Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

ORGANISASI PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL

Guru Pembimbing :
Romlah S.Pd.
Disusun Oleh :
Intan Nurun Azhria (09)
MIPA PROGRAM 4 SEMESTER

MADRASAH ALIYAH NEGERI MOJOSARI


TAHUN PELAJARAN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang


Pergerakan nasional lahir dari penderitaan rakyat. Bangsa Indonesia terbelakang disemua
bidang. Mereka miskin, ekonominya dikuasai bangsa asing. Pendidikan indonesiapun tertinggal
sebahagian besar rakyat masih buta huruf. Jumlah sekolah lebih sedikit dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang relatif banyak. Lagi pula tidak semua orang bebas memasuki sekolah.
Rakyat biasa hanya bisa memasuki sekolah rendah pribumi. Murid-murid hanya diajar sekedar
membaca, menulis dan berhitung, setelah tamat mereka hanya diangkat sebagai pegawai rendah
dengan gaji yang kecil atau sedikit.Pendidikan yang memakai sistem barat hanya boleh diikuti
oleh anak pegawai yang bergaji besar atau banyak, anak bangsawan atau anak orang kaya.
Rakyat tidak mempunyai tempat untuk mengadu nasib. Penguasa-penguasa pribumi tidak
berkuasa lagi. Raja-raja dan para Bupati hanya memerintah sesuai kehendak Belanda. Bahkan,
banyak diantaranya dijadikan alat untuk menindas rakyat. Dalam keadaan seperti itu, golongan
pelajar tampil kemuka. Mereka adalah orang-orang Indonesia yang mendapat pendidikan Barat.
Mereka mempelopori dan memimpin pergerakan nasional. Mereka berjuang di berbagai bidang,
ada yang berjuang di bidang politik, ekonomi, maupun di bidang pendidikan. Tujuan perjuangan
itu satu, yaitu mencapai kemerdekaanbangsa dan tanah air.Peristiwa-peristiwa di dalam negeri
berpengaruh pula terhadap Pergerakan Nasional. Peristiwa itu antara lain kemenangan Jepang
dalam perang melawan rusia pada tahun 1905, Jepang bangsa Asia sedangkan Rusia bangsa
Eropa(barat). Kemenangan Jepang itu membuktikan bahwa bangsa Asia bisa mengalahkan
bangsa Eropa. Revolusi cina dan gerakan nsional India dan Filipina, mempengaruhi juga
pergerakan nasional. Revolsi Cina meletus pada tahun 1911. Golongan nasionalis Cina berhasil
mengalahkan Dinasti Manchu yang sudah lama menguasai negeri Cina. Dinasti Manchu bukan
orang cina asli.Di India terjadi gerakan nasional menentang penjajahan Inggris. Pemimipin
terkemuka India adalah Mahatma Gandhi.Di Filipina terjadi pula gerakan nasional menentang
penjajahan Spanyol.

