Disusun Oleh :
Riskawati Ibrahim
Nim (281421034)
KELAS 1A
JURUSAN SOSIOLOGI
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T karena berkat limpahan rahmat dan karunianya
sehingga penyusun dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta
salam kita curahkan kepada baginda kita Nabi besar Muhammad saw yang telah
membebaskan kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang menerang.
Semoga Paper ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan bagi kita semua, serta menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Amin
CAVER
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN..............................................................................................................3
3.1 Kesimpulan............................................................................................................
3.2 Saran......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa arti dari Tumbilotohe ?
2. Bagaimana sejarah Tumbilotohe ?
3. Bagaimana antusias rakyat dembe 1 dalam merayakan tradisi tumbilotohe ?
4. Bagaimana suasana daerah Gorontalo saat perayaan tumbilotohe ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari tumbilotohe
2. Untuk mengetahui sejarah tumbilotohe
3. Untuk mengetahui antusias rakyat dembe 1 dalam merayakan tradisi
tumbilotohe
4. Untuk mengetahui suasana daerah Gorontalo saat perayaan tumbilotohe
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arti dari Tumbilotohe
Tumbilotohe adalah perayaan berupa memasang lampu dihalaman rumah
penduduk dan dijalanan-jalanan terutama mesjid yang menandakan berakhirnya
ramadhan digorontalo. Perayaan ini dilakukan pada 3 malam terakhir menjelang hari
raya idul fitri. Pemasangan lampu dimulai sejak waktu magrib sampai menjelang subuh.
tumbilotohe berasal dari bahasa gorontalo yang berasal dari dua suku kata, yaitu
tumbilo yang berarti pasang dan tohe berarti lampu. Maka tumbilotohe berarti acara
pasang lampu
3
Akan tetapi, sebaagian warga masih mempertahankan nilai tradisional dengan
tetap memakai lampu botol yang di pajang di depan rumah pada kayu atau bambu.
Seiring perkembangan zaman, bahan dan alat untuk merayakan tradisi tumbilotohe telah
diganti dengan botol kecil dan di isi dengan minyak tanah, lalu memakai sumbu kompor
lampu botol seperti ini terus dipakai hingga sekarang ini. Bahkan untuk menyemarakkan
tradisi ini rakyat sering ditambah dengan ribuan lampu. Malam tumbilotohe ini biasa
dibilang festival paling ramai di gorontalo ini. Saat tradisi tumbilotohe di gelar, wilayah
gorontalo menjadi terang benderang, nyaris tak ada sudut kota yang gelap.
Gemerlap lentera tradisi tumbilotohe yang digantung pada kerang-kerang kayu
yang dihiasi dengan jalur kuning atau dikenal dengan alikusu (hiasan yang terbuat dari
daun kelapa muda) menghiasi kota gorontalo. Tradisi ini disebut malam lailatul qadar.
Tradisi ini mengandung makna yang mengisyaratkan bahwa lampu yang dipasang
adalah wujud dari harapan untuk mendapatkan berkah pada malam lailatul Qadr.
A. lampu botol trdisional
Pada dasarnya, jenis lampu yang digunakan dalam pelaksana tumbilotohe adalah
lampu botol bekas yang mudah pecah (bukan botol plastik yang mudah terbakar)
yang diberi sumbuh kompor dan berisi minyak tanah sebagai bahan bakar lampu
tersebut. selain menggunakan lampu botol, masyarakat juga mengunakan kaleng
susu bekas sebagai lampu yang diisi minyak tanah. Untuk sumbuhnya
masyarakat juga biasanya menggunakan kain bekas yang dipotong dengan lebar
kurang lebih 2 cm dan panjang 15 cm (dengan ketentuan panjangnya akan
tercelup pada minyak tanah), kemudian kain tersebut dimasukan pada pipa kecil
yang terbuat dari kaleng sebagai tempat sumbuh. Hal ini menunjukan bahwa alat
dan bahan yang digunakan masyarakat merupakan barang bekas yang didaur
ulang menjadi benda yang berguna pada saat mendekati pelaksanaan
tumbilotohe atau paling tidak 1 minggu sebelum lebaran idul fitri, terdapat
banyak penjual lampu botol yang berjualan dibeberapa lokasi rumah dan pasar.
4
lampu botol tradisional ini menjadi keunikan utama dari pelaksanaan tradisi
tumbilotohe didukung oleh pernyataan bupati kabupaten gorontalo yang
menyatakan ‘’ keunikan itulah yang mahal dan kadang kalah dengan keunikan
itu, orang akan dating ingin melihatnya. oleh karena itu, tradisi tumbilotohe atau
malam pasang lampu tradisional ini hanya di laksanakan oleh suku gorontalo
dan hanya bisa dijumpai dipenghujung ramadhan diprovinsi gorontalo.
B. Alikusu
Alikusu adalah pintu gerbang adat yang merupakan salah satu keunikan adat
masyarakat gorontalo (wisma, 2012) alikusu ini dibuat berbentuk pintu gerbang,
tempat masuk/lewat semua orang pada umumnya, dan pejabat atau pembesar
adat pada khususnya. Alikusu biasanya di sebut sebagai pintu gerbang adat yang
5
C. Perlengkapan tradisi tumbilotohe
1. lampu botol. Lampu ini di buat dari botol bekas minuman energy atau
minuman kaleng.lampu ini menggunakan sumbuh kompor yang di gantungkan
pada sepotong kayu atau pawat yang berjejer. akan tetapi, ada juga yang di
letakan di atas tanah yang jumlahnya sampai ribuan lampu botol.
