Anda di halaman 1dari 13

Makalah Sejarah Indonesia

Indische

Partij

Disusun oleh :
Kelompok 5
Iin Mutmainah (13)
Intan Maarisha (14)
Jihan Fauziah (15)
Luthfi Hammam (16)
M. Daffa Ulhaq A (17)
Melly Mustikasari (18)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas makalah
sejarah Indonesia yang mempelajari tentang Indische Partij pada masa pergerakan
nasional.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah tak ada gading yang tak retak , oleh karena itu
saya mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta saya berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Amin............
Tasikmalaya, 14 November 2014

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................i
DAFTAR ISI .ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................3
A. Indische Partij ....................................................................................3
B. Tujuan Indische Partij ........................................................................4
C. Keanggotaan .......................................................................................5
D. Perjuangan Indische Partij untuk memperoleh Badan Hukum ..........6
E. Penangkapan dan Pengasingan ..........................................................7
1

BAB III PENUTUP.......................................................................................9


A. Kesimpulan...9
B. Saran.........................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................10

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat menginjak abad 20 sistem kolonial di Indonesia banyak sekali mengalami
perkembangan baik di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya. Hal ini juga secara langsung
mempengaruhi bangsa Indonesia. Sejak adanya politik etis pada awal tahun 1900 yang dicetuskan
oleh Conrad Theodore Van Deventer, banyak sekali lahir golongan elit terpelajar di Indonesia. Politik
etis merupakan bentuk politik balas budi pemerintah Belanda terhadap bangsa Indonesia yang telah
dipolitisasi. Berkat politik etis, bangsa Indonesia dapat memperoleh pendidikan / edukasi sehingga
dicapai kesadaran emansipasif bangsa.Karena banyaknya kaum terpelajar yang ada ,maka seiring
waktu lahirlah organisasi-organisasi yang bergerak di berbagai bidang, baik politik maupun bidang
lainnya yang mengarah kepada kemerdekaan negara Indonesia. Hal-hal tersebut adalah waktu di
mana perjuangan mencapai Indonesia merdeka dimulai.
Pergerakan nasionalisme Indonesia dipengaruhi oleh adanya kaum terpelajar yang telah banyak
bergaul dengan bangsa luar sehingga membuka mata mereka tentang kesadaran akan perasaan senasib
sepenanggungan sebagai satu bangsa yang memiliki hak untuk menentukan arah hidupnya sendiri
(self-determination).
Budi Utomo adalah organisasi pertama yang berdiri di Indonesia. Namun, keanggotaan dalam
Budi Utomo masihlah terbatas dan belum ada tanda-tanda perjuangan kemerdekaan.
25 Desember 1912, berdirilah sebuah partai politik pertama di Indonesia. Partai ini adalah
partai yang secara terang-terangan memiliki tujuan untuk mencapai kemerdekaan bagi Indonesia. Ini
adalah salah satu perwujudan dari adanya rasa nasionalisme anak-anak bangsa untuk menuntun ke
arah kemerdekaan dan juga menggerakan bangsa agar sadar untuk bersatu demi kemerdekaan. Partai
inilah yang mengawali politik anak bangsa meski salah satu pendirinya adalah seorang Indo.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah penyusunan makalah ini adalah :
1.Apakah Indische Partij ?
2. Bagaimanakah tujuan Indische Partij?
3. Bagaimanakah keanggotaan ?
4. Bagaimanakah perjuangan Indische Partij untuk memperoleh Badan Hukum ?
5. Bagaimanakah Penangkapan dan Pengasingan ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk :
1. Mengetahui Indische Partij
2. Mengetahui tujuan Indische Partij
3. Mengetahui keanggotaan
4. Mengetahui perjuangan Indische Partij untuk memperoleh Badan Hukum
5. Mengetahui Penangkapan dan Pengasingan

