Anda di halaman 1dari 9

ABSTRAK

MENGENANG KEMBALI GERAKAN PNI


DI INDONESIA (1927-1931)
Oleh : A.A. Inten Asmariati

Keberadaan partai politik saat ini sangat penting bagi seseorang


untuk bisa duduk di kursi pemerintahan. Anggota DPR, DPRD, DPD dan
juga menteri serta presiden berasal dari partai politik. Partai yang ada
sekarang ini bisa dikatakan memiliki tujuan berbeda dibandingkan pada
masa awal di Indonesia mengenal partai. Terbentuknya partai politik di
mulai pada awal tahun 1900, yang di kenal sebagai masa pergerakan di
Indonesia hingga tahun 1945. Salah satunya yaitu Partai Nasional Indonesia
di kenal dengan PNI.
Berawal dari pertemuan 4 Juli 1927 diadakan di Bandung oleh
sekelompok nasionalis yang mendukung berdirinya Partai Nasional
Indonesia, mulanya bernama Perserikatan Nasional Indonesia. Tujuan PNI
adalah untuk mencapai Indonesia merdeka, berasaskan berdiri di atas kaki
sendiri, nonkoperasi dan merhainisme. Sikap radikal yang ditunjukkan oleh
PNI terhadap colonial Belanda, membuat Belanda kuatir sehingga pada 24
Desember 1929 Soekarno, Maskun, Gatot Mangkupraja dan Supriadinata di
tangkap. Soekarnao melakukan pembelaan melalui pidatonya yang di kenal
dengan judul “Indonesia Menggugat”. Di dalam pembelaannya ini Soekarno
meelanjangi koloniallisme Belanda secara terang-terangan, yang mana pada
akhirnya Soekarno di hukum. Hukuman terhadap pemimpin PNI
mengandung pengertian bahwa barang siapa melakuan tindakan seperti
para pemimpin itu dapat di tuduh melakukan kejahatan dan dapat dijatuhi
hukuman. Oleh karena itu atas berbagai pertimbangan khususya dari segi
keselamatan pemimpinnya maka pengurus besar PNI memutuskan
pembubaran PNI pada tahun 1931.

Kata kunci: Partai, Nasionallisme, Kemerdekaan.


MENGENANG KEMBALI GERAKAN
PNI DI INDONESIA (1927-1931)

1.Pendahuluan
Berkembangnya kehidupan politik di Indonesia saat ini, tidak terlepas dari
politik yang ada sebelumnya. Perjalanan politik pada masa sebelumnya sangat
dipengaruhi oleh kondisi Negara pada masa tersebut. Di Indonesia organisasi
politik modern yang pertama yaitu Budi Utomo, mereka terdiri dari golongan
pemuda keturunan Priyayi dan merupakan kaum pribumi. Maka di awal tahun
1900 di kenal sebagai masa pergerakan Indonesia, banyak kalangan generasi
muda yang membentuk organisasi-organisasi modern ada yang bergerak dalam
bidang kebudayaan, pendidikan dan juga politik.
Salah satu organisasi tersebut adalah PNI (Partai Nasional Indonesia). PNI
pada awalnya bernama Perserikatan Nasional Indonesia, berawal dari Algemeene
Studie Club (kelompok belajar umum) yang didirikan Soekarno pada 1925 di
Bandung. Algemeene Studieclub yang terinspirasi oleh kelompok studi yang
didirikan Soetomo di Surabaya ini, didirikan oleh dan untuk kalangan mahasiswa,
terutama mahasiswa Tehnische Hogeschol (Sekolah Tinggi Teknik). Algemeene
Stidieclub akhirnya menjadi sebuah organisasi yang sifatnya politis. Pada tanggal
4 Juli 1927 atas inisiatif Algemeene Studieclub diadakan rapat pendirian
Perserikatan Nasional Indonesia (Suhartono, 1994:70).
Lahirnya PNI dilatarbelakangi oleh situasi sosio-politik yang kompleks,
yang mau tidak mau organisasi baru ini harus menyesuaikan dengan situasi baru.
Pemberontakan PKI tahun 1926 itu, membangkitkan semangat baru untuk
menyusun kekuatan baru lagi untuk menghadapi pemerintah. Sudah barang tentu
organisasi yang akan lahir itu harus melihat ke depan dan berbenah diri agar tidak
terperangkap oleh kendala yang sama. Pengembangan dan perbaikan cara
menghadapi pemerintah colonial itulah yang harus dilakukan oleh generasi
kemudian.
Dari situasi tersebut, kelompok studi umum berinisiatif membentuk partai
baru yang berlandaskan faham kebangsaan. Tidak memakan waktu cukup lama,
akhirnya Soekarno, Tjipto Mangunkusumo dan beberapa anggota bekas
Perhimpunan Indonesia seperti Iskaq, Sujadi, Sunario dan Budharto berhasil
membentuk Partai baru, yang dinamakan Perserikatan Nasional Indonesia.
Dari uraian di atas, akan dibahas mengenai gerakan PNI di Indonesia yang
merupakan salah satu organisasi modern pada masanya turut memberikan
kontribusi terhadap perjuangan Indonesia merdeka. Pembahasan ini hanya di ambl
dari tahun 1927 hingga 1931 yaitu sampai di tangkap dan ditahannya Soekarno
dkk oleh colonial Belanda.