B.  Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas Sejarah Indonesia
2. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya organisasi pada masa pergerakan nasional
contohnya Indische Partij dan Perhimpunan Indonesia
3. Untuk mengetahui tujuan dibentuknya organisasi pada masa pergerakan nasional
contohnya Indische Partij dan Perhimpunan Indonesia
4. Untuk mengetahui anggota dari organisasi pada masa pergerakan nasional contohnya
Indische Partij dan Perhimpunan Indonesia
5. Untuk mengetahui kemunduran dari organisasi pada masa pergerakan nasional contohnya
Indische Partij dan Perhimpunan Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
A. Indische Partij
Indische Partij adalah organisasi modern ketiga yang berdiri setelah Budi Utomo dan
Sarekat Islam. Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang secara tegas menyatakan
berpolitik. Dengan  demikian Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia. Indische
Partich ingin menggantikan Indische Bond yang berdiri pada tahun 1899. Indische Bond adalah
organisasi kaum Belanda peranakan (Indo) dengan pimpinan K. Zaalberg, seorang indo. Tujuan
organisasi ini adalah untuk memperbaiki kaum Indo. Pada masa itu kaum Indo menaruh dendam
yang tak ada hingganya kepada bangsa Belanda dan segala sesuatu yang bercorak Belanda. Hal
ini disebabkan kaum Indo seolah-olah menjadi "golongan yang dilupakan" oleh bangsa Belanda.
Douwes Dekker, seorang Indo, berusaha mempengaruhi Indische Bond. Ia insyaf bahwa
segala keluh kesah dan bantahan-bantahan tidak aka nada gunanya. Sumber dari segala
kesukaran itu terletak di dalam ketergantungan, pada pemerintah kolonial. Kam Indo menderita
dan dicampakannya kedalam kubangan kesengsaraan sebagai akibat perbuatannya
Onderneming-onderneming orang Barat yang bercorak penjajahan dan berdasar kepada
perusahaan-perusahaan kolonial.
Pendirian Douwes Dekker ini dipertegas lagi pada sidang Indische Bond di Jakarta
tanggal 12 desember 1911, dengan pokok pidato "Gabungan kulit ptih dengan sawo matang". Ia
berkata, bahwa jumlah kaum Indo sangat sedikit, sehingga ia tak mngkin akan memperoleh
keuntungan, jika ia hendak bertindak seorang diri. Salah sat syarat untuk mendapat kemenangan
di dalam pertentangan dengan penjajah bangsa Belanda itu, ialah menggabungkan diri kepada
bangsa Indonesia. Kita berjuang bersama-sama dengan mereka. Di dalam perjuangan itu,
terutama sekali dikehendaki kerjasama yang rapat.
Secara politik, sikap menerima saja segala sesuatunya dengan senang hati adalah sesuatu
yang salah. Karena ia akan membawa kita kepada hidup diperbawah. Di dalam perjuangan
politik hendaklah kita dengan gigih memegang teguh apa yang telah kita peroleh, sambil
mengulurkan tangan untuk merebut hak kita yang belum dimiliki.
Pendapat Douwes Dekker diatas tidak sependapat dengan pendapat Zaanberg, pemimpin
Indische Bond. Ia menerima ketergantungan pada pemerintah kolonial. Di dalam ketergantungan
itu kehendak kaum indo akan berbahagia, asal saja pemerintah dan orang-orang Eropa lapisan
atas suka menolongnya. Zaalberg bsebenarnya ingin mengekalkan penjajahan. Sedangkan
Douwes Dekker ingin menghapuskan penjajahan itu.
Untuk mewujdkan gagasan itu, maka mulai tanggal 15 September sampai dengan 3
oktober 1912, Douwes Dekker mengadakan perjalanan Propaganda, bersama-sama dengan tim
nya. Mereka mengadakan rapat-rapat di Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Surabaya, Semarang,
Tegal, Pekalongan dan Cirebon, kemudian diteruskan ke kota-kota di Jawa Barat. Propaganda
Douwes Dekker ini ternyata mendapat sambutan hangat dari golongan intelektual Indonesia di
Pulau Jawa.
Di Surabaya, ia mendapat sokongan dari Dokter Tjipto Mangoen Koesoemo. Di Bandung
ia mendapat sokongan dari R.M. Soewardi Soerjaningrat, ia merupakan "tiga serangkai" yang
sangat ditakuti oleh Belanda. Mereka ialah tokoh-tokoh Indische Partic yang didirikan di
Bandung pada tanggal 25 Desember 1912.
Dalam anggaran dasar Indische Partij (Pasal 2) dirumuskan tujuan sebagai berikut :

a. Untuk membangun patriotism semua bangsa Hindia kepada tanah air yang telah
member lapangan hidup kepadanya.
b. Menganjurkan kerjasama atas dasar persamaan ketatanegaraan.
c. Memajukan tanah air Hindia.
d. Mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.

Adapun usaha-usaha untuk mencapai tujuan itu adalah sebagai berikut :