BAB II
2

PEMBAHASAN
A. Indische Partij
Indische Partij adalah organisasi modern ketiga yang berdiri setelah Budi Utomo dan Sarekat
Islam. Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang secara tegas menyatakan berpolitik. Dengan
demikian Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia. Indische Partij ingin
menggantikan Indische Bond yang berdiri pada tahun 1899. Indische Bond adalah organisasi kaum
Belanda peranakan (Indo) dengan pimpinan K. Zaalberg, seorang indo. Tujuan organisasi ini adalah
untuk memperbaiki kaum Indo. Pada masa itu kaum Indo menaruh dendam yang tak ada hingganya
kepada bangsa Belanda dan segala sesuatu yang bercorak Belanda. Hal ini disebabkan kaum Indo
seolah-olah menjadi "golongan yang dilupakan" oleh bangsa Belanda.
Douwes Dekker, seorang Indo, berusaha mempengaruhi Indische Bond. Ia insyaf bahwa segala
keluh kesah dan bantahan-bantahan tidak aka nada gunanya. Sumber dari segala kesukaran itu
terletak di dalam ketergantungan, pada pemerintah kolonial. Kam Indo menderita dan dicampakannya
kedalam kubangan kesengsaraan sebagai akibat perbuatannya Onderneming-onderneming orang
Barat yang bercorak penjajahan dan berdasar kepada perusahaan-perusahaan kolonial.
Pendirian Douwes Dekker ini dipertegas lagi pada sidang Indische Bond di Jakarta tanggal 12
desember 1911, dengan pokok pidato "Gabungan kulit ptih dengan sawo matang". Ia berkata, bahwa
jumlah kaum Indo sangat sedikit, sehingga ia tak mngkin akan memperoleh keuntungan, jika ia
hendak bertindak seorang diri. Salah sat syarat untuk mendapat kemenangan di dalam pertentangan
dengan penjajah bangsa Belanda itu, ialah menggabungkan diri kepada bangsa Indonesia. Kita
berjuang bersama-sama dengan mereka. Di dalam perjuangan itu, terutama sekali dikehendaki
kerjasama yang rapat.
Secara politik, sikap menerima saja segala sesuatunya dengan senang hati adalah sesuatu yang
salah. Karena ia akan membawa kita kepada hidup diperbawah. Di dalam perjuangan politik
hendaklah kita dengan gigih memegang teguh apa yang telah kita peroleh, sambil mengulurkan
tangan untuk merebut hak kita yang belum dimiliki.
Pendapat Douwes Dekker diatas tidak sependapat dengan pendapat Zaanberg, pemimpin
Indische Bond. Ia menerima ketergantungan pada pemerintah kolonial. Di dalam ketergantungan itu
kehendak kaum indo akan berbahagia, asal saja pemerintah dan orang-orang Eropa lapisan atas suka
menolongnya. Zaalberg bsebenarnya ingin mengekalkan penjajahan. Sedangkan Douwes Dekker
ingin menghapuskan penjajahan itu.
3

Untuk mewujdkan gagasan itu, maka mulai tanggal 15 September sampai dengan 3 oktober
1912, Douwes Dekker mengadakan perjalanan Propaganda, bersama-sama dengan tim nya. Mereka
mengadakan rapat-rapat di Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Surabaya, Semarang, Tegal, Pekalongan
dan Cirebon, kemudian diteruskan ke kota-kota di Jawa Barat. Propaganda Douwes Dekker ini
ternyata mendapat sambutan hangat dari golongan intelektual Indonesia di Pulau Jawa.
Di Surabaya, ia mendapat sokongan dari Dokter Tjipto Mangoen Koesoemo. Di Bandung ia
mendapat sokongan dari R.M. Soewardi Soerjaningrat, ia merupakan "tiga serangkai" yang sangat
ditakuti oleh Belanda. Mereka ialah tokoh-tokoh Indische Partic yang didirikan di Bandung pada
tanggal 25 Desember 1912.

B. Tujuan Indische Partij


Dalam anggaran dasar Indische Partij (Pasal 2) dirumuskan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk membangun patriotism semua bangsa Hindia kepada tanah air yang telah memberi
lapangan hidup kepadanya.
2. Menganjurkan kerjasama atas dasar persamaan ketatanegaraan.
3. Memajukan tanah air Hindia.
4. Mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.
Adapun usaha-usaha untuk mencapai tujuan itu adalah sebagai berikut :

Memelihara Nasionalisme Hindia dengan meresapkan cita-cita kesatuan kebangsaan semua


bangsa

Hindia,

meluaskan

pengetahuan

umum

tentang

sejarah

kebudayaan

Hindia,

menyatupadukan intelek secara bertahap kedalam golongan-golongan bangsa yang masih hidup
bersama dalam keadaan terpisah karena ras dan ras peralihan masing-masing, menghidpkan
kesadaran diri dan kepercayaan terhadap diri sendiri.

