama.
8
Tujuannya adalah untuk menyusun suatu rencana yang isinya adalah pemberian
kepada Indonesia suatu pemerintahan yang berdiri sendiri dalam batas pasal 1
Undang-undang Dasar Kerajaan Belanda. Petisi itu ada yang menyetujui dan ada yang
tidak. Kalau dari pihak Indonesia ada yang tidak setuju, maka alasannya bukanlah
soal isi petisi itu tetapi seperti yang diajukan oleh Gesti Noer ialah caranya
mengajukan seperti menengadahkan tangan. Antara tokoh-tokoh Indonesia terjadi
pro-kontra tentang petisi itu. Tetapi akhirnya petisi Soetardjo ditolak oleh Ratu
Belanda pada bulan November 1938
.
2. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
Meskipun akhirnya Petisi Soetardjo itu ditolak, petisi itu ternyata mempunyai
pengaruh juga yaitu membantu membangkitkan gerakan masionalis dari sikap
mengalah yang apatis yang telah menimpanya sejak gerakan nonkooperasi
dilumpuhkan. Suatu gagasan untuk membina kerjasama diantara partai-partai poltik
dalam bentuk federasi timbul kembali pada tahun 1939.
Pada tanggal 21 Mei 1939 di dalam rapat pendirian konsentrasi nasional di
Jakarta berhasilah didirikan suatu organisasi yang merupakan kerjasama partai-partai
politik dan organisasi-organisasi dengan diberi nama Gabungan Politik Indonesia
(GAPI). Tujuan GAPI adalah memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri dan
persatuan nasional. Kemudian tujuan itu dirumuskan dalam semboyan Indonesia
Berparlemen. Sikap kurang menentukan kemerdekaan itu disebabkan adanya
keprihatinan atas kemungkinan meletusnya Perang Pasifik. GAPI melakukan berbagai
kampanye yang bertujuan menarik simpati rakyat untuk mendukung perjuangannya di
dalam ketatanegaraan. Pada tanggal 14 September 1940 dibentuklah komisi untuk
menyelidiki dan mempelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan (Commissie tot
bestudeering van staatsrechtelijke). Komisi ini diketuai oleh Dr. F.H Visman,
selanjutnya dikenal dengan nama Komisi Visman. Pada awal pembentukannya,
kalangan pergerakan mempertanyakan keberadaan kegunaan komisi itu. Akhirnya
Komisi Visman menghasilkan laporan yang cukup tebal tentang berbagai tuntutan dan
harapan-harapan rakyat Indonesia. Laporan itu terbit pada tahun 1942 hanya beberapa
minggu sebelum kedatangan tentara Jepang ke Indonesia, sehingga laporan tersebut
tidak jelas nasibnya.
3. Mosi Thamrin
9
Pergerakan nasional terus berkembang dengan semakin meningkat dan
mendalamnya kesadaran akan identitasnya. Dalam keadaan yang demikian, istilah-
istilah Hindia Belanda (Nederlandsch Indie), pribumi (Inlander), atau kepribumian
(Inlandsch) sangat sensitif di mata kaum pergerakan yang kesadaran akan identitasnya
sudah mendalam.
Mosi Thamrin mengusulkan agar istilah-istilah tersebut diganti dengan
Indonesie (Indonesia), Indonesier (bangsa Indonesia) dan keindonesiaan
(Indonesisch), khususnya di dalam dokumen dokumen pemerintah. Keberatan
pemerintah terhadap mosi ini adalah bahwa perubahan istilah itu membawa implikasi
politik dan ketatanegaraan, seperti apa yang termaktub dalam UUD Kerajaan Belanda.
