Anda di halaman 1dari 20

Pembahasan

Nilai-Nilai Pancasila pada Zaman Pergerakan Nasional

A. Masa Awal Pergerakan Nasional

Masa Pergerakan Nasional ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi


modern antara lain Budi Utomo (BU), Sarekat Islam (SI), dan Indische Partij (IP)
dalam memperjuangkan perbaikan nasib bangsa.
Kaum terpelajar melalui organisasi-organisasi memotori munculnya pergerakan
nasional Indonesia. Pada saat itulah bangsa-bangsa di Nusantara mulai sadar akan rasa
sebagai satu bangsa yaitu bangsa Indonesia.
Kata Pergerakan Nasional mengandung suatu pengertian yaitu merupakan
perjuangan yang dilakukan oleh organisasi secara modern ke arah perbaikan taraf
hidup bangsa Indonesia yang disebabkan karena rasa tidak puas terhadap keadaan
masyarakat yang ada. Gerakan yang mereka lakukan memang tidak hanya terbatas
untuk memperbaiki derajat bangsa tetapi juga meliputi gerakan di berbagai bidang
pendidikan, kebudayaan, keagamaan, wanita dan pemuda.
Istilah Nasional berarti bahwa pergerakan-pergerakan tersebut mempunyai cita-
cita nasional yaitu berkeinginan mencapai kemerdekaan bagi bangsanya yang masih
terjajah.
Berikut organisasi pergerakan nasional pada periode awal perkembangan.
1. Budi Utomo
Berdirinya Budi Utomo diawali dari upaya dr. Wahidin
Sudirohusodo berkeliling Jawa untuk membentuk Studie Fonds(Dana Belajar) untuk
memberikan beasiswa bagi siswa yang tidak mampu, namun berpotensi.
Pada akhir 1907, dr. Wahidin bertemu pemuda Sutomo, pelajar STOVIA di
Jakarta. Karena adanya kesamaan pemikiran antara kedua tokoh tersebut, maka pada
hari Rabu, 20 Mei 1908, di Gedung STOVIA (Gedung Kebangkitan Nasional
sekarang) dibentuklah organisasi modern pertama yang diberi nama Budi Utomo.
Sebagai ketua pertamanya terpilih dr. Soetomo.

Pada mulanya tujuan Budi Utomo tertulis secara samar-samar yaitu


Kemajuan bagi Hindia. Sedangkan jangkauan geraknya hanya terbatas pada
Jawa dan Madura. Dalam waktu 6 bulan, Mei sampai dengan Oktober 1908,
1
cabang Budi Utomo sudah berdiri di Jakarta, Bogor, Bandung, Magelang,
Yogyakarta, Surabaya, dan Probolinggo.

Pada bulan Oktober 1908, diadakan kongres Budi Utomo yang pertama di
Yogyakarta, yang menghasilkan kepustusan-keputusan sebagai berikut :
a. Budi Utomo tidak ikut mengadakan kegiatan politik
b. Kegiatan Budi Utomo ditujukan kepada bidang pendidikan dan kebudayaan
c. Ruang gerak terbatas pada daerah Jawa dan Madura.

Kongres tersebut juga memutsukan susunan pengurus besar Budi Utomo.


R.T. Tirtokusumo, dipilih sebagai ketuanya. Pusat organisasi ditetapkan
diYogyakarta. Dalam perkembangannya, Budi Utomo kurang diminati oleh
golongan muda. Hal ini disebabkan :
a. Budi Utomo lebih memetingkan golongan priyayi.
b. Budi Utomo lebih memperhatikan reaksi pemerintah kolonial daripada reaksi
rakyat pribumi.
c. Budi Utomo lebih mengutamakan pemakaian Bahasa Belanda daripada Bahasa
Indonesia
d. Budi Utomo tidak berpolitik

Walaupun demikian, sampai akhir tahun 1909, Budi Utomo telah


mempunyai 40 cabang dengan jumlah anggota kurang lebih 10.000 orang. Pada
tahun 1914, saat Perang Dunia I meletus, Budi Utomo yang pamornya sudah
menurun, mengusulkan perlunya wajib militer bagi penduduk bumi putera (Indie
Weerbaar). Gagasan ini ditolak Belanda, sebagai gantinya parlemen Belanda
membentuk Volksraad (Dewan Rakyat), Desember 1916.
Nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam budi utomo ini yaitu nilai
persatuan tentang bersatunya para pelajar Indonesi untuk lepas dari jajahan
belanda. Nilai keadilan sosial tentang biaya pendidikan bagi yang tidak mampu.

2. Serikat Islam

2
Pada mulanya, pada tahun 1911, Haji Samanhudi mendirikan Serikat Dagang
Islam (SDI) di Solo, dengan tujuan untuk membela kepentingan pedagang-
pedagang Indonesia dari ancaman pedagang Cina. Dengan masuknya Umar said
Cokroaminoto, SDI diubah namanya menjadi Serikat Islam (SI), agar anggotanya
tidak terbatas pada golongan pedagang saja. Adapun tujuan dari Serikat Islam
adalah sebagai berikut :
a. mengembangkan jiwa dagang
b. membantu para anggotanya yang mempunyai kesulitan dalam usahanya
c. memajukan pengajaran
d. memprbaiki pendapat-pendapat yang keliru tentang Islam.

Dalam waktu yang relatif singkat Serikat Islam mendapatkan simpati dan
jumlah anggota yang sangat besar. Hal ini disebabkan oleh :
a. Serikat Islam terbuka bagi semua golongan
b. Serikat Islam berpolitik untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan
c. Serikat Islam membela kepentingan rakyat pribumi yang menderita karena
penjajahan
d. Serikat Islam dipimpin oleh tokoh-tokoh yang dihormati, seperti alim
ulama dan kiai-kiai
e. Agama Islam dianut oleh mayoritas bangsa Indonesia.

Melihat adanya tanda-tanda semangat revolusioner dalam tubuh Serikat


Islam, Gubernur Jendral Idenberg menaruh sikap waspada. Pada bulan Agustus
1912, untuk sementara waktu kegiatan Serikat Islam diskors. Pada kongres Serikat
Islam pertama di Surabaya, Januari 1913, ditegaskan bahwa Serikat Islam bukan
partai politik. Hal ini dimaksudkan untuk tidak melawan pemerintah Hindia
Belanda. Pada kongres tersebut juga diputuskan bahwa Haji Umar Said
Cokroaminoto, sebagai ketua SI dan Surabaya sebagai pusat kegiatan SI.