a. Memelihara Nasionalisme Hindia dengan meresapkan cita-cita kesatuan
kebangsaan semua bangsa Hindia, meluaskan pengetahuan umum tentang sejarah
kebudayaan Hindia, menyatupadukan intelek secara bertahap kedalam golongan-
golongan bangsa yang masih hidup bersama dalam keadaan terpisah karena ras
dan ras peralihan masing-masing, menghidpkan kesadaran diri dan kepercayaan
terhadap diri sendiri.
b. Menyingkirkan kesombongan rasial dan keistimewaan ras, baik dalam bidang ke
tatanegaraan maupun dalam bidang kemasyarakatan, melawan usaha untuk
membangkitkan kebencian agama dan sektarisme yang bisa mengakibatkan
bangsa Hindia tidak mengenal satu sama lain, dan memajukan kerjasama
nasional.
c. Memperkuat tenaga bangsa Hindia dengan usaha kemajuan terus menerima dari
individu kearah aktivitas yang lebih besar dalam bidang tehnik dan kearah
penguasaan diri serta pola berfikir dalam bidang kesusilaan.
d. Penghapsan ketidaksamaan hak kaum Hindia.
e. Memperkuat daya pertahanan bangsa Hindia untuk mempertahankan tanah air
dari serangan asing, apabila perlu.
f. Mengusahakan unifikasi, perluasan, pendalaman dan Hindianisasi pengajaran,
yang di dalam semua hal harus ditujukan kepada kepentingan ekonomis Hindia,
dimana tidak diperbolehkan adanya perbedaan perlakuan ras, seks atau kasta dan
harus dilaksanakan sampai tingkat setinggi-tingginya yang bisa di capai.
g. Memperbesar pengaruh Pro-Hindia ke dalam pemerintahan.
h. Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Hindia, terutama dengan memperkuat
yang lemah ekonominya.
Semua usaha-usaha lain yang sah dan dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan
tersebut.
Keanggotaan Indische Partij terbuka untuk semua golongan bangsa tanpa membedakan
tingkatan kelas, seks atau kasta, golongan bangsa yang menjadi anggota Indische Partij adalah
golongan bumiputera, golongan Indo, Cina dan Arab.
Keanggotaan Indische Partij tersebar pada 30 cabang dengan jumlah anggota seluruhnya
7.300 orang, sebagian besar golongan Indo. Sedangkan jumlah anggota golongan bumiputera
adalah 1.500 orang, kebanyakan golongan terpelajar. Indische Partij Cabang antara lain adalah
Semarang, dengan jumlah anggota 1.300 orang, Surabaya dengan jumlah anggota 850 orang,
Bandung dengan jumlah anggota 700 orang, Batavia dengan Jumlah anggota 654 orang.
Jika dibandingkan dengan Budi Utomo dan Sarekat Islam, maka keanggotaan Indische
Partij lebih kecil jumlahnya. Mungkin hal ini disebabkan karena adanya perasaan takut untuk
memasuki suatu perkumpulan politik. Adanya pasal 111 Regerings-Reglement (RR), yang
berbunyi "Bahwa perkumpulan-perkumpulan atau persidangan-persidangan yang membicarakn
soal pemerintahan (politik) atau membahayakan keamanan umum dilarang di Hindia Belanda".
Pasal ini merupakan tembok penghalang yang sukar ditembus oleh Indische Partij dalam
mengembangkan jumlah Anggotanya.
Perjuangan Indische Partij untuk memperoleh Badan Hukm.
Di dalam rapat pendirian Indische Partij pada tanggal 25 Desember 1912 ditetapkan pula
anggaran dasarnya. Kemdian anggaran dasar itu diberikan kepada pemerintah untuk
mendapatkan pengesahan untuk menjadikan Indische Partij berbadan hukum. Sikap Gubernur
jendral Idenberg terhadap Indische Partij berbeda dengan sikapnya kepada Budi Utomo dan
Sarekat Islam. Sikapnya terhadap Budi Utomo dan Sarekat Islam sangat berhati-hati, tetapi
sikapnya terhadap Indische Partij sangat tegas. Gubernur Jendral Idenberk menolak anggaran
dasar Indische Partij dengan surat keputusan tanggal 4 Maret 1913. Alas an penolakan
disebutkan "Oleh karena perkumpulan itu berdasar politik dan mengancam hendak merusak
keamanan umum, harus dilarang pendiriannya, menurut pasal 111 RR".
Di dalam rapat tanggal 5 Maret 1913 pucuk pimpinan Indische Partij memutuskan untuk
mengubah bunyi pasal 2 tentang tujuan Indische Partij. Setelah diubah bunyinya menjadi seperti
berikut :

a. Memajukan kepentingan anggota di dalam segala lapangan, baik jasmani maupun


rohani.
b. Menambah kesentosaan kehidupan rakyat di Hindia Belanda.
c. Berdaya upaya menghilangkan segala rintangan dan Undang-undang Negara yang
menghalangi terciptanya tujuan, dan
d. Minta diadakan undang-undang dan ketentuan-ketentuan yang menunjang
tercapainya tujuan.
Pada tanggal 5 Maret 1913 Indische Partij memajukan lagi untuk kedua kalinya anggaran
dasar agar dapat disahkan oleh pemerintah. Dengan surat keputusan tanggal 11 Maret 1913
Gubernur Jendral menolak anggaran dasar Indische Partij yang baru. Bunyi penolakan itu adalah
sebagai berikut "Menimbang bahwa perubahan yang diadakan pada pasal 2 anggaran dasar itu,
sekali-kali tidak bermaksud merubah dasar dan jiwa organisasi itu yang sebenarnya, sebagai
diterangkan di dalam surat keputusan tanggal 4 Maret 1913 No.1 maka kenyataan itu adalah jelas
daripada keterangan ketua organisasi, atas pertanyaan Cabang Indramayu yang tertulis di dalam
notulen persidangan tanggal 25 Desember 1912 dan dilampirkan di dalam surat permohonan
pcuk pimpinan Indische Partij tanggal 16 Maret 1913. Berhubung dengan itu, pemerintah Hindia
Belanda tetap menguatkan surat keputusan tanggal 4 Maret 1913".
Walaupun kemdian pucuk pimpinan Indische Partij beraudiensi kepada Gubernur Jendral
Idenburg untuk mengulangi permohonan badan hukum itu, tetapi pemerintah Hindia Belanda
tetap pada pendiriannya.
Dengan adanya penolakan itu berarti Indische Partij menjadi parta terlarang dan hanya
berusia 6 Bulan. Meskipun usianya pendek tetapi semangat dan jiwa Indische Partij tetap
mendapatkan tempat pada para pemimpin pergerakan saat itu.

