1.1 Latar Belakang Masalah
Sistem kolonial abad 20 di Indonesia banyak mengalami perkembangan, di bidang politik, ekonomi,
dan social budaya. Hal ini secara langsung mempengaruhi bangsa Indonesia. Sejak adanya politik etis
pada tahun 1900 yang dicetuskan oleh Conrad Theodore Van Deventer, banyak lahir golongan elit
terpelajar di Indonesia. Politik etis merupakan bentuk politik balas budi pemerintah Belanda terhadap
bangsa Indonesia yang telah dipolitisasi. Berkat politik etis, bangsa Indonesia dapat memperoleh
pendidikan sehingga dicapai kesadaran emansipasif bangsa. Karena banyaknya kaum terpelajar yang
ada, seiring waktu lahirlah organisasi-organisasi yang bergerak di bidang politik maupun bidang
lainnya yang mengarah kepada kemerdekaan Negara Indonesia. Hal tersebut adalah waktu di mana
perjuangan mencapai Indonesia merdeka dimulai.
Budi Utomo adalah organisasi pertama yang berdiri di Indonesia. Namun keanggotaan dalam Budi
Utomo masih terbatas dan belum ada tanda-tanda perjuangan kemerdekaan.
Tanggal 25 Desember 1912, berdirilah sebuah partai politik pertama di Indonesia. Partai ini adalah
partai yang secara terang-terangan memiliki tujuan untuk mencapai kemerdekaan bagi Indonesia. Ini
adalah perwujudan dari adanya rasa nasionalisme anak bangsa untuk menuntun kearah kemerdekaan
dan menggerakan bangsa agar sadar untuk bersatu demi kemerdekaan. Partai inilah yang mengawali
politik anak bangsa meski salah satu pendirinya adalah seorang Indo Eropa.
Partai ini adalah “IndischePartij”. Indische Partij adalah partai politik pertama di Hindia Belanda.
Didirikan oleh tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat,
yang melihat keganjilan dalam masyarakat colonial khususnya diskriminasi antara keturunan Belanda
dan kaum Indo. Douwes Dekker meluaskan pandangannya terhadap masyarakat Indonesia umumnya,
yang tetap hidup didalam situasi kolonial.
Indische Partij adalah suatu partai yang radikal dan dinyatakan Douwes Dekker didirikan partai ini
merupakan Penantang perang dari pihak koloni yang menyebar Lasting kepada Karajaan penjajah,
Pemungut pajak. Indonesia sebagai “National Home“ semua orang keturunan bumi putera, Belanda,
Cina, Arab dan sebagainya, yang mengakui Hindia sebagai tanah air dan kebangsaannya. Paham ini
dulunya di kenal sebagai Indische Nationalosme, yang kemudian melalui Perhimpunan Indonesia dan
PNI menjadi Indonesisch Nationalisme atau Nasionalisme Indonesia. Berbeda dengan organisasi
sebelumnya dimana organisasi sebelumnya bersifat sangat berhati-hati, sedangkan organisasi ini
bersifat keras dan langsung bergerak dalam bidang politik.
Melalui partai ini, Ernest Douwes Dekker mendesak pemerintah untuk mengubah garis kebijaksanaan
yang ditempuh. Indische Partij sebagai organisasi campuran menginginkan adanya kerjasama orang
Indo dengan bumi putera. Hal ini disadari benar karena jumlah orang Indo sedikit, maka diperlukan
adanya kerjasama dengan orang bumi putera agar kedudukan organisasinya bertambah kuat.
Organisasi ini mempunyai cita-cita untuk menyatukan semua golongan yang ada di Indonesia, baik
golongan asli maupun golongan Indo, Cina, Arab dan sebagainya. Mereka dipadukan dalam kesatuan
bangsa dengan semangat nasionalisme Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi
Indische Partij adalah organisasi modern ketiga yang berdiri setelah Budi Utomo dan Sarekat Islam
.Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang secara tegas menyatakan berpolitik. IP adalah
partai politik pertama di Indonesia. Indische Partij ingin menggantikan Indische Bond yang berdiri
pada tahun 1898. Indische Bond adalah organisasi kaum Belanda peranakan (Indo) dengan pimpinan
K. Zaalberg, seorang indo.Tujuan dibentuknya IP ini adalah untuk memperbaiki keadaan kaum Indo.
Pada masa itu kaum Indo menaruh dendam kepada bangsa Belanda dan segala sesuatu yang bercorak
Belanda.