Pada tahun 1915 di Surabaya didirikan Central Serikat Islam (CSI) dengan
tugas mengatur kerjasama antar SI daerah. Sementara itu ISDV (Indische Social
Democratische Vereniging) yang berhaluan komunis yang didirikan oleh H.J.F.M.
Sneevliet meakukan penyusupan (infiltrasi) ke dalam tubuh SI. ISDV berhasil
mempengaruhi tokoh-tokoh muda SI, seperti : Semaun, Darsono, Tan Malaka, dan
Alimin Prawirodirjo melalui SI cabang Semarang. Dalam perkembangannya
terjadi pertentangan antara kelompok SI Putih dan SI Merah yang berhaluan

3
komunis. Oleh karena itu pada konggres SI, Oktober 1921 diputuskan
diberlakukannya disiplin partai. Pada tahun 1924, SI Merah berganti nama menjadi
Sarekat Rakyat.
Nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam Serikat Islam yaitu nilai keadilan
tentang diperbolehkannya golongan lain untuk masuk ke organisasi tersebut. Dalam
nilai persatuan tentang pembelaan kepentingan rakyat pribumi yang menderita karena
penjajahan.

3. Indische Partij

Indische Partij didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh


tiga serangkai, yaitu :
1. E.F.E. Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi.
2. Suwardi Suryaningrat
3. dr. Cipto Mangunkusumo

Tujuan didirikannya Indische Partij ini adalah untuk mempersatukan


semua Indiers sebagai persiapan menuju kehidupan bangsa yang merdeka. Yang
dimaksud denganIndiers adalah semua orang yang lahir di Indonesia dan mengaku
bertanah air Indonesia, baik orang Indo-Belanda, Cina, Arab maupun pribumi asli.
Cita-cita Indische Partij ini disebarluaskan melalui surat kabar De Express.

Karena sikap dan programnya yang tegas dan bercita-cita Hindia Merdeka
untuk pertamakalinya, maka surat permohonan untuk mendapatkan pengakuan
sebagai badan hukum ditolak pemerintah Hindia Belanda. Sikap kritis Indische
Partij ini juga tampak dalam artikel yang ditulis oleh Ki Hajar Dewantara dalam
surat kabar De Express yang berjudul Als ik en Nederlanders Was (Seandainya
Aku Seorang Belanda). Artikel tersebut berisi sindiran terhadap pemerintah Hidia
Belanda yang mengajak bangsa Indonesia untuk memperingati hari kemerdekaan
Belanda yang ke-seratus.

Karena kegiatan-kegiatan IP dianggap merugikan pemerintah, maka pada


bulan Agustus 1913, pemerintah Belanda menangkap ketiga pemimpin IP tersebut.
Merka kemudian mendapatkan hukuman buang. Mereka sendiri memilih Belanda

4
sebagai tempat pembuangannya. Dengan dibuangnya ketiga tokoh IP tersebut,
maka kegiatan IP semakin menurun. Oleh karena itulah IP kemudian berganti
nama menjadi partai Insulinde. Pada tahun 1919, Insulinde berganti nama lagi
menjadi Nasional Indische Partij (NIP).

B. Masa Radikal

Masa radikal, diartikan sebagai suatu masa yang memunculkan organisasi-


organisasi politik yang kemudian dinamakan partai. Pada umumnya organisasi-
organisasi ini tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda dalam
mewujudkan cita-cita organisasinya. Mereka dengan tegas menyebutkan tujuannya
untuk mencapai Indonesia Merdeka. Pada tahun 1908 di negeri Belanda berdiri
sebuah organisasi yang bernama Indische Vereeniging. Organisasi ini didirikan oleh
pelajar-pelajar dari Indonesia. Pada mulanya hanya bersifat sosial yaitu untuk
memajukan kepentingan-kepentingan bersama para pelajar tersebut. Organisasi ini
juga menginginkan adanya hak bagi bangsa Indonesia untuk menentukan nasibnya
sendiri.
Sehubungan dengan itu Indische Vereeniging berganti nama menjadi
Indonesische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia) dan bertujuan untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia. Sejalan dengan itu majalah Perhimpunan Indonesia (PI) yang
semula bernama Hindia Putra juga berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Para anggota PI berusaha mengadakan propaganda kemerdekaan Indenesia.
PNI berkeyakinan bahwa untuk membangun nasionalisme ada tiga syarat yang
harus ditanamkan kepada rakyat yaitu jiwa nasional (nationaale geest), tekad nasional
(nationaale wil), dan tindakan nasional (nationaale daad). Nasionalisme juga
berkembang di kalangan pemuda. Para pemuda yang telah mendirikan berbagai
organisasi pemuda juga merasa perlu untuk menggalang persatuan. Semangat
persatuan ini diwujudkan dalam kongres pemuda pertama di Jakarta pada bulan Mei
1926. PPI mempelopori penyelenggaraan Kongres Pemuda II. Dalam Kongres
Pemuda II yang diselenggrakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 berbagai organisasi
pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Sekar Rukun, Pasundan, Jong
Selebes, Pemuda Kaum Betawi. Kongres ini berusaha mempertegas kembali makna
persatuan dan berhasil mencapai suatu kesepakatan yang kemudian dikenal sebagai
Sumpah Pemuda, yaitu:

5
Pertama, kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah Indonesia.
Kedua, Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia.
Ketiga, Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan
bahasa Indonesia.

Organisasi-organisasi yang terdapat pada masa radikal ini yaitu.


1. Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia didirikan pada tahun 1908 di Den Haag, Belanda.
Pada mulanya bernama Indische Veereniging (IV). Pendirinya adalah orang-orang
Indonesia yang berada di Belanda, antara lain Sultan Kasayangan dan R.M. Noto
Suroto. Pada mulanya organisasi ini hanya berupa organisasi sosial untuk
mengurus kepentingan bersama orang-orang Indonesia di perantauan. Unsur-unsur
politik mulai tampak dengan diterbitkannya majalah Hindia Putra pada bulan
Maret 1916. Organisasi ini semakin berkembang dengan kedatangan tokoh-tokoh
tiga serangkai pendiri Indische Partij yang sedang menjalani hukuman buang di
negeri Belanda.