2. Alikusu. Alikusu ini terdiri atas bambu kuning, janur,pohon pisang, tebu,
dan lampu minyak. Alikusu di letakan di pintu masuk rumah,mesjid,dan pintu
gerbang perbatasan suatu daerah yang biasanya terbentuk kubah mesjid
yangmenjadi symbol utama alikusu. Di atas alikusu itu di gantung sejumlah
buah pisang sebagai lambang kesejahteraan.
3. Bunggo. Bunggo di buat dari bambu pilihan yang setiap mas dalamnya
di lubangi keculi mas paling ujung.pada ruas paling ujung di beri lubang kecil
yang di isi minyak tanah. Lubang kecil itu sebagai tempat menyulut api sehingga
dapat di hasilkan bumi latusan kecil.
1. Tahap Persiapan
Menurut pendapt Ibu Sangi Atute selaku tokoh masyarakat bahwa menjelang
pelaksanaan tradisi tumbilotohe didembe 1 kecamatan.kota barat, masyarakat
mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu yang kemudian bahan-bahan
tersebut akan dibuat dan dirangkai menjadi simbol-simbol tertentu. Adapun alat
dan bahan yang dipersiapkan yaitu bambu yang dibentuk menjadi alikusu, daun
kelapa sebagai jalur kuning,
6
botol mudah pecah (bukan plastic) dan/atau kaleng susu yang akan dijadikan
lampu, sumbu lampu, bunga polohungo, pisang atau tebu sebagai penghias
alikusu.
2. Tahap Pembuatan
Menurut pendapt Ibu Sangi Atute selaku tokoh masyarakat bahwa menjelang
pelaksanaan tradisi tumbilotohe didembe 1 kecamatan.kota barat, masyarakat
setempat mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu kemudian masyarakat
setempat bekerja sama untuk membuat simbol-simbol khas tumbilotohe seperti
prmbuatan bambu menjadi alikusu berbentuk N atau berbentuk gapura.
Masyarakat juga mempersiapkan lampu botol tradisional dengan mengisi
minyak tanah ke dalam botol dan memasukan sumbu ke dalam botol sebagai
perantara cahaya lampu (api) dan minyak tanah
3. Tahap Pelaksanaan
saat pelaksanaan tradisi tumbilotohe akan dimulai secara bersamaan tepat
setelah umat islam melakukan buka puasa dan sholat magrib. Dalam proses
menyalakan lampu, diawali oleh kepala keluaraga sekaligus memimpin dalam
pembacaan surat Al-Qadr yang diikuti oleh ibu rumah tangga dan anak-
anak.pembaca surat Al-Qadr karena diyakin oleh masyarakat dembe 1 sebagai
malam ke-27 sebagai malam turunya lailatul Qadr atau dikenal sebagai malam
kemuliaan karena selain sebagai malam lailatul Qadr, pada malam itu juga
sebagai malam pemulaan turunnya Al-Quran. Pada malam itulah ALLAH SWT
akan mengabulkan doa-doa hambanya pada saat memperbanyak amal ibadahnya
7
2.3 Antusias Rakyat Dembe 1 Dalam Merayakan Tradisi Tumbilotohe
Antusias masyarakat Dembe 1 dimana setiap jika malam tradisi tumbilotohe
dimulai setiap orangt membeli alat dan bahan tradisi tumbilotohe dan berlomba-lomba
berkerasi merangkai ribuan lampu botol, ditambah dengan lampu hias listrik yang
semakin menanbah keindahan Dembe 1. Masyarakat secara sukarela menyalakan lampu
dan menyediakan minyak tanah sendiri tanpa subsidi dari pemerintah.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, maka saya dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Tumbilotohe adalah tradisi masyarakat gorontalo yang sudah berlangsung sejak
abad ke-15 masehi. Dahulunya, tumbilotohe dimaksud untuk memudahkan umat
islam di gorontalo yang ingin member zakat fitrah dimalam hari dan juga untuk
menerangi jalan untuk menuju mesjid. Saat itu penerangan terbuat dari dammar
dan getah pohon yang bisa menyala dalam waktu yang lama. Namun, dalam
perjalanan ini diganti dengan minyak kelapa (padamala) dan kemudian beralih
menggunakan lampu listrik berkelap-kelip dengan berbagai warnah. Namun, ada
juga yang masih bertahan untuk menggunakan lampu minyak.
2. Suasana perayaan tumbilotohe setiap tahunya diramaikan dengan lampu-lampu
yang dihiasi sedemikian rupadan membentuk tulisan atau kaligrafi. Suasana
daerah gorontalo ini membuat gorontalo menjadi terang bercahaya hamper tidak
ada sudut yang gelap tidak memasang lampu botol. Saat harga minyak tanah
naik, perayaan malam tumbilotohe sempat mengalami tidak terjadinya
keramaian akan adanya lampu botol, tetapi tetap saja ada yang memasang lampu
botol ini, hal ini karena tumbilotohe merupakan tradisi yang sudah melekat dan
membudaya digorontalo.
3.2 Saran
1. Menanamkan rasa antusias bahwa tradisi ini harus dilestarikan didaerah
gorontalo karena tradisi seperti ini tidak dijumpai di daerah-daerah lain
selain provinsi gorontalo .
2. Agar tidak menjadi beban kesusahan dalam menyediakan bahan lampu botol,
alangkah baiknya bahan-bahan yang digunakan adalah bahan saat zaman
dulu
3. Pemerintah ikut turun membantu masyarakat dalam menyemarakan tradisi
ini, seperti memberikan subsidi minyak tanah pada masyarakat
9
DAFTAR PUSTAKA
10