Guru Pembimbing :
Romlah S.Pd.
Disusun Oleh :
Intan Nurun Azhria (09)
MIPA PROGRAM 4 SEMESTER
B. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas Sejarah Indonesia
2. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya organisasi pada masa pergerakan nasional
contohnya Indische Partij dan Perhimpunan Indonesia
3. Untuk mengetahui tujuan dibentuknya organisasi pada masa pergerakan nasional
contohnya Indische Partij dan Perhimpunan Indonesia
4. Untuk mengetahui anggota dari organisasi pada masa pergerakan nasional contohnya
Indische Partij dan Perhimpunan Indonesia
5. Untuk mengetahui kemunduran dari organisasi pada masa pergerakan nasional contohnya
Indische Partij dan Perhimpunan Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Indische Partij
Indische Partij adalah organisasi modern ketiga yang berdiri setelah Budi Utomo dan
Sarekat Islam. Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang secara tegas menyatakan
berpolitik. Dengan demikian Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia. Indische
Partich ingin menggantikan Indische Bond yang berdiri pada tahun 1899. Indische Bond adalah
organisasi kaum Belanda peranakan (Indo) dengan pimpinan K. Zaalberg, seorang indo. Tujuan
organisasi ini adalah untuk memperbaiki kaum Indo. Pada masa itu kaum Indo menaruh dendam
yang tak ada hingganya kepada bangsa Belanda dan segala sesuatu yang bercorak Belanda. Hal
ini disebabkan kaum Indo seolah-olah menjadi "golongan yang dilupakan" oleh bangsa Belanda.
Douwes Dekker, seorang Indo, berusaha mempengaruhi Indische Bond. Ia insyaf bahwa
segala keluh kesah dan bantahan-bantahan tidak aka nada gunanya. Sumber dari segala
kesukaran itu terletak di dalam ketergantungan, pada pemerintah kolonial. Kam Indo menderita
dan dicampakannya kedalam kubangan kesengsaraan sebagai akibat perbuatannya
Onderneming-onderneming orang Barat yang bercorak penjajahan dan berdasar kepada
perusahaan-perusahaan kolonial.
Pendirian Douwes Dekker ini dipertegas lagi pada sidang Indische Bond di Jakarta
tanggal 12 desember 1911, dengan pokok pidato "Gabungan kulit ptih dengan sawo matang". Ia
berkata, bahwa jumlah kaum Indo sangat sedikit, sehingga ia tak mngkin akan memperoleh
keuntungan, jika ia hendak bertindak seorang diri. Salah sat syarat untuk mendapat kemenangan
di dalam pertentangan dengan penjajah bangsa Belanda itu, ialah menggabungkan diri kepada
bangsa Indonesia. Kita berjuang bersama-sama dengan mereka. Di dalam perjuangan itu,
terutama sekali dikehendaki kerjasama yang rapat.
Secara politik, sikap menerima saja segala sesuatunya dengan senang hati adalah sesuatu
yang salah. Karena ia akan membawa kita kepada hidup diperbawah. Di dalam perjuangan
politik hendaklah kita dengan gigih memegang teguh apa yang telah kita peroleh, sambil
mengulurkan tangan untuk merebut hak kita yang belum dimiliki.
Pendapat Douwes Dekker diatas tidak sependapat dengan pendapat Zaanberg, pemimpin
Indische Bond. Ia menerima ketergantungan pada pemerintah kolonial. Di dalam ketergantungan
itu kehendak kaum indo akan berbahagia, asal saja pemerintah dan orang-orang Eropa lapisan
atas suka menolongnya. Zaalberg bsebenarnya ingin mengekalkan penjajahan. Sedangkan
Douwes Dekker ingin menghapuskan penjajahan itu.