Setelah Perang Dunia I, semangat nasionalisme semakin kuat, pada tahun


1922 Indische Veereniging berganti nama menjadi Indonesische Veereniging. Pada
tahun 1923 majalah Hindia Putra berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Pada
tahun 1925 Indonesische Veereniging berganti nama menjadi Perhimpunan
Indonesia (PI). Aktifitas politik PI ini semakin meningkat sejak bergabungnya
Ahmad Subarjo dan Mohammad Hatta ke dalam tubuh PI. Bahkan kemudian PI
menegaskan bahwa tujuan PI adalah Indonesia Merdeka yang akan dicapai melalui
aksi bersama dan serentak oleh masyarakat Indonesia.
Untuk mendapatkan dukungan internasional, maka PI ikut aktif dalam
kegiatan-kegiatan organisasi internasional menentang penjajahan, seperti :
a. Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial
b. Liga Demokrasi Internasional
c. Kongres Wanita Internasional
d. Mengadakan hubungan dengan Komunisme Internasional(Komintern).

6
Pada tahun 1920-an pengaruh PI di tanah air semakin luas. Beberapa
organisasi lahir di tanah air karena mendapat pengaruh dari PI, seperti : PPPI, PNI,
dan Jong Indonesia. Pada tahun 1927 diadakan penggeledahan terhadap pemimpin-
pemimpin PI. Empat tokoh PI, yaitu : Moh. Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, Ali
Sastroamijoyo, dan Abdul Majid Joyoadiningrat ditangkap pemerintah kolonial
Hindia Belanda. Mereka dituduh akan melakukan pemberontakan dan pemerintah
kolonial menduga ada hubungan antara pemberontakan PKI, 1926 dengan PI.
Nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam organisasi PI yaitu nilai
persatuan tentang perlawanan untuk menghadapi penjajahan belanda.

2. Partai Nasional Indonesia


Partai Nasional Indonesia berdiri pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung.
Banyak anggota PNI adalah mantan anggota Perhimpunan Indonesia yang kembali
ke tanah air. Ir. Sukarno terpilih sebagai ketua PNI. Sedangkan tujuan PNI adalah
Indonesia Merdeka. Tujuan tersebut akan dicapai dengan azas percaya pada diri
sendiri, artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi dan sosial budaya yang
rusak karena penjajahan dengan kekuatan sendiri. Idiologi PNI
adalah Marhaenisme yang dicetuskan oleh Ir. Sukarno dengan tujuan untuk
menggalang persatuan dari aliran-aliran politik yang ada di Indonesia,
yaitu : Nasionalis, Islam dan Marxis.

Pemimpin-pemimpin PNI seperti : Mr. Sartono, Mr. Suyudi, Mr. Iskaq


Cokrohadisuryo, dr. Syamsi, Mr. Budyarto, Mr. Ali Sastroamijoyo dan
khususnya Ir. Sukarno berhasil menggerakkan rakyat Indonesia sehingga pengaruh
PNI semakin luas. Dengan aksi persatuannya, PNI berhasil
membentuk Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia (PPPKI) pada tanggal 18 Desember 1927 di Bandung. PPPKI
beranggotakan PNI, SI, Budi Utomo, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi,
Indonesische Studie Club dan Algemene Studie Club.

Adanya isu bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan, dijadikan alasan


oleh pemerintah kolonial untuk mengadakan penggeledahan dan penangkapan.
Sehingga pada bulan Desember 1929, empat tokoh PNI ditangkap. Mereka
adalah Ir. Sukarno, R. Gatot Mangkupraja, Maskun Sumadireja dan Supriadinata.

7
Dalam pengadilan mereka di Sukamiskin, Bandung, Ir. Sukarno membacakan
pidato pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat. Tokoh-tokoh PNI tersebut
akhirnya dijatuhi hukuman penjara.

C. Masa Bertahan

Sejak tahun-tahun 1930-an peranan lembaga politik kolonial (Volksraad)


makin meningkat. Lembaga itulah yang satu-satunya alat yang dibenarkan pemerintah
kolonial untuk menyuarakan kepentingan-kepentingan pelbagai golongan. Sebab itu
suara yang muncul dalam volksraad yang berasal dari golongan cooperatie itu sangat
penting untuk mengetahui pemikiran pemikiran bangsa Indonesia sejak sekitar tahun
1930 sampai 1942. Dalam masa dari tahun 1935 sampai 1942, partai- partai politik
bangsa Indonesia menjalankan taktik-taktik parlementer yang moderat. Hanya
organisasi-organisasi nonpolitik dan partai-partai yang bersedia bekerjasama dan
setuju punya wakil dalam dewan-dewan ciptaan Belanda yang terjamin mendapat
sedikit kekebalan dari gangguan pengawasan polisi. Dan satu-satunya forum yang
secara relatif bebas menyatakan pendapat politik adalah dewan perwakilan ciptaan
pemerintah kolonial Belanda itu.
Dengan demikian, satu-satunya cara bagi gerakan nasionalis untuk
mengusahakan perubahan ialah dengan jalan mempengaruhi pemerintah kolonial
Belanda secara langsung melalui dewan tersebut, tidak dengan mengatur
dukungan massa.
Tokoh-tokoh pergerakan mulai memunculkan ide tentang pembentukan Fraksi
Nasional di dalam volksraad. Akhirnya fraksi ini dapat didirikan tanggal 27 Januari
1930 di Jakarta beranggotakan 10 orang yang berasal dari daerah Jawa, Sumatera,
Sulawesi dan Kalimantan.
Berikut organisasi-organisasi yang terdapat pada masa bertahan

1. Petisi Soetardjo
Gagasan dari petisi ini dicetuskan oleh Sutardjo Kartohadikusumo, Ketua
Persatuan Pegawai Bestuur/ Pamongpraja Bumiputera dan wakil dari organisasi ini di
dalam siding Volksraad pada bulan Juli 1936. Isi petisi itu secara garis besar adalah
tentang permohonan supaya diadakan suatu musyawarah antara wakil-wakil Indonesia
dan Negeri Belanda di mana anggota-anggotanya mempunyai hak yang sama.