Menyingkirkan kesombongan rasial dan keistimewaan ras, baik dalam bidang ke tatanegaraan
maupun dalam bidang kemasyarakatan, melawan usaha untuk membangkitkan kebencian agama
dan sektarisme yang bisa mengakibatkan bangsa Hindia tidak mengenal satu sama lain, dan
memajukan kerjasama nasional.

Memperkuat tenaga bangsa Hindia dengan usaha kemajuan terus menerima dari individu kearah
aktivitas yang lebih besar dalam bidang tehnik dan kearah penguasaan diri serta pola berfikir
dalam bidang kesusilaan.

Penghapsan ketidaksamaan hak kaum Hindia.

Memperkuat daya pertahanan bangsa Hindia untuk mempertahankan tanah air dari serangan
asing, apabila perlu.

Mengusahakan unifikasi, perluasan, pendalaman dan Hindianisasi pengajaran, yang di dalam


semua hal harus ditujukan kepada kepentingan ekonomis Hindia, dimana tidak diperbolehkan
adanya perbedaan perlakuan ras, seks atau kasta dan harus dilaksanakan sampai tingkat setinggitingginya yang bisa di capai.

Memperbesar pengaruh Pro-Hindia ke dalam pemerintahan.

Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Hindia, terutama dengan memperkuat yang lemah
ekonominya.
Semua usaha-usaha lain yang sah dan dapat dipergunakan untuk memcapai tujuan tersebut.

C. Keanggotaan
Keanggotaan Indische Partij terbuka untuk semua golongan bangsa tanpa membedakan
tingkatan kelas, seks atau kasta, golongan bangsa yang menjadi anggota Indische Partij adalah
golongan bumiputera, golongan Indo, Cina dan Arab.
Keanggotaan Indische Partij tersebar pada 30 cabang dengan jumlah anggota seluruhnya 7.300
orang, sebagian besar golongan Indo. Sedangkan jumlah anggota golongan bumiputera adalah 1.500
orang, kebanyakan golongan terpelajar. Indische Partij Cabang antara lain adalah Semarang, dengan
jumlah anggota 1.300 orang, Surabaya dengan jumlah anggota 850 orang, Bandung dengan jumlah
anggota 700 orang, Batavia dengan Jumlah anggota 654 orang.
Jika dibandingkan dengan Budi Utomo dan Sarekat Islam, maka keanggotaan Indische Partij
lebih kecil jumlahnya. Mungkin hal ini disebabkan karena adanya perasaan takut untuk memasuki
suatu perkumpulan politik. Adanya pasal 111 Regerings-Reglement (RR), yang berbunyi "Bahwa
perkumpulan-perkumpulan atau persidangan-persidangan yang membicarakn soal pemerintahan
(politik) atau membahayakan keamanan umum dilarang di Hindia Belanda". Pasal ini merupakan
tembok penghalang yang sukar ditembus oleh Indische Partij dalam mengembangkan jumlah
Anggotanya.

D. Perjuangan Indische Partij untuk memperoleh Badan Hukum


Di dalam rapat pendirian Indische Partij pada tanggal 25 Desember 1912 ditetapkan pula
anggaran dasarnya. Kemudian anggaran dasar itu diberikan kepada pemerintah untuk mendapatkan
5

pengesahan untuk menjadikan Indische Partij berbadan hukum. Sikap Gubernur jendral Idenberg
terhadap Indische Partij berbeda dengan sikapnya kepada Budi Utomo dan Sarekat Islam. Sikapnya
terhadap Budi Utomo dan Sarekat Islam sangat berhati-hati, tetapi sikapnya terhadap Indische Partij
sangat tegas. Gubernur Jendral Idenberk menolak anggaran dasar Indische Partij dengan surat
keputusan tanggal 4 Maret 1913. Alas an penolakan disebutkan "Oleh karena perkumpulan itu
berdasar politik dan mengancam hendak merusak keamanan umum, harus dilarang pendiriannya,
menurut pasal 111 RR".
Di dalam rapat tanggal 5 Maret 1913 pucuk pimpinan Indische Partij memutuskan untuk
mengubah bunyi pasal 2 tentang tujuan Indische Partij. Setelah diubah bunyinya menjadi seperti
berikut :

Memajukan kepentingan anggota di dalam segala lapangan, baik jasmani maupun rohani.

Menambah kesentosaan kehidupan rakyat di Hindia Belanda.

Berdaya upaya menghilangkan segala rintangan dan Undang-undang Negara yang menghalangi
terciptanya tujuan, dan

Minta diadakan undang-undang dan ketentuan-ketentuan yang menunjang tercapainya tujuan.