Untuk mewujdkan gagasan itu, maka mulai tanggal 15 September sampai dengan 3
oktober 1912, Douwes Dekker mengadakan perjalanan Propaganda, bersama-sama dengan tim
nya. Mereka mengadakan rapat-rapat di Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Surabaya, Semarang,
Tegal, Pekalongan dan Cirebon, kemudian diteruskan ke kota-kota di Jawa Barat. Propaganda
Douwes Dekker ini ternyata mendapat sambutan hangat dari golongan intelektual Indonesia di
Pulau Jawa.
Di Surabaya, ia mendapat sokongan dari Dokter Tjipto Mangoen Koesoemo. Di Bandung
ia mendapat sokongan dari R.M. Soewardi Soerjaningrat, ia merupakan "tiga serangkai" yang
sangat ditakuti oleh Belanda. Mereka ialah tokoh-tokoh Indische Partic yang didirikan di
Bandung pada tanggal 25 Desember 1912.
Dalam anggaran dasar Indische Partij (Pasal 2) dirumuskan tujuan sebagai berikut :
a. Untuk membangun patriotism semua bangsa Hindia kepada tanah air yang telah
member lapangan hidup kepadanya.
b. Menganjurkan kerjasama atas dasar persamaan ketatanegaraan.
c. Memajukan tanah air Hindia.
d. Mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.
Karena status anggota PI sebagai mahasiswa membawa posisi mereka tanpa ikatan sosial
politik tertentu dan tidak memiliki kepentingan untuk mempertahankan kedudukan, sehingga
mereka tidak khawatir dalam bertindak terang-terangan melawan pemerintah Bealnda Organisasi
ini juga membuat lambang untuk Indonesia diantaranya merah putih sebagai bendera. Semenjak
berakhirnya PD I perasaan anti kolonialis dan imperialis di kalangan pimpinan dan anggota PI
semakin menonjol, apalagi setelah ada seruan dari Presiden AS, Woodrow Wilson mengenai hak
untuk menetukan nasib bangsa sendiri. Tahun 1925 PI semakin tegas memasuki kancah politik,
yang juga didorong juga oleh kebangkitan nasionalisme di Asia-Afrika. Disamping itu,
mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia, yang bertanggung jawab kepada rakyat
Indonesia semata-mata, dan hal yang demikian itu hanya bias dicapai oleh rakyat Indonesia
sendiri tanpa mengharapkan bantuan siapapun dan pada prinsipnya menghindarkan perpecahan
demi tercapainya tujuan. Dengan pemikiran yang demikian tegas, wajarlah apabila PI menjadi
satu ancaman terhadap kredibilitas pemerintah Belanda dalam menjalankan kolonialismenya di
Indonesia.
Bagaimana? Sudah lelah? Tentu belum ya, mari kita lanjutkan. Sekarang marilah kita
membahas pergerakan Nasional antara tahun 1926-1939 dimulai dengan Partai Nasional
Indonesia (PNI). Bermula dari orang Algemenee Studie Club di Bandung tahun 1926, Ir.
Sukarno dkk seperti Mr. Sumaryo, Ali Sastroamijoyo, & Mr. Sartono bermaksud menggalang
perjuangan melalui organisasi yang bertujuan untuk kemerdekaan Indonesia. Dalam Azasnya
PNI berkeyakinan, bahwa syarat yang amat penting untuk perbaikan kembali semua susunan
pergaulan hidup Indonesia itu ialah kemerdekaan nasional.Oleh karena itu, maka semua
kekuatan haruslah ditujukan ke arah kemerdekaan nasional.Dengan kemerdekaan nasional rakyat
akan dapat memperbaiki rumah tangganya dengan tanpa gangguan. PNI ingin sekali melihat
rakyat Indonesia bisa mencapai kemerdekaan politik untuk mencapai pemerintahan nasional,
mencapai hak untuk mengadakan Undang-undang sendiri dan mengadakan aturan-aturan sendiri
dalam mengadakan pemerintahan.