8
Tujuannya adalah untuk menyusun suatu rencana yang isinya adalah pemberian
kepada Indonesia suatu pemerintahan yang berdiri sendiri dalam batas pasal 1
Undang-undang Dasar Kerajaan Belanda. Petisi itu ada yang menyetujui dan ada yang
tidak. Kalau dari pihak Indonesia ada yang tidak setuju, maka alasannya bukanlah
soal isi petisi itu tetapi seperti yang diajukan oleh Gesti Noer ialah caranya
mengajukan seperti menengadahkan tangan. Antara tokoh-tokoh Indonesia terjadi
pro-kontra tentang petisi itu. Tetapi akhirnya petisi Soetardjo ditolak oleh Ratu
Belanda pada bulan November 1938
.
2. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
Meskipun akhirnya Petisi Soetardjo itu ditolak, petisi itu ternyata mempunyai
pengaruh juga yaitu membantu membangkitkan gerakan masionalis dari sikap
mengalah yang apatis yang telah menimpanya sejak gerakan nonkooperasi
dilumpuhkan. Suatu gagasan untuk membina kerjasama diantara partai-partai poltik
dalam bentuk federasi timbul kembali pada tahun 1939.
Pada tanggal 21 Mei 1939 di dalam rapat pendirian konsentrasi nasional di
Jakarta berhasilah didirikan suatu organisasi yang merupakan kerjasama partai-partai
politik dan organisasi-organisasi dengan diberi nama Gabungan Politik Indonesia
(GAPI). Tujuan GAPI adalah memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri dan
persatuan nasional. Kemudian tujuan itu dirumuskan dalam semboyan Indonesia
Berparlemen. Sikap kurang menentukan kemerdekaan itu disebabkan adanya
keprihatinan atas kemungkinan meletusnya Perang Pasifik. GAPI melakukan berbagai
kampanye yang bertujuan menarik simpati rakyat untuk mendukung perjuangannya di
dalam ketatanegaraan. Pada tanggal 14 September 1940 dibentuklah komisi untuk
menyelidiki dan mempelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan (Commissie tot
bestudeering van staatsrechtelijke). Komisi ini diketuai oleh Dr. F.H Visman,
selanjutnya dikenal dengan nama Komisi Visman. Pada awal pembentukannya,
kalangan pergerakan mempertanyakan keberadaan kegunaan komisi itu. Akhirnya
Komisi Visman menghasilkan laporan yang cukup tebal tentang berbagai tuntutan dan
harapan-harapan rakyat Indonesia. Laporan itu terbit pada tahun 1942 hanya beberapa
minggu sebelum kedatangan tentara Jepang ke Indonesia, sehingga laporan tersebut
tidak jelas nasibnya.

3. Mosi Thamrin

9
Pergerakan nasional terus berkembang dengan semakin meningkat dan
mendalamnya kesadaran akan identitasnya. Dalam keadaan yang demikian, istilah-
istilah Hindia Belanda (Nederlandsch Indie), pribumi (Inlander), atau kepribumian
(Inlandsch) sangat sensitif di mata kaum pergerakan yang kesadaran akan identitasnya
sudah mendalam.
Mosi Thamrin mengusulkan agar istilah-istilah tersebut diganti dengan
Indonesie (Indonesia), Indonesier (bangsa Indonesia) dan keindonesiaan
(Indonesisch), khususnya di dalam dokumen dokumen pemerintah. Keberatan
pemerintah terhadap mosi ini adalah bahwa perubahan istilah itu membawa implikasi
politik dan ketatanegaraan, seperti apa yang termaktub dalam UUD Kerajaan Belanda.
Di samping itu ada argumentasi ilmiah ialah bahwa Indonesia bukan nama
geografis, dan bangsa Indonesia juga tidak menunjukan pengertian etnologis.

https://www.academia.edu/23352862/Pembahasan_Nilai-
Nilai_Pancasila_pada_Zaman_Pergerakan_Nasional?auto=download

https://independent.academia.edu/PutraWidia

NILAI-NILAI PANCASILA

Nilai nilai pancasila dan proses perumusan


pancasila

PANCASILA Nilai dan Perumusan

10
PANCASILA Panca : Lima Sila : Prinsip atau Asas Pancasila adalah
ideologi dasar bagi negara Indonesia Pancasila merupakan rumusan dan
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia
NILAI-NILAI PANCASILA PADA MASA PRA SEJARAH
Pada zaman Pra sejarah, berbagai suku bangsa Indonesia telah
mengenal unsur-unsur pembentuk Pancasila. Nilai-nilai Pancasila yang
Nampak pada masa Pra Sejarah, dapat dibuktikan dengan adanya: 1. Nilai
Religi Adanya kerangka mayat Alat-alat untuk aktivitas religi Pemujaan
kepada roh 2. Nilai Peri Kemanusiaan Penghargaan
kemanusiaan Bersosialisasi 3. Nilai Kesatuan Bahasa Indonesia sebagai
rumpun bahasa Austronesia 4. Nilai Musyawarah Kehidupan bercocok
tanam Kehidupan berkelompok 5. Nilai Keadilan Sosial Perwujudan
kesejahteraan dan kemakmuran
Penyebaran nenek moyang di Indonesia adalah secara merantau
hingga ke pulau-pulau yang terbatas oleh laut. Sehingga terbentuk
kebudayaan secara turun-temurun sebagian bangsa Indonesia adalah
pelaut dan sebagian adalah pengerajin, pedagang dan petani. Selain itu,
bangsa Indonesia pada zaman prasejarah telah menganut sistem
kepercayaan. Dengan demikian zaman prasejarah di Indonesia dapat
dikatakan memberikan andil dalam pengembangan nilai-nilai Pancasila.
NILAI NILAI PANCASILA DALAM ZAMAN KERAJAAN HINDU-BUDHA
Nilai Nilai Pancasila Dalam Zaman Kerajaan Hindu-Budha Istilah
Pancasila pertama di temukan dalam buku Sutasoma karya Mpu
Tantular pada zaman kerajaan Majapahit. Pancasila diartikan sebagai
perintah kesusilaan yang berjumlah lima dan berisi larangan. Isi
larangannya: 1. Melakukan kekerasan 2. Mencuri 3. Berjiwa dengki 4.
Berbohong 5. Mabuk karena miras Selain itu, nilai-nilai Pancasila juga telah
ada pada zaman Kerajaan terbukti dengan adanya nilai persatuan dan
kesatuan antar umat beragama, nilai sosial politik, nilai persatuan yang
terjadi, nilai keadilan sosial, dan nilai lainnya yang terjadi pada zaman
kerajaan kerajaan dahulu.
Nilai Nilai Pancasila Dalam Zaman Kerajaan Kutai a) Nilai
Ketuhanan Memeluk agama Hindu b) Nilai Kerakyatan Rakyat Kutai hidup
sejahtera dan makmur c) NilaiPersatuan Wilayah kekuasaannya meliputi
hampir seluruh kawasan Kalimantan Timur
Nilai Nilai Pancasila Dalam Zaman Kerajaan Majapahit a) Nilai
Agama Hindu Budha banyak berkembang di zaman majapahit, bahkan
seorang bawahan kekuasaannya Pasai beragama Islam. b) Nilai
Musyawarah Mufakat Raja hayam wuruk senantiasa berhubungan dan
membuat suatu kesepakatan dengan perundingan. c) Nilai Toleransi Umat
Beragama Ditunjukan dengan beragamnya jenis agama di majapahit, dan
mereka hidup rukun. d) Nilai Pancasila Bhineka Tunggal Ika jelas merajuk
pada hakekat pancasila sebagai pemersatu negeri.
Nilai Nilai Pancasila Dalam Zaman Kerajaan Sriwijaya a) Nilai
Ketuhanan Pusat agama Budha di Asia Tenggara b) Nilai Kemanusiaan
Bersifat terbuka terhadap budaya asing yang masuk c) Nilai Persatuan
Wilayahnya tersebar di daerah Asia Tenggara d) Nilai Kerakyatan Rakyat
makmur e) Nilai Keadilan Tidak membedakan latar belakang
Nilai Nilai Pancasila Dalam Zaman Kedatangan Islam
Nilai Nilai Pancasila Dalam Zaman Kedatangan Islam Sila ke-1
Pada masa kedatangan Islam bangsa Indonesia sudah dikenalkan kepada