Di samping itu ada argumentasi ilmiah ialah bahwa Indonesia bukan nama
geografis, dan bangsa Indonesia juga tidak menunjukan pengertian etnologis.
https://www.academia.edu/23352862/Pembahasan_Nilai-
Nilai_Pancasila_pada_Zaman_Pergerakan_Nasional?auto=download
https://independent.academia.edu/PutraWidia
NILAI-NILAI PANCASILA
10
PANCASILA Panca : Lima Sila : Prinsip atau Asas Pancasila adalah
ideologi dasar bagi negara Indonesia Pancasila merupakan rumusan dan
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia
NILAI-NILAI PANCASILA PADA MASA PRA SEJARAH
Pada zaman Pra sejarah, berbagai suku bangsa Indonesia telah
mengenal unsur-unsur pembentuk Pancasila. Nilai-nilai Pancasila yang
Nampak pada masa Pra Sejarah, dapat dibuktikan dengan adanya: 1. Nilai
Religi Adanya kerangka mayat Alat-alat untuk aktivitas religi Pemujaan
kepada roh 2. Nilai Peri Kemanusiaan Penghargaan
kemanusiaan Bersosialisasi 3. Nilai Kesatuan Bahasa Indonesia sebagai
rumpun bahasa Austronesia 4. Nilai Musyawarah Kehidupan bercocok
tanam Kehidupan berkelompok 5. Nilai Keadilan Sosial Perwujudan
kesejahteraan dan kemakmuran
Penyebaran nenek moyang di Indonesia adalah secara merantau
hingga ke pulau-pulau yang terbatas oleh laut. Sehingga terbentuk
kebudayaan secara turun-temurun sebagian bangsa Indonesia adalah
pelaut dan sebagian adalah pengerajin, pedagang dan petani. Selain itu,
bangsa Indonesia pada zaman prasejarah telah menganut sistem
kepercayaan. Dengan demikian zaman prasejarah di Indonesia dapat
dikatakan memberikan andil dalam pengembangan nilai-nilai Pancasila.
NILAI NILAI PANCASILA DALAM ZAMAN KERAJAAN HINDU-BUDHA
Nilai Nilai Pancasila Dalam Zaman Kerajaan Hindu-Budha Istilah
Pancasila pertama di temukan dalam buku Sutasoma karya Mpu
Tantular pada zaman kerajaan Majapahit. Pancasila diartikan sebagai
perintah kesusilaan yang berjumlah lima dan berisi larangan. Isi
larangannya: 1. Melakukan kekerasan 2. Mencuri 3. Berjiwa dengki 4.
Berbohong 5. Mabuk karena miras Selain itu, nilai-nilai Pancasila juga telah
ada pada zaman Kerajaan terbukti dengan adanya nilai persatuan dan
kesatuan antar umat beragama, nilai sosial politik, nilai persatuan yang
terjadi, nilai keadilan sosial, dan nilai lainnya yang terjadi pada zaman
kerajaan kerajaan dahulu.
Nilai Nilai Pancasila Dalam Zaman Kerajaan Kutai a) Nilai
Ketuhanan Memeluk agama Hindu b) Nilai Kerakyatan Rakyat Kutai hidup
sejahtera dan makmur c) NilaiPersatuan Wilayah kekuasaannya meliputi
hampir seluruh kawasan Kalimantan Timur
Nilai Nilai Pancasila Dalam Zaman Kerajaan Majapahit a) Nilai
Agama Hindu Budha banyak berkembang di zaman majapahit, bahkan
seorang bawahan kekuasaannya Pasai beragama Islam. b) Nilai
Musyawarah Mufakat Raja hayam wuruk senantiasa berhubungan dan
membuat suatu kesepakatan dengan perundingan. c) Nilai Toleransi Umat
Beragama Ditunjukan dengan beragamnya jenis agama di majapahit, dan
mereka hidup rukun. d) Nilai Pancasila Bhineka Tunggal Ika jelas merajuk
pada hakekat pancasila sebagai pemersatu negeri.