Sesudah PKI dinyatakan sebagai partai terlarang oleh pemerintah Hindia Belanda akibat
pemberontakannya tahun 1926-1927, maka dirasakan perlunya wadah untuk menyalurkan hasrat
dan aspirasi rakyat yang tidak mungkin lagi ditampung oleh organisasi-organisasi politik yang
ada pada waktu itu. Sejalan dengan hal tersebut muncul organisasi kebangsaan dengan corak
politik nasionalis murni yaitu PNI yang didirikan tanggal 4 Juli 1927. Kehadiran PNI benar-
benar jadi tantangan pemerintah Hindia Belanda karena organisasi ini benar-benar menunjukkan
perlawanannya.
Dari azaz maupun tujuannya, terlihat bahwa PNI merupakan organisasi politik yang
ekstrim dan radikal yang tentu saja berlawanan dengan keinginan pemerintah Belanda.Oleh
karena itu berkali-kali tokoh-tokohnya diperingatkan agar tidak melakukan kegiatan, terutama
yang berhubungan dengan massa, seperti rapat-rapat umum. Mengapa rapat umum dilarang,
karena biasanya rapat umum menarik ribuan massa untuk berkumpul.Walaupun demikian,
semangat pantang menyerah tokoh PNI tetap berkobar, bahkan pada tanggal 17-18 Desember
1927, PNI berhasil memelopori terbentuknya organisasi sosial politik se Indonesia dalam bentuk
(PPPKI) ,
Permufakatan perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia. Kegiatan-
kegaitan yang dilakukan oleh tokoh PNI menyebabkan pemerintah Hindia Belanda kehilangan
kesabaran sehingga melakukan penangkapan terhadap tokoh-tokoh PNI, seperti Ir. Soekarno,
Maskun, Supriadinata dan Gatot Mangkupradja. Mereka kemudian diadili dan dimasukkan
penjara suka miskin Bandung.
Organisasi pemuda yang pertama berdiri adalah Trikoro Darmo yang kemudian berubah
nama menjadi Jong Java. Setelah munculnya Jong Java, berdiri organisasi pemuda yang serupa
dengan nama suku atau daerahnya masing- masing, seperti Jong Sumatranen Bod, Jong Celebes,
Jong ambon, dll. Semua organisasi kedaerahan ini punya tujuan yang sama untuk memajukan
Indonesia dan mencapai kemerdekaan. Para pemuda tersebut secara langsung tidak berkiprah
dalam gerakan yang bercorak politik, namun lebih mengarah pada usaha untuk memajukan
kebudayaan daerah masing-masing.
Dalam kongres tercapai suatu kesepakatan adanya satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa
yang merupakan cermin persatuan dan kesatuan yang dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.
Pada waktu Kongres Pemuda II berlangsung, dikibarkan pula bendera merah putih dengan
iringan lagu Indonesia Raya karya W.R. Supratman. Sumpah Pemuda ini merupakan sebuah
momentum yang sangat penting karena sejak saat itu telah timbul suatu perasaan kebangsaan dan
perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan semakin nyata. Untuk lebih jelasnya berikut ini
dicantumkan hasil Kongres Pemuda Indonesia II yang disetujui pada tanggal 28 Oktober 1928.
POETOESAN KONGRES
PEMOEDA-PEMOEDA INDONESIA
Kerapatan pemoeda-pemoeda Indonesia yang berdasarkan dengan nama Jong Java, Jong
Soematera (Pemoeda Soematera), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekun Jong Islamieten, Jong
Batak Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi, dan Perhimpunan Pelajar Indonesia.