11
Tuhan yang esa (tunggal) Sila ke-2 Dihapuskannya sistem kasta dan
perbudakan dalam masa walisongo Sila ke-3 Usaha mempersatukan
negeri oleh penyebar agama islam. Salahsatunya saat walisongo
menyebar ke daratan jawa untuk mensyiarkan tentang Islam. Sila ke-4
Sistem musyawarah yang diperkenalkan Islam untuk mengatasi suatu
persengketaan. Sila ke-5 Keadilan bagi seluruh umat merupakan hakekat
Islam itu sendiri semenjak dikenalkan sampai sekarang.
Nilai-nilai Pancasila dalam zaman Penjajahan Belanda-Jepang Nilai-
nilai Pancasila pada saat penjajahan Belanda berupa perlawanan-
perlawanan oleh rakyat diberbagai wilayah nusantara sebagai akibat
praktek-praktek Belanda yang dirasa membuat penderitaan bagi rakyat
Indonesia. Masa penjajahan Belanda bermula setelah Kerajaan Majapahit
mengalami keruntuhan. Belanda yang pada awalnya ingin mencari
rempah-rempah akhirnya mempunyai rencana untuk menguasai dan
memiliki seluruh kekayaan Indonesia.
Maka berbagai politik licikpun dijalankan oleh bangsa Belanda,
praktek- praktek tersebut antara lain: 1. Diawali berdirinya Vereenigde
Oost Indische Compagnie (VOC) yang menimbulkan konfrontasi antara
belanda dan portugis. Praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan
paksaan-paksaan sehingga rakyat mulai mengadakan perlawanan dan
menyerang Batavia 1928 dan 1929, di bawah pimpinan Sultan Agung.
Tetapi serangan itu tidak berhasil meruntuhkan VOC. 2. Bangsa Belanda
mulai memainkan peranan politiknya dengan licik di Indonesia, yaitu
dengan menguasai Makasar (1667) yang menimbulkan perlawanan dari
rakyat Makasar (Hasanudin), Banten (Sultan Ageng Tirtoyoso), Perlawanan
Trunojoyo, Untung Suropati di Jawa Timur pada akhir abad ke XVII tidak
mampu meruntuhkan kekuatan kompeni pada saat itu. Demikianlah
Belanda pada awalnya menguasai daerah yang strategis dan kaya akan
hasil rempah-rempah pada abad ke XVII dan nampaknya semakin
memperkuat kedudukannya dengan didukung oleh kekuatan militer.
3. Pada abad itu sejarah mencatat bahwa Belanda berusaha dengan
keras untuk memperkuat dan mengintensifkan kekuasaannya di seluruh
Indonesia .Melihat praktek-praktek penjajahan Belanda tersebut maka
meledaklah perlawanan rakyat di berbagai wilayah nusantara, antara lain:
Patimura di Maluku (1817), Baharudin di Palembang (1819), Imam Bonjol
di Minangkabau dan seterusnya. 4. Penjajahan mulai memuncak ketika
Belanda mulai menerapkan sistem monopoli melalui tanam paksa (1830-
1870) dengan memaksakan beban kewajiban kepada rakyat yang tidak
berdosa. Penderitaan rakyat semakin menjadi-jadi dan Belanda semakin
gigih dalam menghisap rakyat untuk memperbanyak kekayaan bangsa
Belanda. Dengan adanya praktek-pratek Belanda tersebut membuat
perlawanan rakyat Indonesia menjadi terpencar-pencar dan tidak memiliki
koordinasi sehingga mengalami kegagalan.
Keterlibatan Jepang dalam perang dunia ke 2 membawa sejarah
baru dalam kehidupan bangsa Indonesia yang di jajah Belanda ratusan
tahun lamanya. Hal ini disebabkan bersamaan dengan masuknya tentara
Jepang tahun 1942 di Nusantara, maka berakhir pula suatu sistem
penjajahan bangsa Eropa dan kemudian digantikan dengan penjajahan
baru yang secara khusus diharapkan dapat membantu mereka yang
terlibat perang. Menjelang akhir tahun 1944 bala tentara Jepang secara
terus menerus menderita kekalahan perang dari sekutu. Hal ini kemudian
membawa perubahan baru bagi pemerintah Jepang di Tokyo dengan janji
kemerdekaan yang di umumkan Perdana Mentri Kaiso tanggal 7