Penangkapan dan Pengasingan


Pemerintah kolonial Belanda ingin merayakan 100 tahun bebasnya negeri Belanda dari
jajahan Perancis pada tahun 1813. Negeri Belanda dikuasai Napoleon Bonaparte kaisar Perancis
(1805). Napoleon Bonaparte menempatkan saudaranya, Louis Napoleon menjadi Raja Belanda.
Melalui perang Koalisi VI (1813-1814) Rusia, Inggris, Australia, Spanyol, Prusia dan Negara-
negara Jerman dapat mengalahkan Napoleon Bonaparte dalam "Pertempuran bangsa-bangsa" di
Leipzig tahun 1813. Dengan runtuhnya kekuasaan Napoleon itu, Belanda menjadi Negara
merdeka, sesuai dengan isi perjanjian Perdamaian Paris I (1814).
Rencana perencanaan 100 tahun kemerdekaan negeri Belanda di tanah jajahan ini
menimbulkan perasaan anti pati dan penghinaan terhadap rakyat jajahan. Untuk mengimbangi
niat pemerintah kolonial Belanda itu, didirikanlah di Bandung sebuah Komite yang dikenal
sebagai "Komite Boemi Poetra". Tujuan Komite itu adalah :
a.       Mencabut pasal 111 RR.
b.      Membentuk majelis perwakilan rakyat sejati.
c.       Adanya kebebasan berpendapat di tanah jajahan.
Salah satu pemimpin Komite Boemi Poetra, R.M. Soewardi Soerjaningrat menulis
sebuah risalah dengan judul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya ak seorang Belanda). Di
dalam risalah itu ia menulis antara lain "…Seandainya Aku Seorang Belanda, masih belumlah
saya dapat berlaku sekehendak hati saya. Dengan sesungguhnya saya akan mengharap-harap,
semoga peringatan hari kemerdekaan itu, di pesta seramai-ramainya, tapi saya tidak akan
menyukai, jika anak-anak negeri dari tanah jajahan ini dibawa-bawa larut berpesta. Saya akan
melarang mereka turut bergembira dan bersuka ria di hari-hari keramaian itu, bahkan saya akan
meminta dip agar tempar berpesta, agar tidak ada seorang diantara anak-anak negeri yang dapat
terlihat, secara apa kita beriang-riang dalam memperingati hari kemerdekaan kita itu.
Sejalan dengan aliran itu, bukan daja tidak adil, tapi terlebih lagi tidak patut, jika anak-
anak negeri disuruh menyumbang uang pula untuk turut membelanjai pesta itu. Jika mereka itu
telah diperhatikan dengan laku mengadakan pesta kemerdekaan untuk negeri Belanda, sekarang
orang bermaksud pula hendak mengosongkan kantong uangnya. Sesungguhnya, suatu
penghinaan lahir dan batin"
Tulisan R.M. Soewardi Soerjaningrat ini mendapat reaksi yang hebat dari pemerintah
kolonial Belanda. Terjadilah pemeriksaan-pemeriksaan yang intensif terhadap Tiga Serangkai
oleh Kejaksaan. Dengan menggunakan "Hak Luar Biasa" (Exorbitante rechten) Gubernur
Jenderal Idenburg mengeluarkan surat keputusan tanggal 18 Agustus 1913 untuk mengasingkan
ketiga pemimpin Komite Boemi Poetra itu. Beberapa tempat ditunjuk untuk mereka. Kupang
untuk Tjipto Mangoenkoesoemo, Banda untuk R.M. Soewardi Soerjaningrat, dan Bengkulu
untuk Douwes Dekker. Disamping itu ditetapkan pula dalam surat keputusan tanggal 18 Agustus
1913 bahwa mereka bebas berangkat keluar Hindia Belanda. Mereka bertiga memilih diasingkan
di luar negeri, yaitu ke negeri Belanda. Mereka berangkat ke Negeri pengasingan tanggal 6
September 1913. Hari keberangkatannya ini diproklamasikan sebagai "Hari Raya Kebangsaan".
Dengan diasingkannya ketiga pimpinan tersebut, maka secara Organisatoris Indische
Partij tidak berperanan lagi di dalam pergerakan nasional Indonesia. Ternyata, pengasingan Tiga
Serangkai ke negeri Belanda berpengaruh amat kuat pada mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang
belajar disana.
B. Perhimpunan Indonesia
Berdirinya PI berawal dari didirikannya Indosche Vereniging tahun 1908 di Belanda,
iorganisasi ini bersifat moderat (selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang
ekstrem) sebagai perkumpulan sosial mahasiswa Indonesia di Belanda untuk memperbincangkan
masalah dan persoalan tanah air. Pada awalnya Perhimpunan Indonesia merupakan organisasi
sosial.Memasuki tahun 1913, dengan dibuangnya tokoh Indische Partij ke Belanda maka
dibuatlah pokok pemikiran pergerakan yaitu Hindia untuk Hindia yang menjadi nafas baru.
Perkumpulan mahasiswa Indonesia. Iwa Kusumasumantri sebagai ketua menyatakan 3 azaz
pokok Indische Vereeniging yaitu:
1. Indonesia menentukan nasibnya sendiri
2. Kemampuan dan kekuatan sendiri
3. Persatuan dalam menghadapi Belanda
Tahun 1925 Indische Vereeniging berubah menjadi Perhimpunan Indonesia dengan
tujuannya Indonesia merdeka. Banyak kegiatan yang dilakukan oleh aktivis PI Belanda maupun
di luar negeri, diantaranya ikut serta dalam kongres Liaga Demikrasi Perdamaian Internasional
tahun 1926 di Paris, dalam kongres itu Mohammad Hatta dengan tegas menyatakan tuntutan
akan kemerdekaan Indonesia. demikian pula pendapat-pendapat mereka banyak disampaikan ke
tanah air. Aksi-aksi yang dilakukan menyebabkan Hatta dkk. dituduh melakukan pemberontakan
terhadap Belanda. Karena dituduh menghasut untuk pemberontakan terhjadap Bealnada maka
tahun 1927 tokoh-tokoh PI diantaranya M. Hatta, Nasir Pamuncak, Abdul Majid Djojonegoro
dan Ali Sastroamijoyo ditangkap dan diadili. Tindakan-tindakan PI dapat dikatakan radikal.
Radikal adalah suatu paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaruan secara
keras.
Tokoh-tokoh perhimpunan Indonesia Guanawan Mangunkusumo, Moh. Hatta, Iwa
Kusumasumantri, Sastro Mulyono, dan Sartono.

