Menganalisis strategi perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan bangsa Eropa (Portugis,
Spanyol, Belanda, Inggris) sampai dengan abad ke-20.
Mengolah informasi tentang strategi perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan bangsa Eropa
(Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris) sampai dengan abad ke-20 dan menyajikannya dalam bentuk
cerita sejarah.
Cita-cita Indische Partij ini disebarluaskan melalui surat kabar De Expres, dengan semboyan terkenal
adalah Indische los van Holland, yang berarti Indonesia bebas dari Belanda dan Indie voor Indiers,
yang berarti Hindia untuk orang Hindia. Seluruh anggotanya memang menyebut diri Indiers, yang
berarti orang Indonesia. Indische Partij memperkenalkan paham kebangsaan yang disebut dengan
Indische Nationalism atau Nasionalisme Hindia yang tidak membedakan keturunan, suku bangsa,
agama, kebudayan, bahasa, dan adat istiadat. Adapun program kerja IP adalah sebagai berikut.
a. Menyerapkan cita-cita nasional Hindia (Indonesia)
b. Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan baik di bidang pemerintahan maupun
kemasyarakatan
c. Memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antara agama yang satu dengan
yang lain.
d. Memperbesar pengaruh pro-Hindia di lapangan pemerintahan.
e. Berusaha untuk mendapatkan kesamaan hak bagi semua orang Hindia
f. Dalam hal oengajaran, kegunaannya harus ditjukan untuk kepentingan ekonomi Hindia dan
memperkuat mereka yang ekonominya lemah.
Kritik yang terlalu keras membuat gerak-gerik para pemimpinnya
mendapat pengawasan ketat dari pemerintah Belanda, sehingga belanda
menolak permohonan IP untuk memperoleh status badan hukum.
Kecemasan Belanda terhadap organisasi ini mencapai puncaknya ketika
ketiga pemimpin ini ditangkap dan dibuang ke negeri Belanda pada tahun
1913, dengan alasan organisasi ini bersifat politik serta mengganggu
ketertiban umum. Penangkapan terhadap Tiga Serangkai ini, bermula ketika
Ki Hajar Dewantara menulis di surat kabar De Express berjudul “Als Ik
eensNedeelander was” (Seandainya Saya Seorang Belanda). Isisnya berupa
sindiran terhadap ketidakadilan di daerah jajahan. Didalamnya Ki Hajar
Dewantara menulis tentang bagaimana pemerintah Belanda mencari dana
dari rakyat Indonesia untuk merayakan peringatan 100 tahun kemerdekaan
Gambar: salah satu halam
Belanda dari penjajahan Perancis. Kritik pedasnya menyinggung koran De Expres
pemerintah Belanda. Sumber: bincangedukasi.com
Pada tahun 1913, pemerintah Belanda menyatakan organisasi ini sebagai organisasi terlarang.
Organisasi ini kemudian berganti nama menjadi partai Insulinde, dengan asas membina semangat
nasionalisme dengan memperkuat persatuan bangsa. “Insulinde” tidak berumur panjang, dan pada
tahun 1919 berubah lagi menjadi National Indische Partij (NIP). Pada tahun 1914 Cipto
Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena sakit, sedangkan Suwardi Suryaningrat dan
Douwes Dekker baru dikembalikan pada tahun 1919. Douwes Dekker tetap terjun ke dunia politik dan
Suwardi Suryaningrat terjun ke dunia pendidikan dengan mendirikan Taman Siswa.
2. Gerakan Pemuda
Sejak beridirinya Budi Utomo, elemen
pemuda Indonesia ikut bergabung. Namun,
elemen pemuda ini tidak berkembang
membentuk gerakan. Mereka tidak lama
bergabung dalam Budi Utomo karena kecewa
atas terlalu dominannya golongan tua atau
para priyayi dalam organisasi tersebut.
Selanjutnya, gerakan pemuda tumbuh dan
berkembang secara mandiri di berbagai
daerah di Indonesia. Mula-mula dibentuk
sebagai sebuah gerakan solidaritas yang
bersifat informal, gerakan-gerakan pemuda ini
kemudian menjelma menjadi sebuah gerakan Gambar: Pengurus Indonesia muda dimana jong java melebur diri
politik atau gerakan kebangsaan dengan cita- Sumber: bp.blogspot.com
3. Gerakan Wanita
Kondisi perempuann Indonesia pada zaman pertengahan abad ke-19
masih jauh tertinggal dibandingkan dengan kaum lelakinya. Sekolah-sekolah
yang ada pada saat itu hanya membuka kesempatan bagi kaum lelaki,
sedangkan para perempuan hanya mendapat pendidikan yang berkisar seputar
kerumahtanggan dan itu pun masih sangat terbatas. Keadaan ini sedikit demi
sedikit berubah ketika muncul seorang pelopor gerakan wanita Indonesia, yaitu
R.A Kartini. Seorang putri Bupati Jepara, Ario Sosroningrat, yang lahir pada
tanggal 21 April 1879.