Nilai Nilai Pancasila Dalam Zaman Kerajaan Sriwijaya a) Nilai
Ketuhanan Pusat agama Budha di Asia Tenggara b) Nilai Kemanusiaan
Bersifat terbuka terhadap budaya asing yang masuk c) Nilai Persatuan
Wilayahnya tersebar di daerah Asia Tenggara d) Nilai Kerakyatan Rakyat
makmur e) Nilai Keadilan Tidak membedakan latar belakang
Nilai Nilai Pancasila Dalam Zaman Kedatangan Islam
Nilai Nilai Pancasila Dalam Zaman Kedatangan Islam Sila ke-1
Pada masa kedatangan Islam bangsa Indonesia sudah dikenalkan kepada
11
Tuhan yang esa (tunggal) Sila ke-2 Dihapuskannya sistem kasta dan
perbudakan dalam masa walisongo Sila ke-3 Usaha mempersatukan
negeri oleh penyebar agama islam. Salahsatunya saat walisongo
menyebar ke daratan jawa untuk mensyiarkan tentang Islam. Sila ke-4
Sistem musyawarah yang diperkenalkan Islam untuk mengatasi suatu
persengketaan. Sila ke-5 Keadilan bagi seluruh umat merupakan hakekat
Islam itu sendiri semenjak dikenalkan sampai sekarang.
Nilai-nilai Pancasila dalam zaman Penjajahan Belanda-Jepang Nilai-
nilai Pancasila pada saat penjajahan Belanda berupa perlawanan-
perlawanan oleh rakyat diberbagai wilayah nusantara sebagai akibat
praktek-praktek Belanda yang dirasa membuat penderitaan bagi rakyat
Indonesia. Masa penjajahan Belanda bermula setelah Kerajaan Majapahit
mengalami keruntuhan. Belanda yang pada awalnya ingin mencari
rempah-rempah akhirnya mempunyai rencana untuk menguasai dan
memiliki seluruh kekayaan Indonesia.
Maka berbagai politik licikpun dijalankan oleh bangsa Belanda,
praktek- praktek tersebut antara lain: 1. Diawali berdirinya Vereenigde
Oost Indische Compagnie (VOC) yang menimbulkan konfrontasi antara
belanda dan portugis. Praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan
paksaan-paksaan sehingga rakyat mulai mengadakan perlawanan dan
menyerang Batavia 1928 dan 1929, di bawah pimpinan Sultan Agung.
Tetapi serangan itu tidak berhasil meruntuhkan VOC. 2. Bangsa Belanda
mulai memainkan peranan politiknya dengan licik di Indonesia, yaitu
dengan menguasai Makasar (1667) yang menimbulkan perlawanan dari
rakyat Makasar (Hasanudin), Banten (Sultan Ageng Tirtoyoso), Perlawanan
Trunojoyo, Untung Suropati di Jawa Timur pada akhir abad ke XVII tidak
mampu meruntuhkan kekuatan kompeni pada saat itu. Demikianlah
Belanda pada awalnya menguasai daerah yang strategis dan kaya akan
hasil rempah-rempah pada abad ke XVII dan nampaknya semakin
memperkuat kedudukannya dengan didukung oleh kekuatan militer.
3. Pada abad itu sejarah mencatat bahwa Belanda berusaha dengan
keras untuk memperkuat dan mengintensifkan kekuasaannya di seluruh
Indonesia .Melihat praktek-praktek penjajahan Belanda tersebut maka
meledaklah perlawanan rakyat di berbagai wilayah nusantara, antara lain:
Patimura di Maluku (1817), Baharudin di Palembang (1819), Imam Bonjol
di Minangkabau dan seterusnya. 4. Penjajahan mulai memuncak ketika
Belanda mulai menerapkan sistem monopoli melalui tanam paksa (1830-
1870) dengan memaksakan beban kewajiban kepada rakyat yang tidak
berdosa. Penderitaan rakyat semakin menjadi-jadi dan Belanda semakin
gigih dalam menghisap rakyat untuk memperbanyak kekayaan bangsa
Belanda. Dengan adanya praktek-pratek Belanda tersebut membuat
perlawanan rakyat Indonesia menjadi terpencar-pencar dan tidak memiliki
koordinasi sehingga mengalami kegagalan.