Pada tanggal 5 Maret 1913 Indische Partij memajukan lagi untuk kedua kalinya anggaran dasar

agar dapat disahkan oleh pemerintah. Dengan surat keputusan tanggal 11 Maret 1913 Gubernur
Jendral menolak anggaran dasar Indische Partij yang baru. Bunyi penolakan itu adalah sebagai
berikut "Menimbang bahwa perubahan yang diadakan pada pasal 2 anggaran dasar itu, sekali-kali
tidak bermaksud merubah dasar dan jiwa organisasi itu yang sebenarnya, sebagai diterangkan di
dalam surat keputusan tanggal 4 Maret 1913 No.1 maka kenyataan itu adalah jelas daripada
keterangan ketua organisasi, atas pertanyaan Cabang Indramayu yang tertulis di dalam notulen
persidangan tanggal 25 Desember 1912 dan dilampirkan di dalam surat permohonan pcuk pimpinan
Indische Partij tanggal 16 Maret 1913. Berhubung dengan itu, pemerintah Hindia Belanda tetap
menguatkan surat keputusan tanggal 4 Maret 1913".
Walaupun kemdian pucuk pimpinan Indische Partij beraudiensi kepada Gubernur Jendral
Idenburg untuk mengulangi permohonan badan hukum itu, tetapi pemerintah Hindia Belanda tetap
pada pendiriannya.
Dengan adanya penolakan itu berarti Indische Partij menjadi parta terlarang dan hanya berusia
6 Bulan. Meskipun usianya pendek tetapi semangat dan jiwa Indische Partij tetap mendapatkan
tempat pada para pemimpin pergerakan saat itu.
6

E. Penangkapan dan Pengasingan


Pemerintah kolonial Belanda ingin merayakan 100 tahun bebasnya negeri Belanda dari jajahan
Perancis pada tahun 1813. Negeri Belanda dikuasai Napoleon Bonaparte kaisar Perancis (1805).
Napoleon Bonaparte menempatkan saudaranya, Louis Napoleon menjadi Raja Belanda. Melalui
perang Koalisi VI (1813-1814) Rusia, Inggris, Australia, Spanyol, Prusia dan Negara-negara Jerman
dapat mengalahkan Napoleon Bonaparte dalam "Pertempuran bangsa-bangsa" di Leipzig tahun 1813.
Dengan runtuhnya kekuasaan Napoleon itu, Belanda menjadi Negara merdeka, sesuai dengan isi
perjanjian Perdamaian Paris I (1814).
Rencana perencanaan 100 tahun kemerdekaan negeri Belanda di tanah jajahan ini menimbulkan
perasaan anti pati dan penghinaan terhadap rakyat jajahan. Untuk mengimbangi niat pemerintah
kolonial Belanda itu, didirikanlah di Bandung sebuah Komite yang dikenal sebagai "Komite Boemi
Poetra". Tujuan Komite itu adalah :
a. Mencabut pasal 111 RR.
b. Membentuk majelis perwakilan rakyat sejati.
c. Adanya kebebasan berpendapat di tanah jajahan.
Salah satu pemimpin Komite Boemi Poetra, R.M. Soewardi Soerjaningrat menulis sebuah
risalah dengan judul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya ak seorang Belanda). Di dalam risalah
itu ia menulis antara lain "Seandainya Aku Seorang Belanda, masih belumlah saya dapat berlaku
sekehendak hati saya. Dengan sesungguhnya saya akan mengharap-harap, semoga peringatan hari
kemerdekaan itu, di pesta seramai-ramainya, tapi saya tidak akan menyukai, jika anak-anak negeri
dari tanah jajahan ini dibawa-bawa larut berpesta. Saya akan melarang mereka turut bergembira dan
bersuka ria di hari-hari keramaian itu, bahkan saya akan meminta dip agar tempar berpesta, agar tidak
ada seorang diantara anak-anak negeri yang dapat terlihat, secara apa kita beriang-riang dalam
memperingati hari kemerdekaan kita itu.
Sejalan dengan aliran itu, bukan daja tidak adil, tapi terlebih lagi tidak patut, jika anak-anak
negeri disuruh menyumbang uang pula untuk turut membelanjai pesta itu. Jika mereka itu telah
diperhatikan dengan laku mengadakan pesta kemerdekaan untuk negeri Belanda, sekarang orang
bermaksud pula hendak mengosongkan kantong uangnya. Sesungguhnya, suatu penghinaan lahir dan
batin"

