Anda di halaman 1dari 14

Paper

TRADISI TUMBILOTOHE DI GORONTALO

Lokasi Penelitian: Dembe 1 kota barat

Untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Wawasan Budaya

Dosen Pembimbing : Sahrain Bumulo S,sos M,Si

Disusun Oleh :

Riskawati Ibrahim

Nim (281421034)

KELAS 1A

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T karena berkat limpahan rahmat dan karunianya
sehingga penyusun dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta
salam kita curahkan kepada baginda kita Nabi besar Muhammad saw yang telah
membebaskan kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang menerang.

Paper ini membahas tentang “Tradisi Tumbilotohe Di Gorontalo”. Penulis


menyadari bahwa didalam penyelesaian Paper ini masih terdapat banyak kekurangan
yang disebabkan oleh keterbatasan data dan kemampuan penulis yang masih dalam
tahap belajar. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat
dijadikan masukan dalam menyempurkan makalah lain di masa yang akan datang.

Semoga Paper ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan bagi kita semua, serta menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Amin

Gorontalo, November 2021


DAFTAR ISI

CAVER

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN..............................................................................................................3

2.1 Arti Dari Timbilotohe............................................................................................3


2.2 Sejarah Timbilotohe..............................................................................................3
2.3 Antusias Rakyat Dembe 1 dalam Merayakan Tradisi Tumbilotohe......................
2.4 Suasana Daerah Gorontalo Saat Perayaan Timbilotohe........................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................................
3.2 Saran......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sudah menjadi rahasia umum bahwasanya Indonesia kaya akan budaya, pada
setiap wilayah atau daerah memiliki budaya sendiri-sendiri dengan cirri khas yang
berbeda-beda. Kebudayaan tersebut sungguh sangat menarik untuk diteliti karna ditiap
budaya terdapat unsure mitos yang akan slalu dibudayakan dan di turunkan pada
keturunan selanjutnya.
Begitu pula dengan kebudayaan timbilotohe yang ada di Gorontalo. Timbilotohe
adalah budaya yang paling indah di Gorontaloyang tak jarang dimuat disurat kabar
keindahan budaya tersebut dapat menarik perhatian pada masyarakat luas. Budaya
timbilotohe yang dilakukan tiga hari sebelum hari raya Idul Fitri itu kaya akan nilai
serat Islam dalam mitos adat tersebut. Demikian, kita bias mengetahui mitos dari
budaya atau latar belakang dari adanya adat timbilotohe untuk mempublikan dan
melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia.
Provinsi Gorontalo merupakan daerah yang masih bisa disebut daerah baru.
Provinsi Gorontalo juga masih dalam proses pengembangan daerah. Tetapi dengan
adanya pengembangan daerah tidak merubah ekstensi dari adat istiadat maupun tradisi
yang sudah lama dimiliki oleh daerah Gorontalo.
Salah satu tradisi yang dimiliki oleh daerah Gorontalo adalah tradisi Pasang
Lampu atau biasa yang disebut Tumbilotohe. Tradisi ini dimulai pada hari ke-27 malam
Ramadhan yang diadakan setiap tahunnya. Setiap rumah dan jalanan akan diramaikan
oleh lampu-lampu yang sebagian besar adalah lampu botol. Alasan saya mengambil
tradisi ini sebagai pembahasan, karena tradisi Tumbilotohe merupakan tradisi yang
hanya dimiliki oleh daerah Gorontalo, tradisi seperti ini tidak akan ditemukan di daerah
manapun di Indonesia kecuali Provinsi Gorontalo.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa arti dari Tumbilotohe ?
2. Bagaimana sejarah Tumbilotohe ?
3. Bagaimana antusias rakyat dembe 1 dalam merayakan tradisi tumbilotohe ?
4. Bagaimana suasana daerah Gorontalo saat perayaan tumbilotohe ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari tumbilotohe
2. Untuk mengetahui sejarah tumbilotohe
3. Untuk mengetahui antusias rakyat dembe 1 dalam merayakan tradisi
tumbilotohe
4. Untuk mengetahui suasana daerah Gorontalo saat perayaan tumbilotohe

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arti dari Tumbilotohe
Tumbilotohe adalah perayaan berupa memasang lampu dihalaman rumah
penduduk dan dijalanan-jalanan terutama mesjid yang menandakan berakhirnya
ramadhan digorontalo. Perayaan ini dilakukan pada 3 malam terakhir menjelang hari
raya idul fitri. Pemasangan lampu dimulai sejak waktu magrib sampai menjelang subuh.
tumbilotohe berasal dari bahasa gorontalo yang berasal dari dua suku kata, yaitu
tumbilo yang berarti pasang dan tohe berarti lampu. Maka tumbilotohe berarti acara
pasang lampu