Keterlibatan Jepang dalam perang dunia ke 2 membawa sejarah
baru dalam kehidupan bangsa Indonesia yang di jajah Belanda ratusan
tahun lamanya. Hal ini disebabkan bersamaan dengan masuknya tentara
Jepang tahun 1942 di Nusantara, maka berakhir pula suatu sistem
penjajahan bangsa Eropa dan kemudian digantikan dengan penjajahan
baru yang secara khusus diharapkan dapat membantu mereka yang
terlibat perang. Menjelang akhir tahun 1944 bala tentara Jepang secara
terus menerus menderita kekalahan perang dari sekutu. Hal ini kemudian
membawa perubahan baru bagi pemerintah Jepang di Tokyo dengan janji
kemerdekaan yang di umumkan Perdana Mentri Kaiso tanggal 7
12
september 1944 dalam sidang istimewa Parlemen Jepang (Teikoku Gikai)
ke 85. Janji tersebut kemudian diumumkan oleh Jenderal Kumakhichi
Haroda tanggal 1 maret 1945 yang merencanakan pembentukan Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Nilai Nilai Pancasila Pada Masa Kebangkitan Nasional
Budi Utomo Budi Utomo adalah organisasi yang sangat
berpengaruh pada masa kebangkitan nasional. Sejak didirikan pada 20
Mei 1908, organisasi ini bisa dibilang sebagai gerakan awal menuju
kemandirian dan kemerdekaan dari penjajah. Organisasi Budi Utomo inilah
yang menguatkan nilai nilai pancasila pada masa kebangkitan nasional.
Meskipun belum dirumuskan, sangat terlihat pencerminan atas beberapa
nilai pancasila seperti persatuan, kebangsaan, kemerdekaan,keadilan
sosial, serta harkat dan martabat manusia. Pencerminan nilai pancasila
pada masa ini juga sangat dipengaruhi degan adanya peristiwa sumpah
pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928
Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara RI Pada akhir
Perang Dunia II, Jepang mulai banyak mengalami kekalahan di mana-mana
dari Sekutu. Banyak wilayah yang telah diduduki Jepang kini jatuh ke
tangan Sekutu. Jepang merasa pasukannya sudah tidak dapat
mengimbangi serangan Sekutu. Untuk itu, Jepang menjanjikan
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia agar tidak melawan dan bersedia
membantunya melawan Sekutu.
Pembentukan BPUPKI Jepang meyakinkan bangsa Indonesia tentang
kemerdekaan yang dijanjikan dengan membentuk Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam
bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Jenderal Kumakichi
Harada, Komandan Pasukan Jepang untuk Jawa pada tanggal 1 Maret 1945
mengumumkan pembentukan BPUPKI. Pada tanggal 28 April 1945
diumumkan pengangkatan anggota BPUPKI. Upacara peresmiannya
dilaksanakan di Gedung Cuo Sangi In, Pejambon Jakarta (sekarang Gedung
Departemen Luar Negeri). Struktur BPUPKI Ketua : Dr. Radjiman
Wedyodiningrat Wakil : Ichibangase Yoshio (Jepang) Sekertaris : Raden
Panji Suroso Anggota : 63 Orang dan 7 orang tanpa hak suara
Sidang I BPUPKI Masa persidangan pertama BPUPKI dimulai pada
tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945. Pada masa persidangan
ini, BPUPKI membahas rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka.
Pada persidangan dikemukakan berbagai pendapat tentang dasar negara
yang akan dipakai Indonesia merdeka. Pendapat tersebut disampaikan
oleh Mr. Mohammad Yamin, Mr. Supomo, dan Ir. Sukarno.
