Anda di halaman 1dari 4

PERHIMPUNAN INDONESIA

Berdiri pada tahun 1908 (awal abad ke-20)

Didirikan oleh R.M Notosuroto, R. Panji Sostrokartono, dan R. Husein Jajadiningrat.

Awalnya bernama Indische Vereniging

Organisasi ini semula bergerak di bidang sosial dan kebudayaan sebagai ajang bertukar pikiran tentang
situasi tanah air.

Organisasi ini juga menerbitkan majalah yang diberi nama Hindia Putera

Dalam perkembangan selanjutnya perkumpulan ini mengutamakan masalah-masalah politik.

Jiwa kebangsaan yang semakin kuat diantara mahasiswa Hindia di Belanda mendorong mereka untuk
mengganti nama Indische Vereninging menjadi Indonesische Vereeniging (1922). Selanjutnya
perkumpulan itu berganti nama Indonesische Vereeniging (1925), dengan pimpinan Iwa Kusuma
Sumatri, JB. Sitanala, Moh.Hatta, Sastramulyono, dan D. Mangunkusumo. Nama perhimpunannya
diganti lagi menjadi “Perhimpunan Indonesia” (PI). Nama majalah terbitan mereka juga berganti nama
Indonesia Merdeka. Itu semua merupakan usaha baru dalam memberikan identitas nasioalis yang
muncul di luar tanah air. Mereka juga membuat simbol-simbol baru, merah putih sebagai lambang
mereka dan Pangeran Diponegoro sebagai tokoh perjuangan.

Perhimpoenan Indonesia semakin mendapat simpatik dari para mahasiswa Indonesia di tanah Belanda.
Jumlah keanggotaannya pun semakin bertambah banyak. Tahun 1926 jumlah anggota mencapai 38
orang.

PI bersemboyan “ self reliance, not mendiancy”, yang berarti tidak meminta-minta dan menuntut-
nuntut.

Dalam Anggaran Dasarnya juga disebutkan, bahwa kemerdekaan Indonesia hanya diperoleh melalui aksi
bersama, yaitu kekuatan serentak oleh seluruh rakyat Indonesia berdasarkan kekuatan sendiri.
Kepentingan penjajah dan yang terjajah berlawanan dan tidak mungkin diadakan kerjasama
(nonkoperasi). Bangsa Indonesia harus mampu berdiri di atas kaki sendiri, tidak tergantung pada bangsa
lain.

Di bawah pimpinan Hatta, PI berkembang dengan pesat dan merangsang para mahasiswa yang ada di
Belanda untuk terus memikirkan kemerdekaan tanah airnya.
Nama Indonesia mulanya dikembangkan oleh Adolf Bastians ( sarjana

Jerman) yang diambil dari Logan (sarjana Inggris). Namun yang dimaksud

Bastians dengan konsep Indonesia, adalah Indonesia secara etnografi, bukan

konsep Indonesia seperti saat ini. selanjutnya dalam rapat-rapat menjelang

kemerdekaan pandangan etnografi dikalahkan oleh pandangan Ernest Renan

tentang nasion yang saat itu masih digunakan sebagai konsep bangsa dan

wilayahnya.

Para pelajar dan mahasiswa Hindia di Belanda kemudian menggunakan

Indonesia sebagai identitas dirinya, tanah airnya, dan nasionnya, serta posisi

politiknya. Karena itulah Organisasi Indische Vereeniging berganti nama ke

Perhimpoenan Indonesia.

Hatta dalam memoarnya menuturkan,” ....Langkah pertama untuk

memperkenalkan Tanah Air kita Indonesia di luar negeri dibuat dengan

berhasil. Nama “INDONESIA” tidak perlu dimajukan dengan resolusi. Selama

aku di sana dan setelah mendengar pidatoku pada pembukaan Kongres

itu, semuanya menyebut Indonesia. orang-orang Belanda, yang pada pidato

permulaan masih menyebut “Hindia Belanda”, kata itu tidak diulang mereka

lagi, dalam perdebatan maupun dalam pembicaraan lainnya. Dalam tulisan-

tulisan mereka keluar, kepada kawan dan keterangan umum, mereka menyebut

“INDONESIA”. Apalagi setelah bertukar pikiran dengan aku. Dalam

pimpinan agenda Kongres, nama Indonesia telah terekam, tidak dapat ditukar

kembali dengan “Indes Neerlandises”.”