2.2 Sejarah Tumbilotohe


Tradisi ini sudah berlangsung sejak abad ke-15. Pada saat itu dimana listrik
masih langka, dipenghujung bulan ramadhan masyarakat gorontalo memasang lampu
dihalaman rumah dan sepanjang jalan menuju tempat ibadah secara sukarela. Hal ini
ditunjukan mempermudah warga yang akan pergi ketempat ibadah dan juga
mempermudah warga yang akan membagikan zakat fitrah dimalam hari. Pada masa itu
penerangan masih berupa wamuta atau selundang yang di haluskan dan diruncingkan
kemudian dibakar. Alat tersebut disebut wango-wango. Tahun-tahun berikutnya, alat
penerangan mulai menggunakan tohetutu atau dammar yaitu semacam getah pohon
yang dapat di nyalakan dalam waktu lama. Dammar ini di bungkus dengannya dengan
janur dan di letakan di atas kayu. Oleh karena berkurangnya dammar, Berkembang lagi
ketika menggunakan sumbu dari kapas dan minyak kelapa dengan menggunakan wadah
seperti kima, sejenis kerang dan pepaya yang dipotong dua, dan disebut padamala.
Seiring dengan perkembangan jaman, tumbilotohe mengalami perkembangan dalam
pelaksanaannya.sebagian warga mengganti penerangan dengan lampu pijar dengan
berbagai warnah.

3
Akan tetapi, sebaagian warga masih mempertahankan nilai tradisional dengan
tetap memakai lampu botol yang di pajang di depan rumah pada kayu atau bambu.
Seiring perkembangan zaman, bahan dan alat untuk merayakan tradisi tumbilotohe telah
diganti dengan botol kecil dan di isi dengan minyak tanah, lalu memakai sumbu kompor
lampu botol seperti ini terus dipakai hingga sekarang ini. Bahkan untuk menyemarakkan
tradisi ini rakyat sering ditambah dengan ribuan lampu. Malam tumbilotohe ini biasa
dibilang festival paling ramai di gorontalo ini. Saat tradisi tumbilotohe di gelar, wilayah
gorontalo menjadi terang benderang, nyaris tak ada sudut kota yang gelap.
Gemerlap lentera tradisi tumbilotohe yang digantung pada kerang-kerang kayu
yang dihiasi dengan jalur kuning atau dikenal dengan alikusu (hiasan yang terbuat dari
daun kelapa muda) menghiasi kota gorontalo. Tradisi ini disebut malam lailatul qadar.
Tradisi ini mengandung makna yang mengisyaratkan bahwa lampu yang dipasang
adalah wujud dari harapan untuk mendapatkan berkah pada malam lailatul Qadr.
A. lampu botol trdisional
Pada dasarnya, jenis lampu yang digunakan dalam pelaksana tumbilotohe adalah
lampu botol bekas yang mudah pecah (bukan botol plastik yang mudah terbakar)
yang diberi sumbuh kompor dan berisi minyak tanah sebagai bahan bakar lampu
tersebut. selain menggunakan lampu botol, masyarakat juga mengunakan kaleng
susu bekas sebagai lampu yang diisi minyak tanah. Untuk sumbuhnya
masyarakat juga biasanya menggunakan kain bekas yang dipotong dengan lebar
kurang lebih 2 cm dan panjang 15 cm (dengan ketentuan panjangnya akan
tercelup pada minyak tanah), kemudian kain tersebut dimasukan pada pipa kecil
yang terbuat dari kaleng sebagai tempat sumbuh. Hal ini menunjukan bahwa alat
dan bahan yang digunakan masyarakat merupakan barang bekas yang didaur
ulang menjadi benda yang berguna pada saat mendekati pelaksanaan
tumbilotohe atau paling tidak 1 minggu sebelum lebaran idul fitri, terdapat
banyak penjual lampu botol yang berjualan dibeberapa lokasi rumah dan pasar.

4
lampu botol tradisional ini menjadi keunikan utama dari pelaksanaan tradisi
tumbilotohe didukung oleh pernyataan bupati kabupaten gorontalo yang
menyatakan ‘’ keunikan itulah yang mahal dan kadang kalah dengan keunikan
itu, orang akan dating ingin melihatnya. oleh karena itu, tradisi tumbilotohe atau
malam pasang lampu tradisional ini hanya di laksanakan oleh suku gorontalo
dan hanya bisa dijumpai dipenghujung ramadhan diprovinsi gorontalo.