Kartini mencita-citakan kesetaraan antara perempuan dan
Gambar: R.A Kartini
Sumber: Asset.kompas.com laki-laki, memperbaiki derajat kaum wanita melalui pendidikan
dan pengajaran. Menurutnya, seharusnya perempuan mendapatkan
pendidikan yang memadai dan memperoleh pengetahuan yang lebih luas. Ia juga memimpikan
perubahan dalam masayarakat Indonesia serta mendorong penghapusan praktik-praktik dalam
budaya Jawa yang dianggapnya mengekang hak-hak dan martabat perempuan, seperti tradisi
pingitan di mana gadis yang akil balig dilarang keluar dari rumah sampai menikah. Apa yang
diperjuangkan Kartini kemudian dikenal dengan istilah Emansipasi. Untuk merealisasikan cita-
citanya tersebut Kartini mengadakan kontak lewat surat dengan para wanita di Eropa dan Nusantara.
Surat-menyurat Kartini oleh Mr. Abendanon dijadikan buku yang berjudul Door Duirtenis Tot Lich-
Habis Gelap Terbitlah Terang.
Pemikiran Kartini banyak mendapat tanggapan positif dari kalangan perempuan. Hal itu
terlihat dari banyaknya perkumpulan perempuan yang menyelenggarakan pendidikan khusus bagi
perempuan. Dari jawa Barat muncul tokoh wanita yaitu Dewi Sartika yang berusaha melepaskan diri
dari tradisi dan adat pingitan bagi wanita seperti kawin paksa dan poligami. Sebagai akibat kurang
mendapat pendidikan dan pengajaran, kaum wanita diperlakukan tidak adil. Hal itu ditunjukkan oleh
adat kebiasaan kawin paksa, poligami, dan pemingitan. Adat kebiasaan tersebut lambat laun
ditentang oleh kaum wanita yang mempunyai pikiran maju. Diilhami oleh cita-cita Kartini, mereka
mulai bergerak untuk merombak tradisi yang tidak adil tersebut. Pergerakan kaum wanita pada
umumnya bersifat sosial dengan tujuan untuk memperoleh persamaan hak dengan kaum pria dan
meningkatkan atau menyempurnakan kemampuan dan kecerdasan kaum wanita sebagai ibu dan
pemegang kendali rumah tangga. Perjuangan Kartini dan Dewi Sartika kemudian mengilhami
lahirnya gerakan-gerakan kewanitaan, antara lain sebagai berikut:
a. Organisasi wanita Indonesia Putri Mardiko pertama kali didirikan di Jakarta pada tahun 1912.
Berdirinya organisasi itu berkat bantuan Budi Utomo, dengan tujuan memberikan bimbingan dan
penerangan pada gadis pribumi dalam menuntut pendidikan. Tokoh Putri Mardiko adalah R.A.
Sabarussin, R.A. Sutinah, Joyo Pranoto, dan R.R. Rukmini.
b. Kartini Fonds (Dana Kartini) yang didirikan oleh Ny. T. Ch. Van Deventer pada tahun 1912
dengan tujuan mendirikan sekoah bagi kaum wanita, seperti sekolah Maju Kemuliaan di
Bandung, Pawiyatan di Magelang, Wanito Susuilo di Pemalang, Wanito Hadi di Jepara, Budi
Wanito di Solo, dan Wanito Rukun Santoso di Malang.
c. Keutamaan Istri yang berdiri di Tasikmalaya pada tahun 1913 dengan tujuan untuk mendirikan
sekolah untuk remaja.
d. Kerajian Aman Setia yang berdiri di Gadang, Sumatra Barat pada tanggal 11 Februari 1914
dengan ketua Rohana Kudus. Tujuan didirikannya organisasi ini adalah meningkatkan
pendidikan wanita seperti cara mengatur rumah tangga dan membuat kerajinan tangan.
e. Serikat Kaum Ibu Sumatra di Bukittinggi.
f. Perkumpulan Ina Tani di Ambon.