Karena status anggota PI sebagai mahasiswa membawa posisi mereka tanpa ikatan sosial
politik tertentu dan tidak memiliki kepentingan untuk mempertahankan kedudukan, sehingga
mereka tidak khawatir dalam bertindak terang-terangan melawan pemerintah Bealnda Organisasi
ini juga membuat lambang untuk Indonesia diantaranya merah putih sebagai bendera. Semenjak
berakhirnya PD I perasaan anti kolonialis dan imperialis di kalangan pimpinan dan anggota PI
semakin menonjol, apalagi setelah ada seruan dari Presiden AS, Woodrow Wilson mengenai hak
untuk menetukan nasib bangsa sendiri. Tahun 1925 PI semakin tegas memasuki kancah politik,
yang juga didorong juga oleh kebangkitan nasionalisme di Asia-Afrika. Disamping itu,
mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia, yang bertanggung jawab kepada rakyat
Indonesia semata-mata, dan hal yang demikian itu hanya bias dicapai oleh rakyat Indonesia
sendiri tanpa mengharapkan bantuan siapapun dan pada prinsipnya menghindarkan perpecahan
demi tercapainya tujuan. Dengan pemikiran yang demikian tegas, wajarlah apabila PI menjadi
satu ancaman terhadap kredibilitas pemerintah Belanda dalam menjalankan kolonialismenya di
Indonesia.
Bagaimana? Sudah lelah? Tentu belum ya, mari kita lanjutkan. Sekarang marilah kita
membahas pergerakan Nasional antara tahun 1926-1939 dimulai dengan Partai Nasional
Indonesia (PNI). Bermula dari orang Algemenee Studie Club di Bandung tahun 1926, Ir.
Sukarno dkk seperti Mr. Sumaryo, Ali Sastroamijoyo, & Mr. Sartono bermaksud menggalang
perjuangan melalui organisasi yang bertujuan untuk kemerdekaan Indonesia. Dalam Azasnya
PNI berkeyakinan, bahwa syarat yang amat penting untuk perbaikan kembali semua susunan
pergaulan hidup Indonesia itu ialah kemerdekaan nasional.Oleh karena itu, maka semua
kekuatan haruslah ditujukan ke arah kemerdekaan nasional.Dengan kemerdekaan nasional rakyat
akan dapat memperbaiki rumah tangganya dengan tanpa gangguan. PNI ingin sekali melihat
rakyat Indonesia bisa mencapai kemerdekaan politik untuk mencapai pemerintahan nasional,
mencapai hak untuk mengadakan Undang-undang sendiri dan mengadakan aturan-aturan sendiri
dalam mengadakan pemerintahan.
Sesudah PKI dinyatakan sebagai partai terlarang oleh pemerintah Hindia Belanda akibat
pemberontakannya tahun 1926-1927, maka dirasakan perlunya wadah untuk menyalurkan hasrat
dan aspirasi rakyat yang tidak mungkin lagi ditampung oleh organisasi-organisasi politik yang
ada pada waktu itu. Sejalan dengan hal tersebut muncul organisasi kebangsaan dengan corak
politik nasionalis murni yaitu PNI yang didirikan tanggal 4 Juli 1927. Kehadiran PNI benar-
benar jadi tantangan pemerintah Hindia Belanda karena organisasi ini benar-benar menunjukkan
perlawanannya.
Dari azaz maupun tujuannya, terlihat bahwa PNI merupakan organisasi politik yang
ekstrim dan radikal yang tentu saja berlawanan dengan keinginan pemerintah Belanda.Oleh
karena itu berkali-kali tokoh-tokohnya diperingatkan agar tidak melakukan kegiatan, terutama
yang berhubungan dengan massa, seperti rapat-rapat umum. Mengapa rapat umum dilarang,
karena biasanya rapat umum menarik ribuan massa untuk berkumpul.Walaupun demikian,
semangat pantang menyerah tokoh PNI tetap berkobar, bahkan pada tanggal 17-18 Desember
1927, PNI berhasil memelopori terbentuknya organisasi sosial politik se Indonesia dalam bentuk
(PPPKI) ,
Permufakatan perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia. Kegiatan-
kegaitan yang dilakukan oleh tokoh PNI menyebabkan pemerintah Hindia Belanda kehilangan
kesabaran sehingga melakukan penangkapan terhadap tokoh-tokoh PNI, seperti Ir. Soekarno,
Maskun, Supriadinata dan Gatot Mangkupradja. Mereka kemudian diadili dan dimasukkan
penjara suka miskin Bandung.
Organisasi pemuda yang pertama berdiri adalah Trikoro Darmo yang kemudian berubah
nama menjadi Jong Java. Setelah munculnya Jong Java, berdiri organisasi pemuda yang serupa
dengan nama suku atau daerahnya masing- masing, seperti Jong Sumatranen Bod, Jong Celebes,
Jong ambon, dll. Semua organisasi kedaerahan ini punya tujuan yang sama untuk memajukan
Indonesia dan mencapai kemerdekaan. Para pemuda tersebut secara langsung tidak berkiprah
dalam gerakan yang bercorak politik, namun lebih mengarah pada usaha untuk memajukan
kebudayaan daerah masing-masing.