B. Alikusu
Alikusu adalah pintu gerbang adat yang merupakan salah satu keunikan adat
masyarakat gorontalo (wisma, 2012) alikusu ini dibuat berbentuk pintu gerbang,
tempat masuk/lewat semua orang pada umumnya, dan pejabat atau pembesar
adat pada khususnya. Alikusu biasanya di sebut sebagai pintu gerbang adat yang

Menurut catatan direktorat warisan dan diplomasi budaya, masyarakatgorontalo


telah 7 (tujuh) jenis alikusu yang resmi diadatkan 14 yaitu : A). alikusu du’a
merupakan alikusu yang dibuat khusus didepan yiladia (istana raja, rumah dinas
bupati/walikota) serta camat dan lurah. B). aliusu pobiya merupakn alikus yang
dibuat dirumah yang mengadakan pesta/hajatan misalnya pernikahan. C).
alikusu tonuwa merupakan alikusu yang dibangun dalam rangka penyambutan
tamu negri, acara penobatan atau pemberian gelar adat. D). alikusu lolipu
merupakan alikusu yang dibuat untuk kepentigan menyambut hari-hari besar
islam. E). alikusu tolangga merupakan alikusu yg dibuat untuk peresmian
kegiatan ritual budaya. F). Alikusu lo huwa merupakan alikusu yang dibuat pada
suwasana duka atau diduka jika pemakaman dilaksanakan secara adat. G).
Alikusu latohe merupakan alikusu yang dibuat untuk kepentingan malam
tumbilotohe setiap tanggal 27 ramadhan.

5
C. Perlengkapan tradisi tumbilotohe
1. lampu botol. Lampu ini di buat dari botol bekas minuman energy atau
minuman kaleng.lampu ini menggunakan sumbuh kompor yang di gantungkan
pada sepotong kayu atau pawat yang berjejer. akan tetapi, ada juga yang di
letakan di atas tanah yang jumlahnya sampai ribuan lampu botol.
2. Alikusu. Alikusu ini terdiri atas bambu kuning, janur,pohon pisang, tebu,
dan lampu minyak. Alikusu di letakan di pintu masuk rumah,mesjid,dan pintu
gerbang perbatasan suatu daerah yang biasanya terbentuk kubah mesjid
yangmenjadi symbol utama alikusu. Di atas alikusu itu di gantung sejumlah
buah pisang sebagai lambang kesejahteraan.
3. Bunggo. Bunggo di buat dari bambu pilihan yang setiap mas dalamnya
di lubangi keculi mas paling ujung.pada ruas paling ujung di beri lubang kecil
yang di isi minyak tanah. Lubang kecil itu sebagai tempat menyulut api sehingga
dapat di hasilkan bumi latusan kecil.

D. Tahap pelaksanaan tumbilotohe


Dalam pelaksanaan tradisi tumbilotohe menurut kebiasaan masyarakat
gorontalo pada umumnya yang telah melaksanakan tradisi tersebut setiap
tahunya secara turun temurun bahwa dalam beberapa hari sebelum
pelaksananya, maka ada beberpa hal yang perlu di persiapkan terlebih dahulu.
Pelaksanaan tradisi tumbilotohe terdiri dari beberapa tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan
Menurut pendapt Ibu Sangi Atute selaku tokoh masyarakat bahwa menjelang
pelaksanaan tradisi tumbilotohe didembe 1 kecamatan.kota barat, masyarakat
mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu yang kemudian bahan-bahan
tersebut akan dibuat dan dirangkai menjadi simbol-simbol tertentu. Adapun alat
dan bahan yang dipersiapkan yaitu bambu yang dibentuk menjadi alikusu, daun
kelapa sebagai jalur kuning,

6
botol mudah pecah (bukan plastic) dan/atau kaleng susu yang akan dijadikan
lampu, sumbu lampu, bunga polohungo, pisang atau tebu sebagai penghias
alikusu.

2. Tahap Pembuatan
Menurut pendapt Ibu Sangi Atute selaku tokoh masyarakat bahwa menjelang
pelaksanaan tradisi tumbilotohe didembe 1 kecamatan.kota barat, masyarakat
setempat mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu kemudian masyarakat
setempat bekerja sama untuk membuat simbol-simbol khas tumbilotohe seperti
prmbuatan bambu menjadi alikusu berbentuk N atau berbentuk gapura.
Masyarakat juga mempersiapkan lampu botol tradisional dengan mengisi
minyak tanah ke dalam botol dan memasukan sumbu ke dalam botol sebagai
perantara cahaya lampu (api) dan minyak tanah

3. Tahap Pelaksanaan
saat pelaksanaan tradisi tumbilotohe akan dimulai secara bersamaan tepat
setelah umat islam melakukan buka puasa dan sholat magrib. Dalam proses
menyalakan lampu, diawali oleh kepala keluaraga sekaligus memimpin dalam
pembacaan surat Al-Qadr yang diikuti oleh ibu rumah tangga dan anak-
anak.pembaca surat Al-Qadr karena diyakin oleh masyarakat dembe 1 sebagai
malam ke-27 sebagai malam turunya lailatul Qadr atau dikenal sebagai malam
kemuliaan karena selain sebagai malam lailatul Qadr, pada malam itu juga
sebagai malam pemulaan turunnya Al-Quran. Pada malam itulah ALLAH SWT
akan mengabulkan doa-doa hambanya pada saat memperbanyak amal ibadahnya