12
september 1944 dalam sidang istimewa Parlemen Jepang (Teikoku Gikai)
ke 85. Janji tersebut kemudian diumumkan oleh Jenderal Kumakhichi
Haroda tanggal 1 maret 1945 yang merencanakan pembentukan Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Nilai Nilai Pancasila Pada Masa Kebangkitan Nasional
Budi Utomo Budi Utomo adalah organisasi yang sangat
berpengaruh pada masa kebangkitan nasional. Sejak didirikan pada 20
Mei 1908, organisasi ini bisa dibilang sebagai gerakan awal menuju
kemandirian dan kemerdekaan dari penjajah. Organisasi Budi Utomo inilah
yang menguatkan nilai nilai pancasila pada masa kebangkitan nasional.
Meskipun belum dirumuskan, sangat terlihat pencerminan atas beberapa
nilai pancasila seperti persatuan, kebangsaan, kemerdekaan,keadilan
sosial, serta harkat dan martabat manusia. Pencerminan nilai pancasila
pada masa ini juga sangat dipengaruhi degan adanya peristiwa sumpah
pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928
Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara RI Pada akhir
Perang Dunia II, Jepang mulai banyak mengalami kekalahan di mana-mana
dari Sekutu. Banyak wilayah yang telah diduduki Jepang kini jatuh ke
tangan Sekutu. Jepang merasa pasukannya sudah tidak dapat
mengimbangi serangan Sekutu. Untuk itu, Jepang menjanjikan
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia agar tidak melawan dan bersedia
membantunya melawan Sekutu.
Pembentukan BPUPKI Jepang meyakinkan bangsa Indonesia tentang
kemerdekaan yang dijanjikan dengan membentuk Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam
bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Jenderal Kumakichi
Harada, Komandan Pasukan Jepang untuk Jawa pada tanggal 1 Maret 1945
mengumumkan pembentukan BPUPKI. Pada tanggal 28 April 1945
diumumkan pengangkatan anggota BPUPKI. Upacara peresmiannya
dilaksanakan di Gedung Cuo Sangi In, Pejambon Jakarta (sekarang Gedung
Departemen Luar Negeri). Struktur BPUPKI Ketua : Dr. Radjiman
Wedyodiningrat Wakil : Ichibangase Yoshio (Jepang) Sekertaris : Raden
Panji Suroso Anggota : 63 Orang dan 7 orang tanpa hak suara
Sidang I BPUPKI Masa persidangan pertama BPUPKI dimulai pada
tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945. Pada masa persidangan
ini, BPUPKI membahas rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka.
Pada persidangan dikemukakan berbagai pendapat tentang dasar negara
yang akan dipakai Indonesia merdeka. Pendapat tersebut disampaikan
oleh Mr. Mohammad Yamin, Mr. Supomo, dan Ir. Sukarno.
Mr. Mohammad Yamin Mr. Mohammad Yamin menyatakan
pemikirannya tentang dasar negara Indonesia merdeka dihadapan sidang
BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945. Pemikirannya diberi judul Asas dan
Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia. Mr. Mohammad Yamin
mengusulkan dasar negara Indonesia merdeka yang intinya sebagai
berikut: peri kebangsaan peri kemanusiaan peri ketuhanan peri
kerakyatan kesejahteraan rakyat
Mr. Supomo Mr. Supomo mendapat giliran mengemukakan
pemikirannya di hadapan sidang BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945.
Pemikirannya berupa penjelasan tentang masalah-masalah yang
berhubungan dengan dasar negara Indonesia merdeka. Negara yang akan
dibentuk hendaklah negara integralistik yang berdasarkan pada hal-hal
berikut ini: persatuan kekeluargaan keseimbangan lahir dan batin
musyawarah keadilan sosial

13
Ir. Sukarno Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Sukarno mendapat
kesempatan untuk mengemukakan dasar negara Indonesia merdeka.
Pemikirannya terdiri atas lima asas berikut ini: kebangsaan Indonesia;
internasionalisme atau perikemanusiaan; mufakat atau demokrasi;
kesejahteraan sosial; Ketuhanan Yang Maha Esa. Kelima asas tersebut
diberinya nama Pancasila sesuai saran teman yang ahli bahasa. Untuk
selanjutnya, tanggal 1 Juni kita peringati sebagai hari Lahir Istilah
Pancasila.
PANITIA SEMBILAN Masa sidang I BPUPKI telah habis dan akan
istirahat satu bulan penuh, tetapi rumusan dasar negara belum terbentuk.
Untuk itulah dibentuk panitia yang beranggotakan sembilan orang dengan
tugas menampung berbagai aspirasi tentang pembentukan dasar negara
Indonesia merdeka. Anggota Panitia Sembilan terdiri atas: Panitia
Sembilan bekerja cerdas sehingga pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil
merumuskan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Rumusan itu oleh
Mr. Moh. Yamin diberi nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter 1. Ir.
Sukarno, sebagai ketua 2. Abdulkahar Muzakir 3. Drs. Moh. Hatta 4. K.H.
Abdul Wachid Hasyim 5. Mr. Moh. Yamin 6. H. Agus Salim 7. Ahmad
Subarjo 8. Abikusno Cokrosuryo 9. A. A. Maramis
Rumusan Dasar Negara dalam Piagam Jakarta 1. Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariah islam bagi pemeluknya. 2. Kemanusiaan
yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwailan 5. Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
SIDANG II BPUPKI Pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli 1945,
BPUPKI mengadakan sidang kedua membahas rancangan undang-undang
dasar. Untuk itu, dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang
diketuai Ir. Sukarno. Panitia tersebut juga membentuk kelompok kecil yang
beranggotakan tujuh orang yang khusus merumuskan rancangan UUD.
Hasil kerjanya kemudian disempurnakan kebahasaannya oleh Panitia
Penghalus Bahasa yang terdiri atas Husein Jayadiningrat, H. Agus Salim,
dan Mr. Supomo. Pada tanggal 14 Juli 1945 Ir. Sukarno melaporkan hasil
kerja Panitia Perancang Undang-Undang dalam sidang BPUPKI. Pada
laporannya disebutkan tiga hal pokok, yaitu pernyataan Indonesia
merdeka, pembukaan undang-undang dasar, dan undang-undang dasar
(batang tubuh). Pada tanggal 15 dan 16 Juli 1945 diadakan sidang untuk
menyusun UUD berdasarkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang
Dasar. Pada tanggal 17 Juli 1945 dilaporkan hasil kerja penyusunan UUD
dan laporan diterima sidang pleno BPUPKI.
Pembentukan PPKI Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan
oleh Jepang. Untuk menindaklanjuti hasil kerja BPUPKI, Jepang membentuk
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau dalam bahasa
Jepang disebut Dokuritsu Junbi Inkai.
Struktur PPKI Ketua : Ir.Soekarno Wakil ketua : Drs. Moh Hatta
Penasihat : Ahmad Subarjo Anggota : 1. Mr. Supomo 2. dr. Rajiman
Wedyodiningrat 3. R.P. Suroso 4. Sutardjo 5. K.H. Abdul Wachid Hasyim 6.
Ki Bagus Hadikusumo 7. Oto Iskandardinata 8. Suryohamijoyo 9. Abdul
Kadir 10.Puruboyo 11.Yap Tjwan Bing 12.Latuharhary 13.Dr. Amir 14.Abdul
Abbas 15.Teuku Moh. Hasan 16.Hamdani 17.Sam Ratulangi 18.Andi
Pangeran 19.I Gusti Ktut Pudja 20.Wiranatakusumah 21.Ki Hajar
Dewantara 22.Kasman Singodimejo 23.Sayuti Melik 24.Iwa
Kusumasumantri
Proses Penetapan Dasar Negara dan Konstitusi Negara Pada tanggal
18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Pada sidang