2.2 Pembahasan
2.2.1 Proses berdirinya Organisasi Indische Partij
Douwes Dekker melihat keganjilan dalam masyarakat kolonial khususnya dalam hal diskriminasi
antara keturunan Belanda dan orang Belanda campuran (Indo). Nasib para Indo tidak ditentukan oleh
pemerintahan kolonial,namun terletak pada bentuk kerjasama dengan penduduk Indonesia lainnya.
Bahkan menurut Douwes Dekker yang kemudian dikenal dengan nama Danudirdja Setyabudhi,ia tidak
mengenak supremasi Indo atas penduduk bumiputera malah ia menghendaki hilangnya golongan
Indo dengan cara bercampur dengan bumiputera.
Douwes Dekker, seorang Indo, berusaha mempengaruhi Indische Bond. Menurutnya,segala keluh
kesah dan bantahan-bantahan tidak akan ada gunanya. Sumber dari segala kesukaran itu dikarenakan
ketergantungan pada pemerintah kolonial yang menyebabkan kaum Indo menderita dan
dicampakan.
Pendirian organisasi ini dipertegas lagi pada sidang Indische Bond yang diselenggarakan di
Jakarta tanggal 12 desember 1911, dengan pokok pidato "Gabungan kulit putih dengan sawo
matang". Ia berkata, bahwa jumlah kaum Indo sangat sedikit, sehingga jika ia bertindak seorang
diri,maka ia tak mungkin memperoleh keuntungan. Syarat untuk memperoleh kemenangan dalam
pertentangan dengan penjajah Belanda ialah menggabungkan diri dengan bangsa Indonesia agar
kedudukan organisasinya makin bertambah kuat.
Pendapat Douwes Dekker berbeda dengan pendapat Zaanberg, pemimpin Indische Bond. Ia
menerima ketergantungan terhadap pemerintah kolonial. Menurut Zaanberg,dalam ketergantungan
itu,kaum indo akan hidup berbahagia, asalkan pemerintah dan orang-orang Eropa lapisan atas suka
menolongnya.Zaalberg ingin mengekalkan penjajahan sedangkan Douwes Dekker ingin
menghapuskan penjajahan itu.
Untuk persiapan pendirian Indische Partij, maka mulai tanggal 15 September - 3 oktober 1912,
Douwes Dekker mengadakan perjalanan Propaganda di Pulau Jawa. Di Surabaya, ia mendapat
sokongan dari Dokter Tjipto Mangoen Koesoemo. Di Bandung ia mendapat sokongan dari R.M.
Soewardi Soerjaningrat, juga Abdul Muis yang pada saat tu telah menjadi pimpinan Sarekat Islam
cabang Bandung. Di Yogyakarta mendapat sambutan baik dari pengurus Budi Utomo,juga daerah
Jawa Barat,Jawa Tengah dan Jawa Timur.Mereka merupakan "tiga serangkai" yang sangat ditakuti
oleh Belanda. Mereka ialah tokoh-tokoh Indische Partic yang didirikan di Bandung pada tanggal 25
Desember 1912 yang mana semboyannya yaitu Hindia for Hindia yang berarti Inodnesia hanya
diperuntukkan bagi orang-orang yang menetap dan bertempat tinggal di Indonesia tanpa terkecuali.
Jika dibandingkan dengan Budi Utomo dan Sarekat Islam, maka keanggotaan Indische Partij lebih
kecil jumlahnya. Mungkin disebabkan karena adanya perasaan takut untuk memasuki suatu
perkumpulan politik. Adanya pasal 111 Regerings-Reglement (RR), yang berbunyi "Bahwa
perkumpulan-perkumpulan atau persidangan-persidangan yang membicarakn soal pemerintahan
(politik) atau membahayakan keamanan umum dilarang di Hindia Belanda". Pasal ini merupakan
tembok penghalang yang sukar ditembus oleh Indische Partij dalam mengembangkan jumlah
Anggotanya.