Membuka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 di negeri Djakarta. Sesoedahnya
mendengar segala isi-isi pidato-pidato dan pembicaraan ini. Kerapatan lalu mengambil
kepoetusan:
Pertama:
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG
SATOE, TANAH INDONESIA
Kedua:
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE
BANGSA INDONESIA
Ketiga:
Setelah mendengar poetusan ini, kerapatan mengeloearkan keyakinan asas ini wajib dipakai oleh
segala perkoempulan-perkoempulan kebangsaan Indonesia. Mengeloearkan keyakinan
persatoean Indonesia diperkoeat dengan memperhatikan dasar poetusannya:
dan mengeloearkan penghargaan soepaya poetusan ini disiarkan dalam segala soerat kabar dan
dibatjakan dimoeka rapat perkoempulan- perkoempulan. Kongres Pemuda II yang menghasilkan
Sumpah Pemuda tersebut, mendorong organisasi pergerakan nasional yang bersifat politik untuk
kesatuan melawan pemerintah Hindia Belanda. Dengan keyakinan bahwa perjuangan secara
bersama akan lebih mudah untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, maka pada tanggal 17-18
Desember 1927 dibentuklah suatu permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia (PPPKI), yang dipelopori oleh Ir. Sukarno dari PNI. Perhimpunan ini terdiri dari
beberapa organisasi pergerakan nasional seperti PSII, BU, PNI, Pasundan, Jong Sumatranen
Bond, Kaum Betawi dan Kelompok Studi Indonesia.
PPPKI diharapkan mampu mempersatukan dan menjadikan gerakan politik nasional berada
dalam satu koordinasi yang baik. Dalam perkembangan selanjutnya, PPPKI tidak mampu
mewujudkan cita-citanya, hal ini disebabkan adanya pertentangan antara tokoh-tokoh partai yang
tergabung di dalamnya. Tekanan dari pemerintah Hindia Belanda juga menjadi salah satu sebab
semakin menurunnya peran perhimpunan ini dalam pergerakan nasional Indonesia. Upaya untuk
meraih kemerdekaan terus dilakukan, baik melalui perjuangan kooperatif maupun non
kooperatif. Coba Anda pikirkan mengapa hal ini terjadi?
Ya benar, Belanda selalu menutup jalan dan melakukan penekanan terhadap gerakan non
kooperatif sementara terhadap gerakan yang kooperatifpun diwajibkan selalu minta izin apabila
akan mengadakan kegiatan. Hal tersebut membuat kesal para tokoh pergerakan, sehingga melalui
Volksraad (dewan rakyat), partai-partai yang tergabung dalam PPPKI mengeluarkan petisi
tanggal 15 Juli 1936. Petisi yang dikenal sebagai Petisi Sutardjo itu ditanda tangani oleh Sutarjo,
IJ. Kasimo, Sam Ratulangi, Datuk tumenggung dan Kwo Kwat Tiong, berisi usulan kepada
pemerintah Belanda untuk membahas status politik Hindia Belanda 10 tahun mendatang. Coba
Anda pikirkan dan diskusikan apa reaksi Pemerintah Belanda terhadap petisi ini? Benar, sudah
dapat dipastikan bahwa Belanda menolak petisi tersebut. Hal ini tentu membuat para tokoh
pergerakan kecewa. Gagalnya petisi Sutarjo merupakan tantangan bagi para tokoh pergerakan
nasional.
Untuk mengatasi kekecewaan tersebut di atas maka para tokoh pergerakan nasional
mendirikan organisasi baru, yaitu Gabungan Politik Indonesia (GAPI) pada tanggal 21 Mei 1939.
Gapi merupakan gabungan dari Parindra (Partai Indonesia raya), Gerakan Indonesia (Gerindo),
Persatuan Minahasa, Partai Islam Indonesia (PII), Partai Katolik Indonesia, Pasundan dan (PSII)
Partai Serikat Islam Indonesia. Langkah yang ditempuh GAPI adalah mengadakan Kongres
Rakyat Indonesia (KRI).Adapun tujuan dari kongres ini adalah “Indonesia Berparlemen”Anda
tentu tahu maksudnya bukan? Ya, GAPI menuntut agar rakyat Indonesia diberikan hak-hak
dalam urusan pemerintahannya sendiri. Keputusan penting lain setelah “Indonesia berparlemen
adalah penetapan merah putih sebagai bendera Indonesia, lagu Indonesia Raya sebagai lagu
kebangsaan dan penggunaan bahasa Indonesia bagi seluruh rakyat di Hindia Belanda. Lalu
bagaimana reaksi pemerintah Hindia Belanda?