Mr. Mohammad Yamin Mr. Mohammad Yamin menyatakan
pemikirannya tentang dasar negara Indonesia merdeka dihadapan sidang
BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945. Pemikirannya diberi judul Asas dan
Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia. Mr. Mohammad Yamin
mengusulkan dasar negara Indonesia merdeka yang intinya sebagai
berikut: peri kebangsaan peri kemanusiaan peri ketuhanan peri
kerakyatan kesejahteraan rakyat
Mr. Supomo Mr. Supomo mendapat giliran mengemukakan
pemikirannya di hadapan sidang BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945.
Pemikirannya berupa penjelasan tentang masalah-masalah yang
berhubungan dengan dasar negara Indonesia merdeka. Negara yang akan
dibentuk hendaklah negara integralistik yang berdasarkan pada hal-hal
berikut ini: persatuan kekeluargaan keseimbangan lahir dan batin
musyawarah keadilan sosial
13
Ir. Sukarno Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Sukarno mendapat
kesempatan untuk mengemukakan dasar negara Indonesia merdeka.
Pemikirannya terdiri atas lima asas berikut ini: kebangsaan Indonesia;
internasionalisme atau perikemanusiaan; mufakat atau demokrasi;
kesejahteraan sosial; Ketuhanan Yang Maha Esa. Kelima asas tersebut
diberinya nama Pancasila sesuai saran teman yang ahli bahasa. Untuk
selanjutnya, tanggal 1 Juni kita peringati sebagai hari Lahir Istilah
Pancasila.
PANITIA SEMBILAN Masa sidang I BPUPKI telah habis dan akan
istirahat satu bulan penuh, tetapi rumusan dasar negara belum terbentuk.
Untuk itulah dibentuk panitia yang beranggotakan sembilan orang dengan
tugas menampung berbagai aspirasi tentang pembentukan dasar negara
Indonesia merdeka. Anggota Panitia Sembilan terdiri atas: Panitia
Sembilan bekerja cerdas sehingga pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil
merumuskan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Rumusan itu oleh
Mr. Moh. Yamin diberi nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter 1. Ir.
Sukarno, sebagai ketua 2. Abdulkahar Muzakir 3. Drs. Moh. Hatta 4. K.H.
Abdul Wachid Hasyim 5. Mr. Moh. Yamin 6. H. Agus Salim 7. Ahmad
Subarjo 8. Abikusno Cokrosuryo 9. A. A. Maramis
Rumusan Dasar Negara dalam Piagam Jakarta 1. Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariah islam bagi pemeluknya. 2. Kemanusiaan
yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwailan 5. Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
SIDANG II BPUPKI Pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli 1945,
BPUPKI mengadakan sidang kedua membahas rancangan undang-undang
dasar. Untuk itu, dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang
diketuai Ir. Sukarno. Panitia tersebut juga membentuk kelompok kecil yang
beranggotakan tujuh orang yang khusus merumuskan rancangan UUD.
Hasil kerjanya kemudian disempurnakan kebahasaannya oleh Panitia
Penghalus Bahasa yang terdiri atas Husein Jayadiningrat, H. Agus Salim,
dan Mr. Supomo. Pada tanggal 14 Juli 1945 Ir. Sukarno melaporkan hasil
kerja Panitia Perancang Undang-Undang dalam sidang BPUPKI. Pada
laporannya disebutkan tiga hal pokok, yaitu pernyataan Indonesia
merdeka, pembukaan undang-undang dasar, dan undang-undang dasar
(batang tubuh). Pada tanggal 15 dan 16 Juli 1945 diadakan sidang untuk
menyusun UUD berdasarkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang
Dasar. Pada tanggal 17 Juli 1945 dilaporkan hasil kerja penyusunan UUD
dan laporan diterima sidang pleno BPUPKI.
Pembentukan PPKI Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan
oleh Jepang. Untuk menindaklanjuti hasil kerja BPUPKI, Jepang membentuk
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau dalam bahasa
Jepang disebut Dokuritsu Junbi Inkai.