Dalam kongres tercapai suatu kesepakatan adanya satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa
yang merupakan cermin persatuan dan kesatuan yang dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.
Pada waktu Kongres Pemuda II berlangsung, dikibarkan pula bendera merah putih dengan
iringan lagu Indonesia Raya karya W.R. Supratman. Sumpah Pemuda ini merupakan sebuah
momentum yang sangat penting karena sejak saat itu telah timbul suatu perasaan kebangsaan dan
perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan semakin nyata. Untuk lebih jelasnya berikut ini
dicantumkan hasil Kongres Pemuda Indonesia II yang disetujui pada tanggal 28 Oktober 1928.

POETOESAN KONGRES
PEMOEDA-PEMOEDA INDONESIA

Kerapatan pemoeda-pemoeda Indonesia yang berdasarkan dengan nama Jong Java, Jong
Soematera (Pemoeda Soematera), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekun Jong Islamieten, Jong
Batak Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi, dan Perhimpunan Pelajar Indonesia.
Membuka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 di negeri Djakarta. Sesoedahnya
mendengar segala isi-isi pidato-pidato dan pembicaraan ini. Kerapatan lalu mengambil
kepoetusan:

Pertama:
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG
SATOE, TANAH INDONESIA
Kedua:
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE
BANGSA INDONESIA
Ketiga:

KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENJUNJUNG BAHASA PERSATUAN


BAHASA INDONESIA

Setelah mendengar poetusan ini, kerapatan mengeloearkan keyakinan asas ini wajib dipakai oleh
segala perkoempulan-perkoempulan kebangsaan Indonesia. Mengeloearkan keyakinan
persatoean Indonesia diperkoeat dengan memperhatikan dasar poetusannya:

KEMAJOEAN SEJARAH BAHASA HOEKUM ADAT


PENDIDIKAN DAN KEPANDOEAN

dan mengeloearkan penghargaan soepaya poetusan ini disiarkan dalam segala soerat kabar dan
dibatjakan dimoeka rapat perkoempulan- perkoempulan. Kongres Pemuda II yang menghasilkan
Sumpah Pemuda tersebut, mendorong organisasi pergerakan nasional yang bersifat politik untuk
kesatuan melawan pemerintah Hindia Belanda. Dengan keyakinan bahwa perjuangan secara
bersama akan lebih mudah untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, maka pada tanggal 17-18
Desember 1927 dibentuklah suatu permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia (PPPKI), yang dipelopori oleh Ir. Sukarno dari PNI. Perhimpunan ini terdiri dari
beberapa organisasi pergerakan nasional seperti PSII, BU, PNI, Pasundan, Jong Sumatranen
Bond, Kaum Betawi dan Kelompok Studi Indonesia.
PPPKI diharapkan mampu mempersatukan dan menjadikan gerakan politik nasional berada
dalam satu koordinasi yang baik. Dalam perkembangan selanjutnya, PPPKI tidak mampu
mewujudkan cita-citanya, hal ini disebabkan adanya pertentangan antara tokoh-tokoh partai yang
tergabung di dalamnya. Tekanan dari pemerintah Hindia Belanda juga menjadi salah satu sebab
semakin menurunnya peran perhimpunan ini dalam pergerakan nasional Indonesia. Upaya untuk
meraih kemerdekaan terus dilakukan, baik melalui perjuangan kooperatif maupun non
kooperatif. Coba Anda pikirkan mengapa hal ini terjadi?
Ya benar, Belanda selalu menutup jalan dan melakukan penekanan terhadap gerakan non
kooperatif sementara terhadap gerakan yang kooperatifpun diwajibkan selalu minta izin apabila
akan mengadakan kegiatan. Hal tersebut membuat kesal para tokoh pergerakan, sehingga melalui
Volksraad (dewan rakyat), partai-partai yang tergabung dalam PPPKI mengeluarkan petisi
tanggal 15 Juli 1936. Petisi yang dikenal sebagai Petisi Sutardjo itu ditanda tangani oleh Sutarjo,
IJ. Kasimo, Sam Ratulangi, Datuk tumenggung dan Kwo Kwat Tiong, berisi usulan kepada
pemerintah Belanda untuk membahas status politik Hindia Belanda 10 tahun mendatang. Coba
Anda pikirkan dan diskusikan apa reaksi Pemerintah Belanda terhadap petisi ini? Benar, sudah
dapat dipastikan bahwa Belanda menolak petisi tersebut. Hal ini tentu membuat para tokoh
pergerakan kecewa. Gagalnya petisi Sutarjo merupakan tantangan bagi para tokoh pergerakan
nasional.
Untuk mengatasi kekecewaan tersebut di atas maka para tokoh pergerakan nasional
mendirikan organisasi baru, yaitu Gabungan Politik Indonesia (GAPI) pada tanggal 21 Mei 1939.
Gapi merupakan gabungan dari Parindra (Partai Indonesia raya), Gerakan Indonesia (Gerindo),
Persatuan Minahasa, Partai Islam Indonesia (PII), Partai Katolik Indonesia, Pasundan dan (PSII)
Partai Serikat Islam Indonesia. Langkah yang ditempuh GAPI adalah mengadakan Kongres
Rakyat Indonesia (KRI).Adapun tujuan dari kongres ini adalah “Indonesia Berparlemen”Anda
tentu tahu maksudnya bukan? Ya, GAPI menuntut agar rakyat Indonesia diberikan hak-hak
dalam urusan pemerintahannya sendiri. Keputusan penting lain setelah “Indonesia berparlemen
adalah penetapan merah putih sebagai bendera Indonesia, lagu Indonesia Raya sebagai lagu
kebangsaan dan penggunaan bahasa Indonesia bagi seluruh rakyat di Hindia Belanda. Lalu
bagaimana reaksi pemerintah Hindia Belanda?
Tuntutan GAPI ditanggapi oleh pemerintah Belanda dengan Komisi Visman. Komisi ini
bertujuan untuk menyelidiki keinginan bangsa Indonesia. Ternyata komisi ini bekerja tidak jujur
dan lebih memihak kepada Belanda. Pemerintah Hindia Belanda” hanya berjanji akan
memberikan status dominion kepada Indonesia dikemudian hari”. Nah, demikianlah peranan
organisasi-organisasi pergerakan nasional Indonesia dalam perjuangan memperoleh
kemerdekaan. Apakah ada hal lain yang turut perperan dalam perjuangan tersebut? Tentu
pergerakan Nasional Indonesia tidak terlepas dari peranan pers dan peranan wanita. Pada tahun
1909, E.F.E Douwes Dekker (Danudirja Setya budi) memberikan sebuah uraian awal tentang
pers di Indonesia, bahwa kedudukan pers berbahasa Melayu lebih penting daripada pers
Belanda.Karena dengan berbahasa Melayu simpati dari kalangan pembaca pribumi lebih besar.
Perkembangan pers bumiputera yang berbahasa melayu menimbulkan pemikiran di kalangan
pemerintah kolonial untuk menerbitkan sendiri suratkabar berbahasa Melayu yang cukup besar
dengan sumber-sumber pemberitaan yang baik. Menurut Douwess Dekker secara kronologis
suratkabar berbahasa Melayu yang tertua adalah Bintang Soerabaja (1861) dengan pokok
pemberitaan mengenai usaha menentang pemerintah dan pengaruhnya terhadap orang-orang
Cina di Jawa Timur. Kemudian berikutnya adalah Pewarta Soerabaja (1902) dengan pembacanya
terbanyak dari masyarakat Cina. Salah satu surat kabar yang terpenting adalah Kabar Perniagaan
(1902), ada pula mingguan oposisi Ho-Po. Pelopor Pers Nasional adalah Medan Prijaji yang
dipimpin oleh R.M.Tirtoadisuryo, terbit tahun 1907 sebagai mingguan, dan sejak 1910 menjadi
surat kabar harian. Sementara surat kabar yang membawa suara pemerintah dalam bahasa
melayu adalah Pancaran Warta (1901) dan Bentara Hindia (1901).