Usaha untuk memperluas pengetahuan kewanitaan dilakukan dengan menerbitkan surat kabar
Putri Hindia di Bandung, Wanita Swara di Brebes, Soenting Melayu di Bukittinggi, Putri Mardiko di
Jakarta, Estri Oetomo di Semarang, Swara Perempuan di Padang, dan Perempuan bergerak di Medan.
Kongres Wanita I dilaksanakan pada tanggal 25 Desember 1928 di Yogyakarta. Selanjutnya,
peristiwa ini diperingati sebagai Hari Ibu. Kongres Wanita pertama ini mempunyai tujuan, antara
lain.
a. Memperat hubungan perkumpulan wanita;
b. Memperbaiki nasib dan derajat kaum wanita;
c. Mengadakan kursus kesehatan;
Kongres wanita I berhasil mendirikan suatu gabungan organisasi wanita dengan nama Perserikatan
Perempuan Indonesia (PPI) yang kemudian diubah menjadi Perserikatann Perhimpunan Istri
Indonesia (PPII).
Pengayaan
Pengayaan
Organisasi-Organisasi Periode Nasionalisme Politik
1. Indische Partij (IP)
Indische Partij (IP) adalah partai politik pertama di Indonesia, didirikan di Bandung pada tanggal 25
Desember 1912 oleh Tiga Serangkai, yakni Douwes Dekker (Setyabudi Danudirjo), dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Organisasi ini berkomitmen
menyatukan semua golongan yang ada di Indonesia, baik golongan Indonesia asli maupun golongan
Indo, Cina, Arab, dan sebagainya. Mereka akan dipadukan dalam kesatuan bangsa dengan semangat
nasionalisme Indonesia.
2. Gerakan Pemuda
Gerakan pemuda yang muncul pertama kali adalah Trikoro Dharmo (TK). Organisasi pemuda ini
didirikan oleh R. Satiman Wiryosanjoyo, dkk. Di gedung STOVIA Jakarta pada tanggal 7 Maret
1915. Trikoro Dharmo merupakan cikal bakal Jong Java. TK memiliki tiga visi mulia, yaitu: sakti
yang berarti kekuasaan dan kecerdasan, budi berarti bijaksana, dan bhakti berarti kasih sayang.
3. Gerakan Wanita
Kartini mencita-citakan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, memperbaiki derajat kaum wanita
melalui pendidikan dan pengajaran. Menurutnya, seharusnya perempuan mendapatkan pendidikan
yang memadai dan memperoleh pengetahuan yang lebih luas. Ia juga memimpikan perubahan dalam
masayarakat Indonesia serta mendorong penghapusan praktik-praktik dalam budaya Jawa yang
dianggapnya mengekang hak-hak dan martabat perempuan, seperti tradisi pingitan
Remidial
Remidial
Pada Tanggal 2 Mei 1889 Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta. Nama asli Ki Hajar
Dewantara yaitu Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Beliau berasal dari lingkungan keluarga kraton
Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, beliau berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara
saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka. Semenjak saat itu, ia tidak lagi
menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas
dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Beliau adalah sosok yang santun, sederhana
dan berhati mulia. Walau keturunan ningrat namun Ki Hajar Dewantara tetap bergaul dengan rakyat
bawah dan rajin memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan.
Perjalanan hidup Ki Hajar Dewantara benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi
kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian
sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit.
Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java,
De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia
tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu
membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya. Ki Hajar Dewantara Selain ulet sebagai
seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di
seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat
Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan
bernegara. Ki Hajar Dewantara sangat aktif dan peduli dengan dunia pendidikan. Salah satu bukti
kepeduliannya yaitu beliau mendirikan Sekolah Taman Siswa pada Tahun 1922.
Beliau banyak memberikan teladan dan motivasi kepada kaum muda untuk terus semangat
dalam belajar tentang ilmu pengetahuan. Salah satu kata kata motivasi dari Ki Hajar Dewantara yang
sampai sekarang masih melekat di benak kita semua yaitu semobyan :
"Tut wuri handayani", atau aslinya: ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani. Arti dari semboyan ini adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa
memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru
harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus
memberi teladan atau contoh tindakan yang baik).
Sumber
Sumber
- Ratna Hapsari. 2017. Sejarah Indonesia Jilid 2 untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Wajib.
Jakarta: Erlangga.
- Herimanto dan Eko Targiyatmi. 2016. Pembelajaran Sejarah Interaktif untuk Kelas X
SMA/MA. Solo: Tiga Serangkai.
- http://www.hariansejarah.id/2017/01/organisasi-pergerakan-nasional-indonesia.html , di
akses pada tanggal 24 Mei 2018.