Anda di halaman 1dari 5

C.

Perhimpunan Indonesia
1. Sejarah

Perhimpunan Indonesia (PI) adalah salah satu


organisasi pergerakan nasional yang berdiri di Belanda.
Organisasi ini didirikan oleh para mahasiswa Indonesia dan
orang-orang Belanda yang merasa prihatin pada nasib Hindia
Belanda yang tinggal di Belanda. Awalnya organisasi ini
bernama Perhimpunan Hindia atau Indische Vereeniging (IV)
berdiri pada tahun 1908. Berdirinya Indische Vereeniging
diprakarsai oleh Soetan Kasajangan Soripada dan R.M. Noto
Soeroto. Adapun tokoh-tokoh dari Perhimpunan Indonesia
lainnya adalah R.P Sosrokartono, R. Hoesein Djajadiningrat,
Notodiningrat, Sumitro Kolopaking, dan Apituley.
Organisasi ini merupakan perhimpunan yang bersifat
sosial. Organisasi ini juga merupakan ajang pertemuan bagi para mahasiswa
Indonesia yang sedang belajar di Belanda. Namun, organisasi ini semakin lama
semakin berkembang sebagai organisasi politik yang berpengaruh besar dalam
pergerakkan nasional di tanah air.
Dari perkumpulan itu, diharapkan akan terbentuk studi klub tempat
mereka bisa saling membantu dalam hal belajar. Selain membentuk studi klub,
mereka juga menerbitkan majalah Hindia Putera sebagai media komunikasi.

2. Perjuangan

Saat kedatangan pemimpin dari Indische Partij (IP), IV berkembang pesat


dan memusatkan kegiatannya pada bidang politik. Tokoh-tokoh organisasi
tersebut mencetuskan untuk pertama kali konsep Hindia Bebas dari Belanda dan
terbentuknya negara Hindia yang diperintah oleh rakyatnya sendiri. Program
kegiatannya antara lain bekerja di Indonesia dan membentuk Indonesische
Verbond van Studeerenden (Persatuan Mahasiswa Indonesia).
Hal terpenting dari penggabungan ini adalah dengan digantinya "Indische"
dengan "Indonesische." Hal ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah
pergerakan nasional Indonesia dikenalkan istilah "Indonesische" atau "Indonesia"
dalam kegiatan akademik dan politik. Pada September 1922, saat pergantian ketua
antara Dr. Soetomo dan Herman Kartawisastra organisasi ini berubah nama
menjadi Indonesische Vereeniging. Dan pada tahun 1925 saat Soekiman
Wirjosandjojo memimpin, nama organisasi ini resmi berubah menjadi
Perhimpunan Indonesia (PI).

Ada 4 pokok pikiran dalam ideologi Perhimpunan Indonesia yang


dikembangkan sejak permulaan tahun 1925. Keempat pokok pikiran itu
selanjutnya menjadi asas perjuangan PI, yaitu:

1. Kesatuan Nasional, yaitu perlunya mengesampingkan perbedaan-perbedaan


berdasarkan daerah dan perlu dibentuk suatu kesatuan aksi melawan Belanda
untuk menciptakan negara kebangsaan yang merdeka dan besatu.

2. Solidaritas, yaitu perlu disadari adanya pertentangan kepentingan yang mendasar


antara penjajah dan yang dijajah dan kaum nasionalis harus mempertajam konflik
antara orang kulit puith dan sawo matang.

3. Non-kooperasi, yaitu kemerdekaan harus direbut oleh bangsa Indonesia dengan


kekuatan sendiri karena itu tidak perlu mengindahkan dewan perwakilan kolonial
seperti Volksraad.

4. Swadaya, yaitu dengan mengandalkan kekuatan sendiri perlu dikembangkan suatu


struktur alternatif dalam kehidupan nasional, politik, sosial, ekonomi dan hukum
yang kuat berakar dalam masyarakat pribumi dan sejajar dengan administrasi
kolonial.