Didirikan oleh tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat,
yang melihat keganjilan dalam masyarakat colonial khususnya diskriminasi antara keturunan Belanda
dan kaum Indo. Berikut profil tiga serangkai :
Douwes Dekker adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia. Pendidikan
dasar ditempuh Nes di Pasuruan. Sekolah lanjutan pertama diteruskan ke HBS di Surabaya, lalu
pindah ke Gymnasium Willem III, suatu sekolah elit di Batavia. Selepas lulus sekolah ia bekerja di
perkebunan kopi "Soember Doeren" di Malang, Jawa Timur. Di sana ia menyaksikan perlakuan
semena-mena yang dialami pekerja kebun, dan sering membela mereka. Tindakannya membuat ia
kurang disukai rekan kerjanya, namun disukai pegawai bawahannya. Akibat konflik dengan
manajernya, ia dipindah ke perkebunan tebu "Padjarakan" di Kraksaan sebagai laboran. Sekali lagi, dia
terlibat konflik dengan manajemen karena urusan pembagian irigasi untuk tebu perkebunan dan padi
petani. Akibatnya, ia dipecat.
2. Tjipto Mangoenkoesoemo
Dr. Cipto Mangunkusumo atau Tjipto Mangoenkoesoemo adalah seorang tokoh pergerakan
kemerdekaan Indonesia. Bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara ia dikenal
sebagai "Tiga Serangkai" yang banyak menyebarluaskan ide pemerintahan sendiri dan kritis terhadap
pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Ia adalah tokoh dalam Indische Partij, suatu organisasi
politik yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat, bukan
oleh Belanda. Dr. Cipto Mangunkusumo lahir di Pecangakan, Ambarawa tahun 1886 dan waafat di
Jakarta, 8 Maret 1943
Tahun 1913 ia dan kedua rekannya diasingkan oleh pemerintah kolonial ke Belanda akibat tulisan dan
aktivitas politiknya, dan baru kembali 1917. Dokter Tjipto menikah dengan seorang Indo pengusaha
batik, sesama anggota organisasi Insulinde, bernama Marie Vogel pada tahun 1920. Ia wafat pada
tahun 1943 dan dimakamkan di TMP Ambarawa.
3.Ki Hadjar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir di Yogyakarta, 2 Mei1889 dan wafat di Yogyakarta, 26 April1
959, disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD" adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia,
kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan
Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para
priyayi maupun orang-orang Belanda.Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai
Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan
Departemen Pendidikan Nasional.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Indische Partij adalah organisasi pertama yang secara tegas menyatakan
berpolitik. Dengan demikian IP adalah partai politik pertama di Indonesia. Indische Partij ingin
menggantikan Indische Bond yang berdiri pada tahun 1898. Partai ini didirikan oleh tiga serangkai,
yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangun kusumo dan Suwardi Suryaningrat, yang melihat keganjilan
dalam masyarakat colonial khususnya diskriminasi antara keturunan Belanda totok dan kaum Indo.
Tujuan Indische Partij sebagai yaitu, membangun patriotisme semua “Indiers” kepada tanah air yang
telah memberi lapangan hidup kepada mereka, Menganjurkan kerjasama atas dasar persamaan
ketatanegaraan, memajukan tanah air hindia, mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.
Penyebab mundurnya Indische Partij karena ia menunjukkan keradikalannya sehingga pemerintah
kolonial Belanda merasa perlu cepat menghentikannya. Karena tulisan tiga yang isinya menyindir
pihak belanda, ketiga tokoh tersebut dieksernisasi ke negeri Belanda.
1.2 SARAN
Sebagai generasi mudapenulis menyarankan kepada :
Pemerintah supaya lebih memperhatikan arsib bangsa dan lebih mengenalkan seharah bangsa
indonesia dan lebih memerhatikan para pahlawan nasional. Tingaktkan mutu pendidikan, jangan
pentingkan golongan. Partai hanya sebagai batu loncatan demi bangsa untuk kemajuan.
Generasi muda, supaya lebih mencintai dan menghargai jasa para pahlawan dan untuk itu kita
berasama tingkatkan prestasi, harumkan negeri membangun bangsa yang benar-menar merdeka.
Jangan hanya kenang para pahlawan namun jadikan para pahlawan bangga melihat perjuangan
mereka yang tidak sia-sia melihat indonesia yang merdeka.
DAFTAR PUSTAKA
id-littlestar.blogspot.com/2014/11/makalah-indische-partij.
https://id.wikipedia.org/wiki/National_Indische_Partij
serbasejarah.blogspot.com/2011/05/indische-partij-25-desember.
https://mediabacaan.blogspot.com/2012/11/indische-partij.html