Peranan Pers dalam usaha membantu menumbuhkembangkan kesadaran nasional cukup


besar artinya bagi langkah perjuangan rakyat Indonesia menuju kemerdekaan.Ada keterkaitan
yang erat antara pers nasional dengan pergerakan- pergerakan kebangsaan sebagai penerus ide-
ide nasionalisme. Sejalan dengan pergerakan pemuda dalam pergerakan nasional, timbul pula
pergerakan yang dipelopori oleh kaum wanita. Pelopor gerakan kaum wanita adalah RA Kartini
yang menyerukan agar wanita Indonesia diberi pendidikan karena wanita juga memikul tugas
suci.Pendidikan untuk wanita Indonesia adalah untuk mengangkat derajat sosialnya karena
selama ini wanita dianggap rendah oleh bangsa Indonesia. Setelah sebagian wanita Indonesia
mendapatkan pendidikan barat dan bergaul dengan tokoh-tokoh emansipasi Barat
bermunculanlah perkumpulan atau organisasi wanita, diantaranya Putri Mardika, kemudian
sekolah Kautamaan Istri yang didirikan oleh Raden Dewi Sartika di Bandung pada tahun
1904.Selanjutnya pada tahun 1920 muncul perkumpulan wanita yang bergerak di bidang social
dan kemasyarakatan, seperti De Gorontalo Mohammedaanshe Vrowen Vereeniging di Minahasa
dan wanito Utomo di Yogyakarta. Dalam perkembangan selanjutnya, wanita mulai mendirikan
perkumpulan sendiri untuk memperjuangkan cita-citanya. Organisasi yang terkenal antara lain
Perserikatan Perempuan Indonesia, Istri Sedar, dan Istri Indonesia. Organisasi- organisasi ini
kemudian mengadakan kongres perempuan Indonesia yang menanamkan semangat kebangsaan.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Adanya penjajahan di negeri Indonesia membuat dan memberikan perhatian bagi
pahlawan bangsa ini untuk bisa membebaskan bangsa ini dari penjajahan. Salah satu jalan yang
ditempuh dalam penggerak kemerdekaan ini adalah melalui organisasi. Organisasi ini antara lain
Budi Utom, Serikat Islam, Indische Partij dan lainnya.
            Pergerakan nasional di Indonesia dapat digolongkan ke dalam empat kategori yaitu,
pertama, pelopor pergerakan yang antara lain adalah budi utomo, serekat islam dan indische
partij. Kedua, Masa Radikal yang antara lain, Perhimpunan Indonesia, Partai Komunis Indonesia,
Partai Nasional Indonesia, dan Partindo, PNI-Baru, Gerindo. Ketiga, Gerakan Akhir Masa
Hindia Belanda yang terdiri dari Fraksi Nasional, Petisi Sutardjo dan Gabungan Politik
Indonesia. Keempat, Gerakan Perempuan dan Pemuda yang terdiri dari gerakan perempuan dan
gerakan pemuda.
B.       Kritik dan Saran
Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari banyak kesalahan yang terdapat di
dalamnya. Saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini
dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

http://inzpirasikuw.blogspot.co.id/2011/01/indische-partij-25-desember-1912.html
http://ajiezaenulamry.blogspot.co.id/2015/02/makalah-tentang-pergerakan-nasional.html
http://awalilmu.blogspot.co.id/2015/12/14-organisasi-pergerakan-nasional.html
https://dumadia.wordpress.com/2008/12/23/perhimpunan-indonesia-pi-1925/
http://id-littlestar.blogspot.co.id/2014/11/makalah-indische-partij.html

Anda mungkin juga menyukai