Tuntutan GAPI ditanggapi oleh pemerintah Belanda dengan Komisi Visman. Komisi ini
bertujuan untuk menyelidiki keinginan bangsa Indonesia. Ternyata komisi ini bekerja tidak jujur
dan lebih memihak kepada Belanda. Pemerintah Hindia Belanda” hanya berjanji akan
memberikan status dominion kepada Indonesia dikemudian hari”. Nah, demikianlah peranan
organisasi-organisasi pergerakan nasional Indonesia dalam perjuangan memperoleh
kemerdekaan. Apakah ada hal lain yang turut perperan dalam perjuangan tersebut? Tentu
pergerakan Nasional Indonesia tidak terlepas dari peranan pers dan peranan wanita. Pada tahun
1909, E.F.E Douwes Dekker (Danudirja Setya budi) memberikan sebuah uraian awal tentang
pers di Indonesia, bahwa kedudukan pers berbahasa Melayu lebih penting daripada pers
Belanda.Karena dengan berbahasa Melayu simpati dari kalangan pembaca pribumi lebih besar.
Perkembangan pers bumiputera yang berbahasa melayu menimbulkan pemikiran di kalangan
pemerintah kolonial untuk menerbitkan sendiri suratkabar berbahasa Melayu yang cukup besar
dengan sumber-sumber pemberitaan yang baik. Menurut Douwess Dekker secara kronologis
suratkabar berbahasa Melayu yang tertua adalah Bintang Soerabaja (1861) dengan pokok
pemberitaan mengenai usaha menentang pemerintah dan pengaruhnya terhadap orang-orang
Cina di Jawa Timur. Kemudian berikutnya adalah Pewarta Soerabaja (1902) dengan pembacanya
terbanyak dari masyarakat Cina. Salah satu surat kabar yang terpenting adalah Kabar Perniagaan
(1902), ada pula mingguan oposisi Ho-Po. Pelopor Pers Nasional adalah Medan Prijaji yang
dipimpin oleh R.M.Tirtoadisuryo, terbit tahun 1907 sebagai mingguan, dan sejak 1910 menjadi
surat kabar harian. Sementara surat kabar yang membawa suara pemerintah dalam bahasa
melayu adalah Pancaran Warta (1901) dan Bentara Hindia (1901).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adanya penjajahan di negeri Indonesia membuat dan memberikan perhatian bagi
pahlawan bangsa ini untuk bisa membebaskan bangsa ini dari penjajahan. Salah satu jalan yang
ditempuh dalam penggerak kemerdekaan ini adalah melalui organisasi. Organisasi ini antara lain
Budi Utom, Serikat Islam, Indische Partij dan lainnya.
Pergerakan nasional di Indonesia dapat digolongkan ke dalam empat kategori yaitu,
pertama, pelopor pergerakan yang antara lain adalah budi utomo, serekat islam dan indische
partij. Kedua, Masa Radikal yang antara lain, Perhimpunan Indonesia, Partai Komunis Indonesia,
Partai Nasional Indonesia, dan Partindo, PNI-Baru, Gerindo. Ketiga, Gerakan Akhir Masa
Hindia Belanda yang terdiri dari Fraksi Nasional, Petisi Sutardjo dan Gabungan Politik
Indonesia. Keempat, Gerakan Perempuan dan Pemuda yang terdiri dari gerakan perempuan dan
gerakan pemuda.
B. Kritik dan Saran
Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari banyak kesalahan yang terdapat di
dalamnya. Saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini
dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
http://inzpirasikuw.blogspot.co.id/2011/01/indische-partij-25-desember-1912.html
http://ajiezaenulamry.blogspot.co.id/2015/02/makalah-tentang-pergerakan-nasional.html
http://awalilmu.blogspot.co.id/2015/12/14-organisasi-pergerakan-nasional.html
https://dumadia.wordpress.com/2008/12/23/perhimpunan-indonesia-pi-1925/
http://id-littlestar.blogspot.co.id/2014/11/makalah-indische-partij.html