2. Lahirnya PNI dan Gerakan PNI di Indonesia


Kemerosotan peran yang dimiliki oleh Sarekat Islam disertai kegagalan
pembrontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (1926/1927) telah
menimbulkan sejumlah akibat bagi gerakannasionalis Indonesia. Tetapi yang
penting adalah timbulnya suatu kekosongan dalam gerakan nasionalis, di mana
gerakan nasionalis ini memerlukan pengarahan dan pimpinan baik dari sisa-sisa
organisasi politik yang ada maupun pembentukan partai-partai baru (tirtoprojo,
1980:21).
Hubungan secara organisasi antara PNI dengan PI tidak ada, tetapi
PNI mempunyai hubungan erat dengan PI di negeri Belanda. Kegelapan di daerah
jajahan disoroti oleh gerakan ini yang mulai mengadakan propaganda yang
intensif secara lisan dan tulisan. Sasaran pokoknya adalah tercapainya Indonesia
merdeka dan pembebasan para tahanan Digul (Suhartono,1993:70). Untuk
memperoleh pergerakan yang sadar, maka perkumpulan perlu mempunyai asas
dan tujuan yang jelas dan tegas, perlu mempunyai suatu teori nasionallisme yang
kuat yang dapat menimbulkan kemauan yang satu, kemauan nasional. Bila
kemampuan nasional cukup tersebar dan masuk mendalam di hati sanubari rakyat,
maka kemauan nasional ini menjadi ssatu perbuatan nasional.
Berdasarkan atas pengetahuan ini, dalam anggaran dasarnya, PNI
menyatakan bahwa tujuan PNI adalah bekerja untuk kemerdekaan Indonesia.
Tujuan ini hendak dicapai dengan azas “percaya pada diri sendiri”. Maksudnya
memperbaiki keadaan politik, ekonomi dan social dengan kekuatan dan kebiasaan
sendiri, antara lain dengan mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik,
bank nasional, perkumpulan-perkumpulan koperasi dan lain-lain. Itulah sebabnya
PNI tidak mau ikut dalam dewan-dewan yang diadakan oleh pemerintah (sikap
non-koperasi). Keanggotaan PNI adalah semua orang Indonesia yang sekurang-
kurangnya berumur 18 tahun. Orang-orang asia lainnya dapat juga menjadi
anggota PNI tetapi hanya menjadi anggota luar biasa (Tirthiprojo,1980:20).
Berdirinya PNI dilatarbelakangi oleh pemikiran-pemikiran para
mahasiswa yang dulunya tergabung dalam Perhimpunan Indonesia, memang
sangat dirasakan besar kontribusi Perhimpunan Indonesia dalam hal membentuk
PNI, ini dikarenakan banyak tokoh dan anggota dari Perhimpunan Indonesia yang
ikut menjadi anggota PNI. Walaupun satu sama lain dari kedua organisasi tersebut
tidak memiliki hubungan, tetapi kesamaan pola piker dan prinsip-prinsip yang
hamper sama dimiliki keduanya. Dari kelompok-kelompok belajar tersebut,
banyak dilakukan pertemuan-pertemuan yang membicarakan keadaan-keadaan
social politik pada saat tersebut. Pada bulan April di kediaman Soekarno
merencanakan pembentukan sebuah partai baru. Terdapat orang-orang yang hadir
pada waktu itu seperti Iskak, Sunaryo, Tjipto Mangunkusumo, J. Tilaar dan
Sujadi. Mereka yang hadir akan menjadi anggota panitia yang harus
mempersiapkan konggres nasional secepatnya, dan pertemuan bersifat tertutup
(Marwati Djoned,1993: 112). Pertemuan berikutnya pada 4 Juli 1927,
merencanakan pembentukan sebuah partai dengan nama Perserikatan Nasional
Indonesia (PNI) yang kemudian menjadi Partai Nasional Indonesia. Pertemuan 4
Juli tersebut menetapkan Soekarno sebagai ketua dengan anggaran dasar
keorganisasian. PNI pun mulai berkembang, pada akhir tahun 1927 tercatat
menjadi 3 cabang. Selain di Bandung juga terbentuk cabang di Yogyakarta dan di
Batavia. Pada bulan Desember di bentuk juga sebuah panitia di Surabaya untuk
persiapan cabang baru di kota tersebut, dan pada 5 Februari 1928 resmi berdiri di
Surabaya (Marwati Djoned,1993:114).