Pikiran-pikiran pokok tadi disebarkan melalui majalah Indonesia Merdeka


yang beredar pula di Indonesia. Dalam salah satu artikel, dimuat pula tiga pokok
strategi melawan penjajah Belanda, yaitu:

a. Politik devide et impera kaum penjajah harus dilawan dengan persatuan yang
kokoh

b. Politik memperbodoh rakyat harus dilawan dengan usaha pendidikan

c. Politik asosiasi mempersatukan hal-hal yang sebenarnya tidak bisa dipersatukan


harus dilawan dengan sikap non-kooperasi yang tegas.

Ide-ide perjuangan Perhimpunan Indonesia disebarluaskan di Indonesia


oleh mahasiswa-mahasiswa yang kembali ke Indonesia setelah menamatkan
kuliah mereka di negeri Belanda. Karena pengaruh mereka itulah, maka berdiri
PPPI di Batavia pada tahun 1926 yang kemudian memprakarsai Kongres Pemuda
II yang melahirkan Sumpah Pemuda.

3. Hubungan Dengan Volksraad


Perhimpunan Indonesia tidak memiliki hubungan apapun dengan
Volksraad karena mereka memiliki asas non-kooperasi, yaitu kemerdekaan harus
direbut oleh bangsa Indonesia dengan kekuatan sendiri karena itu tidak perlu
mengindahkan dewan perwakilan kolonial seperti Volksraad.

4. Kemunduran
Semakin lama, aksi para anggota Perhimpunan Indonesia semakin radikal.
Pengawasan terhadap gerakan Mahasiswa Indonesia semakin diperkuat oleh
aparat kepolisian Belanda. Namun para anggota Perhimpunan Indonesia tetap
melakukan kegiatan politiknya, bahkan mulai menjalin hubungan dengan
berbagai negara di Eropa dan Asia. Paham-paham PI dan berita-berita tentang
berbagai kejadian di Eropa dilaporkan dan disebarkan ke Indonesia melalui
majalah mereka, Indonesia Merdeka.
Pada Juni 1927, Perhimpunan Indonesia dituduh menjalin hubungan
dengan PKI untuk melakukan pemberontakan sehingga diadakan penggeledahan
terhadap tokoh-tokoh PI. Pada September, 4 tokoh PI di Belanda ditangkap dan
diadili. Mereka adalah Mohammad Hatta, Natzir Datuk Pamoncak, Ali
Sastroamidjojo, dan Abdul Majid Joyodiningrat. Mereka ditahan sampai tanggal 8
Maret 1928. Namun dalam pengadilan tanggal 22 Maret 1928 di Den Hag,
mereka dibebaskan dari tuduhan karena terbukti tidak bersalah. Di masa krisis
dunia tahun 1930, Perhimpunan Indonesia mengalami kemunduran dan semakin
lama semakin tidak terdengar lagi. Hal ini terutama disebabkan karena banyaknya
tokoh Perhimpunan Indonesia yang kembali ke Indonesia. Sejak tahun 1930 juga,
majalah Indonesia Merdeka dilarang masuk ke Indonesia.