Dengan demikian jelaslah bahwa Perhimpunan Indonesia merupakan manifesto politik pergerakan
Indonesia. Karena Perhimpunan itu lahir di negeri asing yang saat itu menjadi penjajah tanah Hindia.
Dari tempat penjajah itulah perkumpulan pemuda terpelajar itu berhasil mengobarkan semangat dan
panji-panji kemerdekaan Indonesia. jelaslah bahwa para pemuda Indonesia tidak takut untuk membela
dan berjuang untuk kemerdekaan tanah airnya dengan segala resikonya

Tujuan dari perhimpunan Indonesia yaitu untuk berjuang dalam rangka memperoleh suatu
pemerintahan Indonesia yang hanya bertanggung jawab pada rakyat Indonesia.

Berhubungan dengan upaya dalam mencapai tujuan tersebut, Iwa Koesoema Soematri
menyampaikan penjelasan bahwa organisasi perhimpunan Indonesia mempunyai tiga
asa pokok, yaitu

1. Indonesia ingin menentukan nasib sendiri


2. Dengan tujuan melawan Belanda, bangsa Indonesia harus bersatu
3. Untuk dapat menentukan nasib sendiri, bangsa Indonesia harus mengandalkan
kekuatan dan kemampuan sendiri.

Perhimpunan Indonesia menjadi suatu organisasi politik yang radikal setelah mendapat banyak
pengaruh dari tokoh pergerakan nasional, yaitu Mohammad Hatta.

Mohammad Hatta berhasil merangsang intelektual rekan – rekannya dan


menumbuhkan semangat nasionalisme menentang penjajahan terhadap Belanda.
Sikap politik perhimpunan Indonesia yang radikal tersebut dapat terlihat dalam usaha –
usaha seperti berikut ini.

1. Perhimpunan Indonesia harus membuka mata rakyat Belanda bahwa pemerintah


kolonia sangat ofensif dan meyakinkan rakyat Indonesia tentang kebenaran perjuangan kaum
nasionalis.
2. Mengembangkan ideologi yang bebas dan kuat di luar pembatasan – pembatasan Islam
dan komunis.
3. Menyadarkan para mahasiswa agar mempunyai komitmen yang bulat tentang persatuan
dan kemerdekaan Indonesia dan harus bertanggung jawab untuk memimpin rakyat dalam
melawan penjajah.

Kegiatan utama dalam politik di perhimpunan Indonesia yaitu menyebarluaskan semangat


persatuan nasional untuk menentang penjajahan Belanda.

Kongres Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Paris diikuti oleh tokoh –
tokoh perhimpunan Indonesia pada bulan Agustus 1926. Di dalam pertemuan tersebut, kongres
menyokong perjuangan untuk mencapai Indonesia Merdeka.

Kesuksesan Bung Hatta ini diwujudkan dalam sikap politik Perhimpunan Indonesia berikut
ini:
1. Organisasi PI wajib membuktikan Belanda yang meremehkan perjuangan rakyat
Indonesia meraih kemerdekaan. Mereka akan membuktikan kebenaran dan kesungguhan
orang-orang Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
2. Ideologi yang dipakai bebas dan tidak terbatas agama atau pun paham yang sedang
mendunia seperti komunis.
3. Menciptakan suatu kesadaran pada setiap pelajar Indonesia yang sedang merantau
agar mereka harus bersatu untuk mencapai kemerdekaan. Untuk itu, mereka juga harus
siap memenangkan suatu hari nanti akan setuju dengan Belanda.

Tidak seluruh siswa dikirim ke Belanda selalu berhasil oleh Perhimpunan


Indonesia. Sebagai manusia, mereka juga ingin mendapatkan karir pribadi yang
gemilang. Maka beberapa di antaranya memilih menjadi dokter atau ahli hukum wujud
praktik dari pelajaran yang didapatnya selama di Belanda.

Karena itu, PI tidak dapat dilakukan banyak. Tidak mungkin juga PI lulus dari karirnya
setelah berlelah-lelah menerima pendidikan yang layak di negeri Belanda. Selanjutnya,
seorang mahasiswa rantau memberikan saran kepada Moh. Hatta.

Sudjadi menjawab Moh. Hatta agar pindah cita-citanya di PI melalui organisasi-organisasi


pergerakan lain yang sudah lebih dulu mendapatkan massa di tanah air. Mereka dapat
mengakomodir tujuan PI tanpa harus menemukan tujuan mereka sendiri.

Setelah disetujui, Sudjadi, Moh. Lebih memilih memilih partai baru yang dpat dimotorinya
sendiri. Ia pun mendirikan Indonesische Volks Partij (Partai Rakyat Nasional
Indonesia). Dengan begitu, berakhirlah sejarah Perhimpunan Indonesia di Belanda.
Di masa krisis dunia tahun 1930, Perhimpunan Indonesia mengalami kemunduran dan makin lama
makin tidak terdengar lagi. Hal ini disebabkan terutama oleh banyaknya tokoh Perhimpunan Indonesia
yang kembali ke Indonesia. Sejak tahun 1930 juga, majalah Indonesia merdeka  dilarang masuk ke
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai