Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEMANGAT KEBANGKITAN NASIONAL TAHUN 1908

DI SUSUN OLEH :

SALSABILA LUTHFIA

VIII E

GURU PEMBIMBING : TRIYA GUSVIANTI, S.PD

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Berdirinya organisasi-organisasi politik di Indonesia masa itu kebanyakan dilator


nelakangi oleh rasa nasionalisme. Rasa untuk sama- sama lepas dari belenggu penjajah.
Sarekat islam contohnya, yang awalnya merupakan sarekat dagang Berdirinya organisasi
ini di latar belakangi dengan persoalan ekonomi, khususnya persaingan yang meningkat
antara pengusaha batik Pribumi dan orang-orang Cina. Begitu juga dengan Indische Partij
yang didirikan oleh tiga serangkai yang prihatin menyaksikan kekejaman penjajah
terhadap pribumi, yang nantinya menjadi partai politik pertama di Indonesia. Begitu juga
aliran marxis yang membawa pengaruh komunisme ke Indonesia yang nantinya
melahirkan Partai Komunis Indonesia. Ketiga organisasi besar inilah yang akan kita
bahas dalam makalah ini.

2. Rumusan Masalah

A. Bagaimana sejarah dan perkembangan Sarekat islam ?

B. Bagaimana sejarah dan perkembangan indische partij ?

C. Bagaimana rekam jejak Dr.Soetomo ?

3. Tujuan penulisan

A. Menjelaskan bagaimana sejarah dan perkembangan Sarekat islam

B. Menjelaskan bagaimana sejarah dan perkembangan indische partij

C. Menjelaskan rekam jejak Dr.soetomo

2
BAB II

SAREKAT ISLAM, INDISCHE PARTIJ, ISDV/PKI

1. Sarekat Islam
a. Latar Belakang berdirinya SI

Tiga tahun setelah berdirinya Budi Utomo pada tahun 1911, Sarekat Islam juga
didirikan di daerah solo. Sarekat Islam mula-mula awalnya adalah Sarekat Dagang
Islam (SDI) yang didirikan oleh KH. Samanhudi pada tahun 1905. Berdirinya
organisasi ini di latar belakangi dengan persoalan ekonomi, khususnya persaingan
yang meningkat antara pengusaha batik Pribumi dan orang-orang Cina. Organisasi
ini tidak hanya membangkitkan perasaan anti Cina tetapi juga anti Kolonial dan para
pegawainya yang telah banyak membuat kesulitan bagi rakyat Pribumi. Di samping
itu dirasakan pula tekanan oleh masyarakat Indonesia di Solo ketika itu dari kalangan
bangsawan mereka sendiri. Sarekat Dagang Islam dimaksudkan menjadi benteng
bagi orang-orang Indonesia yang umumnya terdiri dari pedagang-pedagang batik di
Solo terhadap orang-orang Cina dan para bangsawan tadi.

Tujuan utama SI pada awal berdirinya adalah menghidupkan kegiatan ekonomi


pedagang Islam Jawa. Keadaan hubungan yang tidak harmonis antara Jawa dan Cina
mendorong pedagang-pedagang Jawa untuk bersatu menghadapi pedagang-pedagang
Cina. Di samping itu agama Islam merupakan faktor pengikat dan penyatu kekuatan
pedagang-pedagang Islam.

b. Perkembangan SI

Pada kongres Sarekat Islam di Yogayakarta pada tahun 1914, HOS


Tjokroaminoto terpilih sebagai Ketua Sarekat Islam. Ia berusaha tetap
mempertahankan keutuhan dengan mengatakan bahwa kecenderungan untuk
memisahkan diri dari Central Sarekat Islam harus dikutuk dan persatuan harus dijaga
karena Islam sebagai unsur penyatu. Namun sebelum Kongres Sarekat Islam Kedua
3
tahun 1917 yang diadakan di Jakarta muncul aliran revolusionaer sosialistis yang
dipimpin oleh Semaun. Pada saat itu ia menduduki jabatan ketua pada SI lokal
Semarang. Walaupun demikian, kongres tetap memutuskan bahwa tujuan perjuangan
Sarekat Islam adalah membentuk pemerintah sendiri dan perjuangan melawan
penjajah dari kapitalisme yang jahat. Dalam Kongres itu diputuskan pula tentang
keikutsertaan partai dalam Voklsraad. HOS Tjokroaminoto (anggota yang diangkat)
dan Abdul Muis (anggota yang dipilih) mewakili Sarekat Islam dalam Dewan Rakyat
(Volksraad).

Dengan terjadinya penyerahan kepemimpinan dari H. Samanhudi kepada HOS.


Tjokroaminoto pada bulan Mei 1912 kemudian, SDI berubah menjadi Sarekat Islam
(SI) dan juga sifat organisasi serta memperluas ruang geraknya. Di tangan HOS.
Tjokroaminoto SI adalah kumpulan umat Islam yang hendak menegakkan Islam
sebagai agama dan mengilmui Islam. Maka, para anggotanya pun tak melulu para
pedagang, tapi dari semua unsur masyarakat. Tokoh lain yang ikut memprakarsai
berubahnya nama organisasi ini selain HOS. Tjokroaminoto diantaranya: Abdul
Muis, H. Agus Salim dan lain-lain. SI ini merupakan organisasi tindak lanjut dari SDI
dan organisasi ini pulalah yang akan memperluas horizon gerak dan menjadi partai
politik.

Periode yang terjadi pada tahun 1921 M sampai 1927 M merupakan periode
konsolidasi bagi organisasi ini atau perumusan prinsip-prinsip. Dimana organisasi ini
mengalami perubahan dalam Keterangan Asas, karena kekecewaan terhadap pihak
Belanda, prinsip yang dikemukakan dalam Keterangan Asas itu mencerminkan
kecenderungan yang bersifat bermusuhan dengan negeri Belanda. Kepercayaan
terhadap pemerintah dan kesediaan bekerjasama dengan pemerintah pun lenyap sama
sekali.

Pada tahun 1927 M sampai 1942 M ini merupakan masa transisi untuk
mendirikan Partai Sarekat Islam. Masa ini SI menjadi beberapa partai kecil, seperti
Penyadar dan Komite Kebenaran PSII.

4
2. Indische partij
a. Latar belakang berdiri
Indische Partij berdiri di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912. Organisasi ini
juga dimaksudkan sebagai pengganti organisasi Indische Bond, sebagai organisasi
kaum Indo dan Eropa di Indonesia yang didirikan pada tahun 1898. Organisasi
Indische Partij didirikan oleh Tiga Serangkai yang terdiri atas Suwardi Suryaningrat
Ki Hajar Dewantara,dr.Cipto Mangunkusumo dan dr.EFE Douwes Dekker/Danur
Dirjo Setiabudi,pada tahun 1912.Anggota Indische Partij terbuka bagi seluruh lapisan
rakyat yang mendiami Indonesia.Walaupun salah satu anggota Indische Partij
merupakan keturunan Belanda (Douwes Dekker),tetapi organisasi ini tidak mengenal
supremasi golongan indo atas golongan pribumi bahkan terjadi peleburan antara
golongan indo di Indonesia.Tujuan Indische Partij ialah membangun lapangan hidup
dan menganjurkan kerjasama atas dasar persamaan ketatanegaraan guna memajukan
tanah air Hindia Belanda untuk mempersiapkan kehidupan rakyat yang
merdeka.Indische Partij didirikan atas dasar nasionalisme yang luas,dan merupakan
partai politik yang pertama.Konsep kebangsaan dalam tubuh Indische Partij
disebarluaskan oleh Douwes Dekker karena ia berpendapat bahwa rakyat Belanda
harus dibebaskan dari belenggu penjajahan.
Suwardi Suryaningrat melalui tulisan-tulisannya di dalam Het Tijdschrift dan De
Express melakukan propaganda berisi penyadaran bagi golongan Indo dan penduduk
bumiputra. Tulisan tersebut menyebutkan bahwa masa depan mereka terancam oleh
bahaya yang sama, yaitu eksploitasi kolonial.
Untuk persiapan pendirian Indische Partij, Douwes Dekker melakukan perjalanan
propaganda di Pulau Jawa mulai tanggal 15 September hingga tanggal 3 Oktober
1912. Dalam perjalanannya, beliau bertemu dengan Dr. Cipto Mangunkusumo.
Ketika berada di Bandung, beliau mendapat dukungan dari Suwardi Suryaningrat dan
Abdul Muis yang pada waktu itu telah menjadi pemimpin-pemimpin Sarekat Islam
cabang Bandung. Di Yogyakarta, beliau mendapat sambutan dari pengurus Boedi
Oetomo. Redaktur-redaktur surat kabar Jawa Tengah di Semarang dan Tjahaya
Timoer di Malang juga mendukung berdirinya Indische Partij. Bukti nyata dari

5
banyaknya dukungan itu adalah dengan didirikannya 30 cabang Indische Partij
dengan anggota sebanyak 7300 orang. Kebanyakan dari anggota itu merupakan orang
Indo-Belanda, sedangkan jumlah anggota dari golongan pribumi sebanyak 1500
orang.
Permusyawaratan wakil-wakil Indische Partij daerah pada tanggal 25 Desember
1912 di bandung berhasil menyusun anggaran dasar Indische Partij. Program
revolusioner tampak dalam pasal-pasal anggaran dasarnya tersebut, antara lain tujuan
Indische Partij untuk membangun patriotisme semua Indiers terhadap tanah air atas
dasar persamaan ketatanegaraan untuk memajukan tanah air Hindia dan untuk
mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Sikap tegas Indische Partij juga
tampak dalam semboyan-semboyan mereka yang berbunyi “Indie los van Holland”
(Hindia bebas dari Belanda) dan “Indie voor Indier” (Indonesia untuk orang
Indonesia).

b. Perkembangan
Indische Partij berdiri atas dasar nasionalisme yang luas menuju kemerdekaan
Indonesia. Indonesia dianggap sebagai national home bagi semua orang, baik
penduduk bumiputra maupun keturunan Belanda, Cina, dan Arab, yang mengakui
Indonesia sebagai tanah air dan kebangsaannya. Paham ini pada waktu itu dikenal
sebagai Indische Nationalisme, yang selanjutnya melalui Perhimpunan Indonesia dan
PNI, diubah menjadi Indonesische Nationalisme atau Nasionalisme Indonesia. Hal
itulah yang menyatakan bahwa Indische Partij sebagai partai politik pertama di
Indonesia.
Melihat adanya sikap radikal di dalam Indische Partij, pemerintah kolonial
Belanda mengambil sikap tegas. Permohonan kepada gubernur jenderal untuk
mendapatkan pengakuan sebagai badan hukum ditolak pada tanggal 4 Maret 1913
dengan alasan organisasi ini berdasarkan politik dan mengancam serta hendak
merusak keamanan umum. Hal itu menjadi pelajaran bagi Indische Partij dan juga
partai-partai lainnya bahwa kemerdekaan tidak akan diterima sebagai hadiah dari

6
pemerintah kolonial. Kemerdekaan itu harus direbut dan diperjuangkan oleh bangsa
Indonesia sendiri.
Di kalangan penduduk bumiputra di Bandung dibentuk sebuah panitia peringatan
yang disebut “Comité tot Herdenking can Nederlands Honderdjarige Vrijheid” atau
disingkat Komite Bumiputra. Komite itu bertujuan membatalkan pembentukan
“Dewan Jajahan” dan menuntut penghapusan “Peraturan Pemerintah no. 111” tentang
larangan kehidupan berpolitik. Komite itu juga memprotes pengumpulan uang dari
rakyat untuk membiayai pesta peringatan hari kemerdekaan Belanda itu. Salah
seorang pemimpin komite tersebut, Suwardi Suryaningrat, menulis sebuah risalah
dalam bahasa Belanda yang berjudul Als ik eens Nederlander was (Andai aku adalah
seorang Belanda). Isi pokok dari tulisan itu merupakan suatu sindiran terhadap
pemerintah kolonial Belanda yang mengajak penduduk pribumi ikut serta merayakan
hari kemerdekaan Belanda padahal penduduk pribumi sendiri sedang dijajah oleh
Belanda sendiri.
Karena dianggap terlalu radikal, pada tahun 1913 Douwes Deker, Dr.Cipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat ditangkap dan dikenakan hukuman buang
(internir) ke negeri Belanda. Kepergian ketiga tokoh tersebut berpengaruh cukup
besar terhadap kegiatan Indische Partij sehingga semakin lama semakin menurun.
Indische Partij kemudian berganti nama menjadi Insulinde. Pengaruh Sarekat Islam
yang semakin menguat juga berpengaruh terhadap perkembangan partai ini sehingga
Partai Insulinde menjadi semakin melemah.
Kembalinya Douwes Dekker dari Belanda pada tahun 1918 tidak memberikan
pengaruh yang berarti bagi Insulinde. Pada tahun 1919, partai ini berubah nama
menjadi National Indische Partij (NIP). Dalam perkembangannya, NIP tidak pernah
lagi mempunyai pengaruh kepada rakyat banyak. Masyarakat pribumi lebih banyak
terserap mengikuti organisasi-organisasi lain, sedangkan orang Indo-Eropa yang
masih cukup konservatif lebih cenderung bergabung dengan Indische Bond. Oleh
karena itu, Indische Partij telah kehilangan basis massanya dan akhirnya dibubarkan,
karena sudah tidak dapat menjalankan tugasnya dengan semestinya.

7
3. Dr.Soetomo
a. Latar belakang Soetomo
Keberadaan organisasi Budi Utomo tentu tidak lepas dari sosok dokter Sutomo.
Pendiri sekaligus ketua dari organisasi tersebut terkenal sebagai seorang dokter yang
dermawan dan juga aktif dalam politik. Dalam buku Rekam Jejak Dokter Pejuang dan
Pelopor Kebangkitan Nasional (2008) karya HM Nasruddin Anshoriy, Sutomo lahir
di desa Ngapeh, Nganjuk pada 30 Juli 1888. Sutomo sebenarnya memiliki nama asli
Subroto. Namun, untuk bisa masuk ke sekolah Belanda, namanya berubah menjadi
Sutomo. Ayahnya, Raden Suwaji adalah seorang priyayi pegawai pangreh yang maju
dan modern. Sutomo termasuk orang beruntung, karena dibesarkan dalam keluarga
yang terhormat, berkecukupan, dan cukup di manja. Pengaruh religius juga mengalir
deras dalam diri Sutomo. Kakeknya bernama R Ng Singawijaya atau KH
Abdurrakhman dan neneknya menuntut Sutomo kecil agar taat beragama, beribadah,
memiliki perasaan damai, berani, dan kokoh pendirian. Di usia enam tahun, Sutomo
diboyong ke Madiun bersama ke dua orangtuanya. Di sana Sutomo masuk ke Sekolah
Rendah Belanda di Bangil.

Dokter Sutomo, Pendiri Budi Utomo (kemdikbud.go.id)

b. Masuk ke Stovia berdirinya Budi Utomo Dan kisah cinta beda agama
Selesai pendidikan di Sekolah Rendah Belanda, Sutomo dihadapkan pada dua
pilihan. Ayahnya, Raden Suwaji ingin Sutomo masuk School tot Opleiding van
Indische Aartsen (STOVIA) sebagai dokter. Sedangkan sang kakek menginginkannya
8
menjadi pangreh praja. Hal tersebut cukup menyita pikirannya, namun hati kecilnya
memiliki kedokteran. Karena baginya, pekerjaan pangreh praja hanya disuruh-suruh
Belanda. Akhirnya melalui perenungan panjang, Sutomo dengan tegas menolak
jabatan pangreh praja. Pada usia 15 tahun, Sutomo ke Batavia dan resmi menjadi
siswa STOVIA pada 10 Januari 1903.Di sekolah kedokteran ini, Sutomo terkenal
sebagai siswa paling nakal, berani, malas belajar, suka menyontek dan mencari
masalah. Sehingga kehidupans sosial maupun pelajarannya di STOVIA yang cukup
berantakan.

Situasi di dalam kelas STOVIA (kemdikbud.go.id)

Menjelang tahun ketiga pendidikannya, Sutomo berubah drastis. Dirinya menjadi begitu
serius dalam belajar. Bahkan perilakunya menunjukkan banyak perubahan. Bahkan, di salah satu
mata pelajaran Aljabar dirinya bisa menyelesaikan soal dengan sempurna. Padahal tidak ada
satupun teman kelasnya yang bisa menjawab. Perubahan tersebut semakin meningkat setelah
dirinya mengetahui bahwa sanga ayah meninggal dunia pada 28 Juli 1907. Hal tersebut mngubah
cara hidup Sutomo. Sutomo berubah menjadi siswa pendiam, dan sangat perhatian dengan teman-
temannya. Jiwa sosial dan kepeduliannya terhadap negara juga mulai tumbuh. Pada tahun 1908,
bersama rekan- rekannya Sutomo mendirikan Budi Utomo. Hal tersebut menjadi tonggak
pergerakan politik Sutomo melawan pemerintah Hindia Belanda. Baca juga: Pergerakan Nasional
di

9
Indonesia, Diawali Organisasi Budi Utomo Meski sibuk dengan organisasi, Sutomo bisa
menyelesaikan pendidikannya pada 1911. Dirinya mulai bertugas di Semarang, Tuban, Sumatera
Timur, dan beberapa kota lainnya. Dengan berkeliling daerah membuat Sutomo semakin sedih
melihat kondisi rakyat Indonesia. Jiwanya panas dan hatinya terluka melihat bangsa nya sengsara
karena Belanda. Akhirnya Sutomo memilih untuk mendermakan hidupnya membantu kesehatan
masyarakat. Imbasnya Sutomo sedikit renggang dengan kegiatan
organisasinya.

Pendiri Organisasi Budi Utomo (kemdikbud.go.id)

Dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Sutomo


mempersunting seorang janda yang bekerja sebagai suster bernama Everdina Bruring. Tentu saja,
perpaduan dua orang beda bangsa dan bermusuhan ini mengundang polemik. Everdina menjadi
perempuan penting dalam hidup Sutomo. Pertemuan mereka bermula ketika Sutomo menjemput
Everdina di Stasiun Blora untuk membantunya bertugas. Sutomo pun mulai memahami kesedihan
Everdina. Kedatangannya ke Hindia Belanda adalah untuk menghibur diri setelah kematian
suaminya terdahulu. Baca juga: Budi Utomo: Sejarah Berdiri dan Peranannya Meski berdarah
Belanda, Everdina tidak

10
pernah menghalangi Sutomo melawan politik kolonial bangsanya. Bahkan tak jarang Everdina
membantu Sutomo menyusun strategi melawan Belanda. Mereka pun menikah pada tahun 1917.
Pernikahan beda agama zaman dulu tidak serumit pada saat sekarang. Namun, ternyata
pernikahan tersebut tidak direstui kaka Everdina dan menyebabkan hubungan keduanya renggang.
Di mata Sutomo, sang istri adalah perempuan pujaan. Tugas harian seperti memasak, mencuci,
dan sebagainya rela dilakukan. Bahkan di waktu-waktu libur, Everdina tidak berhenti menyiapkan
keperluan logistik di rumah, karena organisasi Sutomo sering mengadakan rapat di rumah.
Pengabdian yang tulus ini membuat Sutomo semakin cinta kepada Everdina. Sampai akhir
hayatnya, hanya Everdina satu-satunya perempuan yang singgah di hati Sutomo. Bahkan
semenjak wafatnya Everdina pada 17 Februari 1934, Sutomo tidak pernah berniat sedikitpun
untuk menikah lagi. Panah cintanya sudah padam dibawa oleh Everdina, suster Belanda yang
mampu membuatnya mabuk kepayang. Sutomo wafat pada 30 Mei 1938 karena kondisi kesehatan
yang terus menurun. Untuk mengenang jasanya, Sutomo dimakamkan di Gedung Nasional
Bubutan, Surabaya. Serta diberi gelar Pahlawan Pergerakan Nasional pada 1961.

Sutomo dan istrinya, Everdina (kemdikbud.go.id)

11
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Sarekat Islam mula-mula awalnya adalah Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan
oleh KH. Samanhudi pada tahun 1905 M di Solo. Namun ada yang mengatakan bahwa
SDI mula-mula didirikan pada tahun 1911 M. Berdirinya organisasi ini di latar belakangi
dengan persoalan ekonomi, lalu merambah ke persoalan lain dengan dipimpinnya SI oleh
HOS. Tjokroaminoto.periode pertama SI menentukan corak dan bentuk bagi partai
tersebut sendiri, periode kedua SI mengalami masa puncak, periode ketiga SI mengalami
konsolidasi, dan periode keempat SI berusaha mempertahankan eksistensinya di forum
politik Indonesia.

Indische Partij berdiri di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912. Organisasi ini
juga dimaksudkan sebagai pengganti organisasi Indische Bond, sebagai organisasi kaum
Indo dan Eropa di Indonesia yang didirikan pada tahun 1898. Indische Partij didirikan
atas dasar nasionalisme yang luas,dan merupakan partai politik yang pertama.Konsep
kebangsaan dalam tubuh Indische Partij disebarluaskan oleh Douwes Dekker karena ia
berpendapat bahwa rakyat Belanda harus dibebaskan dari belenggu penjajahan.

Tujuan Budi Utomo terdiri dari sebagai berikut:

 Menyadarkan kedudukan masyarakat Jawa, Sunda, dan Madura pada diri sendiri.
 Berusaha meningkatkan kemajuan mata pencaharian serta penghidupan bangsa
dengan memperdalam kesenian dan kebudayaan.
 Menjamin kehidupan sebagai bangsa yang terhormat Fokus pada masalah
pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan.
 Membuka pemikiran penduduk Hindia seluruhnya tanpa melihat perbedaan
keturunan, kelamin, dan agama.

Dari tujuan tersebut, Budi Utomo secara tersirat mencakup kehormatan bangsa. Bangsa
yang terhormat adalah bangsa yang memiliki derajat yang sama dengan bangsa lain.

12
KEPUSTAKAAN

P.D Marwati dan Nugroho Notosusanto, 1993, “Sejarah Indonesia V”, Balai Pustaka: Jakarta.

H. C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modren. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/01/080000769/biografi-dokter-sutomo-pendiri-
budi-utomo-dan-kisah-cinta-beda-agama?page=all

13

Anda mungkin juga menyukai