Tulisan R.M. Soewardi Soerjaningrat ini mendapat reaksi yang hebat dari pemerintah kolonial
Belanda. Terjadilah pemeriksaan-pemeriksaan yang intensif terhadap Tiga Serangkai oleh Kejaksaan.
Dengan menggunakan "Hak Luar Biasa" (Exorbitante rechten) Gubernur Jenderal Idenburg
mengeluarkan surat keputusan tanggal 18 Agustus 1913 untuk mengasingkan ketiga pemimpin
Komite Boemi Poetra itu. Beberapa tempat ditunjuk untuk mereka. Kupang untuk Tjipto
Mangoenkoesoemo, Banda untuk R.M. Soewardi Soerjaningrat, dan Bengkulu untuk Douwes
Dekker. Disamping itu ditetapkan pula dalam surat keputusan tanggal 18 Agustus 1913 bahwa mereka
bebas berangkat keluar Hindia Belanda. Mereka bertiga memilih diasingkan di luar negeri, yaitu ke
negeri Belanda. Mereka berangkat ke Negeri pengasingan tanggal 6 September 1913. Hari
keberangkatannya ini diproklamasikan sebagai "Hari Raya Kebangsaan".
Dengan diasingkannya ketiga pimpinan tersebut, maka secara Organisatoris Indische Partij
tidak berperanan lagi di dalam pergerakan nasional Indonesia. Ternyata, pengasingan Tiga Serangkai
ke negeri Belanda berpengaruh amat kuat pada mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang belajar disana.

BAB III
PENUTUP
8

A. Kesimpulan
Dari pemaparan materi di atas maka penyusun memeberikan kesimpulan sebagai berikut :
1.

Indische Partij adalah organisasi modern ketiga yang berdiri setelah Budi Utomo dan Sarekat
Islam (Baca Tulisan saya sebelumnya). Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang secara
tegas menyatakan berpolitik. Dengan demikian Indische Partij adalah partai politik pertama di
Indonesia

2.

Keistimewaan Indische Partij adalah usianya yang pendek, tetapi anggaran dasarnya dijadikan
program politik pertama di Indonesia. Organisasi ini didirikan oleh Dr. Ernest Francois Eugene
Douwes Dekker (alias Setyabudi) di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 dan merupakan
organisasi campuran Indo dengan bumi putera. Douwes Dekker ingin melanjutkan Indische Bond,
organisasi campuran Asia dan Eropa yang berdiri sejak tahun 1898. Indische Partij, sebagai organisasi
politik semakin bertambah kuat setelah bekerja sama dengan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan
Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketiga tokoh ini kemudian dikenal dengan sebutan
Tiga Serangkai.

3.

Keanggotaan Indische Partij terbuka untuk semua golongan bangsa tanpa membedakan tingkatan
kelas, seks atau kasta, golongan bangsa yang menjadi anggota Indische Partij adalah golongan
bumiputera, golongan Indo, Cina dan Arab.

4.

Rencana perencanaan 100 tahun kemerdekaan negeri Belanda di tanah jajahan ini menimbulkan
perasaan anti pati dan penghinaan terhadap rakyat jajahan. Untuk mengimbangi niat pemerintah
kolonial Belanda itu, didirikanlah di Bandung sebuah Komite yang dikenal sebagai "Komite Boemi
Poetra".

B. Saran
Bangsa Indonesia harus bersyukur atas kemerdekaan Indonesia yang dicapai dari proses yang
panjang dan melelahkan. Oleh karena itu sebagai penerus bangsa hendaknya kita melanjutkan perjuangan
atau cita-cita para pejuang dalam pergerakan nasional demi sebuah kemerdekaan yang sebenarnya.Dan
menjadiakan hari esok sebagai pembuktian lahirnya pemuda-pemuda pergerakan Nasional Indonesia yang
rela berjuang demi bangsa dan Negara. Dan para pemuda di Indonesia harus membuktikan bahwa bangsa
Indonesia dapat bersaing dengan Negara-negara yang lebih maju.

DAFTAR PUSTAKA
9

http://inzpirasikuw.blogspot.com/2011/01/indische-partij-25-desember-1912.html
http://serbasejarah.blogspot.com/2011/05/indische-partij-25-desember-1912.html
http://indahratnavirisya.blogspot.com/2009/02/indische-partij.html

10

Anda mungkin juga menyukai