D. Perjuangan Partai Nasional Indonesia


1. Sejarah

Partai Nasional Indonesia merupakan organisasi politik pertama yang


bercorak nasional murni dan bersifat radikal di Hindia Belanda. Partai ini
didirikan pada 4 Juli 1927 dengan
nama Perserikatan Nasional
Indonesia. Dan pada 1928, resmi
berganti nama menjadi Partai
Nasional Indonesia.
Organisasi ini didirikan atas
inisiatif Ir. Soekarno bersama
dengan beberapa mantan anggota
PI, seperti Mr. Iskaq
Tjokrohadisrjo, Mr. Budiarto, dan
Mr. Sunario. Selain itu tokoh-
tokoh PNI lainnya ialah dr. Cipto
Mangunkusumo, Ir. Anwari,
Sartono S.H., dr. Samsi. Ketika
anggota-anggota PI pulang,
mereka melihat terjadinya perpecahan pada organisasi politik yang ada di
Indonesia. Soetomo mengambil inisiatif untuk mendirikan Kelompok Studi
Indonesia (Indonesische Studie Club) di Surabaya. Langkah Soetomo diikuti oleh
Soekarno dengan mendirikan Algemene Studie Club di Bandung pada tahun 1925.
Dalam pertemuan yang diadakan oleh Algemene Studie Club tanggal 27 Juli 1927
diputuskan untuk mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI).

2. Perjuangan

Tujuan PNI adalah untuk mencapai Indonesia merdeka, sedangkan


asasnya adalah:

1. Selp help, yaitu bekerja menurut kemampuan sendiri baik dalam lapangan
politik, ekonomi, maupun budaya.

2. Non-kooperatif, yaitu tidak menjalin kerjasama dengan penjajah.

3. Sosio-demokrasi atau marhaenisme, yaitu dengan pengerahan masa rakyat


tertindas yang hidup
dalam kemiskinan di
tanah yang kaya raya.

PNI didirikan pada


saat yang
menguntungkan,
karena berikut ini:

a. Pergerakan yang ada pada waktu itu lemah.

b. PKI telah dilarang.

c. PNI bersifat radikal dan revolusioner.

d. Propaganda PNI menarik karena mempunyai propagandis ulung, yaitu


Soekarno.

PNI selalu menekankan pentingnya persatuan. Oleh karena itu, dalam rapat yang
diadakan di Bandung tanggal 17 - 18 Desember 1927, PNI bersama PSI, BO,
Pasundan, Sumatranen bond, Kaum Betawi, Indonesische Studie Club dan
Algemene Studie Club sepakat membentuk suatu federasi yang diberi nama
Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Meskipun PPPKI hanya berumur pendek, namun gagasan persatuan itu terus
berkembang. Pengaruhnya tidak hanya kepada kalangan organisasi-organisasi
politik saja, tapi juga organisasi pemuda. Faktor inilah yang kemudian mendorong
diselenggarakannya Kongres Pemuda, yang akhirnya melahirkan Sumpah
Pemuda.
3. Hubungan Dengan Volksraad
PNI tidak berhubungan dengan Volksraad karena dari awal mereka
memegang asas non kooperasi terhadap pemerintah kolonial Belanda di mana
mereka tidak menjalin kerjasama dengan penjajah, salah satunya adalah
Volksraad.

4. Kemunduran
Karena sikapnya yang menentang pemerintah kolonial, para pemimpin PNI
dicurigai oleh pemerintah
kolonial Belanda. Pada tanggal 29
Desember 1929, beberapa tokoh
PNI seperti Soekarno, Gatot
Mangkupraja, Maskun
Sumadireja, dan Supriadinata
ditangkap. Penangkapan dan
pemenjaraan terhadap tokoh-
tokoh PNI merupakan pukulan
besar bagi PNI. Untuk
menghindari penangkapan-
penangkapan lebih jauh dan demi
keselamatan anggotanya, melalui
kongres di Jakarta pada 25 April
1931, Mr. Sartono membubarkan
PNI. Namun, tindakannya ini
mengundang reaksi dan
perpecahan di kalangan anggota
dan pendukung PNI, termasuk M.
Hatta yang sudah kembali ke Indonesia. Akhirnya, untuk mengisi kekosongan
yang ditinggalkan PNI, beberapa partai baru muncul, seperti Pendidikan Nasional
Indonesia (PNI-Baru) yang didirikan M. Hatta dan Sutan Sjahrir, serta Parti
Indonesia (Partindo) ciptaan Mr. Sartono. Ketika Soekarno dibebaskan pada
Desember 1931, dia bergabung ke Partindo.

Anda mungkin juga menyukai