Perhimpunan Indonesia
1. Sejarah
2. Perjuangan
a. Politik devide et impera kaum penjajah harus dilawan dengan persatuan yang
kokoh
4. Kemunduran
Semakin lama, aksi para anggota Perhimpunan Indonesia semakin radikal.
Pengawasan terhadap gerakan Mahasiswa Indonesia semakin diperkuat oleh
aparat kepolisian Belanda. Namun para anggota Perhimpunan Indonesia tetap
melakukan kegiatan politiknya, bahkan mulai menjalin hubungan dengan
berbagai negara di Eropa dan Asia. Paham-paham PI dan berita-berita tentang
berbagai kejadian di Eropa dilaporkan dan disebarkan ke Indonesia melalui
majalah mereka, Indonesia Merdeka.
Pada Juni 1927, Perhimpunan Indonesia dituduh menjalin hubungan
dengan PKI untuk melakukan pemberontakan sehingga diadakan penggeledahan
terhadap tokoh-tokoh PI. Pada September, 4 tokoh PI di Belanda ditangkap dan
diadili. Mereka adalah Mohammad Hatta, Natzir Datuk Pamoncak, Ali
Sastroamidjojo, dan Abdul Majid Joyodiningrat. Mereka ditahan sampai tanggal 8
Maret 1928. Namun dalam pengadilan tanggal 22 Maret 1928 di Den Hag,
mereka dibebaskan dari tuduhan karena terbukti tidak bersalah. Di masa krisis
dunia tahun 1930, Perhimpunan Indonesia mengalami kemunduran dan semakin
lama semakin tidak terdengar lagi. Hal ini terutama disebabkan karena banyaknya
tokoh Perhimpunan Indonesia yang kembali ke Indonesia. Sejak tahun 1930 juga,
majalah Indonesia Merdeka dilarang masuk ke Indonesia.
2. Perjuangan
1. Selp help, yaitu bekerja menurut kemampuan sendiri baik dalam lapangan
politik, ekonomi, maupun budaya.
PNI selalu menekankan pentingnya persatuan. Oleh karena itu, dalam rapat yang
diadakan di Bandung tanggal 17 - 18 Desember 1927, PNI bersama PSI, BO,
Pasundan, Sumatranen bond, Kaum Betawi, Indonesische Studie Club dan
Algemene Studie Club sepakat membentuk suatu federasi yang diberi nama
Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Meskipun PPPKI hanya berumur pendek, namun gagasan persatuan itu terus
berkembang. Pengaruhnya tidak hanya kepada kalangan organisasi-organisasi
politik saja, tapi juga organisasi pemuda. Faktor inilah yang kemudian mendorong
diselenggarakannya Kongres Pemuda, yang akhirnya melahirkan Sumpah
Pemuda.
3. Hubungan Dengan Volksraad
PNI tidak berhubungan dengan Volksraad karena dari awal mereka
memegang asas non kooperasi terhadap pemerintah kolonial Belanda di mana
mereka tidak menjalin kerjasama dengan penjajah, salah satunya adalah
Volksraad.
4. Kemunduran
Karena sikapnya yang menentang pemerintah kolonial, para pemimpin PNI
dicurigai oleh pemerintah
kolonial Belanda. Pada tanggal 29
Desember 1929, beberapa tokoh
PNI seperti Soekarno, Gatot
Mangkupraja, Maskun
Sumadireja, dan Supriadinata
ditangkap. Penangkapan dan
pemenjaraan terhadap tokoh-
tokoh PNI merupakan pukulan
besar bagi PNI. Untuk
menghindari penangkapan-
penangkapan lebih jauh dan demi
keselamatan anggotanya, melalui
kongres di Jakarta pada 25 April
1931, Mr. Sartono membubarkan
PNI. Namun, tindakannya ini
mengundang reaksi dan
perpecahan di kalangan anggota
dan pendukung PNI, termasuk M.
Hatta yang sudah kembali ke Indonesia. Akhirnya, untuk mengisi kekosongan
yang ditinggalkan PNI, beberapa partai baru muncul, seperti Pendidikan Nasional
Indonesia (PNI-Baru) yang didirikan M. Hatta dan Sutan Sjahrir, serta Parti
Indonesia (Partindo) ciptaan Mr. Sartono. Ketika Soekarno dibebaskan pada
Desember 1931, dia bergabung ke Partindo.