Tujuan PNI adalah untuk mencapai Indonesia merdeka terlepas dari segala
penjajahan. PNI yakin jika Indonesia merdeka dan terlepas dari penjajahan maka
susunan kehidupan, struktur social masyarakat Indonesia akan kembali seperti
sebagai mana mestinya. Tujuan tersebut bisa dicapai kalau kita bias berdiri sendiri
atau percaya pada diri sendiri dan tidak bekerjasama dengan pemerintahan
colonial Belanda. PNI yakin, dengan gerakan-gerakan revolusioner pemerintah
colonial Belanda tidak akan memberikan jalan untuk tercapainya kemerdekaan
Indonesia.
Organisasi ini mulai menanjak dan terkenal. Propaganda-propaganda
tulisan maupun lisannya banyak menyihir dan mempengaruhi rakyat. Pada
permulaan tema yang banyak dianggkat adalah tentang hubungan yang sifatnya
penjajahan dan konflik yang tidak dapat dihindari antara kaum penjajah dan kaum
yang dijajah, perlunya melawan front kulit putih, perlunya pembentukan Negara
dalam Negara, perlunya menumbuhkan percaya akan kekuatan diri sendiri untuk
meraih kemerdekaan. Peningkatan kegiatan berupa pertemuan-pertemuan atau
rapat-rapat umum di cabang-cabang sejak Mei 1929 menimbulkan suasana seba
tegang. Pihak pemerintah Hindia-Belanda pusat semakin lebih banyak member
kekuasaan untuk melakukan pengawasan dan tindakan terhadap aktivis PNI yang
membahayakan keamanan dan ketertiban secara tegas. Frekuensi intervensi polisi
semakin tinggi dengan penghentian pidato oleh karena kena provokasi oleh
ucapan-ucapan dengan bahasa politik yang menghasut
hadirin(Suhartono,1993:74).
Dalam esember 1927 di Bandung terjadi suatu moment di mana organisai-
organisasi pergerakan nasional yang selama ini berjuang di bawah benderanya
masing-masing berkumpul dalam satu forum. Partai Nasional Indonesia dengan
beberapa organisasi lain seperti Partai Serikat Islam, Budi Utomo, Pasundan,
Soematranen Bond, Kaum Betawi, Indonesische Studieclub dan Algemene
Studieclub sepakat mendirikan federasi perhimpunan politik yang mereka beri
nama Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Pada
24-26 Maret dilakukan penyusunan azas dan daftar usaha yang disyahkan 27-30
Mei 1928. Dalam program azas tersebut dikemukakan bahwa: “perubahan-
perubahan struktur masyarakat pada abad XIV yang membawa pula pada
kebutuhan-kebutuhan ekonomi baru, menyebabkan timbulnya imperiallisme
Belanda.” Demi kepentingan imperiallisme tersebut, Indonesia dijadikan tempat
penanaman modal. Dari perspektif ekonomi Indonesia, hal ini berakibat pada
rusaknya struktur social, ekonomi, politik Indonesia. Oleh karena itu, PNI dengan
menjalin persatuan dan kesatuan bangsa tanpa mementingkan kepentingan agama,
ras dan suku bangsa untuk melawan koloniallisme penjajahan dan tanpa bantuan
orang lain, kemerdekaan bisa dicapai.
Dengan memasang program pengorganisasian sebanyak-banyaknya, di
asuh oleh semangat membangun persatuan massa dan mencoba menghindari
tentang perbedaan pandangan dengan ideology lain, PNI melaju dengan cepat
sebagai partai politik yang di dukung anggota yang melimpah ruah. Bakat pidato
Soekarno dan kemampuan Soekarno dalam memahami bahasa rakyat jelata dan
menyampaikan gagasan-gagasan politiknya juga dengan bahasa yang dipahami
rakyat jelata, menjadi salah satu factor determian dari tumbuhnya PNI sebagai
partai dengan massa yang melimpah(Marwati Djoned,1993:210).
Pemerintahan colonial Belanda di bawah tangan Jendral De Graeff geram
atas tindakan PNI. Gubernur Jendral De Graeff sebagai seorang liberalis lebih
condong menjalankan politik toleransi, namun desakan golongan konservatif
Belanda dan Indonesia memaksakan dia bertindak keras. Di mata Belanda gerakan
PNI dianggap berbahaya dengan gerakan yang revolusioner banyak gagasan dan
anggotanya bekas Perhimpunan Indonesia (PI). Pengaruh PNI semakin besar,
sebaliknya pemerintah colonial harus lebih bias membendung gerakan-gerakan
PNI. Pemerintah menilai PNI berbahaya bagi stabilitas social dan stabilitas politik
Hindia Belanda. Untuk itu dilakukanlah berbagai upaya untuk melakukan
tindakan tegas terhadap tokoh-tokohnya. Isu akan dilancarkannya gerakan
pembrontakan pada tahun 1930 menjadi alas an pemerintah untuk melakukan
penggeledahan dan penangkapan terhadap tokoh-tokoh PNI(Suhartono,1994:75).
Pada 24 Desember 1929 Soekarno dkk di tangkap oleh pemerintah Hindia
Belanda. Beliau dan beberapa anggota yang lainnya dinyatakan bersalah oleh
pengadilan dan Soekarno di hokum 4 tahun penjara. Berdasarkan pertimbangan
keberlangsungan perjuangan nasional, dalam kongres luar biasa ke II di Jakarta,
diambil keputusan untuk membubarkan PNI pada 25 April 1931. Pembubaran ini
menimbulkan pro dan kontra dari para anggotanya. Dan dari sinilah akan
terbentuk dua kubu yang nantinya akan melahirkan Partai Indonesia (partindo)
dan Pendidikan Nasional Indonesia di bawah pimpinan Moh. Hatta yang dikenal
dengan nama PNI baru..
Setelah Indonesia merdeka PNI di hidupkan kembali dan menjadi partai
yang kuat pada masa pemerintahan Soekarno. Dan di tahun 1998 PNI muncul
kembali dan mengikuti pemilu tahun 1999 dengan nama PNI Soepani.
Memperoleh 0,36% suara nasional. Sesuai dengan UU No.31 tahun 2002, maka
PNI soepani tidak diperbolehkan mengikuti pemilu 2004. Oleh karena itu partai
ini memakai nama baru yaitu Partai Nasional Indonesia Marhaenisme, dan
mendaftarkan diri untuk mengikuti pemilu 2004 dan berhasil lolos dari verivikasi
serta memenuhi persyaratan yang ditentukan. Partai berlandaskan perjuangan
marhaenisme ini memberikan prioritas kepada perbaikan nasib buruh, petani dan
nelayan dalam programnya. Selain itu partai juga menekankan memperjuangkan
terselenggaranya pemerintahan yang bebas dari KKN serta mengembangkan
nasionallisme Indonesia yang tidak chauvenistik. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Merhaenisme adalah salah satu partai yang hidup dari baying-bayang kebesaran
salah satu pendiri republic ini, Soekarno atau Bung Karno. Para pendiri PNI
Marhaenisme menambahkan kata Marhaenisme pada partai yang didirikan Bung
Karno tersebut, karena Marhaenisme adalah salah satu ajaran Bung Karno yang
berkaiatan dengan kehidupan rakyat jelata.