Struktur PPKI Ketua : Ir.Soekarno Wakil ketua : Drs. Moh Hatta
Penasihat : Ahmad Subarjo Anggota : 1. Mr. Supomo 2. dr. Rajiman
Wedyodiningrat 3. R.P. Suroso 4. Sutardjo 5. K.H. Abdul Wachid Hasyim 6.
Ki Bagus Hadikusumo 7. Oto Iskandardinata 8. Suryohamijoyo 9. Abdul
Kadir 10.Puruboyo 11.Yap Tjwan Bing 12.Latuharhary 13.Dr. Amir 14.Abdul
Abbas 15.Teuku Moh. Hasan 16.Hamdani 17.Sam Ratulangi 18.Andi
Pangeran 19.I Gusti Ktut Pudja 20.Wiranatakusumah 21.Ki Hajar
Dewantara 22.Kasman Singodimejo 23.Sayuti Melik 24.Iwa
Kusumasumantri
Proses Penetapan Dasar Negara dan Konstitusi Negara Pada tanggal
18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Pada sidang
14
ini PPKI membahas konstitusi negara Indonesia, Presiden dan Wakil
Presiden Indonesia, serta lembaga yang membantu tugas Presiden
Indonesia. PPKI membahas konstitusi negara Indonesia dengan
menggunakan naskah Piagam Jakarta yang telah disahkan BPUPKI.
Perbedaan dan Kesepakatan yang Muncul dalam Sidang I PPKI
Namun, sebelum sidang dimulai, Bung Hatta dan beberapa tokoh Islam
mengadakan pembahasan sendiri untuk mencari penyelesaian masalah
kalimat ... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya pada kalimat Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk- pemeluknya. Tokoh-tokoh Islam yang
membahas adalah Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo, K.H. Abdul
Wachid Hasyim, dan Teuku Moh. Hassan. Mereka perlu membahas hal
tersebut karena pesan dari pemeluk agama lain dan terutama tokoh-
tokoh dari Indonesia bagian timur yang merasa keberatan dengan kalimat
tersebut. Mereka mengancam akan mendirikan negara sendiri apabila
kalimat tersebut tidak diubah. Adapun tujuan diadakan pembahasan
sendiri tidak pada forum sidang agar permasalahan cepat selesai.
Kemudian dalam pembahasan persidangan mereka mengusulkan dua
perubahan: Pertama, berkaitan dengan sila pertama yang semula
berbunyi Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kedua, Bab II UUD Pasal 6 yang semula berbunyi Presiden ialah orang
Indonesia yang beragama Islam diubah menjadi Presiden ialah orang
Indonesia asli.
Sistematika UUD 1945 Pembukaan (mukadimah) UUD 1945 terdiri
atas empat alinea. Pada Alenia ke-4 UUD 1945 tercantum Pancasila
sebagai dasar negara yang berbunyi sebagai berikut: 1.Ketuhanan Yang
Maha Esa. 2.Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3.Persatuan Indonesia.
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. 5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Batang tubuh UUD 1945 terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4 pasal
aturan peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan Penjelasan UUD 1945
terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.
Rancangan hukum dasar yang diterima BPUPKI pada tanggal 17 Juli
1945 setelah disempurnakan oleh PPKI disahkan sebagai Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia. UUD itu kemudian dikenal sebagai UUD 1945.
Keberadaan UUD 1945 diumumkan dalam berita Republik Indonesia Tahun
ke-2 No. 7 Tahun 1946 pada halaman 4548.