7
2.3 Antusias Rakyat Dembe 1 Dalam Merayakan Tradisi Tumbilotohe
Antusias masyarakat Dembe 1 dimana setiap jika malam tradisi tumbilotohe
dimulai setiap orangt membeli alat dan bahan tradisi tumbilotohe dan berlomba-lomba
berkerasi merangkai ribuan lampu botol, ditambah dengan lampu hias listrik yang
semakin menanbah keindahan Dembe 1. Masyarakat secara sukarela menyalakan lampu
dan menyediakan minyak tanah sendiri tanpa subsidi dari pemerintah.

2.4 Suasana Daerah Gorontalo Saat Merayakan Tumbilotohe


Tumbilotohe merupakan acara tahunan didaerah gorontalo yang paling meriah,
tradisi ini selalu menjadi acara yang selalu ditunggu oleh masyarakat gorontalo. Tradisi
ini bias dibilang paling ramai digorontalo. Jika malam tumbilotohe telah dimulai banyak
masyarakat yang keluar dan menikmati pemandangan lampu botol didesa maupun
daerah kota gorontalo . malam tumbilotohe benar-benar paling ramai, apalagi jika ada
perlombaan antara desa atau kecamataan, desa dan kecamatan tersebut berbondog-
bondong memasang lampu botol dengan semeriah mungkin.
Tanah lapang yang luas dan daerah persawahan dibuat berbagai formasi dari
lentera membentuk gambar mesjid, kitap suci Alquran, perahu, dan kaligrafi yang
sangat indah dan mempesona. Kreasi-kreasi masyarakat setempat diukir dengan bamboo
dan digantungkan dengan lampu botol , sehingga pada saat lampu botol dinyalahkan,
akan terlihat lampu botol tersebut terukir kaligrafi ataupun tulisan ucapan, biasanya
tulisan ucapan yang terlihat adalah ucapan selamat hari raya idul fitri. Tumbilotohe
tidak hanya terbatas pada tanah, tetapi ada juga yang memasang lampu botolnya di
daerah sungai , sehingga sepanjang terlihat indah dan terang.
Saat tradisi tumbilotohe digelar, wilayah gorontalo menjadi terang benderang,
nyaris tak ada sudut kota yang gelap. Gemerlap lentera tradisi tumbilotohe yang
digantung pada kerangka-kerangka kayu yang dihiasi denga jalur kuning atau dikenal
dengan nama alikusu (hiasan yang terbuat dari daun kelapa muda) menghiasi kota
gorontalo.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, maka saya dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Tumbilotohe adalah tradisi masyarakat gorontalo yang sudah berlangsung sejak
abad ke-15 masehi. Dahulunya, tumbilotohe dimaksud untuk memudahkan umat
islam di gorontalo yang ingin member zakat fitrah dimalam hari dan juga untuk
menerangi jalan untuk menuju mesjid. Saat itu penerangan terbuat dari dammar
dan getah pohon yang bisa menyala dalam waktu yang lama. Namun, dalam
perjalanan ini diganti dengan minyak kelapa (padamala) dan kemudian beralih
menggunakan lampu listrik berkelap-kelip dengan berbagai warnah. Namun, ada
juga yang masih bertahan untuk menggunakan lampu minyak.
2. Suasana perayaan tumbilotohe setiap tahunya diramaikan dengan lampu-lampu
yang dihiasi sedemikian rupadan membentuk tulisan atau kaligrafi. Suasana
daerah gorontalo ini membuat gorontalo menjadi terang bercahaya hamper tidak
ada sudut yang gelap tidak memasang lampu botol. Saat harga minyak tanah
naik, perayaan malam tumbilotohe sempat mengalami tidak terjadinya
keramaian akan adanya lampu botol, tetapi tetap saja ada yang memasang lampu
botol ini, hal ini karena tumbilotohe merupakan tradisi yang sudah melekat dan
membudaya digorontalo.

3.2 Saran
1. Menanamkan rasa antusias bahwa tradisi ini harus dilestarikan didaerah
gorontalo karena tradisi seperti ini tidak dijumpai di daerah-daerah lain
selain provinsi gorontalo .
2. Agar tidak menjadi beban kesusahan dalam menyediakan bahan lampu botol,
alangkah baiknya bahan-bahan yang digunakan adalah bahan saat zaman
dulu
3. Pemerintah ikut turun membantu masyarakat dalam menyemarakan tradisi
ini, seperti memberikan subsidi minyak tanah pada masyarakat
9
DAFTAR PUSTAKA
10

Anda mungkin juga menyukai