3.Penutup
Peranan partai politik dalam sebuah Negara memiliki andil yang
besar untuk keberlangsungan Negara tersebut. Begitu pula di Indonesia, bila
di lihat secara kronologis perjalanan partai politik semuanya memiliki
tujuan untuk Negara Indonesia. Perbedaannya terletak pada situasi Negara
pada masa tersebut. Bila di awal tahun 1900 partai ini terbentuk secara
keseluruhan memiliki tujuan Indonesia merdeka. Budi Utomo melalui
pendidikan dan kebudayaan, PNI memalului sikap yang tegas untuk
mencapai Indonesia merdeka. Di masa sekarang, peranan partai politik
sebagai kendaraan untuk duduk di kursi pemerintahan mestinya melihat
kembali bagaimana perjalanan partai tersebut. Sehingga tidak muncul sikap
arogan dan sikap hanya menjalankan kepentingan partai semata. Pada
masa sekarang ini peranan partai yang mendapat dukungan dari anggota
ataupun rakyat yang nantinya setelah duduk di salah satu kursi
pemerintahan dapat menyalurkan aspirasi rakyat yang memihak
kepentingan rakyat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Djoned Poesponogoro, Marwati.,1993. Sejarah Nasional Indonesia Jilid V.


Jakarta: Balai Pustaka.

Giebels, Lambert., 2001. Soekarno: Biografi 1901-1950. Jakarta: PT


Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sudiyo, Drs., 1997. Perhimpunan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Suhartono, Drs,.1994. Sejarah Pergerakan Nasional. Dari Budi Utomo


Sampai Proklamasi 1908-1945. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Tashadi,dkk.,1999. Tokoh-Tokoh Pemikir Faham Kebangsaan: Ir Soekarno dan


K.H Ahmad Dahlan Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI.
Tirtiprojo, Susanto.,1980. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Tunggul Alam, Wawan.2005.Pertentangan Soekarno VS Bung Hatta. Jakarta:
Gramedia Widiasarana.

Anda mungkin juga menyukai