14
ini PPKI membahas konstitusi negara Indonesia, Presiden dan Wakil
Presiden Indonesia, serta lembaga yang membantu tugas Presiden
Indonesia. PPKI membahas konstitusi negara Indonesia dengan
menggunakan naskah Piagam Jakarta yang telah disahkan BPUPKI.
Perbedaan dan Kesepakatan yang Muncul dalam Sidang I PPKI
Namun, sebelum sidang dimulai, Bung Hatta dan beberapa tokoh Islam
mengadakan pembahasan sendiri untuk mencari penyelesaian masalah
kalimat ... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya pada kalimat Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk- pemeluknya. Tokoh-tokoh Islam yang
membahas adalah Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo, K.H. Abdul
Wachid Hasyim, dan Teuku Moh. Hassan. Mereka perlu membahas hal
tersebut karena pesan dari pemeluk agama lain dan terutama tokoh-
tokoh dari Indonesia bagian timur yang merasa keberatan dengan kalimat
tersebut. Mereka mengancam akan mendirikan negara sendiri apabila
kalimat tersebut tidak diubah. Adapun tujuan diadakan pembahasan
sendiri tidak pada forum sidang agar permasalahan cepat selesai.
Kemudian dalam pembahasan persidangan mereka mengusulkan dua
perubahan: Pertama, berkaitan dengan sila pertama yang semula
berbunyi Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kedua, Bab II UUD Pasal 6 yang semula berbunyi Presiden ialah orang
Indonesia yang beragama Islam diubah menjadi Presiden ialah orang
Indonesia asli.
Sistematika UUD 1945 Pembukaan (mukadimah) UUD 1945 terdiri
atas empat alinea. Pada Alenia ke-4 UUD 1945 tercantum Pancasila
sebagai dasar negara yang berbunyi sebagai berikut: 1.Ketuhanan Yang
Maha Esa. 2.Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3.Persatuan Indonesia.
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. 5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Batang tubuh UUD 1945 terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4 pasal
aturan peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan Penjelasan UUD 1945
terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.
Rancangan hukum dasar yang diterima BPUPKI pada tanggal 17 Juli
1945 setelah disempurnakan oleh PPKI disahkan sebagai Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia. UUD itu kemudian dikenal sebagai UUD 1945.
Keberadaan UUD 1945 diumumkan dalam berita Republik Indonesia Tahun
ke-2 No. 7 Tahun 1946 pada halaman 4548.
PANCASILA
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA
2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
3. PERSATUAN INDONESIA
4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN
DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

Nilai Dasar Pancasila


nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan.

15
1. Makna Nilai dalam Pancasila
a. Nilai Ketuhanan
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan
bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan nilai ini
menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang
ateis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk
memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak
berlaku diskriminatif antarumat beragama.
b. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku
sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani
dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
c. Nilai Persatuan
Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan
rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap
keanekaragaman yang dimiliki bangsa indonesia..
d. Nilai Kerakyatan
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga
perwakilan.
e. Nilai Keadilan
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai dasar
sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur secara
lahiriah atauun batiniah. Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak dan normatif. Karena
sifatnya abstrak dan normatif, isinya belum dapat dioperasionalkan. Agar dapat bersifat
operasional dan eksplisit, perlu dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai
instrumental tersebut adalah UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Sebagai nilai dasar, nilai-nilai tersebut menjadi sumber nilai. Artinya, dengan bersumber
pada kelima nilai dasar diatas dapat dibuat dan dijabarkan nilai-nilai instrumental
penyelenggaraan negara Indonesia.

2. Nilai Pancasila menjadi Sumber Norma Hukum


Upaya mewujudkan Pancasila sebagai sumber nilai adalah dijadikannya nilai nilai dasar
menjadi sumber bagi penyusunan norma hukum di Indonesia. Operasionalisasi dari nilai
dasar pancasila itu adalah dijadikannya pancasila sebagai norma dasar bagi penyusunan
norma hukum di Indonesia. Negara Indonesia memiliki hukum nasional yang merupakan
satu kesatuan sistem hukum. Sistem hukum Indonesia itu bersumber dan berdasar pada
pancasila sebagai norma dasar bernegara. Pancasila berkedudukan sebagai grundnorm

16
(norma dasar) atau staatfundamentalnorm (norma fondamental negara) dalam jenjang
norma hukum di Indonesia.
Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan perundangam yang
ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan, kebijaksanaan pemerintah, program-
program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada hakikatnya merupakan nilai
instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai dasar pancasila.
Sistem hukum di Indonesia membentuk tata urutan peraturan perundang-undangan.
Tata urutan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam ketetapan MPR
No. III/MPR/2000 tentang sumber hukum dan tata urutan perundang-undangan sebagai
berikut.
a. Undang-Undang Dasar 1945
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
c. Undang-undang
d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
e. Peraturan Pemerintah
f. Keputusan Presiden
g. Peraturan Daerah
Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang pembentukan Peraturan
perundang-undangan juga menyebutkan adanya jenis dan hierarki peraturan
perundang-undangan sebagai berikut:
a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perpu)
c. Peraturan pemerintah
d. Peraturan presiden
e. Peraturan daerah.
Pasal 2 Undang-undang No. 10 Tahun 2004 menyatakan bahwa Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum negara. Hal ini sesuai dengan kedudukannya sebagai
dasar (filosofis) negara sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945
Alinea IV.