PANCASILA
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA
2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
3. PERSATUAN INDONESIA
4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN
DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
15
1. Makna Nilai dalam Pancasila
a. Nilai Ketuhanan
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan
bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan nilai ini
menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang
ateis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk
memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak
berlaku diskriminatif antarumat beragama.
b. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku
sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani
dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
c. Nilai Persatuan
Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan
rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap
keanekaragaman yang dimiliki bangsa indonesia..
d. Nilai Kerakyatan
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga
perwakilan.
e. Nilai Keadilan
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai dasar
sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur secara
lahiriah atauun batiniah. Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak dan normatif. Karena
sifatnya abstrak dan normatif, isinya belum dapat dioperasionalkan. Agar dapat bersifat
operasional dan eksplisit, perlu dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai
instrumental tersebut adalah UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Sebagai nilai dasar, nilai-nilai tersebut menjadi sumber nilai. Artinya, dengan bersumber
pada kelima nilai dasar diatas dapat dibuat dan dijabarkan nilai-nilai instrumental
penyelenggaraan negara Indonesia.
16
(norma dasar) atau staatfundamentalnorm (norma fondamental negara) dalam jenjang
norma hukum di Indonesia.
Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan perundangam yang
ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan, kebijaksanaan pemerintah, program-
program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada hakikatnya merupakan nilai
instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai dasar pancasila.
Sistem hukum di Indonesia membentuk tata urutan peraturan perundang-undangan.
Tata urutan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam ketetapan MPR
No. III/MPR/2000 tentang sumber hukum dan tata urutan perundang-undangan sebagai
berikut.
a. Undang-Undang Dasar 1945
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
c. Undang-undang
d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
e. Peraturan Pemerintah
f. Keputusan Presiden
g. Peraturan Daerah
Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang pembentukan Peraturan
perundang-undangan juga menyebutkan adanya jenis dan hierarki peraturan
perundang-undangan sebagai berikut:
a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perpu)
c. Peraturan pemerintah
d. Peraturan presiden
e. Peraturan daerah.
Pasal 2 Undang-undang No. 10 Tahun 2004 menyatakan bahwa Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum negara. Hal ini sesuai dengan kedudukannya sebagai
dasar (filosofis) negara sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945
Alinea IV.
17
etik tersebut tercantum dalam ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan
Berbangsa, Bernegara, dan Bermasyarakat.
Ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang etika Kehidupan Berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat merupakan penjabaran nilai-nilai pancasila sebagai pedoman dalam
berpikir, bersikap, dan bertingkah laku yang merupakan cerminan dari nilai-nilai
keagamaan dan kebudayaan yang sudah mengakar dalam kehidupan bermasyarakat
18
d. Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan
Etika penegakan hukum dan berkeadilan dimaksudkan untuk menumbuhkan keasadaran
bahwa tertib sosial, ketenangan, dan keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan
dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang ada. Keseluruhan aturan
hukum yang menjamin tegaknya supremasi hukum sejalan dengan menuju kepada
pemenuha rasa keadilan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat.
OBETHIANUS,S.Pd
19
Diposkan 23rd September 2014 oleh obet hianus
http://obethkalbar123.blogspot.co.id/2014/09/nilai-nilai-pancasila.html
Kesimpulan
Kata Pergerakan Nasional mengandung suatu pengertian yaitu merupakan
perjuangan yang dilakukan oleh organisasi secara modern ke arah perbaikan taraf
hidup bangsa Indonesia yang disebabkan karena rasa tidak puas terhadap keadaan
masyarakat yang ada.
Pergerakan nasional diawali dengan terbentuknya organisasi-organisasi seperti
Budi Utomo, Sarekat Islam (SI), dan Indische Partij (IP) dalam memperjuangkan
perbaikan nasib bangsa. Kemudian perjuangan tersebut dilanjutkan oleh organisasi-
organisasi yang terbentuk pada masa radikal seperti Perhimpunan Indonesia dan
Partai Nasional Indonesia dan pada masa bertahan seperti GAPI (Gabungan Politik
Indonesia).
Dari pergerakan nasional tersebut terkandung beberapa nilai pancasila yang ada
seperti nilai persatuan, kebangsaan, kemerdekaan, keadilan sosial, serta harkat dan
martabat manusia untuk memperjuangkan nasib penduduk pribumi ini.
20