3. Nilai Pancasila menjadi Sumber Norma Etik


Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik (norma
moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai pancasila
adalah nilai moral. Oleh karena itu, nilai pancasila juga dapat diwujudkan kedalam
norma-norma moral (etik). Norma-norma etik tersebut selanjutnya dapat digunakan
sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Bangsa indonesia saat ini sudah berhasil merumuskan
norma-norma etik sebagai pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku. Norma-norma
etik tersebut bersumber pada pancasila sebagai nilai budaya bangsa. Rumusan norma

17
etik tersebut tercantum dalam ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan
Berbangsa, Bernegara, dan Bermasyarakat.
Ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang etika Kehidupan Berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat merupakan penjabaran nilai-nilai pancasila sebagai pedoman dalam
berpikir, bersikap, dan bertingkah laku yang merupakan cerminan dari nilai-nilai
keagamaan dan kebudayaan yang sudah mengakar dalam kehidupan bermasyarakat

a. Etika Sosial dan Budaya


Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan kembali
sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan
tolong menolong di antara sesama manusia dan anak bangsa. Senafas dengan itu juga
menghidupkan kembali budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang
bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Untuk itu, perlu
dihidupkan kembali budaya keteladanan yang harus dimulai dan diperlihatkan contohnya
oleh para pemimpin pada setiap tingkat dan
lapisan masyarakat.

b. Etika Pemerintahan dan Politik


Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien, dan efektif;
menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa
tanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat; menghargai perbedaan; jujur dalam
persaingan; ketersediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar walau datang dari
orang per orang ataupun kelompok orang; serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Etika pemerintahan mengamanatkan agar para pejabat memiliki rasa kepedulian tinggi
dalam memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur apabila dirinya merasa telah
melanggar kaidah dan sistem nilai ataupun dianggap tidak mampu memenuhi amanah
masyarakat, bangsa, dan
negara.

c. Etika Ekonomi dan Bisnis


Etika ekonomi dan bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi, baik oleh
pribadi, institusi maupun pengambil keputusan dalam bidang ekonomi, dapat melahirkan
kiondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan persaingan yang jujur, berkeadilan,
mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi dan kemampuan
bersaing, serta terciptanya suasana kondusif untuk pemberdayaan ekonomi rakyat
melalui usaha-usaha bersama secara berkesinambungan. Hal itu bertujuan
menghindarkan terjadinya praktik-praktik monopoli, oligopoli, kebijakan ekonomi yang
bernuansa KKN ataupun rasial yang berdampak negatif terhadap efisiensi, persaingan
sehat, dan keadilan; serta menghindarkan perilaku menghalalkan segala cara dalam
memperoleh keuntungan.

18
d. Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan
Etika penegakan hukum dan berkeadilan dimaksudkan untuk menumbuhkan keasadaran
bahwa tertib sosial, ketenangan, dan keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan
dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang ada. Keseluruhan aturan
hukum yang menjamin tegaknya supremasi hukum sejalan dengan menuju kepada
pemenuha rasa keadilan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat.

e. Etika Keilmuan dan Disiplin Kehidupan


Etika keilmuan diwujudkan dengan menjunjung tingghi nilai-nilai ilmu pengetahuan dan
teknologi agar mampu berpikir rasional, kritis, logis dan objektif. Etika ini etika ini
ditampilkan secara pribadi dan ataupun kolektif dalam perilaku gemar membaca, belajar,
meneliti, menulis, membahas, dan kreatif dalam menciptakan karya-karya baru, serta
secara bersama-sama menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan adanya etika maka nilai-nilai pancasila yang
tercermin dalam norma-norma etik kehidupan berbangsa dan bernegara dapat kita
amalkan. Untuk berhasilnya perilaku bersandarkan pada norma-norma etik kehidupan
berbangsa dan bernegara, ada beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai berikut. a.
Proses penanaman dan pembudayaan etika tersebut hendaknya menggunakan bahasa
agama dan bahasa budaya sehingga menyentuh hati nurani dan mengundang simpati
dan dukungan seluruh masyarakat. Apabila sanksi moral tidak lagi efektif,
langkah-langkah penegakan hukum harus dilakukan secara tegas dan konsisten.
b. Proses penanaman dan pembudayaan etika dilakukan melalui pendekatan
komunikatif, dialogis, dan persuasif, tidak melalui pendekatan cara indoktrinasi.
c. Pelaksanaan gerakan nasional etika berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat secara
sinergik dan berkesinambungan yang melibatkan seluruh potensi bangsa, pemerintah
ataupun masyarakat.
d. Perlu dikembangkan etika-etika profesi, seperti etika profesi hukum, profesi
kedokteran, profesi ekonomi, dan profesi politik yang dilandasi oleh pokok-pokok etika ini
yang perlu ditaati oleh segenap anggotanya melalui kode etik profesi masing-masing.
e. Mengkaitkan pembudayaan etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat sebagai bagian dari sikap keberagaman, yang menempatkan nilai-nilai
etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat di samping tanggung jawab
kemanusiaan juga sebagai bagian pengabdian pada Tuhan Yang MahaEsa.

OBETHIANUS,S.Pd

19
Diposkan 23rd September 2014 oleh obet hianus

http://obethkalbar123.blogspot.co.id/2014/09/nilai-nilai-pancasila.html

Kesimpulan
Kata Pergerakan Nasional mengandung suatu pengertian yaitu merupakan
perjuangan yang dilakukan oleh organisasi secara modern ke arah perbaikan taraf
hidup bangsa Indonesia yang disebabkan karena rasa tidak puas terhadap keadaan
masyarakat yang ada.
Pergerakan nasional diawali dengan terbentuknya organisasi-organisasi seperti
Budi Utomo, Sarekat Islam (SI), dan Indische Partij (IP) dalam memperjuangkan
perbaikan nasib bangsa. Kemudian perjuangan tersebut dilanjutkan oleh organisasi-
organisasi yang terbentuk pada masa radikal seperti Perhimpunan Indonesia dan
Partai Nasional Indonesia dan pada masa bertahan seperti GAPI (Gabungan Politik
Indonesia).
Dari pergerakan nasional tersebut terkandung beberapa nilai pancasila yang ada
seperti nilai persatuan, kebangsaan, kemerdekaan, keadilan sosial, serta harkat dan
martabat manusia untuk memperjuangkan nasib penduduk pribumi ini.

20

Anda mungkin juga menyukai